Kis 9:10-31
Pdt. Dawis Waiman, M. Div.
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pada waktu kita masuk ke dalam pasal 9, saya sudah bilang maka ini berbicara peralihan dari sebuah pelayanan yang ada di Yerusalem dan Yudea dan Samaria menuju kepada ujung bumi. Dan tokoh yang mulai diangkat saat ini dan diintroduksikan kepada kita adalah yang bernama Saulus. Dan pada waktu kita melihat ke pada Saulus ini, kita melihat dia bukan orang yang memiliki iman kepada Kristus, tetapi dia adalah seorang yang dididik secara ketat di dalam hukum Yahudi di bawah seorang guru yang bernama Gamaliel. Dan ini membuat Saulus adalah orang yang sangat sangat mengerti sekali Taurat yang ada di dalam Kitab Suci Perjanjian Lama dan kelihatannya dia juga adalah seorang yang terdepan atau yang sangat menonjol sekali di antara murid-murid Gamaliel dan bahkan di antara orang-orang yang sezaman dia yang seusia dengan diri dia.
Kita bisa lihat itu di dalam Filipi pasal yang ke-3 kalau Paulus itu adalah seorang yang begitu rajin di dalam menjalankan ibadahnya, agamanya, peraturan-peraturan Taurat dan bahkan dia berani klaim bahwa seluruh peraturan Taurat yang ada 360-an itu ditaati dengan begitu ketat, begitu setia, begitu taat tanpa ada cacatnya. Ini adalah hal yang luar biasa dari seorang yang mengikut dan beribadah kepada Tuhan apalagi kalau dia adalah seorang yang masih begitu muda sekali. Tapi pada waktu dia memiliki posisi yang begitu tinggi itu, ia menyadari satu hal kalau ternyata ada ancaman yang besar sekali kepada agama orang Yahudi, di mana ia percaya sekali kalau agama itu adalah wahyu dari Tuhan, orang Israel itu adalah umat Allah dan ajaran yang ada sekarang itu jalan Tuhan di mana orang-orang Yahudi mulai berpindah agama mereka kepada pengikut dari Yesus Kristus adalah orang-orang yang sesat, orang-orang yang harus dibinasakan dan orang-orang yang tidak boleh ada, bahkan orang Yahudi tidak pernah boleh ada yang berpindah lagi iman menjadi orang Kristen. Makanya dia dengan berani, dengan begitu percaya diri datang menghadap pemimpin agama untuk meminta surat kuasa, pergi dan kemudian menangkap serta menganiaya orang-orang Kristen yang ada.
Di dalam perjalanan itu, kita sudah lihat juga kalau ternyata ketika dia pergi menuju kepada Damsyik atau Damaskus untuk menganiaya orang Kristen, Tuhan menyatakan diri-Nya kepada Paulus di tengah perjalanan itu. Tapi sebelum saya mau masuk ke situ, saya mau ajak kita melihat satu hal yang luar biasa sekali yang mungkin kita terlewatkan dalam pikiran kita, yaitu orang-orang seringkali, khususnya orang-orang bukan percaya, orang-orang bukan Kristen, berpikir kalau mereka adalah orang-orang yang bisa menghambat pekerjaan Tuhan, orang-orang yang bisa menghalangi Injil Kristus itu disebarkan, orang-orang yang bisa berpikir dengan kekuatan, kuasa, politik dan mungkin otoritas dari pada pemerintahan mereka bisa menghambat dan mematikan kejatuhan dalam dunia ini.
Tetapi apa yang terjadi di dalam Kisah pasal 9 ini, itu adalah sesuatu yang ditulis setelah peristiwa yang terjadi setelah peristiwa Kisah pasal 8. Apa yang terjadi dalam Kisah pasal 8? Kalau Saudara lihat, di situ ada Filipus yang pergi untuk memberitakan Injil ke Samaria, tetapi ternyata bukan hanya di Samaria saja, Filipus juga pergi untuk memberitakan Injil kepada seorang Etiopia yang dikebiri, sida-sida, untuk dia bisa mengenal Injil Kristus. Dan Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, sida-sida ini berasal dari mana? Etiopia. Etiopia di mana? Di Afrika bagian Selatan. Sedangkan Saulus pergi ke mana? Saulus pergi ke Damaskus itu di wilayah Utara. Jadi dia berpikir orang Kristen banyak yang ada di Utara karena itu dia ingin pergi ke sana untuk menghambat pekerjaan Tuhan di sana, untuk menangkap, menganiaya supaya tidak terjadi penyesatan lagi dari orang-orang Yahudi. Tetapi cara kerja Tuhan di luar dugaan dari Paulus atau dari Saulus. Tuhan sudah mengutus Filipus untuk memberitakan Injil kepada seorang sida-sida Etiopia lalu sida-sida itu pergi ke Selatan, tepatnya Etiopia untuk memberitakan Injil di sana dan membangun gereja Tuhan di sana.
Dan saya lihat ini adalah suatu hal yang luar biasa sekali. Kita berpikir bahwa pekerjaan Tuhan satu sisi terhambat di suatu tempat, nggak bisa berkembang lagi, itu berarti Tuhan gagal mungkin atau kuasa Tuhan kurang besar dibandingkan dengan kuasa dari negara atau dari suatu tempat tertentu atau orang-orang tertentu. Tetapi ternyata Tuhan sedang mempersiapkan suatu pekerjaan lain yang seringkali terjadi seperti di luar pemikiran kita dan kemampuan kita untuk mengertinya dan pekerjaan Tuhan tetap dilanjutkan.
Untuk kasus di Damsyik sendiri sebenarnya di situ Paulus tidak berkuasa untuk bisa menghentikan pekerjaan Tuhan dengan menghambat pemberitaan itu. Makanya Tuhan menyatakan diri kalau manusia tidak bisa menghambat mungkin Tuhan akan menyatakan diri-Nya sendiri untuk menghambat orang tersebut di dalam menganiaya dan merusak pekerjaan Dia karena Alkitab menyatakan baik di dalam Perjanjian Lama Tuhan bisa bekerja sendiri untuk menyatakan nama-Nya kepada orang-orang yang berdosa. Nanti kita akan lihat prinsip ini ketika Tuhan mengutus si Ananias bertemu dengan Paulus.
Tapi di sini pada waktu Paulus bertemu dengan Kristus yang sudah bangkit dari kematian, di dalam segala kemuliaan-Nya ada satu kalimat yang tidak muncul di bagian ini tetapi muncul di dalam Kisah Rasul pasal 26 yaitu selain dari Paulus berkata kepada Yesus, “Siapakah Engkau, Tuhan?” Maka Yesus berkata kepada Paulus, “Aku adalah Yesus yang engkau aniaya.” Lalu ada kalimat lagi yang muncul yaitu, “Sukar bagimu untuk menendang ke galah rangsang.” Memang di dalam terjemahan Bahasa Indonesia LAI tidak muncul di sini, dan di dalam terjemahan Bahasa Inggris muncul di sana sebagai satu tambahan, tetapi tidak lari dari konteks yang terjadi pada waktu itu.
Maksudnya apa? Menendang ke galah rangsang itu? Ada yang menafsirkan seperti ini, kelihatannya Saulus mengalami kesulitan untuk mengatasi hati nuraninya atau kegelisahan yang ada di dalam hati nuraninya. Kenapa bisa seperti itu? Karena galah rangsang itu diibaratkan seperti sebuah tongkat yang lancip, yang tajam ujungnya untuk membuat seekor keledai kalau berjalan menyimpang dari arah yang dikehendaki oleh tuannya, maka tuannya akan menggunakan tongkat itu untuk menarik balik keledai itu menuju kepada jalur yang dikehendaki oleh tuannya. Menyimpang lagi, ditarik lagi kembali kepada jalur yang harusnya dia tuju. Pada waktu Paulus sedang menganiaya orang-orang Kristen, berusaha untuk membinasakan mereka, Tuhan berkata kepada Saulus, “Sukar bagimu untuk menendang ke galah rangsang.” Artinya apa? Komentari ini berkata kelihatannya Saulus itu ada gejolak di dalam hatinya, dia berusaha menekan perasaan bersalah itu, perasaan kebingungan itu mungkin, perasaan telah mengkhianati Tuhan mungkin atau perasaan bingung apakah dia sebenarnya sedang melayani Tuhan atau tidak yang ada di dalam hatinya, tetapi setiap kali ia berusaha menekan, Tuhan bawa kembali, bawa kembali kepada jalur di mana akhirnya dia bertemu dengan Kristus.
Kenapa komentari ini bisa berkata seperti itu? Saudara masih ingat peristiwa yang terjadi di sebelumnya ketika Stefanus memberikatakan Injil, di situ ada Saulus yang mendebat Stefanus itu. Dan pada waktu Saulus mendebat Stefanus, dia tidak bisa mengalahkan Stefanus dalam hikmat, dalam pengertiannya akan firman Tuhan. Maka di situ kemudian terjadilah kekerasan di mana orang-orang yang begitu marah sekali dan Saulus setuju dengan tindakan mereka untuk merajam mati Stefanus. Tetapi pada waktu Stefanus itu dirajam mengalami kekerasan dalam hidup dia, Saulus mendengar ada hal luar biasa yang keluar dari mulut Stefanus. Pertama adalah doa kepada orang-orang yang jahat kepada diri dia agar mereka diampuni, yang menyatakan kasihnya kepada orang banyak itu. Yang kedua adalah ia melihat sebelum Stefanus menyerahkan nyawanya, dia berkata bahwa dia melihat kemuliaan Kristus yang berdiri di sebelah kanan Allah. Dan yang ketiga adalah dia bisa mati dengan begitu damai walaupun saat itu dia dirajam mati oleh orang-orang Yahudi dengan batu-batu yang dilemparkan atau dipukulkan pada diri dia.
Di sini komentari itu berkata, mungkin di dalam perjalanan itu Paulus berpikir seperti ini, “Saya seorang Farisi, saya taat di dalam hukum agama Farisi begitu rupa, tetapi bisa nggak saya punya kasih seperti kasih Stefanus? Di mana orang yang berbuat jahat kepada diri dia justru didoakan dan diampuni dan dikasihi. Lalu yang kedua, mungkin tidak yang dilihat oleh Stefanus itu adalah suatu halusinasi, jangan-jangan itu adalah sebuah kebenaran yang dilihat oleh Stefanus? Karena apa? Karena pada waktu Stefanus mau mati, dia bisa mati dengan begitu damai sekali dan dia menyerahkan hidupnya ke dalam tangan Tuhan. Saya bisa tidak ketika menjelang kematian, karena Taurat saya, karena agama saya, maka saya bisa mati dengan begitu damai meninggalkan dunia ini dan menyerahkan nyawa saya ke dalam tangan Tuhan?”
Jadi, paling tidak kelihatannya di dalam Kisah sebelumnya, Kisah 8 itu terjadi atau Kisah 7 itu terjadi suatu hal yang membuat Saulus agak berpikir sedikit berkenaan dengan siapa orang Kristen dan dia saat ini dipertemukan dengan orang Kristen sejati yang sungguh-sungguh memiliki hati yang takut akan Tuhan, iman yang sejati dan kasih kepada sesama dari manusia dan itu sebabnya pada waktu Saulus saat bertemu dengan Kristus di dalam perjalanan menuju ke Damaskus itu, Tuhan Yesus berkata, “Saulus, sukar bagimu untuk menendang ke galah rangsang? Sukar bagimu untuk menundukkan dirimu di bawah kebenaran Kitab Injil yang kau pasti tahu itu?”
Paulus pergi dan menganiaya tetapi Tuhan menarik dia kembali dan ini adalah suatu anugerah Tuhan. Tadi saya bilang ia ditemukan dalam posisi yang berusaha untuk membuka hati percaya kepada Kristus tetapi dia dalam posisi sungguh-sungguh menentang dan berpikir bahwa apa yang terjadi di dalam kekristenan itu adalah sesuatu yang sesat, sesuatu yang salah, dan orang Yahudi tidak boleh menjadi orang Kristen. Dan setelah peristiwa itu, ketika Yesus menampakkan dirinya kepada Saulus, dikatakan secara teofani di mana Tuhan menyatakan diri dengan segala kemuliaan-Nya kepada manusia atau kepada Saulus itu, maka Saulus tiba-tiba menjadi orang yang buta.
Di sini ada yang menafsirkan bermacam-macam tapi saya tidak akan membahas ke dalam situ, tapi ada yang berpikir bahwa itu adalah akibat Saulus mungkin terjatuh lalu terbentur kepalanya. Dan menariknya adalah seperti ini, pada waktu Saulus terjatuh, dia terjatuh dari mana? Kalau dia punya kepala itu terbentur cukup keras, itu pasti sampai dia mungkin buta, itu berarti benturannya cukup keras. Dia terjatuh dari mana? Ada banyak orang yang menggambarkan dia terjatuh dari kuda, tetapi kalau Saudara perhatikan di dalam Kisah 9, baca baik-baik, kata aslinya nggak pernah berkata kalau dia jatuh dari kuda. Nggak ada kuda di situ. Mungkin yang terjadi adalah dia berjalan kaki menuju ke pada Damaskus lalu di tengah jalan Allah atau Kristus menyatakan diri-Nya kepada Saulus lalu dia kemudian rebah atau terjatuh bukan dalam pengertian dia mungkin menyembah sujud kepada Kristus tetapi dalam pengertian mungkin dia takut atau dia shock atau hal-hal yang lainnya seperti itu ya, atau dia melindungi diri dia, dia terjatuh di situ, dan akibat dari peristiwa ini dia mengalami suatu kebutaan. Dan saya percaya itu bukan karena benturan, tetapi karena Tuhan yang membuat Saulus mengalami kebutaan pada waktu itu. Dan selama berapa hari? 3 hari.
Di dalam masa itu, apa yang terjadi? Tuhan memanggil Ananias untuk datang dan mendoakan Saulus. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, siapa Ananias? Ananias bukan seorang yang dikenal. Alkitab tidak pernah mencatat siapa dia. Alkitab hanya mencatat dia punya nama saja yaitu Ananias. Dia bukan seorang penatua jemaat, ia bukan seorang dari 7 orang yang dipilih untuk melayani meja, dia bukan seorang dari para rasul, tetapi dia adalah seorang murid Kristus yang begitu setia sekali di dalam mengikut Kristus. Dan Ananias ini kemudian dipanggil oleh Tuhan untuk datang kepada Saulus dan mendoakan Saulus pada waktu itu. Dan pada waktu itu terjadi, ada sesuatu yang menarik sekali di dalam peristiwa itu. Satu sisi kita bisa melihat ada seorang yang begitu menentang Tuhan, ketika dipanggil oleh Tuhan, maka dia berkata, “Siapa Engkau, Tuhan?” Tetapi ada satu orang lagi yang bernama Ananias, dia adalah seorang yang percaya kepada Kristus ketika dipanggil oleh Tuhan, dia berkata apa? Saudara boleh buka di dalam ayat yang ke-10 tadi ya, “Ini aku, Tuhan!” Jadi, Saulus seorang yang tidak mengenal siapa yang berbicara kepada dia, Ananias seorang yang mengerti siapa yang berbicara kepada dia. Saulus seorang yang kemudian mempertanyakan Tuhan, Ananias adalah seorang yang mungkin ada bergumul sedikit, tetapi kemudian dia berkata, “Ini aku Tuhan,” dan dia pergi menuju kepada Saulus untuk mendoakan dia.
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kenapa saya mau angkat seperti ini? Saya mau katakan seperti ini, pergumulan atau kehidupan iman dari anak-anak Tuhan itu adalah satu kehidupan iman yang tetap ada pergumulannya di dalamnya. Seperti apa yang terjadi kepada Ananias, dia orang yang begitu setia kepada Tuhan, dia begitu taat kepada Tuhan, dia mengenal suara dari Tuhan yang bicara kepada diri dia, tetapi pada waktu dia diperintahkan oleh Tuhan, “”Mari pergilah ke jalan yang bernama jalan Lurus, dan carilah rumah Yudas, seorang dari Tarsus yang bernama Saulus. Ia sekarang berdoa, dan dalam suatu penglihatan ia melihat, bahwa seorang bernama Ananias masuk ke dalam dan menumpangkan tangannya ke atasnya, supaya ia dapat melihat lagi.” Jawab Ananias, “Tuhan, dari banyak orang yang kudengar tentang orang itu, betapa banyaknya kejahatan yang dilakukannya terhadap orang-orang kudus-Mu di Yerusalem.”” Artinya adalah pada waktu Tuhan memanggil Ananias untuk pergi dan mendoakan Saulus, dia sendiri tahu siapa Saulus itu, dia punya informasi yang banyak sekali tentang kejahatan yang dilakukan oleh Saulus. Dia adalah orang yang begitu terkenal tetapi bukan sebagai hamba Kristus, melainkan sebagai penganiaya dari hamba Kristus. Dan Tuhan mengutus Ananias untuk pergi ke sana, ada ketakutan nggak? Kemungkinan besar ada ketakutan dan kegentaran di dalam hatinya untuk menghampiri Saulus.
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, siapa yang dapat menjamin Saulus bertobat? Banyak sekali kasus di dalam Kitab Suci, orang yang sudah melihat mujizat Tuhan yang begitu luar biasa sekali tetap nggak bertobat. Saudara bisa lihat di dalam Perjanjian Lama umat Israel melihat 10 tulah, Mesir mengalami 10 tulah, Mesir tetap tidak bertobat. Israel yang melihat mujizat Tuhan yang begitu luar biasa, membelah Laut Merah, berjalan di tengah-tengah Laut Merah seperti jalan di jalan yang kering, tetap nggak percaya kepada Tuhan, nggak berubah hatinya. Melihat Tuhan memelihara mereka selama 40 tahun dengan manna, dan air minum, dengan daging, tubuh yang sehat, pakaian yang terpelihara dengan baik, tetap meragukan Tuhan. Akhirnya Tuhan buang generasi pertama, kecuali Kaleb dan Yosua. Saya bukan bicara semuanya binasa, ada Musa juga yang tidak masuk tetapi dia adalah orang yang takut akan Tuhan. Ada banyak kasus seperti ini, ada pemberontakan Korah juga, Abiram yang terjadi di situ.
Jadi pada waktu seseorang melihat mujizat Tuhan, apa yang menjamin seseorang itu bertobat? Lalu sekarang Ananias diminta oleh Tuhan untuk datang dan mendoakan si Saulus ini. Ada jaminan nggak kalau Ananias akan bertemu dengan orang yang sudah bertobat? Ada jaminan tidak kalau Ananias bertemu dengan teman-teman Saulus yang kemudian mengizinkan dia bertemu dengan Saulus, kalau mereka tahu kalau dia adalah seorang Kristen? Saya percaya kekuatiran dari Ananias itu adalah satu kekuatiran yang sangat manusiawi sekali. Orang yang akhirnya berhati-hati untuk melangkah, ingin tahu kebenarannya seperti apa, jangan-jangan mungkin Tuhan salah di dalam memerintahkan perintah itu kepada diri dia. Bapak, Ibu, Saudara sekalian kita juga mungkin mengalami pergumulan itu dalam hidup kita. Tetapi yang menjadi jawaban Ananias yang berikutnya, itu penting, setelah dia mendapatkan kepastian dari Tuhan. Dengan apa? Dengan satu tanda atau tanda-tanda yang Tuhan berikan kepada siapa, untuk bisa datang kepada Saulus, lalu dengan berkata bahwa dia adalah orang pilihan-Ku yang akan mengabarkan Injil dan mengalami banyak penderitaan demi Kristus, Ananias nggak perlu untuk diyakinkan untuk ke dua kalinya pergi untuk menemui Saulus.
Bapak, Ibu yang dikasihi Tuhan, saya percaya ini adalah iman. Iman itu membuat kita tidak meragukan Tuhan, iman itu membuat kita percaya kepada perkataan yang Tuhan berikan kepada diri kita walaupun perkataan itu atau perintah itu seolah-olah membawa kita atau menuntun kita ke dalam satu bahaya tertentu untuk kita lakukan dalam hidup kita. Saya percaya di sini Ananias selain dari taat karena dia mendengar itu perintah Tuhan, tapi dia percaya apa yang Tuhan katakan itu adalah satu kebenaran untuk dia bisa jalankan dalam hidupnya. Kita bagaimana? Mungkin kita akan ngomong, “Ya okelah pak Dawis, dia kan dapat perkataan Tuhan secara langsung, kita kan nggak seperti itu? Tuhan bicara secara audible ke telinga dia atau ke dalam hati dia, memberikan dia penglihatan, mungkin, berkenaan dengan Saulus, seperti itu, memberikan petunjuk-petunjuk khusus, misalnya pergi ke jalan yang bernama jalan Lurus, cari orang yang bernama Yudas dari Tarsus, lalu kemudian ketahuilah dia sedang berdoa kepada Tuhan, dan dia melihat bahwa Ananias akan menumpangkan tangan, lalu dia akan melihat kembali ada ciri-ciri atau tanda-tanda yang menyertai janji yang Tuhan berikan di situ. Kita kan nggak?”
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, apakah itu berarti wajar kalau kita meragukan perkataan Tuhan lebih daripada Ananias? Alkitab berkata banyak sekali kasus di dalam Kitab Suci, apa yang kita baca di sini, itu adalah perkataan Tuhan yang memiliki otoritas sama dengan perkataan yang Yesus katakan kepada Ananias secara langsung, baik itu di dalam Perjanjian Lama atau di dalam Perjanjian Baru. Kalau kita lihat di dalam Ibrani 1, kita bisa melihat bahwa Petrus, Paulus, ataupun rasul-rasul yang lain, mereka bukan sedang memberitakan suatu pengajaran yang lain, kepada murid-murid, mereka bukan memberitakan apa yang mereka pikirkan atau bijaksana mereka, tetapi mereka sedang menjadi penyambung lidah Tuhan untuk memberikan apa yang menjadi perkataan Tuhan kepada gereja-Nya. Yang tetap berbicara siapa? Kristus. Kristus yang berbicara kepada gereja-Nya melalui para rasul dan yang menulis Kitab Suci ini. Perkataan Tuhan.
Jadi pada waktu kita melihat dan membaca apa yang menjadi perintah Tuhan di sini, pada waktu kita melihat dan membaca apa yang menjadi janji Tuhan di dalam Kitab Suci, seharusnya kita memiliki prinsip yang sama seperti halnya Ananias yang mendengar secara langsung apa yang Tuhan katakan secara langsung kepada diri dia, karena di sinilah letak dari seluruh perkataan Tuhan yang 100% adalah perkataan Tuhan yang berkuasa dan benar yang Tuhan berikan bagi diri kita. Adakah iman di situ, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan? Ataukah kita menjadi seorang yang berkata, “Ya Tuhan, saya tahu Engkau, saya kenal Engkau, saya mengerti bahwa itu adalah perkataan-Mu Tuhan, tetapi urusan taat, itu urusan yang berbeda.”
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, Ananias langsung pergi ke sana dan dia uji satu per satu, berdasarkan apa yang Tuhan katakan itu. Saya percaya ini juga menjadi satu hal yang kita perlu belajar dalam hidup kita, seperti halnya pada waktu Saulus bertanya kepada Kristus, “Apa yang aku harus lakukan Tuhan?” Tuhan berkata, “Pergi, tinggal di sana, di Damsyik, masuk ke dalam kota itu, dan tunggu apa yang Aku akan katakan berikutnya.” Saulus taat. Ananias lakukan apa? Dia berkata, “Ini tanda-tandanya, kamu akan pergi ke sana,” kalau Ananias nggak pernah pergi mengikuti apa yang menjadi petunjuk Tuhan, jalan Lurus, lalu seorang bernama Yudas yang adalah dari Tarsus itu, lalu kemudian dia ada tanda lain, setelah dapat tugas di situ, lalu dia tanya, “Ada nggak orang yang sedang berdoa?” Kalau dia ada di situ, itu berarti tanda ke-3 digenapi, lalu setelah ia berdoa di situ, tahu di situ ada orang yang berdoa, dia tanya lagi, “Apakah orang itu memiliki penglihatan atau tidak?” Dan kalau dia memiliki penglihatan itu berarti orang itu memang betul-betul Saulus, dan Tuhan sedang bekerja untuk mau memakai Saulus melalui mengutus Ananias dan mendoakan Ananias.
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, perjalanan kita juga seperti itu. Siapa yang bisa memiliki iman yang besar? Dan kalau mau ditanya, iman yang besar itu iman yang seperti apa? Menariknya adalah Tuhan Yesus tidak pernah berkata, “Kamu perlu iman yang besar,” tetapi Tuhan cuma berkata, “cukup iman sebesar biji sesawi saja itu sudah bisa berkuasa untuk memindahkan semua persoalan yang ada di dalam kehidupan kita.” Saya waktu menggumulkan bagian ini, saya seringkali tersadar bahwa mungkin iman kita bahkan, atau iman saya, tidak lebih besar dari biji sesawi. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, cukup sebesar biji sesawi, kita bisa melewatkan kesulitan. Iman itu berarti kita trust kepada Tuhan kita, kita percaya apa yang Dia katakan itu adalah kebenaran, kita percaya apa yang Dia katakan itu adalah sesuatu yang kita harus jalankan di dalam hidup kita.
Banyak orang Kristen jatuh kepada 2 ekstrim, pertama adalah ekstrim seperti yang Saulus katakan di mana, “Siapakah Engkau Tuhan?” Maksudnya adalah banyak orang Kristen tidak mempedulikan siapa Tuhan itu, tetapi dia jatuh ke dalam aspek ke-2, apa yang harus aku lakukan. Maka dia menjadi orang yang begitu giat, rajin untuk melayani Tuhan di dalam gereja, atau hal-hal lain yang ada di dalam dunia ini, di mana gereja kerjakan dia ada di situ untuk berbagian atau hal-hal sosial dia ada di situ untuk berbagian, tetapi dia mengabaikan bagian pertama, “Siapa Engkau, Tuhan?” itu.
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, yang pertama itu bukan orang Kristen. Kalau kita jatuh kepada ekstrim mementingkan perbuatan tanpa pengetahuan, itu bukan orang Kristen. Tetapi ada orang Kristen yang jatuh ke dalam ekstrim kedua yaitu lebih mementingkan kepada pengetahuan, tetapi mengabaikan perbuatan. “Pokoknya saya belajar theologi sebanyak mungkin, saya tahu berkenaan dengan Kristus sebanyak mungkin, saya tahu Alkitab ini latar belakangnya, semuanya dengan baik, saya menguasai, tetapi saya mengabaikan apa yang menjadi pimipinan Tuhan, dan kepentingan Tuhan dalam hidup saya yang harus saya lakukan.” Itu juga bukan orang Kristen.
Orang Kristen adalah seperti yang Saulus katakan, “Siapa Engkau? Aku ingin mengenal Engkau lebih baik lagi, secara lebih benar lagi, secara lebih tepat lagi,” tetapi juga berkata, “Allah yang aku kenal, apa yang Engkau ingin aku lakukan di dalam hidupku.” Itu orang Kristen. Dan Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, Ananias adalah orang yang seperti itu. Dia tahu siapa Tuhan, dia tahu apa yang menjadi kehendak Tuhan untuk dia jalankan, dan dia jalankan seperti apa yang dia diperintahkan, berdasarkan iman dia kepada Tuhan yang memerintahkan dia untuk melakukan hal itu. Dan pada waktu itu terjadi, dia pergi ke sana, dia mendoakan Saulus, dan Saulus kemudian bisa melihat kembali.
Lalu apa yang dilakukan oleh Saulus? Kalau kita baca di dalam ayat ke-19 dan seterusnya, pada waktu itu, dia kemudian berdiam diri saja? Tidak. Dia menjadi seorang yang langsung memberitakan berkenaan dengan Yesus adalah anak Allah. Sebenarnya ada 2 berita yang Saulus katakan, pertama Yesus adalah anak Allah, yang kedua adalah Yesus adalah Mesias. Ini adalah 2 berita yang Saulus kabarkan. Nah Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ini menjadi poin yang ketiga ya, kalau kita mau bicara berkenaan dengan siapa orang Kristen sejati, pertama adalah dia adalah orang yang memiliki pengenalan akan Tuhan yang benar. Yang kedua, dia memiliki suatu kehidupan yang mentaati apa yang Tuhan perintahkan untuk dia lakukan dalam hidup dia. Yang ketiga adalah dia adalah orang yang menyaksikan Kristsus di dalam hidup dia.
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kita nggak bisa jadi orang Kristen yang berkata, “Tuhan, saya bersyukur, Engkau sudah menyelamatkan saya, Engkau sudah mengaruniakan iman bagi saya, karena itu saya akan menjadi orang Kristen yang baik-baik, tetapi mulut saya saya akan tutup untuk Injil Kristus,” itu nggak bisa. Karena ciri dari orang-orang Kristen sejati yang dikatakan oleh Kitab Suci adalah begitu dia percaya, begitu juga dia memberitakan tentang Kristus. Itu bukan sesuatu yang bisa ditahan oleh orang-orang yang telah mengenal anugerah keselamatan di dalam Yesus Kristus. Makanya kalau Bapak, Ibu, Saudara mengingat kembali kepada peristiwa ketika terjadi aniaya oleh orang Yahudi kepada orang-orang Kristen yang ada di Yudea, mereka kemudian menyebar kepada Samaria. Lalu ketika mereka ada di Samaria apa yang terjadi? Mereka nggak bisa tutup mulut, mereka selalu berbicara tentang Kristus, sehingga terbentuklah kelompok orang Kristen yang ada di Samaria.
Oh, mungkin kita ngomong juga kayak gini, “Ya Saulus, Saulus kan orang yang mengerti firman, dia mengerti Taurat dengan begitu baik sekali, jadi pada waktu dia dipanggil oleh Tuhan, dia langsung percaya kepada Kristus, dia langsung bisa memberitakan tentang Kristus yang adalah anak Allah, dan yang adalah Mesias itu. Saya kan nggak seperti itu.” Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya pikir murid-murid juga nggak semuanya memiliki pengetahuan yang menyeluruh tentang Tuhan sebelum dia diutus pergi memberitakan Injil. Saudara bisa melihat 12 murid, Saudara bisa melihat 70 murid di situ. Sebelum mereka mengetahui siapa sesungguhnya Kristus, mereka sudah Yesus utus pergi untuk memberitakan tentang Kristus, tentang Kerajaan Allah. Jadi nggak ada alasan saya lihat, untuk kita tidak memberitakan tentang Kristus, paling tidak, dari peristiwa di mana saya sadar, saya adalah orang berdosa, saya sadar saya adalah orang yang pasti dihukum Tuhan karena dosa saya, saya sadar karena saya bisa ada di dalam Kerajaan Allah karena anugerah di dalam Kristus, saya sadar itu adalah semua adalah belas kasih dan karunia dari Kristus dalam hidup kita, itu sudah cukup untuk membuat kita pergi, dan memberitakan Injil di dalam di dunia ini, atau kepada orang-orang dekat kita.
Yang kedua kenapa nggak mau belajar? Banyak orang Kristen setelah puluhan tahun tetap bilang, “Saya tidak bisa menginjili.” Karena apa? “Saya nggak tahu mau ngomong apa.” Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, Saudara kenal tidak? Kalau Saudara kenal Dia, Saudara mengalami pemeliharaan dan pimpinan Dia dalam hidup, Saudara mengenal kebenaran-Nya dan Saudara melihat kebenaran-Nya terjadi di dalam hidupmu dan dalam dunia ini, masak Saudara tidak ada berita yang akan disampaikan? Belajar, kenali Tuhan Allah lebih jauh, maka engkau akan menjadi orang yang dipakai oleh Tuhan untuk beri kesaksian. Ini ciri ketiga dari anak Tuhan. Dia nggak mungkin tutup mulut, dia nggak mungkin diam, pasti akan bertemu dengan orang, dan pasti akan membagikan berkat berkenaan dengan kebenaran Kristus yang dia alami dalam hidup dia.
Waktu itu apa yang Paulus katakan? Saya pikir dia akan beritakan seperti yang dikatakan di dalam 1 Timotius 1, awal mulanya, bagian pembukaan dari itu. 1 Timotius 1:12, “Aku bersyukur kepada Dia, yang menguatkan aku, yaitu Kristus Yesus, Tuhan kita, karena Ia menganggap aku setia dan mempercayakan pelayanan ini kepadaku– aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku telah dikasihani-Nya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman.” Lalu Saudara boleh buka ayat ke-15, “Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: “Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa,” dan di antara mereka akulah yang paling berdosa. Tetapi justru karena itu aku dikasihani, agar dalam diriku ini, sebagai orang yang paling berdosa, Yesus Kristus menunjukkan seluruh kesabaran-Nya. Dengan demikian aku menjadi contoh bagi mereka yang kemudian percaya kepada-Nya dan mendapat hidup yang kekal.”
Apa yang diberitakan oleh Paulus? Saya percaya pertama adalah selain dia membuktikan kalau Kristus itu adalah Anak Allah, kalau Yesus itu adalah Mesias yang seturut dengan Kitab Suci Perjanjian Lama, dia juga berkata, “Saudara-saudara kamu tahu nggak aku ini siapa? Aku ini adalah penghujat, aku ini adalah penganiaya, aku ini adalah seorang yang ganas, yang mendapatkan kasih karunia Tuhan dalam hidup.” Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, bukankah itu adalah Injil? Saudara ketika menyampaikan ini, ini adalah suatu kebenaran yang Tuhan kerjakan dalam kehidupan semua orang Kristen yang ada di dalam dunia ini.
Dan yang keempat, Saudara bisa lihat pada waktu Saulus memberitakan itu, dia yang semula adalah seorang penganiaya, sekarang menjadi seorang yang diadili. Seorang yang dulunya dengan kuasa yang besar mencari, menangkap, menyiksa, dan orang Kristen nggak bisa berbuat apa-apa, sekarang dia menjadi seorang yang justru mengalami tindakan kekerasan di dalam hidup dia. Saya percaya penganiayaan orang Kristen bukan sesuatu yang baik. Itu adalah sesuatu yang akan membawa pada satu kesedihan di dalam hidup kita, penderitaan, kesakitan, kesusahan, dukacita. Tetapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya percaya ciri yang keempat daripada orang yang dipakai oleh Tuhan adalah atau orang Kristen sejati adalah dia rela untuk menderita bagi Kristus. Tuhan bicara kepada Saulus, “Engkau akan menjadi seorang yang mengalami banyak penganiayaan dan penderitaan demi nama-Ku.” Dan dia pertama begitu dia jadi orang Kristen, begitu dia nggak bisa tutup mulutnya tentang Injil, di Damsyik dia sudah mengalami penganiayaan, penolakan.
Saya percaya kita dalam natur manusia kita, kita lebih suka menjadi orang yang ada di atas kan? Kita menjadi orang yang suka mengatur, kita lebih suka menjadi orang yang mengorbankan orang lain daripada mengorbankan diri kita sendiri. Pada waktu kita mengalami tekanan atau penolakan, kita lebih suka membalasnya. Tapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, Alkitab berkata yang menjadi ciri dari Paulus adalah setelah dia bertobat dia mulai dari seorang yang menganiaya sekarang dia relakan diri dia untuk dianiaya. Seorang yang semulanya datang ke Damsyik penuh dengan kepercayaan diri dan kuasa dan otoritas, orang yang begitu penting sekali datang ke Damsyik, sekarang menjadi seorang yang harus dengan kerendahan hati pergi meninggalkan Damsyik. Dia nggak bisa keluar dari pintu gerbang, tetapi Alkitab berkata dia harus diturunkan dengan sebuah keranjang sebagai seorang pelarian yang dianggap sebagai mungkin buronan yang harus mati dan binasa dan dianiaya atau dipenjarakan karena iman dia kepada Kristus.
Hal lainnya apa? Hal lainnya adalah dia punya kasih yang begitu besar. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, coba bayangkan ya setelah peristiwa di Damsyik itu dia pergi, maka Alkitab berkata bahwa dia kemudian pergi ke Yerusalem. Mungkin saya kasih data sedikit, pada waktu Bapak, Ibu, baca ayat 23, “Beberapa hari kemudian,” jangan pikir itu adalah peristiwa yang dari dia bertobat, dia matanya melihat, dia memberi kesaksian di Damsyik, lalu beberapa hari kemudian orang ingin membunuh dia. Istilah yang digunakan oleh Lukas di sini itu bukan menunjukkan beberapa hari kemudian tapi beberapa tahun kemudian. Saudara bisa bandingkan dengan Galatia 1, di situ dikatakan stlh pertemuannya dengan Kristus, maka dia kemudian pergi meninggalkan Damsyik ke tanah Arab, lalu di situ dia tinggal selama 3 tahunan, lalu baru dia balik lagi ke Damsyik.
Jadi peristiwa yang pertama dari ayat 19-22, itu bicara berkenaan dengan peristiwa yang tidak jauh dari peristiwa pertobatan dia. Tapi begitu masuk ayat 23 itu adalah peristiwa yang telah terjadi 3 tahun kemudian, di mana Saulus kembali ke Damsyik, dia memberitakan firman di situ, lalu dia ditolak dan mungkin dianiaya, dan akhirnya dia harus melarikan diri dengan sebuah keranjang di situ. Lalu dia pergi ke mana? Pergi ke Yerusalem. Nah pada waktu dia pergi ke Yerusalem, apa yang terjadi di situ? Alkitab mencatat orang-orang Kristen di Yerusalem menolak Paulus. Mungkin juga di Damsyik awal mula seperti itu, tapi karena ada Ananias di situ, maka paling tidak dia lebih diterima di Damsyik. Tapi saya mau tanya kepada Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, coba lihat dari perspektif jemaat dan coba lihat dari perspektif Paulus sendiri. Kalau kita yang adalah orang yang hidup pada zaman itu, ada orang yang begitu jahat sekali menganiaya orang Kristen Yahudi, dan kita adalah orang Kristen Yahudi, dan keluarga kita ada yang meninggal, kita ada yang cacat tubuhnya akibat aniaya, lalu si penganiaya datang kepada kita lalu dia berkata, “Aku sekarang adalah orang Kristen.” Kita terima nggak? Ini bukan bicara sakit hati lho, cuma sekedar dari kata-kata. Tapi ini bicara tentang nyawa. Ngeri nggak?
Sangat wajar sekali orang-orang yang di Yerusalem, dan ada orang Kristen di Damsyik yang takut, yang menolak, mungkin, kehadiran dari si Saulus ini. Tapi Saudara, bagaimana sikap Saulus pada waktu itu? Kalau kita yang ditolak kita ngomong apa? “Sudahlah ya saya nggak mau layani lagi, saya mau mundur, saya mau nggak lihat ya semua pengorbanan yang aku sudah lakukan saat ini.” Mungkin Saulus bisa bilang, “Kamu tidak lihat ya 3 tahunan ini saya melayani, saya dianiaya, memang dulu saya penganiaya tapi sekarang saya sudah sadar. Ketika saya memberitakan ini, saya begitu banyak pengorbanan juga demi Kristus itu. kamu tidak bisa lihat seperti ini? Sekarang saya datang kepada kamu, kamu tolak saya. Ya sudah ini orang Kristen, beginikah perilakunya orang yang mengatakan kasih?” Lalu dia pergi begitu? Menariknya adalah Saulus tidak seperti itu. Tetapi Saulus tetap menyatakan penuh kasih yang besar kepada orang-orang itu, dia tetap melayani mereka, dan makanya di dalam Timotius itu dia ada katakan aku adalah orang yang paling berdosa, paling jahat, dan lebih berdosa dari semua orang berdosa. Tapi dia sadar satu hal kenapa dia tetap stay dan kenapa dia tetap mengasihi walau dia ditolak, dia tahu karena Tuhan memakai dia menjadi contoh seorang yang diselamatkan karena anugerah, bukan karena kebenaran dan perbuatan diri dia.
Saya percaya orang yang mendapatkan kasih Kristus punya kasih dalam hidup dia. Orang yang mendapatkan pengampunan Kristus punya pengampunan dalam hidup dia. Orang yang mendapatkan kesempatan pelayanan di dalam Kristus punya kebesaran hati untuk menyatakan itu walaupun dia mengalami penolakan dalam hidup dia. Dan bersyukur juga, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ada Barnabas di situ. Barnabas yang menjadi jembatan bagi orang-orang Yahudi bisa dekat dengan Paulus dan Paulus dekat dengan mereka. Tapi satu hal selain daripada yang terakhir, ketika seorang itu bertobat dan percaya pada Kristus, kasih itu juga membuat dia ingin ada bersama dengan orang-orang Kristen yang percaya dengan Kristus. Makanya kita bisa lihat begitu dia percaya, dia ada bersama dengan orang Kristen yang ada di Damsyik. Begitu dia sampai ke Yerusalem, dia mencari orang Kristen yang ada di Yerusalem. Karena kita sama-sama anak Tuhan, dan anak Tuhan harus menyatakan kasih kepada sesama anak Tuhan di dalam hidupnya. Dan hidup di dalam anugerah penebusan Kristus dalam hidup kita. Saya percaya itu menjadi suatu kesaksian yang luar biasa yang dinyatakan oleh gereja mula-mula kepada orang-orang yang ada di sekitarnya,
Nggak heran makanya gereja itu cepat sekali berkembang, cepat sekali bertumbuh, dan pesat. Karena apa? Ada keindahan, ada daya tarik di situ, ada kasih yang dinyatakan selain dari saya percaya ada Roh Kudus yang memampukan gereja itu untuk memiliki kasih dan menyatakan suatu kehidupan yang ada di dalam anugerah itu atau takut dalam Tuhan. Mari kita sama-sama doakan untuk gereja kita boleh memiliki kasih Kristus, doakan Roh Kudus bekerja dalam hati kita untuk membawa memberikan takut Tuhan yang lebih besar dalam hidup kita.
Saudara, selama ini yang Saudara jalankan itu agenda siapa? Agenda saya, kita, ataukah agenda Tuhan? Selama ini yang Saudara doakan dalam hidupmu itu agenda siapa? Saudara hanya ingin memanfaatkan Tuhan yang Saudara panggil Tuhan untuk menggenapkan apa yang Saudara rindukan, harapkan, ingin capai dalam hidup, atau Saudara doakan apa yang menjadi pekerjaan dalam Kerajaan Tuhan terjadi dalam dunia ini? Roh Kudus akan membuat kita punya hati yang takut Tuhan, hati yang tunduk kepada Tuhan, dan hati yang memberitakan Injil, hati yang bersaksi, hati yang memberikan suatu daya tarik kasih dalam jemaat kepada dunia ini, dan di situ nama Tuhan boleh dipermuliakan. Doakan itu. Kita sebentar lagi akan membangun, Senin besok kita akan rapat pengurus juga untuk mempersiapkan pembangunan itu selain daripada pelayanan yang ada di sini. Siapa saja yang mau melayani, doakan itu. Dan doakan juga kiranya gereja kita punya satu kesaksian yang baik. Nggak gampang, tetapi paling tidak adanya Tuhan yang menyertai itu cukup bagi kita untuk terus melayani di dalam GRII Jogja ini. Kiranya Tuhan boleh berkati. Mari kita berdoa.
Kembali kami berdoa, bersyukur, Bapa, untuk firman dan kesaksian hidup dari Paulus yang telah mendapatkan anugerah. Sungguh bersyukur untuk pimpinan-Mu dalam kehidupannya, dan menjadi suatu teladan kehidupan seorang yang beriman dan takut akan Tuhan dalam kehidupan kami. Pimpin gereja ini, ya Bapa, pimpin setiap iman kami dan hati kami, pengenalan kami akan Kristus. Kiranya teladan yang dinyatakan oleh Paulus itu juga boleh menjadi suatu yang kami teladani juga dalam kehidupan kami sehingga kami boleh menjadi alat Kristus yang telah menebus kami, menganugerahkan keselamatan dalam hidup kami, dan memanggil kami untuk menjadi saksi-Mu di dunia ini. Kami percaya itu bukan sesuatu yang Engkau berikan kepada malaikat, tetapi Engkau berikan hak istimewa itu kepada kami, manusia berdosa yang telah mendapatkan anugerah penebusan Kristus untuk menyatakan kasih-Mu dan kuasa-Mu dalam kehidupan kami. Pimpin kami dan sertai gereja-Mu ini ya Bapa, rencana untuk pembangunan, izin IMB, persyaratan IMB yang diminta, kami berikan di hari Selasa, kiranya Engkau juga boleh proses dan pimpin semuanya sehingga IMB boleh dikeluarkan. Kami rindu, ya Bapa, gereja ini boleh menjadi gereja yang terus bersuara bagi nama-Mu di kota ini. Dalam nama Tuhan Yesus yaitu Tuhan dan Juruselamat kami yang hidup kami berdoa. Amin.
Transkrip khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah (KS)