Pada hari ini kita akan merenungkan suatu tema, yaitu tentang seorang tokoh, yaitu Nuh ya. Nuh memiliki kehidupan yang benar. Kenapa Nuh bisa memiliki kehidupan yang benar karena dia percaya Tuhan, yang adalah kebenaran. Tuhan itu sumber kebenaran. Dan bukan saja itu, Nuh juga mendengarkan perkataan Firman Tuhan dan mempelajari setiap ajaran yang Tuhan berikan kepadanya, yaitu ajaran yang benar. Maka dia dapat memiliki kehidupan, dan perkataan maupun perbuatan yang benar. Mari kita sama-sama baca Alkitab dari Yesaya 32:17. Mari kita buka Alkitab kita bersama-sama kita membaca dari Yes. 32:17, kita buka suara bersama-sama dengan suara yang keras, “Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya.” Perikop ini menjelaskan bagaimana Tuhan menghukum orang yang berdosa, bagaimana Tuhan dapat memberikan teguran melalui kerugian-kerugian yang dialami manusia yang berdosa. Tuhan bisa memakai kemiskinan bahkan penderitaan menjadi hukuman bagi orang-orang yang tidak takut akan Tuhan. Tuhan bisa ijinkan kecelakaan, penderitaan, kesakitan tubuh terjadi di dalam kehidupan manusia tetapi itu semua maksudnya adalah untuk yang baik untuk manusia sendiri. Tuhan mereka-rekakan yang baik bagi kita, bahkan bisa memakai hal buruk sekalipun yang terjadi di dalam kehidupan kita karena Allah itu berdaulat dan bijaksana. Kita bisa memahami bahwa segala hal yang Tuhan lakukan, yang kerjakan di dalam kehidupan kita itu adalah demi kebaikan manusia sendiri. Tuhan tidak pernah punya maksud yang jahat, Tuhan tidak pernah kejam kepada kita dan Tuhan tidak memiliki motivasi yang jahat. Tuhan selalu mengijinkan hal yang terjadi yang kelihatan buruk itu demi kebaikan kita semua. Ini adalah di dalam bijaksana Tuhan yang seringkali kita sulit untuk mengerti. “Kalau Tuhan baik, kenapa saya mengalami kejahatan?” “Kalau Tuhan itu memang maha kasih, kenapa saya mengalami hal-hal yang bukan kasih?” Kita tidak mengerti, kita tidak bisa melampaui kebijaksanaan Tuhan. Itulah yang membuat kita bersandar kepada Tuhan. Tetapi kita harus bersandar juga kepada kebenaran-kebenaran yang Tuhan berikan. Kalau kita bisa mengakui adanya kebenaran di dalam fakta dunia ini, bahkan kebenaran di dalam Alkitab, Alkitab sendiri mengatakan bahwa di dalam ayat ini, ketika orang itu menerima kebenaran, ketika orang itu menerima Tuhan sebagai sumber kebenaran, di mana ada kebenaran di situ ada damai sejahtera meskipun kita mengalami penderitaan dan kesakitan. Tapi kita punya kebenaran dari Tuhan sendiri maka ada damai sejahtera di dalam kehidupan kita.
Di dalam ayat ini dikatakan di mana ada kebenaran di situ tumbuh damai sejahtera. Dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketentraman untuk selama-lamanya. Bahasa Inggrisnya di dalam ESV lebih terlihat keindahan sastra puisi yang ditulis oleh Yesaya ini, saya bacakan, “And the effect of righteousness will be peace, and the result of righteousness, quietness and trust forever.” Efek dari kebenaran adalah kedamaian. Hasil dari kebenaran adalah ketenangan dan rasa percaya. Trust ini diterjemahkan LAI sebagai “ketentraman”, bahkan selama-lamanya. Kalau kita sudah nyanyikan lagu pujian yang ketiga, Alkitab itu sungguh benar, kita menerima kebenaran dari Alkitab, Alkitab ini memberikan kita damai sejahtera. Alkitab yang adalah kebenaran ini memberikan damai sejahtera. Jangan pikir kita mendapatkan damai sejahtera itu dari uang, dari kesehatan, dari mujizat. Tidak! Tuhan menyatakan bahwa di dalam kebenaran Alkitab, di dalam kebenaran Allah, di situ ada damai sejahtera yang begitu tenang, begitu tentram Tuhan janjikan kepada kita semua. Bapak, Ibu, Saudara sekalian mau hidup sejahtera, mau hidup tenang, mau hidup tenang dan tentram? Maka yang perlu kita cari itu adalah kebenaran, kebenaran yang sejati dari Tuhan sendiri. Inilah yang diperjuangkan oleh para reformator Kristen, yaitu Martin Luther. Martin Luther cinta kebenaran melebihi gereja dan agamanya sendiri. John Calvin suka kebenaran, dia tidak pernah membuat teori yang baru. John Calvin tidak pernah memiliki pikiran yang orisinal, ajaran yang orisinal, tidak. John Calvin hanya mengumpulkan kebenaran Alkitab, memformulasikannya, mensistematiskannya untuk bisa dipelajari oleh orang Kristen. Supaya apa? Supaya orang Kristen itu damai sejahtera, supaya orang Kristen mendapatkan ketenangan dan juga ketentraman di dalam Alkitab. Ulrich Zwingli memperjuangkan kebenaran Alkitab. John Locke menghargai kebenaran. Mereka sangat mencintai kebenaran Tuhan. Bukan untuk berperang tapi untuk adanya damai sejahtera di dalam Tuhan. Dengan demikian mereka sendiri meskipun ancaman kematian, meskipun kesulitan yang begitu besar, mereka ada damai sejahtera. Kalau nggak, mereka pasti mundur. Minimal stress, mengurung diri di kamar, tidak memperjuangkan reformasi. Tapi ketika mereka mengalami kebenaran tersebut, mereka ada damai sejahtera di dalam Yesus Kristus.
Memang perjuangan menaati Firman kebenaran itu tidak mudah. Banyak kesulitan, banyak ketikdak-mengertian, banyak hambatan dan tantangan. Menaati Firman Tuhan yang benar itu sulit tetapi ada hal yang dijanjikan oleh Tuhan, yaitu apa? Kedamaian. Ketaatan kepada kebenaran membawakan kedamaian maka kita mau taat. Memang kita bukan menjadi orang yang ingin memuaskan kepenuhan diri kita ya, keinginan kita dengan mencari damai, bukan. Kita ingin memuliakan Tuhan, menyenangkan Tuhan lewat kebenaran yang sudah Tuhan berikan. Tetapi ketika kita menjalankan Firman Tuhan yang benar itu, Tuhan memberikan kekuatan yaitu ada damai sejahtera kepada kita semua. Tidak mudah, tetapi itulah yang Tuhan janjikan. Ini seperti peribahasa Bapak, Ibu, Saudara sekalian, peribahasa Bahasa Indonesia ya, “Bersakit-sakit ke hulu, berenang-renang ke tepian.” Jalankan Firman yang sulit dulu, tetapi ada damai sejahtera Tuhan berikan. Asal itu kebenaran. Kalau kita menjalankan suatu ajaran yang salah nggak ada kedamaian sebenarnya. Itu adalah kedamaian yang palsu. Perjuangan dulu, baru dapatkan mahkota. “No crown without cross.” Kita tau sebagai orang Kristen kita perlu taat dan ketaatan itu memang bukanlah hal yang mudah ya kepada Tuhan, apalagi di tengah-tengah dunia yang begitu sulit, begitu gelap, begitu kotor dengan dosa, begitu bau dengan dosa, kita sulit untuk menjalankan kebenaran. Tetapi kita tau kita mau menjalankan Firman Tuhan supaya ada damai sejahtera di Bumi. Shalom, ya itulah yang menjadi target harapan kita di Bumi ini ketika menjalankan Firman Tuhan.
Bapak, Ibu, Saudara sekalian, Nuh adalah seorang tokoh yang memperjuangkan kehidupan yang benar, memperjuangkan kebenaran di dalam dunia yang awal pertama kali semakin bobrok. Memperjuangkan kebenaran yang pertama kali adalah dilakukan oleh Nuh. Kita ingat bahwa Kejadian 1 bicara soal riwayat penciptaan langit dan bumi. Kejadian 2 fokus kepada penciptaan manusia, yaitu laki-laki dan perempuan. Kejadian 3 bicara soal manusia yang digoda oleh ular, yang adalah iblis untuk jatuh ke dalam dosa dan di situlah dunia beserta manusia itu sudah jatuh ke dalam dosa. Dan di Kejadian 4 menceritakan pertengkaran atau perang saudara antara Kain dan Habel dan keturunannya. Kejadian 5 bicara soal keturunan Adam dan Hawa siapa saja. Dan di Kejadian 6, muncullah kejahatan yang kita pahami bahwa dunia ini memang kecenderungannya menjadi jahat. Setelah ada manusia semakin banyak di dalam bumi ini, kecenderungan manusia yang berdosa itu senantiasa ingin melakukan kejahatan, melakukan kejahatan dan melakukan dosa. Dan pada waktu itu semua menyerah, “Saya pilih dosa daripada kebenaran Firman Tuhan.” Satu per satu keluarga, bahkan anak-anak, sudah, lebih nyaman berdosa kok, “Tuhan itu jahat. Tuhan sudah membuang kita, menghukum kita.” Keturunan Kain akhirnya membenci Tuhan.Tapi ada keturunan Tuhan, keturunan umat pilihan, yaitu Habel, kemudian Set, itu tetap takut akan Tuhan. Tetapi jumlahnya sangat sedikit. Orang yang memperjuangkan kebenaran dibandingkan orang yang suka akan dosa itu, kesalahan itu, sedikit. Bedanya itu sangat banyak ya, hanya sedikit orang yang mencintai kebenaran.
Semakin lama di Kejadian 6 itu bicara soal kejahatan yang semakin tinggi kualitas dan kuantitasnya. Tetapi ada satu orang yang Tuhan berikan anugerah, orang tersebut tidak terpengaruh lingkungan yang jahat tetapi beroleh kasih karunia Tuhan yang begitu besar. Itu adalah Nuh, seorang yang pertama kali memperjuangkan kebenaran. Dia ingin masyarakatnya itu melihat ada anugerah Tuhan dan juga ada penghukuman Tuhan. Kalau mereka tidak bertobat mereka binasa. Nuh mau mereformasi 1 kota seorang diri. Dia taat kepada Tuhan untuk bangun bahtera yang menjadi sumber keselamatan bagi 1 kota tersebut atau orang-orang lebih banyak lagi pada waktu itu, masyarakat, untuk selamat dari penghukuman Tuhan, air bah. Dia kabarkan Injil dengan setia, dia taat kepada Firman Tuhan. Dan di dalam kisah Nuh membangun bahtera, di situ 4 kali dikatakan bahwa kehidupan Nuh itu memiliki kehidupan yang benar dan taat. Mari kita baca satu per satu ayat dari kebenaran Alkitab ini, Kej. 6:22, di situ dikatakan bahwa Nuh itu orang yang benar, orang yang sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan. Kej. 6:22 kita akan baca bersama-sama, buka suara, “Lalu Nuh melakukan semuanya itu; tepat seperti yang diperintahkan Allah kepadanya, demikianlah dilakukannya.” Ketika Tuhan berperintah, Nuh lakukan yang tepat sesuai dengan perintah Tuhan. Dia adalah orang yang benar, dia adalah orang yang suka menjalankan kebenaran yang Tuhan berikan. Kita lihat lagi Kej. 7:5, “Lalu Nuh melakukan segala yang diperintahkan Tuhan kepadanya.” Benar lagi ya. Kej. 7:9, “datanglah sepasang mendapatkan Nuh ke dalam bahtera itu, jantan dan betina, seperti yang diperintahkan Allah kepada Nuh.” Nuh melakukannya dengan tepat, seluruh perintah Tuhan. Dan Kej. 7:16, “Dan yang masuk itu adalah jantan dan betina dari segala yang hidup, seperti yang diperintahkan Allah kepada Nuh; lalu Tuhan menutup pintu bahtera itu di belakang Nuh.” Berkali-kali Alkitab mengatakan Nuh itu sesuai Firman Tuhan, Nuh itu sesuai Firman Tuhan, apa yang dilakukan Nuh sesuai dengan perintah Tuhan. Nuh itu orang benar. Dan dikatakan di dalam riwayat Nuh, dijelaskan bahwa Nuh itu adalah seseorang yang tidak bercela. Bukan berarti sama sekali tidak berdosa tetapi Nuh itu disebut orang yang tidak bercela karena dia senantiasa ingin melakukan apa yang diperintahkan Tuhan kepadanya. Nuh itu ingin terus “Tuhan perintahkan apa, saya taat. Tuhan perintahkan A, B, C, saya nurut.” Asal itu benar-benar perintah Tuhan dengan jelas maka Nuh mau lakukan dengan tepat.
Perbuatan yang benar, hidup yang benar adalah perbuatan yang sesuai dengan perintah Tuhan. Itu berarti kita harus mengenal Tuhan dulu baru bisa melakukan yang benar. Itu berarti kita harus mengerti keinginan Tuhan dan perintah Tuhan dulu baru kita bisa melakukan yang benar. Bagaimana orang itu bisa benar kalau dia tidak bisa mengenal sumber kebenaran, yaitu Tuhan, dan juga tidak mengerti perintah Tuhan yang tepat di dalam kehidupan mereka itu seperti apa. Nggak bisa benar! Nggak ada orang yang berdosa itu bisa benar di hadapan Tuhan. Apalagi orang berdosa itu dikatakan Alkitab bahwa mereka itu mati di dalam pelanggaran-pelanggaran. Berarti sudah mati, rohani kita yang berdosa itu, matinya juga di dalam pelanggaran-pelanggaran. Jadi jangan pikir Bapak, Ibu, Saudara sekalian, orang di luar Kristus itu benar hidupnya. Salah semua. Mereka tidak kenal Yesus, mereka itu mati di dalam pelanggaran, berarti melawan perintah Tuhan. Semua orang di luar Kristus itu sedang melawan Tuhan Yesus sendiri, meskipun hidupnya baik kok kepada sesama. Meskipun hidupnya ramah, baik terhadap kita. Iya kita terima itu baik kok, tetapi kepada Kristus, Yesus tidak anggap itu baik. Mereka tidak kenal siapa Yesus. Mereka pun mati di dalam pelanggaran-pelanggaran mereka.
Makanya tidak salah kok Tuhan itu memberikan hukuman yang begitu kejam bagi kita. Itu orang yang di luar Yesus Kristus, orang yang di luar kebenaran, orang yang tidak dibenarkan dalam Kristus masuk neraka. Apakah Tuhan salah memasukkan orang ke neraka? Sama sekali nggak salah! Kita yang nggak tau betapa rusaknya orang, betapa berdosanya, betapa mereka itu melanggar perintah-perintah Tuhan yang begitu banyak. Kita yang matanya buta, bukan Tuhan! Tuhan itu paling jelas melihat hati setiap orang. Kalau memang layak masuk neraka ya layak. Kalau memang Tuhan beroleh belas kasihan untuk masuk ke Surga ya sudah, masuk Surga. Surga dan neraka itu bukan di tangan manusia, Surga dan neraka itu di tangan Tuhan. Kuncinya di mana? Yaitu kebenaran itu sendiri. Sebagai manusia yang berdosa, yang harus kita cari adalah kebenaran. Di situlah timbul damai sejahtera. Orang yang dibenarkan di dalam Kristus pasti masuk Surga. Di Surga itu pasti ada damai yang begitu besar, yang begitu tentram dan aman.
Nuh, Bapak, Ibu, Saudara sekalian ya, Nuh memperoleh kedamaian dan ketenangan dan ketentraman ketika dia taat kepada Tuhan. Di atas gunung dia naik dan membuat bahtera seorang diri, dibantu dengan keluarganya, istri, anak-anak dan menantunya, “Ayo buat bahtera bersama-sama. Ayo taat sama-sama kepada Tuhan. Ayo kita menaati Firman Tuhan.” Mungkin ada anak-anaknya yang malas, melawan Nuh, menganggap Nuh aneh. Mungkin ada anak-anaknya juga yang memberontak, “Ngapain sih, Nuh membangun bahtera.” Tahun pertama mungkin keluarganya itu taat semua, istri dan anak-anaknya, “OK lah, ini Nuh itu kepala keluarga. Nuh itu berbeda hidupnya dengan orang-orang yang lainnya.” Mereka belajar taat setahun, 2 tahun, 10 tahun, 15 tahun, 20 tahun, 50 tahun, 100 tahun, mereka mungkin berkata, “Ini benar nggak sih Tuhan kasih perintah membangun bahtera? Mana nggak pernah ada turun hujan. Mana penghukuman Tuhan?” Di situ Nuh yang taat seorang diri terus bangun bahtera selama 120 tahun dengan segala kesulitan yang ada di dalamnya; permasalahan keluarga, permasalahan masyarakat, permasalahan menanti respons Tuhan. Nuh terus berjuang selama 120 tahun itu bukan hal yang mudah di dalam mentaati Firman Tuhan membangun bahtera di atas gunung.
Kita tau bahwa ayah Nuh adalah Lamekh, keturunan Set. Set ini adalah pengganti Habel sebagai keturunan umat Tuhan, orang yang benar. Mereka adalah keturunan orang yang beriman dan Lamekh ini orang yang berbeda ya dengan orang yang berdosa, di dalam Alkitab ada beberapa nama Lamekh. Lamekh berumur 182 tahun ketika Nuh lahir. Lamekh adalah petani yang berusaha terus untuk memanen tanah yang telah dikutuk Tuhan. Itulah kenapa Lamekh memberi nama anak laki-lakinya itu Nuh, karena apa? Karena dia berusaha untuk menanam tanaman dari tanah yang sudah dikutuk Tuhan. Dan Nuh itu berarti apa? Nuh itu memiliki arti nama yaitu rest atau comfort. Kej. 5:29, mari kita lihat sama-sama, ini adalah arti nama Nuh. Kej. 5:29 dikatakan bahwa, Lamekh ya, “dan dia memberi nama Nuh kepadanya, katanya: ”Anak ini akan memberi kepada kita penghiburan dalam pekerjaan kita yang penuh susah payah di tanah yang telah terkutuk oleh Tuhan.”” Jadi Nuh ini adalah penghiburan, comfort, suatu istirahat. Suatu istirahat di dalam Tuhan. Warren Wiersbe mengatakan bahwa waktu ketika Lamekh menamakan Nuh, dia ingat janji Allah bagaimana seorang penebus akan datang dan mengalahkan setan dan kutuk dari setan tersebut. Lamekh berharap agar Nuh jadi penggenapan janji tersebut. Maka ketika ada anak-anak yang lahir itu ya, ditafsirkan ini jangan-jangan adalah penggenapan janji Tuhan, anak laki-laki yang lahir, seperti itu ya. “Wah jangan-jangan ini penebus.” Mereka mengira-ngira siapakah penebus, tapi taunya kan Penebus yang akan lahir itu ribuan tahun yang kemudian, begitu lama sekali Yesus Kristus baru lahir. Itu juga penantian orang-orang di dalam Perjanjian Lama sampai kapan Mesias itu akan datang. Janji-Nya sudah sejak Adam dan Hawa, ketika jatuh ke dalam dosa, Tuhan memberikan janji bahwa keturunan perempuan akan mengalahkan, meremukkan kepala ular. Tapi janji Tuhan itu sering kali lama sekali, seringkali bertahun-tahun, seperti yang tidak kita kira.
Nuh dijelaskan sebagai tipologi Yesus Kristus karena apa? Karena kehidupan Nuh ini mirip seperti Yesus Kristus. Ketika Nuh besar, Nuh sebagai tukang bangunan. Tapi ingat, tukang bangunan apa? Tukang kayu juga, membangun bahtera, perahu yang sangat besar. Itu Nuh. Tetapi ketika membangun bahtera tersebut, Nuh juga dikatakan sebagai pemberita Injil. Seorang tukang bangunan dan seorang pengkhotbah. Yesus Kristus juga adalah seorang tukang kayu dari Nazaret tetapi kemudian Dia menjadi pengkhotbah. Mirip, ada suatu tipe. Ini mirip Yesus Kristus. Nuh menjadi teladan agar orang selamat dari hukuman Allah, memberikan jalan, memberikan teladan, “Ini kebenaran. Kalau mau selamat ya bisa memasuki bahtera.” Demikian juga Yesus adalah jalan orang diselamatkan dari murka dan hukuman Allah. Mirip ya. Seringkali di dalam Alkitab itu memang Tuhan menunjukkan ada orang-orang tertentu yang sangat mirip dengan Yesus Kristus atau bahkan ada bagian-bagian peristiwa atau kisah-kisah, benda, seperti itu, yang mirip seperti Yesus Kristus, itu berarti apa? Ada Injil yang sedang disebarluaskan dengan lebih kelihatan, lebih menonjol.
Banyak orang bergumul Bapak, Ibu, Saudara sekalian ya, apakah di dalam dunia ini ada orang yang tidak pernah mendengarkan Injil Kristus? Ada nggak? Katanya satu-satunya sumber jalan keselamatan itu Yesus Kristus, masa sih ada orang yang sampai dia mati tidak pernah dengar Injil Kristus? Jawabannya adalah Alkitab memang tidak memberitahu. Dan itu bukan fokus kita mencari tau, apakah semua orang itu harus dengar Injil Kristus? Kita nggak tau, Tuhan juga nggak kasih tau lewat Alkitab kok. Mungkin ada yang tidak pernah dengar Injil Kristus dari bayi sampai dewasa, kemudian dia meninggal. Bahkan bayi pun ada yang belum tentu mendengar Injil Kristus ya, belum tentu. Tetapi saya berpendapat Bapak, Ibu, Saudara sekalian ya, orang itu semuanya secara tidak langsung itu mendengarkan atau memahami, menerima kabar baik dari Tuhan sendiri. Karena Yesus Kristus, Allah sendiri memberikan wahyu-Nya ya. Wahyu secara umum berarti semua orang itu sudah diberikan atau mendapatkan pengenalan akan Tuhan, memang tidak sampai ke Penebus ya. Allah Penebus itu tidak diterima oleh orang yang menerima wahyu umum, mereka hanya menerima wahyu sebagai Allah itu ada, Allah itu pencipta. Itu mereka sampai tahap itu. Tetapi secara indirect bisa saja mereka melihat atau mendengarkan Injil yang muncul dengan begitu jelas. Yaitu dengan apa? Dengan tipologi ini. Mereka mungkin nggak sadar anaknya begitu mengasihi Tuhan Yesus, mereka nggak pernah di-Injili, tapi anaknya Kristen, anggap ya seperti itu. Mereka nggak pernah dengar Injil langsung tetapi melihat kehidupan anaknya. Lihat ada tipologi, “Oh anaknya hidup mirip seperti Kristus tapi dianya sendiri yang cuek. Dianya sendiri yang menolak, apa sih tipologi-tipologi Yesus Kristus ya. Nggak penting hidup baik, hidup bercela, hidup benar nggak penting, yang penting hidup saya.” Maka ya sudah, yang pasti kita tau Tuhan itu tidak pernah tidak adil. Tuhan itu nggak pernah nggak adil, Tuhan itu Maha adil. Kalau memang ada orang sekali pun yang tidak pernah dengar Injil Kristus sampai dia mati dengan begitu jelas, “Tuhan Yesus Juruselamat satu-satunya, Tuhan Yesus adalah Tuhan yang menjadi jalan keselamatan”, Tuhan tetap adil. Tuhan tetap adil dan Tuhan itu tetap maha kasih di dalam kehidupan kita. Apakah kita harus mengerti semua hal, Bapak, Ibu, Saudara sekalian? Tidak, ini menunjukkan kita itu lemah. Ya memang kita nggak tau kok. Apa hak kita mengatur keselamatan semua orang? Apa hak kita, kita menghakimi Tuhan, “Harusnya Tuhan selamatkan ini, binasakan dia.” Kita nggak ada hak sama sekali, kita harus sadar kita ini manusia ciptaan yang begitu lemah.
Di sini nenek moyang Nuh yang begitu terkenal juga, muncul ya, yaitu Henokh. Henokh itu bergaul dengan Allah. Di sini muncul kan ya, Henokh berbeda dengan orang yang lain. Hidupnya dikatakan berjalan bersama dengan Allah. OK lah, Henokh mungkin nggak ceritakan tentang ada suatu keturunan anak yang akan menjadi penebus. Tapi hidupnya berbeda dengan orang-orang yang lain, itu menjadi kabar baik juga. Nah Nuh juga mengikuti nenek moyang Nuh, yaitu Henokh, yaitu bergaul dengan Allah. Kita baca Kej. 6:9, kita baca bersama-sama, ini adalah perkenalan biografi Nuh ya, kehidupan Nuh yang seperti nenek moyangnya yaitu Henokh, “Inilah riwayat Nuh: Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah.” Seperti di dalam kisah sebelumnya, Henokh diceritakan hidupnya bergaul dengan Allah. Nuh hidup benar di hadapan Allah dan juga dia mengasihi sesamanya. Bergaul dengan Allah berarti hidup yang penuh dengan kebenaran, baik di dalam perkataan maupun perbuatan, dia mau melakukan yang benar, dia mau melakukan yang tepat sesuai yang Tuhan mau. Tidak penting orang itu, orang lain di sekitar kita mereka tidak mengerti apa yang kita perbuat. Itu adalah prioritas yang selanjutnya. Prioritas pertama adalah kita sendiri di hadapan Tuhan kita melakukan kebenaran. Nggak peduli orang di sekitar kita itu mengerti kita melakukan kebenaran, mengerti kita berkorban, mengerti kita melayani, mengerti kita persembahan yang besar untuk Tuhan, melayani, nggak terlalu penting. Yang penting adalah relasi kita dengan Tuhan apakah kita hidup benar di hadapan Tuhan atau tidak. Kalau orang lain tau kebenaran yang kita lakukan atau suatu pelayanan yang kita lakukan ya sudah. Itu secara otomatis atau natural, bukan yang kita buat-buat, “Saya sudah persembahan banyak lho. Ini saya sudah melayani Tuhan dengan setia lho, kamu harusnya lihat saya.” Nggak penting lah. Mau orang lihat kita buruk, mau lihat kita baik, yang penting kita benar dulu di hadapan Tuhan. Itu semua Tuhan bisa ubahkan kok. Pandangan orang, apa sih susahnya mengubah pandangan orang. Tuhan itu pencipta. Tuhan itu bisa kasih hikmat kepada kita lewat berbagai hal kok, tidak usah melalui kehidupan kita melulu. Tuhan bisa memakai berbagai cara.
Hidup benar ini Bapak, Ibu, Saudara sekalian, itulah yang dijalani Nuh, karena apa? Karena Tuhan yang berkasih karunia. Jadi poinnya di sini. OK kita harus lakukan kebenaran, lakukan kebenaran sebagai orang Kristen cintai kebenaran, cintai Alkitab. Tetapi untuk bisa melakukan kebenaran dan mencintai Alkitab itu sendiri harus dari anugerah Tuhan, harus Tuhan yang memberikan kepada kita, memberikan kita hati yang baru, memberikan kepada kita selera yang baru dan hati yang mau mencintai kebenaran. Di sini Nuh dijelaskan bahwa Nuh itu seorang yang dibelas kasihani Tuhan, seorang yang mendapat kasih karunia Tuhan maka dia mencintai kebenaran. Orang yang mencintai kebenaran itu adalah orang yang diberikan kasih karunia oleh Tuhan sendiri. Hidup benar ini bukan semata perjuangan kita untuk bisa hidup benar, tetapi yang utama adalah karena Tuhan beranugerah. Tuhan yang memampukan kita hidup benar. Tuhan yang bisa memberikan kita pengakuan bahwa Alkitab itu sungguh benar.
Kita sudah melihat ya bagaimana seseorang itu bisa percaya Alkitab itu sungguh benar ujung-ujungnya adalah anugerah Tuhan. Meskipun kita bisa jelaskan secara logika bahwa sejarah Alkitab itu luar biasa indah, 40 orang penulis, dari seluruh latar belakang yang berbeda, dari jaman yang berbeda, orang yang berbeda, umur yang berbeda, dalam kurun tahun waktu 1500 tahun Alkitab ditulis tetapi semua tulisan di dalam Kitab Suci ini tidak bertentangan satu dengan yang lainnya. Lalu Bapa-bapa gereja juga bukan mengkanonkan Alkitab, tetapi mengakui Alkitab adalah Firman Tuhan karena yang mengkanonkan Alkitab itu Tuhan sendiri. Sadar atau tidak sadar, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, 66 kitab ini yang mengkanonkan itu adalah Tuhan sendiri, sama seperti Tuhan itu menetapkan 1 hari Sabat. Ya, 1 hari Sabat di dalam seminggu itu harinya beribadah kepada Tuhan, sama juga Tuhan menetapkan 66 kitab ini adalah Firman Tuhan. Kita yang mengakui, Bapa-bapa gereja yang mengumpulkan. Terus supaya bisa percaya 66 kitab ini adalah Firman Allah, dari siapa? Yang utama adalah kesaksian internal dari Roh Kudus sendiri, meskipun kita bisa jelaskan secara logika ya bagaimana seseorang itu ya harus percaya Alkitab dan lain-lain. Itu adalah anugerah Tuhan ya.
Nuh dan keluarganya adalah orang berdosa yang diselamatkan dari air bah juga itu berdasarkan anugerah Tuhan. Ya, berdasarkan pengenalan Nuh kepada Tuhan. Dia mau taat, dia mau melakukan hal yang benar. Masyarakat pada zaman Nuh adalah masyarakat yang melakukan perkataan dan perbuatan yang berdosa. Ini sangat kontras dengan apa yang dilakukan oleh Nuh sendiri yaitu mau melakukan kebenaran. Dan melihat latar belakang ini, dan Nuh, keluarganya itu juga taat kepada Tuhan, itu adalah bukan hal yang biasa ya. Jadi sangat kontras. Seluruh masyarakat pada waktu itu semua melawan Tuhan, tetapi ada 1 keluarga yang berbeda kelakuannya. Kurang lebih seluruh masyarakat pada zaman itu, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ya sudah diinjili oleh Nuh. Sudah mendapatkan Injil secara tidak langsung, mau ikut iman Nuh dan keluarganya. Inilah yang dilakukan oleh Nuh. Tetapi orang-orang di zamannya itu tidak peduli dengan Nuh. Nah, ini menunjukkan kontras juga. Memang kok, orang-orang yang di dalam kegelapan, yang bebal, yang berdosa itu, ketika orang melakukan kebenaran, mereka tidak sadar apa yang dilakukan oleh orang yang melakukan kebenaran tersebut. Mereka buta. Mereka kurang apa sih? Mereka melihat ada orang yang berbeda. Mereka melihat ada orang yang benar. Ada orang yang baik yang memberitakan Injil. Kurang apa lagi sih? Yang kurang adalah Tuhan berbelas kasihan. Ini nggak bisa lagi kita usahakan. Itu sudah menyangkut kedaulatan Tuhan. Kita sudah kabarkan Injil.
Anggap ya Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita sudah ngomong dengan jelas. Kita pakai metode-metode penginjilan, metode evangelism explosion, metode 4 hukum rohani. Kita sudah jelaskan kepada orang tersebut. Orang itu juga tanya. Segala pertanyaannya, pertanyaannya itu juga sudah kita jawab. Mereka sudah puas dengan jawaban kita. Mereka lihat juga kehidupan kita yang baik, yang beribadah, yang setia, yang tekun untuk mencari Tuhan, tapi mereka kalau tidak percaya itu kenapa? Kurang apa? Apakah kurang perbuatan kita? Apakah kurang baik kita? Tidak! Yang mereka kurang adalah kurang belas kasihan Tuhan. Kurang anugerah Tuhan. Nah, di sinilah kita bisa melihat betapa pentingnya kita itu berdoa memohon agar orang itu bertobat. Kita sudah lakukan yang terbaik, kita sudah mau memberitakan Injil, kita mau hidup baik, menjadi teladan, yang kurang bagi orang tersebut adalah anugerah Tuhan. Nah, kiranya Tuhan memberikan anugerah-Nya kepada orang-orang demikian.
Nah, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, Nuh itu dikenal sebagai siapa? Sebagai pembuat bahtera kayu yang begitu besar, atau kita katakan sebagai tukang bangunan ya. Ingat bahwa ukuran bahtera pada waktu itu adalah sebesar lapangan bola ya. Tingginya itu ya sebesar gedung-gedung tinggi lah, ya berapa lantai gitu. Tetapi Nuh juga bukan saja dikenal sebagai tukang pembuat bahtera, melainkan Nuh juga pemberita kebenaran. Mari kita lihat 2 Petrus 2:5, di dalam terang Perjanjian Baru, Nuh itu dikatakan oleh Petrus sebagai pemberita kebenaran. Kalau di dalam terang Perjanjian Lama kan kita lihat bahwa Nuh itu sebagai pelaku kebenaran ya. Pelaku, hidupnya baik, benar, tetapi di dalam kelakuan Nuh sendiri itu adalah suatu pemberitaan ya. Mari kita baca sama-sama 2 Pet. 2:5, “Dan jikalau Allah tidak menyayangkan dunia purba, tetapi hanya menyelamatkan Nuh, pemberita kebenaran itu, dengan tujuh orang lain, ketika Ia mendatangkan air bah atas dunia orang-orang yang fasik.” Nah, kita fokus kepada Nuh, yang diperkenalkan oleh Petrus sebagai pemberita kebenaran. Ya, pemberita kebenaran, dia menyatakan kebenaran. Namanya pemberita, berarti ada orang yang mendengar beritanya atau mengetahui apa yang menjadi pesan Nuh. Itulah kenapa kita bisa katakan bahwa Nuh itu adalah orang yang terus memberitakan kebenaran, mengajak orang, “Ayo, masuk ke bahtera!” supaya bisa selamat. Binatang-binatang aja masuk kok. Ya, binatang-binatang aja masuk! Itu menunjukkan bahwa kayaknya manusia itu lebih kurang tidak mengerti daripada binatang ya. Binatang aja nurut kok! Manusia itu berarti melawan Tuhannya itu melebihi binatang. Maka Tuhan itu tidak menyayangkan kok begitu banyak orang mati di air bah tersebut. Cuma, Tuhan juga sadar ya, Tuhan juga memang sedih sekali ketika melihat air bah menenggelamkan banyak orang. Banyak orang mati itu karena kehabisan napas. Mungkin ada yang melayang-layang di atas kayu, berjuang untuk bisa hidup ya selama berhari-hari. Mereka menangis, mereka menyesal mungkin ya, waktu air bah itu menutupi bumi. Tuhan menyesal. Tuhan ya bersedihlah, kata yang lebih tepat itu bersedih ya. Tuhan tidak menyesal, Dia mengirim air bah itu tidak salah kok. Itu memang layak bagi orang-orang yang berdosa. Tetapi Tuhan sangat sedih sekali, sehingga pada akhirnya Tuhan pun berjanji kepada Nuh dan seluruh keturunannya -kita sendiri adalah keturunan lanjutan yang begitu panjang- Tuhan tidak akan mengirimkan air bah lagi. Tuhan tidak akan mengirimkan air bah lagi untuk menegur dosa-dosa manusia yang begitu jahat dan besar. Tuhan sudah memberikan belas kasihan-Nya.
Tetapi di zaman ini, Tuhan juga menegur kita semua lewat COVID yang ada. Tuhan pakai COVID juga untuk seluruh dunia. Seluruh dunia ini menghadapi masalah yang sama supaya kita semakin mengenal Allah yang benar itu. Nah, sadar atau tidak sadar, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, waktu kita mengalami pandemi COVID, kita itu belajar soal kebenaran kok. “Ayo, yang benar bagaimana? Pakai hand sanitizer!” gitu ya. “Yang benar bagaimana kalau di ruangan? Pakai masker!” Itu semua pakai kebenaran. Semua teori-teori yang dibuat oleh dokter, ya tenaga kesehatan itu semua bicara kebenaran kok. Menghadapi COVID ini dengan yang benar-benar benar-benar benar. Semua benar kok, nggak ada yang salah. Semua itu mencari kebenaran, supaya apa? Dapat damai sejahtera dari COVID tersebut. Dari pandemi itu kita bisa menghadapi dengan damai tenang ya pakai masker, kayak gitu ya. Harus jaga kesehatan dan lain-lain, itu ngajarin apa sih? Ngajarin yang benar. Dari ngajarin yang benar, seharusnya mengenal Allah yang benar itu bagaimana? Ada suatu masalah, kalau manusia juga bisa menasehati ajaran-ajaran yang benar bagaimana, kalau ada masalah di dalam kehidupan kita, ya kita datang kepada Tuhan. Tuhan kasih tau yang benar itu bagaimana hidupmu. Harusnya bagaimana. Ya itulah ya, Tuhan kita. Dia terus mengasihi kita dan terus menyatakan kebenaran-Nya kepada kita.
Nuh adalah orang yang benar, dan dia punya hak mendeklarasikan pesan milik Allah sendiri. Dia menjadi pemberita kebenaran. Allah menentukan bahwa umat manusia mendapatkan 120 anugerah Tuhan. Ingat ya, jangan pikir, “Wah, Allah itu kejam!” Seluruh dunia pada waktu itu kena air bah. Semua orang mati, kecuali 8 orang, Nuh dan keluarganya. Jangan lupa ya, air hujan, hujan dari langit itu 40 hari kurang lebih kan sampai memenuhi bumi. Hujan tidak berhenti, bumi penuh dengan air. Kemudian waktu masa Nuh di atas bahtera itu kurang lebih 7 bulan. Anggaplah malapetaka itu 7 bulan 40 hari. Bandingkan dengan anugerah Tuhan waktu membuat bahtera. Nuh membuat bahtera itu 120 tahun. Tuhan kurang kasih-Nya apa sih? 120 tahun, mereka masih bisa hidup, mereka masih bisa beranak cucu, mereka ada yang mati juga dalam 120 tahun tersebut. Tuhan kasih cuaca yang indah, Tuhan kasih makanan, Tuhan kasih tempat tinggal. 120 tahun grace period tersebut, masa anugerah tersebut sudah berhenti. Tuhan hentikan anugerah-Nya dengan mulai 40 hari 40 malam hujan tidak berhenti. Mereka mati semua. Itu adalah anugerah juga, kita lihat. Kalau mau bandingkan, anugerah Tuhan begitu limpah kok. Perbandingannya apa dulu? Kalau kita bandingkan dengan zaman sekarang, ya kita lebih enak, nyaman ya. Kita tidak ada air bah lagi. Tapi zaman dulu, wah, ada air bah kok Tuhan rasanya jahat sekali ya. Itu perbandingannya apa dulu? Perbandingan manusia, yang manusia buat atau perbandingan dari Tuhan sendiri yang sudah menyatakan anugerah-Nya begitu besar.
Tujuan utama dari bahtera yang dibuat Nuh adalah pelestarian umat manusia dan seluruh makhluk yang memiliki napas hidup. Jadi, Tuhan pun beranugerah ya. Sebenarnya kalau Tuhan mau ya, Tuhan mau selesaikan dunia pada waktu itu, bisa juga ya. Jadi kehidupan dunia ini, Kejadian 1 sampai Kejadian 6 saja. Seluruh dunia sudah tidak ada manusia. Beres! Sebenarnya bisa saja Tuhan melakukan itu. Kan jelas kan. Ada kasih Tuhan yang begitu besar, ada keadilan Tuhan yang begitu besar. Yang adil dan kasih itu sudah dijalankan oleh Tuhan sendiri. Tuhan bisa saja menyelesaikan dunia itu dengan beres kok. Injil sudah dinyatakan, kurang apa lagi sih? Tetapi Tuhan masih mau melanjutkan lho ini. Tuhan masih mau melanjutkan bumi ini, mau memberkati kita yang hidup sampai hari ini ya. Itu karena pelestarian yang Tuhan berikan kepada kita supaya kita bisa hidup dengan baik. Itulah yang Tuhan nyatakan ya di dalam anugerah-Nya. Kebenaran yang Tuhan nyatakan, seluruh perintah Tuhan adalah untuk kedamaian kita sendiri. Inilah perbedaannya. Tuhan masih menginginkan kita hidup taat, hidup damai sejahtera di dalam Tuhan sendiri ya kalau masih ada hidup sampai saat ini.
Beda dengan orang-orang yang tidak taat, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita bisa kontraskan ya. Orang yang tidak taat kebenaran itu banyak mengalami hal yang kontras dengan apa yang ditimbulkan oleh kebenaran. Kebenaran menghasilkan damai sejahtera, ketenangan, ketentraman. Berarti, orang yang berdosa atau keberdosaannya itu menghasilkan apa? Ketidakdamaian alias ketakutan, ketidaktenangan alias hati yang gelisah, kacau balau ya, dan ketidaktentraman. Ya, hati yang kacau, takut, bingung, itulah yang dialami oleh orang-orang yang berdosa. Ya itu yang kita tidak inginkan terjadi dalam hidup kita ya, suatu hal yang takut. Takut menghadapi masa depan, takut menghadapi pekerjaan, takut menghadapi pernikahan, takut menghadapi hari depan. Itu kan nggak enak sekali ya mengalami ketakutan tersebut. Tetapi ingat lagi ya, kita percaya Firman Tuhan dan janji Tuhan asal kita melakukan kebenaran. Yang kita lakukan itu benar kok, nggak salah di mata Tuhan, di situ Tuhan kasih damai sejahtera kok. Ada damai sejahtera yang Tuhan berikan kepada kita. Inilah janji Tuhan.
Itulah yang dilakukan oleh Nuh ya, selama 120 tahun dia begitu bergaul dengan Allah, membangun bahtera, membangun kebenaran Tuhan bagi semua orang. Nuh tekun, sabar, setia menunggu waktu Tuhan dan kemampuan untuk menunggu Tuhan merupakan tanda kerohanian dan iman yang dewasa. Sekali lagi, kebenaran yang kita kerjakan, yang kita cari dalam dunia ini, ternyata bukan saja memberikan kita damai sejahtera, tetapi juga memberikan pembentukan supaya kita semakin dewasa di dalam Tuhan. Nuh, 120 tahun yang lalu itu imannya pasti berbeda dengan 120 tahun kemudian setelah bahtera itu jadi. Pada waktu membangun bahtera, iman dia masih kecil, tapi dia mau taat kepada Tuhan. Pada waktu, mungkin pertengahan waktu ya, 60 tahun itu membangun bahtera, wah, dia sudah lebih dewasa lagi, lebih taat lagi kepada Tuhan, lebih setia lagi. Nah, ini ya. Ini adalah teladan yang Tuhan berikan ketika kita melakukan kebenaran. Mari kita lihat Yesaya 28:16, kita baca bersama-sama, kita buka suara, “Sebab itu beginilah firman Tuhan ALLAH: “Sesungguhnya, Aku meletakkan sebagai dasar di Sion sebuah batu, batu yang teruji, sebuah batu penjuru yang mahal, suatu dasar yang teguh: Siapa yang percaya, tidak akan gelisah!”” Di sini Nuh ya, Nuh itu percaya kepada kebenaran Tuhan, percaya kepada Tuhan sendiri dan dia mengalami ketidakgelisahan. Nuh percaya kepada batu karang yang kokoh, batu karang yang teguh. Di sana dia tidak gelisah. Ya OK lah, sebagai manusia bisa gelisah waktu menanti Firman Tuhan, tetapi buktinya dia bisa setia sampai akhir hidupnya. Kemudian di dalam bahtera sendiri, Nuh setia merawat binatang-binatang, dia mencukupkan makanan dan minuman bagi binatang tersebut selama 7 bulan kurang lebih ya. Itu juga suatu perjuangan yang berat. Nuh dan keluarganya ya, istri, ketiga anaknya, dan ketiga menantunya. Nuh berusaha merawat keluarganya dan juga binatang-binatang yang Tuhan percayakan kepadanya. Nuh mengasihi apa yang dikasihi Allah. Nuh mengasihi keluarganya, Nuh mengasihi ciptaan Allah, yaitu binatang-binatang yang ada di bahtera tersebut.
Kemudian setelah waktunya ya, setelah tiba waktunya, Nuh dan keluarganya mengalami perubahan situasi. Air bah mulai surut. Bumi sudah mulai berubah. Bumi yang tadinya kering ya, tapi air itu masuk ke dalam bumi sehingga di bumi itu mengalami perubahan iklim, perubahan atmosfer. Bumi sekarang sudah bercampur dengan air ya. Kemudian mereka tiba ya, mendarat di gunung, di satu gunung. Di Gunung Ararat mendarat dan akhirnya mereka bisa menjejakkan kaki kembali setelah terombang-ambing di atas air yang begitu besar. Mereka jejakkan kaki kembali di dasar bumi, di daratan. Mereka kemudian apa? Yang hal pertama yang Nuh lakukan adalah ketaatan kepada Tuhan lagi. Memang di dalam Alkitab, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, tidak ada catatan bahwa Tuhan itu memerintahkan Nuh untuk mendirikan mezbah dan mempersembahkan korban-korban. Tetapi ketika dia memasuki dunia yang baru, suatu bumi yang baru, dia sadar ini adalah anugerah Tuhan. “Saya masih bisa hidup. Saya sudah tua. Saya masih bisa menikmati janji Tuhan.” Apa yang Nuh lakukan? Yang Nuh lakukan adalah mempersembahkan korban. Dia ambil binatang, dia persembahkan korban bagi Tuhan. Tuhan itu adalah yang pertama dan utama. Padahal ada perintah nggak? Nggak ada! Tapi itu perintah Tuhan nggak? Kehendak Tuhan? Kehendak Tuhan!
Tuhan ingin agar kita itu punya hati yang mengucap syukur setelah diberikan anugerah oleh Tuhan. Kita mempersembahkan korban kepada Tuhan. Maka kita pakai prinsip ini di dalam liturgi ibadah ya. Di dalam litugi ibadah kan kita ketika merasakan anugerah Tuhan, baru persembahan. Ketika Firman Tuhan diberitakan selesai, baru persembahan. Nggak kebalik kan ya, persembahan dulu. Memang sih, kita bisa merasakan anugerah Tuhan tanpa harus mendengarkan khotbah lebih dulu, tetapi prinsip ini kita pegang ya. Kita baru saja mendapatkan anugerah Tuhan, baru saja mengenal Tuhan lebih dalam lagi, baru saja ditegur Tuhan, dikasihani Tuhan, kita mau memberikan persembahan kepada Tuhan. Nah, ini dari Nuh ya. Ada liturgi, setelah Firman baru persembahan. Nuh mendirikan mezbah, mempersembahkan korban-korban. Ini adalah suatu respon yang indah dan benar dari Nuh. Nuh melakukan kebenaran ketika meresponi anugerah Tuhan. Ada berkat Tuhan, kita mengucap syukur. Nah, ini yang unik ya.
Di dalam Roma 12:1 juga itu merupakan sebuah urutan. Kalau kita lihat kitab Roma, surat Roma kan pasal 1 sampai yang ke-11 yaitu bicara soal pemberitaan Firman Tuhan, apa yang sudah Tuhan kerjakan bagi diri kita sebagai manusia, apa yang sudah Tuhan ajarkan, segala doktrin-doktrin, segala berkat Tuhan, kebenaran itu sudah disodorkan kepada orang, kepada kita semua. Kemudian Roma 12 sampai Roma 16 itu bicara bagaimana kita mempersembahkan tubuh kita. Nah, mari kita lihat Roma 12:1, kita baca bersama-sama Roma 12:1, ini suatu respons akibat ajaran dan kebenaran yang Tuhan berikan kepada kita semua. Mari kita baca bersama-sama, “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup , yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.” Nah, ini ya respons dari kebenaran yang kita terima dari Tuhan, anugerah Tuhan itu adalah dengan mempersembahkan hidup yang mempersembahkan diri kepada Tuhan. Dan ini adalah proses yang terus-menerus ya. Kita persembahan itu bukan cuma sekali, tetapi terus menerus. Kita memiliki hati yang mempersembahkan diri kepada Tuhan.
Nuh melakukan seluruh perintah Allah. Setelah menikmati anugerah Tuhan, masuk ke dunia yang baru, mereka kemudian mulai pemukiman, mulai suatu zaman yang baru, membangun kota, membangun desa terlebih dahulu, dan mereka juga bercocok tanam. Hal buruk yang dicatat di dalam Alkitab tentang Nuh adalah ketika Nuh menikmati anugerah Tuhan. Secara berlebihan, Nuh minum anggur di kebun anggur sampai berlebihan. Meminum anggur, memakan buah anggur itu adalah hal yang baik, asal cukup. Itu adalah hal yang menikmati Tuhan sendiri. Tuhan menciptakan anggur, kita makan anggur. Itu nggak masalah. Tetapi Nuh itu sudah terlena ya, sudah tua, sudah lemah, sudah mau menikmati anggur tersebut sampai mabuk. Dan entah kenapa ketika mabuk, mungkin anggur itu membuat badannya panas, dia buka seluruh bajunya sehingga dia tertidur dalam kelemahan, dalam ketelanjangan, dan akhirnya itu yang menjadi dosa bagi anaknya, salah satu anaknya ya.
Ini uniknya Alkitab, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, Nuh meskipun diceritakan sebagai orang yang benar, tidak bercacat cela, tetapi ada 1 kisah yang membuat kehidupan Nuh itu kurang sempurna. Dan itu ditunjukkan dengan jelas di dalam Alkitab, bahwa Nuh itu kurang bisa mengendalikan diri. Padahal seluruh hidup Nuh itu penuh pengendalian diri, tapi di akhir kehidupannya dia kasih teladan yang buruk bagi anak-anaknya. Dia kurang pengendalian diri sehingga dia mabuk anggur. Dia minum-minum anggur sampai mabuk dan akhirnya telanjang dan dilihatlah oleh Ham. Ham salah satu anak Nuh ya, melihat dengan pandangan yang menghina, ”Ini toh orang tua yang aku hormati? Ternyata penuh dengan kelemahan!” Ham tidak menghormati ayahnya, tetapi Sem dan Yafet itu menghormati, sehingga Nuh itu ditutupi dengan kain ketika sudah telanjang. Sehingga ketika Nuh tau, wah, ternyata Ham ini menjadi anak yang tidak menghormati orang tuanya, melecehkan, tidak menghormati, maka Ham ini dinubuatkan sebagai orang yang berdosa. Sebagai kumpulan orang-orang yang menjadi orang buangan karena sudah berdosa kepada Tuhan maupun kepada orang tuanya. Nuh melakukan segala hal yang Tuhan perintahkan kecuali dalam hal anggur. Itu yang dicatat di Alkitab. Jika kita ingin mengakhiri hidup dengan baik, ya kita harus hati-hati. Khususnya dalam pengendalian diri kehidupan kita. Jangan pikir, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, hikmat Tuhan itu mampu membuat kita hidup terus benar dan tidak bercela di dalam Tuhan. Ada kalanya, kalau kita tidak menghargai atau menggunakan hikmat Tuhan, kita pun bisa hidup seperti Salomo. Penuh dengan hikmat di awal kehidupannya, dan diakhiri dengan menyembah berhala-berhala dari para istrinya. Orang yang berhikmat pun, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ada kalanya tidak berhikmat. Orang yang berpengendalian diri seperti Nuh, sudah ratusan tahun taat membangun bahtera, ada kalanya juga orang yang penuh pengendalian diri, dia jatuh dalam dosa, tidak bisa mengendalikan diri. Jangan pikir kita sudah ahli dalam 1 hal, saya tidak melakuakn dosa ini dan itu, kita akan terus ahli, dan akhirnya kita lengah, tidak berhati-hati. Kita perlu menyadari kelemahan kita dan bersandar kepada Tuhan yang terus menolong kita.
Bapak, Ibu, Saudara sekalian, Nuh memang orang yang baik, Nuh itu memang orang yang benar, tetapi Nuh sendiri tidak sempurna. Yang sempurna hanyalah Yesus Kristus yang tanpa cacat cela dan dosa. Yesus Kristus yang adalah kebenaran, Yesus Kristus yang adalah sumber kebenaran. Dan di dalam seluruh kehidupan Yesus Kristus, semuanya itu adalah hal yang benar, tidak ada yang salah, tidak ada yang berdosa. Yesus sendiri juga adalah sumber keselamatan kita. Yang mau selamat dari murka Allah, ada di dalam diri Yesus Kristus. Tetapi Nuh itu tidak ya, Nuh itu bukan jalan kepada kebenaran dan hidup ya, kepada Allah Bapa di Surga. Tidak. Yesuslah yang menjadi jalan, kebenaran, dan hidup. Nah, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, mari kita sebagai pengikut Yesus Kristus, kita boleh menjadi orang yang semakin hidup kudus dan benar di hadapan Tuhan. Martin Luther pernah mengatakan bahwa kita ini adalah simul justus et peccator. Kita ini adalah orang benar, sudah dibenarkan di dalam darah Yesus Kristus, tetapi sekaligus juga adalah orang yang berdosa. Yang harus lebih menonjol bukanlah dosa, melainkan kebenaran. Kita masih bisa berdosa karena kita masih orang berdosa, tetapi kita sudah dibenarkan dalam Kristus, kita bisa melakukan kebenaran yang diakui kebenaran oleh Yesus Kristus, maka itulah yang terus harus kita lakukan. Kebenaran dari Kristus itu kita harus tonjolkan. Kalau kita memang mau setia, setia.
Suatu hal yang menonjol itu akan kelihatan ketika apa, Bapak, Ibu, Saudara sekalian? Yaitu ketika sering dilakukan. Ya misalkan, ambil contoh ya, Nuh itu adalah seseorang yang penuh dengan pengendalian diri karena dia tekun mengendalikan dirinya. Tapi orang yang penuh pengendalian diri, belum tentu tidak pernah tidak bisa mengendalikan diri. Sekarang orang benar ya. Orang benar. OK, orang benar itu orang seperti apa? Orang yang sering melakukan kebenaran Kristus. Tetapi bukan berarti orang benar itu tidak pernah jatuh ke dalam dosa. Kita jatuh, betul! Tetapi yang lebih sering kita lakukan adalah kebenaran. Orang yang malas belum tentu tidak pernah rajin. Orang malas itu rajinnya sekali-sekali ya. Setahun sekali, gitu ya. Tetapi orang rajin itu, malasnya ya sedikit. Itu ya, kita bisa pahami. Kalau kita mau menonjolkan sesuatu atau membuat orang itu sadar tentang kebenaran Kristus, ya lakukan yang lebih sering itu adalah kebenaran. Lakukan lebih sering lah. Tuntutan kita jangan muluk-muluklah sebagai manusia, berusaha lakukan semua kebenaran tanpa dosa, misalkan ya. Itu terlalu muluk-muluk. Cobalah Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kalau belum sering baca Alkitab, lebih sering baca Alkitab. Kalau belum sering berbuat baik, lebih sering berbuat baik. Kalau belum sering ke gereja, aktivitas, melayani di gereja, cobalah lebih sering. Kenapa? Kebenaran kok. Kita mau lakukan kebenaran untuk memuliakan Tuhan. Mari kita lebih sungguh-sungguh cintai Firman Tuhan, Alkitab. Cintailah kebenaran. Jadilah orang-orang yang taat kepada Firman Tuhan. Dan kita ingat juga bahwa “Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.” Dipuaskan oleh apa sih, Bapak, Ibu, saudara sekalian? Oleh damai sejahtera, oleh ketenangan, oleh ketentraman yang Tuhan berikan kepada kita semua. Amin. Mari kita sama-sama berdoa.
Tuhan, Bapa kami yang di surga. Kami bersyukur Tuhan, kami boleh mengenal Engkau sebagai sumber kebenaran yang sejati, yang Tuhan nyatakan sendiri. Ampuni kami Tuhan, di dalam kehidupan kami, seringkali kami mengabaikan kebenaran-kebenaran ajaran Firman Tuhan yang Tuhan nyatakan. Kami tidak peduli dengan kebenaran tentang pribadi Tuhan maupun karya Tuhan di dalam kehidupan kami. Pada pagi hari ini Tuhan, kami sudah mendengarkan Firman-Mu. Kiranya kami boleh semakin mencintai apa yang kebenaran dari Tuhan sendiri. Kami mau Tuhan, membuang segala kebenaran yang kami anggap benar, padahal bukan kebenaran dari Alkitab. Kami mau memperbaharui hidup kami, memperbaiki diri kami yang penuh dengan dosa dengan anugerah Tuhan. Kiranya Roh Kudus memampukan kami untuk melakukan kebenaran, melakukan perintah-perintah Tuhan yang sudah Tuhan nyatakan di dalam Alkitab. Terima kasih Tuhan untuk anugerah dan kebaikan yang sudah Tuhan berikan kepada kami. Kami serahkan hidup kami. Kami persembahkan hidup kami. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, kami sudah berdoa dan mengucap syukur. Amin. (HSI)