Kisah Para Rasul 8:1-8
Pdt. Dawis Waiman, M. Div.
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pasal yang ke-8 ini melanjutkan pasal ke-7 di mana dicatat peristiwa ketika Stefanus telah bersaksi di hadapan para pemimpin agama orang-orang Yahudi, khususnya kepada mereka yang ketika dia telah mengabarkan Injil kepada orang-orang Yahudi yang berbicara bahasa Yunani atau berbicara bahasa non-Ibrani, maka di situ kemudian dia ditangkap, dia disidang untuk kemudian difitnah bahwa dia telah menyebarkan suatu penghujatan kepada Tuhan, penghujatan kepada Musa, penghujatan kepada Bait Allah dan Saudara boleh lihat di dalam Kisah Rasul pasal yang ke-6 kepada Musa, kepada Allah ayat yang ke-11, kemudian ayat yang ke-13 yaitu kepada Bait Allah dan kepada Hukum Taurat. Itu menjadi 4 tuduhan yang diberikan oleh orang-orang pemimpin agama kepada Stefanus.
Lalu ketika Stefanus telah menyampaikan firman Tuhan yang menyatakan ternyata yang menghujat Allah itu bukan diri dia tetapi pemimpin agama Yahudi yang menghujat Musa itu bukan diri dia, tetapi pemimpin agama Yahudi yang menghujat Bait Allah dan Hukum Taurat itu bukan Stefanus, melainkan pemimpin agama orang-orang Yahudi, maka mereka mendadak penuh dengan suatu kemarahan yang besar kepada Stefanus lalu kemudian menyeret dia keluar untuk merajam dia mati pada waktu itu.
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, istilah menyeret di situ bukan seperti seorang baik-baik yang membawa seorang terhukum keluar, tetapi istilah yang digunakan itu ada yang berkata seperti ketika setan-setan yang ada pada orang yang kerasukan di Genesaret diusir oleh Yesus Kristus keluar dari orang itu lalu merasuki babi-babi yang ada dan membawa babi itu terjun ke dalam danau atau kolam dan akhirnya mati di situ, itu bahasa yang digunakan untuk menyatakan mereka menyeret Stefanus keluar untuk dirajam.
Jadi pada waktu itu mereka bukan bertindak sebagai seorang yang memiliki kuasa hukum, seorang yang bertindak secara adil, tetapi mereka dikatakan seperti seorang perampok atau seorang penjahat yang menginginkan kematian dari Stefanus pada waktu itu dan akhirnya mereka merajam Stefanus mati dengan terlebih dahulu mereka meletakkan jubah mereka itu di bawah kaki Saulus. Artinya adalah mereka mengakui otoritas dari Saulus pada waktu itu dan Saulus adalah seorang yang memimpin tindakan untuk membunuh Stefanus pada hari itu.
Di sini digunakan istilah ‘setuju’, Saulus juga setuju Stefanus mati dibunuh. Tapi istilah yang pakai bahasa Yunaninya itu jauh lebih otoritatif, jauh lebih tegas, yaitu Saulus menjadi orang yang bukan hanya menyetujui tindakan itu, tetapi dia adalah yang menjadi pemimpin untuk memimpin orang-orang banyak yang merajam Stefanus mati untuk merajam Stefanus pada hari itu dan membuat Stefanus menjadi orang martir pertama bagi Kristus. Itu sebabnya dia menerima jubah yang diletakkan di bawah kakinya, tanda otoritas itu, dan kata Yunani sendiri menunjukkan bahwa dia adalah orang yang menjadi pelopor tindakan pembunuhan terhadap Stefanus pada hari itu.
Setelah peristiwa ini, Alkitab mencatat kalau gereja mulai mengalami penganiayaan. Kalau Saudara perhatikan di dalam pasal yang ke-3 dan seterusnya, memang para rasul itu mengalami tekanan juga akibat dari pemimpin agama yang menolak berita Injil yang dikabarkan oleh para rasul, tetapi penolakan itu dan juga ancaman itu dan juga aniayaan diberikan oleh para pemimpin agama itu kepada orang Kristen baru terbatas pada para rasul dan secara khusus adalah kepada Petrus dan Yohanes. Makanya Saudara bisa lihat ketika mereka memberitakan Injil mereka dipanggil ke hadapan Mahkamah Agama untuk ditanyai apa yang mereka kabarkan lalu kemudian dilarang untuk mereka memberitakan Injil. Tapi pada waktu mereka berkata silahkan pilih sendiri kami harus lebih menaati Allah atau menaati kamu, mereka tidak bisa berbuat apa-apa.
Tetapi setelah mereka tidak bisa berbuat apa-apa mereka menemukan Petrus dan Yohanes tidak menaati apa yang mereka perintahkan, mereka kemudian menangkap lagi Petrus dan Yohanes pada waktu itu lalu sebelum mereka melepaskan Petrus dan Yohanes, mereka menyesah Petrus dan Yohanes atau mencambuk dia, dan istilah yang digunakan itu adalah cambukan yang bukan hanya akan melukai kulit seperti rotan yang ketika dipukul kepada orang akan memar dan merah, seperti itu, tetapi cambukan itu juga adalah cambukan yang akan merobek kulit dari orang yang dicambuk sampai bahkan tulangnya mungkin bisa kelihatan. Itu yang dialami oleh Petrus dan Yohanes. Aniaya, bukan? Sudah aniaya, tetapi penganiayaan itu baru terbatas kepada rasul-rasul yang Tuhan panggil untuk memberitakan Injil Tuhan.
Tetapi pada waktu kita masuk ke dalam Kisah Para Rasul, ternyata aniaya yang terjadi itu bukan hanya kepada rasul saja, tetapi juga mulai merembet kepada orang-orang Kristen atau orang Kristen secara khusus adalah Stefanus. Dia menjadi martir pertama. Tetapi akibat dari pada Stefanus mati disitu mengalami martir, Alkitab kemudian mencatat mulai hari itu orang-orang Kristen atau gereja Tuhan secara mayoritas atau secara menyeluruh mengalami penganiayaan. Dan siapa yang menjadi orang yang memelopori penganiayaan itu? Saulus. Dan Alkitab berkata juga atau sejarah mencatat atau komentari mengatakan Saulus itu memang menjadi pelopor tetapi dia bukan menjadi satu-satu orang yang menganiaya, melainkan banyak orang-orang Yahudi yang lain juga turut mulai menganiaya jemaat Kristen pada waktu itu setelah Stefanus mengalami kematian itu.
Yang jadi pertanyaan adalah apakah Stefanus itu menjadi orang yang kurang berhikmat? Apakah Stefanus itu seharusnya bertindak lebih arif dalam pelayanan yang dia lakukan sehingga orang-orang Yahudi tidak menolak orang-orang Kristen yang ada pada waktu itu? Apakah kematian Stefanus itu adalah suatu kematian yang konyol? Sesuatu kematian yang sebenarnya tidak perlu? Itu adalah akibat dari pada kebodohan Stefanus sendiri yang membuat dirinya akhirnya mengalami kematian itu?
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau kita perhatikan dari kehidupan Stefanus dan lalu kita bandingkan dengan kehidupan para misionaris, mungkin kita akan melihat ada cerita-cerita yang sangat-sangat sepertinya sia-sia sekali dilakukan oleh para misionaris itu. Saudara mungkin pernah mendengar nama Jim Elliot, seorang yang pergi ke Ekuador bersama keempat temannya yang lain pada 8 Januari 1956, lalu ketika mereka baru tiba di tepi sungai Ekuador itu yang tenang dan sepi, tiba-tiba mereka dihampiri oleh puluhan orang-orang daerah itu yang membawa tombak, belum mereka sempat berbicara satu kata pun, mereka kemudian ditusuk sampai mati pada waktu itu.
Siapa Jim Elliot dan teman-temannya? Mereka bukan orang sembarangan, mereka adalah orang-orang yang terdidik, mereka adalah orang Kristen yang baik, mereka dibekali dengan pengetahuan-pengetahuan yang baik dalam hidup mereka. Kalau mereka dilihat sebagai orang yang melayani di dalam negara mereka atau bangsa mereka atau di tengah-tengah masyarakat, mereka bisa dikatakan sebagai orang yang memiliki kompetensi yang baik dan kualitas yang baik untuk bisa melayani yang baik di dalam negara mereka. Tetapi mereka lebih memilih untuk pergi ke Ekuador dan kemudian baru tiba di situ, belum lagi sempat mengabarkan Injil kepada orang-orang pribumi di sana, lalu mereka kemudian ditusuk sampai mati.
Kematian yang konyol, bukan? Kematian yang sia-sia, bukan? Sesuatu tindakan yang seharusnya kita tidak perlu lakukan itu, tidak? Seperti halnya Stefanus yang baru memulai pelayanannya berapa bulan mungkin, menjadi pemimpin dari orang Kristen Yahudi yang berbicara bahasa Yunani, tapi kemudian mengalami kebinasaan akibat dari pada khotbah yang dia beritakan. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau kita perhatikan dari perspektif itu, saya yakin kita akan ngomong, kematian Stefanus itu kematian yang sia-sia. Kalau kita melihat kepada Jim Elliot dan rekan-rekannya yang mati, kita akan berkata kematian mereka adalah kematian yang sia-sia.
Tetapi bersyukurnya ketika Alkitab mencatat berkenaan dengan kematian Stefanus, Alkitab tidak hanya mencatat Stefanus dirajam mati pada waktu itu, tetapi Alkitab juga mencatat bahwa ketika Stefanus melihat ke atas, ke langit, maka dia melihat Yesus Kristus yang duduk di sebelah kanan Allah sekarang berdiri dan melihat kepada diri dia untuk menyambut kematian dari Stefanus, orang yang mengasihi Dia itu. Dan Alkitab juga mencatat setelah peristiwa itu, ternyata Injil tidak hanya berhenti di Yerusalem dan Yudea, tetapi mulai dari saat itu Injil kemudian menyebar sampai ke Samaria dan bahkan sampai ke ujung bumi.
Jadi pada waktu kita melihat pada peristiwa ini, maka yang saya mau katakan adalah peristiwa kematian Stefanus yang dinyatakan sebagai sebuah kematian konyol mungkin, suatu kematian yang bodoh bagi manusia, tetapi bagi Allah itu adalah suatu kematian yang membawa kemuliaan Allah, kehormatan Allah. Lalu kematian Stefanus yang seharusnya menjadi suatu peringatan atau suatu ancaman kepada orang-orang Kristen yang hidup pada zaman itu untuk mereka tutup mulut dan tidak lagi menyebarkan iman Kristen dan bahkan untuk memusnahkan mereka karena tiba pada waktu itu bukan hanya Stefanus yang dibunuh, tetapi banyak sekali orang Kristen yang kemudian dianiaya dan kemudian mungkin mengalami kematian, salah satunya adalah Saulus yang datang dari rumah ke rumah untuk menangkapi orang Kristen dan dikatakan juga di sini dikatakan dia menyeret orang Kristen baik laki-laki dan perempuan menyerahkan mereka untuk dimasukkan ke dalam penjara, istilah yang digunakan itu bukan hanya menyeret mereka masukkan ke dalam penjara, tetapi Paulus masuk ke rumah masing-masing menyiksa mereka, membuat mereka untuk menyangkali iman mereka kepada Yesus Kristus dan bukan hanya kepada laki-laki saja, tetapi juga kepada perempuan, dia tidak pandang muka di dalam hal ini. Tujuannya untuk apa? Untuk orang Kristen itu tidak ada lagi, untuk orang Kristen itu musnah, untuk orang Kristen itu binasa dari muka bumi ini.
Tetapi Alkitab berkata yang terjadi justru Injil makin disebarluaskan melalui peristiwa dari pada penganiayaan tersebut. Kalau Saudara perhatikan dari cerita Jim Elliot itu, maka habis dari peristiwa itu, maka para misionaris biasanya selalu akan mengenang apa yang telah dilakukan oleh Jim Elliot dan keempat temannya untuk kemudian pergi mengabarkan Injil. Tetapi juga salah satu orang yang digerakkan oleh kematian Jim Elliot itu adalah istrinya, Elisabeth Eliot yang kemudian terpanggil untuk menjadi misionaris yang melayani juga.
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, itu menunjukkan adalah pada waktu kita melihat kepada penganiayaan, maka penganiayaan yang sebenarnya ditujukan untuk membinasakan orang Kristen ternyata menjadi suatu alat yang dipakai oleh Tuhan untuk menyebarkan Injil kepada bangsa-bangsa lain. Dan ini adalah satu prinsip yang Alkitab sendiri nyatakan bagi diri kita sebagai orang yang sudah percaya kepada Kristus jangan kira kalau kehidupan kita ada di dalam suatu kehidupan yang baik-baik ditengah-tengah dunia ini, tidak ada penolakan sama sekali tetapi justru kita adalah orang-orang yang akan mengalami penganiayaan seperti halnya yang dialami oleh Yesus Kristus.
Saudara bisa buka di dalam Injil Matius, Matius pasal yang ke-24 Yesus sendiri berbicara berkenaan dengan ini. Matius 24:9, ketika Yesus berbicara berkenaan dengan bait Allah yang akan diruntuhkan setelah Dia berbicara bahwa tidak ada satu batu pun yang akan diletakkan di atas batu yang lain untuk menyusun Bait Allah itu, Dia masuk ke dalam permulaan penderitaan pengajaran tentang penganiayaan yang akan terjadi ayat yang ke-3 dan seterusnya lalu ayat yang ke-9 Tuhan Yesus berkata, “Pada waktu itu kamu akan diserahkan supaya disiksa, dan kamu akan dibunuh dan akan dibenci semua bangsa oleh karena nama-Ku,” lalu Saudara akan, kita baca ayat 10 boleh, teruskan sedikit, “dan banyak orang akan murtad dan mereka akan saling menyerahkan dan saling membenci. Banyak nabi palsu akan muncul dan menyesatkan banyak orang. Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin,” dan seterusnya. Tapi ayat 9 berkata, “Kamu akan diserahkan supaya disiksa, dan kamu akan dibunuh dan akan dibenci semua bangsa oleh karena nama-Ku.”
Di dalam Yohanes, ada satu hal yang lebih jelas lagi yang Yesus katakan, Yohanes 15:18-21, “Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu. Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu. Ingatlah apa yang telah Kukatakan kepadamu: Seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya. Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu; jikalau mereka telah menuruti firman-Ku, mereka juga akan menuruti perkataanmu. Tetapi semuanya itu akan mereka lakukan terhadap kamu karena nama-Ku, sebab mereka tidak mengenal Dia, yang telah mengutus Aku.” Kita lompat sedikit ke pasal yang ke 16, atau dari ayat 27 pasal 15 terlebih dahulu, “Tetapi kamu juga harus bersaksi, karena kamu dari semula bersama-sama dengan Aku.” Masuk ke pasal 16, “Semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya kamu jangan kecewa dan menolak Aku. Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah.”
Jadi, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, sebagai orang Kristen, yang mengikuti Kristus, ada konsekuensi tidak? Ada. Konsekuensinya itu apa? Konsekuensinya itu bukan sekedar ditolak, tanpa alasan, karena Kristus ditolak tanpa alasan, begitu, tetapi juga konsekuensi yang lebih, mungkin paling menakutkan, paling keras yang akan dialami oleh orang Kristen adalah kita akan dianiaya, dan bahkan kemungkinan, ada sebagian dari kita yang akan dibunuh karena Kristus juga dianiaya dan dibunuh, atau karena Kristus. Itu menjadi satu panggilan yang harusnya dimengerti oleh setiap orang Kristen.
Makanya kalau Saudara baca di dalam surat 1 Petrus maka di situ Petrus berkata kita adalah orang-orang yang dipanggil untuk menderita seperti halnya Kristus menderita. Kita tidak boleh menjadi orang yang menderita karena dosa yang kita lakukan, tetapi kita harus menjadi seorang yang menderita karena kebenaran Kristus yang kita hidupi dalam diri kita, dan dengan begitu kita menyatakan kalau kita adalah milik Kristus. Jadi ketika seseorang itu mengalami penganiayaan dalam hidupnya, maka hal pertama adalah, tujuannya untuk mengindentifikasi siapakah yang menjadi pemilik kita. Apakah kita orang yang sama dengan dunia ini? Apakah kita ini adalah yang menjadi pemiliknya adalah iblis yang ada di dalam dunia ini yang membuat tindakan kita, perilaku kita itu adalah perilaku yang menentang Tuhan, tetapi juga diterima oleh orang-orang dunia ini? Ataukah kita adalah orang-orang yang ditolak oleh dunia ini karena kita adalah orang-orang yang menjadi milik Kristus yang telah dipilih oleh Bapa dan diserahkan kepada diri Kristus, yang dinyatakan melalui Kristus yang ditolak maka kita juga ditolak, Kristus yang dianiaya, maka kita juga akan mengalami penganiayaan dalam hidup kita.
Jadi, ketika Stefanus mengalami penganiayaan itu, kita sudah melihat satu hal, apa yang dialami oleh Stefanus, mulai dari pengadilannya, sampai kematiannya, sampai kepada perkataan yang dia ucapkan di kala dia akan memasuki kematian itu, itu adalah identik dengan apa yang dialami oleh Yesus Kristus, seorang yang difitnah di dalam pengadilan, seorang yang kemudian ditolak, seorang yang dikatakan penghujat Allah, seorang yang kemudian disalibkan, mati, tetapi ketika Dia mau mengalami kematian, Dia berkata, “Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat,” dan itu semua kita bisa lihat di dalam peristiwa ketika Stefanus dirajam mati, dan mulai dari pengadilan dan sampai kepada kematian itu. Begitu kita melihat prinsip ini, maka kita bisa melihat bahwa Stefanus pasti adalah milik dari Yesus Kristus.
Nah Saudara juga bisa melihat, sebenarnya ada satu hal yang menarik yaitu dari kehidupan Saulus sendiri. Kalau Saudara baca di dalam pasal 8, dia adalah seorang yang begitu berdedikasi kepada agamanya, yaitu agama Yahudi. Saudara bisa bandingkan dengan surat Filipi, di situ dia katakan, pasal yang ke-3, “Aku adalah keturunan Benyamin asli, aku adalah seorang dari kelompok Farisi, soal ketaatan Taurat Tuhan aku tidak bercacat cela sama sekali, dan aku adalah seorang yang menjadi penganiaya jalan Tuhan,” dia begitu berdedikasi sekali untuk memusnahkan kekristenan, memusnahkan orang-orang Yahudi, bukan Yahudi yang berbicara bahasa Yahudi yang kemudian menjadi Kristen, dan demi untuk tekadnya itu dia tidak segan-segan untuk meminta surat dari Imam untuk pergi ke semua daerah di luar dari Yerusalem dan Yudea untuk menganiaya orang-orang Kristen di situ.
Ketika bertobat dan ketika dia menjadi seorang Kristen, maka Saudara bisa menemukan apa yang dialami oleh Stefanus itu juga dialami oleh Paulus. Dimulai dari fitnahan yang diterima oleh Stefanus, Paulus juga difitnah. Dimulai dari kemudian Stefanus dirajam, Saulus juga mengalami rajam. Stefanus mengalami penderitaan, Paulus juga mengalami penderitaan yang begitu banyak di dalam kehidupannya. Bahkan ketika Saudara baca di dalam Kisah Para Rasul ketika Paulus dipanggil untuk menjadi rasul-Nya, dan mengutus Ananias untuk datang dan kemudian mendoakan Paulus agar dia bisa melihat kembali, waktu Ananias ketakutan untuk datang kepada si Saulus ini, yang seorang yang begitu dedikasi bagi agamanya, kepercayaannya, maka Tuhan berkata, “Kamu jangan takut Ananias, orang ini Aku sudah panggil, Aku pilih dia untuk menjadi pemberita firman-Ku, dan dia juga akan mengalami begitu banyak aniaya karena nama-Ku.”
Kenapa dia alami aniaya? Yang pasti bukan karena karma ya. Kita nggak percaya karma, kita nggak percaya karena kejahatan yang dilakukan oleh si Saulus ini maka itu membuat dia akhirnya mendapatkan hukuman akibat daripada kejahatan yang dia lakukan kepada Stefanus dan juga kepada orang-orang Kristen yang lain juga. Tetapi apa yang dialami oleh Paulus itu, penderitaan, penganiayaan, dan bahkan ancaman kematian, termasuk ketika Stefanus dirajam mati sebagai martir, Paulus juga akhirnya dipenggal sebagai seorang martir dalam hidupnya, tujuannya adalah seperti tadi, untuk menyatakan identitas Stefanus itu siapa, untuk menyatakan identitas dari Paulus itu siapa. Dia adalah milik dari Kristus, seperti halnya Stefanus yang mencerminkan semua yang menjadi apa yang dialami oleh Yesus Kristus, begitu juga dengan Paulus yang mencerminkan apa yang dialami oleh Stefanus dan apa yang dialami oleh Yesus Kristus.
Jadi, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, penganiayaan yang dialami itu adalah sesuatu yang menjadi, yang diajarkan oleh Yesus Kristus. Itu sudah menjadi sesuatu yang diperingatkan oleh Yesus Kristus kepada orang-orang Kristen, para pengikut-Nya, supaya kita tidak menjadi kecewa, kita tidak menjadi orang yang akhirnya murtad dan meninggalkan iman kita, dan kita mendapatkan satu penguatan karena pada waktu kita menderita, seperti halnya Kristus menderita, itu menyatakan kalau kita sungguh-sungguh adalah anak Tuhan yang sejati yang menjadi milik Kristus dan menjadi milik Bapa kita.
Tetapi ada hal yang kedua yang juga tidak kalah pentingnya, melalui penganiayaan yang dialami oleh gereja, kenapa Tuhan mengizinkan terjadinya penganiayaan itu? Karena cara gereja untuk bisa diperluas secara lebih, mungkin efektif seperti itu, adalah melalui penganiayaan, melalui darah martir yang dialirkan di dalam dunia ini. Tertullian berkata darah martir itu adalah benih bagi pertumbuhan gereja. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ada cara lain tidak? Ada sih, yang tidak perlu mengalami penganiayaan tentunya, seperti halnya awal-awal dari gereja Kristen yang muncul, mereka tidak mengalami penganiayaan, mungkin juga seperti kita yang hidup di Indonesia yang jarang sekali mengalami penganiayaan, kita bisa membawa orang kepada Kristus, memperkenalkan Kristus bagi, mereka kepada Kristus supaya mereka menjadi orang yang percaya dan bertobat dari dosa mereka dan diselamatkan di dalam Yesus Kristus. Dan juga negara-negara lain juga seperti itu. Tetapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kita jangan lupa, bahwa cara kerja Tuhan tidak harus seperti itu. Tetapi cara kerja Tuhan adalah bisa melalui penganiayaan yang diberikan kepada gereja, karena apa? Gereja terlalu nyaman dengan keadaannya, sehingga tidak mau mengabarkan Injil kepada bangsa-bangsa yang lain, atau kepada tetangga kita, atau kepada orang-orang yang belum mendengarkan Injil.
Kalau Saudara lihat di dalam Kisah Para Rasul pasal yang pertama, sebelum Yesus Kristus naik ke sorga, maka Yesus sudah memberikan satu perintah kepada rasul-rasulnya dan orang-orang Kristen yang menjadi murid-Nya dengan berkata, “Kamu harus pergi dari Yerusalem, Yudea, Samaria, sampai ke ujung bumi untuk mengabarkan berita tentang Kristus.” Tapi ketika Yesus sudah naik ke atas, ke sorga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa, maka Alkitab berkata, memang para rasul itu mengabarkan Injil tapi di mana? Yerusalem. Memang akhirnya Injil itu bukan hanya didengar di Yerusalem, tetapi daerah-daerah sekitar, kota-kota sekitar dari Yerusalem turut mendengar berita tentang Injil itu, tetapi di mana? Yudea.
Jadi pada waktu para rasul itu melayani penginjilan, memberitakan tentang Kristus, mereka masih terbatas kepada orang-orang yang adalah orang Yahudi, yang asli berbicara bahasa Ibrani ataupun bahasa lain selain daripada Ibrani tetapi masih merupakan keturunan orang-orang Yahudi, seperti halnya Stefanus, begitu juga dengan Filipus, dan mungkin juga dengan 5 orang pemimpin atau pelayan yang dipilih untuk melayani orang-orang Yahudi yang berbicara bahasa Yunani itu. Jadi, pelayanan mereka hanya baru sampai sebatas Yerusalem dan Yudea. Kapan mereka mulai pergi kepada Samaria? Kapan mereka kemudian mengabarkan Injil sampai ke ujung bumi? Jawabannya adalah ketika Stefanus mati. Ketika aniaya tiba kepada orang-orang Kristen setelah paska Stefanus mengalami kematian, pada waktu itu Injil kemudian tersebar ke Samaria, bahkan sampai ke ujung bumi, yaitu Eropa. Sebelum itu, Injil tidak disebarkan ke luar dari wilayah orang-orang Yahudi.
Jadi, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pada waktu kita melihat kepada penganiayaan, satu sisi itu adalah sesuatu tindakan yang jahat, itu adalah tindakan dari, mungkin, iblis yang berusaha mencegah pertumbuhan dari gereja Tuhan. Orang-orang yang membenci kepada kekristenan yang kemudian tidak ingin Injil itu disebarkan dan didengar oleh bangsa yang lain, itu yang menjadi tujuan mereka untuk kemudian menganiaya orang-orang Kristen di dalam dunia ini. Tetapi, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, menariknya adalah ketika hal itu terjadi, dan ketika kita tahu bahwa Yesus sudah memperingatkan kalau orang Kristen pasti mengalami penganiyaan untuk bisa bersaksi bagi nama Tuhan, di tengah-tengah penganiayaan itu, maka kita tau satu hal, Roh Kudus atau Roh Allah atau Roh Kristus, itu adalah Roh yang bisa bekerja, atau suka bekerja untuk menjadikan sesuatu yang negatif menjadi positif. Sesuatu yang semula kelihatan tidak baik, sesuatu yang jahat, seperti itu, sesuatu yang bisa merugikan kekristenan, tetapi justru bukan merugikan, bukan menghentikan, melainkan untuk makin memperluas berita Injil Yesus Kristus. Itu cara kerja dari Roh Kudus. Makanya Saudara bisa lihat di dalam Roma 28:28, satu ayat yang begitu terkenal sekali, “Tuhan turut bekerja di dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan mereka yang mengasihi Dia, atau mengasihi Kristus,” itu cara kerja Tuhan.
Jadi pada waktu kita melihat kepada satu peristiwa yang tidak baik di dalam dunia ini, pada waktu kita melihat, mungkin ada orang-orang tertentu yang muncul, yang mengakibatkan gereja mengalami penganiayaan dan penolakan di dalam dunia ini, waktu kita melihat bahwa apa yang semula kita jalankan secara nyaman dan secara baik terjadi di dalam hidup kita, di dalam gereja, dan kita menikmati itu, tetapi mendadak kenyamanan dan kebaikan itu menjadi sesuatu yang digoyangkan, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, jangan mulai mencari kambing hitamnya pada waktu itu, tetapi cobalah lihat ke Allah, ke atas, untuk melihat bahwa apa yang menjadi kehendak Tuhan, mungkin Tuhan sedang bekerja untuk mau menyebarkan Injil secara luas atau mau menguji imanmu dan ketaatanmu kepada Kristus seberapa besar.
Di dalam persiapan dari Sekolah Minggu kemarin, waktu kita mempersiapkan salah satu materi di situ tentang Musa yang dipanggil oleh Tuhan lalu kemudian Israel yang kemudian dibawa keluar dari perbudakan di Mesir, maka di materi itu ada satu kalimat yang menjadi poin yang harus disampaikan kepada anak Sekolah Minggu yang harus dijawab oleh anak Sekolah Minggu yaitu kapan kita bisa tahu kalau Allah itu mulai bekerja dalam umat-Nya untuk menyelamatkan umat-Nya. Saudara tahu jawabannya apa? Pada waktu umat-Nya yang semula hidup baik-baik mulai mengalami tekanan, penindasan, ketidaknyamanan. Makin hebat itu makin menunjukkan waktu Tuhan akan segera tiba. Dan itu juga yang dikatakan oleh Kitab Suci kan? Kapan Yesus Kristus akan datang kedua kali? Apakah pada waktu segala sesuatu kelihatan baik? Iya betul, memang di dalam Tesalonika ada seperti itu. Ketika orang makan dan minum, ketika orang kawin dan mengawini, sepertinya seolah-olah matahari masih terbit setiap kali di timur dan tenggelam di barat, dan tidak ada sesuatu yang akan terjadi dan Yesus lupa untuk datang kedua kalinya begitu. Tetapi di sisi lain ada peringatan juga bahwa aniaya dan ancaman itu makin meningkat, makin hebat yang akan dialami oleh orang-orang Kristen. Di dalam bagian ini itu berarti hari Tuhan itu makin dekat.
Baru-baru ini ada berita Afganistan kemudian berusaha dikuasai oleh Taliban kembali. Pdt. Michael Densmoor pagi-pagi sudah WhatsApp di grup Hamba Tuhan yang mengatakan tolong doakan orang-orang Kristen yang ada di Afganistan karena ketika Taliban mulai berkuasa, maka yang paling berdampak itu adalah orang-orang Kristen di sana. Orang-orang yang beribadah pada Tuhan dalam gereja bawah tanah. Dan pada waktu dia memimpin Pendalaman Alkitab kepada orang-orang Afganistan asli di Jakarta, ada 4 keluarga seperti itu, mereka berkata tolong doakan saudara kami dan keluarga kami yang ada di Afganistan karena mereka ada di dalam kesulitan dan mereka juga kesulitan untuk bisa keluar dari pada Afganistan itu. Aniaya.
Tapi pada waktu itu semua terjadi, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ingat satu hal, tujuannya adalah bukan untuk kecelakaan kita. Satu sisi memang aniaya sendiri itu jahat, tetapi kita harus melihat tujuannya itu adalah mungkin Tuhan ingin memakai diri kita untuk menjadi saksi dia. Maka Saudara kalau perhatikan di dalam ayat yang ke-4, setelah penganiayaan itu tiba maka, “Mereka yang tersebar itu menjelajah seluruh negeri itu sambil memberitakan Injil.” dan salah satu orang yang dicontohkan di sini adalah Filipius, pergi ke suatu kota di Samaria dan memberitakan Mesias kepada orang-orang di situ, dan dari pemberitaan itu banyak orang yang kemudian diselamatkan daripada pemberitaan Filipus itu.
Dan Saudara, kata yang dipakai di sini ‘tersebar’ itu, adalah suatu kata yang positif. James Boice itu menafsirkan seperti ini, dia berkata kata ‘tersebar’ dalam bahasa Ibrani itu atau Yunani itu ada dua macam, yaitu pertama adalah tersebar terserak lalu kemudian menghilang, seperti ketika kita ada keluarga kita yang meninggal lalu kita kemudian kremasi dia lalu setelah kremasi kita akan ambil abunya, masukkan ke dalam guci, lalu dibawa ke mana? Ada yang simpan di rumah mungkin, ada yang simpan di dalam penitipan tempat abu, tetapi juga ada yang membawa ke laut untuk ditaburkan. Dan ketika itu ditaburkan dan disebarkan, kita nggak pernah lihat lagi bertemu dengan abu itu karena abu itu sirna, larut dengan air, larut dengan alam ini.
Nah istilah disebar di sini itu bukan istilah disebar seperti abu yang disebarkan itu, tetapi istilah yang dikatakan oleh Boice ini disebar dalam pengertian ditaburkan. Jadi seperti seorang petani yang mengambil benih lalu ditaburkan ke dalam tanah atau di atas tanah untuk supaya benih itu bisa tumbuh menjadi tumbuhan dan berbuah, maka itu yang menjadi pengertian ketika aniaya tiba kepada orang-orang Kristen, maka sebenarnya Tuhan Yesus sebagai petani itu, sebagai seorang yang mengelola lahannya atau kerajaan-Nya itu mengambil orang-orang Kristen itu lalu menyebarkannya ke seluruh dunia supaya Injil itu bisa tumbuh ke seluruh dunia. Itu yang digunakan istilah sebar di sini oleh pengertian Boice itu. Jadi kita diambil. Orang-orang Kristen yang ada di Yerusalem dan Yudea itu diambil oleh Tuhan untuk dibawa ke wilayah lain mulai dari Samaria sampai ke ujung bumi untuk kemudian mereka boleh mendengarkan tentang Injil Kristus.
Dan Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pada waktu mereka disebarkan itu, kita harus lihat juga ada satu kebiasaan yang dilakukan oleh gereja mula-mula yang jarang sekali kita lihat dalam kehidupan gereja saat ini yaitu mereka adalah orang-orang yang biasa memberitakan Injil. Kenapa saya bilang seperti ini? Karena kalau kita baca ayat yang ke-4 lalu kita kemudian masuk ke ayat yang ke-5 dan melihat pelayanan dari Filipus, mungkin kita akan berpikir orang-orang yang disebar itu adalah mungkin orang-orang yang memang menjadi murid para rasul atau orang-orang yang dipanggil Tuhan secara personal untuk menjadi hamba Tuhan atau penginjil untuk mengabarkan Injil atau bahkan rasul sendiri. Jawabannya bukan seperti itu. Para rasul tetap tinggal di Yerusalem nggak kemana-mana. Karena apa? Karena kelihatannya walaupun satu sisi Yerusalem telah menolak Allah, Yahudi telah menolak Injil Kristus Mesias yang Tuhan berikan kepada mereka, tetapi di antara mereka tetap ada sisa-sisa orang Yahudi atau Israel yang tetap Tuhan panggil untuk percaya dan dilayani para rasul di situ. Selain daripada menjadikan Yerusalem basecamp, tetapi tetap ada jiwa-jiwa yang diselamatkan di situ. Dan kita bisa lihat Yakobus menjadi sokoguru atau pemimpin gereja pada waktu itu dan ada orang-orang Yahudi Kristen yang berkunjung ke wilayah-wilayah lain seperti Galatia dan Efesus dan lainnya.
Tapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau begitu siapa yang disebarkan itu? Yang pasti adalah orang Kristen biasa, orang Kristen seperti Bapak, Ibu, Saudara yang hadir dalam gereja ini. Dan istilah yang digunakan juga ada yang mengatakan kalau Saudara baca dalam bahasa Inggris itu dikatakan ada kata therefore di situ. Therefore itu menunjukkan sesuatu yang biasa, sehari-hari terjadi. Tetapi di bagian hal lain adalah pada waktu bicara memberitakan Injil dalam ayat 4 Boice berkata atau John Stott berkata memberitakan di sini bukan kerygma, bukan seperti yang dikatakan oleh ayat yang ke-6 yang ditujukan pada Filipus yang memberitakan tentang injil itu atau ayat 5 memberitakan Mesias itu. Tetapi ayat yang digunakan di dalam ayat 5 itu adalah sesuatu yang menjadi kebiasaan orang Kristen mula-mula ketika mereka percaya kepada Kristus, mereka tidak bisa menutup mulut mereka untuk tidak memberitakan tentang Yesus Kristus.
Jadi pada waktu mereka mengenal Kristus, sebagai orang-orang Yahudi yang berbicara bahasa Ibrani maupun Yunani, mereka secara otomatis sangat suka sekali membagikan Injil Kristus. Di mana? Di Yerusalem. Di mana? Di Yudea. Di mana? Ketika mereka disebarkan keluar dari Yerusalem dan Yudea menuju kepada Samaria sampai kepada ujung bumi. Jadi mengabarkan Injil itu menjadi suatu gaya hidup orang Kristen mula-mula. Itu menjadi sesuatu berita yang dibawa oleh hidup mereka dan mulut yang mereka atau kata-kata yang keluar dari mulut mereka. Dan itu jarang sekali kita lihat di dalam zaman kita saat ini. Kita merasa mungkin mengabarkan Injil itu tugas dari hamba Tuhan atau penginjil yang ada di dalam gereja Tuhan, “Saya hanya jemaat yang menikmati saja ibadah kepada Tuhan.” Tapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, justru di sini dikatakan orang-orang Kristen biasa lah yang membuat berita injil itu disebarkan secara meluas di dalam dunia ini.
Jadi hamba Tuhan, kalau kita kembali kepada surat Efesus pasal 4, bertujuan untuk mendidik orang Kristen dan memperlengkapi mereka untuk melayani Tuhan. Bukan hanya melayani di dalam gereja tapi juga di luar daripada gereja dan memperlengkapi mereka memberitakan Injil Kristus. Dan orang-orang Kristen itu siapa? Orang-orang Kristen itu harus melihat diri kita adalah orang-orang yang diambil dari tempat kita lalu ditebarkan dalam dunia ini untuk menjadi saksi Kristus di manapun kita ditebarkan dalam dunia ini. Saudara ditebarkan di mana? Nggak usah jauh-jauh, nggak usah pikir keluar kabupaten yang ada di Jogjakarta ini, nggak usah pikir kalau saya harus pergi ke pulau lain seperti itu, tetapi ketika Saudara ditebarkan itu berarti Saudara bisa ditebarkan di keluargamu, Saudara bisa ditebarkan di antara teman-temanmu, Saudara bisa ditebarkan dalam lingkungan pekerjaanmu, dan Saudara bisa ditebarkan di lingkungan rumah tempat tinggalmu. Pada waktu Saudara ada di situ, siapa yang Saudara munculkan? Nama siapa yang Saudara tinggikan? Berita kabar baik apa yang Saudara kabarkan? Apakah Saudara mengabarkan tentang Kristus? Apakah mereka bisa melihat Kristus hidup dalam hidupmu? Coba bayangkan di mana orang Kristen berada orang bisa melihat pada Kristus. Kalau Jogja ini tidak heboh, saya agak aneh. Atau dunia tidak heboh, saya agak aneh.
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, mungkin kita terlalu nyaman. Kalau andaikata butuh penganiayaan, mungkin kita perlu doa ada penganiayaan supaya orang Kristen bisa menjadi alat Tuhan untuk menyaksikan Injil-Nya secara efektif dalam dunia ini. Doakan baik-baik, jangan selalu pikirkan diri dan kenyamanan diri, jangan selalu bergumul saya kurang ini saya kurang itu, hak saya ini dan itu, saya tidak boleh diperlakukan seperti ini dan seperti itu. Orang Kristen zaman mula-mula mana sempat pikir seperti itu karena hidup kita ada di bawah tekanan dan hidup mereka selalu menyaksikan atau menjadi sorotan dunia Kristus yang kau percayai itu seperti apa. Pikirkan itu, gumulkan itu, jadikan itu gaya hidup kita. Saya percaya di situ kita bisa menjadi alat Tuhan yang jauh lebih efektif untuk membawa kemuliaan dan membawa kabar baik Kristus dan membawa jiwa kepada Tuhan Yesus Kristus. Stefanus lakukan itu, Paulus sendiri akhirnya ketika bertemu Kristus dia rela lakukan itu dalam hidup dia, Filipus yang adalah seorang biasa pun akhirnya dipakai oleh Tuhan untuk mengabarkan Injil dan kota Samaria atau wilayah Samaria menjadi tempat di mana nama Tuhan boleh diberitakan dan kemuliaan Tuhan boleh diberitakan.
Sekali lagi ya Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, di mana engkau ditabur oleh Tuhan, ingat baik-baik itu bukan untuk dapat kekayaan, itu bukan supaya engkau dihormati orang supaya kedudukanmu lebih ditinggikan sehingga engkau kemudian lebih dihargai orang, supaya namanu lebih dikenal orang, tujuannya untuk diri sendiri, cinta diri, bukan, tetapi supaya Kristus boleh dinyatakan melalui hidupmu. Itu tujuannya, itu sebabnya kita dipanggil oleh Tuhan, itu sebabnya Kristus mati di kayu salib bagi diri kita, itu sebabnya kita ditempatkan dalam dunia ini tanpa Tuhan memanggil kita atau mematikan kita dari hidup kita di tengah-tengah dunia ini. Saya percaya sekali setiap hal yang Tuhan izinkan kita harus lihat itu sebagai ujian iman. Setiap hal yang Tuhan izinkan terjadi dalam hidup kita, kita harus lihat sebagai suatu peperangan yang Tuhan ingin kita nyatakan kita itu adalah milik siapa. Dan setiap kali Tuhan pertemukan kita dengan satu kondisi tertentu, dia ingin lihat kita memberitakan siapa di dalam hidup kita. Apakah kita memberitakan kerajaan kita ataukah kita memberitakan Kerajaan Kristus? Kiranya Tuhan boleh berkati kita. Mari kita masuk dalam doa.
Kami kembali berdoa bersyukur Bapa untuk firman-Mu, kasih setia yang telah Engkau nyatakan dalam kehidupan kami, anak-anak-Mu, keselamatan yang boleh Engkau karuniakan dan juga setiap kesempatan untuk menyaksikan nama-Mu dalam kehidupan kami. Mohon belas kasihmu ya Bapa, mohon pimpinan-Mu. Kiranya Engkau boleh pakai gereja-Mu ini dan setiap anak-anak-Mu yang hadir dan melayani di tempat ini dan berbakti di tempat ini untuk melihat kehendak-Mu dan panggilan-Mu dalam kehidupan mereka masing-masing. Dalam nama Tuhan Yesus yaitu Tuhan dan Juruselamat kami, kami telah berdoa. Amin.
Transkrip khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah (KS)