Iman Stefanus, 20 Juni 2021

Kisah Para Rasul 6:8 – 7:60

Pdt. Dawis Waiman, M. Div.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pada waktu kita masuk ke dalam Kisah Rasul 6:8 dan pasal yang ke-7, maka ini adalah suatu transisi yang Kitab Suci atau Kisah Rasul nyatakan bagi kita melalui pelayanan yang semula dilakukan oleh Petrus kepada orang-orang Yahudi di Yerusalem kemudian berpindah kepada pelayanan yang dilakukan oleh Paulus yang ditujukan kepada orang-orang bukan Yahudi. Dan yang menjadi transisinya itu adalah pelayanan yang dilakukan oleh Stefanus. Dan dia adalah seorang Yahudi tetapi ketika dia melayani, Alkitab berkata, dia adalah seorang yang merupakan orang Yahudi Kristen dari kelompok orang Yahudi bukan yang berbicara bahasa Ibrani, tetapi ia adalah kelompok dari orang Yahudi yang berbicara bahasa Yunani. Itu sebabnya ketika dia melayani, dia tidak pergi kepada orang-orang Yahudi yang berbahasa Yahudi atau yang berbahasa Ibrani, tetapi dia justru pergi kepada orang-orang Yahudi yang berbicara bahasa Yunani.

Dan kenapa bisa ada orang-orang Yahudi yang berbicara bahasa Yunani di Yerusalem tersebut? Karena di dalam kebiasaan dari orang-orang Yahudi yang sudah tersebar ke segala negeri yang lain akibat daripada pembuangan yang terjadi atau penyerangan yang terjadi kepada orang-orang Yahudi yang ada di Yerusalem, maka mereka kemudian mulai memiliki usaha sendiri di luar, kemudian beranak cucu di luar, tetapi mereka karena masih merupakan kebangsaan Yahudi, mereka kemudian ingin kembali ke Yerusalem untuk beribadah kepada Tuhan, dan di situ mereka kemudian membangun rumah ibadah dan mereka kemudian berbakti di Yerusalem. Nah kepada orang-orang inilah Stefanus pergi untuk mengabarkan Injil.

Nah kenapa dia bisa pergi ke situ, karena kalau kita lihat di dalam Pasal yang ke-6:1-7, kelihatannya dia adalah seorang Kristen yang juga Yahudi tetapi memiliki kebangsaan mungkin, atau berbicara bahasa Yunani, atau memiliki kebangsaan yang, atau kenegaraan yang bukan negara Yahudi, atau Yerusalem, atau Israel, seperti itu. Jadi, pada waktu dia melayani, dia kelihatannya memiliki beban kepada orang-orang Yahudi yang berbicara bahasa Yunani, dan itu sebabnya dia kemudian pergi ke sana untuk memberitakan Injil di sana. Dan akibat dari pemberitaan Injil yang ia lakukan kepada orang-orang Yahudi yang berbicara bahasa Yunani itu, kita ketahui kemudian terjadi satu penganiayaan, Stefanus kemudian ditangkap, lalu kemudian dirajam mati dan setelah itu terjadilah yang namanya penganiayaan kepada orang-orang Kristen, yang mengakibatkan mereka kemudian tersebar sampai ke berbagai daerah dan ke ujung bumi.

Jadi itu sebabnya maka tadi saya katakan pelayanan Stefanus itu adalah satu transisi antara pelayanan yang dilakukan oleh Petrus kepada orang-orang Yahudi yang ada di Yerusalem kepada pelayanan yang dilakukan oleh Rasul Paulus kepada orang-orang bukan Yahudi, dan kenapa? Karena pasal 8 dan seterusnya kalau Bapak, Ibu perhatikan, itu sudah tidak lagi bercerita berkenaan dengan Petrus, tetapi bercerita berkenaan dengan pelayanan yang Paulus lakukan sampai ke belakang, walaupun ada sebagian di mana Petrus tetap diangkat ketika dia pergi ke tempat Kornelius, tetapi sebenarnya ini menjadi satu transisi menuju kepada pelayanan bukan Yahudi.

Nah, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pada pagi ini saya mau ajak melihat kepada siapa Stefanus secara lebih detail, dan apa yang membuat dirinya kemudian diberikan suatu karunia untuk mati martir bagi Kristus. Martir sendiri berarti ‘mati bagi’ ya. Kalau martir bagi Kristus itu berarti dia adalah seorang yang mati karena imannya yang percaya kepada Yesus Kristus. Nah apa yang menjadi dasar ia kemudian rela untuk akhirnya mati bagi Kristus dalam hidup dia di tengah-tengah dunia ini? Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya percaya ini bukan hanya dikarenakan satu karunia yang Tuhan berikan bagi Stefanus sebagai martir yang pertama saja, tetapi saya percaya itu juga ada sesuatu yang menjadi rahasia dari siapa Stefanus sebelumnya dan bagaimana dia hidup dan karakter apa yang dia miliki ketika dia melayani di dalam dunia ini. Nah apa yang menjadi dasar itu ya? Apa yang menjadi karakter dari Stefanus? Bagaimana imannya? Bagaimana kehidupan rohaninya? Saya percaya itu juga menjadi satu hal yang membuat dirinya dipakai oleh Tuhan menjadi martir yang pertama.

Kalau Bapak, Ibu, perhatikan di dalam pasal yang ke-6, di situ dikatakan dia adalah salah satu dari 7 orang yang dipilih oleh orang-orang Kristen untuk kemudian melakukan tugas pelayanan diakonia. Dan pada waktu dikatakan 7 dari orang Kristen ini dipilih, maka di dalam pasal 6 itu juga dikatakan bahwa Stefanus adalah orang pertama dari 7 orang yang dipilih. Lalu siapa dia yang dijadikan pilihan itu? Dikatakan di sini, ia adalah seorang yang, “penuh Roh dan hikmat,” tapi sebelumnya dikatakan juga, kalau Bapak, Ibu baca di dalam ayat yang ke-5, “Usul itu diterima baik oleh seluruh jemaat, lalu mereka memilih Stefanus, seorang yang penuh iman dan Roh Kudus, dan Filipus, Prokhorus, Nikanor, Timon, Parmenas dan Nikolaus, seorang penganut agama Yahudi dari Antiokhia.”

Jadi, memang Petrus memberikan suatu syarat ketika engkau memilih orang-orang yang akan melayani orang-orang Yahudi yang berbicara bahasa Yunani tersebut, janda-janda mereka, maka mereka adalah orang yang haruslah laki-laki, seorang yang memiliki kepenuhan Roh dan hikmat, tetapi kemudian ketika berbicara mengenai Stefanus di dalam ayat yang ke-5, dia secara khusus dicatat dia adalah seorang yang penuh iman dan Roh Kudus, atau penuh Roh Kudus di situ. Saya percaya ini menjadi salah satu atau dua aspek penting di dalam kehidupan dari Stefanus. Siapa dia? Dia adalah seorang yang penuh iman dan penuh Roh Kudus.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya percaya ini adalah satu catatan yang tidak sembarangan diberikan kepada Stefanus. Dan ini bukan suatu pemilihan yang sembarangan yang dilakukan oleh orang-orang Kristen pada waktu itu. Dan memang orang 7 ini kemungkinan besar atau pastinya adalah orang yang sangat-sangat menonjol sekali di dalam pelayanan yang mereka lakukan dan di dalam kesaksian yang mereka lakukan di tengah-tengah daripada orang-orang Kristen yang berbicara bahasa Yunani atau orang Kristen Yahudi yang berbicara bahasa Yunani. Itu sebabnya mereka terpilih dari antara puluhan ribu orang Kristen yang percaya pada waktu itu. Tetapi ketika terpilih 7 orang saja itu sudah istimewa sekali, saya percaya, tetapi di antara 7 orang itu, Stefanus tetap dicatat yang sepertinya paling unggul atau yang lebih rohani dari semua yang lain. Dia dikatakan sebagai orang yang penuh iman dan penuh Roh Kudus.

Maksudnya apa ya dia adalah seorang yang penuh iman? Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pada waktu berbicara mengenai iman, kita bisa komparasikan berkenaan dengan apa yang dikhotbahkan oleh Stefanus di dalam pasal yang ke-7, dan ketika kita baca khotbah dia tersebut di hadapan para tua-tua Yahudi, kita menemukan, dia adalah seorang yang begitu percaya sekali kepada kebenaran yang Kitab Suci katakan. Kita bisa lihat itu dari bagaimana dia berbicara berkenaan dengan Abraham, bagaimana dia berbicara tentang Ishak, Yakub, Yusuf, lalu kemudian perbudakan yang ada di Mesir, lalu kemudian bagaimana Allah kemudian memanggil Musa dan membebaskan orang-orang Israel dari perbudakan Mesir.

Saya percaya kalau dia bukan seorang yang begitu percaya kepada Kitab Suci, lalu dia bukan seorang yang begitu teliti di dalam mempelajari kebenaran daripada Kitab Suci, dia tidak bisa berbicara begitu detail sekali berkenaan dengan apa yang terjadi di dalam Kitab Kejadian itu. Tapi di sini dia bisa mengatakan itu dengan begitu leluasa, dengan begitu fluent, dengan begitu detail, kalau Bapak, Ibu, perhatikan di dalam Kisah pasal 7, lalu Bapak, Ibu komparasikan dengan Kejadian, cerita tentang Abraham, lalu kemudian Musa, Bapak, Ibu bisa menemukan ada poin-poin yang dikatakan secara khusus oleh Stefanus yang ada di dalam Kisah Rasul ini. Dan saya percaya itu adalah sesuatu yang menyatakan kalau dia adalah seorang yang betul-betul percaya kepada Kitab Suci, dia kemudian mempelajari Kitab Suci, dia mengimaninya, dan dia percaya itu adalah satu kebenaran.

Jadi waktu berbicara berkenaan dengan iman, hal pertama yang kita bisa lihat dia adalah seorang yang percaya bahwa Alkitab adalah perkataan Tuhan. Saya percaya ini menjadi unsur yang penting sebagai orang Kristen ketika kita menjalani hidup kita, menjalani iman kita. Kita tidak pernah boleh mempertanyakan apakah Kitab Suci ini adalah sesuatu yang sebagian bersumber dari Tuhan, sebagian bukan bersumber dari Tuhan atau ditulis oleh manusia, karena dengan begitu, saya percaya, kita tidak mungkin bisa menjadi orang Kristen yang baik di tengah-tengah dunia ini, yang memberikan kesaksian yang indah bagi Tuhan seperti halnya Stefanus yang kita baca di dalam Kisah Rasul ini. Dia seorang yang begitu percaya kepada perkataan Tuhan, dia tidak meragukan apa yang Tuhan sudah tulis di dalam Kitab Suci, walaupun itu telah berselang ribuan tahun sebelumnya, karena dia percaya Tuhan sanggup untuk memelihara firman-Nya dan memelihara umat-Nya, dan Dia adalah Allah yang memimpin dan memelihara sejarah manusia ini.

Loh, kok bisa begitu ya? Karena kalau Bapak, Ibu perhatikan di dalam Kisah 7, di situ dikatakan dia betul-betul percaya apa yang menjadi kepada Abraham, Ishak, Yusuf, Musa, kemudian dibawanya keluar orang Israel dari perbudakan, diberikannya hukum Tuhan untuk orang Israel taat kepada Tuhan, semua itu berbicara berkenaan dengan suatu janji yang Tuhan berikan sebelumnya kepada Abraham yang kemudian terwujud di dalam sejarah manusia atau sejarah Israel ini. Itu sebabnya saya tadi katakan, selain dari pada dia percaya seluruh perkataan dari Kitab Suci itu adalah firman Tuhan, dia juga adalah seorang yang percaya Allah adalah Allah yang memimpin sejarah, Allah yang mengatur manusia di dalam dunia ini, yang mengangkat manusia, yang merendahkan manusia di dalam dunia ini, Allah yang berkuasa untuk menjadikan apa yang Dia kehendaki itu terjadi di dalam kehidupan manusia.

Salah satu contohnya yang kita bisa lihat adalah dari kehidupan Ester, yang ada di dalam Perjanjian Lama. Kalau Bapak, Ibu perhatikan di dalam Kitab Ester, sebelumnya dia bukanlah seorang yang dikenal, dia hanyalah seorang anak perempuan yang kehilangan ayahnya dan ibunya, lalu dia harus tinggal dengan saudara sepupunya, Mordekhai. Nah pada waktu dia tinggal bersama saudara sepupunya, terjadilah satu peristiwa yaitu Wasti tidak mau mentaati titah dari raja, sehingga dia mengakibatkan diasingkan oleh raja. Dan akibat dari tindakan itu, raja merasa kesepian. Lalu kemudian para penasihatnya mengusulkan untuk mengadakan sayembara untuk mencari seorang permaisuri sebagi pengganti Wasti itu. Dan akhirnya singkat cerita, terpilihlah Ester untuk menjadi pengganti dari Wasti.

Tetapi pada waktu yang bersamaan dengan peristiwa itu, muncul seseorang yang namanya Haman, seorang yang kemudian sangat menonjol di dalam pemerintahan raja Ahasyweros, dan dia menjadi orang ke dua di dalam pemerintahan raja Ahasyweros tersebut. Dan pada waktu dia mendapatkan kedudukan yang begitu tinggi, dia memiliki suatu kebencian yang besar terhadap orang-orang Yahudi dan dia ingin membinasakan seluruh dari orang-orang Yahudi. Apa yang terjadi? Pada waktu itu, Mordekhai mendatangi Ester, lalu berkata kepada Ester, “Kamu harus bertemu raja, karena si Haman itu ingin membunuh semua bangsa kita.” Ester waktu itu ketakutan, dia berkata, “Selama ini belum pernah terjadi peristiwa ada orang yang berani bertemu dengan raja sebelum raja memanggil diri dia.” Karena kalau mereka berani menghadap raja tanpa dipanggil, dan kalau raja tidak berkenan, itu berarti kepalanya hilang, atau dia mengalami kematian. Dan di situ Mordekai berkata, “Kalau kamu tidak mau lakukan itu, kamu jangan kira bahwa seluruh keturunan mu akan bebas daripada kematian. Mungkin Tuhan menempatkan kamu di posisi sebagai ratu saat ini adalah untuk menyelamatkan bangsa Israel tersebut.”

Akhirnya Ester mungkin dengan kegentaran, mungkin dengan keberatan hati, atau mungkin dengan terpaksa dia mengumumkan kepada Mordekhai, suruh semua orang Yahudi berpuasa 3 hari 3 malam untuk diri dia, dan dia akan lakukan itu juga. Dan, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, apa yang terjadi berikutnya? Ester diterima raja, dia mendapatkan kemurahan, dan singkat cerita, Haman yang sangat tinggi sekali itu posisinya dan yang sangat sombong itu, pikir dia akan bisa menjalankan keinginan dia membinasakan seluruh orang Israel seketika menjadi tidak sangka kalau semua rencananya bisa gagal. Karena pada waktu dia berpikir dia sudah akan jalankan itu semua.

Tiba-tiba di malam itu, ketika keesokan hari dia akan menjalankan apa yang menjadi rencananya ya, dan bicara kepada raja, di malam hari itu raja kemudian tidak bisa tidur, dia membaca sejarah dari kerajaannya, dan dia menemukan nama Mordekhai yang telah membuat satu jasa tertentu kepada diri dia dengan menyelamatkan dia dari pembunuhan atau pemberontakan, tetapi belum pernah menerima hadiah dari raja. Dan keesokan harinya raja berkata kepada Haman siapa yang akan, “Bagaimana kita harus menghormati orang yang berjasa kepada raja?” Haman pikir itu adalah diri dia, tapi ternyata itu adalah Mordekhai. Orang yang begitu tinggi posisinya, orang yang tidak bisa digoyang sama sekali kedudukannya, dalam satu hari menjadi orang yang tersula seperti halnya keinginan dia untuk menyulakan Mordekhai. Tetapi Mordekhai justru diangkat ke posisi yang tinggi menggantikan posisi Haman.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, itu Allah kita. Allah kita sanggup untuk membuat yang tidak ada artinya menjadi posisi yang penting, yang penting menjadi tidak ada artinya sama sekali. Begitu juga seperti bangsa Israel di hadapan dari bangsa Mesir, semula siapa Israel? Israel itu hanya 70 orang kok atau 75 orang yang masuk ke dalam tanah Mesir tersebut. Tetapi ketika mereka ada di dalam tanah Mesir itu, Tuhan membuat mereka berkembang, makin banyak, makin banyak, membuat orang Mesir dan raja Firaun menjadi satu ketakutan yang besar sekali, akhirnya mereka menindas, berusaha menindas, menekan orang Israel, tetapi mereka tidak mampu untuk melakukannya, dan akhirnya Tuhan memanggil Musa untuk membawa Israel keluar dari Mesir, dan raja yang paling berkuasa saat itu, tidak bisa berbuat apa-apa untuk menghadapi Musa, atau Allah dari orang-orang Israel, atau Allah dari Abraham, Ishak, dan Yakub. Mesir yang sekarang itu bukan Mesir pada zaman Yusuf atau zaman Musa, itu adalah Mesir yang berbeda daripada zaman itu. Karena apa? Mereka sudah binasa semua. Bangsa yang begitu besar, negara yang begitu adidaya, akhirnya musnah dalam waktu hitungan mungkin beberapa bulan saja, akibat dari 10 tulah, dan akibat dari tindakan Tuhan yang sama sekali tidak perlu melakukan peperangan terhadap orang-orang Mesir itu.

Jadi, Stefanus percaya, kalau Allah yang di Kitab Suci, itu adalah Allah yang memimpin sejarah, Allah yang berkuasa, Allah yang merencanakan, mengatur segala sesuatu, itu yang menjadi imannya, dan setiap perkataan yang ada di dalam Kitab Suci itu adalah satu perkataan yang benar. Dan pada waktu berbicara mengenai iman ini, ada hal yang perlu ditekankan, bahwa dia adalah seorang yang penuh iman.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, maksudnya apa ya penuh iman itu? Ketika kita kembali kepada perkataan Alkitab berkenaan dengan ‘penuh’, maka penuh di situ, itu bukan hanya bicara ini cangkir, lalu kita isi dengan penuh air atau penuh dengan anggur seperti itu. Tetapi penuh yang dimaksudkan Kitab Suci adalah satu posisi yang dikuasai sepenuhnya, tidak ada dua hati di dalamnya, itu namanya penuh. Misalnya ambil contoh, saya adalah orang yang, atau kita adalah orang yang semula biasa-biasa, tetapi oleh akibat satu hal, yang membuat kita akhirnya emosi dan begitu marah sekali akan satu keadaan, yang membuat kita dipehuni oleh kemarahan, artinya apa, kita mulai saat itu, akibat dari satu kondisi kita dikuasai oleh kemarahan kita, dan sepenuhnya semua tindakan kita, perkataan kita, dan apapun yang kita lakukan itu adalah sesuatu yang didorong oleh kemarahan yang besar yang ada di dalam hati kita. Itu namanya penuh.

Nah waktu Stefanus dikatakan seorang yang penuh dengan iman, maka kita bisa berkata dia adalah seseorang yang hidupnya sepenuhnya dipimpin atau sepenuhnya digerakkan oleh imannya kepada perkataan firman Tuhan dan kebenaran yang dari Tuhan. Dia bukan orang yang seperti bapak yang ketika Yesus Kristus turun dari transfigurasi di atas bukit bersama dengan Petrus, Yakobus dan Yohanes, yang kemudian ketika bertemu dengan bapak ini, anaknya kerasukan, dikatakan oleh bapak ini bahwa, “Tuhan, tolonglah usir setan ini,” tapi dia menggunakan kalimat, “Kalau andai Kamu bisa, tolong usir setan ini keluar dari anak saya atau sembuhkan anak saya.” Lalu Yesus berkata, “Kalau bisa?” Lalu keluar kalimat dari bapak ini, “Tuhan tolonglah saya yang tidak percaya tapi percaya ini ya, percaya tapi kurang beriman ini, atau tidak percaya ini”.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, Stefanus bukan orang yang seperti ini. Dia bukan seperti kebanyakan dari diri kita, mungkin yang berkata, “Saya percaya kepada Tuhan,” seolah-olah iman itu ada kategorinya. Satu sisi saya adalah orang Kristen yang sungguh-sungguh percaya kepada Kristus, tapi ada kategori lain, dia adalah orang yang percaya kepada Yesus Kristus saja sebagai Tuhan dan Juruselamat dia, tetapi perkataan firman Tuhan yang lain, kalau bisa, yang kalau dia cocok dengan perkataan itu dia akan terima, tapi kalau dia masih belum bisa mengerti atau itu adalah sesuatu yang bertentangan dengan apa yang dia sukai, dia kemudian kurang mengimani itu, atau kurang menjalankan perkataan dari Tuhan itu. Tapi Stefanus bukan orang seperti itu. Ketika dia dikatakan dia beriman pada Tuhan, penuh dengan iman, maka apapun yang dikatakan oleh Tuhan dia percaya itu sebagai satu kebenaran. Tidak ada keraguan sama sekali di dalam hatinya berkenaan dengan apa yang Tuhan katakan atau berkenaan dengan Tuhan atau pribadi Tuhan, kuasa Tuhan, karakter Tuhan itu sendiri.

Yang kedua adalah dia adalah seorang yang penuh Roh. Penuh dengan Roh Kudus artinya apa? Kembali, ketika kita lihat di dalam Efesus 5:18 kita komparasikan dengan Kolose 3, kita menemukan seorang yang penuh dengan Roh itu bukan berbicara tentang supranatural yang ada di dalam atau satu karunia yang ditampilkan oleh orang itu tetapi penuh Roh Kudus itu berbicara tentang ketaatan. Seorang yang hidupnya betul-betul menundukkan diri di bawah pimpinan dari Roh Kudus atau seorang yang betul-betul menundukkan dirinya di bawah segala kebenaran dari perkataan Tuhan itu adalah orang yang penuh dengan Roh Kudus. Jadi dia adalah orang yang bukan memanifestasikan bahasa lidah begitu, tetapi dia adalah seorang yang sungguh-sungguh melakukan segenap perkataan Tuhan tanpa keraguan terhadap perkataan itu dan tanpa mempertanyakan apa yang Tuhan katakan itu adalah sesuatu yang menguntungkan dirinya atau tidak tetapi dia betul-betul menjalankan apa yang Tuhan katakan walaupun itu merugikan diri dia. Itu namanya penuh dengan Roh Kudus.

Jadi siapa Stefanus? Stefanus adalah seorang yang penuh dengan iman tetapi dia juga adalah seorang yang penuh dengan Roh Kudus di dalam hidupnya. Seorang yang betul-betul percaya kepada Tuhan, kalau Tuhan bicara sesuatu dia betul-betul imani itu sebagai suatu kebenaran, tetapi di sisi lain dia juga adalah orang yang mentaati setiap perkataan yang Tuhan yang dia imani sebagai satu kebenaran. Saya percaya ini 2 hal yang tidak mungkin bisa dipisahkan satu sama lain. Makanya Yakobus berkata iman tanpa perbuatan itu pada hakekatnya adalah mati karena pada waktu kita berkata, “Saya percaya, saya percaya kepada Tuhan,” tetapi perbuatan kita tidak mengindikasikan kalau apa yang dikatakan Tuhan itu adalah satu kebenaran, itu bukan iman.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, termasuk juga pada waktu kita berkata saya percaya kepada Tuhan yang ditandai dengan saya berdoa kepada Tuhan, saya menyerahkan segenap pergumulan saya kepada Tuhan, tapi masih hidup dalam kekuatiran, itu bukan iman. Karena pada waktu kita bilang saya percaya, buktinya apa saya percaya? Pada waktu saya bilang saya berdoa pada Tuhan untuk memelihara hidup saya, buktinya apa Tuhan memelihara hidup saya dan saya percaya itu terjadi dalam hidup saya?

Satu bagian dalam Kitab Suci yang begitu menarik sekali adalah pada waktu mamanya Samuel, Hana tidak ada anak. Lalu dia berdoa kepada Tuhan dengan satu kesusahan hati, Alkitab berkata setelah dia berdoa dia pulang dengan gembira dan dia bisa makan dan minum. Sebelumnya dia nggak bisa makan dan minum. Saya percaya yang menyebabkan hal itu terjadi adalah karena dia percaya kepada Tuhannya, karena setelah dia berdoa, menyerahkan segala pergumulannya ke dalam tangan Tuhannya, itu membuat dia menjadi seorang yang bisa melepaskan segala kesusahan hatinya, segala keraguan hatinya, segala hal yang berkaitan dengan hari depannya yang terkesan tidak ada pengharapan bagi orang-orang Yahudi karena dia tidak punya anak sama sekali. Tetapi dia bisa pulang, dia bisa makan, karena dia percaya kepada Tuhan. Jadi iman dan perbuatan itu adalah sesuatu yang tidak mungkin bisa dipisahkan. Iman dan kepenuhan dari Roh Kudus itu adalah dua hal yang harus berjalan secara beriringan di dalam kehidupan kita.

Setelah ini kita bisa lompat ke ayat ke-8. Selain dari dua hal ini yang menjadi karakter daripada Stefanus, dia juga dikatakan sebagai seorang yang penuh dengan karunia dan kuasa. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, maksud karunia ini apa? Kalau dalam bahasa Inggrisnya adalah grace, kasih karunia. Stefanus adalah seorang yang penuh dengan kasih karunia. Kok bisa ya dia adalah seorang yang penuh kasih karunia? Saya percaya seorang yang penuh dengan kasih karunia ini adalah sesuatu yang tidak mungkin bisa dilepaskan dari seorang yang penuh dengan iman.

Kalau Bapak, Ibu, perhatikan di dalam Efesus 2:8-9 di situ dikatakan tetapi karena kasih karunia kamu diselamatkan atau dibenarkan oleh iman. Artinya apa? Antara kasih karunia dan iman itu adalah dua hal yang berkaitan erat dan tidak bisa dipisahkan. Kenapa Stefanus bisa dikatakan sebagai orang yang penuh dengan kasih karunia? Karena dia memiliki iman kepada Tuhan Allahnya, itu yang membuat dia memiliki kasih karunia dalam hidup dia. Makanya kalau Bapak, Ibu, perhatikan, kehidupan Stefanus adalah menjadi seorang dari tujuh orang yang dipilih sebagai orang yang memiliki hati yang penuh kasih kepada janda-janda miskin yang ada di sekitar dia atau di dalam lingkup daripada orang-orang yang percaya kepada Kristus, dan dia menjadi orang yang melayani mereka, dia adalah orang yang memperhatikan kebutuhan hidup mereka.

Tetapi yang kedua adalah kita bisa lihat di dalam pasal 7 bagian terakhir, ketika Stefanus dirajam dengan batu, apa yang terjadi? Alkitab berkata dia tidak marah, dia tidak balik mengumpat kepada orang-orang yang merajam dia seolah-olah mereka yang salah, mereka tidak beriman kepada Tuhan Yesus, mereka telah menolak Tuhan Yesus Kristus maka dia marah dan mengatakan mereka kok tidak bisa mengerti-mengerti terhadap kebenaran ini, tapi dikatakan dia kemudian berkata kepada Allah persis seperti yang Yesus doakan ketika dia dipaku di kayu salib, “Bapa ampunilah mereka, jangan tanggungkan dosa ini kepada mereka.”

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, apa yang menjadi dasar Stefanus lakukan ini ya? Kenapa dia bisa menjadi seorang yang begitu penuh dengan kemurahan? Kenapa dia bisa menjadi seorang yang tidak menyimpan dendam di dalam hatinya? Kenapa dia menjadi seorang yang tidak penuh dengan kemarahan tetapi penuh dengan keringanan tangan untuk menolong orang lain yang ada di dalam kesusahan? Jawabnya karena dia percaya kepada Tuhan dan dia penuh iman kepada Tuhan.

Dan kalau dikaitkan dengan poin yang tadi, iman itu bukan hanya percaya pada perkataan firman tapi iman itu percaya kepada Tuhan yang mengatur sejarah, mengatur hidup manusia, maka kita bisa katakan seperti ini, semua orang yang ada di sekitar kita itu hanyalah sarana atau alat Allah untuk menggenapkan kehendak Allah melalui diri dia. Dan ketika itu dikaitkan dengan diri kita, maka Tuhan bekerja seperti Roma 8:28 berkata di dalam segala sesuatu melalui orang-orang atau keadaan yang ada di sekitar kita termasuk pandemi saat ini di seluruh dunia untuk menggenapkan apa yang menjadi kehendak Dia di dalam dunia ini.

Itu sebabnya Stefanus bisa menghadapi orang-orang yang ada di depan dia yang begitu mengancam dia, menyakiti dia, atau menolak diri dia dengan satu doa bahwa Tuhan jangan tanggungkan apa yang menjadi kejahatan mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat. Tuhan tolong saya, mungkin, untuk menolong orang-orang yang ada dalam kesulitan ini karena saya sudah mendapatkan kasih karunai dari Engkau di dalam hidup saya. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, karunia tidak mungkin bisa lepas dari iman. Kalau kita percaya Tuhan mengatur segala sesuatu, kalau kita percaya Dia memimpin segala sesuatu, kalau kita percaya bahwa segala hal yang terjadi dalam dunia ini, sejarah ini, menggenapkan kehendak Dia dalam dunia ini, maka saya percaya kita akan hidup dengan satu hati yang penuh kasih karunia pada orang lain.

Hal yang keempat adalah pada waktu bicara tentang siapa Stefanus, dia adalah seorang yang penuh kuasa. Nah penuh kuasa ini saya juga lihat tidak bisa dilepaskan dengan satu kehidupan yang penuh dengan Roh Kudus. Kalau Bapak, Ibu, perhatikan, di dalam Yakobus itu ada satu kalimat, orang benar hidup oleh atau orang benar besar kuasanya. Siapa orang benar itu? Apakah dia adalah orang yang mengaku dirinya percaya kepada Kristus maka dia akan menjadi orang yang benar? Saya percaya di dalam status dia di hadapan Tuhan, dia adalah orang yang benar karena dia memiliki iman kepada Kristus. Tetapi kalau kita kaitkan kembali dengan Yakobus di mana dikatakan iman tanpa perbuatan pada hakekatnya adalah mati, maka kita bisa berkata orang yang benar bukan hanya orang yang hidupnya beriman kepada Kristus, tetapi dia adalah seorang yang hidup berdasarkan perkataan Tuhan dalam hidup dia, atau seorang yang menundukkan diri sepenuhnya pada perkataan Tuhan.

Sekarang, kalau dia adalah seorang yang menundukkan diri kepada perkataan Tuhan, dia adalah seorang yang sepenuhnya menundukkan dirinya pada kebenaran dan kehendak Tuhan dalam hidup dia, mungkin tidak, Tuhan tidak menyertai dia? Mungkin tidak, semua yang dia doakan itu adalah sesuatu yang diabaikan oleh Tuhan? Tuhan Yesus pernah berkata kalau engkau meminta dalam nama-Ku, maka apa yang kau minta itu akan diberikan pada engkau. dalam pengertian bukan kita menutup doa kita dalam nama Tuhan Yesus Kristus, tetapi pengertiannya adalah kalau kita berdoa meminta sesuai dengan apa yang Kristus inginkan, maka Tuhan pasti akan menjawab apa yang kita minta itu.

Jadi itu sebabnya tadi saya bilang, pada waktu Stefanus dikatakan seorang yang berkuasa seperti halnya dia adalah seorang yang penuh dengan kasih karunia atau karunia itu tidak bisa dilepaskan dengan iman. Maka Stefanus juga adalah seorang yang berkuasa karena kuasanya itu datang dari dia adalah seorang yang sungguh-sungguh mentaati atau menundukkan diri di bawah pimpinan Roh Kudus atau di dalam kebenaran daripada perkataan Tuhan. Jadi apa yang dikatakan di dalam ayat yang ke-8 berkenaan dengan karunia dan kuasa, itu adalah dua akibat daripada seorang yang hidup di dalam iman dan kepenuhan Roh Kudus dalam hidup dia. Itu mengiringi dua aspek yang pertama itu.

Jadi kalau kita ingin dipakai oleh Tuhan secara luar biasa, kalau kita ingin hidup di dalam satu kehidupan yang bisa dipakai oleh Tuhan untuk menyaksikan Injil secara efektif dalam hidup kita, saya percaya dua aspek pertama itu, hidup dalam kepenuhan iman dan hidup dalam kepenuhan Roh Kudus itu adalah dua hal yang tidak boleh diabaikan dari hidup kita.

Lalu apa yang menjadi karakter berikutnya? Yaitu Stefanus adalah seorang yang memiliki satu keberanian seperti halnya Petrus di dalam mengabarkan kebenaran firman Tuhan. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau kita lihat di dalam ayat 8-14 tadi, ada satu kalimat yang muncul di dalam ayat yang ke-13, “Lalu mereka memajukan saksi-saksi palsu yang berkata: “Orang ini terus-menerus mengucapkan perkataan yang menghina tempat kudus ini dan hukum Taurat.”” Kata yang mau ditekankan itu adalah ‘terus-menerus’.

Apa yang dilakukan oleh Stefanus? Dia adalah orang yang tidak gampang menyerah, dia adalah seorang yang ketika mendapatkan satu tantangan terhadap iman dia, dia tetap berusaha untuk meyakinkan orang-orang yang dia ajak berdebat itu atau orang-orang yang mengajak diri dia berdebat untuk mempertanggungjawabkan kebenaran yang dia sampaikan berkenaan dengan Kristus. Dan dia tidak takut walaupun ditolak, dia tidak takut walaupun difitnah, dan dia tidak takut walaupun dia mengalami kematian. Dia tetap memberitakan itu.

Dan ada satu hal yang menarik, pada waktu kita berbicara berkenaan dengan karakternya yang terus dengan berani memberitakan firman, di sini dikatakan dia memberitakan firman kepada siapa? Yaitu kepada orang-orang Yahudi yang berbicara bahasa Yunani yang berasal dari Kirene yang disebut dengan jemaat Libertini yang merupakan anggota dari orang-orang Kirene, Aleksandria, lalu kemudian Kilikia, dan Asia. Siapa jemaat Libertini ini? Mereka adalah orang-orang Yahudi yang semulanya telah diangkut sebagai seorang budak, lalu kemudian akhirnya di dalam perjalanan waktu mereka mendapatkan satu kemerdekaan, dan ketika mereka mendapatkan kemerdekaan itu mereka kemudian kembali ke Yerusalem lalu membangun sinagoge di situ dan beribadah kepada Tuhan di situ, dan mereka mengatakan diri mereka adalah jemaat Libertini. Jadi Libertini berkaitan dengan orang yang dimerdekakan daripada perbudakan. Lalu anggotanya siapa? Yaitu dari Kirene, Aleksandria, Kilikia, dan Asia.

Kenapa saya bilang ini menjadi satu hal yang menarik? Kalau Bapak, Ibu, perhatikan, satu kata daerah di situ ada Kilikia, itu sangat erat sekali berkaitan dengan seorang yang bernama siapa? Paulus. Paulus adalah seorang yang dikatakan kelahiran Tarsus dari tanah Kilikia. Jadi pada waktu Stefanus bersoal jawab berkenaan dengan imannya yang terus-menerus dilakukan itu, mungkin salah satu orang yang menentang Stefanus itu adalah Saulus. Atau kalau mau saya katakan mungkin Stefanus itu dipakai oleh Tuhan dengan kuasanya yang besar itu di dalam memberitakan Injil dan tidak ada orang yang bisa membantah diri dia, itu adalah untuk memenangkan Saulus satu hari, atau untuk mempersiapkan Saulus di dalam iman kepada Kristus.

Karena ada kemungkinan besar yang menjadi tokoh yang terkenal pada waktu itu untuk bersoal jawab dengan Stefanus adalah Saulus, karena kalau kita lihat latar belakangnya, dia adalah seorang yang merupakan murid dari Gamaliel. Gamaliel adalah seorang guru, seorang Farisi yang sangat terkemuka yang begitu dihormati oleh orang-orang Yahudi yang ada di Yerusalem, dan Paulus adalah salah satu murid yang sangat cemerlang di bawah ajaran dari Gamaliel ini. Itu sebabnya dia yang kemungkinan bersoal jawab dengan Stefanus. Tapi dengan segala kecemerlangan yang dia miliki itu, dengan segala pengetahuan luar biasa akan Kitab Suci yang dia miliki tersebut, Alkitab berkata bisa mengalahkan bijaksana dari atau hikmat dari Stefanus. Karena Stefanus ketika berbicara, dia dipimpin oleh Roh pada waktu itu. Saya percaya ini adalah satu kebenaran.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau kita adalah seorang yang betul-betul membuat diri kita tunduk di bawah kebenaran firman, kita belajar firman, memperdalam pengertian kita akan Alkitab, walaupun kita harus berhadapan dengan orang yang begitu pandai dari dunia yang mempertanyakan iman kita, kita nggak perlu takut. Kita tidak perlu mundur karena apa? Pada waktu itu Tuhan akan memimpin kita untuk berbicara mempertanggungjawabkan iman kita dan membuat diri mereka, saya percaya, tidak bisa mengalahkan bijaksana dari firman Tuhan. Itu yang terjadi pada Stefanus dan terhadap Paulus.

Dan akibat dari itu apa yang terjadi? Alkitab berkata mulai dari mereka mendengar, kemudian mereka tidak bisa mengalahkan, lalu kemudian membuat mereka mulai menghasut orang-orang banyak untuk menentang Stefanus dengan cara membicarakan atau memberi suatu kesaksian bohong kepada orang banyak berkenaan dengan apa yang diajarkan oleh Stefanus. Mereka berkata dia sudah menghujat Musa dan Allah, dia adalah seorang yang menghina tempat kudus ini dan hukum Taurat. Stefanus begitu tidak? Saya percaya tidak. Kalau Bapak, Ibu, perhatikan di dalam pasal yang ke-7 tadi, kelihatannya Stefanus adalah orang yang betul-betul ingin orang-orang Israel itu mengerti kebenaran firman. Dia ada kemungkinan mungkin berkata bahwa hukum Taurat tidak bisa menyelamatkan kamu. Walaupun itu bersumber dari Tuhan tetapi coba lihat Abraham sendiri, dia adalah seorang yang dipanggil oleh Tuhan keluar dari Mesapotamia bukan karena dia punya kelakuan benar dan baik tapi karena kasih karunia Tuhan bagi hidup dia.

Jadi pada waktu Stefanus berbicara kepada orang banyak itu, saya percaya dia berbicara berkenaan dengan bagaimana seseorang bisa percaya kepada Kristus, membutuhkan Kristus, lalu hukum Taurat Musa adalah sesuatu yang tidak bisa menyelamatkan karena di dalam pasal 7 berkata Musa sendiri menjanjikan seorang yang seperti dia, dan kamu harus mendengarkan dia. Siapa Dia? Orang Benar itu. Siapa Dia? Dialah Yesus dari Nazaret itu. Tetapi di dalam pemikiran orang-orang Yahudi ini, kelihatannya mereka begitu benci dan menolak segenap kebenaran yang disampaikan oleh Stefanus itu. Tetapi dia tidak menyerah, dia terus mengatakan kebenaran itu.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ada satu hal yang kita harus perhatikan baik-baik dalam hal ini ya, kenapa saya angkat ini? Karena ada satu prinsip, antara membuka telinga dan mendengar firman Tuhan dengan menolak firman Tuhan itu dipisahkan oleh benang yang tipis sekali. Kalau mau bicara siapa jemaat Libertini ini? Okelah mereka adalah orang Yahudi berbicara bahasa Yunani. Tetapi mereka juga kelihatannya adalah orang yang mau membuka telinga terlebih dahulu bagi Stefanus untuk memberikan kesaksian berkenaan dengan Kristus. Mungkin dalam diskusi pertama perdebatan pertama, mereka nggak bisa menang terhadap Stefanus, nggak apa-apa, kita ambil sesi berikutnya. Bicara lagi berkenaan dengan Taurat dan bicara berkenaan dengan Kristus. Stefanus bicara lagi. Yang kedua kali nggak bisa dikalahkan buka telinga lagi, dengar lagi, kita kasih kesempatan lagi untuk perdebatan mungkin sesi tiga, nggak bisa dikalahkan lagi. Akibatnya apa? Mereka akhirnya mulai marah, mereka mencari orang untuk memberikan suatu kesaksian dusta untuk menjatuhkan hukuman bagi Stefanus.

Itu sebabnya saya berkata tadi, antara mendengar, membuka telinga mendengar dengan menolak kebenaran firman yang didengar, itu pemisahnya tipis sekali. Dan ini adalah satu hal yang terus terang saya sangat gentar sekali. Pada waktu kita berbicara, kita datang ke gereja, kita mendengar firman, Paulus sendiri pernah berkata jangan jadi seperti perempuan-perempuan itu yang walaupun membuka telinga seperti mau dididik dan dididik dan dididik terus tetapi sebenarnya tidak pernah bisa dididik. Ada kemungkinan Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kita ketika datang ke dalam gereja seolah-olah kita mau beribadah kepada Tuhan, kita seolah-olah mau menyembah Dia, tetapi sebenarnya pada waktu kita mendengar firman dengan tekun, dengan setia setiap minggunya, tapi firman itu sesuatu yang kita anggap angin lalu dari hidup kita, itu yang saya sangat takutkan dan gentarkan sekali.

Karena pada waktu kita anggap itu angin lalu, ya mungkin contohnya kayak gini ya. Begitu saya selesai khotbah, Bapak, Ibu injakkan kaki keluar dari sana, 5 menit kemudian masih ingat nggak yang dibahas apa? Atau ambil contoh khotbah minggu lalu itu apa? Saya pernah tanya sama satu jemaat, “Firman Tuhan yang dibahas apa ya minggu lalu?” Lalu dia ngomong umum sih dia ngomong, ini ini ini, oh oke. Bisa tolong lebih detail nggak bicaranya? Maksudnya ini apa ya? Lalu dia ngomong apa sama saya? Dia ngomong, “Pak tunggu dulu, Pak. Ini khotbahnya minggu lalu, Pak. Saya mikir-mikir dulu apa yang diomong minggu lalu untuk bisa jawab bapak berkenaan dengan pertanyaan bapak itu.”

Saya nggak ngomong apa yang dikhotbahkan itu diingat semua. Saya sendiri belum tentu ingat yang saya khotbahkan sebelumnya kok. Kadang-kadang saya masih baca lagi apa yang jadi transkrip khotbah yang diberikan. Saya bisa lupa juga apa yang disampaikan. Tetapi paling tidak saya percaya ada hal-hal yang penting dari khotbah itu yang harus cantol di dalam diri kita, hati kita pada waktu kita mendengarnya. Dan itu nggak mungkin terjadi kalau Bapak, Ibu, Saudara tidur waktu dengar khotbah. Nggak mungkin terjadi kalau kita sambil dengar khotbah kita berbicara satu dengan yang lain atau tidak mencatat itu.

Jadi, pada waktu kita dengar walaupun ada sebagian besar lupa, saya harap, saya berdoa ada kalimat-kalimat penting yang cantol di dalam hati kita yang kemudian bisa di-refresh lagi, di-remind lagi bersama dengan apa yang kita lupa ketika kita terus duduk dan mendengarkan firman Tuhan dan itu yang kita berusaha tundukkan diri dan kita jalankan dalam hidup kita. Makanya selain dari pada dengar khotbah minggu, saya harap Bapak, Ibu juga baca, Bapak, Ibu, Saudara mencatat apa yang disampaikan supaya kita bisa review dan mengingatkan kembali diri kita akan firman Tuhan.

Dan pada waktu berbicara berkenaan dengan ini, terus terang tadi saya bilang kenapa saya gentar sekali? Karena begitu bicara tentang iman dan ketaatan, iman dengan kepenuhan dengan Roh Kudus sebagai satu hal yang menjadi kehendak Tuhan di dalam kehidupan orang-orang Kristen, iman tanpa perbuatan pada hakekatnya mati, maka jumlah orang Kristen sejati yang hadir di dalam gereja itu sangat direduksi sekali menjadi porsi yang sangat kecil sekali. Karena sebagian besar dari kita lupa firman, sebagian besar dari kita mungkin ketika mendengar firman tahu kebenaran, tapi mengeraskan hati untuk taat kepada kebenaran.

Makanya di dalam tadi ada lagu Panis Angelicus, salah satu poinnya itu adalah roti hidup itu diberikan dan disediakan bagi mereka yang miskin dan mereka yang rendah hati. Itu sebabnya ketika kita baca Matius pasal yang ke-5, poin yang pertama adalah berbahagialah mereka yang ada di dalam Kerajaan Allah, itu adalah mereka yang miskin di hadapan Allah, lalu ada kalimat berbahagialah mereka yang lembut hatinya di hadapan Tuhan. Karena ketika kita berbicara berkenaan dengan kasih karunia, kasih karunia itu identik dengan kelembutan hati, kerendahan diri. Tanpa kerendahan hati dan kelembutan hati, orang nggak mungkin mau menerima kasih karunia itu. Karena natur kita yang berdosa adalah menyombongkan diri, natur kita yang berdosa adalah menganggap diri kita mampu untuk mengusahakan kebenaran kita sendiri dan mungkin keselamatan kita sendiri. Itu natur berdosa kita. Makanya pada waktu berbicara berkenaan dengan kasih karunia, Bapak, Ibu tahu tidak apa yang menjadi penghambat terbesar kita menyatakan kasih karunia kepada orang lain? Kira-kira apa? Ada ego kita yang menjadi penghambatnya. Itu yang membuat kita sulit memberi kasih karunia kita kepada orang lain.

Jadi, siapa Stefanus? Dia adalah seorang yang memiliki iman, dipenuhi iman, dia adalah seorang yang penuh dengan Roh Kudus yang dimanifestasikan melalui seorang yang memiliki kehidupan yang penuh dengan kasih karunia dan seorang yang memiliki kuasa bahkan kuasa di dalam melakukan mujizat di dalam hidup dia, tetapi juga dia adalah seorang yang begitu berani untuk menyatakan kebenaran firman karena dasar apa? Karena dasar tadi, dia adalah seorang yang begitu percaya kepada Tuhannya dan hidup dengan kepenuhan Roh Kudus. Itu sebabnya tadi saya bilang Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pada waktu kita bicara tentang apa yang terjadi bagi Stefanus, martir yang dia lakukan, martir itu tidak mungkin terlepas dari suatu karakter yang iman yang atau karakter rohani yang dimiliki oleh diri Stefanus itu sendiri. Dan akibat dari pada dia melakukan itu atau menundukkan diri di bawah kehendak Tuhan, Tuhan kemudian memakai dia untuk menjadi martir yang pertama.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, dari sini saya harap kita juga bisa melihat satu hal yang penting ya. Kalau kita lihat Stefanus dan pelayanannya, maka dia bukan orang yang bisa dikatakan berumur panjang. Dia adalah seorang yang hidupnya begitu singkat mungkin dan mungkin hidupnya juga masih muda dan memiliki kesempatan pelayanan hanya mungkin beberapa waktu, bulan mungkin atau tahun, kita nggak terlalu jelas. Tapi paling tidak pasti tidak lama karena begitu dia terpilih menjadi seorang yang menjalankan pelayanan diakonia, di dalam perikop berikutnya dia kemudian berkhotbah di hadapan orang-orang Yahudi dan akhirnya mati dibunuh tersebut.

Waktu berbicara berkenaan dengan ini, bisa nggak kita berkata bahwa Stefanus itu adalah orang yang sangat disayangkan sekali ya. Orang yang mungkin sangat tidak bijaksana sekali. Karena kalau andai kata ya, andai kata dia tidak berkata di dalam ayat 51 pasal 7 seperti ini, “Hai orang-orang yang keras kepala dan yang tidak bersunat hati dan telinga, kamu selalu menentang Roh Kudus, sama seperti nenek moyangmu, demikian juga kamu. Siapakah dari nabi-nabi yang tidak dianiaya oleh nenek moyangmu? Bahkan mereka membunuh orang-orang yang lebih dahulu memberitakan tentang kedatangan Orang Benar, yang sekarang telah kamu khianati dan kamu bunuh. Kamu telah menerima hukum Taurat yang disampaikan oleh malaikat-malaikat, akan tetapi kamu tidak menurutinya.” Kira-kira dia mati dibunuh nggak? Saya percaya kalimat terakhir ini yang membuat orang-orang itu marah besar sekali pada Stefanus, akhirnya merajam dia mati. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, keberanian dia apakah itu menyatakan ketidakbijaksanaannya? Saya sekali lagi percaya, tidak seperti itu ya. Tetapi keberanian dia itu muncul dari imannya kepada Tuhan yang memelihara.

Yang kedua adalah besar kecilnya seseorang bukan dilihat dari kedudukan ataupun dari kekayaan yang dia miliki, tetapi dari dia setia menjalankan kebenaran Tuhan dan kehendak Tuhan sampai dia mati. Dan tidak ditentukan oleh lamanya waktu dia hidup juga. Kenapa saya bilang seperti ini? Kalau Bapak, Ibu baca di dalam ayat berikutnya, ketika dia dirajam itu dengan batu, dia melihat Kristus berdiri di samping Allah menyambut dia. Ini satu hal yang saya percaya sulit kita terima ya. Ini suatu hal yang mungkin bertolak belakang dengan prinsip kita di dalam dunia ini karena kita sudah begitu tercemar dengan dunia ini. Dalam pikiran kita mungkin orang yang terhormat itu yang punya kedudukan yang tinggi, orang yang terhormat itu adalah orang yang memiliki keuangan yang banyak atau harta yang banyak, orang yang terhormat itu orang yang diakui di dalam masyarakat ini, betul nggak? Mungkin ada bagian itu.

Tetapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, sebagai Anak Tuhan kita harus melihat bahwa orang yang besar di dalam Kerajaan Tuhan itu bukan ditentukan oleh aspek itu. Tetapi orang yang besar dalam Kerajaan Tuhan itu adalah ditentukan dari seberapa dia beriman kepada Tuhan, seberapa dia patuh menjalankan kebenaran firman dalam hidup dia dan seberapa dia dengan satu konsistensi dan keberanian untuk menyaksikan kebenaran firman dalam hidup dia.

Soal akibatnya seperti apa, soal berapa panjang usia yang kita diberikan kepada kita untuk hidup dalam dunia ini, itu nggak jadi urusan loh. Karena Alkitab berkata kita mau berusaha memperpanjang satu hasta saja pada usia hidup kita, itu nggak mungkin kita bisa lakukan kalau Tuhan tidak berkenan untuk itu. Makanya saya percaya ini yang menjadi dasar kenapa Stefanus itu begitu berani sekali, yang jadi dasar kenapa Stefanus itu begitu mungkin frontal dan begitu tajam sekali begitu berani berbicara sesuatu yang menyakitkan hati dari pada orang-orang Yahudi tersebut. Mungkin dia berpikir juga, saya sudah kasih kesempatan bicara bicara bicara, kamu sudah menolak itu, akhirnya dia berbicara seperti ini. Tetapi, kalau Bapak, Ibu mau lihat dari kacamata Tuhan, maka tadi kalau kita kembali ke Amsal 16 saja ya, setiap orang boleh menimbang-nimbang apa yang dia mau katakan tetapi begitu keluar dari mulutnya itu dari siapa? Buka Amsal 16:1, “Manusia dapat menimbang-nimbang dalam hati, tetapi jawaban lidah berasal dari pada TUHAN.”

Jadi, waktu kita bilang mungkin Stefanus ini orang yang ceroboh, orang yang kurang hikmat, orang yang kurang perhitungan, dia seharusnya tidak bicara seperti itu kalau dia buang 3 ayat terakhir ini mungkin dia masih hidup, seperti itu. Tapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, Amsal bilang begitu bicara, itu adalah perkataan bersumber dari Tuhan. Maksudnya apa ya? Maksudnya adalah begini, Bapak, Ibu jangan lupa tadi saya bilang Stefanus menjadi seorang yang ada di dalam transisi pelayanan dari Petrus kepada orang Yahudi di Yerusalem kepada Paulus yang kepada orang non-Yahudi. Dan Stefanus menjadi transisi itu berarti dia menjadi satu orang yang dipakai oleh Tuhan melalui hidup dia, melalui pekabaran Injil dia untuk membuat mulai hari itu Injil mulai disebarkan ke seluruh dunia, bukan lagi kepada Yerusalem atau kepada orang Yahudi karena mereka sudah ditolak oleh Tuhan. Dan ini mungkin kalimat penolakan tersebut, kamu sudah diutus berkali-kali oleh Tuhan melalui nabi-nabi-Nya memperingati kamu supaya kamu mau bertobat dan kamu mau kembali tetapi kamu tidak mau kembali dan tidak mau bertobat. Dan akibat itu terjadi penganiayaan dan akhirnya orang Kristen mulai tersebar keluar dari Yerusalem kecuali rasul-rasul yang masih ada di Yerusalem.

Saya pernah mendengar satu kalimat yang keluar dari salah satu pendeta yang berkata seperti ini, “Pak Tong itu kalau bikin acara KKR tolonglah bijaksana sedikit. Masa memberi tema seperti “Bertobatlah, Mengapa Harus Binasa?”” Dia bilang, “Kalau orang itu menginjili, janganlah pakai pisau parang itu yang bagian tajamnya terus untuk caplokkin orang, sekali-kali pakailah yang bagian tumpulnya itu untuk memotong orang.” Lalu kalimat kedua adalah, “Pak Tong itu enak. Ketika mengadakan acara di mana-mana habis mengadakan acara, dia pergi lalu kita yang di sini yang harus beresin sisa-sisanya, akibatnya.” Waktu itu saya cuma ngomong kayak gini, “Bapak jangan lupa, cabang Pdt. Stephen Tong juga ada di kota ini. Jadi kalau mau beresin yang namanya beresin bukan cuma gereja bapak dan sinode bapak, bukan cuma bapak, tetapi kita pun harus ikut memberesi apa yang diakibatkan oleh pelayanan Pdt. Stephen Tong.”

Tapi, Bapak, Ibu kalau lihat dari kacamata Tuhan, ketika Pak Tong pergi misalnya setelah mengadakan KKR terjadi gejolak di satu daerah tertentu, kira-kira kehendak Tuhan bukan? Apakah itu sesuatu yang bijaksana atau tidak bijaksana? Saya berdoa kita sebagai orang Kristen ketika melakukan segala sesuatunya dan mengalami segala sesuatunya, tolong lihat dari kacamata Tuhan. Tolong lihat dari segala sesuatu itu ada di dalam pimpinan dan pemeliharaan Tuhan, maka kita akan menjadi orang yang tidak kehilangan iman kita dan terus menjadi orang yang hangat dalam hidup kita. Kalau tidak, saya percaya banyak hal yang akan hambar dalam hati kita atau kita akan mengalami kekecewaan dalam diri kita karena kita pikir itu adalah sesuatu yang bukan kehendak Tuhan, dan karena bukan kehendak Tuhan, saya tidak bisa buat apa-apa, saya tidak perlu menyatakan kesaksian hidup saya sebagai orang Kristen yang telah ditebus oleh Kristus atau membawa orang datang kepada Kristus.

Ini bukan hanya bicara tentang iman ya, bukan hanya bicara tentang kesaksian hidup kita berkaitan dengan siapa Yesus melalui kata-kata kita, melalui Injil, tapi saya percaya seluruh aspek hidup kita kalau kita lihat dari kacamata Tuhan, itu akan menolong kita di dalam berjalan di tengah-tengah dunia ini. Dan tentunya ujung-ujungnya tetap untuk menjadi kesaksian bagi nama Tuhan.

Sekali lagi, orang yang besar di hadapan Tuhan bukan ditandai dengan harta yang banyak, bukan dia bisa melakukan apa yang dia inginkan kalau dia mau sesuatu dia bisa lakukan itu orang yang hebat, bukan. Tapi orang yang besar adalah orang yang menundukkan dirinya di bawah kehendak Tuhan sepenuhnya dan beriman kepada Dia dan bersaksi bagi nama Dia. Sisanya adalah serahkan ke dalam tangan Tuhan apa yang Tuhan mau biarlah itu terjadi dalam hidup dia. Tuhan akan menghargai orang ini. Kiranya Tuhan boleh memberkati kita ya. Mari kita berdoa.

Kami kembali berdoa bersyukur, Bapa untuk firman yang boleh kami renungkan, kebenaran yang boleh Engkau bukakan bagi kami. Sekali lagi kami mohon Engkau boleh berikan kepada kami keteguhan hati seperti halnya Stefanus yang penuh dengan iman dan penuh dengan Roh Kudus dalam hidup dia sehingga melalui imannya dan melalui ketaatannya kepada Tuhan, ia boleh menjadi alat Tuhan yang Engkau pakai untuk menjadi satu kesaksian ditengah-tengah zamannya. Kami juga rindu Engkau boleh memimpin gereja-Mu ini, memimpin setiap hati dari pada orang-orang Kristen untuk hidup di dalam ketaatan kepada Engkau dan kepenuhan dari Roh Kudus-Mu sehingga kami juga boleh makin bertumbuh di dalam iman kami dan makin bertumbuh di dalam pengudusan hidup kami, dan ada kuasa Tuhan yang boleh menyertai kami dalam kehidupan kami sehingga setiap aspek hidup kami boleh membawa suatu kemuliaan bagi nama Tuhan untuk Injil dan kebenaran-Mu disaksikan. Tolong belas kasih-Mu ya, Bapa, tolong pelihara setiap keluarga-keluarga Kristen yang ada dan berbakti di tempat ini dan juga di Indonesia ini dan seluruh dunia. Kami rindu khususnya di dalam masa pandemi ini Engkau boleh tetap pelihara, Engkau jauhkan dari yang jahat, Engkau pimpin dan juga jaga kesehatan dari anak-anak-Mu tetapi khususnya juga kerohanian mereka sehingga ketika mereka menjalani hidup ini, mereka boleh tetap melihat kepada Tuhan yang memimpin dan memelihara hidup mereka di manapun mereka berada sehingga ketika mereka memutuskan segala sesuatunya berkenaan dengan hidup mereka, apa yang harus dilakukan, apa yang tidak dilakukan, mereka boleh tetap melihat dari kacamata Tuhan dan tidak kehilangan iman di dalam keputusan yang mereka ambil tersebut sehingga nama Tuhan boleh tetap dipermuliakan. Kami berdoa bersyukur hanya di dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Amin.

 

Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah (KS)