Tema khotbah kita hari ini adalah “Iman Rahab”. Kita akan merenungkan bagaimana Tuhan memimpin kehidupan Rahab yang adalah orang berdosa tetapi kemudian diberikan anugerah Tuhan yang begitu besar. Nah Bapak, Ibu, Saudara sekalian di dalam ketika kita melihat atau mempelajari kisah kehidupan Rahab, Rahab adalah salah satu perempuan yang memiliki kehidupan paradoks yang betul-betul terlihat ketika Alkitab menceritakannya. Paradoks berarti ada dua hal yang kelihatannya bertentangan, dua hal atau lebih. Dua hal atau lebih kelihatannya bertentangan tetapi sebenarnya tidak bertentangan melainkan kebenaran-kebenaran tersebut atau hal-hal tersebut berjalan bersama-sama. Nah sekarang kita soroti Rahab dari satu perspektif terlebih dahulu, yaitu Rahab adalah manusia atau perempuan yang berdosa. Rahab itu melakukan pekerjaan yang jelas-jelas tidak halal, yang haram, yang jelas-jelas pure berdosa. Yaitu apa pekerjaannya? Sebagai pelacur. Pekerjaan yang jelas-jelas salah dia lakukan, pekerjaan yang jelas-jelas dijauhi orang, yang jelas-jelas membawa kepada banyak penyakit, membawa kepada kesenjangan sosial, membawa kepada hal-hal yang buruk dia lakukan. Itulah ngerinya manusia berdosa, sekalipun tau itu berdosa tetapi dia harus lakukan dengan alasan-alasan yang dia miliki. Karena kesulitan hidup, karena memang kondisinya begini, dia hanya bisa melakukan ini dan itu. Padahal pekerjaannya itu melakukan kerugian kepada banyak orang, baik dirinya sendiri rugi, sebagai wanita, sebagai perempuan dia melacurkan dirinya kepada banyak laki-laki. Dan juga kepada orang-orang yang lain itu merugikan juga, kehidupan laki-laki maupun keluarga dari laki-laki tersebut.
Dia menjadi perempuan sundal, pelacur di sebuah kota, yaitu kota Yerikho. Dia pekerjaannya ngapain? Pagi-pagi dia tidur, istirahat, jam tidurnya pagi sampai siang hari. Kemudian mulai sore hari dia berdandan, mandi, mempercantik diri, kemudian tidur dengan laki-laki yang hidung belang, berzinah, selingkuh. Dia kemudian mendapatkan uang dari pekerjaan yang berdosa tersebut. Rahab melacur dengan banyak laki-laki, dia tidur dengan banyak laki-laki, Rahab adalah salah satu contoh perempuan berdosa yang akhirnya begitu hina. Dia pun sendiri sudah bingung lagi ya, “Saya harus bagaimana sih setiap hari ketemu orang baru. Ketemu orang baru tapi langsung ujug-ujug intim, bisa tidur dengan laki-laki yang lain.” Itu adalah hal yang tidak wajar. Ketika manusia berelasi dengan sesama itu perlu pengenalan, perlu waktu untuk bisa percaya, untuk bisa dekat dengan relasi dengan sesama. Tetapi Rahab tidak, Rahab dianggap objek, Rahab juga menganggap laki-laki yang tidur dengannya adalah objek juga. Tidak usah relasi-relasi, tidur saja, yang penting hubungan transaksional. Kamu punya apa, berikan. Saya dapat apa dari apa yang saya lakukan. Dia dimusuhi dan dianggap sebagai pendosa besar oleh masyarakat sekitar.
Semua kota Yerikho tau siapakah Rahab ini. Mungkin juga, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, banyak keluarga-keluarga yang menjadi bertengkar, hancur berantakan karena kepala keluarganya berzinah dengan Rahab. Atau juga banyak para pemuda-pemuda, laki-laki, itu tidur dengan Rahab sehingga pemuda tersebut kecanduan dengan seks bebas. Rahab banyak merugikan orang lain, kehidupan orang lain, bukan saja dirinya sendiri tetapi keluarganya. Tetapi Rahab melakukan hal tersebut karena apa? Dia punya hati yang mengasihi keluarganya. Dia ingin menafkahi keluarganya, dia ingin mengasihi keluarganya. Tetapi ini adalah cara yang salah, pekerjaan yang salah. Bukan hanya itu Bapak, Ibu, Saudara sekalian, Rahab ini adalah orang Kanaan, suku Kanaan, yaitu penyembah berhala. Di zaman dulu ya, orang-orang Kanaan itu sungguh-sungguh menyembah berhala-berhala, dia tidak mengenal Tuhan, dia tidak kenal Allah yang sejati, Allah yang hidup. Nah inilah kebenaran yang pertama, perspektif yang pertama adalah Rahab adalah orang berdosa, seorang pelacur, seorang yang punya berhala dalam hatinya.
Tetapi kemudian ada kebenaran yang kedua yang dimiliki oleh Rahab, yaitu Rahab adalah seorang yang beriman kepada Tuhan pada akhirnya. Pada akhirnya, seorang pelacur pun bisa memperoleh anugerah iman yang begitu besar dari Tuhan. Ini kita rasa aneh. Kalau namanya pelacur ya Saudara sekalian, ya sudahlah, ya harusnya diajuhi, dihukum, bahkan ya sudah tidak dipedulikan orang. Mana ada kita mau bergaul dengan pelacur? Mana ada kita mau baik-baik gitu ya, sulit ya. Masyarakat sekitar ini sulit. Tetapi, yang mau mencari seorang pelacur adalah Tuhan sendiri. Tuhan sendiri yang mencari orang yang berdosa, dan Tuhan yang mampu mengubahkan kehidupan pelacur tersebut. Kehidupan Rahab bisa berubah bukan karena orang lain. Keluarganya suku Kanaan, keluarganya penyembah berhala, raja Yerikho penyembah berhala. Dia mau berubah, beriman kepada Tuhan dari mana caranya? Pendeta Stephen Tong pernah mengatakan bahwa seseorang bisa berubah itu rata-rata bukan karena usaha orang lainnya, melainkan karena anugerah Tuhan yang terbesar. Seseorang bisa berubah itu semata-mata anugerah Tuhan yang besar diterima oleh dirinya. Usaha kita ini ya usaha kita, kita mau taat kepada Tuhan, mau mempengaruhi orang lain, mau menginjili orang lain, itu baik, dan Tuhan berkenan atas tindakan kita mau mengubah seseorang. Tetapi yang paling dasyat mengubah kehidupan seseorang adalah Tuhan sendiri yang mengubah, bukan manusia. Kita alat-Nya saja.
Sekarang kita lihat Rahab ini mengalami perubahan. Padahal dia orang berdosa yang harusnya binasa, dia sudah berkali-kali tidur dengan laki-laki yang begitu banyak dan dia sungguh orang yang hina dan berdosa, dijauhi masyarakat sekitar, kemudian di satu saat dia mengalami kebingungan dalam kehidupannya yang berdosa itu. Ketika dia mendengar bahwa ada satu bangsa yang jauh dari Mesir, menuju ke Kanaan, menuju ke Yerikho dan bangsa itu berjalan melalui padang gurun selama 40 tahun. Bagaimana sebuah bangsa yang besar yang jumlahnya bangsa itu hampir 2 juta orang berjalan di padang gurun selama 40 tahun berhasil melewati padang gurun bahkan sampai ke negeri Kanaan, bahkan sekarang sudah mau ke kota Yerikho. Bagaimana? Dia mulai berpikir. Dia hanya mendengar-dengar kabar saja, ada suatu berita yang heboh, yang aneh, yang unik, bagaimana ada sebuah bangsa itu melewati padang gurun dan mereka berhasil karena mereka punya Allah yang hidup, Allah yang benar yang memimpin mereka. Bagaimana bangsa tersebut lari dari bangsa Mesir dan Tuhan membelah laut Teberau. Bagaimana bangsa tersebut ketika panas hari ditudungi dengan awan, tiang awan yang begitu besar dan malam hari yang begitu dingin ditudungi dengan tiang api yang begitu besar di padang gurun. Wah Rahab mulai tertarik karena siapa? Tuhan. Tapi ada kabar yang terdengar. Dan kabar yang terdengar itu biasa adalah kabar biasa aja. Bukan seseorang mengabarkan Injil kepada Rahab, “Rahab ini sebuah bangsa yang bagus, sebuah bangsa yang dipimpin oleh Allah yang hidup.” Nggak! Rahab hanya dengar-dengar saja tentang kondisi bangsa Israel yang mulai berjalan ke padang gurun dan juga menuju kota Yerikho. Lalu di sana lah dia mulai beriman kalau ada Allah yang hebat seperti itu memimpin 40 tahun kehidupan seseorang, satu generasi kehidupan, “Saya mau percaya. Saya mau percaya kepada Allah itu.” Lalu bagaimana dengan penyembah-penyembah berhala di kota Kanaan? “Nggak peduli. Saya sudah hidup di kota Yerikho berapa lama, mana berhala-berhala tidak menolong saya, saya pekerjaan melacur terus. Memangnya enak melacur? Tidak enak. Berhala-berhala ini, sudah saya mulai mundur, tidak mau percaya kepada berhala-berhala itu.”
Lalu ketika akhirnya dia bertemu dengan 2 pengintai yang diutus Yosua untuk mengintai kota Yerikho, hatinya mulai tergerak. “Ini orang Israel, ini orang yang berbeda dengan aku, orang Kanaan. Dan aku sudah mendengar orang Israel ini punya Allah yang hidup.” Maka dia mulai tergerak, “Saya harus melakukan sesuatu. Saya sudah beriman kepada Allah Israel yang hidup, saya ada perbuatannya.” Yaitu apa? Memelihara umat Allah yang hidup ini, yaitu bangsa Israel, 2 pengintai ini, 2 mata-mata dari Yerikho ini, dari Israel, dari Musa. Kemudian dengan berani Rahab menyembunyikan mereka dari polisi kota atau prajurit-prajurit dari raja Yerikho. Rahab menyembunyikan mereka di atas atap rumah dan kemudian menutupi mereka dengan jerami. Ditaruh di atas, tutupi dengan Jerami, karena para pengintai itu sudah mau lari tapi kemudian tidak bisa keluar ke gerbang kota, mungkin karena sudah ditutup gerbangnya. Lalu 2 pengintai ini ke mana? Terus ada rumah di situ, ada rumah Rahab dan keluarganya di tembok kota tersebut. Akhirnya mereka ketok-ketok ya, coba ngomong, “Biarkan kami sembunyi di situ.” Dan kemudian Rahab menyembunyikan mereka dan di sini Rahab ini punya iman yang jernih, yang jelas, bahwa dia ketika beriman kepada Allah yang hidup dia melawan perintah raja Yerikho untuk menyerahkan 2 pengintai itu. Jadi jelas ya, ketika seseorang beriman kepada Tuhan, dia bisa melawan orang penyembah berhala, melawan prinsip atau keuntungan dari orang-orang yang menyembah berhala. Nggak setuju, menolak keinginan dari raja sekali pun dia tolak demi untuk berbuat bagi Allah yang hidup.
Rahab berkata demikian ya kepada polisi kota pada waktu itu, “Memang, pengintai-pengintai itu telah datang kepadaku,” Datang, betul. “tetapi aku tidak tahu dari mana mereka, dan ketika pintu gerbang hendak ditutup menjelang malam, maka keluarlah orang-orang itu;” Jadi berhasil melewati gerbang kota, padahal nggak berhasil. Gerbang kota di waktu malam itu sudah tertutup. 2 pengintai ini terjebak di benteng kota Yerikho. Terus Rahab ini menyarankan kepada polisi kota di saat itu, “keluarlah ke orang-orang itu. Segera menyusul mereka sebelum mereka pergi.” Jadi Rahab sudah berbohong, Rahab juga menyarankan polisi-polisi kota itu untuk pergi, suruh kejar supaya makin menjauh dari rumahnya. Itu kata Rahab. Rahab berbohong, jelas berbohong. Dia tetap orang yang berdosa dan bohong itu dosa. Tetapi bohongnya ini, dia arahnya adalah untuk menyelamatkan 2 pengintai. Ini mungkin dosa kebohongannya kalau kita mau tingkatkan dosa kebohongannya adalah dosa yang mungkin kecil dibandingkan bohong untuk selingkuh, bohong untuk berzinah, bohong untuk melawan Tuhan. Ini bohong untuk menyelamatkan umat Tuhan dari pembunuhan. Bohongnya dosa, tentu berdosa. Tapi motivasinya tidak berdosa. Dia baik kok. Tapi dosa nggak? Dosa! Dosa tetap. Dan itulah yang bisa dipikirkan oleh orang percaya yang baru dalam menyelesaikan solusi, yaitu dengan apa? Bohong. Ini kerohanian bayi, kerohanian anak-anak. Yang paling suka bohong adalah anak-anak. Demi kenyamanan dirinya bohong ke orang tuanya dan lain-lain. Nah Rahab ini imannya masih baru kok, dia cuma kepikiran solusi ya berbohong, udah, selesai. Tetapi kemudian kalau kita pikirkan orang yang dewasa mungkin seperti Tuhan Yesus. Ketika Tuhan Yesus ditanya atau bagaimana ya Dia diam saja, diam atau bagaimana ya, kita nggak mengerti, menyembunyikan kebenaran yang tidak layak orang itu mendapatkan kebenaran. Tidak langsung berbohong gitu ya. Tahan dan kebohongan ini adalah dosa.
Setelah menyelamatkan 2 pengintai itu, dia mengadakan perjanjian dengan 2 pengintai itu bahwa ketika nanti Israel akan mengalahkan kota Yerikho, Rahab minta agar dirinya dan keluarganya yang ada di rumah di benteng tersebut diselamatkan. Diselamatkan, tidak dihukum, jangan bunuh ya, melainkan dibiarkan hidup. Lalu 2 pengintai dari Yosua itu, dari bangsa Israel itu setuju. Lalu Rahab bukan saja itu, bukan lagi, “Ya sudah selesai berjanji, selesai, kamu beres. Silahkan pergi.” Tetapi Rahab terus mau menolong 2 pengintai itu yaitu dia memudahkan pelarian mata-mata atau 2 pengintai itu dengan menurunkan mereka melalu jendela tembok kota. Jendela tembok kota yang sama dengan rumahnya itu ya. Dan memberi tahu arah yang harus mereka tempuh supaya jangan bertemu dengan polisi kota yang sedang mencari-cari mereka. Jadi si polisi diarahkan ke sana, Rahab ini pintar ya, si polisi diarahkan ke sana, si pengintai diarahkan ke sini jadi nggak ketemu. Itulah usaha atau iman dari Rahab ketika dia percaya kepada Allah yang hidup. Ini berarti apa Bapak, Ibu, Saudara sekalian? Rahab dipakai Tuhan untuk menyelamatkan banyak kehidupan. Orang berdosa, dia sudah merugikan banyak kehidupan, dia mungkin sudah menghancurkan banyak kehidupan, tetapi setelah dia beriman kepada Allah yang hidup, dia justru menyelamatkan banyak kehidupan. Yaitu kehidupan siapa? Kehidupan dirinya sendiri, tidak dibantai oleh bangsa Israel. Yaitu kehidupan siapa? Kehidupan 2 pengintai itu, umat Tuhan sendiri, tidak dibunuh 2 pengintai tersebut oleh orang Yerikho. Kemudian hidup keluarganya sendiri, itu diselamatkan dari penghukuman Tuhan atau pembantaian yang akan dilakukan oleh bangsa Israel. Ini berarti apa Bapak, Ibu, Saudara sekalian? Rahab punya iman kepada Allahnya Israel.
Setelah itu, sejak kejadian itu Bapak, Ibu, Saudara sekalian, Rahab menjadi seorang perempuan yang beriman. Rahab menjadi seseorang yang namanya itu menjadi nenek moyang Yesus Kristus, tercatat di dalam silsilah Yesus Kristus. Namanya juga dicatat di dalam sastra para nabi dan juga bahkan Rahab ini menjadi ibu dari berbagai keturunan imam dan nabi. Itu Rahab. Karena apa? Karena iman dari Tuhan. Rahab juga merupakan ibu dari Boas ya. Boas ini merupakan kakek dari Daud. Jadi kalau kita lihat Bapak, Ibu, Saudara sekalian, dosa perzinahan Rahab seolah-olah tertutup dengan tindakan kasih dan kepahlawanannya dalam menolong 2 pengintai Israel agar 2 pengintai itu tidak terbunuh. Bahkan dosanya ini tertutup dengan kepahlawanannya atau kasihnya kepada Tuhan. Bukan berarti dosanya hilang, dosanya tetap ada, tercatat dalam sejarah Rahab ini sudah tidur dengan siapa saja, hari apa saja sudah tercatat dosa orang itu, Rahab itu. Tetapi kemudian di dalam pertobatannya, di dalam imannya, semua tertutup dengan kasih Allah. Bukan berarti orang melupakan dosanya ya, bukan berarti dosanya juga hilang secara faktual itu, tidak. Tetapi orang bisa melihat iman yang muncul dari perbuatan Rahab. Di dalam 1 Petrus 4:8, mari kita baca bersama-sama, 1 Petrus 4:8 di situ dikatakan, “Tetapi yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa.” Kasih menutupi banyak sekali dosa! Ini dosanya, kasihnya itu menutupi dosanya. Jadi yang kelihatan apa? Kasihnya. Dosanya kalau mau dicari bisa nggak? Bisa. Kelihatan nggak? Kelihatan. Tetapi yang mudah terlihat adalah kasihnya. Ini yang terjadi dalam kehidupan Rahab. Karena kasihnya Rahab kepada 2 pengintai, kepada keluarganya, bahkan kepada Allah yang hidup itu, itu menutupi dosanya. Dulunya Rahab berdosa, setelah beriman kepada Allah yang hidup, dia bertobat dan taat kepada Firman Tuhan.
Setelah kejadian Israel menduduki kota Yerikho, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, apakah Rahab bertobat ataukah dia masih melacur? Kalau kita nilai dengan doktrin ordo salutis misalkan ya, atau doktrin progressive sanctification, atau doktrin perseverance of the saints, seorang yang beriman kepada Tuhan apakah terus melacur, apakah terus menikmati dosa, apakah terus melakukan pekerjaan yang berdosa? Secara doktrinal jelas tidak! Berhenti dia jadi pelacur. Apakah Alkitab ceritakan? Nggak terlalu. Nggak terlalu ceritakan, “Wah Rahab kemudian jadi orang yang bagaimana hebat melayani Tuhan.” Tapi Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita bisa lihat Alkitab mencatat Rahab menikah dengan Salmon, orang Yehuda. Rahab orang Kanaan, dia menikah dengan orang Israel, orang Yehuda, sehingga bisa melahirkan keturunan raja. Dari kejadian tersebut kita bisa melihat Rahab itu memiliki iman yang sejati dan iman itu mengubahkan hidup Rahab. Dari seorang pelacur tidak lagi melacur tapi bertobat dari segala dosanya dan menjadi pelayan Allah. Dia bertobat. Dia bertobat, dia tidak melakukan pelacuran lagi setelah mengenal Allah yang hidup dan yang benar. Apakah mungkin bisa jatuh? Mungkin ya, kita nggak tau. Awal-awal dia sudah berpuasa atas pekerjaan pelacur tersebut, mungkin suatu saat dia nggak ada uang, akhirnya terus ada pelanggan, yang hidung belang itu, akhirnya jatuh. Jatuh. Tapi kemudian lama kelamaan berkurang. Berkurang, berkurang, dia cari pekerjaan yang lebih baik, dia mau hidup kudus di hadapan Tuhan, dan akhirnya selesai, dia menikah, seharusnya tidak melacur kembali.
Nah bukankah ini kehidupan yang indah Bapak, Ibu, Saudara sekalian. Kehidupan yang indah itu bukan berarti kita hidup terus tanpa dosa, kita pasti berdosa kok. Kehidupan yang indah itu adalah hidup pertobatan, ada perubahan dari waktu ke waktu. Hidup yang bertobat adalah hidup yang indah di mata Tuhan. Tapi bila Rahab tetap dalam dosanya dia akan menjadi kehidupan yang buruk ya, mati sebagai pelacur, tidak ada orang yang mau datang ke kuburannya, dan dia menjadi orang yang terhilang. Tetapi tidak di dalam kisah Alkitab, Rahab itu menjadi pahlawan iman bahkan. Rahab itu dari pelacur jadi pahlawan iman. Tuhan bisa ubahkan kehidupan manusia yang tanpa harapan asal orang tersebut menerima anugerah Tuhan dan juga berjuang sungguh-sungguh. Ada orang-orang yang dari mungkin narkoba, pelacuran, seks bebas, kecanduan dosa apa pun itu, dia dapat anugerah Tuhan, “Saya menjadi orang Kristen, saya mau percaya Yesus Kristus.” Tapi dia kemudian menyia-nyiakan anugerahnya sehingga hidupnya pun ya tidak berbuah ya. Dia sudah hidup rohaninya tetapi tidak berbuah di dalam Tuhan.
Bapak, Ibu, Saudara sekalian, apakah kita terkenal sebagai orang yang jahat dan berdosa? Itu hanya kita yang tau ya, dan mungkin orang dekat kita yang tau, “Kamu itu jahat. Kamu ini berdosa. Kamu ini bebal.” Tetapi jangan berhenti di situ. Tidak ada kata terlambat untuk bertobat, tidak ada kata terlambat meminta anugerah Tuhan supaya mengubahkan kehidupan kita yang penuh dengan dosa. Yang paling mengubahkan kehidupan kita bukan usaha kita, yang paling mengubahkan kehidupan kita adalah anugerah Tuhan yang diberikan kepada kita. Tetapi anugerah itu bukan melepaskan tanggung jawab manusia. Anugerah Tuhan tidak pernah mengabaikan tanggung jawab manusia. Kita perlu sungguh-sungguh percaya Yesus dan bertobat dari segala hidup kita.
Di dalam Yakobus 2:25 ini, di situ dikatakan, “Dan bukankah demikian juga Rahab, pelacur itu, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia menyembunyikan orang-orang yang disuruh itu di dalam rumahnya, lalu menolong mereka lolos melalui jalan yang lain?” Di sini Yakobus sedang menjelaskan tentang bagaimana seseorang Kristen itu yang katanya beriman harus ada perbuatan imannya. Iman tanpa perbuatan iman itu bukanlah iman yang sejati. Dan di sini penjelasan lanjutan bahwa Rahab ini loh, dibenarkan karena perbuatannya. Bukan berarti Yakobus itu melawan doktrin justification by faith alone, tetapi Yakobus ini menjelaskan dengan asumsi perbuatan Rahab itu adalah perbuatan iman, hasil dari iman kepada Allah yang hidup, bangsa Israel tersebut, Allah-nya bangsa Israel. Argumen Yakobus ini adalah kepada orang-orang Kristen yang berpikir, “Sudah cukup beriman, tidak usah berbuat sesuatu.” Nah ini ya, “Tuhan sudah kasih anugerah iman, saya lepaskan tanggung jawab saya. Saya sudah dapat iman kepada Yesus Kristus, saya tidak perlu ibadah, saya tidak perlu berbuat baik.” Salah! Tujuan akhir dari keselamatan kita itu bukan keselamatan kita. Tujuan akhir kenapa Tuhan memberikan anugerah keselamatan itu kepada kita adalah supaya kita berbuat baik, memuliakan Allah, supaya ada perbuatan iman, bukan, “Ya sudah, saya diselamatkan, inilah tujuan akhir hidup saya yaitu saya selamat dalam Yesus Kristus, saya tidak perlu berbuat baik, saya akhirnya berdosa terus menerus, tidak usah berusaha, berjuang hidup kudus.” Salah! Mungkin dia belum dapat anugerah yang sejati. Dia pikir dia dapat sesuatu. Ya itu kesalahan mengalami sesuatu ya, kita bisa salah dalam perasaan kita, kita bisa salah dalam pikiran kita, kita bisa salah dalam pengalaman kita, kita pikir kita sudah dapat keselamatan dalam Yesus terus kita main-main dengan dosa, main-main dengan Tuhan. Ya itu belum, belum percaya kepada Yesus Kristus dengan sungguh-sungguh.
Yakobus mengambil contoh Rahab setelah sebelumnya sudah memberikan contoh Abraham. Abraham orang beriman, imannya nyata dalam perbuatan. Rahab juga sama, dia orang beriman dan imannya nyata dalam perbuatannya. Rahab katanya beriman kepada Allah bangsa Israel, perbuatannya adalah menyelamatkan umat dari Allah bangsa Israel tersebut. Kalau kita percaya kepada Yesus Kristus, kita juga belajar mengasihi pengikut Yesus Kristus. Itu iman ya. Iman kepada Yesus Kristus membuat kita mengasihi sesama pengikut Kristus. Itu jelas dalam kisah Rahab ini ya. Rahab percaya kepada Allah-nya bangsa Israel, dia menolong umat dari Allah-nya bangsa Israel. Kenapa Yakobus mengatakan Rahab dibenarkan karena perbuatannya? Karena ini sebuah penekanan. Sadar. Jangan cuma katanya beriman, beriman, beriman, saya sudah berdoa, saya sudah beriman, tapi tidak ada perbuatan yang nyata dari iman kita.
Bapak, Ibu, Saudara sekalian, dalam Indonesia dan juga banyak negara-negara yang lain, pandangan umum yang dimiliki oleh kita semua di dalam masyarakat Indonesia atau pun banyak negara yang lain adalah kita bisa masuk ke Surga, kita bisa dibenarkan, kita bisa diselamatkan karena apa? Karena kita melakukan perbuatan, karena kita punya usaha, punya kemampuan untuk bisa mendapatkan Surga. Maka kita berbuat baik, berdoa, berpuasa, bersedekah. Maka dosa kita ini ketika ditimbang, akan lebih banyak perbuatan baiknya. Nah ini salah lagi ya, ini tipuan iblis. Sampai kapan pun Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kalau kita mau menimbang dosa-dosa kita dibandingkan dengan perbuatan baik kita, sangat kemungkinan besar dosa kita itu sangat lebih banyak dibandingkan dengan perbuatan baik kita. Meski pun kita sudah menjadi orang Kristen. Perbuatan baik kita kepada Kristus mungkin lebih sedikit dibandingkan dengan dosa yang kita lakukan. Nah saya nggak tau juga ya, nggak tau juga apakah sebagai orang Kristen itu kita bisa melakukan perbuatan baik kepada Kristus itu lebih banyak dibandingkan dosa-dosa kita. Nggak ada yang ngitung, nggak ada yang bisa ngitung juga, hanya Tuhan yang bisa ngitung dosa, ngitung perbuatan baik yang mana. Nah Tuhan yang menghitung dosa dan perbuatan baik kita, itu tidak menentukan dia masuk Surga atau neraka. Tapi itu menentukan upah kita di Surga nanti sebagai orang Kristen. Kalau kita semakin banyak melakukan perbuatan baik, perbuatan kudus di hadapan Tuhan, itu kemuliaannya akan lebih banyak di Surga dibandingkan yang tidak. Itu hanya berpengaruh di kemuliaan, tetapi masalah keselamatan itu bukan ditentukan oleh perbuatan manusia. Karena kalau ditentukan oleh perbuatan manusia, maka manusia Tuhannya. Kita bisa katakan, “Saya sudah banyak berbuat baik. Saya masuk surga.” Kita katakan bahwa, “Saya banyak berbuat dosa, maka saya masuk neraka.” Itu siapa Tuhannya? Manusia! Bukan Tuhan. Yang Tuhan adalah Tuhan menentukan. Tuhan memberikan anugerah kepada Dia mau berbelas kasihan kepada orang yang berdosa. Kita sudah mati dalam pelanggaran kita, dosa kita itu lebih banyak dari pada perbuatan baik kita.
Nah di sini, Yakobus ya, bukan mengajarkan manusia itu bisa dibenarkan dan diselamatkan karena perbuatannya, tapi Yakobus mau memperlihatkan bahwa orang yang beriman itu punya wujud imannya. Orang yang beriman kepada Yesus Kristus ada wujud imannya. Kepada siapa yang paling mudah? Kepada umat Yesus Kristus. Kepada orang-orang Kristen lainnya. Bapak, Ibu, Saudara sekalian mau tahu orang itu sungguh-sungguh beriman kepada Tuhan Yesus atau tidak? Lihatlah perilakunya kepada pengikut Kristus. Kalau perilakunya itu sungguh-sungguh baik, menghargai, kalau ada ibadah mau bersama-sama berkumpul, mau ketemu orang-orang Kristen lainnya, ya itu sudah pengikut Yesus. Tapi kalau orangnya menghina orang-orang Kristen, menghina gereja, tidak mau ketemu orang-orang Kristen, “Saya orang Kristen,betul! Tapi saya benci orang Kristen.” Siapa dia? Apakah itu wujud mengasihi Yesus Kristus atau beriman kepada Yesus Kristus? Bukan! Itu wujud membenci Yesus, bukan beriman kepada Yesus Kristus. Rahab dibenarkan atau diterima sebagai orang yang benar. Ini terjemahan yang lebih jelas bahwa Rahab itu dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya. Ini bisa membuat kita berpikir Rahab bisa diselamatkan karena perbuatannya, tetapi lebih tepat adalah Rahab itu diterima oleh Tuhan sebagai orang benar karena imannya dan karena ada wujud perbuatan imannya.
Nah, kita baca Ibrani 11:31, “Karena iman maka Rahab, perempuan sundal itu, tidak turut binasa bersama-sama dengan orang-orang durhaka, karena ia telah menyambut pengintai-pengintai itu dengan baik.” Tidak turut binasa karena apa? Karena perbuatannya. Ibrani juga sama ya, bukan karena imannya, tapi mau menekankan bahwa menyambut pengintai-pengintai itu adalah sebuah wujud dari iman kepada Tuhan. Tahu dari mana Rahab dibenarkan atau beriman kepada Allah? Bukan saja melalui perbuatannya yang menyelamatkan 2 pengintai itu, tetapi juga ketika dia membuat janji kepada para pengintai tersebut. Dia minta janji dari 2 pengintai itu untuk menyelamatkan dia. Jadi ini ya, iman Rahab itu terlihat kepada orang lain, 2 pengintai yang baru dikenalnya. Iman Rahab itu terlihat kepada dirinya sendiri. Ya, karena dia mau selamat dari pembunuhan yang akan dilakukan bangsa Israel kepada Kota Yerikho. Yang selanjutnya adalah iman Rahab itu terlihat dari bagaimana dia mengasihi keluarganya. Dia itu nego sama 2 pengintai itu, mungkin keluarganya jauh lebih banyak ya, kita nggak tahu di rumah tersebut. Dia nego. Dia mengasihi keluarganya. Dia tidak ingin keluarganya mati. Dia nego dengan 2 pengintai tersebut. Di sini kita lihat ya. Orang yang beriman itu langsung kelihatan kok. Katanya beriman kepada Tuhan, dia lakukan sesuatu kepada sesama, orang yang baru dikenal bahkan. Dia lakukan sesuatu kepada dirinya sendiri yang baik, dan juga dia lakukan sesuatu kepada keluarganya. Dia pikirin orang.
Bapak, Ibu, Saudara sekalian, di film-film superhero itu ada 1 tokoh yang terkenal. Keunikan film superhero itu adalah ada 1 tokoh, terus kemudian ada sifat yang menonjol yang dimiliki tokoh tersebut yang selalu diulang-ulang dalam film tersebut. Nah, ada saya lihat, saya waktu nonton ya Bapak, Ibu, Saudara sekalian ya, ada 1 tokoh superhero itu yang dia itu selalu dipuji oleh orang-orang sekitarnya, yaitu dia itu selalu memikirkan orang lain terlebih dahulu. Jadi, ketika ditanya, “Gimana kamu setelah melawan musuhmu itu?” Sudah luka parah, badannya bolong-bolong, kurang lebih begitu ya. Terus dia ketika ditanya, “Bagaimana kondisimu?” wah, terus si orang superhero ini mengatakan, ”Oh, tenang saja! Orang-orang yang mengalami ancaman dan bahaya itu sudah saya selamatkan, kurang lebih. Mereka dalam kondisi yang baik.” Loh, lagi nanya kabar kamu, kamu mikirinnya orang lain, gitu ya. Kurang lebih, ilustrasi tersebut adalah ilustrasi bagaimana seorang beriman kepada Tuhan. Dia itu mikirin orang lain. Dia mikirin Tuhan, hati Tuhan seperti apa. Dan yang terakhir, dia mikirin dirinya sendiri. Mengasihi Allah, memikirkan Allah. Mengasihi sesama, memikirkan sesama. Mengasihi diri, memikirkan diri sendiri. Ini Rahab. Rahab yang beriman ini melakukan tindakan-tindakan iman. Rahab punya iman bahwa Allah Israel itu Allah yang benar, Allah Yang Mahakuasa, dan masyarakat Kanaan yang akan berhadapan dengan bangsa Israel ini pasti kalah. Ini imannya Rahab. Punya iman yang jauh. Iman yang luar biasa.
Sekali lagi, doktrin justification by faith alone ini ajaran yang benar ya. Yakobus bukan menjelaskan suatu ayat yang kontradiksi dengan ayat-ayat yang lainnya. Kita dibenarkan, diselamatkan hanya karena iman yang diberikan Allah kepada kita, bukan karena perbuatan kita. Nah, kenapa Yakobus mengambil contoh iman Rahab, Bapak, Ibu, Saudara sekalian? Kenapa di dalam penjelasan Yakobus ini, Yakobus dalam 2 ayat terakhirnya itu dia jelasin Rahab? Dia ingatnya Rahab gitu ya. Sudah Abraham, Abraham pasti diingat. Abraham ini laki-laki. Masyarakat Yahudi ini patriarkal. Abraham ini luar biasa, Bapa orang beriman. Jelas imannya. Kenapa kemudian Yakobus itu mengambil contoh iman Rahab? Di sini ada kontras, Bapak, Ibu, Saudara kalau kita lihat, kalau Yakobus ambil Abraham, kontras dengan Rahab. Karena apa? Abraham ini sangat terkenal. Sangat terkenal. Semua dikatakan oleh banyak orang, tetapi Yakobus mengambil contoh yang tidak terkenal, yang tersembunyi imannya, yang ketika kita renungkan, “Wah, ternyata iman Rahab itu tidak kalah besar dengan iman Abraham!” Rahab itu resikonya mati kok. Kalau ketahuan menyembunyikan 2 pengintai pasti mati. Bukan saja dia yang mati, keluarganya juga mati. Ini iman Rahab lho ya. Betul-betul meresikokan dirinya untuk melakukan pelayanan kepada Tuhan. Bukankah masih banyak orang-orang PL itu yang bisa diambil contoh imannya? Kenapa Yakobus mengambil contoh Abraham dan Rahab? Ini karena apa? Karena kontras. Karakter mereka, gender mereka, keterkenalan mereka, pamor mereka itu beda. Ini menunjukkan dengan lebih jelas bahwa tidak seorang pun, apa pun kondisinya, bangsanya, kelasnya dalam masyarakat pernah dianggap benar tanpa perbuatan baik yang nyata dari iman mereka. Abraham orang pilihan Tuhan. Rahab siapa sih? Orang Kanaan, salah satu pelacur di antara para pelacur yang lain, mati pun orang tidak sedih. Kurang lebih kaya gitu ya. Tapi Abraham mati, wah seluruh Israel bersedih. Rahab mati, biasa aja. Ini kontras sekali. Tetapi Tuhan yang memberikan iman kepada manusia itu, imannya sama.
Lanjut lagi, Bapak, Ibu, Saudara sekalian. Yakobus 2:26. “Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.” Nah, kalau kita sudah bahas, kita khotbah ya di dalam seri Yakobus ini, dari pasal 1 sampai pasal kedua, Yakobus ini ternyata dia kan saudara tiri dari Tuhan Yesus Kristus. Dia ini adiknya Tuhan Yesus Kristus kan ya, ternyata Yakobus ini memperhatikan metode mengajar Tuhan Yesus Kristus. Metode mengajar Firman Tuhan dari Yesus Kristus yaitu apa? Dengan perumpamaan. Di dalam Alkitab, Yesus dicatat menggunakan metode perumpamaan itu sekitar 35 kali kasih perumpamaan. Perumpamaan, perumpamaan, mayoritas, banyak sekali. Itu yang dicatat di Alkitab. Belum tentu yang tidak dicatat di Alkitab. Mungkin Yesus lebih banyak lagi pakai perumpamaan, tetapi yang dicatat oleh Alkitab itu 35 dan itu cukup untuk memahami bagaimana Yesus ingin menjelaskan sesuatu kepada kita. Nah, Yakobus seringkali memakai perumpamaan juga dalam pasal 1 sampai pasal 2 yang sudah kita bahas dan ini adalah cara agar pembaca surat Yakobus ini mengerti dengan jelas apa yang disampaikan oleh Yakobus. Bapak, Ibu, Saudara sekalian, apa itu perumpamaan? Bahasa Inggris dari perumpamaan adalah parable. Yah, seperti paralel gitu yah. Parable atau seperti paralel berarti apa? Ada 2 hal atau lebih berdampingan, bersama-sama. Ya, itu perumpamaan. Ada 2 hal atau lebih, berdampingan, bersama-sama, tetapi menjelaskan suatu pesan yang unik. Itu berdampingan. Perumpamaan berarti berdampingan. Sama kayak paradoks ya. Ada 2 hal atau lebih yang kelihatan bersama-sama, tapi berdampingan. Dua-duanya tidak kontradiksi.
Nah, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, baru-baru ini saya menonton sebuah video motivasi. Ya, jadi pengkhotbah juga tidak kebal dengan video-video motivasi, Bapak, Ibu, Saudara sekalian ya. Pengkhotbah bukan berarti dengarnya pengkhotbah, pengkhotbah terus. Reformed ya. Reformed Injili, terus channel apa lagi? Broadcasting Reformed, apalah. Saya banyak sekali menemukan channel Youtube tentang reformed. Jadi, kalau mau belajar reformed itu kalau kita ada waktu, komitmen, sendiri pasti bisa, tapi secara intelektual ya karena kita sendiri lewat mendengarkan Youtube. Banyak sekali. Nah, saya kemudian melihat suatu video motivasi itu seperti ini, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, menarik ya. Ada seorang dosen mengajar mahasiswanya. Terus kemudian seorang dosen itu kemudian mengambil toples kosong, terus dia mengisi toples kosong tersebut dengan bola golf. Bola yang tidak lazim di Indonesia ya, bola golf. Kita lebih lazim bola pingpong, gitu ya. Bola pingpong, dipenuhi. Terus tanya dia, “Yak, para mahasiswa! Apakah toples ini sudah penuh?” Mahasiswa bilang, ”Sudah!” Wong udah penuh kok sama bola golf itu. Terus kemudian, dia mengambil benda lain, yaitu batu-batu kecil. Terus, di toples yang sama yang sudah ada bola golf itu diisi kembali sama batu-batu kecil. Wah, ternyata batu-batu kecil bisa masuk juga ya. Terus kemudian tanya lagi, si dosennya kepada mahasiswanya, ”Sudah penuh?” “Sudah!” Terus, belum selesai. Si dosen itu mengambil pasir. Ya pasir, diambil lagi, diisi toplesnya. Diisi lagi. Eh, ternyata bisa sampai penuh toplesnya ya. Toplesnya sampai penuh, kemudian dia tanya lagi. “Sudah penuh?” “Sudah!” Terus belum berhenti lagi ya si dosen itu. Ngambil apa? Ngambil bir. Ya, bir. Jadi, ada dasar yang sedikit dari toples itu masih bisa dikasih air, terus merembes kan ke pasir dan ke bawah sampai full. Nah, barulah penuh. Itu kasih alat peraga. Ya, motivator juga pakai alat peraga, bukan hanya guru sekolah Minggu. Motivator itu pakai alat peraga, terus dia kasih tahu bahwa toples itu adalah kehidupan manusia. Bola golf adalah hal-hal yang penting. Keluarga, teman, pekerjaan, cita-citamu. Batu-batu kecil adalah hal-hal penting lainnya, mungkin hobi, pekerjaan lain, sampingan. Dan pasir adalah hal-hal kecil yang tidak penting. Kalau kita ubah urutannya, kita masukkan hal-hal kecil yang tidak penting dulu misalkan pasir, penuhin, hal-hal yang penting, yang utama, bola-bola golf itu nggak bisa masuk toples. Nggak bisa masuk ke kehidupan kita. Pesannya apa? Kata si dosen tersebut, pesannya adalah hal itu kalau kita habiskan tenaga dan waktu kita untuk hal-hal kecil dan tidak penting, kita tidak punya waktu untuk hal-hal yang sangat penting. Sederhana. Wah, indah ya! Kalau kita masukin hidup kita, toples itu seperti kehidupan kita, masukinnya hal-hal nggak penting terus, penuh. Hal-hal yang penting itu nggak bisa masuk. Hal-hal yang utama itu nggak bisa masuk. Maka, prioritaskan hidupmu. Itu motivasi, tapi dia pakai perumpamaan. Dia pakai ilustrasi dunia dengan pesan moral yang baik. Dia pakai ilustrasi toples doang, tapi dengan pesan moral yang baik. Ilustrasi toples dengan pesan prioritas dalam kehidupan.
Nah, sekarang Yesus Kristus. Kita bandingkan Yesus dengan motivator, jelas menangan Yesus Kristus ya. Yesus Kristus pakai perumpamaan untuk menjelaskan kerajaan Allah dan kebenarannya. Yesus pakai 2 hal yang berdampingan, yaitu apa? Cerita dunia, cerita sehari-hari dengan pesan surgawi. Ya, cerita dunia dengan pesan surgawi. Ini yang dilakukan oleh Yesus Kristus. Entah perumpamaan penabur, ada perumpamaan anak yang hilang, perumpamaan pemungut cukai dan orang Farisi, perumpamaan apa lagi yang Yesus berikan ya? Mutiara di mulut babi dan lain-lain. Itu adalah gunanya menjelaskan kerajaan Allah, bukan pesan moral. Yesus menjelaskan tentang yang kekal, kebenaran Allah, bukan kebenaran manusia. Yesus Kristus menjelaskan dengan limpah. Dan rata-rata kalau manusia itu membuat perumpamaan supaya yang tidak jelas jadi jelas, tetapi perumpamaan yang dilakukan oleh Yesus Kristus itu paradoks. Yaitu apa? Satu sisi jelas, satu sisi tidak jelas. Paradoks, dua-duanya ada. Ini tujuan Yesus menggunakan perumpamaan, yaitu mengungkap kebenaran kepada mereka yang mau belajar, kepada murid-murid-Nya, tetapi juga menutup kebenaran bagi orang yang sombong, yang tidak mau belajar kepada Yesus Kristus itu ditutup. Nggak ngerti mereka tentang perumpamaan yang Yesus jelaskan. Ini ya, pedang bermata dua dari perumpamaan Yesus Kristus. Satu sisi, bagi orang yang mau belajar itu clear, bagus ya, tapi satu sisi bagi orang yang sombong yang tidak mau belajar, “Apa sih? Ngomong apa ini orang? Khotbah apa aja nggak jelas!” Gitu ya, kurang lebih kayak gitu.
Nah, tapi bedanya dengan Yakobus, Bapak, Ibu, Saudara sakalian, di dalam bagian ini Yakobus menggunakan perumpamaan dengan 1 fungsi saja. Yaitu apa? Supaya pembaca itu langsung mengerti pesannya, bukan supaya tidak mengerti. Karena seluruh pembaca dari surat Yakobus adalah orang-orang Kristen. Yakobus mengasihi orang-orang Kristen, maka dia menulis pesan kepada orang Kristen lainnya. Yakobus katakan, “Tubuh tanpa roh adalah mati” atau seperti mayat. Jadi, gambarannya adalah kematian. Kematian adalah sesuatu yang buruk. Tidak ada orang yang cita-citanya mati kan ya. Tidak ada orang yang normal, yang sehat itu ingin mati. Ya, meski pun ada dalam kondisi lemah dan berdosa, kita bisa ingin mati, ingin bunuh diri, itu bisa ada. Tetapi, kematian ini sesuatu yang buruk, yang asing, yang kita hindari. Kita tidak ingin mati. Itu adalah kondisi manusia secara fisik. Sama dengan kerohanian kita. Yakobus katakan demikian. Kalau kamu punya iman, katanya, tapi kamu nggak ada perbuatannya itu kamu seperti mayat yang mati. Jangan inginkan hal tersebut. Jangan kamu punya rasa percaya yang begitu banyak, tapi itu rasa percaya yang palsu, yang tidak kamu perhatikan baik-baik. Iman yang buta, iman yang melompat dalam gelap, itu jangan. Kamu kalau mau percaya sesuatu, pikirkan baik-baik. Pelajari baik-baik. Ketika sudah dipelajari, maka pegang dan lakukan. Ini terus berulang-ulang. Dapat sesuatu yang baru, pelajari baik-baik dulu. Tampung dulu. Setelah ditampung, terima, percaya, lakukan. Itu yang diinginkan Yakobus kepada para pembacanya. Ini ya. Jangan sampai rohani kita itu seperti mayat. Ya, mayat itu ya tentu ya, tidak ada yang mau terus hidup dengan mayat kan ya. OK, dikasih formalin, dikasih seperti mumi, terus dipasang terus. Itu sudah kayak psikopat ya. Ada psikopat yang cinta sama seorang wanita. Eh, psikopat itu bunuh wanita tersebut, kemudian mayat wanita tersebut dimasukin ke kulkas gitu ya. Dia pengen terus sama mayat. Itu aneh kan? Mayat ya tempatnya di kuburan. Maka dari itu, iman itu jangan seperti mayat karena nanti kita akan dijauhi oleh banyak orang juga. Tidak ada orang yang ingin dekat-dekat dengan mayat sebenarnya. Mayat itu akan lama-lama membusuk dan akan sudah tiada, binasa. Ini ya, perumpamaan.
Di bagian ini, kata Yunani dari roh adalah pneuma sebenarnya. Pneuma berarti napas. Napas ini berarti tanda kehidupan. Maka untuk bisa melihat apakah di dalam diri seseorang itu ada iman atau tidak, adalah salah satunya lihat perbuatannya memang. Perbuatannya seperti apa? Ada perbuatan iman nggak? Kalau ada perbuatan iman, mungkin kita bisa kenal bahwa dia sudah punya iman kepada Tuhan. Tetapi kita tidak mungkin bisa mengenal orang pada waktu pertama kali bertemu ya. “O, dia ke gereja 1 kali berarti dia sudah percaya kepada Kristus sungguh-sungguh.” Belum tentu! Iman itu ada ujiannya juga. Iman yang genuine pasti diuji. Ada kalanya kita diganggu, ya diizinkan Tuhan, kita diganggu oleh iblis atau diganggu oleh kedagingan kita untuk tidak menjalankan perbuatan-perbuatan iman kita. Dan kita bisa gagal. Nah, ini ya. Inilah orang-orang Kristen. Kita bisa lemah, tetapi kembali ya, kita tetap mau mengenal seseorang itu bukan karena ingin tahu imannya bagaimana, tetapi yang jelas kalau kamu mau beriman, ya coba ada perbuatan-perbuatannya yang nyata lah. Nah, itu yang didorong oleh Yakobus. Yakobus tidak menghakimi pembacanya. “Kamu ini orang yang sesat, orang yang bukan Kristen!” Tidak, ya. Yakobus ini menghakimi para pembacanya sebagai saudara seiman. Asumsinya adalah dia mengasihi, dia menegur supaya jangan cuma omong doang. Kamu punya iman? Betul. Tapi seringkali kamu take it for granted. Seringkali kamu mengatakan, “Saya sudah diberkati, dapat anugerah.” tapi kemudian melepaskan tanggung jawab manusia.
Terakhir, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, menutup khotbah ini, saya bagikan apa yang pernah dikhotbahkan oleh Charles Spurgeon tentang Rahab. Charles Spurgeon ini terkenal di dalam sejarah kekristenan sebagai prince of preachers, pangeran pengkhotbah ya. Pangeran pengkhotbah, dan khotbahnya unik. Ketika saya baca dengan bahasa Inggris yang rumit itu ya, tetapi mudah dimengerti. Ketika saya baca khotbahnya ini mungkin 200-an tahun yang lalu khotbahnya tentang Rahab, dia jelaskan 5 jenis iman Rahab. Tulisannya memang rumit, tapi dia ada penekanan point-nya, sederhana. Jadi kalau kita baca atau mungkin mendengar khotbahnya langsung jelas. Tidak salah kalau orang-orang Kristen mengatakan bahwa Charles Spurgeon ini adalah prince of preachers. Dia pintar khotbah, mahir dalam berkhotbah. Orang yang mendengar khotbahnya itu bukan jadi rumit ya hidupnya, tapi jadi jelas. Yang pertama, iman Rahab adalah saving faith, iman yang menyelamatkan. Dia sudah diselamatkan oleh iman dari Tuhan, kemudian dia mau menyelamatkan sesamanya. Dua pengintai, dirinya sendiri, dan keluarganya. Yang bisa dia selamatkan, dia selamatkan. Yang dia bisa kabarkan Injil, dia kabarkan Injil. Dan dia mau hidup mengerjakan keselamatannya. Dia peduli kepada sesama. Yang kedua, dia punya singular faith atau iman yang tunggal. Iman yang tunggal berarti, “Meski pun seluruh Kota Yerikho tidak percaya kepada Allahnya bangsa Israel, saya percaya.” Mungkin dia satu-satunya orang yang beriman kepada Allahnya bangsa Israel di Kota Yerikho tersebut. Keluarganya sendiri mungkin nggak percaya lho. Dia punya singular faith, iman yang tunggal. Ketika Kota Yerikho akhirnya memilih, “Ini bangsa Israel sudah mau datang ke kota kita, kita punya benteng kota yang kokoh besar. Pilihannya berdamai dengan bangsa Israel atau lawan.” Ketika semua Kota Yerikho mengatakan, “Lawan bangsa Israel itu! Kita punya benteng yang kuat.” Rahab mengatakan, “Aku mau berdamai dengan bangsa Israel.” Sendiri. Iman yang tunggal. Iman yang sendirian. Iman yang melawan arus. Iman yang seperti ikan yang hidup. Ikan yang hidup melawan arus, ikan yang mati terbawa arus. Yang ketiga, iman Rahab itu adalah stable faith, iman yang stabil. Motivasinya menyelamatkan 2 pengintai. Dia ngomong kepada polisi kota. Kita kalau didatangi polisi kan sudah bisa gemetar-gemetar ya. Kita ngomong apa, salah jadinya. Kita benar jadi salah, karena kita sudah gemetaran dulu ya. “Waduh! takut nih, polisi.” Tapi, Rahab ini ketemu polisi kota biasa aja, tenang ya, “O ya betul, disana ya. 2 pengintai ini lagi jalan, terus ketika pintu gerbang mau ditutup, mereka sudah keluar.” Tenang, tidak seperti berbohong, padahal berbohong. Mungkin sudah sering berbohong juga ya, nggak ngerti ya. Tapi ini adalah iman Rahab. Dia punya iman yang stabil. Dia punya tujuan menyelamatkan 2 pengintai, dia lakukan. Dia nggak main-main ya. Dia sungguh-sungguh. Stabil. Menjawab dengan tenang. Dia nggak salah, padahal salah ya berbohong itu ya. Bersalah kepada Raja Yerikho lho, tapi dia tenang. Yang keempat, Rahab punya self-denying faith, yaitu iman yang menyangkal diri. Dia berani pertaruhkan nyawa. Ya tadi ya, seperti yang saya sudah jelaskan. Dia berani pertaruhkan nyawa demi orang lain yang baru dia kenal, 2 pengintai. Kalau dia kesalahannya ketahuan pasti mati. Dan yang kelima, sanctified faith, dia adalah punya iman yang dikuduskan.
Jadi, Charles Spurgeon mengatakan juga bahwa tafsirannya, Rahab ini setelah punya iman kepada Allahnya bangsa Israel, pada waktu itu dia bertobat. Dia punya hidup yang dikuduskan. Jadi, apakah melacur lagi? Tidak. Dia menjadi perempuan yang baik, menikah dengan seorang pria Yehuda. Namanya dicantumkan dalam silsilah Yesus Kristus. Ini adalah kehidupan yang beriman dan kehidupan yang berdosa dari Rahab ya dan 2 kehidupan yang bertentangan satu dengan yang lainnya. Kalau berdosa, ya berdosa. Tahapan ini kamu berdosa, berdosa. Tetapi setelah kamu tahapan beriman, ya berimanlah, meskipun jatuh bangun dalam dosa. Ini beda ya, kalau berdosa itu jatuh terus, kalau beriman ini sudah naik, terus jalan, jatuh. Ya, jatuh. Ini hidup ya. Hidup itu detak jantungnya seperti itu ya kurvanya. Ya, kita bisa jatuh ke dalam dosa, tapi kita terus dikuduskan, terus kurvanya itu naik. Meskipun jatuh, jatuh, tetapi terus naik. Ini adalah kehidupan iman yang dikuduskan. Sanctified faith ya. Mari Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita memiliki iman seperti Rahab ya. Kepada perempuan yang jarang sekali dicatat dan terlihat imannya, tetapi kalau kita perdalam lagi ternyata Tuhan memimpin kehidupannya. Iman yang menyelamatkan adalah iman yang fokus kepada Yesus Kristus, percaya kepada Yesus Kristus, dan stabil di dalam melayani Tuhan. Seringkali, kadang-kadang kita bisa tidak stabil ya. Waktu lagi stress, banyak kerjaan, tugas, kita bisa katakan, “Saya nggak usah ke gereja dulu ya. Capek.” Ya, banyak masalah gitu ya. Ya OK, itu namanya kita berdosa, kita lemah. Tetapi Tuhan inginkan kita itu iman yang stabil. Iman yang bertahan ketika ada kesulitan atau situasi, kondisi yang buruk. Bukan berarti kita sombong ya, tetapi kita mau bergantung hanya kepada Tuhan saja. Mari, kita sama-sama memiliki kehidupan yang beriman, yang bertumbuh, yang berakar kepada Yesus Kristus, dan kita juga mau terus mendengarkan Firman Yesus Kristus karena iman timbul dari pendengaran akan Firman Kristus. Amin. Mari kita sama-sama berdoa.
Bapa kami yang di surga, kami bersyukur Tuhan untuk Firman Tuhan yang boleh kami dengar pada hari ini. Terima kasih untuk Alkitab yang sudah Tuhan berikan, di mana kami begitu limpah untuk bisa belajar mengenal Tuhan dan juga belajar hidup kudus dan beriman kepada Tuhan. Tolonglah kami yang lemah dan berdosa ini,Tuhan, supaya kami bisa dipakai Tuhan untuk memiliki kehidupan yang beriman, memiliki juga perbuatan-perbuatan yang didasarkan dari iman kami kepada Tuhan Yesus Kristus. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, Tuhan dan Juru Selamat kami yang hidup, kami sudah berdoa. Amin. (HSI)