Jangan Menghina Manusia Ciptaan Tuhan, 8 Mei 2022

Yak 2:5-7

Vik. Nathanael Marvin, M.Th.

Bapak, Ibu, Saudara sekalian, tema khotbah kita pada hari ini adalah “Jangan Menghina Manusia.” Jangan menghina manusia ciptaan Tuhan. Di dalam kehidupan manusia sehari-hari, di dalam relasi kita dengan manusia yang lainnya, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ada perbuatan dosa yang dikatakan sebagai emotional abuse atau pelecehan emosional atau melukai perasaan orang. Itu adalah bagian dari perbuatan dosa, tetapi dalam konteks apa, Bapak, Ibu, Saudara sekalian? Dalam konteks yang betul-betul jahat, betul-betul sengaja, betul-betul ingin melukai perasaan orang. Bagi kita, istilah emotional abuse ini tidak terlalu familiar tetapi perbuatannya itu terjadi sehari-hari di dalam kehidupan kita. Baik secara sengaja maupun tidak sengaja, seringkali kita melukai perasaan orang dengan tindakan-tindakan kita.

Nah, apakah bentuk dari pelecehan emosional ini, Bapak, Ibu, Saudara-saudara sekalian? Itu bisa berupa seperti ancaman ya. Ancaman-ancaman yang kita berikan kepada teman-teman kita, kepada saudara-saudara kita, kepada keluarga kita. Kita ancam, “Awas kamu ya, kalau tidak lakukan keinginan saya, akan kubenci kamu! Kupukul kau! Aku akan melukai kamu!” Wah, diancam. Mengancam sesama. “Kalau tidak mau melakukan A, aku akan melakukan B!” Wah, langsung orang itu tidak ada kehendak bebas lagi, langsung orang itu ditekan perasaannya, kehendak bebasnya ditekan sehingga harus menuruti kemauan orang tersebut. Kalau tidak A, maka B itu begitu kaku, begitu keras, begitu kejam.

Ada juga, Bapak, Ibu, Saudara sekalian yang pelecehan kepada emosi, kepada perasaan itu seperti kata-kata kasar atau menyerang, kata-kata menghina orang, keluar semua ya binatang-binatang yang ada di kebun binatang, yang terutama yang dianggap hina, dianggap menjijikkan itu keluar semua ya. “Ular kamu!” Itukan berbahaya ya. Atau binatang-binatang yang kita tahu lainnya, Bapak, Ibu, Saudara, kita keluarkan dari mulut kita demi menghina orang, mencela orang, mencela fisik seseorang. Kemudian, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, pelecehan emosional juga bisa berupa apa? Bisa berupa penolakan, penolakan relasi. Ada seorang Hamba Tuhan pernah bercerita, Bapak, Ibu, Saudara, kalau kita di dalam relasi lawan jenis misal rasa suka terhadap lawan jenis, laki-laki suka kepada perempuan, perempuan suka kepada laki-laki, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, itu sangat rawan dengan penolakan. Menolak itu boleh, kalau kita memang tidak suka, memang kita tidak percaya atau nyaman dengan orang yang ingin kita jadi pasangan kita atau bukan ya, kita bisa tolak, tetapi caranya itu tidak boleh melecehkan dia, caranya itu harus tetap hormat. Tetapi dalam kasus ini, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, penolakan adalah yang sifatnya betul-betul jahat, penolakan yang begitu menghina orang, menolak kepribadiannya, maupun keberadaannya ditolak oleh kita. Itu adalah sebuah emotional abuse ya. Kita menolak relasi dengan orang tersebut, kita menolak ngobrol dengan orang tersebut, menolak kehadiran orang tersebut, mengabaikan, penghinaan, itu adalah sebuah contoh-contoh yang sangat melukai perasaan orang.

Nah, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, penghinaan ini adalah suatu hal yang begitu kejam ya, begitu mengerikan. Meskipun pada dasarnya, sebuah tindakan menghina itu bisa diarahkan sebagai tindakan yang positif ataupun negatif. Tetapi, rata-rata waktu kita katakan kita menghina orang, itu adalah suatu perbuatan yang negatif atau sifatnya dosa. Tetapi bukan berarti, tadi di dalam pembacaan Mazmur, bacaan bertanggapan, Tuhan pun bisa memandang hina manusia, Tuhan pun bisa menghina kita. Karena apa? Karena kita tidak bertobat, karena kita berdosa, kita melakukan dosa-dosa, Tuhan pun bisa hina kita. Dan bukan saja itu, memang, manusia yang berdosa pun sudah menjadi manusia yang hina, kehilangan kemuliaan Tuhan. Tetapi, sebagai manusia yang berdosa, kita tidak boleh menghina ciptaan Tuhan yang baik. Bahkan dalam taraf tertentu, kita pun jangan menghina orang karena perbuatan dosa orang tersebut. Ya, pada dasarnya kita bisa menghina perbuatan dosa orang tersebut, tetapi kita juga bisa tidak menghina perbuatan dosa orang tersebut. Kita justru mengampuni dan mendorong dia supaya bisa kembali kepada Tuhan. Ini adalah suatu pekerjaan yang sulit, dimana kita bisa menempatkan diri apakah kita harus menghina orang, atau pun tidak menghina orang tersebut. Kita menganggap orang tersebut rendah karena perbuatan dosanya, tetapi kita juga tidak menganggap orang itu rendah karena perbuatan dosanya.

Nah, orang yang sombong, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, adalah orang yang menganggap hina orang lain karena perbuatan dosanya, itu pasti. “Dia sudah salah! Aku hina-hina. Dia sudah benar! Aku tidak puji.” Wah, ini adalah standar yang ganda, standar yang berbeda. Kalau mau objektif, dia sudah berdosa, dia salah, OK lah kita hina. Tapi kalau dia melakukan hal yang baik, kita puji, kita dukung. Tapi, sayang sekali manusia berdosa itu suka berat sebelah ya. Kita lebih mudah menghina orang, kita lebih mudah melihat kejelekan orang, dosa orang daripada perbuatan baik orang. Apa sih yang kita omongkan sehari-hari yang bagi kita menarik, Bapak, Ibu, Saudara sekalian? Bagi kita adalah gossip. Itu adalah perbuatan yang, “Kayaknya jelek orang tersebut!” kemudian kita omongkan. Tetapi hal-hal baik, jarang. Nah itu yang perlu usahakan.

Nah, ini Bapak, Ibu, Saudara sekalian, pelecehan emosi adalah sebuah dosa yang tidak menyenangkan sebenarnya, yang betul-betul kita menghina karena bukan dia itu layak dihina. Kita menghina karena dia tidak kita suka, karena keburukan dia, karena kebaikan dia pun kita bisa hina, Bapak, Ibu, Saudara sekalian. Ini adalah perbuatan yang tidak menyenangkan bagi Tuhan maupun sesama. Siapa sih yang suka kalau diri, emosinya, perasaannya itu disakiti orang lain? Siapa yang suka kalau kita itu dicela? Tidak ada ya. Kita tidak suka ditolak, dicuekin. Bahasa Jawanya ya ini pengejekan, dimisuh-misuhin ya. Saya kalau merenungkan kata ini suka lucu sendiri ya. Kalau misuh-misuh itu berarti mau musuh-musuh gitu ya. Mau musuh-musuh orang sama orang itu gampang, misuh-misuhin saja, hina-hina orang, pasti bertengkar. Nah, ini sulit sekali ya.

Tuhan Yesus pernah beri ilustrasi tentang saudara-saudara-Nya yang paling hina. Tuhan Yesus pernah jelaskan suatu gambaran tentang saudara-saudara yang paling hina, seperti apakah itu? Dia ceritakan bahwa di penghakiman terakhir, Yesus akan datang sebagai Raja, Dia akan menempatkan 2 kelompok orang yang memiliki iman yang berbeda. Satu adalah kelompok orang yang dikatakan sebagai “domba-domba” itu akan ditempatkan di sebelah kanan Yesus Kristus. Satu lagi adalah kelompok yang disebut dengan “kambing-kambing” akan ditempatkan di sebelah kiri Yesus Kristus. Lalu Yesus katakan kepada orang -orang yang menolong orang yang hina, yaitu merekalah yang akan menerima Kerajaan Allah. Orang-orang yang menolong sesama, orang-orang yang menghargai orang yang dianggap hina bagi dunia, itu adalah orang-orang yang masuk ke dalam golongan domba, masuk ke dalam Kerajaan Allah, yaitu mereka yang menghargai orang yang dianggap hina bagi dunia. Bagi dunia hina, tapi bagi Tuhan tidak ada yang hina ciptaan Tuhan itu. Makanya kita akan belajar ya, apa sih yang dianggap hina oleh dunia? Dan kenapa dunia itu menghina kelompok orang tersebut?

Yesus memberikan kriteria ya, bahwa orang-orang yang punya Kerajaan Allah ini punya 6 kriteria yang khusus, yaitu apa? Dia menolong orang yang hina. Seperti apakah orang yang hina? Dianggap hina bagi dunia? Yaitu adalah mereka yang lapar, mereka yang haus, mereka yang telanjang, mereka yang tidak punya tempat tinggal, mereka yang disakiti atau sakit, yang sedang mengalami penyakit, atau pun mereka yang ada di penjara. Ini adalah 6 kriteria yang dianggap hina oleh orang-orang dunia. Mereka yang nggak bisa memenuhi makanan dan minuman sehari-hari, mereka yang nggak punya tempat tinggal, mereka yang sakit-sakitan, mereka yang dipenjara, mereka yang adalah orang asing yang nggak punya kenalan siapa-siapa, yang kurang pergaulan itu dianggap hina bagi dunia. Tetapi, justru kalau melakukan pertolongan kepada orang yang dianggap hina ini, orang-orang itulah yang dianggap memiliki Kerajaan Allah.

Yesus katakan, bila kita menolong kelompok orang yang dianggap hina atau rendah ini oleh masyarakat, oleh dunia, maka kita sedang melakukan perbuatan baik kepada Sang Raja atau Yesus Kristus sendiri. Unik ya. Yesus Kristus mengidentifikasi diri-Nya itu sebagai orang yang termasuk golongan orang hina. Dianggap dunia ya, hina karena dunia, pandangan dunia. Yesus mengidentifikasinya sebagai orang yang lapar, yang haus, yang tidak ada orang menerima Dia, orang asing kaya gitu ya, tidak punya tempat tinggal. Yesus juga sakit, banyak disakiti, dan Yesus juga seperti orang yang dipenjara, tidak punya kebebasan di dalam kehidupan-Nya. Ini Yesus mengidentifikasi diri-Nya seperti mereka, orang yang hina. Dan ketika kita melakukan pertolongan kepada orang yang dianggap hina bagi dunia, maka kita sedang melakukan kepada Kristus.

O, ini begitu penting, Bapak, Ibu, Saudara sekalian. Betapa pentingnya kita menolong sesama yang berkebutuhan, yang kesulitan, yang lemah, yang menderita. Itu adalah perbuatan yang kita lakukan kepada Kristus sendiri. Itu adalah perbuatan yang menyenangkan Kristus, menolong atau memberkati orang-orang yang dianggap hina oleh dunia. Bila kita tidak menolong mereka yang sedang kesulitan, itu berarti, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita sedang menghina mereka. Kalau ada orang yang dianggap hina bagi dunia ya, oleh dunia dianggap hina, kemudian ikut menghina, kita sedang menghina Yesus Kristus. Kita tidak hargai manusia ciptaan Tuhan. Manusia ciptaan Tuhan itu adalah suatu favorit-Nya Tuhan sendiri. Tuhan itu begitu bangga kepada manusia ciptaan-Nya. Dan begitu kita hina manusia ciptaan-Nya, itu berarti kita menghina Tuhan sendiri yang sudah menciptakan manusia. Kita hina masakan orang, Bapak, Ibu, saudara sekalian, ini adalah hal yang mengerikan ya. Kalau kita hina masakan orang, kita menghina orang itu kan? “Nggak bisa masak lu!” Kurang lebih gitu. Makanya kita harus selalu puji ya terhadap makanan orang, masakan orang, buatan orang. Demikian juga, waktu kita menghina manusia karena keberadaannya, karena pandangan dunia, kita sedang menghina Tuhan sendiri. Ini adalah perbuatan yang menyakiti perasaan Tuhan. Menyakiti hati sesama kita manusia, yaitu menghina, merendahkan, menjelekkan, mengata-ngatai. Begitu mengerikan dosa ini.

Itu berarti, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, pelayanan kepada orang miskin itu begitu penting. Pelayanan kepada orang-orang yang di rumah sakit itu begitu penting. Pelayanan kepada orang-orang di penjara itu begitu penting, karena Tuhan identifikasi diri-Nya seperti itu. Dari mana kita tahu, kita melakukan sesuatu itu jelas kepada Kristus? Kepada orang-orang miskin, kepada orang-orang di rumah sakit, kepada orang-orang di penjara. Dan bukan saja itu, kapan kita tahu bahwa kita melakukan sesuatu itu kepada Kristus? Yang jelas itu adalah waktu kita datang ke Rumah Kristus, saat ini. Kita ibadah juga kita mau menyenangkan Kristus, bukan menyenangkan diri kita ataupun sesama kita. Kalau mau menyenangkan diri kita atau sesama kita, ke tempat hiburan lah. Kita baru saja liburan ya, liburan Lebaran, itu menyenangkan diri kita, sesama kita. Tapi, waktu datang ke gereja, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita menyenangkan Kristus yang utama. Ya menyenangkan, melakukan sesuatu bagi Kristus, penghormatan kepada Yesus Kristus. Maka, sangat penting bagi gereja untuk memiliki pelayanan-pelayanan tersebut ya, kepada orang miskin. Nah, ini yang memang belum dikerjakan ataupun sudah dikerjakan ya, tapi baru sedikit dampaknya di dalam GRII. Kepada rumah sakit, kita melayani rumah sakit. Bahkan baru-baru ini kan kita, Gereja Sinode GRII, mendirikan Klinik Samaritan. Baru satu. Sudah berdiri 30 tahun, baru 1 pelayanan mendirikan klinik yang terbaik bagi orang-orang miskin ya. Klinik ini juga adalah pelayanan kepada Kristus.

Juga pelayanan kepada penjara. Nah ini yang sudah diabaikan oleh orang-orang Kristen selama pandemi ini ya. Memang kita tidak bisa juga mengunjungi orang-orang di penjara karena keterbatasan protokol kesehatan itu. Tetapi bukan berarti kita mengabaikan mereka. Minimal kita doakan. Doakan orang-orang yang ada di penjara. Orang-orang yang ada di penjara belum tentu adil ya, belum tentu dosa mereka apa itu mereka harus dipenjara begitu lama. Bisa saja ada kasus suap menyuap, ada kasus politik, ketidakadilan terjadi, dia harus dipenjara gitu ya, bukan karena keadilan, tapi karena kejahatan orang-orang sekitarnya. Nah, itu kita perlu doakan.

Di bagian ini, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, Yakobus memberikan nasihat yang begitu penting berkaitan dengan orang-orang yang dianggap miskin atau dianggap hina oleh dunia, barusan ya, yang kita baca. Orang-orang yang seperti apakah mereka? Orang-orang yang memang dianggap hina, dianggap marginal, dianggap miskin. Padahal kita tidak boleh minder atau malu ketika kita memang diijinkan Tuhan untuk berkekurangan. Berkekurangan itu tidak dosa, miskin itu tidak dosa, faktanya. Memang kemiskinan bisa akibat dari dosa, tetapi orang yang miskin tidak selalu karena kesalahan mereka. Orang yang sakit juga tidak selalu karena dosa, kok. Ya, karena naturnya memang sudah berdosa, alam ini sudah berdosa. Orang yang di penjara pun, belum tentu karena dosa mereka, kok. Meskipun ada bagian dari kesalahan mereka, tetapi bukan berarti kita anggap hina mereka semua. Bukan berarti kita jauhi orang-orang yang dianggap miskin marginal oleh dunia ini.

Yakobus 2:5a, di situ dikatakan, “Dengarkanlah, hai saudara-saudara.” Dengarkanlah. Nah, ini saya teringat, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, bicara soal nasihat ya. Kalau ada nasihat yang begitu penting, biasanya kita tidak langsung omongkan ya, biasanya kita kasih introduksi dulu, “Dengar baik0baik. Lihat baik-baik. Perhatikan baik-baik.” Nah, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, di sini Yakobus sangat menekankan sekali untuk bisa menghargai sesama. Dan juga menghargai perbuatan baik kepada orang-orang yang dianggap hina oleh dunia. Perbuatan baik itu harus nyata dalam kehidupan sehari-hari orang Kristen. Nasehat ini dimulai dengan kata “Dengarkanlah” Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ini sebuah kata yang sebenarnya unik ya, sangat unik.

Pdt. Stephen Tong pernah menjelaskan tentang perbedaan 2 budaya besar di dalam Bumi ini, yaitu budaya dengar dan budaya lihat. Budaya dengar ini muncul dari Perjanjian Lama ya. Perjanjian Lama ini orang-orang Yahudi itu menekankan budaya mendengar. Oleh karena itu ada Shema Yisrael, “Dengarkanlah hai Israel! Allah itu Esa. Kasihilah segenap hatimu kepada Allah. Kasihilah Allahmu dengan sungguh-sungguh dan kasihilah sesamamu manusia.” Ini harus kita dengar baikbaik. Ini pun sama ya, yang Yakobus tekankan ini suatu perintah kasih, mengasihi orang-orang yang marginal, bukan mengasihi orang-orang yang layak dikasihi atau bukan mengasihi musuh, tetapi mengasihi orang-orang marginal. Ini adalah perlakuan yang berbeda. Kalau Yesus ajarkan, “Kasihilah musuhmu. Doakanlah mereka.” Itu adalah suatu tingkatan hal yang sulit juga ya. Paling sulit, mengasihi musuh. Mengasihi sesama yang berbuat baik kepada kita itu mudah. “Kalau dia baik, saya baik.” Semua orang juga bisa melakukan hal itu. Tetapi, yang terabaikan adalah mengasihi orang-orang yang marginal. Orangorang yang dianggap hina oleh dunia. Ini seringkali kita abaikan.

Nah, di dalam budaya besar ini, di dalam Gerika, budaya Yunani itu menekankan penglihatan. Makanya, penelitian-penelitian itu muncul dari Barat, Yunani. Negara-negara Barat adopsi dua budaya ini. Budaya dengar, budaya lihat mereka adopsi, sehingga budaya Barat itu menjadi budaya yang maju dengan cepat, maju dengan luar biasa, dalam teknologi maupun informasi. Nah, maka dari itu, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita lihat, semua budaya yang baik kita harus betul-betul ikuti dan pelajari. Budaya melihat, melihat dengan detail, objektif, gitu ya, mendengar dengan sungguh-sungguh. Dan juga, kalau di dalam budaya Yahudi, yang dikatakan “telah mendengar” itu adalah sudah melakukan. Jadi sebelum kita melakukan apa yang kita dengar, itu belum mendengar. Sama, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, budaya Yunani juga ya, sebelum kita melihat dan kemudian mengerti, kita belum benar-benar melihat. Budaya Yunani itu sangat menekankan pengertian. Dengan melihat sesuatu, kita bisa mengerti sesuatu, mengenal objeknya seperti apa, besarnya seperti apa, karakteristiknya seperti apa itu dengan melihat. Nah, ini adalah budaya orang Kristen, Bapak, Ibu, Saudara sekalian. Alkitab itu Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru itu orang Kristen sungguh-sungguh menekankan, “Ayo dengar!” Dengar Firman Tuhan, “Ayo lihat!” Lihat teladan Yesus Kristus, lihat teladan dari Tuhan sendiri, ketika menjelma menjadi manusia. Dengar Firman Kristus, lihat diri Kristus. Ini adalah teladan orang Kristen.

Yakobus katakan “Dengarkanlah!” Ini sebuah pembukaan yang begitu penting, dan Yakobus mengatakan di ayat 5b, Yakobus 2:5b, di situ dikatakan sebuah kata, “Bukankah Allah memilih orang-orang yang dianggap miskin oleh dunia ini untuk menjadi kaya dalam iman dan menjadi ahli waris Kerajaan yang telah dijanjikan-Nya kepada barangsiapa yang mengasihi Dia?” kata “Bukankah” ini dipakai 4x dalam perikop ini. Ini adalah kata “Bukankah” yang kedua ya, yang Yakobus jelaskan bahwa ini adalah sebuah fakta. Waktu kita ngomong “bukankah” ini bicara menyatakan sebuah kebenaran fakta yang memang demikian terjadi. Maka kita sebut “bukankah”. Bukankah dia orang Kristen? Bukankah IMB Gereja Jogja itu terbit menjelang Lebaran? Kaya gitu ya, menjelang libur Lebaran. Dan kemudian “bukankah” ya, “Bukankah-bukankah” ini bicara soal bahasa yang menekankan sebuah kebenaran.

Dan di sini, di dalam ayat-ayat pembahasan kita, kita akan bahas bahwa “bukankah” yang pertama ya, di ayat 5b, Yakobus 2:5b di situ ditekankan, “Bukankah Allah itu memilih?” Jadi Allah itu betul-betul memilih orang-orang yang dianggap miskin oleh dunia untuk kaya dalam iman dan jadi ahli waris Kerajaan yang telah dijanjikan-Nya pada barangsiapa yang mengasihi Dia. Kebenaran dari ayat ini, kita bisa melihat bahwa Allah kita adalah Allah yang memilih, bukan Allah itu menerima semuanya ya. Allah itu memilih semuanya, nggak, Tuhan itu memilih sebagian orang. Sebagian orang yang dianggap hina dipilih oleh Tuhan, kemudian dijadikan kaya secara iman. Itu adalah pemilihan Tuhan.

Banyak orang beranggapan bahwa kalau kita memilih yang satu, dan bukan yang lain, itu berarti tidak adil. Kalau kita memilih satu, lalu bukan memilih yang lain itu tidak adil, padahal tidak demikian. Waktu Tuhan pilih sebagian orang miskin yang dianggap hina oleh dunia ini, itu bukan berarti Allah tidak adil, bukan berarti Allah itu salah ya, tidak tentu. Allah itu adil ketika Allah memilih sebagian orang, Allah juga tetap adil kepada banyak orang. Allah adalah Allah yang memilih. Dan kita bisa lihat sudah dijelaskan oleh Alkitab bahwa Allah itu memilih Yakub, dan bukan Esau. Allah itu memilih bangsa Israel dan juga bukan bangsa-bangsa yang besar. Dan ketika Allah pilih, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, biasanya Allah itu memilih yang dianggap hina. Yakub itu lebih muda dari Esau. Yakub ini anak yang rumahan. Israel ini, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, apakah Israel bangsa yang besar? Bangsa yang hebat begitu? Nggak, bangsa Israel itu adalah bangsa yang kecil, yang hina, dianggap hina oleh dunia tapi dipilih Allah. Allah pilih bangsa Israel, bukan bangsa Filistin ya. Dia pilih kasih kepada sebagian orang yang memang Dia berikan kasih-Nya dan pemilihan-Nya. Dia memberikan upah kepada orang yang Dia kasihi, Dia berikan berkat-Nya. Tetapi kepada orang lain juga, Tuhan tetap memberikan anugerah umum-Nya. Bukan berarti Tuhan itu pelit. Tetapi Dia juga memberikan, menyatakan keadilan-Nya kepada semua orang.

Mari kita lihat Ulangan 7:7-8, Bapak, Ibu, Saudara sekalian. Kita baca bersama-sama. Ini kita belajar tentang pemilihan Allah ya. Ulangan 7:7-8, saya akan bacakan untuk kita semua, “Bukan karena lebih banyak jumlahmu dari bangsa mana pun juga, maka hati TUHAN terpikat olehmu dan memilih kamu – bukankah kamu ini yang paling kecil dari segala bangsa? – tetapi karena TUHAN mengasihi kamu dan memegang sumpah-Nya yang telah diikrarkan-Nya kepada nenek moyangmu, maka TUHAN telah membawa kamu keluar dengan tangan yang kuat dan menebus engkau dari rumah perbudakan, dari tangan Firaun, raja Mesir.“ Jadi pilihan Tuhan itu kepada siapa? Kepada bangsa yang dianggap hina. Bangsa kecil untuk apa sih hidup ini? Tidak terkenal, tidak bisa apa-apa, bakalan hancur ketika diserang bangsa yang besar yang lainnya. Tapi Tuhan pilih. Inilah umat pilihan ya.

Kenapa Tuhan pilih? Karena kasih-Nya, Tuhan memberikan kasih-Nya yang tanpa syarat itu. Bukan hanya Allah, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, tapi kita pun belajar memilih. Memilih karena kasih kita kepada Tuhan, bukan karena keegoisan kita kepada diri kita. Kita memilih yang terbaik itu untuk Tuhan. Orang yang baik pasti memilih yang terbaik juga bagi Allah dan sesama. Dan pada bagian ini Tuhan pilih siapa? Tuhan pilih orang yang dianggap miskin oleh dunia, tidak punya uang, pekerjaannya begitu sederhana, tidak punya rumah, tidak punya keluarga yang bisa dia percaya, pilih narapidana, pilih orang yang sakit, orang yang tidak dipuji oleh kriteria-kriteria dunia. Tuhan pilih mereka untuk diberikan anugerah keselamatan. Allah pilih mereka semua, dan akibat election of God ini, akibat pemilihan Tuhan ini, mereka bukan saja anggap diri mereka miskin, tetapi mereka sadar secara rohani, dia itu miskin. Mereka itu miskin secara rohani. Ketika Allah pilih orang yang dianggap miskin bagi dunia, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, Tuhan itu mengubah hati orang tersebut menjadi miskin di hadapan Tuhan juga. Itu cara Tuhan memilih, mengubahkan orang yang dianggap miskin bagi dunia. Caranya apa? Dia juga miskin secara rohani.

Di dalam Matius 5:3, kita baca Bapak, Ibu, Saudara sekalian. Matius 5:3 di situ juga bicara soal kemiskinan, tetapi kemiskinan rohani, poor in spirit. Kita baca bersama-sama, buka suara, Matius 5:3, “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.” Nah, ini kita bandingkan, kemiskinan secara materi sehingga dianggap hina, dengan kemiskinan secara rohani sehingga justru mendapatkan kekayaan atau Kerajaan Surga. Ini adalah suatu hal yang luar biasa indah ya. Justru, ketika orang itu sadar dirinya miskin di hadapan Allah, rohaninya begitu kurang, mereka mendapatkan Kerajaan Surga. Secara umum, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, orang-orang yang miskin, secara natur itu, dia tidak memusingkan diri dengan hal-hal duniawi. Secara umum ya, orang-orang yang betul-betul miskin saja, sehari-hari hidup mau gimana lagi lah, saya tidak bisa mendapatkan banyak uang. Mereka tidak terlalu peduli dengan kehidupan duniawi, sehingga itu menolong mereka juga untuk bisa memikirkan kehidupan Surgawi langsung, memikirkan Allah yang menciptakan mereka, bagaimana kehidupan rohani mereka di hadapan Tuhan. Mereka justu menjadi lebih bergantung kepada Tuhan. Ini memudahkan ya, ini pertolongan bagi orang yang miskin secara materi. Mereka lebih mudah mengerti bagaimana miskin secara rohani. Nah, ini adalah satu privilege bagi orang-orang yang betul-betul berkekurangan. Mereka akan tahu rasanya miskin itu seperti apa, tahu rasanya kekurangan itu seperti apa. Dan ketika dia berhadapan dengan Tuhan, dia sadar juga, “Saya itu begitu kurang, begitu butuh anugerah Tuhan yang begitu banyak.”

Jadi kita bisa pelajari, kemiskinan itu ada definisi, miskin di mata dunia, dan miskin di mata Allah. Dan Tuhan pilih orang-orang yang miskin di mata dunia supaya jadi miskin di hadapan Allah. Itu karena pemilihan Tuhan, sehingga orang yang miskin di hadapan Allah ini bisa memperoleh kekayaan Surgawi. Sedangkan Bapak, Ibu, Saudara sekalian, orang-orang kaya juga Tuhan menuntut mereka untuk miskin di hadapan Allah. Nah, orang -orang yang kaya itu dituntut Tuhan supaya miskin di mata Allah supaya bergantung kepada Allah semata. Jangan karena kekayaan duniawi, menjadi orang yang sombong. Maka ini ada perbedaan, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kalau kita lihat orang kaya, ada orang kaya itu yang tumbuh dari kemiskinan. Nah, mereka tahu apa rasanya miskin sehingga mereka pun sudah bisa lebih bergantung kepada Allah. Beda dengan anak yang lahir di keluarga kaya, mereka nggak rasa miskin, mereka cukup kok, berlebihan bahkan. Nah, ini adalah kesulitan yang lebih besar lagi, ketika seorang anak lahir di keluarga yang kaya. Beda dengan orang yang berusaha dari miskin kemudian menjadi kaya, itu tahulah perasaan miskin itu seperti apa. Tetapi dua-duanya itu sama, punya potensi lebih mudah menjadi sombong, “Hasil kerja keras! Hasil usaha saya! Kerajinan pangkal kaya! Saya rajin, saya pintar cari uang!” dan orang kaya itu merasa diri cukup. Dan karena merasa diri cukup terus, rohaninya pun pikir cukup, begini-begini saja, tidak merasa kurang di hadapan Allah. Tidak merasa miskin di hadapan Allah.

Itulah kenapa, Firman Tuhan, ini adalah teguran yang besar sekali bagi orang kaya. Yaitu apa? “Lebih mudah unta itu masuk ke lubang jarum daripada orang kaya masuk ke Kerajaan Surga.” Firman Tuhan tidak berkata lebih sulit orang miskin untuk masuk ke Kerajaan Allah ya, bukan, tetapi lebih sulit orang kaya itu masuk ke Kerajaan Allah. Kenapa? Karena di dalam Kerajaan Allah tidak menerima perasaan rohani yang cukup, tidak menerima kesombongan rohani. Itu Surga tidak terima. Tidak menerima orang kaya yang sombong, baik yang dari miskin jadi kaya atau pun memang sejak lahirnya sudah kaya itu Tuhan tidak terima orang yang sombong. Orang kaya itu lebih mudah digoda untuk kesombongan ketimbang orang miskin. Bukan berarti orang miskin tidak ada yang sombong, orang miskin pun banyak yang sombong. Tetapi orang kaya itu lebih mudah digoda untuk menjadi orang yang lebih tinggi, sehingga ketika merasa diri tinggi, dia merasa orang lain rendah. Dan ketika ada perbedaan ini, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, orang itu akan terus menghina orang yang dianggap rendah. Ini adalah penghinaan. Penghinaan itu timbul karena kesombongan. Kesombongan itu selalu menyertai penghinaan. Orang yang menghina itu merasa dirinya lebih hebat kok, “Saya lebih baik. Saya lebih mampu. Saya lebih kaya dari pada orang lain.” Maka sombong. Nah, ini bahaya sekali bagi orang kaya. Bagi orang miskin, Tuhan hibur, “Aku pilih orang-orang yang dianggap hina untuk menerima kekayaan Surgawi.” Tapi bagi orang kaya ditegur juga oleh Tuhan, “Lebih mudah itu unta masuk ke lubang jarum daripada orang kaya masuk ke Kerajaan Surga.” Supaya apa? Orang kaya itu supaya rendah hati, supaya rendah hati. Dan orang miskin juga supaya apa? Supaya tidak minder karena kemiskinannya. Orang kaya tidak sombong dengan kekayaannya.

Seorang hamba Tuhan pernah berkata bahwa ini adalah suatu hal yang paradoks Bapak, Ibu, Saudara sekalian, Tuhan itu lebih senang dengan orang berdosa tambah kerendahan hatinya daripada orang yang benar tambah kesombongannya. Tuhan jelas kok tidak suka orang berdosa. Tuhan jelas suka orang benar. Tetapi kalau orang berdosa ditambah kerendahan hati, itu Tuhan lebih suka. Dan orang benar ditambah dengan kesombongannya, Tuhan nggak suka. Kita orang benar? Orang benar, kita sudah ditebus dengan darah Kristus. Kita orang berdosa? Kita orang berdosa juga. Inilah yang membuat orang Kristen itu seimbang. Orang Kristen itu nggak bisa sombong dan nggak bisa minder juga, karena kita orang benar sekaligus orang berdosa. Kita nggak bisa, nggak boleh sombong, nggak boleh minder, karena Tuhan sudah mengatur kehidupan kita. Tuhan lebih senang dengan orang berdosa dengan segala kerendahan hatinya dibandingkan orang benar dengan segala kesombongannya.

Orang Reformed itu sangat mudah mengatakan, “Saya orang benar, teologi saya benar.” Tapi sombong. Tuhan lebih hina orang yang seperti itu daripada orang yang berdosa, salah, tidak layak di hadapan Tuhan. Kalimat ini lebih mudah dimengerti ketika dengar perumpamaan Yesus Kristus tentang orang Farisi dan pemungut cukai. Yesus jelaskan sebuah ilustrasi, ada 2 orang pergi ke Bait Allah, yang satu orang Farisi, yang satu pemungut cukai, dan orang Farisi ketika berdoa itu dia bersyukur akan kehebatan dia, “Tuhan aku bersyukur aku bukan pezinah. Tuhan bersyukur aku bukan pencuri, perampok, pembunuh, penjahat.” Ketika orang Farisi berdoa, kemudian dia melihat ke sebelahnya, “Tuhan aku bersyukur juga aku bukan pemungut cukai. Aku berpuasa seminggu dua kali, aku kasih perpuluhan.” Wah dikemukakan segala kebenarannya, kebaikannya, tapi sayangnya orang Farisi ini dia menambah semuanya itu dengan kesombongan. Tetapi berbeda dengan pemungut cukai, dia nggak dekat-dekat Bait Allah, bahkan di pinggir mungkin, di koridor, jauh di sana, dia berdoa bahwa, “Tuhan, aku ini tidak layak, aku malu akan dosa-dosaku. Aku ini orang yang paling hina di antara orang Yahudi lainnya. Aku ini sudah berkhianat kepada bangsaku, Yahudi, aku bekerja kepada pemerintahan Romawi. Aku menjadi pemungut cukai, kadang-kadang aku juga cinta uang, aku ambil uang yang tidak layak aku terima.” Pemungut cukai ini mengatakan sambil tidak berani menengadah ke langit. Kalau orang Farisi ini berdoa menengadah ke langit. Kalau pemungut cukai ini tidak berani menengadah ke langit, dia memukul-mukul diri, “Tuhan kasihanilah aku, orang yang berdosa ini.” Kesimpulannya Yesus jelaskan bahwa mana orang yang benar? Mana orang yang berkenan di hadapan Tuhan? Pemungut cukai. Padahal pemungut cukai berdosa kok. Tetapi orang berdosa dengan kerendahan hati, dengan ketidaklayakannya, Tuhan anggap benar, daripada orang benar dengan segala kesombongannya. Yesus berkata orang yang meninggikan diri akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri ia akan ditinggikan. Tuhan lebih senang kepada pemungut cukai, bukan orang Farisi.

Di ayat 5 ini kita bisa mempelajari 2 anugerah Tuhan, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, yaitu unconditional blessing, dan juga conditional blessing ketika Yakobus mengatakan, “bukankah Allah memilih?” Pertama unconditional blessing adalah Allah memilih orang-orang yang dianggap miskin bagi dunia untuk diberikan berkat Surgawi, menjadi ahli waris dan penghuni kerajaan Surga, yaitu orang-orang yang dianggap miskin oleh dunia, Tuhan pilih tanpa syarat. Ini adalah unconditional blessing, unconditional election. Mereka hina, justru Tuhan pilih. Mereka bukan orang benar, mereka bukan orang kaya, bukan orang miskin, bukan karena kemiskinan mereka, bukan, tetapi Tuhan memang ingin pilih mereka. Ini namanya anugerah tanpa syarat.

Tetapi yang kedua, Yakobus juga jelaskan bahwa ada conditional blessing, yaitu kepada barangsiapa yang mengasihi Allah Tuhan kasih berkat-Nya juga. Ini berarti ketika Tuhan memilih sebagian orang yang dianggap hina ini, bagi dunia, Tuhan juga memberikan berkat-Nya, Tuhan memberikan anugerah-Nya, supaya mereka itu bisa mengasihi Allah. Tuhan menuntut mereka dan memerintahkan mereka mengasihi Allah sendiri. Dan orang yang mengasihi Allah, pasti juga akan melakukan kasih kepada sesamanya. Nah ini kita bisa lihat ya, di ayat ke-5b ini Allah pilih tanpa syarat, tetapi ketika Allah pilih, Tuhan menuntut orang yang sudah dipilih itu untuk mengasihi Allah supaya dapat lebih banyak berkat Surgawi. Allah pilih mereka bukan karena mereka baik, bukan karena mereka benar ya, bukan karena mereka hina, bukan, tetapi karena memang Tuhan pilih. Ini adalah pemilihan tanpa syarat. Dan ketika Tuhan pilih, Tuhan menuntut mereka untuk bisa mengasihi Allah, dan di situlah mereka mendapat kekayaan, berkat Surgawi yang begitu melimpah.

Ayat 6a, di situ dikatakan, “Tetapi kamu telah menghinakan orang-orang miskin.” Ini adalah dosa yang ditegur oleh Yakobus kepada orang-orang Kristen di sana, bahwa dosa tersebut itu begitu terlihat dengan jelas, “kamu itu telah” kok. Sudah dikatakan oleh Yakobus “kalau kamu itu telah.” Ini adalah kejadian di masa lampau, sudah ada praktek bagaimana orang-orang Kristen itu menghina sekelompok orang, menghina orang-orang yang miskin, yang dianggap hina oleh dunia. Mereka tidak menghormati orang sebagaimana orang itu harus dihormati. Inilah pembahasan sebelumnya, yaitu mereka melakukan dosa favoritisme, dosa diskriminasi. Dosa ini sama dengan menghina Tuhan sendiri yang sudah menciptakan manusia di sekitar mereka itu. Dan bukan saja itu, itu menghina sebuah tindakan Allah yang mengijinkan mereka memang dalam kemiskinan.

Siapa sih yang buat orang kaya? Tuhan. Ini sangat mudah ya, sangat mudah kita jawab. Tetapi kalau ditanya lagi siapa yang buat orang miskin? Apakah itu kita berani katakan Tuhan? Sulit ya, kaya seolah-olah salah, miskin itu. Tidak! Siapa yang buat orang miskin? Tuhan juga. Dan kalau kita menghina orang yang miskin, kita menghina Tuhan juga, karena Tuhan yang bertindak kok, Tuhan yang berdaulat atas hidup orang kaya maupun hidup orang miskin. Lalu kita memuji-muji orang karena kekayaannya, kita menghina orang karena kemiskinannya, kita bukan menilai apa yang sudah Tuhan kerjakan. Kita tidak memuji Tuhan. Kita tidak melihat Tuhan yang bekerja, kita melihat yang fenomena saja.

Kemiskinana itu Bapak, Ibu, Saudara sekalian, itu betul-betul sangat-sangat berat ya. Kalau orang-orang yang betul-betul miskin, betul-betul dia sudah cari kerja, sungguh-sungguh, sudah betul-betul mau belajar, tapi toh miskin juga, itu yang harus kita hargai. Bukan orang yang miskin karena dia malas, atau karena kelemahan dia ya, atau dosanya. Betul juga, ada bagian kita menuntut dia untuk bisa bertobat ya, untuk bisa hidup lebih baik. Tetapi ada juga orang miskin yang dari awalnya itu bukan karena kesalahan dia, dia rajin kok, tetapi diberikan talentanya ya segitu. Ada orang-orang yang betul-betul mau bekerja, tetapi nggak dapat kerja. Ada orang-orang yang mau berusaha, tapi ya memang hidupnya sedemikian, bahkan harus kurang ya. Kita nggak usah cari-cari kesalahan alasannya kenapa lah ya, kita lihat hari itu saja.

Ada orang-orang miskin yang saya kenal itu harus makan satu hari sekali. Dan ketika saya tanya, kalau makan berarti makanya itu pagi, siang, atau malam? Justru orang miskin itu mengatakan bahwa ya harus siang, harus siang, nggak boleh pagi saja, nggak boleh malam saja. Kalau orang itu makan ya, karena cuma makan satu hari satu kali saja. Harus makannya itu siang. Kenapa? Kalau pagi ya kecapean, habis sampai malam, perut keroncongan lebih lama. Kalau malam, kata dia, kalau makan malam ya berarti makannya untuk tidur, bukan untuk kerja. Makanya dia katakan makannya harus untuk siang, satu kali itu, karena kalau nggak makan siang, nggak kerja, lemas, bisa sakit. Itu sampai ada orang yang seperti itu. Kita bagaimana ya berbelas kasihan ya? OK lah mungkin dia salah, banyak dosa. Kalau kita mau perhitungkan dosa, banyak kok dosa, kita juga berdosa kok. Kita nggak kalah banyak dengan dosa dia, kalau mau hitung-hitungan dosa. Kenapa kita nggak miskin? Karena Tuhan yang mencukupkan kita, ya memang kita diberikan kecukupan.

Nah orang-orang Kristen itu memang perlu ya melihat orang miskin dari perspektif Tuhan. Tuhan Yesus pernah kasih doktrin tentang orang miskin, bahwa orang-orang miskin itu akan selalu ada tapi Yesus tidak selalu ada di Bumi ini. Itu pasti ada orang miskin itu, nggak akan pernah hilang, meski pun pemerintah sebijaksana apa pun itu menunjukkan pemerintahan itu juga lemah kok, pasti ada orang miskin di dunia ini, di Bumi ini. Tapi bukan berarti kita tidak berusaha mensejahterakan rakyat ya.

Orang-orang Kristen yang menjadi pembaca Surat Yakobus ini sudah jelas-jelas melakukan dosa emotional abuse, emotional abuse, menyakiti perasaan orang, melecehkan, favoritisme, memuji-muji, mau dekat-dekat dengan orang kaya, diskriminasi. Ini adalah sebuah tindakan yang tidak adil dan pilih kasihnya itu betul-betul tidak adil. Mereka telah menghina orang miskin, dan Yakobus sedang menegur dosa mereka di masa lampau, dia katakan bahwa jangan menghina orang-orang yang dianggap miskin oleh dunia, jangan menghina siapa pun karena keberadaannya, karena kehadirannya, karena pribadinya, jangan menghina siapa pun. Bukan hanya kepada orang miskin tetapi kepada siapa pun ya, orang kaya pun kita jangan hina orang kaya. Kadang orang kaya pun bisa dihina-hina orang kok, bisa dihina-hina orang. Kaya kemarin ya, pas pandemi itu kan, “Wah penyakit COVID ini adalah penyakit khusus untuk orang-orang kaya.” Wah berarti orang-orang kaya ini selalu diserang ya, yang miskin sehat-sehat semua. Itu juga bisa menghina ya, kita bisa menghina siapa pun kok, bukan hanya orang-orang yang dianggap miskin, dianggap hina oleh dunia.

Yakobus coba jelaskan bahwa, coba kamu lihat, lanjutkan di ayat 6b, coba kamu lihat, sebenarnya yang suka cari-cari masalah itu orang miskin atau orang kaya? Yang suka-suka cari-cari masalah lah. Yakobus suruh mereka lihat sendiri. Lihat, yang suka mengganggu hidupmu itu orang kaya atau orang miskin? Justru di ayat 6b Yakobus katakan, “bukankah” nah ini “bukankah” yang kedua ya, “Bukankah justru orang-orang kaya yang menindas kamu dan yang menyeret kamu ke pengadilan?” Bukankah orang-orang kaya yang menghina kamu, yang menindas kamu, bahkan seret ke pengadilan, yang belum tentu adil. “Bukankah” ini bicara soal tentang orang kaya, kalau tadi “bukankah” yang pertama itu bicara soal orang miskin. Sekarang bicara soal orang kaya.

Orang-orang kaya di zaman itu sering kali menjadi seperti Bapak, Ibu, Saudara sekalian ya, kalau di Indonesia itu mungkin seperti rentenir. Di daerah-daerah tertentu di Indonesia, itu ada orang yang memang full-time menjadi rentenir, bekerjanya itu minjamin orang uang, dapat bunga dari uang tersebut yang dia pinjamkan, dapat keuntungannya dari situ. Dan ketika dia kasih bunga itu, suku bunganya itu suku bunga orang itu kan, bukan suku bunga bank tapi suku bunga orang tersebut, “Ini dalam jangka waktu berapa, bunganya berapa, balikin berapa.” Rentenir itu lama-lama jadi kaya, ya, bisa jadi kaya. Sampai ada pemikiran, sebenarnya apakah pekerjaan rentenir itu betul-betul boleh dikerjakan? Betul-betul boleh nggak? Sebenarnya ini adalah pro-kontra ya, pergumulan. Ada yang katakan, “Saya kan kerja juga, saya kelola uang baik-baik, saya juga dengan pikiran, dengan kreatifitas mengelola uang, pinjamin sana, pinjamin sini, dapat untung, terus saya kelola lagi. Akhirnya saya bisa kaya, rumahnya besar, dan lain-lain. Saya dapat keuntungan. Kalau mereka tidak bisa bayar hutang, saya kirim algojo-algojo, tekan, tindas mereka, seret ke pengadilan, dikasih sanksi.” Ini mirip sekali ya. Orang-orang kaya juga bisa seperti itu. Di dalam konteks rentenir ini bisa saja banyak yang terjadi demikian.

Tetapi Bapak, Ibu, Saudara sekalian, sebenarnya kesimpulannya kalau bisa tidak bekerja sebagai rentenir, jangan ya. Karena itu kita akan semakin sangat digoda untuk cinta akan uang, karena pegang uang terus kan. Pegang uang terus, pinjemin uang, dapet uang, keluarin uang, semuanya berhubungan dengan uang, sehingga kita bisa saja cinta akan uang. Kemudian waktu kita memberi penghakiman, memberi aturan soal suku bunga tersebut juga kita terserah sendiri ya, bukan terserah peraturan umum di dalam bank, misalkan ya, kita bisa menindas orang, kita bisa mempersulit orang yang sudah miskin. Itu pekerjaan rentenir, rentenir uang khususnya ya. Jadi rentenir bisa kaya, sangat mungkin kaya, tetapi banyak juga bisa menindas orang yang miskin.

Banyak orang kaya yang menginjak-injak orang miskin dan membinasakan orang sengsara juga. Ya bukan saja pekerjaan sebagai rentenir ya, rentenir uang, tapi juga orang kaya yang punya pabrik, punya perusahaan. Betul-betul menindas orang yang sudah miskin tambah miskin. Misalkan Bapak, Ibu, Saudara sekalian kalau orang kaya menindas itu gimana sih? Kalau bos ya, bos, namanya bos, di dalam bisnis, perusahaan, dia punya pegawai, kemudian suruh pegawainya kerja terus tapi tidak dikasih uang lembur misalkan. Itu kita sedang menindas. Kerja, kerja, kerja, kalau nggak langsung dipecat. Kurang lebih kaya gitu ya. Kita kok kaku gitu ya, kita menghina, merendahkan orang-orang yang miskin.

Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita lihat, ada satu cerita lagi, ini seperti dosa Daud yang mengambil Batsyeba dengan paksa, Nabi Natan datang kepada Daud dengan sebuah perumpamaan. Nabi Natan kasih dua contoh ya, dua contoh orang, ada 2 orang dalam satu kota. Satu itu orang kaya sekali, satu itu orang miskin. Kemudian si kaya itu punya banyak kambing, domba, lembu, sapi, si miskin tidak punya apa-apa selain seekor domba betina yang dia miliki sejak kecil itu. Dia pelihara baik-baik, dia mengasihi, dia hidup bersama domba betina itu dan keluarganya memelihara domba betina itu. Sampai suatu hari si kaya itu ada tamu, dan dia merasa sayang untuk mengambil seekor kambing atau domba dari ladangnya, padahal dia punya begitu banyak. Akhirnya dia memerintahkan untuk mengambil domba betina kepunyaan orang miskin supaya dimasak untuk tamu si orang kaya. Wah, Daud ini kan raja kan, raja itu harus punya sense of justice-nya begitu tinggi, ini namanya pemimpin. Pemimpin itu harus punya rasa keadilan yang begitu tinggi karena dia hubungannya dengan banyak orang. Dan Daud, di dalam sense of justice-nya, dia katakan dia marah sekali sama orang kaya tersebut. Daud sampai bersumpah, kurang lebih ya, “Demi Tuhan yang hidup, orang yang melakukan itu, orang kaya itu harus dihukum mati. Dan anak domba betina itu harus dibayar gantinya empat kali lipat karena ia telah melakukan hal itu dan oleh karena ia tidak kenal belas kasihan.” Daud menghakimi orang kaya yang rakus, yang menindas orang miskin itu dengan suatu kalimat yang begitu keras, demi Tuhan yang hidup, harus mati, kemudian kerugiannya harus dibayar empat kali lipat. Dan kemudian, hal yang mengejutkan bagi Daud yaitu Nabi Natan katakan, “Engkaulah orang itu.” Daud itu yang seperti itu ya, mengambil istri orang, membunuh suami orang, inilah teguran bagi orang kaya juga yang menindas orang yang miskin. Ini adalah sebuah teguran yang keras sekali ya.

Ayat terakhir Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita lihat di ayat 7, “Bukankah mereka yang menghujat Nama yang mulia, yang oleh-Nya kamu menjadi milik Allah?” Nah ini adalah “bukankah” yang ketiga ya dari pembahasan kita pada hari ini. Di sini adalah suatu kebenaran, atau fakta yang Yakobus jelaskan bahwa orang kaya itu bukan saja menindas kamu, bukan menyeret kamu ke pengadilan dengan tidak adil, itu semuanya, tetapi orang kaya itu juga adalah orang yang seringkali menghujat Nama yang mulia, yang oleh-Nya kamu menjadi milik Allah. Berarti menghujat siapa? Menghujat Yesus Kristus. Karena di dalam nama Yesus Kristus saja kita bisa menjadi milik Allah. Orang-orang kaya yang sombong, ya, bukan orang-orang kaya yang rendah hati ya, orang-orang kaya yang sombong juga melakukan dosa yang sangat besar, yaitu menghujat nama Yesus Kristus yang begitu terhormat, begitu mulia. Dan kata “menghujat” ini sebenarnya mengacu kepada kata “memfitnah”, “slander”. Memfitnah nama Yesus dan penghujatan atau pemfitnahan ini dilakukan dalam konteks waktu bergereja, atau di dalam komunitas, atau di dalam pelayanan. Maka sulit juga Bapak, Ibu, Saudara sekalian untuk menjadi orang kaya di gereja. Orang kaya di gereja bisa dihakimi, “kamu kan kaya, kasihanilah aku” itu kata orang miskin. “Masa orang kaya nggak murah hati, masa orang kaya nggak baik sih, bagi-bagi dong, sering traktir.” Mungkin kurang lebih kaya gitu ya. “Sering traktir, ini jemaatmu loh.” Waduh, orang kaya juga kadang-kadang digoda dengan tindakan-tindakan yang tidak adil juga ya, menjengkelkan juga. Nah di dalam konteks gereja atau pelayanan ini, orang kaya yang sombong ini akhirnya menghujat nama Allah, yaitu mereka menghina sesamanya. Dengan kata-kata kasar mereka, mereka menindas, penuh kebencian dan kata-kata tajam yang begitu menghina.

Bapak, Ibu, Saudara sekalian, bukan hanya pisau yang tajam ya, tetapi kata-kata kita juga bisa tajam, dan mungkin kita nggak melakukan kekerasan fisik, kita nggak pernah mukul orang, tapi kata-kata kita itu melecehkan orang, menyakiti, melukai hati orang, perasaan orang. Itu ada luka ya. Nanti lama-lama emosi orang itu tidak terkontrol, dan akhirnya melakukan konflik dan dosa bersama-sama, saling bertengkar. Orang-orang kaya yang sombong mereka lakukan dalam konteks pelayanan, di gereja, di komunitas Kristen, mereka melakukan dosa yang begitu besar. Sudah di gereja, masih bisa lakukan dosa yang begitu besar, berkata-kata kasar, menghina, menghina orang-orang di sekitar mereka, menghina siapa yang mereka tidak suka. Ini adalah suatu konteks yang berarti mereka itu menghina Yesus Kristus juga, nama Yesus Kristus yang begitu mulia.

Allah bukanlah Allah yang kejam ya. Kalau kita lihat Alkitab, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, hamba Tuhan palsu dibiarkan hidup puluhan tahun. Raja yang jahat, hidup puluhan tahun. Itu kenapa? Karena Tuhan bukan Allah yang langsung mematikan orang yang berdosa. Dia adalah Allah yang anugerahnya. Allah bukanlah Allah yang emosian, bukan pemarah, bukan kejam. Tuhan itu betul-betul mengasihi semua manusia. Itulah kenapa kita bisa katakan Tuhan itu adalah Pribadi yang paling mengasihi. Yesus Kristus itu adalah Allah yang paling sabar, yang paling mengasihi sesama kita manusia. Maka dari itu kalau kita mengikuti teladan Yesus Kristus, kita pun tidak akan menjadi orang yang beringasan, orang yang berkata-kata kasar, menghina. Itu sulit memang Bapak, Ibu, Saudara sekalian. Baik orang kaya maupun miskin ada kesulitannya masing-masing. Jangan pikir hanya orang miskin sulit, orang kaya pun sulit. Orang kaya itu penuh dengan pergumulan. Di sinilah kita bisa melihat bahwa kaitannya orang yang ditegur oleh Yakobus adalah orang yang kaya yang menghujat nama Tuhan.

Dan Bapak, Ibu, Saudara sekalian, Yakobus itu mau menyeimbangkan tentang pemahaman mereka akan Allah maupun akan Allah yang mengasihi orang kaya dengan orang yang kaya dan orang miskin. Ya Yakobus ingin menyeimbangkan mereka, jangan sampai kita terlalu pro pada sekelompok dua bagian orang ini. Maka dari itu harus menghormati Yesus Kristus sendiri. Jadi ini bicara Bapak, Ibu, Saudara sekalian, waktu kita berelasi dengan siapa pun, baik orang kaya maupun orang miskin, kita itu sedang menyatakan relasi kita kepada Yesus Kristus, yang di belakang mereka, yang membuat orang itu kaya atau pun orang itu miskin. Maka kita harus menghormati setiap orang. Dan bagaimana cara menghormati nama Yesus? Kita hidup seperti Yesus hidup. Nah ini cara menghormati nama Yesus Kristus adalah kita hidup seperti Yesus hidup. Dan bagaimana cara menghina nama Yesus Kristus atau memfitnah nama Yesus Kristus? Kita katakan diri Kristen, tetapi kita tidak hidup seperti orang Kristen. 1 Yohanes menjelaskan bahwa barang siapa menyatakan dirinya mengenal Allah tetapi membenci sesamanya, menghina sesamanya, dia bukan orang yang sungguh-sungguh mengenal Allah. Kita adalah orang Kristen yang sungguh-sungguh mengenal Allah, maka dari itu kita mau hidup meneladani Yesus Kristus.

Terakhir Bapak, Ibu, Saudara sekalian, Yakobus sebenarnya pada perikop ini bukan sedang mengadakan pemisahan, bukan sedang mengadakan dua partai yang berbeda. Wah ada sekelompok orang kaya, ada sekelompok orang miskin, bukan demikian. Yakobus itu ingin menyatukan, justru, antara orang kaya dan miskin itu harus saling mengasihi, saling menolong. Yakobus sudah jelaskan sebelumnya bahwa kita tidak boleh memihak satu kelompok, kita harus netral. Seperti Indonesia, Indonesia kan melihat perang Rusia dan Ukrainia ini mengambil posisi, “kami ini netral. Nggak mau membantu siapa pun, kita ini netral saja.” Nah Yakobus sudah jelaskan bahwa kita sebagai orang Kristen itu tidak boleh memihak satu kelompok, tidak boleh favoritisme kepada orang kaya dan juga menghina orang yang miskin. Di sini Yakobus sedang menegur realita yang sedang terjadi, bahwa ini adalah dosa yang harusnya dihindari dalam komunitas. Dalam sebuah komunitas kita harus menghindari dosa menghina orang miskin dan juga menjilat orang kaya. Ini harus dihindari. Yakobus sedang menegur ketidakadilan yang sedang terjadi dalam komunitas orang Kristen pada waktu itu.

Sebagai orang Kristen Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita perlu belajar menjadi orang Kristen yang adil ya. Adil itu apa sih? Adil itu berarti apa? Kita memperlakukan orang dengan pantas, dengan terhormat. Itu adil ya, dengan sesuai yang dia layak terima, itu namanya adil. Karena mereka adalah ciptaan Allah. Adil berarti memberikan kepada orang haknya dan tanggung jawabnya seperti yang Firman Tuhan mau. Itu namanya keadilan Tuhan. Keadilan manusia itu harus sesuai dengan keadilan Tuhan. Keadilan itu memberikan hak dan kewajiban kepada orang sesuai dengan Firman Tuhan, maka dari itu kita jangan menghina ciptaan Tuhan. Tuhan selalu menghargai kok setiap ciptaan-Nya. Tuhan sungguhsungguh menghargai manusia yang sudah Dia ciptakan. Kita juga jangan menghina ciptaan Tuhan, dan kalau kita menghina ciptaan itu berarti kita menghina Penciptanya juga. Maka orang Kristen itu adalah orang Kristen yang punya prioritas terhadap ciptaan Tuhan. Kalau Tuhan paling menghargai manusia, orang Kristen pun paling menghargai setiap manusia. Dia tidak berani menghina, mengejek, menjelek-jelekkan, maunya menghormati manusia juga. Kemudian Tuhan juga ciptakan makhluk hidup lainnya, yang harus dipelihara, hewan, tumbuhan, alam ini, kita juga mau memelihara ciptaan Tuhan, kita mau memperlakukan seluruh ciptaan Tuhan ini seperti Tuhan memperlakukan ciptaan-Nya. Itu adalah tugas orang Kristen.

Maka dari itu Bapak, Ibu, Saudara sekalian, mari kita menjadi orang-orang yang terhormat. Orang yang terhormat itu bisa menempatkan diri, menghina orang karena memang orang itu dihina Tuhan. Tetapi tidak menghina orang karena orang itu tidak dihina oleh Tuhan juga. Maka ini sulit sekali ya untuk mengikuti pimpinan Tuhan. Kalau Pak Tong sendiri ya, pernah saya lihat Youtube itu tentang sebuah penghinaan, “Pak Tong sangat menghina” nah ini kan sangat menghina ya. Pak Tong menghina, menghina orang yang ketika dia ada di tengah, dia menjilat atasan, dan ketika dia di tengah juga dia menekan bawahan. Ini itu orang yang paling hina, dia menjadi orang yang tidak ada prinsip, dia tekan orang yang di bawah dia semena-mena, terus begitu ke atasan, wah jadi malaikat. Dia bukan menjadi orang dirinya sendiri, dia tidak menjadi manusia yang diciptakan oleh Tuhan, serupa dan segambar dengan Allah. Dia menjadi orang yang ngikut terus pimpinan, dan juga menghina bawahan. Nah itu adalah orang yang dihina ya, yang layak dihina juga. Orang berdosa itu sebenarnya layak dihina, karena kita berdosa, kita lemah, kita melakukan kesalahan di hadapan Tuhan. Tetapi, orang yang berdosa juga bukan berarti hanya dihina saja, tetapi Yesus menjelaskan bahwa orang berdosa dengan kerendahan hatinya justru harus diberikan belas kasihan. Yang paling parah adalah sudah berdosa, sombong lagi. Itu sudah layak dihina, layak ditegur, harus didoakan supaya dia bertobat. Dan yang paling baik adalah orang itu benar, hidup kudus, tetapi dengan kerendahan hati. Kiranya Tuhan menolong kita, mari kita sama-sama berdoa.

Bapa kami yang ada di Surga, kami pada pagi hari ini bersyukur Tuhan, Engkau boleh menyatakan kami bahwa siapakah diri kami di hadapan Tuhan. Kami adalah manusia yang berdosa, kami adalah manusia yang hina, tetapi Engkau dengan anugerah yang tanpa syarat boleh memilih kami supaya kami menyadari keberdosaan kami dan kekurangan kami akan Tuhan. Pimpinlah hidup kami Tuhan, jangan biarkan kami semakin tersesat, tetapi kami boleh berjalan di jalannya Tuhan, dan ketika kami bertemu dengan siapa pun kami bisa menaruh hormat ke mereka sesuai yang Tuhan mau. Dan kami bisa menghargai mereka sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Dan ajar kami juga Tuhan untuk bisa membangun orang lain yang lemah, yang berdosa, yang terjebak di dalam segala perbuatan dosa untuk kami kasihi, untuk kami tegur, dan juga kami berikan belas kasihan yang dari Tuhan sendiri. Ajar kami Tuhan sebagai orang Kristen boleh menjadi garam dan terang di mana pun kami berada kami tidak menjadi orang yang sombong, kami tidak menjadi orang yang minder, tetapi kami menjadi orang yang serupa dengan Yesus Kristus. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kami yang hidup kami sudah berdoa dan mengucap syukur. Amin. (HSI)

 

Transkrip Khotbah ini belum diperiksa oleh Pengkhotbah.