Rumah Tuhan sebagai Rumah Doa, 25 Juli 2021

Lukas 19:45-48

Vik. Nathanael Marvin, M. Th.

Kisah ini terjadi setelah kisah di mana Yesus menaiki keledai muda yang belum pernah ditunggangi untuk masuk Yerusalem. Setelah melayani di sekitar Yerusalem, Yesus mulai menjalankan pelayanan yang utama yaitu di kota Yerusalem, semakin dekat dengan bukit Golgota, semakin dekat dengan penderitaan, semakin dekat dengan ujian dan pencobaan yang terbesar dalam kehidupan Yesus Kristus yaitu disalibkan untuk menanggung hukuman dosa kita semua. Yesus masuk mulai ke Yerusalem dengan dielu-elukan, dengan dipuji-puji oleh begitu banyak orang yang, dengan begitu banyak orang menyambut Dia, “Raja! Raja! Mesias! Mesias!” Orang-orang memuji Yesus tentang segala karya mujizat-Nya, orang-orang memuji Yesus tentang segala kemegahan, keagungan Yesus dalam pelayanan-Nya dan segala ajaran-Nya.

Tetapi sebagai nabi yang mengerti firman Tuhan, Yesus tahu bahwa ada kerusakan moral yang terjadi di dalam orang-orang Yahudi di bangsa Yahudi, terutama di kota Yerusalem yang terkenal dengan Bait Allah sebagai pusat ibadah orang Yahudi pada waktu itu, sebagai tempat ibadah paling besar, paling megah. Ternyata tempat ibadah yang besar tidak menentukan kerohanian seseorang, tidak menentukan kerohanian orang itu baik, meskipun Bait Allah itu begitu besar, begitu megah, begitu mahal, begitu orang bisa banyak hadir di sana. Tetapi justru orang-orang Yahudi moralnya begitu rusak, begitu bobrok. Yerusalem sudah begitu berdosa. Orang-orang Yahudi menjadi legalisme, hati mereka penuh kebencian kepada bangsa Romawi, tidak menghargai pemerintahan, mereka membenci orang-orang Roma, dan hati mereka tidak mau mencari Tuhan. Mereka sudah lama tidak mencari Tuhan sungguh-sungguh meskipun mereka dekat dengan Bait Allah. Meskipun mereka dekat dengan gereja, banyak orang Kristen yang tidak mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh.

Nah maka Yesus ketika menghadiri Yerusalem, memasuki Yerusalem, pernah berkata tentang Yerusalem. Bukan memuji tetapi Yesus berkata dengan penuh kesedihan, dengan tangisan, “Oh Yerusalem, Yerusalem, begitu banyak engkau membuat dosa di dalam kehidupanmu, engkau ini seperti anak ayam kehilangan induknya.” Dengan tangisan yang luar biasa Yesus bersedih. Bukan karena kota Yerusalem kota yang besar, bukan karena Yerusalem ada Bait Allah yang besar, tetapi karena Yerusalem itu penuh dengan dosa orang-orang Yahudi. Yesus ingin agar orang-orang Yahudi mengintrospeksi diri, dan Tuhan menyatakan bahwa suatu hari nanti Dia akan mengalami penderitaan dan hukuman di kota Yerusalem. Yesus memperingati mereka bahwa Yerusalem begitu berdosa dan Yesus pun suatu hari nanti akan menderita dan dihukum karena untuk menanggung hukuman dosa manusia yang berdosa.

Nah Bapak, Ibu, Saudara sekalian, pada waktu Yesus mulai masuk lagi ke dalam Yerusalem, tibalah Yesus ke Bait Allah, dan di sinilah kisah di mana Yesus mulai menyatakan murka Allah, di Bait Allah. Sebelum Yesus nanti akhirnya menanggung murka Allah di atas bukit Golgota, di atas kayu salib, Yesus pernah menyatakan murka yang sangat besar di hadapan publik, di hadapan orang Yahudi, dan orang-orang pengikut Yesus Kristus, Yesus menyatakan murka-Nya yang begitu besar di Bait Allah. Kenapa Yesus murka di Bait Allah? Bukankah Bait Allah itu harus menyatakan cinta kasih Allah? Bukankah Bait Allah itu tempat orang tenang, beribadah? Kenapa harus marah-marah? Dan di sini Yesus sedang menyatakan pengenalan akan Tuhan yang bisa murka kepada orang-orang yang melakukan dosa.

Orang-orang yang datang ke Bait Allah pada waktu itu bukan untuk cari Tuhan. Bahkan mereka menghalangi orang untuk beribadah kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh. Ada orang yang beribadah dengan sungguh-sungguh ke Bait Allah? Ada. Tapi mereka dihalangi oleh para pedagang, para imam-imam yang korup, para orang-orang yang tidak mau beribadah, yang inginnya cari untung saja. Mereka dihalangi oleh orang yang demikian. Di sana Yesus murka. Mereka itu bukan menyembah Allah tapi menyembah berhala.

Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kalau kita memikirkan arti daripada gereja atau Bait Allah, kita bisa menemukan istilah dalam Alkitab itu Bethel. Bethel itu kita tahu artinya adalah Rumah Allah. Beth itu rumah, El itu Elohim atau Tuhan. Jadi gereja itu apa atau Bait Allah itu apa, Bethel itu apa? Rumah Allah. Harusnya menyembah Allah, fokus kepada pribadi Allah. Tidak boleh fokus pada pribadi yang lain. Namanya juga Rumah Allah, tidak boleh berfokus pada pribadi pengkhotbah, tidak boleh berfokus pada pribadi-pribadi yang lain. Namanya saja Rumah Allah, harus fokus untuk melihat, berfokus untuk mengenal Allah itu siapa.

Gereja adalah Bait Allah di mana Allah itu berdiam dan bertakhta, maka waktu kita datang ke gereja, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ke GRII Yogyakarta meskipun saat ini ada di Grand Pacific, tapi suatu hari nanti kita percaya Tuhan menyediakan tempat kita beribadah yang baru. Waktu kita beribadah bersama-sama kita harus ingat bahwa kita itu sedang mau ketemu siapa, kita mau mengenal siapa, mau fokus kepada pribadi siapa waktu kita ke gereja. Banyak yang fokusnya seperti orang-orang Yahudi pada waktu itu, cari uang, fokus pada uang berhala mereka. Fokus kepada nama, supaya saya dikenal, “Rajin ya datang ke gereja.” Fokus kepada banyak hal, motivasi yang begitu banyak.

Kenapa kita beribadah hari Minggu? Ada yang secara online, ada yang secara fisik, kenapa kita putuskan secara online, kenapa kita putuskan secara fisik, itu lebih penting daripada kita datang fisik atau secara online waktu ibadah. Alasan, motivasi itu jauh lebih penting daripada prakteknya. Perlu pergumulan bersama dengan Tuhan, perlu bimbingan oleh Roh Kudus. Kenapa kita beribadah? Apakah sekedar rutinitas saja, kewajiban saja karena tugas? Atau memang kita rindu menyembah dan melayani Allah bersama-sama dengan saudara seiman? Ini perlu kita gumulkan terus waktu kita datang di hari Minggu.

Firman Tuhan mengatakan ingat dan kuduskanlah hari Sabat. Ingat, oh besok itu hari Minggu, ingat, harus persiapan, harus ada hal yang bisa dipersiapkan untuk bisa datang ke gereja. Lalu kuduskan hari Sabat, berarti kita bukan menguduskan supaya hari itu betul-betul wah sampai tidak ada dosa sedikit pun, bukan sekedar itu saja Bapak, Ibu, Saudara sekalian, tetapi kita ingin menguduskan motivasi kita. Ketika kita datang ibadah, Tuhan panggil kita beribadah untuk apa? Untuk apa kita beribadah kepada Tuhan di dalam waktu yang kurang lebih 2 jam ini? Mencari Tuhan atau mencari diri kita sendiri?

Ada dua pilihan motivasi, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, sederhananya waktu kita datang beribadah, yang pertama adalah kita motivasinya datang ke Rumah Tuhan atau jangan-jangan kita sedang datang ke rumah berhala? Datang ke Rumah Tuhan atau ke rumah berhala jangan-jangan? Kita bisa saja datang ke gereja tapi hati kita menyembah berhala. Mungkin saja orang di luar sana datang ke tempat yang bukan gereja tapi hati mereka cari Tuhan, mana yang benar, Tuhan yang benar mana, kebenaran yang sejati yang mana? Bukankah itu anugerah umum yang luar biasa, harus kita hormati? Seperti Kornelius, perwira yang tidak kenal Tuhan, ibadahnya, sedekahnya sampai ke Tuhan. Dia bukan orang Kristen. Kornelius perwira Romawi itu.

Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita perlu berdoa waktu ke Rumah Tuhan karena Rumah Tuhan adalah rumah doa. Sebelum kita ke Rumah Tuhan, supaya rumah doa ini, gereja ini tidak disalahfungsikan, kita perlu teliti hati kita sebelum menginjak Rumah Tuhan ini yang adalah rumah doa. Ingat bahwa ketika kita di Bait Allah, Allah bukan saja bisa menyatakan anugerahnya secara positif, tapi kita bisa lihat juga di dalam kisah ini bagaimana Yesus menyatakan anugerah Allah secara negatif yaitu apa? Murka Allah. Apa Yesus berdosa waktu Dia marah-marah di Bait Allah? Tidak. Apakah Yesus berdosa ketika mengusir para pedagang di sana, menjungkirbalikkan meja, mengacaukan suasana yang tenang, penuh senyuman? Tidak, Yesus tidak berdosa karena Yesus sedang menyatakan murka Allah dan kekudusan Allah. Kekudusan Allah itu jauh lebih penting daripada popularitas Yesus yang terkenal baik, terkenal mengasihi dan berkuasa, Bapak, Ibu, Saudara sekalian.

Kenyamanan orang pada waktu itu terganggu, kedamaian orang itu hilang, karena Yesus marah. Kaget kita kalau ada orang marah, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, di publik kita kaget. Kenapa orang marah? Langsung semua orang kumpul. Tapi kalau marah di rumah ya mungkin nggak terlalu kaget ya, sudah biasa marah-marah setiap hari. Tapi kalau di publik, ini nggak sembarangan. Kalau marah di publik, pertama orangnya memang keterlaluan, nggak tahu manner, nggak tahu sopan santun, yang kedua ada hal yang penting sekali yang disampaikan oleh orang tersebut ketika dia marah secara publik. Nah ini maka orang kaget. Wah, luar biasa.

Perlu diketahui Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kisah ini adalah kisah bagaimana Yesus sebentar lagi memasuki Paskah orang Yahudi. Memasuki perayaan Paskah, Yesus sedang menyucikan Bait Allah supaya perayaan Paskah itu bisa berlangsung dengan baik dan benar. Yesus menyadarkan kepada orang-orang di sana Rumah Allah, Bait Allah adalah rumah doa. Apakah kita sadar bahwa gereja adalah rumah doa, Bapak, Ibu, Saudara sekalian? Tempat yang tenang untuk bisa memuji Allah, tempat yang tenang untuk bisa memohon kepada Allah, tempat yang tenang supaya bisa mengenal Allah lebih dalam lagi, berelasi dengan Allah lagi. Kita harus mengerti hal ini. Kita itu fokus kepada Tuhan. Tetapi ketika kita fokus kepada Tuhan, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita akan semakin mengasihi sesama kita yang ada di gereja ini. Karena Alkitab mengatakan barangsiapa mengasihi Allah, dia akan mengasihi sesamanya. Bagaimana mengasihi Allah, fokus kepada Allah? Ternyata melalui sesama kita manusia, melalui saudara kita yang terlihat. Yang terlihat saja kita tidak kasihi, bagaimana mau mengasihi yang tidak terlihat? Maka waktu kita semakin fokus pada Allah, kita juga semakin fokus kepada sesama untuk berbuat baik, untuk mengasihi mereka, untuk betul-betul berelasi dengan mereka. Itu ya rumah doa.

Nah sekarang kita akan bahas pertanyaan, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, bagaimanakah Yesus menyadarkan orang bahwa Bait Allah itu adalah rumah doa? yang pertama di ayat 45 kita bisa lihat tindakan pertama Yesus menyadarkan orang bahwa Bait Allah adalah rumah doa, yang pertama adalah, “Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mulailah Ia mengusir semua pedagang di situ.” Di sini adalah sebuah apa? Kita bisa lihat, kita bisa tafsirkan bahwa Yesus itu sedang bertindak sesuatu ketika ada hal yang tidak benar. Ketika Yesus melihat di Bait Allah ada motivasi yang tidak kudus, motivasi yang betul-betul egois, di sinilah Yesus menyucikan Bait Allah dengan tindakan-Nya, perbuatan-Nya. Ada perbuatan dari Yesus yang begitu mengasihi orang-orang pada waktu itu. Allah kita bukanlah Allah yang pasif, Allah yang tidak aktif, yang harus ditarik-tarik, “Ayo kerja! Kerja! Bertidak! Bertindak!” bukan. Allah kita adalah Allah yang aktif ketika ketidakbenaran ataupun kesalahan terjadi. Allah kita adalah Allah yang mau bekerja, Allah yang inisiatif ketika ada kesulitan terjadi, ketika ada COVID-19, ketika ada orang menderita, yang duluan itu adalah Allah yang bekerja. Melalui siapa? Harusnya Tuhan memakai kita sebagai orang Kristen untuk melakukan kasih.

Kita sangat bersyukur GRII Jogja boleh mendapatkan kesempatan untuk melakukan aksi kasih. Tadi sudah disampaikan rencana pertengahan Agustus kita memulai aksi kasih. Aksi kasih itu apa sih? Kita mau menyatakan Allah bertindak, itu aksi kasih. Allah bertindak bagi yang membutuhkan, yang kesulitan, membutuhkan oksigen, memerlukan pertolongan. Tuhan itu tidak serta merta bertindak dengan kuasa-Nya yang begitu besar, tapi Tuhan itu memakai kita. Wah kita nggak layak, kita nggak layak dipakai Tuhan tapi Tuhan mau pakai kita. Tuhan itu sangat rendah hati, Tuhan itu sangat mengasihi kita.

Allah zaman sekarang itu bertindak itu melalui orang-orang Kristen lebih banyak. Tapi apakah Allah bisa bertindak? Bisa saja. Terserah Dia mau bertindak sebagaimana Dia dengan hikmat-Nya Dia bisa bertindak. Tapi Tuhan mau memakai kita yang katanya kenal Allah, yang katanya pengikut Allah, pengikut Kristus. Di sini kita bisa lihat Allah kita adalah Allah yang bertindak, dan waktu Allah menyatakan kekudusan dan murka-Nya, Dia bertindak. Mari kita baca Mazmur 37:5. Di sini kita bisa mengenal Allah adalah Allah yang bertindak, “Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak;” Commit your way to the Lord, trust in him and he will do this. Ayat 6 dikatakan, “Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang, dan hakmu seperti siang.” Ia akan melakukan, Ia akan bertindak segala sesuatu untuk menyatakan kebenaran, untuk menyatakan kasih-Nya kepada kita.

Ini adalah ayat yang menunjukkan Allah itu bertindak. Tetapi hati-hati ketika kita mengerti ayat ini, bukan berarti perbuatan Allah atau tindakan Allah ditentukan oleh tindakan manusia. Memang kan kalimatnya mengatakan kamu bertindak dulu yuk, serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepada-Nya, maka Ia akan bertindak. Bukan serta merta karena kita sudah bertindak pasti Allah akan bertindak, tidak. Ini menunjukkan bahwa Tuhan itu tepat janji kepada yang taat. Kepada yang setia Tuhan itu mau pasti bertindak. Tetapi ketika kita tidak bertindak apa-apa, Tuhan bisa bertindak nggak? Tetap bisa bertindak, tetap bisa melakukan segala sesuatu. Dia Mahakuasa. Kalau kita tidak mau dipakai Dia, Dia bisa pakai yang lain.

Tuhan itu bisa bertindak luar biasa. Allah sangat menghargai orang yang menyerahkan hidup dan percaya kepada-Nya sampai dijanjikan demikian. Kamu menyerahkan hidupmu pada Tuhan? Kamu mau percayakan hidupmu pada Tuhan? Tuhan akan bertindak. Nah ini penghiburan bagi orang yang terpanggil jadi hamba Tuhan ya, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita menyerahkan diri untuk Tuhan, percaya pada Tuhan, tenang saja Tuhan pelihara. Kepada setiap kita yang mau melayani Tuhan, kita serahkan hidup kita, kita percaya kepada-Nya, Tuhan itu bertindak. Tetapi Tuhan pun bisa bertindak ketika kita tidak percaya kepada-Nya, ketika kita tidak serahkan hidup kepada-Nya. Tuhan bisa bertindak juga. Ini menunjukkan penghargaan kepada kita ya. Dia melakukan apa yang dikehendaki-Nya itu bisa saja Tuhan melakukan hal tersebut. Tindakan Allah itu begitu bebas, tidak tergantung oleh perbuatan manusia ya. Tuhan itu luar biasa.

Bapak, Ibu, Saudara sekalian, saya pernah diskusi dengan seorang pemuda mengenai satu hal ya. Dia bertanya soal doa, soal doa tentang pemikiran hal ini, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, dia berkata bahwa, “Saya sangat takut. Saya sangat takut kalau saya itu tidak taat kepada Allah nanti akan terjadi kecelakaan dalam hidup saya dan akan terjadi hal buruk,” gitu ya. Kadang-kadang kita merasakan demikian, kalau kita nggak taat, berdosa. Wah nanti ada kecelakaan, ada wah hal yang buruk lah. Konsepnya dia adalah ketika saya berpikir A dia takut malah kejadian A gitu ya karena sudah berulang-ulang kejadian dalam hidupnya, pengalaman ya. Berdasarkan pengalaman dia membuat doktrin, “Kalau saya pikir A, saya pikirkan hal ini kalau saya tidak taat, maka buruk. Kalau saya pikirkan hal ini maka terjadi demikian, pikir B maka terjadi kemudian.” Jadi dia sangat takut berpikir-pikir terus ya malah nanti kejadian.

Lalu saya diskusi ya bertanya ya lalu kalau memang segala tindakan kita menentukan situasi dan kondisi yang ada dalam kehidupan kita, siapa Tuhannya? Siapa Tuhannya kalau kita pikir sesuatu terjadi, kalau kita tidak taat pasti terjadi ini, kalau kita taat terjadi ini. Wah lama-lama kita jadi Tuhan. Siapa Tuhannya? Kita harus mengenal Allah itu bukan berdasarkan tindakan kita. Tuhan yang berdaulat bisa melakukan apapun yang Dia kehendaki demi kemuliaan Allah saja. Hati-hati jangan sampai kita berpikir bahwa tindakan kita itu menentukan segala hal, segala masa depan kehidupan kita, tidak. Tuhan lah yang penentu hidup kita.

Di sini kita kembali lagi waktu Tuhan Yesus bertindak, yaitu Dia masuk ke Bait Allah kemudian mengusir mereka yang motivasinya salah, Yesus sedang menyatakan kekudusan Allah. Ini kita bisa berpikir ulang betul-betul kenapa Yesus marah-marah di Bait Allah? Bukankah orang bisa gosip tentang Dia? Bukankah orang-orang bisa negative thinking terhadap Yesus Kristus? Bukankah akhirnya popularitas Yesus itu semakin menurun? Tetapi balik lagi Yesus marah demi tujuan Allah itu terjadi atas hidup mereka, mereka mengerti kesucian Tuhan, mereka mengerti kesucian rumah Tuhan, gereja. Mereka sudah rombak rumah Tuhan menjadi rumah berhala dan di situlah waktu Tuhan untuk bertindak.

Mazmur 119:126 di situ dikatakan, “Waktu untuk bertindak telah tiba bagi TUHAN; mereka telah merombak Taurat-Mu.” Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kalau ada yang bisa merombak sesuatu yang Tuhan sayangi, pasti Tuhan bertindak. Ini sangat-sangat kita mengerti waktu kita berkeluarga Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kalau ada yang macam-macam sama keluarga kita, masa kita diam saja? Macam-macam sama pasangan kita, macam-macam sama anak kita, apakah kita diam saja? Ya nggak. Tuhan menganggap bahwa gereja ya, umat Tuhan adalah mempelai istri dari Yesus Kristus yang adalah mempelai pria dari gereja. Tuhan anggap gereja itu apa? Fisiknya, gedungnya, rumahnya adalah rumah-Nya.

Kalau ada yang macam-macam sama rumah kita, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita juga cari kan ya. Kenapa bel-bel aja ya nggak ada orangnya? Kita marah. Baru soal bel, pagar rusak. Belum yang dalam-dalamnya rusak. Pencuri, perampok masuk ke rumah kita, pasti kita lapor polisi, pasti kita bertindak bahkan bisa menyiksa ya karena kita manusia berdosa, menyiksa pencurinya kalau ketemu. Kita akan bertindak kalau sesuatu terjadi di rumah kita sendiri. Demikian kalau macam-macam sama rumah Tuhan, Tuhan pun bertindak kalau Tuhan itu mengasihi rumah-Nya, kalau Tuhan itu anggap gereja itu atau Bait Allah itu adalah rumah doa.

Ada pertanyaan Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kenapa ya gereja di Eropa itu semua makin surut? Hamba Tuhan makin sedikit? Orang yang ke gereja itu tua-tua semua, yang muda-muda itu ke club ya, ke tempat lain bukan ke gereja. Malas ke gereja. Semuanya lemes-lemes, kalau di perkumpulan mereka bisa semangat-semangat. Nah kenapa ya? Di Eropa, Amerika banyak gereja itu mengalami penurunan. Katanya kalau rumah Tuhan, rumah doa, di sana Tuhan bisa bertindak. Mana tindakan Tuhan? Mana tindakan Tuhan atas gereja-gereja yang mendahului kekristenan?

Bapak, Ibu, Saudara sekalian, mungkin saja Tuhan itu tidak bertindak apa-apa karena Tuhan anggap itu bukan rumah-Nya lagi. Itu rumah penyamun, rumah berhala, Tuhan biarkan sampai gereja tutup. Ini cukup memalukan ya. Gereja tutup itu malu harusnya kita. Tutup karena sudah tidak ada hamba Tuhan dan jemaat. Malu. Karena apa? Yesus katakan Aku akan menyertai kamu bagi kamu yang mengabarkan Injil sampai akhir jaman. Loh gereja bisa tutup berarti nggak ada penyertaan Tuhan. Demikian gereja-gereja yang tutup karena berdosa ya, karena dosa, karena hamba Tuhan yang malas menginjili, jemaatnya tidak mengenal Tuhan, gereja tutup, gereja dijual bahkan gereja jadi bar, itu Tuhan mungkin sudah anggap itu bukan rumah-Ku. Itu rumah orang lain, pribadi lain, berhala.

Di dalam rumah Tuhan pasti ada tindakan Allah, pasti. Maka hal yang wajar kalau di dalam firman Tuhan itu ada teguran, ada murka, ada kasihnya juga. Kita sudah melihat kasih Allah begitu besar di Yohanes 3:16, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Kita sudah tahu kasih Allah. Gereja sudah tahu. Tapi kita perlu melihat bahwa gereja pun bisa, dari rumah Tuhan bisa jadi rumah berhala. Dari rumah Tuhan, house of prayer bisa jadi den of robbers. Hati-hati. Yesus masuk ke kumpulan penyamun, den of robbers, Dia mengadakan perubahan di sana, menyucikan Bait Allah. Yesus ingin agar mereka semua fokus menyembah Allah Tritunggal, bukan dengan motivasi-motivasi kepentingan diri ataupun ekonomi.

Orang Kristen waktu ke gereja perlu motivasi hati yang suci, dengan apa? Salah satunya kuncinya adalah dengan doa. Bapak, Ibu, Saudara sekalian, waktu kita mau datang ke gereja, kita sudah berdoa belum? Untuk memurnikan motivasi kita, untuk membuat kita fokus menyembah Tuhan. Kita perlu berdoa dulu minta pertolongan Tuhan agar kita bisa menyembah Allah saja. John Calvin katakan orang yang tidak berdoa adalah penyembah berhala. Orang yang tidak berdoa adalah penyembah berhala. Tidak punya kemampuan berkoneksi dengan Allah itu adalah penyembah berhala sebenarnya. Maka waktu kita datang ke Bait Allah, kita perlu berdoa ya. Perlu berdoa. Kenapa kita berdoa? Karena sesuai dengan definisi John Calvin karena kita bukan penyembah berhala maka kita berdoa. Kita berdoa karena kita ingin menyembah Allah di dalam gereja, ibadah fokus kepada Allah. Ini yang pertama alasan bagaimana Yesus menyucikan Bait Allah, bagaimana Yesus menyadarkan orang bahwa Bait Allah adalah rumah doa? Caranya adalah dengan bertindak sesuatu. Tentu dengan bijaksana ya, dan murka Yesus pada waktu di Bait Allah itu adalah bijaksana juga.

Alasan kedua mari kita lihat alasan kedua di Lukas 19:46. Yaitu, “Kata Yesus kepada mereka: “Ada tertulis: Rumah-Ku adalah rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun.” Jadi Yesus bagaimana menyadarkan orang bahwa Bait Allah adalah rumah doa? Yaitu yang kedua Yesus mengucapkan firman menjelaskan firman Tuhan. Ada tertulis rumah Allah adalah rumah doa. Di sini kita bisa melihat 2 penjelasan tentang tempat ya, lokasi, rumah Allah dan juga sarang penyamun. Rumah doa dan sarang penyamun. Yang satu begitu suci, yang satu begitu tidak suci. Kita lihat tempat pertama dulu yaitu adalah rumah doa. Rumah doa, rumah doa adalah menggambarkan bagaimana kita mengenal Allah ya.

Tetapi kita bisa berpikir kenapa ya Tuhan sebut rumah Allah itu sebagai rumah doa? Kenapa kita tidak sebut rumah firman Tuhan? Keren juga kan ya. Bagus juga rumah firman Tuhan. Rumah doa. Bukan kah GRII menekankan logos, firman Tuhan. Kenapa rumah doa? Kenapa nggak rumah firman Tuhan? Rumah suci? Rumah yang indah? Yesus sedang menjelaskan Bait Allah itu sesuai dengan apa yang dikatakan oleh firman Tuhan. Firman Tuhan yang katakan rumah Allah adalah rumah doa. Maka Yesus kutip betul-betul literal rumah doa. Mari kita lihat Yesaya 56:7, Yesus kutip dari sini, “Mereka akan Kubawa ke gunung-Ku yang kudus dan akan Kuberi kesukaan di rumah doa-Ku. Aku akan berkenan kepada korban-korban bakaran dan korban-korban sembelihan mereka yang dipersembahkan di atas mezbah-Ku, sebab rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa.”

Di sini Allah menggambarkan bahwa tempat di mana umat-Nya bisa mempersembahkan korban, bisa sujud menyembah kepada Allah adalah di rumah Allah, rumah doa. Rumah untuk mempersembahkan sesuatu kepada Tuhan secara khusus. Bapak, Ibu, Saudara sekalian, itulah pentingnya juga sebenarnya ibadah fisik. Ibadah online kita nggak bisa datang ke rumah Tuhan. Adanya di rumah kita. Kita seolah-olah membawa rumah Tuhan ke rumah kita karena online gitu ya. Tetapi itu tidak menggambarkan yang sepenuhnya. Waktu kita datang secara fisik, kita itu sedang mempersembahkan tubuh kita dari ujung rambut sampai telapak kaki kita datang untuk Tuhan. Ini tubuhku kupersembahkan untuk memuji Tuhan, kupersembahkan untuk memikirkan Tuhan, kupersembahkan hatiku untuk Tuhan, kupersembahkan rohku yang ada dalam tubuhku ini untuk datang secara fisik. Wah ini luar biasa. Rumah doa seperti demikian. Untuk mempersembahkan yang terbaik untuk Tuhan itu adalah rumah Tuhan ya. Di sini adalah luar biasa sekali supaya orang datang.

Ternyata rumah Tuhan ini Tuhan bukan buka hanya kepada umat pilihan saja, tahu kita berdasarkan Yesaya ini. Tuhan buka juga kepada seluruh orang yang belum kenal Kristus boleh datang ke rumah Tuhan. Maka rumah-Ku disebut rumah doa bagi segala bangsa. Ini disebutkan rumah doa itu 2 kali di dalam Yesaya 56:7, “Kuberi kesukaan di rumah doa-Ku.” My house of prayer. Yang kedua, a house of prayer for all nations, rumah doa untuk semua bangsa. Siapa yang mau kenal Tuhan boleh datang ke gereja, boleh datang ke Bait Allah. Satu-satunya tempat ibadah yang boleh untuk seluruh agama adalah gereja, Bait Allah. Siapapun boleh datang mengenal Kristus, kita tidak tolak. Kita tidak tolak orang siapapun, agama apapun.

Kemudian kita lihat Yeremia 7:11, ini ayat yang berdasarkan kalimat Yesus ya, “Sudahkah menjadi sarang penyamun di matamu rumah yang atasnya nama-Ku diserukan ini? Kalau Aku, Aku sendiri melihat semuanya, demikianlah firman TUHAN.” Ini ya dasar dari rumah Tuhan adalah rumah doa, rumah di mana atasnya nama-Ku diserukan, rumah di mana kita bisa menyerukan nama Tuhan, itu rumah doa. Di sini Yesus menjelaskan ya tentang dasar dari sarang penyamun. Di sini disebutkan sarang penyamun, sudahkah menjadi sarang penyamun di matamu rumah yang atasnya nama-Ku bisa diserukan? Sarang penyamun atau pencuri ya den of thieves, den of robbers.

Di situ Yeremia sebagai nabi Allah sedang menegur kebobrokan, jadi konteksnya adalah Yeremia sedang menegur orang-orang yang sambil menjalankan tugas keagamaan mereka, mereka juga melakukan dosa. Sambil mereka menindas begitu banyak orang yang membutuhkan, orang miskin, orang janda, marginal, mereka tidak peduli. Mereka tidak berbuat kasih, tidak berbuat keadilan, mereka menyatakan kekerasan padahal mereka katakan mereka datang ke rumah Tuhan, mereka menyembah Allah tetapi mereka malah berbuat dosa yang lain. Allah melihat kepura-kepuraan dalam diri mereka dan Allah berjanji untuk bertindak dengan para pencuri itu di rumah Allah. Supaya rumah Allah itu disucikan sehingga rumah Allah itu adalah rumah doa di mana nama Tuhan bisa disebutkan kembali karena sudah terlalu lama rumah Allah itu tidak menyebutkan nama Tuhan, tidak menyembah Tuhan karena begitu banyak orang yang munafik. Itu di dalam Yeremia. Itu Bapak, Ibu, Saudara sekalian, sangat penting. Sangat penting.

Ada kesaksian, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ada kesaksian yang sebenarnya sungguh menyedihkan ketika ada seorang guru Sekolah Minggu ya, guru sekolah minggu yang sudah 10 tahun melayani Tuhan di sekolah minggu tiba-tiba berhenti dan tidak mau melayani lagi. Tiba-tiba berhenti dan tidak melayani lagi. Sebenarnya lebih penting apanya sih? Alasannya ya. Yang membuat menjadikan itu alasannya, bukan soal realitanya, bukan soal faktanya dia tidak melayani lagi. Tidak melayani lagi nggak apa-apa. Kalau memang Tuhan panggil di dalam pelayanan yang lain atau kalau memang alasannya baik dan benar ya. Tuhan kan nggak maksa kita melayani kan? Tuhan nggak pernah paksa kita. Kita yang suka memaksa orang lain mungkin ya. Tuhan nggak pernah paksa kita melayani.

Tetapi alasan yang membuat menyedihkan adalah dia berkata ketika orang bertanya, “Kepada guru Sekolah Minggu ini kenapa kamu nggak ngajar Sekolah Minggu lagi?” Dia katakan bahwa, “Saya ini sudah lebih-lebih melayani Tuhan. Nggak kurang melayani Tuhan, sudah bertahun-tahun. Tetapi saya tetap tidak kaya. Keluarga saya tetap miskin. Ya tetap pegawai biasa, hidup tidak mapan. Udah. Saya nggak mau melayani lagi.” Nah, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita anggap rumah Tuhan itu apa? Tempat kita dapat berkat Tuhan saja? Ya, kita kasih pelayanan, Tuhan berkati saya, harus kaya.

Nah ini sangat menyedihkan kalau kita memiliki motivasi yang salah ketika kita datang ke rumah Tuhan, ya. Ini sangat menyedihkan. Kok rumah doa, dijadikan sumber penghasilan. Rumah doa itu adalah sumber kita mengenal Tuhan, sumber bagaimana kita bisa berdoa lebih khusyuk, lebih hormat, beribadah lebih fokus, itu rumah doa. Ini perlu kita renungkan ya, kenapa kita ke gereja? Kenapa kita melayani? Kenapa kita datang ke rumah Tuhan? Jangan pikir motivasi kita selalu murni, tidak, banyak yang salah bertahun-tahun. Motivasi salah dalam melayani, motivasi salah dalam ibadah ke gereja, ini bahaya. Nah ini dua perbedaan tempat yang Yesus jelaskan: rumah doa dan rumah berhala, rumah doa dan sarang penyamun, house of prayer dan den of robbers.

Cara ketiga bagaimana Yesus menyadarkan bait Allah adalah rumah doa yaitu ayat 47, “Tiap-tiap hari Ia mengajar di dalam Bait Allah. Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat serta orang-orang terkemuka dari bangsa Israel berusaha untuk membinasakan Dia.” Bagaimana supaya orang mengerti, bahwa gereja adalah rumah untuk berdoa, rumah mengenal Allah? Yaitu dengan cara Yesus terus mengajarkan firman Tuhan, firman Tuhan, firman Tuhan, tiap-tiap hari Yesus mengajar firman Tuhan di Bait Allah. Yesus nggak bosen, Yesus datang tiap hari ke Bait Allah untuk menyampaikan firman Tuhan. Yesus bukan saja masuk ke Bait Allah, mengusir semua motivasi yang jahat, menyatakan firman Allah, tetapi Yesus datang lagi ke Bait Allah, menyatakan firman Tuhan, mengajar.

Satu sisi, Yesus pernah murka, marah, tetapi satu sisi Yesus tetap terbuka, mau mengajar mereka yang sudah dimarahi. Yesus tidak marah kemudian nggak mau lagi komunikasi, tidak. Yesus marah karena mengasihi, tapi Yesus juga terus mau berelasi dengan orang itu, itu marah yang benar. Marah yang benar itu marah karena mengasihi, terus besoknya tetap mau mengajar lagi. Yang salah dari dia, misalkan, terus mau ingatin lagi. Bukan, “Saya udah ingetin sekali cukup,” bukan seperti itu. Terus ajar, terus bimbing, terus mau berelasi, itu marah yang benar. Marah yang salah itu, marah, cuek, putus hubungan. Itu nggak benar.

Yesus senantiasa mengajar firman Tuhan. Itulah yang dilakukan hamba-hamba Tuhan, khususnya di GRII. Bapak, Ibu, Saudara sekalian, mungkin tidak sadar bahwa GRII adalah satu-satunya gereja, mungkin ya, yang paling sering adain PA, tiap minggu. Gereja lain mungkin, 2 minggu sekali ada PA, atau ada gereja yang tidak pernah ada Pendalaman Alkitab. Bayangkan ya cuma ada ibadah umum. Sesuai dengan teladan Yesus nggak? Yesus ajarin PA itu tiap hari, di Bait Allah, sebelum Dia mati, maka Dia kejar itu ya, kejar. Nah PA seminggu sekali, ya, kita dukung, kita mau ikut belajar dari Yesus Kristus.

Lalu kita lihat di dalam bagian yang lain, Lukas 21:37-38, ini semakin dekat dengan kematian Yesus di atas kayu salib, semakin dekat lagi, kita akan melihat apa sih yang Yesus lakukan sebelum Dia mati, “Pada siang hari Yesus mengajar di Bait Allah dan pada malam hari Ia keluar dan bermalam di gunung yang bernama bukit Zaitun. Dan pagi-pagi semua orang banyak datang kepada-Nya di dalam Bait Allah untuk mendengarkan Dia.” Pagi-pagi, Yesus berdoa, semalam-malaman, ya, dari malam sampai subuh, pagi, Yesus berdoa, siang hari mengajar di Bait Allah, pagi-pagi mengajar di Bait Allah lagi.

Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ini bicara soal ketekunan, ya, ketekunan Yesus Kristus, teladan Yesus Kristus kepada kita semua. Sebelum Yesus mati di atas kayu salib, Yesus inginkan kita apa? Belajar firman. Yesus inginkan kita apa? Berdoa. Sebelum mati, Yesus itu PA dan PD, mengadakan PA dan mengadakan PD. Saya yakin Yesus mengajar di Bait Allah di Yerusalem itu dengan perasaan, “Waktu pemberitaan firman-Ku tinggal sedikit lagi.” Wah sedikit lagi ya, sedikit lagi, karena sudah mau menjelang Dia disalibkan di bukit Golgota.

Coba Bapak, Ibu, Saudara sekalian punya perasaan waktu kita itu sedikit lagi. Kita nggak tahu kita kapan mati, nggak tahu. Orang muda bisa saja meninggal, kena COVID terus meninggal, banyak umur 30-an, anak-anak juga banyak di Indonesia meninggal karena COVID. Anak-anak loh, yang katanya imun-nya sangat kuat, mati. Kita nggak tahu umur kita berapa, tapi yang kita bisa pelajari adalah sisi urgensi. OK kalau memang waktu saya hidup di dunia ini begitu tinggal sedikit lagi, apa yang saya lakukan? Di sini kita sudah dapat jawabannya, belajar firman, berdoa, lakukan firman, berdoa kepada Tuhan, mengajar. Nah ini Yesus habiskan waktu mengajar, bertekun dalam pemberitaan firman Allah. Yesus ketika mengajar firman setiap hari di Bait Allah sampai hari raya Paskah, ada penafsir mengatakan satu minggu sebelum Paskah, Dia terus memberitakan firman Allah sampai dia menghadapi salib, dan dia berada di Bait Allah betul-betul untuk fokus kepada firman dan doa.

Tapi anehnya, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, orang yang suka firman dan suka doa, respons yang terjadi di kisah yang kita baca itu adalah justru para ahli Taurat dan Imam kepala ingin membunuh Yesus Kristus. Unik ya. Orang Kristen, bisa saja ingin dibunuh oleh orang lain, ketika kita rajin beribadah, ketika kita rajin berdoa, ketika para misionaris rajin mengabarkan Injil, pasti orang itu ingin bunuh dia, “Ngapain sih kabarin Injil. Mengganggu ketenganan kita.” Tapi itu yang Yesus alami juga. Yesus memberitakan firman di Bait Allah, Yesus berdoa di bukit Zaitun, di Bait Allah, orang-orang ingin bunuh Dia. Berbuat baik itu belum tentu dapat kebaikan juga ya, bisa jadi orang pengen bunuh kita. Ini belajar kita sabar, karena ada penderitaan yang kudus.

Terakhir di ayat 48, ketika banyak orang ingin membunuh Yesus, justru hal yang dialami oleh para orang yang merencanakan membunuh Yesus adalah, “Mereka tidak tahu, bagaimana harus melakukannya, sebab seluruh rakyat terpikat kepada-Nya dan ingin mendengarkan Dia.” Di sini kita bisa melihat bahwa hidup mati kita itu di tangan Tuhan. Meskipun ada orang mau bunuh kita, kalau belum waktunya nggak akan dibunuh juga, ya. Kalau Tuhan mau mengijinkan kita masih hidup, ya tetap hidup, kalau sudah Tuhan izinkan kita mati, ya akan mati juga, meskipun tidak ada orang yang membunuh kita. Tapi meskipun ada orang mau bunuh kita, meskipun kita sakit COVID misalkan atau sakit apapun, meskipun kecelakaan begitu besar, kalau Tuhan nggak izinkan kita mati, nggak akan mati. Tapi kalau kita masih baik-baik aja, sehat-sehat aja, terus nggak ada apa-apa, nggak sakit COVID, nggak ada orang mau bunuh kita, tapi kalau sudah waktunya mati, ya akan mati juga.

Dari sini kita bisa melihat, Tuhan itu bisa bekerja, Allah Bapa tidak ingin Yesus mati begitu saja dibunuh oleh ahli Taurat dan Imam Kepala, Allah Bapa bisa bekerja lewat siapa? Lewat rakyat sekitar Yesus Kristus, sampai para musuh Yesus nggak tahu bagaimana bisa membunuh Yesus Kristus. Karena apa? Rakyat banyak terpikat sama Yesus Kristus, menjaga Yesus Kristus, ada bersama-sama dengan Yesus terus. Di sini kita bisa belajar Tuhan itu melindungi kita, dan umur kita itu di tangan Tuhan, ya, umur kita di tangan Tuhan.

Terakhir hari ini kita bisa belajar 3 hal bagaimana Yesus menyucikan Bait Allah dan menyadarkan bahwa Bait Allah adalah rumah doa. Bait Allah kita di mana, Bapak, Ibu, Saudara sekalian? Sementara kita di Grand Pacific, yang sebenarnya bukan betul-betul gereja. Tapi tidak apa-apa, Tuhan mengizinkan kita ada masanya, di tempat yang bukan gereja, sampai suatu hari nanti Tuhan izinkan kita punya gereja sendiri. Nah ini adalah persiapan kita untuk memiliki gereja, bagaimana menjadikan gereja itu adalah rumah doa. Kita bisa berdoa pertama, Tuhan kiranya terus bertindak atas gereja Tuhan, atas gedung gereja, atas umat Tuhan yang adalah gereja, Tuhan tolong kasih tindakan ke saya. Seperti orang yang sedang sakit, yang masuk ke ruang operasi, tolong dokter kasih tindakan ke saya. Kita mau supaya Tuhan itu bertindak, berbuat sesuatulah Tuhan, supaya saya ini serupa dengan Kristus.

Yang ke dua, kita bisa lihat juga Yesus menyatakan firman Tuhan kepada mereka yang tidak mengerti bahwa Bait Allah adalah rumah doa, demikian juga kita terus berdoa supaya Tuhan terus menyatakan firman Tuhan di dalam kehidupan kita. Tubuh kita juga disebut sebagai Bait Allah. Di dalam Bait Allah ini, kita ingin supaya Tuhan itu ada tindakan, ada tindakan, ada firman Tuhan.

Dan yang terakhir kiranya Yesus terus mengajar firman Tuhan di dalam hidup kita. Bukan hanya ada firman Tuhan yang diam dalam diri kita, yang kita mengerti dan renungkan dan kita lakukan, tapi Tuhan tambah-tambahkan terus firman Tuhan itu, Tuhan Yesus ajar kita, supaya kita bisa melayani Tuhan dengan setia. Seorang theolog bernama Meister Eckhart pernah menjelaskan tentang Yesus menyucikan atau membersihkan Bait Allah di dalam kisah yang menjadi pembahasan kita hari ini, dia katakan hal ini, “Siapapun yang melayani demi keuntungan, demi sedikit kemuliaan yang bisa diperoleh dari pelayanan tersebut, ia adalah seorang pedagang, dan ia harus dilempar keluar dari Bait Suci.”

Ada juga seorang theolog mengatakan, “Lebih penting pelayan daripada pelayanannya.” Tuhan sangat memperhatikan pribadi kita. Kalau ada motivasi kita untuk keuntungan, dan sedikit kemuliaan waktu kita mau melayani, Meister Eckhart mengatakan dia itu seorang pedagang yang harus dilempar dari Bait Suci. Oh ini keras sekali ya, keras sekali. Kalau kita melayani, kita ingin dapat keuntungan, kalau kita melayani, ingin dapat kemuliaan, kehormatan, bukan pelayan itu, pedagang. Kenapa dia dilemparkan keluar dari Bait Suci atau gereja? Supaya dia dari pedagang yang kotor, yang berdosa itu, kembali menjadi pelayan kembali.

Tuhan lebih memperhatikan pelayan-Nya daripada pelayanannya, ya. Loh bukankah kalau dia diusir dari gereja dia nggak bisa melayani? Ya, dia nggak bisa melakukan pelayanan? Nggak apa-apa, supaya motivasinya kudus, murni kembali, baru melayani. Wah nanti nggak ada gereja dong? Nggak ada ibadah dong? Lebih baik nggak ada ibadah, daripada semuanya motivasinya kotor semua, penyembah berhala semua. Ngapain buat gereja kalau semuanya penyembah berhala. Mending nggak ada gereja, daripada buat gereja, tapi menyembah berhala. Tuhan ingin memurnikan motivasi. Kalau sudah motivasi murni, pasti ada gereja. Kalau orang-orang Kristen motivasinya hati murni, pasti ingin bikin gereja. Tidak ada orang Kristen yang tidak ingin buat gereja, itu bukan orang Kristen. Orang Kristen yang tidak ingin ada gereja itu bukan orang Kristen. Dia penyembah berhala. Penyembah berhala saja bisa bikin buat gereja. Masa orang Kristen nggak mau buat gereja, nggak suka gereja, itu bukan orang Kristen. Ini keras sekali ya.

Maka dari itu, apa yang bisa kita lakukan Bapak, Ibu, Saudara sekalian? Mari kita belajar untuk mengingat dan menguduskan hari Sabat, kita ingat motivasi kita datang ke gereja itu karena apa, mengikuti acara gereja itu karena apa. Kalau motivasi salah, nggak apa-apa berhenti pelayanan dulu. Tuhan lebih sayang pelayan-Nya, daripada pelayanannya. Supaya hati kita murni dulu, berhenti dulu, sejenak dulu, pikirin, kenapa kita ibadah, kenapa kita melayani? Hanya kewajiban saja? Atau demi apa? Semakin tekun berdoa, meskipun kita juga semakin sibuk, ya, kita harus belajar berdoa meskipun kita makin sibuk. Martin Luther mengatakan, “I have so much to do that I shall spend the first 3 hours in prayer.” Aku banyak sekali hal yang harus aku lakukan hari ini, belajar, bekerja, masak, misalkan ya, apapun, menguruskan anak, tapi, aku menghabiskan waktu dulu berdoa 3 jam. Aneh kan, paradoks ya. Justru makin sibuk, makin sering berdoa, itu Martin Luther katakan demikian. Supaya apa? Supaya semakin kuat menjalani hari itu. Saya percaya, setiap orang Kristen yang berdoa dulu, waktu bangun tidur, dia akan lebih kuat menjalani hari itu, lebih terarah, lebih bijaksana juga, karena kita minta pertolongan Tuhan kok, kita doa dulu. Itu maksudnya ya.

Yang terakhir, mari kita terus menghargai Rumah Tuhan. OK saat ini rumah Tuhan, rumah yang menjadi tempat ibadah adalah di tempat ini, ya kita juga hargai, ya, hargai ruangan ini, hargai orang-orang yang ada di dalamnya, kita menghargai rumah Tuhan, dan jangan sampai rumah Tuhan ini menjadi rumah berhala, tetap harus jadi rumah doa. Bagaimana kita menghargai rumah Tuhan, Bapak, Ibu, Saudara sekalian? Ya, kalau Tuhan panggil kita ibadah secara fisik, silahkan datang, nggak ada yang larang, ya. Kalau Tuhan panggil kita untuk ikut PA, PD online, silahkan ikut, ya. Kalau Tuhan panggil kita untuk melayani Sekolah Minggu, menjadi guru Sekolah Minggu, mari ikut. Melayani remaja, melayani pemuda, bersekutu bersama, pelayanan di ibadah, itu adalah wujud kita menghargai Rumah Tuhan, wujud bagaimana kita ingin menjadikan Rumah Tuhan adalah rumah doa. Kiranya kita boleh semakin kudus, dan gereja kita pun boleh semakin kudus. Mari kita sama-sama berdoa.

Tuhan Bapa kami yang di sorga, kami bersyukur pada pagi hari ini kami boleh diingatkan kembali bagaimana Tuhan sungguh mengasihi gereja Tuhan. Baik gedung gereja secara fisik maupun umat Tuhan yang ada di gereja, kami sebagai gereja, Engkau begitu mengasihi kami. Terima kasih Tuhan begitu banyak hal karya Tuhan yang Tuhan boleh kerjakan dalam hidup kami. Ketika kami berdosa Tuhan tegur kami, ketika kami berbuat baik Tuhan hargai kami, tidak ada hal di mana Tuhan tidak bekerja dalam hidup kami. Terima kasih Tuhan untuk segala perbuatan Tuhan yang sudah Tuhan nyatakan kepada kami yang begitu berdosa dan lemah ini. Dan kami juga mau, Tuhan, supaya firman Tuhan boleh terus kami pelajari di dalam kehidupan kami, dan kami juga memiliki konsep dan motivasi yang benar tentang Tuhan, tentang pelayanan, dan tentang rumah Tuhan. Ajar kami Tuhan untuk semakin memuliakan Tuhan dalam kehidupan kami. Dan kiranya Tuhan boleh terus menolong kami yang penuh dengan kelemahan ini, penuh dengan dosa. Kuduskanlah kami Tuhan, murnikanlah motivasi kami ketika kami menyembah Tuhan. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kami yang hidup, kami sudah berdoa. Amin.

 

Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah (KS)