Yes 7:14
Vik. Nathanael Marvin, M.Th.
Bapak, Ibu, Saudara sekalian, di dalam sejarah kekristenan kita tahu ada lagu himne yang berjudul “O Datanglah Imanuel.” O datanglah Imanuel, o datanglah Imanuel, Allah yang menjelma menjadi manusia, Allah yang mau dekat dengan kita, Allah yang mau menjadi sama seperti manusia. Kita besyukur, kita berdoa agar Allah itu dekat dengan kita. Ini adalah salah satu lagu yang sangat kuno, tidak hanya teksnya yang begitu kuno tapi juga musik atau iringannya sangat kuno. Perkiraan pertama kali lagu ini dibuat itu sekitar 1.200 tahun yang lalu Bapak, Ibu, Saudara sekalian, di dalam kehidupan biara. Ini berarti sekitar abad 8. Kemudian lagu ini berkembang sampai pada abad pertengahan, dan kemudian ada 2 tokoh yang menerjemahkan lagu ini yaitu John Mason Neale dan Henry S. Coffin. Nada lagu ini, Bapak, Ibu, Saudara sekalian ya, “O Datanglah Imanuel” ini didasarkan pada lagu yang sederhana gereja abad pertengahan. Begitu sederhana, begitu tenang, begitu indah, sehingga kita bisa mengenal bahwa ini adalah permohonan seseorang yang ingin agar Tuhan itu beserta dengan dia, Tuhan itu beserta dengan kita, Tuhan itu bersama-sama dengan dia, bersama-sama dengan orang, bersama-sama dengan orang yang berdosa. Ini sangat menolong kita mengerti pesan dari lagu ini, ya, karena sangking sederhananya, itu memang menolong supaya kita bisa mengerti pesan lagu ini.
Lirik himne dari “O Datanglah Imanuel” seperti Simeon yang menantikan kehadiran bayi Yesus di Bait Allah. Simeon sungguh menunggu, menanti, menanti, kapan datangnya Mesias. Dia tunggu di Bait Allah, dan Simeon adalah seorang yang benar dan saleh, dia memang menantikan penghiburan bagi orang-orang Israel, bagi umat pilihan Allah. Dinyatakan oleh Roh Kudus bahwa Simeon tidak akan mati sebelum melihat Mesias, dan Simeon sudah sangat siap untuk mati bila dia bertemu dengan Mesias. Ini adalah Simeon. Dia menanti kedatangan Sang Penghibur yaitu Mesias, bertemu dengan Pribadi yang menyelamatkan umat-Nya. Simeon sungguh merasakan bahwa Allah sungguh beserta dengan dia, dan ketika akhirnya dia melihat bayi Yesus yang dibawa oleh Yusuf dan Maria, setelah itu dia mati dengan tenang, mati dengan bahagia, mati dengan damai sejahtera.
“O Datanglah Imanuel” adalah sebuah doa dan pengharapan akan hari yang lebih baik, hari yang lebih sejahtera, hari yang lebih nyaman, yaitu ketika kita bersama dengan siapa? Bersama dengan siapa itu juga menentukan kondisi kerohanian kita, menentukan kondisi hati kita, pikiran kita. Bapak, Ibu, Saudara sekalian, Allah itu ada di tempat ini, Allah itu bersama-sama dengan kita, bukan hanya orang-orang yang kita kenal, bukan hanya keluarga kita di sini, bukan hanya teman-teman kita, Allah itu hadir. Allah itu ada bersama-sama dengan kita. Bukankah inilah yang harusnya menjadi harapan kita sehari-hari, Bapak, Ibu, Saudara sekalian? Di dalam kehidupan kita ini ingin sadar bahwa Allah itu hadir. Allah hadir itu pasti ada. Allah itu menyertai kita, nah kita minta tolong supaya Tuhan pun membimbing kehidupan kita, supaya apa yang kita lakukan itu sesuai dengan kehendak Allah. Ingin lebih baik lagi, ingin lebih baik lagi.
Inilah yang menjadi seharusnya pengharapan kita Bapak, Ibu, Saudara sekalian, di dalam kehidupan kita hari demi hari. Satu hari tambah satu hari, harusnya kita semakin baik, lebih baik lagi satu hari. Bagaimana supaya manusia bisa lebih baik, lebih benar satu hari lagi? Kita harus menyadari kehadiran Tuhan, dan kita harus minta bahwa Tuhan pun mau memenuhi kita, menyertai kita. Dan selanjutnya juga, kita pun mau mengikut Tuhan di dalam seluruh kehidupan kita. Kita ingin selalu yang baik, Bapak, Ibu, Saudara sekalian. Tetapi apakah realitanya itu menjadi baik, lebih baik, atau lebih buruk? Bisa saja lebih buruk. Hidup kerohanian kita bisa naik, turun, ya, turun, naik, tapi yang harusnya menjadi pengharapan kita adalah kita lebih baik lagi, lebih baik untuk kemuliaan Tuhan, lebih baik untuk menyenangkan Tuhan, bukan lebih baik demi kenyamanan kita sendiri ataupun keegoisan kita sendiri, kemuliaan diri, bukan. Tetapi lebih baik untuk kemuliaan Tuhan, lebih taat lagi, lebih menjauhi dosa. Itulah ya pengharapan kita sebagai orang Kristen.
Kita bersyukur Bapak, Ibu, Saudara sekalian, Allah sudah memberikan yang terbaik dari Dia yaitu anak-Nya yang tunggal, Tuhan Yesus Kristus, penuh kasih karunia dan kebenaran 2000 tahun yang lalu. Itu adalah satu hari yang terbaik di mana Yesus Kristus hadir di dalam dunia ini, Sang Imanuel, Allah beserta kita, Allah menjawab doa orang-orang yang berdosa, yaitu ketika Allah Bapa menurunkan, mengirimkan Allah Anak, yaitu Yesus Kristus, di satu malam, malam yang begitu kudus, malam begitu hikmat, itu adalah Yesus Kristus pemberian yang terbaik dari Allah Bapa. Setelah lewat ribuan tahun, kita dapat percaya, bahwa masa depan kita pun sudah akan pasti disertai oleh Tuhan, Bapak, Ibu, Saudara sekalian. Jika 2000 tahun yang lalu kita belum hidup, dan Tuhan sudah menunjukkan Allah beserta dengan manusia, seluruh masa depan kita nanti, sampai masuk ke dalam sorga, kita akan selalu disertai Tuhan. Itu adalah anugerah yang begitu besar, begitu membuat kita bersukacita, bersyukur. Tidak ada sukacita yang lain yang bisa menggantikan sukacita dari Allah yang hadir di dalam dunia, lahir melalui di dalam Yesus Kristus untuk menebus dosa kita.
Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita begitu disertai Tuhan, Allah ada bersama-sama dengan kita, tetapi jangan sampai kita take it for granted, jangan sampai kita menyepelekan itu, jangan sampai kita tidak menghargai. Kita pun harus bertanya satu hal, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, apakah ketika Tuhan sudah beserta kita, mau beserta dengan kita, kita pun juga mau bersama-sama atau beserta dengan Allah juga di dalam seluruh kehidupan kita? Tuhan sudah menyatakan cinta kasih, penyertaan-Nya di dalam hidup kita, kita pun harus nyatakan cinta kasih penyertaan kita yang mau terus bersama-sama dengan Tuhan di dalam setiap detik kehidupan kita. Pikiran, hati kita, kehendak kita, selalu bersama-sama dengan Tuhan, itulah cara kita bersyukur atas berkat penyertaan Tuhan. Allah kita adalah Allah Imanuel, apakah arti Imanuel itu? Arti Imanuel adalah Allah beserta kita, God with us.
Setidaknya, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, pada hari ini kita akan merenungkan 7 hal tentang Imanuel, 7 arti Imanuel, di dalam kehidupan kita sebagai orang Kristen. Yang pertama Imanuel berarti tanda kehadiran Allah, presence of God, Allah itu hadir, Allah itu ada bersama-sama dengan kita. Sadarkah kita Bapak, Ibu, Saudara sekalian, saat ini Tuhan hadir? Kalau kehadiran sesama kita, kita bisa rasakan ya, ada dengar suaranya kan, mungkin ada suara yang kita kenal, “Oh orang itu sudah datang.” Atau bahkan ketika kita di ruangan seorang diri, ketika orang datang itu kita bisa tahu, ada suaranya, kalau penciuman kita tajam mungkin tercium baunya, orang tersebut sampai kita tahu ini ada orang di tempat ini. Kehadiran orang saja kita bisa rasakan, dengan telinga kita, dengan telinga kita, dengan kondisi, dengan penglihatan, “Oh ada orang di sana, sesosok bayangan,” kita tahu, ada kehadiran orang. Tetapi kehadiran Tuhan sering kali kita tidak rasakan, seringkali kita anggap Tuhan itu tidak ada.
Maka sampai ada istilah ateis praktis. Apa itu ateis praktis? Ateis praktis adalah kita mengakunya beragama, kita mengakunya orang Kristen, kita mengakunya menyembah Kristus tetapi secara praktis, secara praktek, kita seperti orang ateis, seperti orang yang tidak mengakui Allah ada. Inilah kegagalan kita, dosa kita begitu besar itu seperti ini. Jangan pikir dosa kita satu hari, “Ah cuma 3 dosa,” tidak. Ketika kita hidup seolah-olah Allah itu tidak ada, itu pun dosa. Ketika pikiran kita, kita omong yang tidak berdasarkan, bukan sesuai dengan kehendak Tuhan, itu dosa juga. Hati kita, perasaan kita, sikap kita, yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, itupun dosa. Begitu banyak dosa kita. Dan salah satu dosa yang sering kali dilakukan oleh kita, sebagai manusia berdosa adalah berpraktek, melakukan sehari-hari tindakan kita tetapi mengakui Allah itu tidak ada.
Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kehadiran Allah itu ada 2 bentuk, pertama yang tidak kelihatan. Yang tidak kelihatan itu memang seolah-olah tidak ada, tidak terlihat Allah itu. Tetapi sebenarnya Allah itu ada atau tidak? Ada. Allah itu ada. Secara doktrinal, kita tahu bahwa Allah itu Mahahadir. Tidak mungkin ada satu orang pun mengatakan Allah itu tidak Mahahadir. Allah itu Mahahadir, di mana pun Allah ada. Lagu-lagu anak sekolah minggu mengatakan, “Mata Tuhan melihat, apa yang kita perbuat, apa yang baik, maupun yang jahat, oleh sebab itulah kita jangan berbuat jahat, karena mata Tuhan melihat.” Baik kita seorang diri, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, baik kita di kamar, di kantor, di gereja, itu semua Tuhan hadir kok, Tuhan hadir, Tuhan ada di sana. Pertanyaannya adalah di dalam kondisi Tuhan hadir, Tuhan menyatakan penyertaan Tuhan atau tidak? Nah itu yang membedakan kehadiran Tuhan di gereja, di hari Sabat, dengan di tempat-tempat berdosa lain, tempat perjudian, tempat dosa, dan lain-lain, itu Tuhan hadir juga, tapi Tuhan menyatakan penyertaannya lebih khusus, the presence of God itu, di Bait Allah. Nah ini pentingnya Bait Allah atau gereja, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ini melambangkan kehadiran Tuhan. Tuhan itu bertahta di atas seluruh pujian dan ibadah kita.
Bapak, Ibu, Saudara sekalian, gereja itu ada ya, hari Minggu itu ada, hari Sabat itu ada, supaya kita beristirahat, kita bisa bersama-sama dengan Tuhan. Bersama-sama dengan Tuhan 2 jam fokus untuk Tuhan, dan Tuhan sendiri hadir, karena Tuhan pun pada hari yang ketujuh itu Dia pun beristirahat lho. Tuhan pun beristirahat, ya, kita bisa bayangkan ada 1 meja, ada 1 tahta, gitu ya, kemudian Tuhan duduk di atasnya, terus kemudian melihat kita semua yang beribadah, dan kemudian Tuhan berfirman melalui khotbah, melalui Alkitab, Tuhan ngomong di hari Minggu satu kali dengan mewujudkan kehadiran-Nya yang begitu besar. Wah itu kan masa-masa, momen-momen yang sangat indah. Kalau kita bisa beribadah, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, itu berarti Allah mau beserta dengan kita, mau bersama-sama dengan kita. Maka dosa besar Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kalau kita tidak mau bersama-sama dengan Tuhan, ya.
Orang Kristen tiap Minggu diundang untuk ibadah, “Ayo ibadah, persiapkan hati,” tapi kita tolak undangan Tuhan. Tuhan yang paling sibuk, mengurus dunia dengan tujuh milyar populasi orang di seluruh dunia, hari Minggu Dia duduk di tahta-Nya, menerima sembah pujian dan Dia ngomong firman Tuhan. Kita, manusia sok sibuk. Enam hari bekerja kurang? “Tujuh hari Tuhan, ibadah nggak mau, ngapain ibadah.” Loh, ibadah itu untuk beristirahat, demi kamu sendiri, demi kebaikan diri mu sendiri, masih nggak mau. Tuhan undang anak-anaknya, “Yuk datang yuk ke rumah-Ku.” Coba bayangkan ya Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kalau kita sebagai orang tua, anak kita sudah dewasa punya rumah sendiri, terus kita undang anak kita, “Yuk main ke rumah, satu tahun sekali lah, pas Natalan,” misalkan ya. Terus anak kita menolak, “Wah, nggak, sibuk,” sibuk, satu tahun sekali pun sibuk. Betapa hati orang tua itu sedih, betapa hati Tuhan itu sedih Bapak, Ibu, Saudara, ketika ada orang Kristen itu menolak undangan untuk bersama-sama dengan Allah. Itu yang tidak kelihatan Bapak, Ibu, Saudara sekalian, Allah itu maha hadir, tapi Dia tidak terlihat.
Tetapi, Tuhan pun kehadiran-Nya itu terlihat. Ada kehadiran Allah yang pasti dan jelas, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, yaitu apa? Alam ciptaan ini. Nafas waktu kita bangun tidur, kita nafas saja ya, itu dari Tuhan. Terus kita sibuk-sibuk, udah, ya, bangun tidur, mandi, sibuk, main, lihat HP, kita lupa nafas, sekali nafas itu pun dari Tuhan. Waktu kita tidur, sepanjang malam pun, nafas pun dari Tuhan. Itu menyatakan Tuhan itu ada, nafas hidup, alam ciptaan, seluruh dunia ini, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, tumbuh-tumbuhan yang kita bisa lihat, langit biru, ataupun putih yang bisa kita nikmati, itu semua Allah, ciptaan Allah, ada tangan Allah bekerja di dalamnya. Nah itu membuat kita itu sebenarnya bersukacita. Kalau kita perhatikan setiap hal detail kehidupan kita, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kalau kita tahu itu dari Tuhan, wah, kita akan mengakui bahwa Allah itu betul-betul Imanuel, Allah itu betul-betul beserta dengan kita. Waktu kita di perjalanan ke gereja, waktu kita pulang ke gereja, waktu kita ibadah, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, waktu kita bisa melihat alam, itu semua wujud kehadiran Allah yang kelihatan, bahkan, kita sendiri, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita adalah manusia yang diciptakan serupa, dan segambar dengan Allah.
Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita bisa melihat Saudara kita, itu ada gambar dan rupa Allah. Kita bisa melihat anak-anak, kita bisa melihat orang tua, itu wujud juga kita bisa mengenal Allah. Dan yang paling jelas, di dalam Perjanjian Lama itu sering kali ya, sering kali ada teofani. Teofani adalah appearance of deity atau kehadiran Tuhan sendiri, yaitu kita kenal bahwa di dalam Perjanjian Lama ataupun dalam Perjanjian Baru juga ada teofani, seperti itu ya, yaitu kemunculan Allah sendiri. Di dalam diri siapa? Yesus Kristus, bisa kita lihat. Perjanjian Lama, Yesus Kristus belum lahir, Yesus muncul nggak? Muncul. Ditandakan dengan tulisan ‘Malaikat Tuhan,’ M-nya besar ya. Kalau di LAI, M-nya besar, Malaikat Tuhan, itu menunjukkan kepada diri Yesus Kristus yang hadir dalam rupa malaikat. Ini menyatakan Teofani. Dan Yesus Kristus juga di dalam Perjanjian Baru sudah lahir sebagai manusia. Wah lihat ya, pernyataan Tuhan soal kehadiran-Nya itu semakin kelihatan dari waktu ke waktu, mulai dari Perjanjian Lama Yesus hadir dalam rupa malaikat, Perjanjian Baru Yesus Kristus hadir dalam rupa manusia, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, menjelma menjadi manusia, dan nanti di sorga, kita bisa melihat Yesus Kristus juga dengan tubuh kemuliaan-Nya lebih lagi bersinar, dan kita hidup bersama dengan Allah selama-lamanya. Itulah Yesus Kristus, kehadiran Allah, kemunculan Allah. Yohanes 1:14-18 itu menceritakan juga bagaimana firman itu menjelma menjadi manusia, kalam hidup. Kalam itu firman ya, firman hidup. Kalam kudus, firman kudus, itu menjelma menjadi manusia. Bapak, Ibu, Saudara sekalian, Yesus diam di antara kita, dan Dia adalah anak tunggal Allah Bapa.
Kedua, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, Imanuel berarti bagian dari sebuah doa juga. Sering kali dipakai ya, Imanuel. Tapi terjemahannya bukan God with us, bisa juga sih, tapi lebih ke arah God be with you, Imanuel, Allah beserta dengan kamu. Ini adalah sebuah doa ya, sebuah pengharapan segala hal yang baik. Tadi saya sudah katakan bahwa ketika kita melihat kehidupan kita sehari-hari secara kerohanian, ini harapan kita, baik tambah satu kali sehari demi sehari. Penyertaan Allah pasti membawa kebaikan kepada manusia.
Bapak, Ibu, Saudara sekalian, Pdt. Stephen Tong juga pernah bilang bahwa yang paling penting dari gereja Tuhan itu apa? Bukan gedung, bukan fasilitas, bukan orangnya, tetapi yang paling penting adalah penyertaan Tuhan. Asal disertai Tuhan, gereja itu akan semakin baik kok, semakin berkenan kepada Tuhan. Gereja itu bicara soal orangnya juga. Ketika hamba Tuhannya disertai Tuhan, dipenuhi Roh Kudus, Tuhan memberkati gereja-Nya. Ketika jemaat-Nya juga mau beserta dengan Tuhan, bersama-sama dengan Tuhan, Tuhan akan memberkati gereja-Nya. Itulah dampak penyertaan Tuhan, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, yaitu kebaikan bagi kita, lebih lagi, dan lebih lagi.
Kisah Yusuf dalam Perjanjian Lama, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, itu menyatakan penyertaan Tuhan, penyertaan Tuhan, dan penyertaan Tuhan. Ketika Yusuf dibuang ke Mesir, dimusuhi oleh kakak-kakaknya, Yusuf bersandar kepada Tuhan, masih remaja, masih 17 tahun ya, bersandar kepada Tuhan, di negeri Mesir, di negeri orang, dibeli oleh kepala pasukan Firaun yaitu Potifar, dibeli jadi budaknya. Yusuf takut akan Tuhan, Yusuf berdoa, “Saya tidak punya teman siapa-siapa, saya mau beserta keluarga saya, papa saya masih di tanah Kanaan, saudara-saudara saya di Kanaan, saya di Mesir seorang diri, siapa teman saya? Siapa sahabat saya yang bisa menemani saya menjalani kehidupan di Mesir, di negeri orang?” Yusuf ingat ajaran dari Yakub, Yusuf ingat ajaran dari orang tuanya, Yusuf ingat firman Tuhan, Tuhan lah yang maha hadir, Tuhan lah yang menjadi pengharapan Yusuf, dan dia berdoa untuk senantiasa bergantung kepada Tuhan, dan Tuhan memberkatinya dengan apa? Penyertaaan Tuhan, penyertaan Tuhan, pendampingan Tuhan, pembimbingan Tuhan, kehadiran Tuhan. Itu luar biasa Bapak, Ibu, Saudara sekalian, sehingga Yusuf, meskipun dia budak, dia sangat menghormati atasannya, dia tahu otoritas. Yusuf taat kepada Potifar, dia dipercaya segala sesuatu. Yusuf di penjara, dia jadi berkat bagi orang-orang di penjara. Yusuf di pemerintahan Firaun, menjadi berkat juga. Karena apa? Karena penyertaan Tuhan. Penyertaan Tuhan selalu membawa kepada kebaikan manusia.
Daud pun sama ya, Bapak, Ibu, Saudara sekalian. Ini adalah tokoh-tokoh yang sangat luar biasa, baik Yusuf dalam Perjanjian Lama, maupun Raja Daud. Raja Daud itu meminta penyertaan Tuhan, mencari wajah Tuhan. “Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya sebab Engkau besertaku.” Daud katakan Engkau besertaku. Meskipun gelap, Allah itu ada, Allah itu terang yang melenyapkan kegelapan, maka itu aku tidak takut untuk berjalan dalam lembah kekelaman. Daud terus mencari wajah Tuhan. Meskipun Saul membenci dia, hendak membunuh dia, Daud itu nggak benci balik, Daud itu mengampuni, karena apa? Penyertaan Tuhan.
Dalam Mazmur dikatakan, “Sebab Engkau ya Tuhan, baik dan suka mengampuni, dan berlimpah kasih setia bagi semua orang yang berseru kepada-Mu.” Ini adalah satu kalimat di dalam Mazmur yang begitu indah, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, Engkau ya Tuhan baik dan suka mengampuni dan berlimpah kasih setia bagi semua orang yang berseru kepada-Mu, bagi semua orang yang mau beserta dengan Tuhan, mau bersama-sama dengan Tuhan, Tuhan itu limpah dengan kebaikan, dengan pengampunan, dan kasih setia-Nya. Jika Allah beserta kita, maka segala kebaikan itu kita miliki dan kita bisa rasakan. Itulah penyertaan Tuhan ya, sebuah doa. Bagaimana hidup kita agar disertai Tuhan? Kuncinya adalah kita hidup sesuai dengan firman Tuhan. Kuncinya itu adalah hidup kita dipenuhi Roh Kudus. Roh Kudus sudah dalam diri kita, tetapi pertanyaannya Roh Kudus ini belum tentu penuh, belum tentu memenuhi hidup kita sehingga kita melakukan buah Roh Kudus.
Yang ketiga tentang Imanuel, Imanuel berarti Allah mau bersekutu dengan kita. Ini ajaib. Kita mau bersekutu nggak dengan orang yang cacat? Belum tentu, Bapak, Ibu, Saudara sekalian. Orang yang cacat fisik, cacat mental, belum tentu, meskipun kasih kita begitu besar. Kita mau nggak memandikan jenazah orang tua kita kalau orang tua kita meninggal? Belum tentu. Kondisi manusia yang berdosa itu mati rohani. Mati rohani itu seperti apa? Mati fisik. Tuhan itu mau datang kepada kita yang berdosa, mau bersekutu, bahkan, dekat-dekat dengan kita yang bau, yang hina, yang berdosa, yang kotor. Allah itu begitu rendah hati, Dia mau sama seperti manusia, Yesus jadi manusia, Allah menjelma jadi manusia, bersekutu dengan manusia terus. Seumur hidup Yesus Kristus, Yesus Kristus nggak pernah mengurung diri di kamar, nggak mau ketemu orang lain, sibuk sendiri. Nggak pernah. Yesus Kristus itu orangnya sungguh bergaul, bersahabat dengan keluarganya sendiri.
Kemudian ketika setelah melayani secara publik, Yesus pun bergaul dengan pemungut cukai, perempuan-perempuan yang berdosa, orang-orang marginal, orang-orang miskin, anak-anak yatim piatu. Yesus bergaul orang-orang yang menjadi narapidana. Yesus bersama-sama dengan mereka, ketika di atas kayu salib Yesus pun bersama-sama dua narapidana yang berdosa. Yesus pun mengizinkan Barabas itu bebas. Di dalam kedaulatan Tuhan kan Tuhan izinkan Barabas bebas padahal berdosanya luar biasa. Dia mau bersekutu dengan banyak orang, Bapak, Ibu, Saudara sekalian. Dan ketika kita melihat Yesus di dunia, dia dapat makan dengan orang-orang berdosa, berelasi dengan orang-orang yang terpinggirkan. Ini menjadi hal yang harus kita renungkan, kita jaga jarak dengan setiap orang atau bagaimana? Kita mau nggak mengasihi orang-orang yang Tuhan kirimkan untuk kita kasihi atau tidak? Nah ini ya wujud Allah mau bersekutu dengan kita itu kita lihat Yesus Kristus.
Yang keempat tentang Imanuel, Allah beserta kita, berarti Allah juga adalah sahabat kita, Bapak, Ibu, Saudara sekalian. Sahabat orang-orang berdosa. Sulit ya. Kita mau bersahabat dengan musuh kita? Kalau bisa nggak ketemu nggak usah lah ya. Kalau kita nggak usah berdoa bareng, nggak usah mungkin ya. Kalau bisa nggak ngomong sama dia ya lebih baik namanya juga musuh. Tetapi Yesus itu musuh, Dia itu betul-betul menjauhi dosa dan dosa itu adalah hal yang asing bagi Allah, Dia mau bersahabat dengan orang-orang berdosa yang adalah musuh Allah. Kita ini yang sudah berdosa, sudah melawan Allah, sudah menjadi musuh Allah. Tetapi Yesus pernah katakan bahwa, “Hai sahabat-sahabat-Ku.” Itu firman Tuhan pernah katakan demikian. “Sahabat-sahabat-Ku adalah orang yang taat kepada Yesus Kristus.” Buktinya kita sahabat yaitu Yesus telah memberitahukan kepada kita segala sesuatu yang telah didengar Yesus dari Bapa. Itulah buktinya kita sahabat dari Yesus Kristus. Yesus ngomong sama kita, kasih tahu apa yang didengar-Nya dari Allah Bapa, Dia sampaikan kepada kita, dan Yesus juga tuntut sahabat-sahabat-Nya berbuat apa yang diinginkan dan diperintahkan Yesus kepadanya. Ini relasi sahabat, Bapak, Ibu, Saudara sekalian. Sahabat itu apa sih? Yaitu dia memberitahu isi hatinya yang baik, yang benar untuk orang tersebut. Dia bisa mencurahkan isi hatinya kepada orang tersebut, dia bisa bicara kepada orang tersebut. Itu sahabat.
Tetapi sahabat itu bukan hanya bisa mencurahkan isi hatinya tetapi sahabat itu juga bisa menuntut, “Kamu lakukan yang baik, yang benar, sesuai dengan firman Tuhan.” Itu relasi sahabat yang bisa kita pelajari dari relasi Yesus dengan kita. Yesus beritahu isi hati-Nya, Yesus juga tuntut kita taat kepada-Nya, kepada firman Tuhan, taat kepada-Nya karena Dia adalah Allah, Dia adalah pemberi hukum itu sendiri. Nah kita pun demikian. Kalau kita punya sahabat itu relasinya demikian. Ada apa sih di dalam relasi sahabat, Bapak, Ibu, Saudara sekalian? Yaitu ada ketersalingpercayaan, saling percaya. Aku percaya kamu, ceritaku kamu bisa filter sendiri, kita percaya, kita bisa mencurahkan isi hati kita. Itulah sahabat. Imanuel berarti Allah mau jadi sahabat kita. Yohanes 15:14, ini adalah perkataan Yesus Kristus tentang persahabatan kita tentang Yesus Kristus, “Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu.” Inilah perintah Yesus, yaitu apa? Untuk saling mengasihi.
Bapak, Ibu, Saudara sekalian, sahabat itu bukan sekedar bisa saling sharing-sharing tapi tidak menuntut. Sahabat itupun menuntut, menuntut untuk apa? Untuk bisa saling mengasihi. Seringkali kan orang pemuda bergumul, akhirnya sahabatnya itu take it for granted. Ketika dia ngomong sama sahabatnya, si sahabatnya nasehatin. Terus karena sudah saling dekat, akrab, si orang itu mengatakan, “Apa sih kamu nasehat-nasehat nggak didengerin, nggak didengerin.” Nah itu berarti dia sudah tidak menganggap diri kita sahabat, kalau dia sudah tidak mendengarkan nasehat kita, yang baik lho ya, yang benar. Sudah, hati-hati di dalam relasi itu sulit ya kita bisa berelasi dengan baik dan benar. Allah beserta dengan kita, Allah adalah sahabat kita.
Yang kelima, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, Imanuel berarti wujud bimbingan Allah dan perlindungan dari Allah sendiri. Allah beserta kita berarti, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, segala karakter Allah, segala berkat Allah, kekuatan Allah itu bersama-sama atau mempengaruhi kehidupan kita juga. Apa yang kita bisa lihat? Yaitu apa? Ketika kita adalah umat Allah, orang-orang Kristen, kita selalu dibimbing dan dilindungi oleh Allah sendiri. Ini adalah relasi kovenan. Relasi kovenan itu adalah Allah itu mau membimbing dan melindungi umat-Nya dan tidak akan meninggalkan umat-Nya, dan umat-Nya juga akan mengatakan aku pun mau berjanji demikian, aku pun mau bersama-sama dengan Engkau terus, mau taat firman Tuhan terus kepada Allah. Israel tidak dibiarkan tertindas oleh bangsa yang tidak mengenal Allah. Israel dibela oleh Allah, dibimbing oleh Allah, dilindungi oleh Allah. Inilah Imanuel.
Bukan hanya itu, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, orang-orang yang marginal yaitu orang-orang Samaria, orang-orang miskin, janda, yatim piatu, kaum wanita, dan bahkan juga kaum pengungsi, itu ada peraturan yang melindungi mereka. Ada orang-orang yang diperintahkan Tuhan untuk mengasihi mereka, melindungi mereka, membimbing mereka untuk mereka yang dimarginalkan oleh masyarakat, dianggap lemah, dianggap rendah, tapi Yesus betul-betul menghabiskan hidupnya itu untuk mereka juga, bersama-sama dengan mereka. Yesus pun pernah menjadi orang yang marginal, Bapak, Ibu, Saudara sekalian. Waktu bayi Dia lari dari ancaman Herodes yang mau membunuh dia, mengungsi, dan lain-lain. Yesus pun pernah dicap sebagai anak haram. Bagaimana ini Yesus lahir tanpa laki-laki, di dalam masa pertunangan, bukan masa pernikahan, Maria sudah mengandung Yesus. Bisa saja. Bahkan sampai sekarang ini pun Yesus dihina-hina orang, Yesus dihina-hina oleh orang yang tidak percaya kepada Kristus dan tidak mengenal Yesus.
Bukan saja itu, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, Yesus pun kita hina. Orang Kristus menghina Yesus Kristus dengan hidup tidak serupa dengan Yesus Kristus. Tetapi kita lihat Yesus Kristus pun begitu mendapatkan perlindungan dan bimbingan dari Allah Bapa sehingga dalam kehidupan-Nya itu Dia tidak berdosa. Demikian juga kita ya, kita pun memohon anugerah Tuhan supaya kita bisa tetap tinggal bersama dengan Kristus. Itu yang kelima, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, tentang Imanuel.
Yang keenam, Imanuel berarti memberi teladan yang nyata bagi kerohanian kita. Allah yang beserta kita itu bukan Allah yang hanya bicara saja, Allah yang ngomong saja, tanpa ada prakteknya. Allah di sorga mempraktekkan kasih-Nya yang begitu besar sehingga ada Yohanes 3:16, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Allah Bapa melakukan sesuatu, Allah Bapa melakukan firman yang Dia ucapakan. Yesus Kristus melakukan, Roh Kudus melakukan. Dialah hamba yang melayani yaitu Yesus Kristus yang menjadi teladan terjelas di dalam kehidupan kita, menjadi teladan kita. Yesus itu adalah teladan yang sempurna sebagai manusia karena Dia betul-betul mau jadi manusia dan di dalam kehidupan-Nya itu Dia tidak berdosa sama sekali. Itu Yesus Kristus, dan itulah teladan hidup kita. Teladan hidup kita yang utama itu bukan orang tua kita, bukan sesama kita, bukan teman kita, bukan diri kita sendiri juga, tapi teladan yang utama itu adalah Yesus Kristus. Maka kalau kita lihat di gereja ada yang lain bersamaan dari hamba Tuhan, dari pengurus, dari teman-teman kita, itu bonus. Itu anugerah. Tapi orang Kristen itu teladannya adalah langsung kepada Yesus Kristus. Jangan pikir bahwa, “Ah hamba Tuhan-nya saja berdosa, saya pun berdosa. Raja Daud saja berzinah, saya juga nggak apa-apa lah berzinah.” Lho kok lihat orang ya. Orang jadi teladan hidup kita, jangan. Yang utama adalah Yesus Kristus, yang lain itu adalah bonus. Orang tua kita tidak sempurna tapi ada teladan yang baik itu bonus.
Orang Kristen itu memfokuskan matanya pada Yesus Kristus, teladan Yesus Kristus. Yesus Kristus itu pernah jadi bayi, pernah jadi anak-anak, pernah jadi remaja, pernah jadi pemuda, dan akhirnya pernah jadi dewasa. Memang Yesus Kristus tidak pernah jadi orang tua ataupun kakek nenek karena itu tidak perlu. Untuk taat kepada Allah Bapa sesuai dengan firman Tuhan untuk serupa dengan Yesus Kristus itu tidak perlu menjadi orang tua, tidak perlu menjadi kakek, nenek. Yesus Kristus sempurna. Lalu kita yang menjadi orang tua bahkan menjadi kakek nenek, di dalam Perjanjian Lama Yakub itu punya cucu begitu banyak, itu bonus, itu anugerah. Kita hidup seorang diri pun sampai kita tua nggak apa-apa, kita tetap bisa serupa dengan Yesus Kristus. Kita dipanggil selibat pun nggak apa-apa. Apa salahnya sih selibat? Apa salahnya sih mejadi seorang laki-laki yang sendiri dan akhirnya mati? Apa sih salahnya menjadi seorang perempuan sendirian terus dan akhirnya mati? Nggak ada salah. Yesus sudah memberi teladan. Bonus jika kita bisa menikah, punya anak, punya cucu, punya cicit bahkan. Karena itu perintah Tuhan bagi semua manusia. Yesus tidak diperintahkan untuk beranakcucu dan bertambah banyak. Yesus tidak diperintahkan untuk menjadi orang tua, menjadi kakek. Yesus diperintahkan Allah Bapa untuk mati menanggung hukuman dosa kita. Maka dari itu kita bersyukur, kita yang dipanggil selibat, kita yang dipanggil untuk menjadi orang tua, menjadi suami istri, menjadi anak sekalipun, memiliki cucu, puji Tuhan, bersyukur. Itu teladan Yesus Kristus bagi kerohanian kita.
Yang ketujuh, yang terakhir tentang Imanuel, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, Allah itu ada di tengah-tengah kita. Dan kita bisa melihat juga kepada Yesus Kristus 2000 tahun yang lalu. Mata rohani kita, iman kita memandang kepada kejadian 2000 tahun yang lalu bagaimana Yesus lahir dari anak dara Maria dan dari Roh Kudus lahir menjadi anak manusia yang turut merasakan segala kelemahan dan penderitaan manusia melalui inkarnasi. Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ada gambaran tentang inkarnasi yang kita bisa lihat atau pelajari. Inkarnasi gambarannya itu adalah hidup bersama budaya tertentu. Itulah kenapa Paulus itu disebut sebagai orang yang menghidupi dengan spiritualitas inkarnasi. Maksudnya apa? Dia itu mengabarkan Injil kepada orang Yunani, dia hidup seperti budaya Yunani, dia hidup seperti budaya Yahudi, dia hidup di mana-mana, dia mau berubah mempelajari budaya tertentu yang memang baik, yang memang bukan berdosa, dia hidup belajar menjadi orang tersebut. Untuk apa? Untuk memperkenalkan inkarnasi yang sejati itu Yesus Kristus. Inkarnasi Yesus Kristus bisa diperkenalkan dengan spiritualitas inkarnasi juga.
Kalau kita nggak mengenal spiritualitas inkarnasi, kita nggak akan bisa mengabarkan Injil kok. Kalau kita tidak mengasihi anak-anak, bagaimana kita mau, bisa menjadi guru Sekolah Minggu? Harus ada kasih kepada anak-anak, harus ada belajar kita seperti anak-anak, memahami kelas balita itu seperti apa, 1-2 SD seperti apa, 3-4 SD seperti apa, 5-6 SD seperti apa, baru kita bisa menginjili. Kita tidak diminta spiritualitas yang menjadi leader, “Pokoknya semua ikuti saya.” Salah. Kita belajar memahami mereka, kita injili dia supaya dia mengikut kepada Kristus. Itulah kerohanian kita. Mempengaruhi orang supaya mengikuti Kristus bukan mengikuti kita. Kita ini berdosa kok. Lemah. Sudah ikut Yesus saja masih banyak dosa, kita mau ajak orang supaya ikut kita? Ngapain. Kepedean ya. “Ayo kayak saya, saya rajin ikut Pendalaman Alkitab, rajin ibadah, rajin pelayanan, kayak saya dong. Masak kayak saya nggak bisa?” Jangan. Tuntut orang itu serupa dengan Kristus, jangan serupa dengan kita yang berdosa. Paulus pernah mengatakan juga bahwa ikutlah aku seperti aku meneladani Yesus Kristus. Itulah hidup bersama di budaya tertentu. Yesus inkarnasi, Yesus hidup di dalam budaya Yahudi, lahir di kota Betlehem, besar di Nazaret, provinsi Yudea, hidup dalam masyarakat tersebut, ada yang bertani, berternak, Yesus sendiri menjadi tukang kayu. Itu wujud spiritualitas inkarnasi.
Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ada kisah yang mirip dengan inkarnasi yaitu ada seorang wanita bernama Marina Chapman, lahir sekitar tahun 1950. Dia adalah seorang wanita Inggris kelahiran Kolombia yang dikenal karena klaimnya bahwa dia menghabiskan sebagian besar masa kecilnya itu di dalam hutan. Jadi masa kanak-kanaknya itu dia di hutan, sendirian. Di hutan sendirian bagaimana dia bisa hidup melewati masa kanak-kanaknya? Yaitu dia hidup bersama dengan koloni monyet Capuchin. Chapman mengatakan bahwa ketika dia berusia kira-kira 5 tahun dia itu dicuri, diambil dari desanya, diambil misalkan ini ada anak kecil lalu diambil oleh orang terus entah kenapa akhirnya si anak kecil tersebut dibiarkan di hutan demikian, entah karena alasan apa. Sehingga umur 5 tahun, masih bingung, belum bisa berbahasa, dia menghabiskan beberapa tahun berikutnya mengikuti kumpulan-kumpulan monyet tersebut. Jadi kayak seperti monyet. Nggak bisa berbahasa, dia dibimbing oleh monyet-monyet itu. dan kemudian ada pemburu di hutan melihat anak kecil perempuan itu dan akhirnya menyelamatkannya. Pada saat itu dia nggak bisa memiliki bahasa manusia. Bahasa monyet mungkin dia mengerti, tapi bahasa manusia belum bisa.
Pemburu itu mengambil dia di masa kecilnya kemudian menurut si Chapman itu di masa kecilnya dia dijual ke rumah bordir, dijual jadi ke tempat pelacuran kemudian tinggal di jalanan kemudian masa kecilnya dia menjadi budak dari sebuah keluarga mafia. Itu masa kecilnya ya ada ya kisah seperti itu begitu mengerikan, begitu menyedihkan. Dan akhirnya seorang tetangga itu menyelamatkan kesulitannya, dia mengadopsi Marina Chapman ketika berusia 14 tahun akhirnya dipelihara, dididik dengan baik dan akhirnya ketika dia sadar ketika besar dia cerita demikian bahwa masa kecilnya pernah dipelihara oleh monyet, hidup seperti monyet gitu ya. Dan akhirnya dia bisa dibebaskan, dan akhirnya National Geographic membuat film dokumenter berjudul Woman Raised by Monkeys. Ini ada filmnya kayak gitu ya. Kurang lebih itu gambaran bagaimana seseorang itu hidup memiliki spirit inkarnasi kayak gitu ya.
Hidup seperti orang tersebut. Untuk apa? Untuk memperkenalkan kepada Yesus Kristus. Di dalam Yesaya 7:14 mengatakan bahwa, “Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel.” Bapak, Ibu, Saudara sekalian konteks nubuatan ini adalah pada masa pemerintahan Kerajaan Yehuda oleh Raja Ahas bin Yotam bin Uzia, Raja Aram dan Raja Israel sedang menyerang ke Yerusalem. Kita tahu Kerajaaan Israel Utara itu ibu kotanya Samaria, Kerajaan Israel Selatan itu Yehuda ya, sebutannya Kerajaan Yehuda ibu kotanya Yerusalem mereka perang saudara kurang baik relasinya dan Raja Israel, Kerajaan Israel berkolaborasi dengan Raja Aram untuk menyerang Raja Yehuda. Waktu itu dipimpin oleh Ahas Kerajaan Yehuda ya. Namun Raja Aram dan Raja Israel tidak bisa mengalahkan Yerusalem, kenapa? Jawabannya adalah Imanuel karena Allah beserta dengan Kerajaan Yehuda.
Ketika mendengar bahwa Kerajaan Yehuda akan diserang sebenarnya Raja Ahas itu takut sekali, gemetar. Waduh 2 raja itu mau menyerang Kerajaan Yehuda, takut bahkan Aram telah berkemah di wilayah Efraim sudah berkemah, sudah siap menyerang, Bapak, Ibu, Saudara sekalian. Tetapi di Kerajaan Yehuda itu ada Nabi Yesaya yang mengatakan bahwa kamu pergi ke luar bertemu dengan Ahas. Kamu, Yesaya, bertemulah dengan Ahas bersama dengan Syear Yasyub, anak laki-laki Yesaya ya dan katakan kepada Ahas agar jangan takut tetapi majulah perang melawan Aram dan Israel. Ini ya konteksnya seperti ini. Tuhan melanjutkan firman-Nya bahwa Yesaya, Ahas melalui Yesaya ya, “Ahas mintalah suatu pertanda dari Tuhan,” minta. Minta suatu tanda ya. Biasanya kan kita diperingatkan hati-hati kalau minta tanda ya tanda dari Tuhan ini kehendak Tuhan atau bukan. Kita sudah ada firman Tuhan loh yang menuntun kehidupan kita, hati-hati kalau minta tanda kepada Tuhan itu nggak apa-apa, hati-hati itu nggak apa-apa tetapi bukan berarti tidak boleh meminta tanda. Pada kasus ini Tuhan meminta atau memerintahkan kepada Ahas itu mintalah suatu pertanda dari Tuhan.
Tetapi Ahas berkata, “Aku tidak mau meminta, aku tidak mau mencobai Tuhan.” Wah ini sombong rohani. Tuhan berkata melalui Nabi Yesaya untuk kepada Ahas, “Ahas coba minta tanda kepada Tuhan. Ini kan lagi kondisi yang genting kan, kondisi kamu Kerajaan Yehuda mau diserang, minta tanda.” Ahas dengan rohaninya mengatakan, “Wah aku nggak mau minta tanda deh. Aku rohaninya sudah dewasa. Aku nggak mau mencobai Tuhan, nggak mau meragukan penyertaan Tuhan, nggak mau meragukan kebaikan Tuhan. Udah aku nggak mau minta tanda, nggak mau berdoa.” Ahas tidak taat. Dia pikir tidak meminta tanda itu baik dan kalau meminta tanda itu mencobai Tuhan. Padahal di sini dengan jelas dikatakan Tuhan meminta Ahas itu supaya meminta tanda kepada Tuhan dan akhirnya Yesaya berkata kepada Raja Ahas, “Baiklah dengarkan, hai keluarga Daud! Belum cukupkah kamu melelahkan orang, sehingga kamu melelahkan Allahku juga?” Dan disitulah Yesaya 7:14 mengatakan, “Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel.”
Justru dari kisah Raja Ahas tersebut Bapak, Ibu, Saudara sekalian Yesaya menubuatkan pertanda bahwa Mesias akan hadir dari perempuan perawan mengandung Yesus Kristus seorang anak laki-laki dan dia akan menamakan Dia Imanuel. Maria akan menamakan Yesus Imanuel. Pada ayat ini Yesaya berkata kepada Ahas firman Tuhan bicara bahwa Allah itu beserta dengan kita dan nubuatan itu tergenapi kurang lebih 700 tahun setelah Raja Ahas. Ini ayat yang pertama ya yang kita bahas Yesaya 7:14.
Kemudian ayat yang kedua yang kita bahas yaitu Yesaya 8:5-10, “TUHAN melanjutkan lagi firman-Nya kepadaku: “Oleh karena bangsa ini telah menolak air Syiloah yang mengalir lamban, dan telah tawar hati terhadap Rezin dan anak Remalya, sebab itu, sesungguhnya, Tuhan akan membuat air Sungai Efrat yang kuat dan besar, meluap-luap atas mereka, yaitu Raja Asyur dengan segala kemuliannya; air ini akan meluap melampaui segenap salurannya dan akan mengalir melampaui segenap tebingnya, serta menerobos masuk ke Yehuda, ibarat banjir yang meluap-luap hingga sampai ke leher; dan sayap-sayapnya yang dikembangkan akan menutup seantero negerimu, ya Imanuel!” Ketahuilah, hai bangsa-bangsa, dan terkejutlah, perhatikanlah, ya segala pelosok bumi, berikatpingganglah dan terkejutlah; berikatpingganglah dan terkejutlah! Buatlah rancangan, tetapi akan gagal juga; ambillah keputusan, tetapi tidak akan terlaksana juga, sebab Allah menyertai kami!”
Ini ayat yang kedua tentang Imanuel Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ini adalah firman Tuhan yang berlanjut lagi melalui Nabi Yesaya bahwa bangsa Asyur akan menyerbu Kerajaan Yehuda karena Yehuda sudah tidak taat kepada firman Tuhan, tidak bertobat, dan Tuhan melaksanakan penghukuman-Nya dengan penjajahan atau penyerangan kepada Bangsa Asyur. Tuhan hukum umat-Nya, Tuhan kasih tahu supaya umat-Nya ini bertobat. Tuhan membuat hukuman itu yaitu Raja Asyur dengan kemuliannya akan menerobos masuk ke Yehuda ibarat banjir yang meluap-luap ya ibarat banjir yang meluap-luap sampai ke leher orang Yehuda akan menderita. Ini penghukuman Tuhan. Sampai dikatakan ya Imanuel, ya Tuhan yang beserta kami kok bisa sih kami mengalami penghukuman besar seperti ini? Kok bisa Tuhan mau membiarkan penderitaan itu ada dalam hidup kami? Akhirnya mereka sadar mereka bertobat, mereka tahu, “Oh iya ini karena dosa-dosa orang Yehuda sendiri.” Tetapi pembalikan dari penghukuman Tuhan ini ada di ayat 8-10 ya begitu indah. Meskipun bangsa Asyur sudah menjajah, membuat Israel menderita, tapi Israel tidak akan habis, Yehuda tidak akan habis. Mereka justru merencanakan segala penyerangan itu bisa gagal. Rancangannya gagal, ambillah keputusan tetapi tidak terlaksana juga sebab Allah menyertai kami.
Oh ini luar biasa ya, Bapak, Ibu, Saudara sekalian. Allah yang menyertai kita itu membuat keputusan kita itu berhasil. Allah yang menyertai kita membuat rancangan-rancangan kita juga akan berhasil. Rancangan yang apa? Yang berdosa? Yang tidak sesuai kehendak Tuhan? Tidak. Rancangan dan pemikiran dan keputusan yang perlu kita pikirkan dan lakukan adalah rancangan yang berdasarkan firman Tuhan maka pasti berhasil. Bagaimana supaya kita bisa memikirkan rencana ke depan? Rancangan ke depan? Keputusan kita ke depan supaya bisa berhasil dan disertai oleh Tuhan? Yaitu kembali kepada firman Tuhan. Cari tahu kehendak Tuhan. Paling sederhana adalah mencari tahu kehendak Tuhan adalah apakah keputusan ini demi kemuliaan Tuhan atau tidak? Apakah rencana ini demi kebaikan manusia untuk memuja Tuhan, menyembah Tuhan atau tidak? Itu ya. Mencari kehendak Tuhan. Ini luar biasa ya
Dan ayat ketiga yaitu Matius 1:23 ayat terakhir menjadi pembahasan kita, Bapak, Ibu, Saudara sekalian. Matius 1:23 ini adalah penggenapan nubuatan tentang Imanuel, “Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel” – yang berarti: Allah menyertai kita.” Konteks perkataan ini disebutkan oleh malaikat Tuhan yang nampak pada mimpi Yusuf, suami Maria. Malaikat itu mengatakan bahwa anak dalam kandungan Maria adalah dari Roh Kudus. Namanya harus dinamakan Yesus karena Yesuslah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka. Ini adalah penggenapan dari nubuatan Nabi Yesaya yang dikatakan di dalam Yesaya yang sudah kita bahas tadi. Jadi Yesus Kristus adalah penggenapan nubuatan dari tentang Imanuel ya. Penggenapan nubuatan tentang Imanuel. Yesus adalah Allah yang beserta kita, hadir bersama-sama dengan kita dan hidup sama seperti kita. Yesus mau menyelamatkan kita. Imanuel berarti pribadi yang menjadi kunci untuk menyelamatkan manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa. Yesus itu 100% manusia. Yesus juga 100% Allah. Ketika Yesus 100% sebagai manusia, Dia lahir di Betlehem, Dia lahir seperti manusia. Sembilan bulan di kandungan di dalam prosesnya Dia lahir dengan gender laki-laki.
Mari kita sama-sama baca 1 Timotius 3:16 Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ini adalah ayat yang menjelaskan tentang Yesus Kristus, “Dan sesungguhnya agunglah rahasia ibadah kita: “Dia, yang telah menyatakan diri-Nya dalam rupa manusia, dibenarkan dalam Roh; yang menampakkan diri-Nya kepada malaikat-malaikat, diberitakan di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah; yang dipercayai di dalam dunia, diangkat dalam kemuliaan.”” Inilah apa? Rahasia ibadah kita. Kita bisa ibadah tanpa ketakutan, bisa ibadah pada hari ini, mendengarkan firman Tuhan itu karena apa? Karena Yesus yang menjelma jadi manusia.
Di sini kita bisa lihat 6 ciri dari misteri ibadah kita. Ibadah orang Kristen adalah sebuah misteri yang seringkali tidak dimengerti oleh orang Kristen sendiri atau pun orang di luar Kristen karena apa? Karena kita beribadah itu kepada siapa? Pusatnya kepada siapa? Yesus Kristus, firman Tuhan. Dalam bahasa Inggris ini lebih jelas ya. Saya akan bacakan 1 Timotius 3:16 English Standard Version mengatakan bahwa “Great indeed,” sungguh-sungguh agung, sungguh-sungguh besar, “we confess,” kalau di dalam bahasa Indonesianya nggak ada we confess-nya kan. Sesungguhnya agunglah rahasia ibadah kita. “Great indeed, we confess, is the mystery of godliness.” Misteri kesalehan, misteri ibadah.
Ada 6 ciri dari misteri ibadah yang kita bisa lihat dalam ayat ini. Pertama He was manifested in the flesh. Yesus itu dimanifestasikan di dalam daging, maka ibadah yang benar itu dalam daging, itu ibadah, kesalehan yang benar itu dalam daging. Ibadah online itu bukan kesalehan yang sejati. Nggak dalam daging, dalam elektronik itu ya. Gimana kita ibadah dalam elektronik? Yesus jelma jadi manusia, beribadah kepada Allah. Kita beribadah depan elektronik. Itu memang bukan ibadah yang sejati. Itu hanya pertolongan bagi masa-masa kritis itu toleransi Tuhan kalau kita bisa ibadah online. Itu anugerah tambahan, bonus. Tapi sebenarnya ibadah yang sejati, mystery of godliness ini adalah He was manifested in the flesh, Yesus itu bermanifestasi di dalam daging, kita pun beribadah di dalam daging.
Yang kedua vindicated by the Spirit. Dibenarkan dalam Roh. Ibadah yang sejati itu berdasarkan Roh Kudus, doa kepada Tuhan. Ini tentang Yesus Kristus ya. Ketiga seen by angels. Yesus Kristus itu dilihat oleh roh, malaikat-malaikat melihat Yesus Kristus karena Yesus Kristus itu begitu suci, begitu agung. Allah Bapa itu memfokuskan kasih-Nya kepada Yesus Kristus, malaikat-malaikat heran kok bisa sih? Siapa Yesus Kristus itu? Dilihat oleh para malaikat. Ciri yang keempat proclaimed among the nations. Diberitakan di dalam bangsa-bangsa itu Yesus Kristus ya. Believed on in the world, dipercaya ya dipercaya di dalam dunia. Ini Yesus Kristus. Dan kemudian taken up in glory, diangkat dalam kemuliaan. Ini adalah Yesus Kristus ya, ibadah yang sejati, misteri Yesus Kristus pusat ibadah kita yaitu Dia adalah Imanuel.
Yesus sebagai Imanuel melakukan hal-hal yang begitu besar dan begitu mengharukan bagi kita. Dia mendampingi kita semua di dalam masa-masa suka dan duka kita, di dalam lika-liku kehidupan kita Yesus ada bersama-sama dengan kita. Dia menyelamatkan kita dari kebinasaan, Yesus memberi kemenangan dalam peperangan rohani kita yang kita hadapi. Yesus memberi kekuatan kita untuk melawan dosa, melawan dunia, melawan kedagingan, betapa pentingnya Yesus Kristus di dalam kehidupan kita. Maka dari itu, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, marilah kita memiliki hidup yang serupa dengan Yesus Kristus. Di dalam amanat agung-Nya Yesus Kristus mengatakan bahwa Dia akan berjanji menyertai kita sampai akhir zaman ketika kita sungguh-sungguh mau mengikuti Yesus Kristus, mau pergi beritakan Injil mengajar firman Tuhan dan menjadi berkat bagi banyak bangsa. Yesus Kristus katakan, “Ketahuilah Aku akan menyertai kamu sampai kepada akhir zaman.” Sungguh ajaib Sang Imanuel itu, Allah yang menyertai segala kehidupan kita, Yesus dekat dengan kita, Allah dekat dengan kita, Yesus hadir bersama-sama dengan kita, Allah melawat umat-Nya, Yesus begitu peduli, Roh Kudus memberikan pimpinan-Nya. Itulah karya keselamatan yang begitu besar dalam kehidupan kita.
Bapak, Ibu, Saudara sekalian, apa yang sekarang kita bisa lakukan ketika kita menyadari Sang Imanuel itu? Mari kita senantiasa sadar terhadap penyertaan Tuhan dalam kehidupan kita masing-masing. Segala aktivitas kita di situ ada tangan Tuhan bekerja. Kita akan bisa mengucap syukur ketika kita sadar ini karena Tuhan, aku bisa hidup sampai sekarang karena Tuhan. Kita pun bersyukur bahwa kalau kita mau beserta dengan Allah, kita pun harus mencari Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, meminta pertolongan Roh Kudus. Kita berdoa supaya kita disertai Tuhan senantiasa dan kita pun bisa beserta dengan Tuhan dan bukan hanya itu, kita pun bisa membawa orang-orang lain bisa melihat keagungan penyertaan Tuhan ini. Belajar agar kita juga bisa sungguh-sungguh beserta dengan Tuhan dan juga bisa mendampingi mereka yang membutuhkan, menolong mereka yang kekurangan dan juga berbuat baik kepada sesama. Itulah natal ya. Itulah Imanuel.
Tunjukkanlah kita itu betul-betul disertai Tuhan Bapak, Ibu, Saudara sekalian. Orang pasti bisa lihat penyertaan Tuhan jika kita melakukan yang terbaik untuk Tuhan. Di dalam bisnis kita, kita kasih yang terbaik supaya apa? Supaya orang yang menikmati bisnis kita bisa melihat penyertaan Tuhan. Waktu kita sebagai karyawan di kantor, kita juga doing the best. Lakukan segala sesuatu seperti untuk Tuhan. Ketika kita lakukan sesuatu untuk Tuhan yang the best dari kita saya yakin orang pun bisa melihat, “Oh ada penyertaan Tuhan atas diri kita.” Iya kan Bapak, Ibu, Saudara sekalian, bukankah itu yang kita harapkan waktu kita memilih studi kita, pendidikan kita, lembaga pendidikan, tempat makan, rumah? Kita ingin yang the best, dan ketika kita lakukan yang the best, itu pun Tuhan bisa memakai bahwa orang pun bisa melihat ada penyertaan Tuhan.
Hiduplah di dalam presence of God istilah latinnya adalah coram deo ya. Coram deo itu hidup di hadapan Tuhan. Kalau kita hidup di hadapan Tuhan, gereja kita itu betul-betul menghormati kehadiran Tuhan Bapak, Ibu, Saudara sekalian. Orang akan mengatakan bahwa ibadah di GRII Yogyakarta ada penyertaan Tuhan, kita disertai Tuhan. Setelah keluar dari tempat ini kita bisa membagikan penyertaan Tuhan kepada orang-orang di sekitar kita. Kiranya kita bisa terus hidup bersama dengan Tuhan. Mari kita sama-sama berdoa.
Bapa kami yang di sorga, sertailah kami, tolonglah kami untuk bisa juga beserta dengan Tuhan. Ajar kami melihat kehadiran Tuhan di dalam kehidupan kami. Engkau adalah Allah yang baik, Allah yang menjadi sahabat kami, Allah yang membimbing melindungi kami, Allah yang mau bersekutu dengan kami, Allah yang mau ada ditengah-tengah kami, Allah yang mau mengerti segala penderitaan dan kelemahan kami. Terima kasih, Tuhan untuk penyertaan Tuhan yang begitu besar dalam kehidupan kami. Ajar kami, Tuhan sungguh-sungguh melihat setiap hal itu setiap hal yang baik dalam dunia ini itu semua adalah karena penyertaan Tuhan. Ada tangan Tuhan bekerja di dalam seluruh dunia ini. Pimpinlah kami, Tuhan. Kiranya kami juga bisa membagikan penyertaan Tuhan kepada orang-orang yang mungkin sedang kesepian, yang sendiri, kami bisa datang kepada mereka, mendoakan mereka, berbagi kasih dan juga menyatakan Yesus Kristus hidup di dalam hidup kami. Terima kasih, Tuhan untuk firman Tuhan pada pagi hari ini. Dalam Nama Tuhan Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kami yang hidup, kami sudah berdoa. Amin. (KS)
Transkrip khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah