Pemberian yang Baik dan Anugerah yang Sempurna, 31 Oktober 2021

Yak 1:16-18

Vik. Nathanael Marvin, M. Th.

Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ada seorang ibu yang buta selama 13 tahun hidupnya. Dia sangat bergantung kepada orang-orang di sekitar untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Dulunya dia tidak buta, tetapi karena gangguan di kornea matanya, dia akhirnya menjadi buta dan selama 13 tahun itu dia hidup buta. Sangat sulit untuk hidup menjalani kehidupan sehari-hari dengan buta. Dan kemudian dia punya anak dan anaknya itu pada waktu itu sudah umur 15 tahun. Ketika dia punya anak laki-laki yang berumur 15 tahun, dia sangat bergantung sama anak laki-lakinya karena anak laki-lakinya itu sangat mengasihi mamanya, anak laki-lakinya itu sangat memperhatikan mamanya dan dia menjadi mata dari mamanya yang buta. Anak laki-laki remaja ini baik sekali, dan sang ibu ini sangat bergantung kepada anak laki-lakinya yang umur 15 tahun.

Sampai suatu kejadian yang menyedihkan terjadi, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, anak laki-lakinya ditabrak mobil dan mengalami luka bagian kepala yang sangat serius. Sedih sekali. Anak laki-laki yang baik ini ditabrak mobil, mamanya yang buta sangat sedih dan keesokan harinya ketika anak itu masuk ke rumah sakit, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, dokter memvonis bahwa anak laki-laki itu sudah mati. Ibunya sangat sedih sekali. Dia tidak bisa mengerti kenapa anak remaja laki-laki umur 15 tahun bisa mati.

Kemudian ibunya ke rumah sakit dan pihak rumah sakit bertanya, apakah bersedia mendonorkan organ tubuh anaknya yang sudah mati ini karena organ tubuh anaknya ini masih bagus ya, cuman menderita waktu ditabrak mobil memang kepalanya sangat parah, tapi seluruh organ yang lain itu cukup baik sehingga bisa didonorkan. Kemudian si ibu itu dengan sedihnya dia setuju untuk mendonorkan organ-organ dari tubuh anak laki-laki ini. Kemudian si perawat bertanya-tanya, apakah sang ibu akan menerima donor kornea mata dari anaknya itu sendiri? Dokter rumah sakit menyatakan bahwa kerusakan mata sang ibu sebenarnya bisa diperbaiki asal dengan transplantasi kornea ya kemudian si ibu ini berpikir sejenak mengurus perkabungan anaknya sampai selesai. Kemudian sang ibu ini datang kembali ke rumah sakit dan meminta agar dokter dan perawat mentransplantasi kornea matanya dari anaknya itu ya.

Ketika beberapa hari kemudian setelah operasi, perban matanya itu dibuka, apa yang terjadi Bapak, Ibu, Saudara sekalian? Sang ibu itu bisa melihat, dia bisa melihat kemudian dia sangat bersukacita ketika dia bisa melihat kembali, sembuh kembali matanya kemudian ketika beberapa waktu kemudian, dia bersedih, air matanya mengucur dari mata ke pipi, dan dia ada rasa sedih campur sukacita. “Aku bisa melihat karena anakku yang mati.” Dia mengatakan bahwa anakku menepati janjinya, anakku menepati janjinya karena anak laki-lakiku ini dia pernah berkata, “Mama, aku tidak akan pernah meninggalkanmu dan aku akan selalu menjadi matamu.”

Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ini salah satu kisah yang betul-betul terjadi ya bukan dongeng. Ini benar-benar terjadi, dan ini adalah salah satu kisah perbuatan baik yang dilakukan seorang anak kepada mamanya. Perbuatan baik yang dilakukan oleh sesama manusia, perbuatan baik begitu mengharukan, begitu indah, betapa sang anak ini sayang kepada ibunya, rela menuntun ibunya yang buta dan pernah berjanji dengan begitu polos, anak remaja seperti itu ya bahwa, “Ma, aku akan selalu menjadi mata ibu. Tenang aja. Mama buta nggak apa-apa, aku akan menjadi matamu.”

Bapak, Ibu, Saudara sekalian, dari kisah ini pertanyaannya adalah dari manakah manusia dapat melakukan perbuatan baik sedemikian rupa? Kita percaya bahwa sebagai orang Kristen yang percaya kepada Alkitab Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita tahu bahwa seluruh perbuatan baik itu bisa manusia lakukan karena kita diciptakan serupa dan segambar dengan Allah. Kita ini memiliki sifat-sifat Allah, sifat-sifat yang mau berkorban, sifat-sifat yang mau mengasihi orang tua, orang tua mengasihi anak, ini adalah sifat-sifat yang sangat dari Allah. Memang kita tidak sempurna, kita manusia, tapi sifat Allah itu sempurna dan kita memiliki sifat Allah ini. Dan kita percaya Bapak, Ibu, Saudara sekalian, segala sesuatu yang terjadi di belakang kita, tentunya segala sesuatu yang baik itu di belakangnya itu ada tangan Allah yang bekerja, tangan Allah yang baik itu terus intervensi di dalam seluruh dunia ini.

Allah yang baik itu seperti orang tua yang intervensi ketika anak-anaknya mau celaka, mau menyeberang jalan, ditabrak mobil, ditolong. Allah itu tangan-Nya sungguh-sungguh bekerja karena Allah adalah pencipta kebaikan, author of goodness. Allah itu pencipta kebaikan, tangan-Nya itu selalu bekerja dengan baik menuntun segala sesuatu demi kebaikan manusia. Kalau kita bisa terharu kepada kebaikan manusia, seorang anak remaja mengasihi ibunya tadi ya, kenapa kita tidak pernah terharu kepada kebaikan Allah?

Matius 7:11 Bapak, Ibu, Saudara sekalian mengatakan, “Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan apa yang baik kepada setiap orang yang meminta kepada-Nya.” Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita minta yang baik nggak ya di dalam kehidupan kita kepada Tuhan? Setiap hari kita berdoa, kita mintanya apa sih? Apakah hal yang baik? Mungkin hal yang baik, kesehatan untuk papa mama, kesehatan untuk diri, pekerjaan yang berhasil, studi yang sukses, itu baik, itu bagus. Tetapi apakah itu saja permintaan kita seumur hidup kita? Nggak kan. Harusnya perbuatan baik yang kita minta itu lebih banyak lagi, lebih banyak lagi, lebih limpah lagi, terutama permintaan yang theosentris seharusnya, yang terpusat kepada kemuliaan Allah. Itulah ciri reformasi, ciri reformator adalah pikirannya itu terpusat kepada Allah.

Bukan berarti kita tidak boleh berdoa untuk kebaikan-kebaikan secara jasmani, itu penting. Tetapi selebihnya itu bagaimana? Pikirkan Kerajaan Tuhan? Pikirkan penginjilan? Itulah sebabnya kita sebelum ibadah selalu doa penginjilan. Itu adalah kebaikan bagi umat manusia. Itu adalah hal yang baik menyenangkan Tuhan, itu yang kita doakan. Kita bisa minta hal yang baik kepada Allah yang Mahabaik itu. Bahkan Bapak, Ibu, Saudara sekalian ditengah-tengah segala penderitaan kita, kita harus ingat ya Roma 8:28 ini ya sebab, “Kita tahu sekarang bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka, bagi kita yang mengasihi Dia, yaitu bagi kita yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” Apapun yang terjadi, kita tahu sekarang Allah turut bekerja dalam segala sesuatu. Waktu kita sedih, ada tangan Allah nggak? Ada. Waktu kita berdosa, ada tangan Allah nggak? Ada. Waktu dunia ini di dalam pandemi, ada tangan Allah nggak? Ada. Allah bisa saja bekerja dengan cara-Nya untuk mendatangkan kebaikan bagi kita yang mengasihi Dia.

Allah kita adalah Allah yang memberi kebaikan dan anugerah-Nya itu begitu sempurna, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, Allah yang beranugerah dan kita tahu anugerah Allah itu sudah Tuhan nyatakan di dalam dua jenis anugerah, anugerah umum maupun anugerah khusus. Anugerah umum itu dinyatakan kepada semua orang, semua orang menerima anugerah Tuhan seperti alam, matahari, panas, hujan untuk orang Kristen maupun non-Kristen, untuk umat pilihan maupun umat non-pilihan, Tuhan kasih semuanya. Tuhan kasih udara, Tuhan kasih baju, pakaian, makanan, minuman, tempat istirahat, sekalipun orang tidak punya rumah, bumi inipun rumahnya kita, manusia. Taman itu rumahnya manusia sekalipun orang gelandangan di pinggir jalan, tinggal di pasar, tinggal di emperan jalan, toko-toko yang tertutup, itu rumah, itu tempat istirahat.

Tuhan itu beranugerah secara umum, semua orang itu dapat anugerah-Nya. Itu anugerah umum ya. Hati nurani, ada yang menjaga kita untuk tidak saling melukai, ada yang menjaga kita untuk tidak berkata-kata jahat, hati kita itu jaga. Bayangin kalau orang tidak ada hati nurani Bapak, Ibu, Saudara sekalian, semua orang itu tidak ada hati nurani dan sampai semuanya itu seperti psikopat, dunia ini punah. Semua orang seperti psikopat kok saling bunuh, habis membunuh bisa makan ya, abis membunuh orang bisa ketawa-ketawa nggak ada penyesalan, itu karena nggak ada hati nurani. Hati nuraninya ada tapi dia tekan. Itu orang berdosa, itu orang psikopat. Kita bersyukur punya hati nurani loh. Sesama Kristen, sesama orang non-Kristen bahkan kita bisa diperbuat baik.

Saya ya waktu memberikan traktat kepada tukang rujak di Solo, Bapak, Ibu, Saudara sekalian saya udah kenal namanya udah berapa kali ya beli si bapak itu, saya mau kasih traktat, “Ini, Pak ada renungan judulnya tentang mengenal Allah.” Langsung si bapak itu, saya nggak mengerti juga ya tujuannya dia ngomong seperti ini kenapa ya, dia bilang, “Ya kita saling menghormati saja ya, Pak. Ini saya mau sholat.” “Iya, Pak nggak apa-apa silahkan sholat.” Saya bilang kayak gitu ya. Tapi intinya dia pun ingin yang baik gitu. Meskipun saya sebagai orang Kristen kasih pekabaran Injil kepada orang non-Kristen, dia meresponi dengan baik. Sudah yang penting agama ini tidak saling bertengkar. Itu baik. Coba kalau tidak ada hati nurani semua bertengkar, Bapak, Ibu, Saudara sekalian.

Kemudian Bapak, Ibu, Saudara sekalian anugerah umum juga adalah sejarah. Orang yang belajar dari sejarah adalah orang yang semakin bijaksana, semakin takut akan Tuhan, dan kita akan menjalani hidup itu bisa lebih baik kalau kita mengerti sejarah. Maka dari itu Bapak, Ibu, Saudara sekalian sangat penting mengingat Reformasi. Kapan Kristen protestan muncul? Ya udah 1517 ketika Martin Luther menancapkan 95 tesisnya. Itu belajar sejarah. Sayang sekali kalau orang-orang tidak belajar sejarah ya, kita akan mengulangi kesalahan yang sama dari orang-orang sebelum kita.

Yang kedua jenis anugerah kedua adalah anugerah khusus. Anugerah khusus ini adalah Alkitab dan Yesus Kristus. Bayangkan ya anugerah umum ada 3. Lebih banyak dari pada anugerah khusus. Anugerah umum yaitu apa? Alam, hati nurani, dan sejarah. Anugerah khusus itu dua, Alkitab, ini anugerah khusus hanya orang-orang tertentu yang mau beli Alkitab, mau baca Alkitab, mau percaya Alkitab dan mau lakukan Alkitab setiap hari. Hanya orang-orang tertentu. Ada yang seumur hidup tidak pernah baca Alkitab. Itu anugerah khusus. Dan yang kedua adalah ketika kita melihat Alkitab, Alkitab menunjukkan sesosok pribadi yang tidak bisa dikenal tanpa prinsip kebenaran Alkitab, yaitu siapa? Yesus Kristus. Inilah dua anugerah khusus yang sudah Tuhan berikan kepada kita, kepada umat pilihan-Nya supaya kita bisa selamat beriman dan hidup memuliakan Kristus.

Jonathan Edwards seorang theolog reformed Bapak, Ibu, Saudara sekalian, mengatakan soal anugerah keselamatan. Dia katakan mereka yang telah menerima keselamatan, kita yang sudah menerima Yesus Kristus, sudah ambil keputusan, “Aku mau ikut Yesus, mengikut Yesus keputusanku, bukan keputusan papa mama, bukan keputusan pendeta, bukan keputusan teman-teman, mengikut Yesus keputusanku, aku percaya Yesus, aku sayang Yesus Kristus,” dia harus selalu menghubungkannya dengan anugerah Allah yang berdaulat. Ketika kita mengingat diri kita sebagai orang Kristen, ingat apa sih? Anugerah. Gift. Grace. Apalagi orang yang namanya Grace ya, apalagi orang yang namanya Grace itu hidupnya itu selalu harusnya bersyukur akan anugerah Tuhan. Grace. Orang yang diselamatkan harus ingat selalu dihubungkan dengan anugerah yang berdaulat. Sovereign grace. Setelah menghubungkannya dengan anugerah yang berdaulat itu, augerah Allah sendiri, itulah yang membuat dia itu punya hati yang mengucap syukur, hati yang memuji Allah.

Lihat ya urutannya jelas sekali. Diselamatkan karena anugerah dan anugerah ini mendorong kita memiliki hidup yang penuh ucapan syukur. Ini sangat baik ya kita bisa senantiasa memuliakan dan memuji Tuhan karena apa? Karena anugerah-Nya. Itulah alasan kenapa kita menyanyi pujian. Menyanyi pujian, paduan suara. Itu karena anugerah Tuhan.

Betapa kayanya anugerah Tuhan itu dan sekarang kita lihat Yakobus 1:16 di situ dikatakan Yakobus katakan bahwa, “Saudara-saudara yang kukasihi, janganlah sesat!” Bahasa Inggrisnya janganlah sesat adalah do not be deceived. Jangan ditipu. Orang yang tersesat itu karena dia tidak tahu jalan yang benar, dia pun bisa karena ditipu. Do not be deceived. Hati-hati, jangan ditipu, jangan tertipu, jangan sesat, jangan katakan Tuhan itu jahat, jangan katakan Tuhan itu tidak beranugerah, jangan katakan pencobaan ini datangnya dari Tuhan. Itu Yakobus ingin tekankan demikian. Jangan pikir bahwa Tuhan itu iseng ingin goda kita supaya kita jatuh ke dalam dosa. Jangan pikir Tuhan tempatkan pohon pengetahuan yang baik dan jahat itu supaya mencobai Adam dan Hawa, tidak. Bukan ya. Tuhan itu menguji Adam dan Hawa karena itu Dia tempatkan pohon pengetahuan baik dan jahat. Tuhan menguji iman Adam dan Hawa karena iman tanpa ujian bukanlah iman yang sejati. Kita sudah pelajari dari Kitab Yakobus ya. Iman tanpa ujian tanpa kesulitan tanpa penderitaan itu bukan iman yang sejati, iman yang murni, bukan.

Kemudian pencobaan itu datang bersama-sama dengan iblis dalam bentuk ular di pohon tersebut. Itulah kenapa kita bisa sebut juga ujian dan pencobaan bisa saja datang bersamaan. Ujian itu dari Allah untuk supaya iman kita meningkat, supaya kita kenal diri kita siapa sedangkan pencobaan itu datangnya dari iblis supaya menjatuhkan iman kita supaya celaka melakukan dosa terus. Bapak, Ibu, Saudara sekalian jangan bilang ujian itu dari iblis dan pencobaan itu dari Tuhan. Yakobus katakan jangan sesat. Iblis itu nggak baik. Jangan ingin main sama setan.

Di Indonesia kan banyak ya film-film horror, main-main dengan setan, ngomong dengan setan. Bapak, Ibu, Saudara sekalian, bisa nggak ngomong dengan setan? Bisa. Ngomong dengan Tuhan aja bisa kok. Bisa nggak ngomong dengan arwah yang sudah mati? Bisa aja. Makanya Alkitab larang, jangan berkomunikasi dengan arwah yang sudah mati, yang mati dan hidup itu sudah berbeda. Nggak boleh. Bisa? Bisa. Tapi boleh nggak? Nggak boleh. Itu Alkitab bilang jangan karena itu kamu dilarang Tuhan. Kita dilarang berkomunikasi dengan setan, kita dilarang berkomunikasi dengan orang-orang yang sudah mati, nggak bisa. Tuhan mendorong kita untuk berelasi dengan Tuhan sendiri dan juga sesama manusia yang masih hidup. Kalau sudah mati itu sudah finish, selesai. Dia tidak di dunia ini lagi.

Jadi bersyukurlah kalau kita masih punya teman-teman yang masih hidup komunikasi dengannya. Jangan aneh. Di dalam dunia saya jarang komunikasi dengan papa mama, saya jarang komunikasi dengan kakak adik, begitu mereka mati pengen komunikasi. Itu tersesat. Alkitab bilang katakan nggak boleh, itu namanya terkutuk. Tuhan tidak ingin kita lakukan hal-hal tersebut. Tuhan ingin kita berkomunikasi dengan Allah. Jangan salah, jangan tertipu, jangan salah mengenal Tuhan bahwa Tuhan itu jahat, jangan demikian. Tuhan bukanlah pencipta dosa. Dia itu pencipta kebaikan. Tuhan bukanlah perancang dosa, Tuhan tidak inginkan dosa ada di dunia ini. Itulah Tuhan kita.

Bila orang-orang Kristen punya pemahaman dan pengenalan akan Allah bahwa Allah itu jahat dan mencobai orang Kristen, sebenarnya kita nantinya tidak memiliki hati yang bersyukur ya. Kita tidak akan memiliki hati yang bersyukur dan kita juga tidak memiliki hati yang baik karena kita anggap Allah itu jahat, Allah itu jauh ya, Allah itu tidak mengerti saya. Ayat 16 ini adalah permulaan yang baru dari tulisan Yakobus tentang karakter Allah. Setidaknya dari 3 ayat yang kita bahas ini Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita bisa mengenal 4 karakter Allah. Di sini Yakobus memperkenalkan Allah yang penuh anugerah dan kebaikan. Dan kalau kita berpikir Bapak, Ibu, Saudara sekalian ya susah nggak sih kita mengenal dan mengakui bahwa Allah itu baik? Kita sudah diajarkan ya sejak kecil Allah itu baik, Allah itu baik, Allah itu baik. Ada yang sepolos akhirnya mengatakan memang Tuhan itu baik, nggak mungkinlah Tuhan itu jahat. Tapi Bapak, Ibu, Saudara sekalian orang-orang lain dan mungkin orang-orang Kristen yang lain bisa saja menganggap Allah itu jahat, bisa saja menganggap Allah itu kayaknya nggak baik. Kalau Allah baik, kenapa ada narkoba? Kalau Allah baik, kenapa ada penjahat? Misalkan kita bisa komunikasi kaya berargumen seperti itu ya Bapak, Ibu, Saudara sekalian.

Seringkali kita susah melihat kebaikan Allah, apalagi bicara soal penderitaan. Apalagi bicara soal waktunya Allah. Kita seringkali nggak sabar menunggu waktu Allah kapan. “Kapan? Kapan sih permintaan saya terkabul, Tuhan? Kok Tuhan jahat sih sama saya? Kenapa saya kondisinya begini? Waktu Tuhan itu kapan?” Nah sering kali karena waktu Tuhan yang kita tidak ketahui, kita bisa katakan Tuhan itu jahat ya. Saya sendiri percaya bahwa Allah itu dapat memakai kesulitan-kesulitan untuk kebaikan hidup kita. Bagaimana kita bisa katakan baik kalau kita tidak naik kelas, misalkan ya. Gimana ya kita bisa mengatakan Allah itu baik di dalam setiap kesulitan yang ada.

OK, memang tidak naik kelas itu tidak baik ya, atau bahkan, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kalau ada orang tua ya, kalau nggak salah, Pak Tong juga jelaskan kalau anaknya itu terlalu kecepatan, kalau naik kelas, malah disuruh untuk tinggal kelas, supaya anak itu lebih dewasa, lebih rendah hati, jangan pikir cepat-cepat terus naik kelas, naik kelas, bahkan disuruh tinggal kelas. Itu kasus pendidikan anak yang khusus ya, Bapak, Ibu, Saudara sekalian. Kita kadang-kadang juga bingung, yang baik itu bagaimana, yang buruk itu seperti apa. Yang baik itu apa kita turuti semua keinginan anak kita, itu baik kah? Atau kita larang semua keinginan anak kita itu baik kah? Buruk kah? Tapi Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita harus percaya, inilah kebenarannya, inilah doktrin nya, bahwa Allah itu baik, pemberi segala yang baik, anugerahNya sempurna.

Seorang hamba Tuhan, Paul David Tripp dalam awal pelayanannya, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, dia adalah seorang hamba Tuhan dan dia itu sangat cukup baik dalam menulis. Buku-bukunya itu kalau kita baca itu sangat indah, sangat fokus, sangat jelas. Ini saya juga sedang membaca ya, buku Paul David Tripp, yang tentang awe, tentang kekaguman kepada Allah, awe of God. Ya, itu bahasa Inggris ya, awe, tahu ya. Itu sangat bagus. Dia katakan dalam bukunya tersebut bahwa dia sangat kaget ketika orang-orang Kristen dia konseling, ya, orang-orang Kristen konseling kepada dia, dan dia sangat kaget bahwa banyak orang Kristen mengalami kemarahan kepada Allah, marah sama Allah. Dan begitu banyak orang Kristen mengatakan Allah itu nggak baik.

Nah Bapak, Ibu, Saudara sekalian, Paul David Tripp kasih contoh kasus bagaimana anak remaja yang di-bully bisa mengatakan Allah itu baik? Ya anak remaja ini sekarang banyak kasus perundungan, itu bahasa Indonesianya cukup kurang familiar ya, perundungan, dirundung ya, kayak ditutupi masalah, di awan mendung gitu ya. Bagiamana anak remaja yang di-bully teman-teman sekolahnya, tidak punya teman, mengatakan Allah itu baik? Saya di-bully terus, saya masuk ke sekolah dengan ketakukan, orang tua saya nggak mengerti, nggak menolong juga, guru-guru nggak tolong saya. Bagaimana anak remaja yang di-bully, di-bully, di-bully itu mengatakan Allah baik? Bagaimana suami atau istri yang melihat pernikahannya semakin suram bisa mengatakan Allah itu baik? Orang tua yang sudah kelelahan mengurus anaknya yang nakal luar biasa bisa mengatakan Allah itu baik? Pria atau wanita lajang yang kesepian, sudah begitu lama nggak dapat-dapat pasangan, padahal sudah mengharapkan, beda ya kalau dipanggil selibat ya, dia sudah harapkan puluhan tahun, 30, 40 tahun, nggak dapat-dapat, bagaimana katakan Allah itu baik? Bagaimana bisa mengatakan Allah itu baik ketika banyak orang itu membuat sedih di gereja? Banyak orang meninggalkan gereja, nggak mau ke gereja lagi, orang yang menderita karena umur yang tua, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ya, sudah tua, tapi sakit-sakitan, tapi masih hidup gitu ya, ngapain ya, bagaimana bisa katakan Allah itu baik? Bagaimana bisa mengatakan Allah itu baik kalau orang melalui penyakit yang panjang?

Bapak, Ibu, Saudara sekalian, memang sulit, memang kita bisa katakan sulit, ya, tapi bukan berarti Allah itu tidak baik. Ingat, Roma 8:28, semua hal buruk yang terjadi dalam hidup kita itu diatur oleh Allah, diatur oleh Allah dengan motivasi untuk kebaikan bagi kita. Kebaikan Allah adalah batu fondasi dari kekaguman kita kepada Allah. Nah ini ya Paul David Tripp jelaskan awe of God itu, kekaguman kepada Allah, kebaikan Allah itu adalah fondasi kita terus mengagumi Allah. Kalau kita lupa kebaikan Tuhan, lupa anugerah Tuhan, kita nggak akan bisa kagum lagi sama Allah. Ngapain baca Alkitab, Tuhan nggak baik? Ngapain berdoa, ngapain ibadah, Tuhan itu nggak baik? Tapi dengan menyadari kebaikan Allah, kita akan bersyukur, kita akan kagum Allah.

Sekali lagi Bapak, Ibu, Saudara sekalian, Allah kita itu bukanlah Allah yang pernah berpikir jahat untuk kita. Sekalipun orang tua, pernah kesal dan berpikir jahat kepada anaknya sendiri. Adanya KDRT, misalkan ya, kepada anak-anak, dan lain-lain. Sudah melahirkan anak, ingin dibuang, misalkan ya, itu kan berpikir jahat kepada anaknya. Tetapi Allah kita itu nggak pernah berpikir jahat. Dia nggak pernah bully kita ketika kita jatuh ke dalam dosa yang besar. Allah nggak pernah menghina kita, “Kamu dosa ya, kamu Saya kerjain.” Tapi manusia kan kayak gitu. Saya sering kali melihat berita di Indonesia, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, orang yang kedapatan mencuri, anggap mencuri dompet orang lah, ketahuan, itu kan langsung di-bully kan, langsung diburu, di-bully, dipukul, dihina, “Kamu itu pencuri,” sekitarnya. Sama lah itu juga orang berdosa yang mukulin orang. Allah kita nggak kayak gitu, ketika Allah kita melihat kita berdosa, Dia hanya, ya Dia sedih, Dia marah, dan Dia bisa nyatakan hukuman.

Bapak, Ibu, Saudara sekalian, tadi saya sepanjang jalan pikir-pikir ya, kira-kira Tuhan pernah menghukum kita apa ya atas dosa kita? Coba bayangkan satu dosa yang kita pernah lakukan, anggap bohong atau mencuri, kira-kira hukuman kita dari Tuhan itu apa? Kadang-kadang saya nggak bisa mikirin, apa hukuman Tuhan atas hidup saya yang berdosa, misalkan. Hukuman Tuhan itu apa sih? Misalkan sombong, setelah itu apa, kaya nggak ada hukuman to? Kita bisa sombong terus, sombong terus, sombong terus. Kadang-kadang Tuhan itu menahan penghukuman nya, sampai nanti, suatu hari nanti dihukum Tuhan, betul, sampai penghakiman yang terakhir.

Tapi, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kadang-kadang Tuhan juga membuang dosa kita itu sejauh timur dari barat. Tuhan menutupi dosa kita, Tuhan menghapus dosa kita. Tuhan itu membuang dosa kita ke tubir laut yang begitu gelap, begitu dalam, sampai nggak ada yang tahu apa dosa kita. Tuhan menutupi dosa kita. Itu Tuhan baik. Tuhan itu sangat baik, Tuhan nggak pernah bully kita, Tuhan nggak pernah menghina kita, apa yang Dia lakukan itu selalu baik, dan ketika kita kagum kepada Allah, kita nggak akan pernah panik, nggak pernah khawatir ketika kita menghadapi masalah hidup, dan kita juga tidak akan pernah menolak ketika Allah panggil kita untuk melayani Dia kalau kita sadar akan kebaikan Tuhan. Yakobus katakan jangan tertipu dengan ajaran yang mengatakan Allah itu jahat, dan Allah itu mencobai manusia, jangan tertipu. Jangan tertipu hati kita yang berpikiran, “Allah itu jahat lho, Allah itu cobai saya terus ya,” tidak, Tuhan itu nggak pernah jahat sama kita, Allah itu baik.

Bila kita ingat kisah Ayub, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, Ayub yang diuji dan dicobai, Ayub, boleh dan wajar saja, sepertinya, mengatakan bahwa Allah itu jahat bukan? Ayub itu hilang harta, Ayub itu hilang anak, Ayub itu punya istri, yang akhirnya istrinya nge-bully dia, mengumpat dia, dan menasihati hal yang buruk, “Sudahlah Ayub, jangan sembah Tuhan, kutuki Tuhanmu dan mati saja.” Itu perkataan seorang istri kepada suaminya, Ayub, yang saleh itu. Istrinya nggak kuat, istrinya capek, kenapa hilang harta? Istrinya sudah dongkol juga ya. Kenapa hilang anak sekarang? Istrinya kesel juga. Akhirnya istrinya nggak kuat, ngomong berdosa kepada Ayub, “Sudah kutuki Allahmu, Allah itu jahat, kemudian mati aja, lebih bagus kok mati, udah tubuh kulit begitu penuh dengan darah, penuh dengan penyakit kulit, masa bisa katakan Allah itu baik?” Bapak, Ibu, Saudara sekalian, Ayub bisa saja komplain ke Tuhan, Tuhan itu tidak baik, Tuhan itu jahat, tapi salah satu pujian dari firman Tuhan, kepada Ayub adalah Ayub itu tidak berdosa dengan mulutnya. Ayub itu tidak berkata Allah itu jahat.

Ketika orang Kristen terhindar dari banyak penipuan rohani, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, sebenarnya itu bagus sekali untuk pertumbuhan rohani kita. Jangan kita tertipu ajaran-ajaran yang sesat. Oleh karena itulah, GRII Jogjakarta ada tadi STRIY, Sekolah Teologi Reformed untuk kaum awam di Yogyakarta, mengenal Allah itu seperti apa. Doktrin Allah juga, Bapak, Ibu, Saudara sekalian ya, Doktrin Allah itu salah satunya mempelajari sifat, karakter Allah, yang salah satunya Allah yang maha baik juga. Nah itu doktrin itu melindungi kita dari penipuan, ya, melindungi kita dari penipuan.

Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ada yang pernah ditipu? Jengkelnya seperti apa ya? Saya pernah ditipu juga, bersyukur nggak terlalu banyak lah ya uang yang ditipu. Pernah juga ada orang yang pinjam, terus, ya kelihatannya mau balikin, tapi hanya mencicil sekali, terus udah, nggak balikin, gimana ya, ya udah lah, dikasihkan, jadi dikasih. Jadi ada satu prinsip ya Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kalau ada orang mau minjam kita, ini saya dinasihati oleh seorang jemaat yang sudah dewasa, kaya gitu ya, sudah lebih pengalaman soal penipuan, dia nasihati bahwa, “Sudah kalau kamu mau minjamin orang uang, itu seperti kamu itu mau kasih ke dia, dia nggak balikin pun nggak apa apa, tapi hatinya rela.” Jadi kita akan bisa berikan pinjaman sesuai dengan hati kita yang rela. Anggap orang itu butuh 500.000, kita nggak punya 500.000, mungkin punya, tapi kita nggak mau ya, ya udah kita mau pinjamin 150.000 lah, tapi itu kita dalam niat mau kasih dia. Kalau dia balikin puji Tuhan, kalau nggak balikin, puji Tuhan, kita bisa memberi dia, kurang lebih kayak gitu ya, itu soal tipu menipu ya, pinjam meminjam.

Kasus penipuan baik lewat SMS, telepon, dengan silat lidahnya itu kan seperti hipnotis padahal nggak hipnotis, memang itu dia pengaruhi kita saja dengan instruksi-instruksi mampu menggiring orang untuk akhirnya mengirimkan nomornya atau nomor rahasia dari ATM misalkan sehingga mengikuti instruksi si penipu. Dan hasilnya apa kalau kita ditipu oleh orang? Hasilnya kita itu menderita, rugi, bahkan bisa saja mati lho, bisa saja mati kalau ditipu oleh orang. Sekarang yang mau nipu kita itu adalah iblis, yang mau nipu kita adalah hati kita yang berdosa, yang mau nipu kita adalah pengaruh lingkungan yang berdosa. Kalau kita ikut penipuan rohani, rohani kita pun menderita rugi dan mati. Yakobus menasihati saudara-saudara yang terkasih, jangan tertipu, jangan mau disesatkan doktrin-doktrin yang salah, jangan mau diarahkan kepada yang jahat dan berbahaya, jangan mempertanyakan kebaikan Tuhan, Tuhan itu pasti baik.

Kita buka Alkitab kita dari Yakobus 5:19-20, “Saudara-saudaraku, jika ada di antara kamu yang menyimpang dari kebenaran dan ada seorang yang membuat dia berbalik, ketahuilah, bahwa barangsiapa membuat orang berdosa berbalik dari jalannya yang sesat, ia akan menyelamatkan jiwa orang itu dari maut dan menutupi banyak dosa.” Itulah manfaat dari penginjilan Bapak, Ibu, Saudara sekalian, yaitu apa? Membuat orang itu tidak tersesat, menyelamatkan dia, dan membuat dia juga tidak lakukan dosa ya. Itu sangat penting supaya kita tidak tertipu ajaran yang sesat, dan sangat baik bagi kita untuk kembali ke jalan yang benar.

Mari kita lanjutkan dalam pembahasan kita ayat 17, “Setiap pemberian yang baik,” bahasa Inggrisnya adalah good gift, “dan setiap anugerah yang sempurna,” bahasa Inggrisnya adalah perfect gift, “datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang;” father of lights, “pada-Nya tidak ada perubahan,” variation, “atau bayangan karena pertukaran,” change ya. Di sini Yakobus menjelaskan 2 jenis pemberian Allah, good gift and perfect gift, anugerah yang baik dan anugerah yang sempurna. Saya rasa, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, setelah saya memikir-mikirkan ayat ini, ini bukannya Yakobus itu membedakan 2 jenis pemberian ini, bukan. Tetapi ini justru adalah penekanan, pengulangan bahwa Allah itu selalu berikan yang baik, yang baik, yang baik. Bahkan kita bisa katakan ketika Allah tidak memberikan kepada kita pun, itu pemberian yang baik. Ketika kita tidak dapat sesuatu, itu pemberian Allah yang baik, karena memang belum waktunya Tuhan, karena belum kairos-nya Tuhan gitu ya. Ya nggak apa-apa, kita nggak punya apa misal, nggak punya rumah? Ya nggak apa-apa. Nggak punya mobil, nggak punya pacar, nggak punya uang bahkan ya, nggak apa-apa. Itu supaya apa? Supaya Tuhan ditinggikan dan kita bisa melihat Tuhan itu baik ya. Supaya kita bisa bersandar kepada Allah yang baik itu. Buktinya kita masih bisa hidup sampai hari ini. Allah itu baik. Jadi karakter Allah yang pertama yang kita bisa pelajari adalah Allah yang Mahabaik, Dia pemberi segala yang baik, Dia bukan hanya penggoda kita, bukan penggoda kita ya maksudnya, bukan hanya bukan penggoda kita, tetapi Dia juga pemberi yang baik.

Lalu karakter yang kedua dari ayat ini adalah Bapa segala terang, lights ya. Lights ini adalah kata plural, Bapa terang-terang, Bapa segala terang, banyak terang di dunia ini dan Dia adalah terang yang utama. Karakter Allah sebagai Bapa segala terang ini berarti kita pahami secara Bapanya dulu ya. Seorang Bapa berarti sumber, Bapa itu berarti sumber, dan juga Bapa itu sudah berarti memperanakkan, ya, disebut dengan Bapa, Ayah, Ayah kan. Dia itu sumber, Dia itu memperanakkan, Allah Bapa mengadopsi kita menjadi anak-anak-Nya supaya kita diselamatkan dan masuk ke dalam terang yang kekal itu. Allah itu sumber terang, Allah itu Bapa yang baik, dan terang di dalam Alkitab itu bicara soal yang baik, yang benar, yang mulia. Kalau ada kata terang, itu makna rohaninya adalah yang baik, yang benar, yang mulia. Bapa segala yang terang berarti Dia adalah Bapa segala kebaikan, Bapa segala kebenaran, Bapa segala kemuliaan.

Perhatian Tuhan atas hidup kita, kebaikan-Nya itu sungguh-sungguh memberikan kekuatan dalam hidup kita. Dia adalah Allah Bapa yang penuh kasih, Dia itu sahabat yang setia, Dia pelindung, penuntun, pembela, guru, Juruselamat, penyembuh, Dia tidak pernah menghina kelemahan kita, dan Dia selalu memberikan kekuatan. Dia itu tidak pernah favoritisme, Dia tidak pernah menyerah untuk kita, Dia tidak pernah lelah, Dia tidak pernah main-main dengan kita, Dia tidak pernah tidak setia, Dia Allah yang sungguh baik. Itu Allah kita ya, Bapa segala kebaikan.

Kemudian ada penafsir mengatakan kata lights, lights ini betul-betul terang, secara literal. Penafsir mengatakan bahwa kata lights, kata terang yang plural, itu sangat jarang disebutkan di dalam Alkitab, sangat jarang. Biasa hanya terang aja, light aja ya. Tetapi di dalam Yakobus dikatakan lights, banyak terang ya, kurang lebih kayak gitu ya banyak terang. Ini mengingatkan, kalau di lingkungan Yahudi, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, Yahudi kan sangat percaya kepada penciptaan, Allah menciptakan terang, Allah menciptakan matahari, Allah menciptakan bulan, Allah menciptakan benda-benda penerang. Nah ini me-refer kepada Allah sebagai pencipta, itu penafsir mengatakan demikian gitu ya. Ketika Yakobus bilang bahwa Bapa segala terang, bukan hanya dimengerti sebagai Bapa segala yang baik, tetapi Bapa sebagai pencipta terang. Pencipta berarti Allah yang Mahakuasa. Ini karakter yang ketiga yang kita bisa kenal dari Allah di dalam pembahasan kita adalah kuasanya itu besar, Dia mampu menciptakan terang. Dia itu Allah yang Mahakuasa, Dia itu kuasanya begitu besar, dan begitu kita bisa dapat andalkan. Nah kita sudah mengenal Allah, Allah itu Allah yang Mahabaik, Allah itu Allah Bapa segala yang baik, dan Allah itu Allah pencipta yang maha kuasa.

Dan yang terakhir, Bapak, Ibu, Saudara sekalian di ayat 17b, “Pada-Nya tidak ada perubahan,” variasi ya, tidak ada variasi, “atau bayangan karena pertukaran,” atau change. Di sini kita bisa mengenal Allah sebagai Allah yang tidak berubah. Mari kita buka Alkitab kita dalam 1 Samuel 15:29, di situ dikatakan bahwa, “Lagi Sang Mulia dari Israel tidak berdusta dan Ia tidak tahu menyesal; sebab Ia bukan manusia yang harus menyesal.” Sekali lagi ya, 1 Samuel 15:29, Allah itu tidak berdusta, berarti benar ya, dan Dia tidak tahu menyesal. Menyesal itu tidak ada dalam kamusnya Allah. Menyesal itu hanya manusia.

Apa sih arti menyesal? Melakukan sesuatu, terus katakan, “Eh salah. Eh salah jalan deh. Eh salah panggil orang,” misalkan ya. Manusia itu bisa menyesal, “Aduh zaman dulu kenapa ya kok bodoh-bodoh banget zaman dulu itu, culun-culun, bodoh-bodong, nggak dewasa.” Itu menyesal. Allah itu tidak ada pertumbuhan, Dia itu sempurna, Dia tidak bisa menyesal. Sekarang kita bisa bertumbuh dan menyesal karena itu menunjukkan juga kita bertumbuh kan ya, kita semakin dewasa makanya kita bisa menyesali masa lalu. Tetapi Allah itu tidak pernah menyesal, Dia bukan manusia. Allah menyesal nggak menciptakan Adam dan Hawa yang akhirnya berdosa? Nggak. Aneh ya. Mereka berdosa kok tapi Tuhan tidak menyesal. Itu karena Allah itu tidak berubah. Dia itu kekal. Maleakhi 3:6 mengatakan, “Bahwasanya Aku, Tuhan, tidak berubah.” Ibrani 13:8 mengatakan, “Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini sampai selama-lamanya.” Yesus itu sama, tidak berubah.

Bukan berarti Allah tidak bisa intervensi atau kedinamisan, bukan berarti seperti itu. Kalau kita ikut Seminar Reformasi kemarin kan Pak Tong sempat bilang Allah yang dinamis, Allah yang boleh berubah, maksudnya dalam arti di dalam dunia, di dalam dunia Tuhan memakai bahasa Ibrani untuk Perjanjian Lama, terus karena bangsa Ibrani tidak bertobat, semua sombong, Tuhan pakai bahasa kafir yang dikatakan oleh bangsa Yahudi, “Kafir lah bahasa Yunani.” Tuhan pakai bahasa Yunani untuk memberitakan Perjanjian Baru. Sekarang, Tuhan membuat Alkitab dapat dimiliki seluruh bahasa di dunia bermacam-macam. Tuhan itu kan kayak berubah ya. Kalau kita lihat sejarah, Tuhan itu kayak berubah. Pakai orang Yahudi, Ibrani, terus sudah lay Yunani, sudah, semua suku bahasa itu bisa dapat Alkitab.

Kalau Pak Tong tafsirkan juga kaki dian atau Roh Tuhan, Roh Kudus itu berpindah dari Timur Tengah, kita percaya kan menurut sejarah Adam dan Hawa, orang-orang Yahudi itu di Timur Tengah di tengah lah, tengah dunia, taman Eden di tengah dunia, mulanya orang-orang Yahudi Israel itu di tengah dunia, lalu kaki dian Roh Tuhan menyertai, pindah ke Eropa, Inggris, Belanda, Jerman, terus kaki Tuhan juga, Roh Tuhan kaki dian berpindah ke Amerika, dan akhirnya pindah ke Indonesia, ceritanya gitu ya. Pindah, Roh Tuhan memberkati Indonesia. Bapak, Ibu, Saudara sekalian, Allah itu bisa berubah, betul, di dalam realita dan sejarah, tetapi dalam kemaha-sifatnya itu Dia tidak berubah. Jadi ayat 17 ini kita bisa mengenal 4 karakter Allah.

Dan ayat terakhir yang menjadi pembahasan kita ayat 18, “Atas kehendak-Nya sendiri Ia telah menjadikan kita oleh firman kebenaran, supaya kita pada tingkat yang tertentu menjadi anak sulung,” atau yang utama ya, anak sulung itu utama, “di antara semua ciptaan-Nya.” Bapak, Ibu, Saudara sekalian, John Calvin pernah mengatakan setelah Allah, yang paling penting yang kedua adalah kehendak Allah. Kalau sudah Allah mau berkehendak, nggak ada pintu yang bisa menutup. Kalau Tuhan sudah punya keinginan, Tuhan pasti lakukan. Itulah Allah yang Mahakuasa, itulah Allah yang tidak berubah. Ketika Tuhan menginginkan kita selamat, kita selamat. Ketika Tuhan menginginkan kita dikuduskan menjadi orang yang Kristen yang mengasihi Tuhan, Tuhan akan membuatnya terjadi. Dan di sini kita bisa lihat bahwa oleh kehendak-Nya sendiri, Allah jadikan kita itu anak-anak-Nya. Kita dijadikan oleh firman kebenaran, kita diadopsi menjadi anak-anak Allah, dan itu karena kehendak-Nya yang luar biasa, kehendak-Nya yang Mahakuasa.

Dan bukan hanya itu, kita dijadikan anak-anak Allah, dan pada tingkat yang tertentu, kita itu jadi anak sulung. “Lho bukannya anak sulung itu Yesus Kristus karena dia adalah Anak Tunggal Allah Bapa? Bukannya anak sulung itu Yesus Kristus?” Tidak, tidak hanya Yesus Kristus. Dalam pengertian yang berbeda, kita pun anak-anak sulung juga. Dalam arti apa? Kita yang lebih utama karena kita adalah umat Allah yang diselamatkan duluan sebelum orang-orang lain percaya pada Yesus Kristus. Itu adalah utama. Tentu yang terutama adalah Yesus Kristus. Tetapi ketika Tuhan membandingkan seluruh umat manusia, yang utama, perhatian dia adalah anak-anak-Nya.

Itu seperti orang tua ya, Bapak, Ibu, Saudara sekalian. Ambil contoh dia melihat kelas Sekolah Minggu, banyak anak di sana, terus lagi aktivitas, lagi diberi kesempatan persembahan pujian, “Siapa persembahan pujian? Silahkan.” Terus yang dilihat oleh orang tua adalah anaknya dia, iya kan? Karena anak itu yang utama, “Ayo dong nyanyi ke depan.” Yang jadi fokus utama dari orang tua adalah anaknya sendiri di kelas tersebut. Anak orang lain mah, “Siapa ya nggak kenal lah.” Seperti itu, Tuhan ketika melihat seluruh manusia, yang utama itu adalah orang-orang Kristen.

Pada hari ini, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ketika kita merayakan Sabat, menguduskan hari Sabat, ibadah bersama-sama, Tuhan itu senang sekali. Kenapa? Secara umum, secara luas, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, seluruh gereja, anak-anak Tuhan itu lagi kumpul di rumah Tuhan. Ini seperti kakek nenek yang sudah tua, punya anak banyak, belasan anak. Mereka akan senang sekali ketika lagi Imlek-an atau lagi Natal-an. Belasan anaknya itu kumpul di rumah, sudah dewasa-dewasa, wah senang sekali, langka itu, susah. Seperti itu hati Tuhan ketika hari Sabat, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, seluruh anak Tuhan itu beribadah di gereja. Ada yang di Jogja, ada yang di Solo, ada yang di Inggris, Eropa, Amerika. Semua fokus kepada Allah. Bahkan malaikat-malaikat Tuhan pun memuji Tuhan lebih mulia lagi di hari Sabat. Bersama-sama kita menyembah Allah. Itu ya kita itu utama, inilah kedaulatan Tuhan.

Di dalam Efesus 1:5 di situ dikatakan, “Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya.” Allah memperanakkan kita berarti Allah itu mau memberikan warisan kepada kita, warisan seperti anak-Nya sendiri. Kita nanti masuk sorga karena apa? Karena kita anak Tuhan. Kita masuk sorga apakah karena perbuatan baik? Bukan. Apakah karena kita baik? Bukan juga. Tetapi kita bisa katakan, “Tuhan, aku boleh masuk sorga karena aku ini anak Tuhan.” Karena Tuhan beranugerah, memberikan anugerah keselamatan. Itu warisan kita. Warisan firman kebenaran dan sorga itu. Kita bersyukur bahwa kebenaran sudah Tuhan berikan di dalam Yesus Kristus dan Yesus Kristus juga mengatakan bahwa, “Aku adalah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada yang datang kepada Allah Bapa kecuali melalui aku.” Setelah diselamatkan, dilahirbarukan, kita menjadi manusia baru, kita menjadi sulung di antara semua ciptaan-Nya. Inilah maksudnya kata sulung di dalam ayat ini, yaitu kita yang utama dari seluruh manusia, dari seluruh ciptaan-Nya, karena kita adalah anak-anak Allah, kita memperoleh keselamatan dan kebenaran dari Allah.

Sebagai orang-orang yang sulung, sebagai orang yang utama, kita harus sungguh-sungguh belajar firman Tuhan. Itulah kenapa biasanya firman Tuhan di GRII kok lama-lama sampai orang ngantuk, bosan mungkin mendengarkan khotbah yang begitu lama. Di gereja lain paling 15-20 menit, itu pun sudah baca ayatnya banyak. Di GRII kadang-kadang lama bahkan kadang over juga, kelamaan ini. Tapi bukan berarti fokusnya itu panjang waktunya, bukan, tetapi fokusnya adalah kita bahas firman. Ini kesempatan kita dalam waktu yang hanya 1 jam saja, nggak lama. Mungkin ada yang mandi 1 jam, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ibu-ibu, perempuan. Ada yang manicure, pedicure, ada yang ke salon 1 jam, kenapa ibadah dengar firman itu nggak kuat 1 jam? Duduk di salon 1 jam. Belajar di sekolah 5 jam. Siswa SMP saja berapa jam, siswa SD berapa jam, kenapa ibadah 1 jam itu jengkel, “Cepatlah selesai khotbahnya, ngapain lama-lama.” Lho ini untuk Tuhan lho. 2 jam ibadah nggak fokus, ngomel, nggak mengerti, malas, mengeluh. Kita itu orang Kristen atau orang tidak kenal Tuhan? Apa sih yang 1 jam? Main game bisa berjam-jam. Kenapa khotbah nggak mau lama dikit? Karena kita mau kebenaran Allah. Bapak, Ibu, Saudara sekalian, menjadi yang sulung berarti kita menghargai firman Tuhan, menghargai kebenaran, menghargai keselamatan yang sudah Tuhan berikan pada kita.

Seorang theolog mengatakan bahwa kebenaran itu ada 2 dimensi, saya tambahkan ya penjelasan soal kebenaran. Kebenaran itu ada dimensi praktis dan juga dimensi intelektual. Kebenaran praktis yang ditekankan Yakobus adalah iman tanpa perbuatan itu mati. Kalau kamu katakan kamu beriman tapi tidak berbuat baik itu bukan iman. Kalau Tuhan katakan kamu orang Kristen tapi tidak mengasihi sesamamu manusia, kamu bukan orang Kristen. Yakobus katakan kebenaran, truth, itu harus praktis. Yang kedua, kebenaran itu adalah intelektual, hari Minggu ketika kita ibadah, seharusnya kita sebagai orang Kristen tahu lebih banyak tentang Allah, lebih pintar lagi tentang Allah, lebih dewasa lagi mengenal Allah, itu hari Minggu. Kebenaran itu bicara soal dimensi intelektual dan juga dimensi praktis, itu truth.

Jangan malu sebagai orang Kristen, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, karena sebagai orang Kristen itu berarti saling mengasihi, dan saling mengasihi berarti orang-orang itu akan tahu kita adalah anak-anak Allah. Sudah, ngomong saja, normal saja gitu. Kita orang Kristen, kita ke gereja, kita katakan, “Tuhan memberkati,” meski ada orang di sebelah kita itu bukan Kristen. Kadang-kadang saya juga agak malu ya, kan kita orang Kristen ketemu di restoran atau tempat makan, terus kita ngomongin yang Kristen, tentang firman, nggak apa-apa. Tapi ketika ada orang lain di sekitar kita, kita gimana ya? Tetap doa bareng atau malu, “Sudah nggak usah, doa masing-masing,” misalkan. Atau kita katakan tetap, “Doa bareng yuk nggak apa-apa ada orang lain.” Justru Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ketika orang di sebelah meja kita melihat kita doa bareng, kita kan orang Kristen kan, mereka tahu, “Oh orang Kristen itu gitu ya. Saling mengasihi, doa bareng. Ketika selesai mau berpisah, ramah, Tuhan memberkati.” Nggak apa-apa, ngapain kita malu sih? Kenapa kita malu kalau kita menunjukkan kita orang Kristen bukan menunjukkan bahkan, natural saja, malah kita tahan-tahan, “Jangan, jangan, ini banyak orang non-Kristen. Nggak usah bilang Tuhan memberkati, nggak usah doa bareng.” Justru dengan saling mengasihi, kita sebagaimana orang Kristen, orang tahu, “Oh ini anak-anak Allah.”

Terakhir, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, saya tutup dengan sebuah perumpamaan tentang kebaikan yaitu perumpamaan orang Samaria yang baik hati, good Samaritan. Kita tahu ya di dalam perumpamaan tersebut ada 2 orang yang tidak baik, ada 1 orang yang baik. Di antara 3 orang yang lewat dari orang yang sedang terkapar, dirampok seluruh barangnya bahkan dipukuli sampai hampir mau mati, ada 3 orang jenis orang lewat. Yang satu imam, pendeta. Yang pendeta lewat terus melihat, “Waduh saya kan pendeta. Saya nggak punya banyak uang.” Padahal ada uang ya, misalkan. “Sudah, saya takut ah nanti dipikir orang macam-macam.” Dia lewat, pergi nggak menolong orang yang sedang terkapar. Lalu ada orang Lewi. Orang Lewi ini mungkin mahasiswa STT gitu ya. Lihat orang yang terkapar, “Ah sudahlah saya ini banyak tugas, tugas-tugas di kampus. Ngerjain skripsi, tugas, dan lain-lain. Dah pergi ah,” kabur. Lalu ada seorang Samaria. Orang Samaria ini kulitnya rada hitam, mungkin ya campuran, orang Samaria ini Yahudi campur bangsa lain, rambutnya mungkin juga agak lurus, biasanya kan orang Yahudi keriting-keriting. Rambutnya lurus, dia bukan siap-siapa, nggak tahu itu Tuhan, nggak pernah ke gereja, nggak pernah sembah Allah, sedangkan imam dan orang Lewi itu selalu ke gereja, baca firman, belajar firman Tuhan. Dan di dalam akhir cerita tersebut, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, yang dikatakan yang baik itu orang Samaria, yang mengasihi sesama itu orang Samariaa, yang layak disebut anak Allah adalah orang Samaria bukan pendeta, bukan mahasiswa STT, bukan vikaris.

Nah Bapak, Ibu, Saudara sekalian, seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho itu terkapar dan orang Samaria itu melihat, lalu orang Samaria itu tergerak oleh belas kasihan. Saya hitung-hitung ya Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ada 7 tindakan perbuatan baik yang dilakukan oleh orang Samaria ini. Yang pertama dia mau pergi samperin orang yang terkapar itu. Resikonya apa? Bisa saja kan itu penipuan, orang terkapar, tahunya ada perampok yang bersembunyi di belakang bukit lalu menyerang dia. Tapi dia, pertama dia nyamperin orang yang terkapar tersebut. Memang ini perumpamaan ya, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, tapi ini bisa lakukan juga dalam kehidupan sehari-hari kita. Satu, pergi nyamperin, kedua, membalut lukanya, ketiga, menyirami minyak dan dikasih anggur. Kan badannya panas kan, orang yang terkapar itu bisa mati kepanasan, dikasih minyak supaya adem dikit, kasih anggur juga. Yang keempat, menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya.

Yang kelima, bawa ke penginapan terdekat. Bisa saja kan, “Nih titip ya orang sakit, saya kasih uang.” Tapi nggak, orang Samaria ini dijelaskan dalam perumpamaan yang diberikan Tuhan Yesus Kristus ini bahwa dia itu merawatnya. Jadi ketika dia bawa dengan keledainya, dia bawa ke penginapan, dibaringkan di satu kamar, dirawat dulu, butuh apa? Minum, terus mungkin dielus-elus pundaknya, terus didoakan mungkin, sabar ya, semua itu memang ada jalannya lah, kurang lebih kayak gitu. Terus setelah dirawat, dia baru menyerahkan orang yang terkapar itu kepada pemilik penginapan. Terus pemilik penginapan itu kasih 2 dinar. 1 dinar itu untuk 1 hari orang bisa hidup. 2 dinar itu berarti untuk 2 hari. Dikasih 2 dinar berarti dia perkirakan orang ini bisa sembuh kembali itu 2 hari kemudian.

Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ini adalah tindakan perbuatan baik yang dilakukan oleh orang yang tidak kenal Allah. Orang Kristen bagaimana seharusnya? Harusnya kalau orang yang tidak mengenal Allah itu dapat anugerah umum saja, kalau kita dapat anugerah umum dan khusus, harusnya dobel kan kalau perlu kita lakukan kebaikan itu? Ini adalah tindakan belas kasihan, tindakan kebaikan yang menggambarkan kebaikan Allah pada kita. Hati orang Samaria ini mencerminkan hati Tuhan dan orang Kristen, kasih orang Kristen. Marilah Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita meneladani Allah yang Mahabaik ini. Tidak selalu semua orang berbuat baik seekstrim perumpamaan ini, tidak, tetapi kita bisa berbuat baik kepada sesama kita karena apa? Karena Allah sudah baik bahkan terlalu baik dalam hidup kita, maka kita mau membalas kebaikan Allah itu dengan menyembah Allah, menomorsatukan Allah, dan berbuat baik kepada sesama kita. Efesus 2:10 mengatakan bahwa, “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.” Amin. Mari kita sama-sama berdoa.

Bapa kami yang ada di sorga, kami bersyukur, Tuhan, pada kesempatan pagi hari ini kami boleh membahas kembali firman Tuhan dari kitab Yakobus. Kami bersyukur boleh mengenal Engkau lebih dalam lagi, Engkau adalah Allah yang Mahabaik, Engkau adalah Allah sebagai Bapa kami yang baik, dan Engkau juga adalah Allah pencipta yang Mahakuasa dan Allah yang tidak pernah berubah di dalam mengasihi kami, di dalam sifat-sifat Engkau. terima kasih Tuhan, Engkau adalah Allah yang senantiasa berbuat baik kepada kami dan tidak pernah melakukan kejahatan kepada kami semua. Ajar kami, Tuhan, untuk percaya di dalam segala hal yang terjadi dalam dunia ini, tangan Tuhan selalu bekerja mengasihi kami. Ampunilah kami yang tidak percaya kalau Tuhan itu selalu memperhatikan kami. Dan kami mohon anugerah Tuhan supaya kami pun terus berbuat baik kepada sesama kami karena itulah yang dikehendaki Tuhan dan juga itulah yang direncanakan Tuhan untuk kami lakukan sebagai anak-anak Tuhan. Terima kasih Tuhan untuk berkat-Mu, terima kasih untuk firman Tuhan hari ini. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus kami sudah berdoa dan mengucap syukur. Amin.

 

Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah (KS)