Yakobus 1:12-13
Vik. Nathanael Marvin, M. Th.
Salah satu kisah pencobaan yang begitu jelas yang diceritakan dalam Alkitab adalah bagaimana Yesus Kristus ketika mau melayani secara publik, Yesus mengalami suatu pencobaan atau ujian. Kita bisa mengerti pencobaan yang Yesus alami ketika Dia mau melayani secara publik, orang-orang Yahudi, Yerusalem dan sekitarnya itu adalah sebuah pencobaan dan juga ujian. Bahasa Inggris yang lain dari pencobaan adalah trial atau test atau ujian adalah trial. Sebelum melayani secara publik, Yesus dicobai. Bapak, Ibu, Saudara sekalian, Dia dicobai oleh siapa? Dicobai oleh iblis. Kita tahu ya ini pengertian kita yang benar pencobaan itu datangnya dari iblis, ujian itu datangnya dari Allah. Tetapi di satu kondisi, keduanya kita bisa pahami sebagai pencobaan maupun ujian. Memang waktu Yesus dicobai di padang gurun, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, itu dibawa oleh Roh Allah, Roh Kudus. Roh Allah membawa Yesus ke padang gurun, ini pertama kali Yesus dicobai. Kemudian di padang gurun itu Yesus berpuasa selama 40 hari dan kemudian Alkitab mencatat laparlah Yesus Kristus selama 40 hari di padang gurun tidak makan.
Bapak, Ibu, Saudara sekalian, memang Allah izinkan ada pencobaan di dalam kerangka ujian hidup, apakah manusia itu beriman atau tidak. Tuhan izinkan pencobaan meskipun pencobaan itu datangnya dari iblis. Tuhan lakukan ujian supaya kita boleh naik level iman kita semakin dewasa. Kemudian kita lihat Yesus Kristus ketika dicobai di padang gurun, apa yang terjadi? Pertama, iblis mengatakan, “Jika Engkau Anak Allah, maka ubahlah batu-batu ini menjadi roti supaya Kamu bisa makan, supaya perut-Mu itu kenyang.” Kemudian Yesus menjawab iblis dengan mengatakan, “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.” Yesus melawan pencobaan dengan firman Tuhan, ada tertulis.
Yang kedua, ini yang kedua ini ada perbedaan, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, bukan Roh Allah lagi yang membawa Yesus, tetapi dicatat di Alkitab, iblis yang membawa Yesus ke tempat lain. Jadi Yesus dicobai oleh iblis itu dua kali ya, dibawa ke pada 3 tempat. Satu kali Roh Allah membawa Yesus ke padang gurun, yang kedua iblis membawa Yesus ke Yerusalem, ke kota Yerusalem, kota yang suci kemudian di Yerusalem ada Bait Allah yang begitu megah, begitu besar kemudian iblis mengatakan ditaruhlah Yesus di atas Bait Allah. “Jika Engkau Anak Allah, jatuhkan diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Malaikat akan datang menyelamatkan-Mu supaya kaki-Mu tidak terantuk pada batu.” Kemudian Yesus menjawab dengan firman Tuhan mengatakan, “Ada tertulis: Jangan engkau mencobai Tuhan, Allahmu.”
Bapak, Ibu, Saudara sekalian, iblis mencobai Tuhan. Ini dilarang di Alkitab. Nanti kita akan bahas apa sih dosa mencobai Tuhan. Bukan hanya iblis bisa mencobai Tuhan, tetapi manusia juga bisa mencobai Tuhan. Salah satu contoh sederhana adalah iblis menggunakan firman Tuhan demi mencobai Tuhan. Kalau begini, maka harus begini, lakukan. Kalau Tuhan baik, kenapa Tuhan tidak sembuhkan saya? Sembuhkan. Kalau Tuhan Mahakuasa, berikan aku kesehatan, kekayaan. Itu kita sedang mencobai Tuhan. Meskipun kita sakit, bukan berarti Allah tidak baik. Meskipun kita miskin, meskipun kita tidak baik, tidak sejahtera, bukan berarti Allah tidak Mahakuasa. Ketika kita menggunakan konsep kita, kalau Tuhan begini, maka begini, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita mencobai Tuhan. Harusnya begini, otakku mengatakan begini dong. Kita sedang mencobai Tuhan, seperti iblis kita. Yesus katakan, “Jangan cobai Tuhan, Allahmu.” Itu pencobaan yang kedua.
Kemudian yang ketiga Yesus dibawa lagi pindah ke tempat yang lain, oleh iblis lagi. Yesus dicobai oleh iblis dibawa pindah-pindah dua kali tetapi dibawa oleh Roh Allah satu kali ke padang gurun. Dari padang gurun, iblis membawa Yesus ke Yerusalem, dari Yerusalem, iblis membawa Yesus ke atas gunung yang paling tinggi dan memperlihatkan kerajaan dunia serta segala kekayaannya kepada Yesus Kristus dan iblis mengatakan, “Jika Engkau sujud menyembah kepadaku, akan kuberikan semua ini kerajaan dunia dan kemegahannya.” Bapak, Ibu, Saudara sekalian, iblis kemudian ditegur lagi oleh firman Tuhan, “Ada tertulis: Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus sembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia saja engkau berbakti.” Kemudian sejak itu iblis pergi mengakhiri pencobaan Yesus Kristus itu dan menunggu waktu yang baik untuk mencobai Yesus terus. Dia, iblis itu begitu sabar, begitu tekun dalam mencobai Tuhan Yesus Kristus.
Bapak, Ibu, Saudara sekalian, Yesus sebagai manusia 100% Dia pun mengalami pencobaan untuk melakukan dosa. Sama seperti kita di dunia ini, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, Yesus pun dicobai, Dia manusia dan namanya manusia itu bisa jatuh ke dalam dosa. Kalau tidak bisa jatuh ke dalam dosa, kita bukan manusia. Kita tidak diciptakan segambar dan serupa dengan Allah. Yesus dicobai oleh siapa? Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita bisa lihat dunia yang berdosa mencobai Yesus Kristus, kerajaan dunia, makanan roti itu bisa saja mencobai Yesus untuk melakukan dosa. Tapi yang kita bisa lihat juga Yesus dicobai oleh iblis yang suka menggoda manusia untuk berdosa. Hidup Yesus itu penuh dengan pencobaan. Saat Yesus hidup, mulai melayani secara publik ataupun saat proses melayani bahkan mengakhiri pelayanannya, begitu banyak pencobaan yang harus dihadapi oleh Yesus Kristus sampai pada akhirnya Yesus difitnah, Yesus disalahkan meskipun Dia tidak salah, Yesus divonis hukuman salib meskipun hukuman salib itu tidak layak bagi Yesus Kristus, Yesus tidak berdosa, Yesus setia kepada Allah tetapi pada akhirnya Yesus memahkotai duri.
Mahkota duri ini apa sih, Bapak, Ibu, Saudara sekalian? Mahkota duri ini adalah pencobaan dan bahkan penghinaan, penghukuman. Yesus alami itu. Ini aneh, bukan? Kalau memang seseorang yang taat 100%, seorang yang begitu baik, bukannya harusnya dia dapat itu mahkota kemuliaan? Mahkota bunga mawar? Dia rela ganti mahkota bunga yang harusnya Dia dapatkan, Dia ganti mahkota duri untuk kita. Puji Tuhan, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, Yesus berhasil melalui perjalanan salib yang penuh penderitaan itu, Yesus sudah mendapatkan mahkota yang paling mulia dari Allah, Dia sudah taat sempurna di hadapan Allah Bapa dan saat ini Yesus ada di mana? Yesus memang di hati kita, tetapi Yesus itu sudah naik ke sorga. Dia ada di sorga melihat kita semua dan terus mendukung kita supaya kita bisa menghadapi setiap pencobaan di dalam kehidupan kita. Supaya kita kuat menghadapi mahkota duri yang bisa saja kita alami silih berganti.
Martin Luther mengatakan, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, “They gave our Master a crown of thorns, why do we hope for a crown of roses?” Orang-orang Yahudi, Romawi memberikan mahkota duri kepada Tuan kita, Yesus Kristus. Kenapa kita sebagai murid-Nya, sebagai budak Yesus Kristus mengharapkan mahkota bunga di atas kepala kita, Bapak, Ibu, Saudara sekalian? Orang-orang berdosa memberi mahkota duri kepada Tuhan kita Yesus Kristus, kenapa kita harap mahkota mawar? Jika Yesus sebagai Tuhan kita hadapi berbagai bagai pencobaan, apakah kita boleh berharap bahwa hidup kita ini hanya ada ketenangan dan kenyamanan tanpa pencobaan? Itu harapan yang salah. Harapan yang salah. Gereja tidak boleh membuat jemaatnya atau mengajarkan jemaatnya selalu harapannya baik, selalu harapannya berkat, selalu harapannya kekayaan, tidak. Yesus miskin, Yesus menderita, Dia memahkotai kepala-Nya dengan duri. Kita harap mahkota mawar? Ini nggak benar. Yesus, Tuhan kita dapat mahkota duri, kita hamba-Nya dapat mahkota mawar? Ini adalah pengharapan yang salah.
Jadi, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita perlu siapkan ketika kita suatu hari nanti dapat mahkota duri juga. Itu yang perlu kita siapkan. Kita perlu siap menghadapi pencobaan sampai kita menang menghadapi setiap pencobaan. Lihat Yakobus 1:12a yang barusan kita baca, di situ dikatakan oleh Yakobus, “Berbahagialah orang yang bertahan,” remains steadfast, tabah, yang tetap setia, “dalam pencobaan.” Ayat ini mengingatkan kita kembali kepada Yakobus 1:2 yang sebelumnya sudah kita bahas, Yakobus 1:2 mengatakan, “Saudara-saudaraku yang kukasihi, yang sedang menghadapi berbagai pencobaan dan penderitaan yang berat, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, a joy, apabila kamu hadapi pencobaan itu, karena dengan demikian imanmu itu diuji oleh Tuhan dan rohanimu itu semakin kuat di dalam Tuhan.”
Pada ayat 12a ini, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, Yakobus menggunakan kalimat khotbah Yesus di bukit, yaitu apa? Ucapan-ucapan bahagia. Yakobus katakan berbahagialah, berbahagialah, diberkatilah, blessed. Diberkatilah, salah satu ucapan bahagia. Kalau kita bandingkan, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ucapan yang dilakukan oleh Yakobus di ayat ini terus kita coba cari kesamaannya, kemiripannya di mana, kemudian kita akan menemukan bahwa ucapan bahagia dari Yesus Kristus yang senada dengan ayat yang kita bahas ini adalah, “Berbahagialah orang yang dianiaya karena kebenaran.” Alami pencobaan, alami ujian. Kemudian, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, berbahagialah mereka yang dicela karena Yesus, dianiaya, difitnahkan segala yang jahat, harus berbahagia karena mereka adalah empunya Kerajaan Sorga, berbahagialah. Pada ayat ini Yakobus mengatakan berbahagialah kepada orang yang bertahan yang setia sampai mati kepada Yesus Kristus meskipun hidup susah, meskipun hidup banyak pencobaan, dia setia. Maka dari itu, berbahagialah.
Bapak, Ibu, Saudara sekalian kalau kita lihat ayat ini, kata ‘pencobaan’ di sini berbeda dengan Yakobus 1:2 ataupun Yakobus 1:13, kata ‘pencobaan ya. Lebih tepat diterjemahkan sebagai trial, bukan temptation. Trial ini sifatnya menguji, jadi berbahagialah kamu yang bertahan dalam ujian atau trial, pencobaan. Trial sifatnya itu lebih murni, lebih mendukung untuk naik level. Kalau test atau trial itu lebih baik, kalau temptation atau pencobaan itu yaitu dari si iblis, kenapa? Karena ingin meruntuhkan iman kita. Berarti kita bisa lihat dari ayat ini, ini unik karena Yakobus mengatakan kata ‘trial’ atau ‘test.’ Ujian yang ada, kesulitan yang ada, untuk menentukan kita itu naik kelas atau tidak dalam kerohanian kita, itu maksudnya Yakobus. Berbahagialah.
Kurang lebih kalau bahasanya sekarang berbahagialah anak-anak yang masih sekolah kalau kamu bisa ulangan atau ujian. Itu menentukan kamu itu naik kelas atau tidak. Kurang lebih gambaran Yakobus itu seperti ini, Bapak, Ibu, Saudara sekalian. Tuhan ingin uji orang-orang Kristen apakah orang Kristen itu siap dipakai Tuhan lebih lagi? Lebih banyak lagi? Lebih heran lagi, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, harus menghadapi trial, ujian. Ini mirip seperti pencobaan Yesus Kristus, Roh Allah membawa Yesus ke padang gurun, diuji. Sebelum Yesus melayani secara publik, ada ujiannya, trial-nya. Baru setelah lolos, Yesus melayani secara publik. Bapak, Ibu, Saudara sekalian ini adalah hal yang umum dalam kehidupan kita. Setiap pelajar mengalami hal ini, ujian dulu baru wisuda. Setelah wisuda dapat hidup yang selanjutnya, apakah pekerjaan, apakah pernikahan. Itu ya, ada trial-nya.
Trial atau test itu ya, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, itu ibarat kita menjadi tester es krim ya. Kita waktu beli es krim, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita itu sebagai tester, pencobanya, penguji, kita boleh memilih es krim yang mana yang mau kita pilih, kita makan, kita pakai. Kemudian kita cobalah satu sendok itu yang kayu kecil dimakan, oh nggak suka. Buang. Sukanya rasa apa? Vanilla, strawberry, anggur, apa? Suka. Ketika suka berhasil lewat ujian tester kita, baru diambil oleh kita terus dimakan.
Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita itu diuji oleh Tuhan, diambil dulu sedikit, berhasil nggak. Dicoba dulu oleh Tuhan, rasanya tuh ada rasa buah Roh Kudus nggak? Ada kasih nggak? Ada sukacita nggak? Ada kesetiaan nggak? Ada kebaikan nggak? Ada pengendalian diri? Ada kelemahlembutan nggak? Tuhan coba, oh ternyata baik ya orang ini. Pelayanan, Aku mau pakai dia lebih besar lagi. Itu, itulah trial, itulah test, itulah ujian dari Tuhan, maka kita berbahagia kalau Tuhan mau memakai kita lebih lagi.
Ayat 12b, dikatakan, “Sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia.” Ini alasan kita berbahagia yang kedua, yaitu apa? Kalau kita sudah tahan uji, kalau kita sudah lulus trial, kita akan mendapatkan mahkota kehidupan. Inilah kenapa Yakobus katakan berbahagialah kamu ketika ada ujian, bisa dipakai Tuhan lebih besar lagi. Bukan hanya itu, ketika kamu lulus ujian, kamu akan dapat mahkota kehidupan, melebihi mahkota kemuliaan. Kalau dapat mahkota kehidupan, sudah pasti dapat mahkota kemuliaan. Tetapi orang yang mendapatkan mahkota kemuliaan, belum tentu mendapatkan mahkota kehidupan. Yakobus janjikan bahwa kamu akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah, yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia. Ada dua berkat yang kita alami ketika kita mengalami ujian dari Tuhan: pertama Tuhan mau jadikan kita alat kemuliaannya lebih besar, yang kedua Tuhan janjikan mahkota kehidupan bagi kita yang mengasihi Dia.
Bapak, Ibu, Saudara sekalian, sekarang kita mau merenungkan tentang mahkota itu apa sih? Secara umum, mahkota itu adalah simbol upah dan berkat Allah kepada umat-Nya. Kalau kita lihat di Amsal 10:6, secara implisit dikatakan bahwa berkat ada di atas kepala orang benar. Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita yang sudah dibenarkan oleh darah Yesus, di atas kita ini sudah ada mahkota kemuliaan, ada berkat di atas kepala orang benar. Itu adalah berkat orang benar yang sudah dibenarkan oleh darah Yesus Kristus. Jaminannya itu adalah mahkota kehidupan yang suatu hari nanti kita akan terima ketika kita masuk sorga bertemu dengan Yesus Kristus.
Apa itu mahkota kehidupan? Kalau kita sudah lihat mahkota itu simbol berkat dan upah, sekarang kita akan merenungkan makna mahkota kehidupan. Ada 3 hal yang dapat kita pelajari tentang makna mahkota kehidupan. Yang pertama adalah mahkota kehidupan adalah berarti janji kehormatan dan kuasa di masa depan. Orang Kristen akan memperoleh janji berkat di masa depan bila berhasil bertahan di dalam setiap pencobaan di dalam kehidupannya, di dalam setiap kesulitan, di dalam setiap penganiayaan, kita akan mendapatkan mahkota kehidupan. Ini sesuai dengan Wahyu 2:10 dikatakan, “Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku, Tuhan, akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.” Jadi kita bisa melihat mahkota kehidupan itu adalah seperti hadiah, hadiah yang Tuhan berikan, bagi kita yang bertahan di dalam penganiayaan. Ada janji kehormatan, ada janji kuasa, di masa yang akan datang.
Yang kedua, mahkota kehidupan juga berarti karangan bunga kemenangan, seperti karangan bunga kemenangan. Ini bicara soal penghargaan, appreciation. Penghargaan itu seperti apa sih Bapak, Ibu, Saudara sekalian? Penghargaan itu ketika kita kerja, dapat uang, kita pikir itu adalah gaji kita, kita pikir itu adalah hak kita. Tetapi kalau kita mengerti dengan perspektif yang lain, uang yang kita terima karena kita bekerja itu bukan semata-mata upah tetapi juga adalah penghargaan, appreciation. Kita bisa menghargai orang dengan uang, kita bisa menghargai orang dengan sikap kita, kita bisa menghargai orang dengan apa pun yang baik bagi orang tersebut, dan di sini Tuhan mengatakan kamu akan dapat mahkota kehidupan, itu berarti penghargaan, ya, penghargaan karena kamu setia. Itu seperti karangan bunga papan yang dapat menjadi ucapan bahagia, yaitu apa? “Selamat dan Sukses,” misalkan ketika kita buka usaha atau ketika kita menikah, misalkan ya, atau wisuda, itu ada “Selamat dan Sukses,” ya itu seperti penghargaan.
Apa sih artinya bunga? Penghargaan. Ya mungkin ada orang ngomel, “Ngapain sih kita kasih bunga-bunga gitu, kan habisin uang, cuma dipajang 2 hari, 3 hari.” Tidak, itu bukan bicara soal fungsi, itu bicara soal appreciation, penghargaan kita kepada orang yang sukses, yang membuat bisnis yang baru. Atau juga bunga dukacita ya, bunga dukacita kita berikan kepada orang yang di rumah duka, itu sebagai penghargaan kita, perhatian kita, kepada orang yang masih hidup, yang ditinggalkan orang yang dikasihi. Itu ya appreciation.
Yang ketiga makna mahkota kehidupan adalah kerajaan yang dijanjikan Allah kepada orang yang mengasihi Allah. Nah sekarang kita akan lihat dengan cepat, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, 3 ayat yang paralel dengan konsep ini. Pertama Yakobus 2:5, ini adalah kerajaan yang dijanjikan Allah kepada orang yang mengasihi Allah, ini ada ayat yang mirip dengan makna mahkota kehidupan. Yakobus 2:5, “Dengarkanlah, hai saudara-saudara yang kukasihi! Bukankah Allah memilih orang-orang yang dianggap miskin oleh dunia ini untuk menjadi kaya dalam iman dan menjadi ahli waris Kerajaan yang telah dijanjikan-Nya kepada barangsiapa yang mengasihi Dia?” Roma 8:28, garisbawahi, “Kepada orang yang mengasihi Allah.” Roma 8:28 di situ juga dikatakan, “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” Garisbawahi, “Bagi mereka yang mengasihi Dia.” 1 Korintus 2:9, “Tetapi seperti ada tertulis: “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.””
Inilah penekanannya, 3 ayat ini bicara soal upah di masa yang akan datang tetapi dengan syarat. Wah, katanya kasih Tuhan agape, tanpa syarat, kok ada syarat sih? Katanya Tuhan, anugerah keselamatan itu gratis, tidak ada syarat, kenapa ada syarat? Yaitu apa? Barang siapa yang mengasihi Allah. Nah Bapak, Ibu, Saudara sekalian, jangan lupa, kita harus ingat kalau kita bisa mengasihi Allah dengan segenap hati, dengan segenap kekuatan, dengan segenap jiwa, itu karena anugerah Allah juga. Bukan berarti usaha kita, “Saya mengasihi Allah, dapat sorga.” Itu bukan Kristen, itu ajaran non-Kristen. Berbuat baik masuk sorga, berbuat dosa, masuk neraka, itu bukan Kristen. Kristen itu mengatakan kita selamat karena anugerah Tuhan. Anugerah Tuhan membuat kita mengasihi Kristus, mempercayai Yesus, mentaati Yesus, menyerahkan hidup bagi Kristus. Itu keselamatan orang Kristen. Jadi kita bisa lihat barang siapa yang mengasihi Dia. Pertanyaannya bagi kita adalah, kita sudah mengasihi Tuhan kah? Kita sudah dapat anugerah untuk bisa mengasihi Tuhan kah? Itu yang perlu kita minta, “Tuhan berikan aku kekuatan untuk bisa mengasihi Tuhan, bisa mengasihi Yesus.”
Kita lanjut ayat yang ke-13, Yakobus 1:13a di situ dikatakan, “Apabila seorang dicobai,” atau terjemahan lainnya adalah tergoda oleh cobaan, “janganlah ia berkata: “Pencobaan ini datang dari Allah!”” Nah di sini barulah kita bisa melihat bahwa kata pencobaan di sini bukan trial lagi tetapi temptation. Kalau kamu dicoba sampai kamu itu didorong untuk melakukan dosa, kamu nggak boleh katakan temptation itu dari Allah, nggak boleh. “Tuhan itu jahat, pengen saya berdosa, Tuhan itu jahat, pengen saya berbohong, berzinah, mencuri, Tuhan itu jahat, membuat saya korupsi, rakus,” nggak bisa. Kita nggak bisa katakan pencobaan itu datangnya dari Allah.
Sebelum kita lanjut bahas saya ingin ceritakan sebuah kisah tentang kejahatan yang luar biasa, yaitu tentang kisah Holocaust. Kita tahu Holocaust ya Bapak, Ibu, Saudara sekalian, itu adalah salah satu kejahatan atau malapetaka yang begitu besar yang pernah terjadi di Eropa. Orang yang meninggal karena pandemi Corona itu mungkin saat ini, sekarang itu sekitar 4 juta atau hampir 5 juta orang. Tetapi orang yang mati karena Holocaust itu 6 juta orang Yahudi. Holocaust itu apa sih? Holocaust adalah pembunuhan orang Yahudi di Eropa selama Perang Dunia ke-2 antara tahun 1941-1945. Kita tahu Nazi Jerman itu menguasai beberapa negara di Eropa. Kemudian Nazi ini, orang-orang Jerman, dia melakukan pembunuhan sistematis kepada 6 juta orang Yahudi di seluruh Eropa, di seluruh negara yang diduduki Jerman. Kemudian itu dilakukan dengan cara apa, Bapak, Ibu, Saudara sekalian? Penembakan masal, tembak mati semua. Pembunuhan orang Yahudi itu dilakukan dengan cara bagaimana? Mereka masukkan ke camp konsentrasi, kejam sekali, bukan hanya pembunuhan masal orang Yahudi ini dengan cara apa? Ada filmnya juga ya tentang pembunuhan di camp konsentrasi itu, caranya dengan masukkan orang ke ruangan ini ya, ruangan ini tertutup, anggap ruangan se-aula ini tertutup, nggak ada udara, kemudian dibocorkan gas beracun, mati semua. Atau gas kemudian setelah gas memenuhi ruangan ini Bapak, Ibu, Saudara sekalian, dinyalakan api, bakar mati semua. Wah, itu adalah Holocaust, pembunuhan yang besar-besaran.
Bapak, Ibu, Saudara sekalian, Holocaust ini bukan berarti tidak ada survivornya, bukan berarti tidak ada penyintasnya atau yang berhasil selamat. Ada yang selamat bernama Yehiel De-Nur ya, orang Yahudi, Yehiel De-Nur. Kemudian setelah dia bertahun-tahun hidup, dia sebagai penyintas atau survivor itu, dia di wawancarai oleh seseorang, masuk acara, kemudian pada tahun 1960, dia cerita bahwa waktu dia sempat bersaksi di trial, di pengadilan, karena pemerintah itu menangkap Adolf Eichmann, Adolf Eichmann ini adalah seorang yang seperti mayornya lah, seperti orang utama menjalankan pembunuhan kepada orang-orang Yahudi pada waktu itu. Si Yehiel De-Nur ini adalah saksinya, dia korban, Adolf Eichmann ini adalah pelaku. Ketika sama-sama dikumpulkan di ruang pengadilan, di trial, De-Nur bersaksi, saya dibeginikan, saya dibegitukan oleh tentara Jerman, tentara Nazi. Kemudian si hakim bertanya kepada si pelaku, terdakwa, Adolf Eichmann ini, “Bagaimana kejahatan yang kamu lakukan?” Adolf Eichmann kemudian menceritakan kejahatannya, “Saya disuruh begini, saya lakukan begini, sampai orang mati.”
Yehiel De-Nur itu mengatakan dia begitu sedih, begitu takut, sampai dia terjatuh di ruang pengadilan tersebut. Kaget, tidak bisa membayangkan kejahatan yang luar biasa bisa dilakukan oleh manusia berdosa. Kemudian De-Nur ditanya, “Kenapa kamu jatuh?” Kemudian si De-Nur mengatakan, “Saya menyadari bahwa saya takut tentang diri saya, saya ternyata bisa melakukan apa yang dilakukan oleh Adolf Eichmann.” Dia membayangkan bahwa dirinya sendiri bisa menjadi kejam kalau dia menjadi tentara Nazi. Dirinya sendiri sebagai korban, bisa saja menjadi pelaku. Dia jatuh, ya, kebetulan sejarah mengatakan si Yehiel De-Nur ini adalah korban, si Adolf Eichmann ini adalah pelaku. “I was afraid about myself, I saw that I am capable to do this, exactly like he,” aku bisa lakukan kejahatan itu seperti Eichmann. Semua orang bisa melakukan dosa dengan kejam.
Bapak, Ibu, Saudara sekalian dari kisah tersebut kita bisa belajar bahwa sumber pencobaan manusia yang berdosa, salah satunya adalah timbul dari diri kita yang sudah jatuh ke dalam dosa. Jangan selalu salahkan keadaan, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, bisa jadi yang salah itu kita sendiri. Salah satu sumber pencobaan atau temptation yang membuat kita jatuh ke dalam dosa ternyata bukan orang luar, bukan orang lain, diri kita sendiri, yang sudah jatuh ke dalam dosa. Ini adalah manusia yang berdosa, dapat melakukan berbagai-bagai dosa, bahkan menggoda diri untuk melakukan dosa. Bukan hanya menggoda diri, kita bisa menggoda orang lain, “Yuk lakukan dosa.” Wah ini sumber pencobaan yang pertama, yaitu natur kedagingan kita yang sudah jatuh ke dalam dosa, bisa membuat kita jatuh ke dalam dosa.
Mazmur 7:14 mengatakan, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, “Sesungguhnya, orang itu hamil dengan kejahatan, ia mengandung kelaliman dan melahirkan dusta.” Ini adalah manusia berdosa, kita itu sejak Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, semua orang yang dilahirkan dari keturunan manusia sudah memiliki natur yang berdosa, kita bisa berbohong, kita bisa menyimpan dendam, kita bisa mengeluarkan dusta, inilah sumber pertama pencobaan: diri kita sendiri yang berdosa.
Yang kedua Bapak, Ibu, Saudara sekalian, sumber pencobaan yang kedua adalah datangnya dari iblis yaitu si pendusta yang sangat suka menggoda orang untuk melakukan dosa. Pekerjaan pertama iblis kepada manusia, Adam dan Hawa apa? Menggoda, mendustai Adam dan Hawa, membuat mereka tidak percaya pada firman Tuhan, dan akhirnya Adam dan Hawa terjebak godaan iblis sehingga memakan buah pengetahuan baik dan jahat. Dari sini kita sudah tahu pekerjaan iblis pertama kali kepada manusia itu apa? Menggoda manusia jatuh ke dalam dosa. Kalau pekerjaan utama dan pertama iblis adalah menggoda manusia untuk jatuh ke dalam dosa, seberapa ahlinya iblis sih? Seberapa ahlinya iblis menggoda manusia? Sejak Adam dan Hawa, ribuan tahun yang lalu iblis sudah menggoda manusia jatuh ke dalam dosa.
Kita nggak bisa kuat menghadapi iblis. Iblis itu sangat senang ketika kita jatuh ke dalam dosa. Ya ini bahaya ya. Di situ kita lihat Yakobus menjelaskan pencobaan, temptation, Yakobus itu menekankan pencobaan ini sumbernya dari Allah. Nanti kita bisa lihat dua sumber pencobaan adalah diri kita yang sudah jatuh dalam dosa dan iblis. Kalau mau tambahkan dunia yang berdosa ini juga menggoda kita untuk melakukan dosa. Pencobaan itu datangnya bukan dari Allah, dan Allah sendiri tidak pernah mendatangkan pencobaan supaya kita jatuh dalam dosa. Tuhan itu tidak pernah, Dia itu Allah yang baik.
Bila Allah mencobai seseorang, seorang theolog mengatakan, kalau Allah itu mencobai seseorang, berarti itu bertentangan dengan sifat-Nya yang kudus. Kalau Tuhan menggoda kita, “Ayo jatuh dalam dosa,” itu berarti bertentangan dengan sifat-Nya yang kudus, yang baik, yang ingin kita tidak berdosa. Tuhan itu adalah segala sumber yang baik, Dia selalu hasilkan yang baik, berarti Allah tidak pernah lakukan kejahatan, Dia kudus, Dia tanpa cacat cela dosa. Jika kita kaitkan dengan surat 1 Yohanes, Allah adalah terang. Terang itu identik dengan apa? Kebenaran, kebaikan, kesucian, kehidupan. Dan bertentangan dengan gelap. Gelap itu dimaknai secara apa? Dimaknai tentang segala yang jahat, segala yang buruk, segala yang berdosa, dusta, dan juga kematian. Itulah antara terang dan gelap. Tuhan itu terang, iblis itu gelap, dosa itu gelap.
Terakhir kita bahas ayat 13b di situ dikatakan, “Sebab Allah tidak dapat dicobai yang jahat, dan Ia asendiri tidak mencobai siapa pun.” Yakobus di sini menekankan ulang tentang pribadi Allah yang baik, Allah bahkan tidak dapat dicobai yang jahat karena Allah tidak dapat jatuh ke dalam dosa. Maka waktu iblis mencobai Allah, nggak boleh, itu berdosa. Lagipula Tuhan tidak bisa berdosa. Maka dari itu Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kalau Tuhan itu tidak bisa berdosa, mungkin kita akan berpikir, “Tuhan itu Mahakuasa, bisa lakukan apapun, tapi tidak bisa lakukan dosa?” Ini bukan berarti Allah itu nggak Mahakuasa ya. Tuhan itu Mahakuasa, betul. Tuhan itu Mahaadil. Tetapi sifat-sifat-Nya, kemaha-an Allah itu tidak boleh bertentangan satu dengan yang lain. Kalau bertentangan satu dengan lainnya itu Allah bukan harmonis.
Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita bisa lakukan dosa karena kita lemah. Makanya itu ketika kita memandang Tuhan yang tidak bisa lakukan dosa, harusnya kita tenang dong, Tuhan tidak akan memperlakukan kita seperti orang tua yang selingkuh, Tuhan tidak akan memperlakukan kita seperti orang yang KDRT, Tuhan tidak akan berbohong, Tuhan tidak akan memperlakukan kita jahat, Tuhan tidak akan menjadi orang tua yang jahat, menelantarkan anak-anak-Nya, tidak mau urus anak-Nya, aborsi anak-Nya. Tuhan adalah Bapa kita. Kita punya Allah yang super baik.
Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ketika kita memahami Allah yang tidak pernah lakukan dosa dan tidak bisa lakukan dosa, itu bukan berarti Allah itu lemah. Allah itu super baik. Dan sebaliknya, kita justru jangan lakukan dosa kepada Tuhan. Setiap kita lakukan dosa, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, secara tidak langsung kita lakukan kepada Tuhan. Yusuf katakan kepada istri Potifar, “Bagaimana mungkin aku berani lakukan kejahatan besar ini kepada Tuhan? Dengan selingkuh, dengan berzinah dengan istri Potifar?” Dosa apapun yang kita lakukan dalam dunia ini ujung-ujungnya kepada Allah, kita buat jahat kepada Allah, karena kita ciptaan Tuhan.
Dan yang paling penting kita perhatikan dosa ini, jangan mencobai Tuhan. Kalau kita tidak boleh lakukan mencobai Tuhan, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, Yakobus mengatakan karena memang Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat. Lalu Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita bisa lihat Ulangan 6:16 di situ ada larangan jelas, “Janganlah kamu mencobai TUHAN, Allahmu, seperti kamu mencobai Dia di Masa.” Larangannya jelas sekali, nggak boleh cobai Tuhan. Maksudnya apa cobai Tuhan itu Bapak, Ibu, Saudara sekalian? Yesus pun larang iblis untuk mencobai Tuhan. Apa artinya mencobai Tuhan? Konteks Ulangan 6:16 adalah ketidakpercayaan Israel pada pemeliharaan Tuhan di padang gurun. Mereka minta makan, mereka minta air, mereka komplain, mereka sampai ngapain Bapak, Ibu, Saudara sekalian? Mereka sampai menghina Tuhan, tidak percaya Tuhan, mencela pemimpin Musa dan Harun. Dosa bangsa Israel itu bukan dosa sekedar itu saja. Itu dapat disimpulkan sebagai dosa mencobai Tuhan. Kenapa? Nah ini perlu konteks.
Dosa mencobai Tuhan itu perlu konteks. Apa? Pertama, Tuhan sudah memelihara kita dengan luar biasa, sudah kasih mujizat bahkan, dan Tuhan sudah kasih bukti, “Aku ini baik, Aku ini Bapa yang baik, tidak mungkin memberi batu, ular kepada yang minta roti, Aku sudah menunjukkan mujizat-Ku bertahun-tahun, Aku sudah kasih manna dari surga, sudah kasih burung puyuh, sudah kasih tiang awan dan tiang api, masih tidak percaya?” Ini mencobai Tuhan. Mencobai Tuhan adalah kita meragukan kebaikan Tuhan padahal sudah banyak bukti kebaikan Tuhan. Kita sudah dikasih berkat, berkat, berkat, kita masih nggak percaya Tuhan kasih berkat? Kita sudah mencobai Tuhan. Tuhan ingin bunuh bangsa Israel, kasih hukuman mati saja, sampai Tuhan kesalnya kayak gitu. Sampai Musa pernah berdoa, “Tuhan jangan bunuh bangsa Israel, lebih baik aku masuk neraka daripada bangsa Israel harus mati dibunuh Tuhan.” Kenapa? Dosa mencobai Tuhan. Nggak percaya Tuhan Mahakuasa, nggak percaya Tuhan baik, kurang ajar kamu. Sudah bertahun-tahun jadi orang Kristen tapi nggak pernah percaya Tuhan.
Mencobai Tuhan berarti mengatur Tuhan sesuai pengertian kita. “Katanya Allah baik, kenapa kami dihukum di padang gurun?” Kamu sendiri yang nggak percaya, suruh langsung masuk serang tanah Kanaan nggak masuk. Padahal ke tanah Kanaan cuma 2-3 minggu sampai kok. Kamu nggak percaya, nggak mau dengan orang Kanaan, putar 40 tahun. Ini mencobai Tuhan, Israel terlalu banyak mencobai Tuhan, Tuhan hukum. Oh Tuhan tidak mau kita mencobai Dia, Tuhan nggak mau kita menghina tindakan Tuhan atas kita. Jangan lupakan bukti-bukti pemeliharaan Tuhan atas kita. Bapak, Ibu, Saudara sekalian, Allah yang pernah murka sedemikan murka, apakah kita bisa katakan Tuhan itu jahat? Jahat ya Tuhan bunuh bangsa mesir, anak sulung bangsa mesir dibunuh Tuhan, orang yang menyembah patung lembu emas dibunuh Tuhan, orang Israel mau dibunuh oleh Tuhan. Tuhan itu jahat ketika mau bunuh orang?
Bapak, Ibu, Saudara sekalian, hukuman mati itu hanya boleh dilakukan oleh Tuhan. Ketika Tuhan lakukan hukuman mati, Tuhan tidak bersalah, Tuhan tetap baik, Tuhan tetap kudus. Karena apa? Manusia ini milik Tuhan semua kok. Kalau Tuhan mau mematikan manusia dengan kekudusan-Nya, dengan keadilan-Nya, ya nggak masalah. Bahkan kalau mau adil, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, Adam dan Hawa jatuh dalam dosa, mati, selesai, nggak perlu repot-repot Tuhan Yesus datang ke dunia. Tapi karena Tuhan Yesus begitu baik, Tuhan begitu baik memberikan anugerah-Nya kita masih hidup sampai sekarang. Tuhan itu baik.
Maka dari itu, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita bersyukur kita punya Allah yang baik, yang tidak pernah menggoda kita untuk melakukan kejahatan, Allah tidak pernah mencobai manusia untuk jatuh dalam dosa. Dalam ayat ini Yakobus tekankan Tuhan itu anti kejahatan, Tuhan tidak pernah berbuat jahat. Kenapa kita berbuat jahat kepada Tuhan? Maka dari itu Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita perlu berbuat baik kepada Tuhan, jangan sekali-kali mencobai Tuhan, berbuat jahat kepada-Nya. Dia sudah berbuat baik kepada kita. Memang sulit ya kita untuk tidak berdosa itu sulit. Kita akui kita lemah, kita berdosa, tapi bukan berarti kita tidak berjuang semaksimal mungkin.
Marilah kita sungguh-sungguh bersandar pada Kristus dan menang atas pencobaan, Bapak, Ibu, tetapi kita ingat dengan usaha kita sendiri kita akan gagal hadapi pencobaan. Kita akan gagal hadapi pencobaan kalau dengan usaha kita sendiri, kita nggak mampu. Maka dari itu kita perlu lawan pencobaan dengan firman Tuhan, dengan firman Kristus, dengan iman kita mau melewati setiap pencobaan yang ada. Kita juga ingat bahwa Tuhan itu janjikan mahkota kemuliaan dan juga mahkota kehidupan. Kepada kita yang setia, yang taat, yang mengasihi Allah. Hanya saja memang memperoleh mahkota kemuliaan dan mahkota kehidupan itu perlu jalan salib. Maka kita tahu istilah no crown without cross, tidak ada mahkota tanpa salib.
Banyak orang inginkan mahkota kemuliaan dan mahkota kehidupan tetapi tidak mau mahkota duri. padahal untuk mendapatkan mahkota kemuliaan dan juga mahkota kehidupan kita juga harus dapatkan mahkota duri, pencobaan. Mahkota duri itu kita ibaratkan sebagai pencobaan. Kita harus menanggung mahkota duri, pencobaan-pencobaan itu. No crown of glory without crown of thorns, tidak ada mahkota kemuliaan tanpa mahkota duri. Charles Spurgeon pernah mengatakan janganlah kita mencari mahkota kemuliaan padahal Tuhan Yesus sendiri hanya mendapatkan mahkota duri. Kita perlu sadar untuk memperoleh mahkota kemuliaan kita harus menjadi murid Kristus dengan menyangkal diri, memikul salib, dan mengikut Yesus setiap hari. Memang Yesus setelah dapat mahkota duri, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, Dia mendapatkan mahkota yang paling mulia Dia peroleh. Dia sudah bangkit, Dia sudah naik sorga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa, Dia memerintah sorga dan bumi ini. Tapi kita mendapatkan mahkota kehidupan juga, hidup yang kekal. Yesus bukan mendapatkan mahkota kehidupan atau hidup yang kekal, Yesus itu memberikan hidup kekal, Yesus itu sendiri adalah hidup kekal.
Terakhir, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, mari kita baca sama-sama 1 Korintus 10:13, kita jangan lari dan menghindari pencobaan, jangan juga gegabah menghadapi pencobaan dengan sombong, kita jangan lari karena pencobaan adalah hal umum bagi kita. 1 Korintus 10:13, “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.” Ketika kita dapat jalan keluar, ketika kita dapat menanggung pencobaan, itulah anugerah Tuhan. Dan setelah kita melewati setiap pencobaan, setelah itu juga kita akan memperoleh mahkota kemuliaan dan mahkota kehidupan bagi barangsiapa yang mengasihi Tuhan, bagi barangsiapa yang setia kepada Tuhan. Amin. Mari kita sama-sama berdoa.
Tuhan Bapa kami yang di sorga, kami bersyukur Tuhan pada pagi hari ini kami boleh melanjutkan eksposisi Yakobus. Terima kasih Tuhan untuk firman Tuhan yang mengingatkan kami bahwa kami adalah manusia biasa yang mengalami pencobaan-pencobaan yang umum juga yang dialami oleh setiap orang. Ampuni kami Tuhan jika kami merasa diri kami itu begitu tidak diperhatikan Tuhan, begitu tersendiri, begitu tidak ditolong oleh Tuhan. Kiranya kami boleh menyadari bahwa di dalam setiap kehidupan kami, Tuhan itu baik, Tuhan itu menolong kami, Tuhan memberikan bijaksana. Dan kami pun mau, Tuhan, meneladani Yesus Kristus yang sudah menang atas pencobaan-pencobaan yang begitu berat. Kiranya kami juga boleh menang atas segala pencobaan-pencobaan begitu berat yang kami hadapi pribadi lepas pribadi. Ajar kami juga Tuhan untuk terus bersandar pada firman Tuhan dan juga bersandar pada pertolongan Yesus Kristus. Kiranya Tuhan memegang tangan kami, kiranya Tuhan memberkati kami semua. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kami yang hidup kami sudah berdoa. Amin.
Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah (KS)