Saudara, peristiwa kepala penjara Filipi ini adalah satu peristiwa yang merupakan rangkaian dari perikop sebelumnya. Dan apa yang membuat Paulus itu ada di dalam penjara Filipi? Penyebab utamanya adalah pada waktu Paulus melayani di Filipi, maka dia bertemu dengan 1 orang perempuan penenung yang memiliki roh-roh tenung dan seringkali dipakai oleh para pembesar kota itu untuk menghasilkan uang. Jadi pada waktu orang-orang datang kepada perempuan ini, mereka berpikir bahwa perempuan ini bisa memberikan pengertian, membaca mungkin masa depan, memberitahukan nasib mereka, ataupun mungkin menyatakan berkat dalam kehidupan mereka. Dan mereka percaya bahwa perempuan ini memiliki roh daripada Apolos yang membuat mereka bisa mendapatkan berkat dari dewa ini. Tetapi kemudian setelah Paulus melihat bahwa perempuan ini bukan bersumber dari Tuhan, lalu Paulus menengking roh perempuan itu untuk pergi daripada perempuan itu, maka Alkitab mencatat, mulai hari itu perempuan ini tidak bisa lagi meramalkan nasib dan kehidupan dari orang-orang yang datang. Akibatnya adalah perempuan ini tidak bisa menghasilkan uang lagi. Dan akibat tidak bisa menghasilkan uang lagi, maka kepala-kepala mereka atau tuan-tuan dari perempuan ini menjadi marah sekali karena penghasilan mereka hilang dan itu membuat mereka kemudian memenjarakan Paulus dan Silas.
Tetapi pada waktu kita melihat terhadap peristiwa ini, saya percaya ada 1 hal yang kita perlu lihat secara lebih clear, yaitu pada waktu Paulus dan Silas dimasukkan ke dalam penjara itu, pertanyaannya adalah seperti ini: Apa sebab Paulus dan Silas dimasukkan ke dalam penjara? Kalau saya tanya ini, mungkin Bapak, Ibu, Saudara akan berkata, “Lho, tadi kan sudah dikatakan sebabnya! Dan sebabnya itu adalah karena Paulus mengusir roh tenung daripada perempuan itu sehingga tuan-tuan dari perempuan ini tidak bisa menghasilkan uang lagi melalui perempuan ini.” Betul, itu menjadi sebab kenapa Paulus dipenjarakan dan Silas dipenjarakan dan itu adalah sebab dari pemikiran manusia. Tetapi kita sebagai orang Kristen, saya percaya Alkitab menyatakan kita harus bisa melihat melampaui daripada apa yang dilihat oleh manusia. Manusia hanya bisa melihat bahwa kejadian di dalam dunia ini ada sebab akibatnya dan segala sesuatu yang kita alami disebabkan oleh sesuatu dan sesuatu itu adalah akibat dari manusia yang lain. Kalau kita bicara tentang manusia, kalau kita bicara tentang alam dan hal yang lain, kita juga berkata bahwa, “Keadaaanku dipengaruhi oleh keadaan sekitar,” seperti itu.
Tetapi ketika kita membaca Kitab Suci, menarik sekali, pada waktu Paulus menulis surat-suratnya kepada mereka yang dia layani, misalnya kepada Efesus, kepada jemaat Filipi, atau pun kepada Filemon, maka pada waktu dia menulis suratnya itu, termasuk Kolose ya, dia ada di dalam posisi yang berada di dalam kurungan penjara. Tetapi pada waktu dia ada di dalam kurungan penjara, ia tidak pernah berkata bahwa ia adalah tertawan atau tawanan yang diakibatkan oleh misalnya kaisar Roma. Ia tidak pernah berkata, misalnya di dalam bagian ini, dia tawanan dari orang-orang yang membenci diri dia. Dia tidak pernah berkata bahwa ini adalah akibat fitnahan yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak suka terhadap pelayanan yang mereka kerjakan, tetapi Paulus selalu mengatakan bahwa ia adalah tawanan dari Kristus. Saudara, saya percaya ini perspektif yang penting sekali yang Alkitab ingin bukakan bagi diri kita untuk kita bisa memiliki 1 kehidupan yang menjadi saksi Kristus di dalam dunia ini secara efektif ya, atau menjadi kesaksian bagi nama Tuhan yang sungguh-sungguh membawa kemuliaan bagi nama Tuhan. Dan selain daripada pengertian ini, Alkitab juga menyatakan bahwa pada waktu Paulus dan Silas itu mengabarkan Injil Kristus, mereka punya 1 pemahaman dan iman. Dan saya percaya, semua kita sebagai orang Kristen memiliki 1 pengertian bahwa Tuhan yang kita kabarkan, Tuhan yang kita ikuti, Tuhan yang kita sembah itu adalah Tuhan semesta alam. Ia adalah satu-satunya Allah yang tidak ada bandingnya di dalam dunia ini. Ia satu-satunya Allah yang sejati, walau pun manusia di dalam dunia ini bisa menyebut banyak allah di dalam dunia ini dan mengikuti banyak allah di dalam dunia ini. Ada 1 buku yang mengatakan seperti ini: “Tuhan bahkan mengizinkan adanya banyak allah di dunia ini bukan dalam pengertian bahwa mereka ada, tetapi Tuhan izinkan mereka terlihat seperti benar di dalam dunia ini, tujuannya adalah untuk menguji, sebenarnya kita itu punya allah siapa? Apakah kita punya Allah sungguh-sungguh Allah Yahweh, adalah Kristus? Ataukah kita memiliki Allah yang lain, apakah itu materi? Apakah itu harga diri kita? Apakah itu adalah pekerjaan kita, keluarga kita dan segala sesuatu yang lainnya yang ada di dalam ciptaan ini?” Tuhan sengaja izinkan itu dan pada waktu itu terjadi, itu bertujuan untuk menyatakan Allah kita itu adalah Allah yang sejati atau bukan. Ibadah kita ditujukan kepada Allah yang sejati atau bukan, yaitu Allah semesta alam ini.
Dan kalau kita melihat Allah kita adalah Allah semesta alam ini, maka ada 1 hal yang saya percaya kita pahami sekali dan imani sekali, yaitu Allah kita bukan Allah yang biasa-biasa, tetapi kita punya Allah adalah Allah Yang Mahakuasa. Maksudnya apa? Ketika Dia mencipta, Dia nggak perlu menggunakan 1 usaha pun, tetapi Dia hanya berbicara, maka apa yang Dia katakan itu terjadi. Pada waktu Dia menghendaki sesuatu, Alkitab berkata tidak ada satu pun kekuatan di dalam dunia ini yang bisa menghalangi kehendak Allah itu terjadi seperti yang Allah kehendaki. Ini adalah 1 kebenaran yang Alkitab nyatakan dan sudah buktikan kepada diri kita. Tidak ada 1 penguasa yang terbesar pun yang sanggup untuk mengalahkan kuasa Allah. Dan Tuhan seringkali mengambil contoh mulai dari Firaun, Mesir yang merupakan negara adidaya pada waktu itu, Asyur atau pun Babel yang merupakan negara yang berkuasa, paling hebat pada waktu itu, atau pun Roma sendiri. Mereka semua harus tunduk di bawah kehendak Tuhan dan rencana Tuhan harus tetap tergenapi melalui keberadaan dari mereka dan bahkan kejahatan yang mereka lakukan kepada umat Tuhan.
Saudara, kalau begitu, kalau kita memiliki Allah Yang Mahakuasa, Allah yang sungguh-sungguh memiliki kekuatan yang tiada tandingnya, bukan hanya kepada manusia, tetapi juga kepada iblis, kalau Saudara bisa baca itu di dalam kitab Ayub, iblis pun harus minta izin kepada Tuhan sebelum dia melakukan pencobaan terhadap diri Ayub, apakah itu menjamin sebagai anak Tuhan, kita adalah orang yang akan terhindar dari malapetaka, terhindar dari kesulitan, terhindar dari penyakit, terhindar dari segala macam pergumulan yang merugikan diri kita? Ada orang yang mengatakan kepada saya seperti ini, dia bilang, “Pak, saya sudah tidak mau lagi berharap kepada Tuhan.” ”Lho, kenapa tidak mau lagi berharap kepada Tuhan?” “Karena yang terjadi adalah ketika saya berharap kepada Tuhan, yang ada adalah kekecewaan demi kekecewaan yang saya alami di dalam hidup saya.” Pada waktu dia berbicara seperti ini, satu sisi saya merasa dia memiliki 1 pengharapan, tetapi dia tidak punya 1 konsep yang saya percaya juga mungkin benar tentang Tuhan Allah. Karena Alkitab menyatakan bahwa kalau kita mengerti Tuhan secara benar, Tuhan adalah Tuhan yang tidak mungkin pernah mengecewakan hidup kita. Kalau kita bisa kecewa kepada Tuhan, pasti ada konsep-konsep di dalam iman kita dan pemikiran kita akan Tuhan yang tidak sesuai dengan Alkitab ini. Tapi di sini, saya mau mengatakan bahwa pada waktu dia berkata, “Aku tidak mau berharap apa pun lagi kepada Tuhan.“ Maka itu berarti ia punya 1 pemikiran bahwa Tuhan tidak selalu, paling tidak ya, Tuhan tidak selalu memenuhi apa yang menjadi keinginan dia. Lalu dia juga menyadari 1 hal, pada waktu dia mengikut Tuhan itu juga tidak menjamin dia ada di dalam 1 kondisi yang baik di dalam dunia ini, karena dia memang dalam kondisi yang tidak baik. Saudara, itu adalah sesuatu yang Tuhan tidak pernah janjikan kepada siapa pun juga, termasuk kepada umat-Nya, kecuali orang-orang tertentu di dalam Perjanjian Lama yang Tuhan janjikan mengenai berkat secara materi. Tetapi tentang fisik, tentang kesehatan ada tidak? Bahkan para rasul sendiri tidak pernah mengajarkan hal itu kepada manusia, atau kepada umat-Nya, atau menuliskannya di dalam Kitab Suci. Ambil contoh seperti ini ya, kalau Saudara berkata, ”Orang Kristen adalah orang yang memiliki kuasa supranatural untuk melakukan satu kesembuhan, satu mujizat.” Pertanyaannya adalah, siapa rasul atau siapa orang di dalam Kitab Suci yang memiliki kuasa itu atau karunia itu? Kalau Saudara baca di dalam Kisah Rasul, Saudara bisa lihat selain dari para rasul, cuma ada beberapa orang yang punya kuasa itu, misalnya Filipus, ia punya kuasa untuk melakukan mujizat dan kesembuhan ini. Tetapi yang lainnya nggak dikatakan, kecuali para rasul. Mereka memiliki kuasa itu, karunia itu yang Tuhan berikan kepada diri mereka. Dan di dalam Ibrani 2 :4 itu dikatakan itu adalah tanda kerasulan mereka untuk mengkonfirmasi kalau mereka adalah rasul dari Kristus Yesus.
Tetapi anehnya begini, Saudara, pada waktu Paulus menulis surat kepada Timotius, baik itu di dalam surat 1 Timotius atau pun di dalam surat 2 Timotius, Paulus mengatakan 1 hal yang sangat mengagetkan sekali yaitu di dalam surat 2 Timotius, kalau Saudara baca bagian yang terakhir ya. Surat 2 Timotius 4:20, “Erastus tinggal di Korintus dan Trofimus kutinggalkan dalam keadaan sakit di Miletus. ” Kalau Saudara tahu, surat Paulus yang terakhir itu adalah surat 2 Timotius. Dan pada waktu Paulus berada di Miletus, dia harus pergi ke kota yang lain, lalu Paulus berkata kepada Timotius seperti ini, “Tahu tidak, saya harus pergi ke kota lain. Dan pada waktu itu, saya harus meninggalkan Trofimus di dalam keadaan sakit.” Lalu ketika Paulus menulis surat kepada Timotius sendiri, Paulus berkata kepada Timotius, “Kamu ketika minum, jangan cuma minum air putih saja, tetapi minumlah 1 sendok dari anggur untuk bisa membuat ususmu atau pencernaanmu menjadi lebih baik.” Saudara, rasul Paulus punya kuasa mujizat, punya karunia kesembuhan tidak? Kita pasti ngomong, “Ya!” Tetapi ketika Paulus dan Petrus dan semua yang lain punya karunia itu, mengapa Paulus tidak ngomong seperti ini, “Trofimus, aku doakan kamu sembuh!” atau, “Timotius, mulai hari ini kamu tidak usah makan anggur, minum wine, atau menambahkan wine di dalam minumanmu lagi karena engkau sudah sembuh, dan Tuhan sudah sembuhkan engkau!” atau “Timotius, Profimus, kalian harus doa, claim kepada Tuhan untuk memberikan kesembuhan kepada dirimu!” Paulus nggak ngomong seperti itu lho, dan Paulus juga nggak menyembuhkan mereka. Paulus meninggalkan mereka di dalam kondisi yang sakit atau ada penyakit di dalam hidup mereka. Dan ini berarti bahwa Allah kita walau pun di satu sisi adalah Allah Yang Mahakuasa, Allah yang memiliki kekuatan yang luar biasa sekali di dalam alam semesta ini, dan punya kuasa supranatural, dan kita bisa lihat itu dari para rasul yang memiliki kuasa itu, dan orang-orang percaya ini ada sebagian dikaruniakan kuasa itu, tetapi Tuhan tidak pernah menjamin kuasa itu digunakan untuk kepentingan dari manusia atau umat Tuhan. Tetapi kuasa itu diberikan demi untuk kepentingan dari nama Tuhan.
Dan Petrus sendiri, kalau Saudara baca di dalam surat 1 Petrus 4 mengatakan seperti ini, 1 Petrus 4:19. “Karena itu baiklah juga mereka yang harus menderita karena kehendak Allah, menyerahkan jiwanya, dengan selalu berbuat baik, kepada Pencipta yang setia.” Jadi, artinya apa? Kita yang mengikut Kristus, yang penting adalah apakah keberadaan kita itu menggenapkan kehendak Tuhan atau tidak? Apakah kehidupan kita itu melakukan suatu kebaikan atau tidak, yang membawa kemuliaan Tuhan atau tidak? Seperti itu. Tetapi sisanya bagaimana? Pada waktu Saudara hidup beriman kepada Tuhan, Saudara melayani Tuhan, Saudara betul-betul berusaha setia kepada Tuhan, Petrus berkata bahwa hal itu tidak menjamin kita tidak menderita tetapi kita harus tetap berharap kepada Tuhan karena Tuhan itu adalah pencipta kita yang setia. Nah, itu sebabnya pada waktu kita membaca di dalam Kisah Rasul pasal 16 ini, ketika Paulus melayani pemberitaan Injil bersama dengan Silas, pertanyaan saya, mengapa mereka dipenjarakan? Apakah karena mereka melakukan suatu dosa di dalam pemberitaan Injil mereka? Apakah mereka adalah orang yang kemudian dihukum Tuhan karena mereka telah mengajarkan sesuatu yang salah, seperti itu? Atau mereka sedang melakukan sesuatu yang bukan merupakan kehendak Tuhan? Alkitab bilang tidak. Justru mereka sedang melakukan kehendak Tuhan. Pada waktu mereka melakukan kehendak Tuhan, Tuhan mengizinkan kedua rasul-Nya ini ditangkap lalu dipenjarakan. Jadi ini adalah 1 hal yang saya percaya kita harus pahami dan pegang baik-baik sebagai orang percaya. Karena apa? Karena yang memimpin hidup kita itu adalah Tuhan, yang merancang hidup kita itu adalah Tuhan, yang mengatur segala sesuatu yang terjadi demi untuk menggenapkan apa yang menjadi rencana Tuhan itu adalah Tuhan, sedangkan kita ini adalah orang-orang yang Tuhan izinkan ada di dalam pekerjaan-Nya, kerajaan-Nya, untuk menggenapkan kehendak Tuhan di dalam hidup kita.
Kalau saya bilang seperti ini, mungkin kita punya satu konsep bahwa, “Oh, kita ini sekedar pion?” OK-lah kalau mau pakai istilah pion, Tuhan mau taruh kita di depan untuk dikorbankan seperti itu, atau siapa yang maju terlebih dahulu di garis depan untuk mati, siapa yang di belakang yang menikmati perjuangan yang ada di dalam garis depan itu. Itu semua strategi berasal dari Tuhan. Tetapi pada waktu Saudara melihat Saudara ada di titik yang mana pada waktu itu, hal yang penting adalah pertama, Saudara harus ingat baik-baik, ketika Tuhan menempatkan Saudara di dalam posisi itu, tujuannya bukan jahat, selalu baik, selalu berguna untuk kemuliaan nama Tuhan, tetapi juga selalu baik untuk diri kita karena Tuhan sedang memproses kita untuk satu hal yang baik untuk diri kita juga supaya kita makin bisa dipakai oleh Tuhan untuk menyaksikan Tuhan di dalam hidup kita. Itu menjadi hal yang Saudara harus ingat baik-baik. Lalu, selain dari tujuan itu untuk sesuatu yang baik, Saudara juga harus mengerti yang kedua adalah, mengapa kadang-kadang cara kerja Tuhan itu di luar dari pemikiran kita dan pemahaman kita, dan tidak seperti apa yang kita kehendaki? Karena Tuhan lebih mengenal diri kita daripada diri kita sendiri dan pertimbangan Tuhan itu jauh melampaui daripada bijaksana dan kemampuan kita untuk melihat akan hari depan, akan kebenaran. Jadi itu sebabnya pada waktu Tuhan mengizinkan sesuatu terjadi di dalam hidup kita, satu sisi Tuhan mengatur kita ditempatkan di posisi itu untuk apa? Untuk kemuliaan nama Tuhan dan kebaikan nama Tuhan. Tetapi di balik itu, Tuhan punya rencana untuk membentuk diri kita, untuk memakai kita, memberkati sesuatu yang kita tidak mengerti saat ini. Tetapi di hari ke depan, apa yang kita lakukan itu menentukan satu kemuliaan di dalam penggenapan rencana Tuhan.
Saudara bisa lihat itu di dalam kitab Ayub. Ayub tahu tidak, mengapa dia harus menderita? Nggak tahu kan. Mengapa di dalam 1 hari seluruh anak dan hartanya habis? Di dalam 1 hari dia harus mengalami satu kutukan pada tubuhnya yang begitu hebat sekali. Nggak tahu sama sekali dan bahkan sampai akhir daripada kitabnya, dia nggak ngerti sama sekali. Yang dia tahu adalah, “Mulai hari ini, aku mengenal Tuhanku bukan menurut kata orang, tetapi aku pribadi mengenal Tuhanku dan itu cukup. Aku menarik semua tuduhan yang aku katakan dari mulutku tentang Tuhan.” Lalu setelah itu, apa yang terjadi? Kitabnya selesai. Ketika kitab itu selesai, dia tahu nggak kitabnya sangat menguatkan sekali begitu banyak orang Kristen yang mengalami kesulitan dan penyakit dan penderitaan di dalam hidupnya? Tidak. Dia mengerti tidak kalau mulai dari hari itu, kitab dia akan digunakan oleh Tuhan untuk menyatakan kemuliaan Tuhan dan kebesaran Tuhan, kuasa Tuhan? Nggak juga. Termasuk kedaulatan Tuhan. Tetapi yang dia tahu saat itu adalah dia harus meresponi Tuhan punya pembentukan secara benar seperti yang Tuhan kehendaki, itu dia responi. Itu yang perlu dia lakukan. Dan saya percaya, itu juga yang harus kita lakukan. Pada waktu Tuhan menaruh kita sebagai pion yang ada di dalam garis depan, kita bisa percaya satu hal, pada waktu Tuhan taruh kita di garis depan itu, Tuhan punya kehendak yang penting adalah saya menjalankan kehendak Tuhan itu dengan setia, dengan benar, dan dengan taat atau tidak, itu yang penting. Nggak usah banding kiri dan kanan untuk hal ini.
Dan Paulus dan Silas adalah orang yang termasuk orang yang dipakai oleh Tuhan untuk ada di garis depan untuk memberitakan Injil dengan segala bayaran yang begitu mahal yang mereka harus serahkan kepada Tuhan Yesus Kristus, termasuk Petrus juga. Karena apa mereka mau lakukan itu? Karena mereka tahu Tuhan itu Mahakuasa, Tuhan itu benar, Tuhan itu setia, Tuhan selalu melakukan segala sesuatu tanpa kesalahan, dan mereka adalah orang-orang yang diberikan anugerah untuk terlibat untuk menggenapi rencana, kehendak Tuhan itu dalam hidup mereka. Dan itu adalah 1 hak istimewa yang Tuhan berikan bagi mereka. Itu sebabnya, selain dari pengertian itu, mereka juga ketika dibawa masuk ke dalam 1 kondisi di mana mereka mengalami kesulitan atau penganiayaan, mereka tetap menerima keadaan itu dan tidak menjadi kecewa kepada Tuhan. Karena apa? Karena Tuhan memang tidak pernah menjanjikan 1 kali pun anak Tuhan akan bebas dari kesulitan, tetapi justru anak Tuhan diberi kesempatan untuk bisa menyatakan nama Tuhan, kuasa Tuhan, keberadaan dia sebagai anak Tuhan di tengah-tengah manusia di dalam dunia ini. Dan itu adalah sesuatu yang sangat-sangat menghibur sekali.
Saudara boleh buka Kolose 1 ya, Kolose 1:10-11, “ Sehingga hidupmu layak di hadapan-Nya serta berkenan kepada-Nya dalam segala hal, dan kamu memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik dan bertumbuh dalam pengetahuan yang benar tentang Allah, dan dikuatkan dengan segala kekuatan oleh kuasa kemuliaan-Nya untuk menanggung segala sesuatu dengan tekun dan sabar.” Jadi kalau kita ingin menyatakan nama Tuhan, Tuhan beserta dengan diri kita, Paulus bilang apa? “O, ada kuasa supranatural yang menyertai pelayanan kita!” O, tidak, tapi kalau kita bisa menanggung segala sesuatu dengan tekun dan sabar, itu menyatakan kuasa Tuhan menyertai kehidupan kita. Jadi dari sini kita bisa lihat, kalau Tuhan tidak pernah menjanjikan kalau kita sebagai anak Tuhan ada di dalam kondisi yang terlepas dari segala kesulitan, dan bahagia seperti yang didefinisikan oleh orang dunia.
Lalu pertanyaannya yang berikutnya adalah, kalau itu adalah sesuatu yang Tuhan izinkan kita alami, dan Tuhan tidak pernah menjanjikan kita lepas dari kondisi-kondisi seperti itu, pertanyaan berikutnya adalah bagaimana sikap kita, ketika kita berada di dalam kondisi itu? Kalau Tuhan izinkan kita masuk ke dalam kondisi yang kita nggak harapkan sama sekali, apa yang harus kita lakukan? Nah, kalau Saudara baca di dalam Kisah Rasul 16, hal pertama yang Paulus lakukan dengan Silas adalah ketika mereka ada di dalam penjara apakah mereka berdoa, “Tuhan, tolong lepaskan kami dari penjara ini!” Saya percaya itu tidak mereka doakan. Tetapi yang pertama mereka lakukan, walau pun mereka ada doa tentunya, kita akan bahas ini juga ya sedikit, walau pun mereka ada doa, tetapi yang paling menonjol yang mereka lakukan adalah mereka melakukan apa? Melakukan apa? Pujian. Dan seorang yang bisa memuji Tuhan di dalam di dalam kondisi seperti itu, karena sebabnya apa? Saya percaya karena hatinya punya sukacita. Dan sukacita itu diungkapkan dengan satu pujian yang diberikan kepada Tuhan. Berarti adalah, pada waktu kita berbicara tentang sukacita, sukacita itu yang sebenarnya bukan suatu yang dipengaruhi oleh keadaan yang kita alami, tetapi sukacita itu adalah sesuatu yang berkaitan dengan relasi langsung diri kita dengan Tuhan Allah, atau bagaimana kita menangkap Tuhan di dalam hidup kita.
Saudara, selain dari pengertian ini, Alkitab juga menyatakan kita sebagai orang Kristen harus selalu bersukacita dan itu adalah satu perintah. Saudara boleh buka Filipi 3:1, Saudara boleh buka Filipi 4, di situ dikatakan kita harus bersuka cita kepada Tuhan. Filipi 3:1, “Akhirnya, saudara-saudaraku, bersukacitalah dalam Tuhan. Menuliskan hal ini lagi kepadamu tidaklah berat bagiku dan memberi kepastian kepadamu.” Lalu kemudian Filipi 4:4, “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!” Jadi pertanyaannya Saudara, kita perlu bersukacita? Harus? Dalam kondisi apa? Segala kondisi. Itu harus kita lakukan. Mengapa? Karena itu adalah perintah Tuhan bagi kita. Tapi pertanyaannya begini ya, pada waktu Tuhan memberikan perintah kepada diri kita untuk bersukacita, dan kita harus bersukacita senantiasa, apakah kita bersukacita karena, pertama, kita melihat sekedar itu perintah Tuhan? Kedua, apakah kita bersukacita karena kita memahami bahwa sukacita kita itu adalah sesuatu yang akan membawa kesaksian bagi nama Tuhan? Karena tadi saya bilang kita yang penting adalah meresponi secara benar di hadapan Tuhan apa pun yang menjadi kondisi kita, maka untuk itu saya harus bersukacita karena itu perintah Tuhan dan kedua karena saya harus bersaksi bagi orang maka saya harus bersukacita? Saudara saya percaya yang benar tidak seperti itu walaupun ada unsur seperti itu. Mengapa Paulus bersukacita? Sebab utama Paulus bersukacita, khususnya ketika dia menulis surat Filipi, dia ada di dalam penjara pada waktu itu, karena dia sadar satu hal, bahwa keberadaan dia di dalam penjara itu turut menggenapi kehendak Tuhan. Tetapi di balik turut menggenapi kehendak Tuhan yang Tuhan karuniakan untuk dia terlibat di dalamnya itu, dia bersukacita karena apa? Karena dia adalah seorang yang telah dibebaskan dari sebuah keadaan yang kebinasaan yang sebenarnya layak sekali untuk dia terima. Nah ini adalah satu hal yang saya nggak bosan-bosan sampaikan kepada Bapak, Ibu, Saudara semua. Hal yang paling mendasar kalau kita nggak ada sesuatu pun di dalam kehidupan kita yang kita bisa naikkan sukacita kepada Tuhan, saya tetap katakan pasti ada, nggak mungkin nggak ada! Lho apa itu? Keberadaan Saudara sebagai orang Kristen yang sudah ditebus dari dosa itu seharusnya cukup untuk membawa Saudara di dalam sukacita. Apalagi Saudara yang harusnya dibinasakan itu, diletakkan di dalam Kerajaan Allah untuk melakukan kehendak Tuhan, yang sebenarnya Saudara tidak perlu lakukan, dan tidak harus lakukan karena Tuhan bisa kerjakan itu sendiri bersama dengan malaikat-malaikatNya, tetapi Saudara diberikan kesempatan untuk mengerjakan itu, Saudara pasti harus bersukacita.
Jadi pada waktu Paulus dan Silas bersukacita, saya percaya satu sisi karena mereka tau perintah Tuhan adalah harus bersukacita, tetapi di sisi lain mengapa mereka bersukacita? Karena mereka memiliki hati yang sangat bersyukur sekali atas apa yang Tuhan kerjakan di dalam hidup dia, sehingga pada waktu mereka ada di dalam penjara sekali pun mereka tetap bersukacita dan memuji Tuhan di daalm hal itu, karena apa? Karena itu bukan sesuatu yang baru dilakukan di penjara tetapi itu adalah satu gaya hidup yang biasa dilakukan oleh Paulus selama hidup dia mulai dari dia percaya kepada Kristus. Saudara, kalau kita cuma tau perintah, saya percaya sekali pada waktu kita ada di dalam masalah, kita lupa itu perintah. Pada waktu kita mengerti itu sebagai satu perintah dan bukan satu gaya hidup yang kita lakukan, pada waktu kita ada masalah, yang pertama muncul biasanya adalah menggerutu kepada Tuhan. Tetapi kalau kita adalah orang yang membiasakan gaya hidup, baik itu dalam kondisi yang baik kita bersukacita kepada Tuhan, atau pun di dalam kondisi yang buruk kita bersukacita kepada Tuhan, memuji Tuhan seperti itu, waktu apa pun yang menjadi kondisi kita, kita biasakan diri karena luapan sukacita itu, kita terus memuji Tuhan dalam hidup kita, saya percaya apa pun yang menjadi kondisi kita, dari yang paling ringan sampai yang paling berat, itu akan membuat kita terbiasa untuk bersyukur kepada Tuhan, memuji Tuhan karena hati kita selalu dipenuhi oleh sukacita. Keadaan tidak akan mempengaruhi kita. Jadi kebiasaan, gaya hidup untuk memuji Tuhan itu adalah satu gaya hidup yang Saudara perlu pelajari dan tekuni di dalam hidup. Biasakan dalam kehidupanmu. Melihat hal-hal yang baik yang Tuhan kerjakan di dalam hidup kita, walau pun ada hal-hal yang buruk yang terjadi dalam hidup kita, Saudara harus biasakan bukan hanya lihat kepada hal yang buruk itu, tetapi Saudara harus biasakan melihat ada hal yang baik dalam hal yang buruk itu. Saudara bisa memuji Tuhan.
Kemarin di dalam masterclass, Pendeta Ivan Kristiono itu memberi satu renungan yang baik sekali soal kerendahan hati dan soal menggerutu dan Tuhan yang lemah lembut dan mengundang orang untuk datang kepada-Nya serta menaruh kuk yang ringan itu kepada kita. Lalu di situ Pendeta Ivan ada bilang seperti ini, pada waktu kita mengalami satu beban berat, yang seringkali terjadi itu adalah kita fokus kepada diri kita. Kenapa kita menggerutu? Karena kita fokus kepada diri kita sendiri. Sambil memikul beban itu, kita cuma melihat diri, “Aduh berat sekali, susah sekali untuk lewati.” Lalu mulai tanya, “Tuhan kamu di mana, kok Engkau ijinkan aku mengalami satu penderitaan yang begitu sulit dalam hidupku?” Tetapi ayat Alkitab menyatakan pada waktu kita memikul itu, Pendeta Ivan pakai ilustrasi kaya gini, mendadak di sebelah kita itu ada Yesus yang memikul beban bersama dengan diri kita, lalu noleh ke diri kita, “Dawis kamu sedang menggerutu apa ya?” Saudara, bisa nggak kita menggerutu lagi? Saya percaya kita nggak mungkin bisa menggerutu karena kita tau pada waktu kita menggerutu itu hanya bersifat egosentris dan kita melupakan ada Tuhan yang turut mengerjakan hal yang baik di dalam kehidupan kita bersama dengan diri kita. Makanya pada waktu kita ada di dalam kondisi apa pun, untuk kita bisa bersyukur dan memuji Tuhan, saya percaya kita perlu belajar untuk melihat hal-hal yang baik dan biasakan untuk melihat hal-hal yang baik bukan hanya hal-hal yang buruk dalam hidup kita. Saudara bisa lihat itu di dalam Filipi 4:8, pada waktu Filipi 4:8 Paulus berkata seperti ini, biasakan pikir yang manis, yang baik, yang benar, jangan selalu pikir yang buruk dan yang berdosa. Kalau yang tidak, kita yang rugi sendiri untuk hal ini. Belajar lakukan itu, belajar bersyukur kepada Tuhan untuk apa yang baik yang Tuhan boleh kerjakan dalam hidup kita. Tapi satu hal yang namanya dosa tetap adalah dosa. Yang namanya sesuatu yang membuat Tuhan harus hukum tetap Tuhan akan hukum itu dan datangkan kecelakaan itu bagi diri kita. Jadi belajar bersyukur. Padahal Paulus ada di dalam kondisi yang difitnah tetapi dia berlajar tetap bersyukur kepada Tuhan.
Lalu hal yang lain adalah apa, pada waktu dia menghadapi situasi yang seperti ini? Saudara bisa lihat kenapa dia bisa menghadapi situasi seperti itu? Karena dia memiliki pemikiran bahwa kami adalah orang yang selalu harus menjadi saksi Kristus di dalam kehidupan kami. Nah di dalam aspek menjawab pertanyaan ini atau poin ini adalah tadi yang di dalam pertanyaan yang kedua, pada waktu Paulus bersyukur memuji Tuhan, pada waktu itu, pertanyaannya adalah dia memuji Tuhan apakah di dalam pemikiran dia karena dia harus menjadi saksi Kristus, apa pun yang menjadi kondisi dia? Saya kira itu adalah hal yang memang kita harus belajar tanamkan kepada diri kita, apa pun yang menjadi kondisi kita, kita harus belajar bersyukur kepada Tuhan. Belajar bersyukur karena apa? Karena kita harus menjadi saksi Tuhan. Saksi Tuhan, saya ini adalah saksi Tuhan. Saya ambil contoh kaya gini, Saudara, saya pernah dengar ada satu orang ex-pilot di kita, dia seorang penatua, dia ngomong kaya gini, dia seorang guru pilot juga. Pada waktu dia mengajarkan muridnya untuk terbang, maka seorang murid yang sudah mahir terbang, ketika diuji apakah dia layak untuk menerbangkan pesawat atau tidak, atau lulus dari sekolah itu atau tidak adalah dengan satu ujian, di tengah dia di udara tinggi, dia harus mematikan mesinnya. Dan ketika dia mematikan mesin di atas udara itu, pesawatnya langsung jatuh karena nggak ada daya torsi untuk maju ke depan. Pada waktu pesawat itu jatuh, di situ lah dia harus menunjukkan kecekatan dia untuk mengatasi pesawat yang jatuh itu dengan cara melakukan segala sesuatu yang diperlukan untuk mulai men-start mesin dari pesawat itu atau pun dengan landing darurat. Dan semua itu bisa dilakukan di dalam beberapa detik kalau dia nggak mikir lagi, “Tunggu dulu ya, saya lihat list-nya. Nomor satu apa, nomor dua apa.” Tapi itu sudah otomatis keluar daripada pikiran dia, baru dia bisa lakukan itu. Kalau nggak sudah celaka karena semua itu adalah hitungan detik. Nah Saudara, pada waktu kita ada di dalam pergumulan, kalau Saudara tidak biasakan tanamkan di dalam diri dan pikiran Saudara, “Saya harus bicara yang baik. Saya harus memuji Tuhan. Saya harus menjadi saksi Tuhan apa pun yang menjadi kondisi yang saya alami.” Kita baru berharap itu muncul ketika kita mengalami masalah, saya kok lebih lihat kita lebih banyak lupanya. Tapi kalau kita selalu tanamkan dalam diri, “Saya adalah harus menjadi saksi Tuhan, apa pun yang jadi kondisi saya, saya harus menjadi saksi Tuhan.” Saudara ada di dalam masalah, Saudara juga ingat Saudara saksi Tuhan.
Tetapi Saudara, pada waktu kita melihat kesaksian yang Paulus berikan, pujian yang dia naikkan pada waktu dia ada di dalam penjara, saya lihat dia bukan hanya karena selalu menanamkan diri sebagai saksi Tuhan sehingga melihat kesaksian itu sebagai satu tuntutan yang ada pada diri dia tiap harinya. Tetapi kesaksian atau pujian yang dia naikkan kepada Tuhan itu adalah satu flow yang keluar dari luapan emosi yang sungguh-sungguh bersyukur kepada Tuhan. Pak Tong seringkali ambil contoh ya, kalau ini adalah air minum, gelas, kita bolongi bawahnya, kita isi berapa pun banyak air, selalu nggak pernah penuh. Sampai reservoir-nya habis pun nggak akan penuh. Sehingga yang terjadi adalah kita akan selalu merasa exhausted atau kelelahan di dalam kita melakukan kehendak Tuhan dalam hidup kita atau melayani Tuhan. Tapi kalau andaikata kita tidak lobangi ini, kita tuang air yang terus menerus tidak pernah henti-hentinya itu, dari sumber Tuhan yang tidak pernah habis-habisnya itu, pertanyaannya adalah kita punya reservoir pernah menjadi kosong tidak? Tidak kan. Tetapi yang ada adalah reservoir kita akan makin meluber keluar, cadangan kita itu meluber sedangkan kita terus dipenuhi. Pelayanan itu adalah dari kekuatan seperti ini, kita sendiri terus diisi, kita terus sendiri dipenuhi oleh Tuhan dan kepenuhan itu yang kita bagikan kepada orang lain. Maka kita nggak akan ada kelelahan di situ atau kita nggak akan ada satu penggerutuan di dalam kita karena kita akan terus dipenuhi dengan satu ucapan syukur dan sukacita dari Tuhan. Dan kita tau dengan begitu apa pun yang terjadi dalam kehidupan kita, kita harus menjadi saksi Kristus. Bukan karena kita didorong, dipaksa, tapi karena kita menjadikan itu satu kehidupan yang terus memberkati orang lain, kita selalu jadikan diri kita seperti itu karena kita mengerti karunia Tuhan yang Tuhan berikan dalam hidup kita.
Jadi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, itu yang kedua ya. Pada waktu kita hidup sebagai orang Kristen dalam kondisi masalah, apa yang harus kita biasakan? Nggak harus ada masalah, tapi pada waktu kita ada di dalam masalah, saya percaya, kita harus belajar bersyukur kepada Tuhan yang melalui kebiasaan yang kita bangun di dalam kehidupan kita, yang kedua adalah kita harus mengingat kalau kita adalah orang yang dipakai Tuhan untuk memberkati. Nah saya percaya ini membawa kita masuk ke dalam bagian yang ketiga, yang dinyatakan oleh Paulus di sini. Pada waktu terjadi di malam hari, ketika mereka memuji Tuhan, gempa yang membuat seluruh pintu terbuka, lalu rantai yang mengikat kaki tangan mereka itu lepas, mereka tidak melarikan diri tapi mereka tetap ada di dalam penjara. Nah Saudara, mengapa mereka tetap ada di dalam penjara? Ini yang tadi saya singgung sedikit di awal tentang doa yang dinaikkan kepada Tuhan. Apa yang mereka doakan? Apakah mereka berdoa? Saya percaya mereka berdoa, paling tidak selain dari pujian yang mereka naikkan kepada Tuhan. Tapi kalau ditanya lagi apa yang mereka doakan kepada Tuhan? Walau pun Alkitab tidak menyatakan hal itu, mungkin Saudara bisa komparasi dengan surat-surat Paulus yang lain, apakah itu Efesus, Filipi, atau pun Filemon dan surat penjara yang lain, di situ Saudara akan menemukan Paulus tidak pernah mendoakan kepentingan dia sendiri, tetapi yang Paulus doakan adalah supaya jemaat Tuhan diberikan kekuatan. Melalui pemenjaraan yang mereka alami, jemaat Tuhan diberikan keberanian dan tidak menjadi kecewa dan meninggalkan iman karena Paulus adalah orang yang dipenjarakan karena Kristus dan mereka menjadi teladan dari orang-orang Kristen yang lain di dalam mengikut Tuhan.
Dan kalau kita melihat dan membandingkan tulisan Paulus dan doa yang Paulus naikkan di dalam surat-surat yang lain dengan diri kita, dan dengan akibat atau respons, sikap yang akan kita lakukan dalam hidup kita, itu sangat menentukan sekali. Saya ambil contoh kaya gini, kalau Saudara yang ada di dalam penjara itu, Saudara berdoa apa? Kalau saya ada dalam penjara itu mungkin saya pikir saya akan doakan, “Tuhan, kenapa saya masuk dalam penjara. Tolong Tuhan ringankan masalah ini dan mungkin bebaskan saya dari penjara ini.” Andaikan itu yang kita doakan, mendadak pada malam itu terjadi gempa, pintu semua terbuka. Respons pertama kita adalah apa? Lari. Kenapa Paulus tidak lari? Ini yang membuat saya berpikir kemungkinan besar dia tidak doakan diri dia untuk dilepaskan dari penjara, tetapi yang dia doakan adalah ketika dia sedang melayani kenapa dia bisa dimasukkan ke dalam penjara, pasti ada kehendak Tuhan karena ketika sedang melayani dia dimasukkan ke dalam penjara. Kalau itu adalah kehendak Tuhan dia ada dalam penjara berarti ada kehendak Tuhan ketika pintu penjara itu dibuka oleh Tuhan. Dan itu membuat dia stay di dalam penjara itu, walau pun kesempatan melarikan diri ada di depan mata. Dan Saudara bisa lihat di dalam cerita berikutnya bahwa memang Paulus bisa memenangkan kepala penjara Filipi untuk bertobat bersama dengan seisi keluarganya.
Saudara, Paulus ada di dalam sikap yang berani menanggung itu dan kuat menanggung itu bukan karena dia tau akhirnya seperti apa, bukan karena dia memiliki satu janji untuk tidak keluar dari kematian, tetapi yang ada pada waktu itu dia mungkin cuma berpikir ini masalah besar apa lagi yang ada di depan mereka, mungkin mereka bisa jadi mati karena orang-orang sudah mencambuk mereka dengan begitu hebat sekali. Tetapi dalam kondisi yang begitu hebat itu, di mana mereka ada di ujung tanduk antara hidup dan mati, mereka tetap tidak melarikan diri karena mereka tau, apa pun yang terjadi dalam kehidupan mereka itu ada pimpinan Tuhan. Dan terutama kenapa mereka bisa lakukan itu? karena mereka ada di dalam menjalankan perintah Tuhan, itu yang membuat mereka tetap tinggal di dalam penjara.
Lalu hal berikutnya, kalau begitu kita perlu bela diri nggak? Boleh bela diri? Boleh nggak? Atau apa pun yang kita alami kita terima saja tanpa ada pembelaan sama sekali? Di dalam hal ini saya juga lihat bahwa Alkitab tidak mengajarkan kita harus menerima segala sesuatu sepenuhnya 100% dan tanpa ada satu pembelaan. Mengapa? Karena Paulus ketika mendapatkan berita bahwa dia boleh pergi meninggalkan penjara itu secara diam-diam, Paulus kemudian ngomong, “Ini nggak bisa kaya gini. Ini namanya ketidakadilan. Karena apa? Kami adalah warga negara Roma. Warga negara Roma harus diadili terlebih dahulu sebelum dijatuhi hukuman. Tetapi yang terjadi adalah engkau menghukum kami terlebih dahulu tanpa ada pengadilan sama sekali. Itu sebabnya kami meminta para pemimpin, pembesar itu harus datang sendiri ke penjara, meminta maaf kepada kami dan mengantar kami untuk keluar supaya orang-orang tau kalau kami tidak bersalah tetapi yang bersalah adalah mereka.” Itu pembelaan lho. Jadi pada waktu kita hidup sebagai orang Kristen, satu sisi kita mengerti kehendak Tuhan terjadi dalam hidup kita dan kehendak Tuhan tidak pernah bersalah di dalam kehidupan kita, itu adalah sesuatu yang baik. Tetapi di sisi yang lain, Alkitab juga mengajarkan ketika kita diperlakukan dengan tidak baik dan tidak benar ada momennya kita bisa membela diri. Tetapi kapan waktunya, saya kira itu adalah hikmat dari Tuhan. Dan kita tidak bisa pukul rata semuanya dengan apa yang dialami oleh Paulus. Tapi paling tidak kita bisa mengerti satu hal kalau kita masuk ke dalam status pergumulan karena kita ada di dalam pelayanan, mungkin Tuhan ingin menyatakan diri Dia secara lebih besar melalui kita, atau mengerjakan satu pekerjaan yang lebih besar dalam kehidupan kita. Lebih hati-hati di dalam membela diri. Tetapi kalau hal itu adalah sesuatu yang akan merugikan Tuhan, Saudara juga harus bersuara untuk membela diri.
Saya kira poinnya adalah untuk Tuhan atau tidak. Dan mengapa ini menjadi poinnya? Ada yang menafsirkan mengapa Paulus kemudian membela diri pada waktu itu, supaya pembesar itu mengantar keluar dan meminta maaf? Dan itu diperbolehkan. Pertama adalah karena kalau Saudara perhatikan surat-surat Paulus yang lain, Paulus bukan orang yang menerima saja lho. Saudara boleh baca 2 Korintus, itu adalah pembelaan diri dia bahwa dia adalah rasul Kristus. Dia itu sangat besar sekali, karakter dia, berita yang dia kabarkan. Di dalam Galatia mungkin kita bisa lebih menerima, karena dia memberitakan Injil dan dia membela Injil. Tapi di dalam surat 2 Korintus dia bela diri dia, karakter dia, kedudukan dia sebagai rasul yang dipertanyakan oleh orang-orang Korintus. Yang kedua adalah pada waktu dia bela diri, sebabnya karena apa? Karena Paulus tidak memikirkan untuk diri dia saja tetapi dia memikirkan dari perspektif gereja Tuhan yang ada di Filipi. Kalau andaikata dia adalah orang yang kemudian cuma menerima saja, pembesar itu melepaskan mereka secara diam-diam tanpa ada satu permohonan maaf terlebih dahulu dan mengantarkan mereka keluar, dampaknya bisa jauh lebih besar kepada jemaat di Filipi. Mungkin mereka mulai hari itu mengalami penganiayaan dan tekanan bukan cuma orang-orang Romawi sekitar mereka, tapi para pembesar dan petinggi dari negara atau kota itu. Itu sebabnya Paulus harus menyuarakan kalau dirinya tidak bersalah. Lalu yang kedua adalah paling tidak, ada yang mengatakan, dia menegakkan keadilan untuk orang-orang yang ada di kota itu, saya harap pembesar tidak melakukan ketidakadilan dengan sesuka hati mereka. Paling tidak menjadi satu shock therapy bagi para pembesar itu dalam satu rentang waktu yang mungkin cukup panjang, supaya mereka tidak mengulangi kesalahan yang mereka lakukan kepada Paulus dan Silas. Itu yang membuat mereka membela diri.
Jadi Saudara, pada waktu kita mengikut Tuhan, apa yang diteladankan oleh Paulus dan Silas ini adalah satu teladan yang sangat baik sekali. Saudara ingin menjadi saksi Kristus? Ingin? Mau? Kok nggak ada suara. Mau? Ada harga nggak yang harus dibayar? Ada! Kapan kesaksian kita akan nama Tuhan lebih nyata diperlihatkan? Dalam kondisi yang baik atau tidak? Tapi saudara harus hidup terus menyatakan nama Tuhan dan sering bersyukur di dalam hal ini. Tapi Saudara bukan hanya dalam kondisi yang tidak baik, dalam kondisi yang baik Saudara tetap harus menyatakan itu. kalau Tuhan pukul Saudara, Saudara harus berysukur dan bertobat kembali. Jangan menggerutu dan menghina Tuhan karena Tuhan mengasihi Saudara. Tuhan punya rencana yang jauh lebih besar dari yang Saudara bisa pikirkan dan rencanakan di dalam hidup Saudara. Dan apa yang ditunjukkan oleh hidup Paulus ini dan sikap-sikap yang dia berikan, saya percaya itu adalah kisah yang baik untuk kita pelajari dan teladani. Belajar memuji apa pun yang menjadi kondisi kita. Belajar melihat kepada Tuhan apa pun yang menjadi kondisi kita. Belajar untuk menjadikan hidup kita yang menjadi saksi Tuhan apa pun yang menjadi kondisi. Dan selalu apa yang berkaitan dengan Tuhan, dahulukan daripada diri. Saya percaya itu akan menjadi satu hal yang baik. Mari kita masuk di dalam doa.
Kami sungguh bersyukur Bapa untuk Firman yang boleh Engkau berikan. Kami sungguh bersyukur untuk teladan yang diberikan oleh Paulus atau pun Silas di tempat ini. Kami sungguh bersyukur juga untuk penebusan yang Engkau berikan dalam kehidupan kami. Kami sungguh bersyukur Bapa karena penebusan itu bukan hanya melepaskan kami daripada hukuman kekal tapi juga melibatkan kami di dalam pekerjaan-Mu yang sangat mulia, yang sangat penting dan tidak bisa digantikan oleh apa pun di dalam dunia ini. Dan kiranya kehidupan kami boleh sungguh terus menyaksikan Kristus apa pun yang menjadi kondisi yang kami alami dalam hidup kami. Sekali lagi kami bersyukur Bapa, dan sekali lagi kami menyerahkan diri kami, kiranya Engkau boleh tolong dan pimpin dan perbaharui serta kuduskan supaya kami boleh terbiasa dengan satu gaya hidup yang selalu memuliakan Tuhan dan hidup di dalam menjadi saksi nama Tuhan. Dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa. Amin. (HSI)