Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, waktu kita berbicara tentang Natal, karena ini masih dalam moment Natal dan khusus tanggal 25, jarang-jarang di dalam 1 tahun kita ketemu tanggal 25 di hari Minggu, kayak gitu. Kita berbicara tentang 1 peristiwa di mana Yesus Kristus lahir ke dalam dunia ini. Dan pada waktu kita berbicara tentang peristiwa Yesus Kristus lahir ke dalam dunia ini, maka ini bukan sesuatu yang sama seperti pengajaran-pengajaran yang kita dengar pada umumnya berkaitan dengan mungkin agama atau filosofi yang ada, yaitu mengenai suatu ide atau suatu pemikiran dari suatu usaha yang dilakukan oleh manusia, suatu angan-angan yang ingin dicapai oleh manusia. Tetapi peristiwa yang dicatat oleh Alkitab berkenaan dengan kelahiran Kristus itu adalah peristiwa yang ada di dalam sejarah dan sungguh-sungguh terjadi di dalam sejarah. Jadi, pada waktu kita berbicara tentang Natal, apa itu Natal? Yaitu Yesus Kristus datang ke dalam dunia untuk lahir menjadi manusia sama seperti diri kita, maka itu adalah satu peristiwa yang pernah terjadi dalam satu moment tertentu di dalam sejarah manusia berdasarkan kehendak dari Tuhan Allah. Dan kegenapan waktu yang Tuhan sudah lihat di dalam rencana kekal-Nya, bahwa waktu itu Yesus harus lahir ke dalam dunia ini menjadi sama seperti diri kita manusia.
Nah, waktu berbicara apa yang menjadi tujuan Kristus lahir ke dalam dunia ini? Maka Alkitab menyatakan secara jelas sekali, bahwa tujuan itu adalah untuk bisa menjadi sama seperti kita dan untuk bisa mewakili diri kita yang adalah orang-orang yang berdosa ini untuk supaya kita tidak perlu mengalami hukuman akibat dosa kita, melainkan Kristus yang menanggung dosa kita, menggantikan kita yang seharusnya menanggung dosa itu. Dan Saudara, ini juga menjadikan pengertian akan kebenaran ini menjadi sangat berbeda sekali dengan apa yang mungkin dipercayai oleh manusia. Ketika manusia berbicara tentang keselamatan, ketika manusia berbicara tentang kebenaran dia, ketika manusia berbicara tentang posisi dia di hadapan Allah, orang-orang pada umumnya, agama-agama umumnya mengajarkan 1 hal, itu adalah sesuatu yang dijanjikan Tuhan. Tetapi ketika Tuhan menjanjikan hal itu kepada diri kita, semuanya itu tergantung dari usaha kita untuk meraih dan memperoleh kebenaran dan posisi keselamatan yang Tuhan janjikan itu. Tetapi Alkitab sangat berbeda sekali, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan. Ketika Alkitab berbicara tentang apa yang menjadi keselamatan kita, Alkitab menjanjikan hal itu kepada diri kita, tetapi janji yang Tuhan berikan kepada diri kita bukan sesuatu yang diserahkan kepada kita untuk kita usahakan, padahal kita adalah orang berdosa, kita adalah orang yang penuh dengan kekurangan, penuh dengan cacat, tidak mungkin bisa memenuhi standar tuntutan Tuhan yang sempurna itu. Jadi Alkitab berkata, satu-satunya jalan untuk kita bisa dibenarkan itu bukan karena karya kita, usaha kita, tetapi adalah dari usaha Tuhan sendiri. Usaha Kristus sendiri yang datang ke dalam dunia untuk menebus dosa kita.
Jadi, ini adalah satu kontras yang besar sekali antara pengertian yang dimengerti oleh manusia pada umumnya, antara apa yang diajarkan oleh agama-agama yang ada di dalam dunia ini yang dipercayai oleh manusia, dengan apa yang Kitab Suci ajarkan. Dan pada waktu saya bilang seperti yang dikutip dalam bagian ini, “Menyelamatkan semua manusia.” “Sudah nyata.” Itu berarti tindakan yang diberitakan oleh Kitab Suci, yaitu Kristus datang dalam dunia menjadi manusia untuk mengerjakan keselamatan yang kita tidak miliki, tetapi yang dipikir kita bisa miliki padahal kita tidak bisa miliki. Karena itu, Yesus datang untuk menyelamatkan kita. Ini adalah satu kebenaran yang sungguh-sungguh nyata ada di dalam dunia ini dan itu adalah sebuah kebenaran yang kita tidak bisa tampik sama sekali. Kalau kita ingin mengikuti-Nya, kita ada di dalam arus Tuhan untuk menyelamatkan manusia. Tapi kalau kita menolak kebenaran itu, mengabaikan kebenaran itu dalam hidup kita, kita akan ditinggalkan oleh Tuhan, dan Tuhan juga tidak rugi apa-apa.
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau kita melihat tadi, dari perkataan Pdt. Ivan Kristiono di awal dari pembukaan untuk video clip tentang NREC, Pdt. Ivan ada mengatakan berkenaan dengan pembangunan bait Allah dan mengutip peristiwa yang terjadi di kitab Hagai. Pada waktu itu, orang-orang Israel kembali ke dalam kehidupan mereka semula. Awal mula ketika mereka pulang dari pembuangan, mereka membangun bait Allah. Tetapi ketika mereka berusaha membangun bait Allah itu, ternyata lingkungan tidak mendukung. Orang-orang yang ada di sekitar wilayah itu kemudian menentang mereka dan berusaha untuk mengacaukan keadaan seperti itu, dan membuat mereka dalam keadaan susah dan bahkan menggunakan otoritas dari pemerintah dan kaisar untuk menekan supaya pekerjaan pembangunan bait Allah itu digagalkan. Nah, pada waktu itu terjadi, maka orang-orang Israel kemudian akhirnya mulai melupakan pembangunan bait Allah. Mereka kemudian terjun ke dalam usaha mereka dan pekerjaan mereka sendiri dan kesibukan mereka sehari-hari. Lalu di dalam kondisi itu, Tuhan mengutus Zakharia dan Tuhan mengutus Hagai untuk menegur orang-orang Israel dengan mengatakan kepada mereka, “Coba lihat, usahamu diberkati Tuhan tidak? Apa yang menjadi tabunganmu, bisa terkumpul tidak? Semuanya itu tidak bisa kan? Engkau kerja mati-matian dengan susah payah, hasilnya tidak seberapa. Engkau berusaha untuk menabung dan membangun rumah dan segala menumpuk kekayaan, hasilnya juga tidak seberapa.” Seperti itu. Mengapa? Hagai berkata, “Karena engkau telah mengabaikan rumah Tuhan, karena engkau tidak mendahulukan kepentingan Tuhan di dalam hidupmu.“ Lalu Tuhan ngomong, “Silahkan bangun kembali.”
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, tadi Pdt. Ivan mengatakan 1 hal. Waktu itu, mereka bilang apa? Mereka bisa beralasan sebenarnya. “Tuhan, moment-nya nggak tepat! Waktunya nggak tepat. Kondisi tidak mendukung. Orang-orang di sekitar kita nggak ada yang kondusif untuk mendukung pembangunan bait Allah. Kalau kami melakukan pembangunan kembali, yang terjadi adalah, kita pasti ditentang kembali. Resikonya terlalu besar. Mungkin akan terjadi 1 pembunuhan. Tentara-tentara akan datang untuk menaklukkan kita kembali, menangkap, dan mungkin membuang kita kembali!” Seperti itu. Kondisinya sangat tidak kondusif untuk pembangunan itu. Lalu, Pdt. Ivan berkata, “Masalahnya bukan pada keadaan yang ada. Masalahnya bukan waktunya tidak tepat. Masalahnya adalah hati kita dan kesiapan kita yang tidak tepat.” Dan Tuhan tetap meminta bait Allah itu dibangun. Dan ketika mereka mengerjakan pembangunan itu, ternyata pembangunan itu bisa diselesaikan, walaupun ada kesulitan-kesulitan yang dihadapi.
Waktu saya merenungkan bagian ini, saya diingatkan kembali oleh perkataan Pdt. Ivan yang tadi juga. Tetapi juga, saya juga diingatkan kembali, misalnya kalau Bapak, Ibu, Saudara membayangkan ketika kita ada di padang gurun bersama dengan orang-orang Israel yang keluar dari Mesir pada waktu itu, mereka keluar berjalan menurut arahan siapa? Bukan hanya Musa kan? Tetapi mengikuti Musa, yang mengikuti pimpinan dari Tuhan sendiri yang ada di dalam bentuk tiang awan dan tiang api. Pada waktu siang hari, ada tiang awan. Pada waktu malam hari, ada tiang api yang menuntun dari orang-orang Israel itu. Pertanyaannya adalah kapan tiang awan itu berhenti? Berapa lama tiang awan itu berhenti? Berapa lama tiang awan itu berjalan? Dan kapan tiang awan itu berjalan? Dulu saya pikir nggak sampai terlalu jauh. Pokoknya tiang awan itu naik, Alkitab berkata mereka jalan. Tiang api itu jalan, mereka jalan. Dan kalau berhenti, mereka berhenti. Pikiran saya dulu sederhana sekali, “Oh, itu berarti kalau jalan, mereka jalan ya. Pokoknya diikuti. Tiang itu berhenti, mereka berhenti, mereka beristirahat. Berdiri lagi jalan, mereka jalan lagi.” Seperti itu. Tapi ketika saya mulai meneliti lagi, mulai lihat dari perspektif kita, maka saya mulai melihat seperti ini. Alkitab ngomong, tiang itu jalan di malam hari nggak? Ternyata jalan lho, di malam hari ketika orang seharusnya istirahat. Lalu, ketika mereka suatu hari berhenti, lalu di situ Tuhan ngomong, ”Tinggal di situ!” Mereka membuat kemah untuk istirahat. Saya cari lagi. Ada nggak Alkitab berkata, mereka akan berhenti 1 minggu, atau 1 hari, 2 hari, 3 minggu, 4 minggu, atau 1 bulan? Ternyata nggak ada! Sama sekali nggak dibicarakan seperti itu. Yang ada adalah, pokoknya mereka melihat tiang awan itu dan tiang api itu berhenti atau naik dan berjalan. Itu saja. Dan mereka diminta untuk mengikuti.
Saya mengerti pengalaman itu karena saya juga mengalami hal itu. Sebagai hamba Tuhan dari GRII, kita diminta tidak stay terlalu lama di 1 tempat. Ini sebenarnya pemecahan rekor ya. Saya bisa stay di sini sampai 12 tahun itu adalah sesuatu yang di luar dari pemikiran juga, karena biasanya orang-orang yang melayani di Jogja paling lama 2 tahun sudah pindah ke tempat yang lain. Tapi saya sampai 12 tahun di sini. Tapi dalam pemikiran saya, walaupun saya stay di sini selama 12 tahun, hati nggak pernah bisa rest, tenang. Kalau Bapak, Ibu, pergi ke rumah saya, selalu ada kotak-kotak berisi buku dan juga perlengkapan yang sampai hari ini, saya nggak pernah bongkar semuanya. Karena dalam pemikiran apa? Suatu hari pasti pindah, dan nggak pernah tahu kapan pindahnya. Apalagi, rumah yang dikontrak, yang ditinggali sekarang bukan rumah sendiri. Bayangin orang Israel kayak gitu. Mereka ada di padang gurun. Tiang awan berhenti. Mereka pikir mungkin, “Ah, paling besok jalan lagi!” Eh, ternyata nggak. Tunggu lagi. “Mungkin lusa jalan!” Oh, ternyata nggak. Tunggu seminggu. Oh, ternyata belum berangkat. “Od,mungkin hari ke-8 berangkat.” Eh, ternyata 1 bulan. Baru mereka mulai bongkar barangnya, ternyata besoknya sudah berangkat lagi. Susah. Saya percaya itu bukan sesuatu yang gampang.
Lalu saya ketika mikirin lagi. Gimana di tengah jalan itu? Apakah semua ibu-ibu dalam kondisi yang tidak mengandung? Kalau Alkitab berkata, mereka melahirkan anak-anak generasi kedua di padang gurun, berarti pada waktu mereka berjalan selama 40 tahun itu, ada ibu-ibu yang mengandung. Mengandung sampai melahirkan di dalam padang gurun itu. Lalu, pada waktu mereka mengandung, masa mereka istirahat, masa mereka jalan, masa mereka melahirkan itu kapan? Saudara kalau pikirkan ini ya, mungkin kalau kita berpikir, “Oh, istri kita sudah hamil tua. Anak kita sudah hamil tua.” Kita sudah mulai prepare, mau lahir di mana, berapa hari untuk cuti, istirahat seperti itu. Tapi pada waktu perempuan Israel melahirkan, kira-kira ada cuti 1 bulan nggak? Kira-kira ada cuti 3 hari nggak? Atau 1 hari untuk bisa tinggal dan tidak bergerak sama sekali? Saya nggak bisa bayangkan itu. Tapi mungkin kalau dalam posisi tiang awan sedang jalan, mereka melahirkan, mereka harus cepat-cepat mengejar tiang awan itu kembali untuk mengikuti rombongan yang lain untuk berjalan.
Bapak, Ibu, Saudara sekalian yang dikasihi Tuhan, kalau tidak, apa yang terjadi? Kita tertinggal dan rombongan Tuhan tetap berjalan untuk mengikuti pimpinan Tuhan dalam hidup mereka. Satu sisi, kayaknya kejam. Tetapi ketika kita pikirkan lagi, di situ ada mengandung pelajaran yang penting sekali, saya percaya. Hidup ini menjadi berarti kalau kita mengikuti pimpinan Tuhan di dalam hidup kita. Kalau kita tidak mengikuti pimpinan Tuhan, jangan kira hidup kita berarti di hadapan Tuhan tetapi justru Tuhan akan tinggalkan kita.
Saya kadang-kadang bertemu dengan orang yang berpikir seperti ini. Mereka suka membalik keadaan seolah-olah- baru kemarin juga saya ada bicara dengan 1 keluarga -seolah-olah yang benar itu orang-orang yang tidak percaya, yang harus menyangkal diri, lalu menahan diri itu adalah orang-orang yang percaya. Dan bahkan menuntut kalau kamu tidak berubah, kamu bersikap seperti yang kamu miliki, jangan pikir saya akan percaya kepada Kristus seperti itu, dan mengikuti Kristus. Dan seolah-olah iman dia tergantung perubahan dari hidup kita. Tapi dia sendiri tidak lihat, kehidupan dia seperti apa. Kerusakan dia seperti apa atau hal-hal buruk lain yang dia lakukan di dalam hidup dia. Tetapi dia menuntut orang Kristen untuk berubah. Saya pribadi pernah mengalami hal itu. Dan seolah-olah kalau kamu mau memenangkan saya seperti itu, kamu harus mengikuti cara saya. Bukan pengertian yang kamu miliki. Saya percaya, ada bagian benarnya kalimat itu. Kita mau dekati orang, kita harus bisa menyesuaikan diri dengan pemikiran orang itu. Kita harus mengerti karakter orang itu. Kita harus bisa masuk ke dalam pergaulan dia dan pemikiran dia untuk membawa dia, memimpin dia di dalam kebenaran seperti prinsip inkarnasi dari Yesus Kristus. Tetapi kalau kita pikir lebih jauh lagi, pemikiran orang itu benar nggak? Seolah-olah kita yang membutuhkan dia. Bukan dia yang membutuhkan kebenaran Tuhan. Terus terang, kemarin saya cukup emosi. Saya ngomong, “Kasih tahu orang itu ya, kalau kamu mau datang ke gereja, saya bersyukur. Kamu tidak mau datang ke gereja, saya juga tidak rugi apa-apa. Tetapi 1 hal yang harus kamu pikirkan, bahwa hubunganmu di hadapan Tuhan seperti apa? Tanggung jawabmu di hadapan Tuhan seperti apa?” Itu jauh penting untuk orang itu bisa melihat kebenaran diri dia di hadapan Tuhan.
Jadi, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pada waktu kita berbicara mengenai kelahiran Yesus Kristus dalam dunia ini, Alkitab berkata, “Ketika genap waktunya, Kristus lahir di dalam dunia ini.” Itu bukan sesuatu yang menunggu antisipasi manusia untuk mengenali waktu itu sudah tiba. Itu bukan waktu di mana manusia sudah menyadari, “Inilah saatnya Mesias harus dilahirkan. Kami membutuhkan Mesias itu!” Kalau Saudara lihat di dalam Lukas, Saudara akan menemukan, nggak ada satu pun dari umat Allah yang mengetahui Kristus lahir, kecuali para gembala yang diberitahukan malaikat terlebih dahulu. Yang kedua, kemarin Pak Tong juga bilang salah satunya adalah orang kafir, yaitu dari orang-orang Majus yang kemudian melihat bintang dan datang mencari anak Tuhan. Tapi, di mana ahli Taurat? Di mana para imam? Di mana orang-orang Farisi yang setiap hari duduk mempelajari Kitab Suci? Nggak ada 1 pun yang meresponi dan mengetahui hari daripada kelahiran Yesus Kristus itu. Dan itu membuat mereka akhirnya ditinggalkan oleh Tuhan, walaupun Tuhan masih memberikan karunia pengertian untuk mereka mengerti kebenaran tentang Kristus di dalam hidup mereka. Dan bersyukurnya, di dalam anugerah Tuhan, Alkitab berkata, banyak dari para imam yang kemudian percaya kepada Yesus Kristus ketika Yesus bangkit dari kematian.
Tapi di sini, Saya mau ajak Bapak, Ibu lihat 1 hal. Peristiwa Natal berbicara tentang peristiwa kelahiran Kristus. Untuk apa? Alkitab berkata untuk menyelamatkan semua manusia. Apakah itu adalah sesuatu yang merupakan pikiran manusia, imajinasi manusia? Jawaban yang diberikan oleh Paulus, itu bukan imajinasi manusia. Tetapi itu adalah 1 kebenaran yang sungguh-sungguh pernah ada di dalam dunia ini dan sudah terjadi di dalam dunia ini. Sayangnya, saat ini kita sering kali mencampurkan pengertian kebenaran ini dengan tradisi yang ada, yang sebenarnya tidak ada. Dan kita berpikir, kita ketika menjalankan tradisi itu, maka itu menyatakan Natal di dalam kehidupan kita. Saudara, tradisi itu apa? Mungkin pohon Natal. Mungkin Santa Claus. Mungkin pakai pakaian seperti Santa, topi merah dan baju merah seperti itu. Dan kita pikir, itulah Natal.
Tetapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya baru-baru, nggak terlalu lama juga, mulai berpikir lebih jauh, kalau kita mencampurkan yang namanya sejarah dengan tradisi. Sejarah adalah satu fakta yang sungguh-sungguh terjadi. Tradisi adalah 1 mitologi yang merupakan 1 ciptaan manusia yang tidak pernah terjadi. Itu kita gabungkan bersama dan kita berpikir itu adalah tradisi Natal. Kira-kira, apa yang terjadi? Mungkin anak-anak kita akan berpikir bahwa Natal itu adalah Santa Claus. Natal itu adalah perayaan. Natal itu bahkan mungkin adalah sebuah mitologi. Kristus seperti Santa, nggak sungguh-sungguh ada di dalam dunia ini dan lahir dalam dunia ini. Tapi Alkitab berkata, Dia sungguh nyata. Dan keselamatan itu sungguh sudah nyata. Sudah terjadi di dalam dunia ini.
Tetapi menariknya, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pada waktu kita berbicara seperti ini dan pada waktu Paulus meminta Titus untuk memberitakan tentang Natal ini, kalau Saudara baca di dalam ayat yang ke-15 ya. “Beritakanlah semuanya itu, nasihatilah dan yakinkanlah orang dengan segala kewibawaanmu. Janganlah ada orang yang menganggap engkau rendah.” Maka, yang menjadi pesan dari Paulus, “Beritakanlah semuanya ini” itu beritakan mengenai apa? Kalau kita baca di dalam ayat 11, itu sepertinya memberitakan tentang kelahiran Kristus dalam dunia ini. Sepertinya itu beritakan tentang ketika Yesus Kristus datang ke dalam dunia ini adalah untuk menyelamatkan manusia. Maka, Dia harus datang ke dalam dunia untuk menjadi manusia, sama seperti diri kita. Dan itu adalah hal yang harus diberitakan. Saya percaya itu yang menjadi point penting yang kita harus beritakan. Tetapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ketika kita baca ayat yang ke-13, maka berita itu ternyata bukan hanya berkaitan dengan kelahiran Kristus untuk menyelamatkan manusia. Tetapi berita yang harus diberitakan oleh Titus itu adalah berita yang berkaitan dengan kedatangan Kristus yang kedua kali. Saudara bisa lihat di dalam ayat yang ke-13. “Dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus.” Kalau dalam bahasa Inggris kayak gini ya, “Looking for the blessed hope, and appearing of the glory of the great God and our Saviour Jesus Christ.” Menantikan penggenapan dari pengharapan yang diberkati itu, yang penuh dengan berkat itu dan kemunculan atau “appearing”, di dalam bahasa Indonesia pakai “pernyataan” atau kalau saya pakai istilah “appearing”, kemunculan dari Allah yang Mahabesar itu, yang Mulia itu, dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. Beritakanlah itu, ajarkanlah itu.
Berarti, pada waktu kita berbicara tentang Natal, Natal itu bukan sesuatu yang kita boleh kotakkan hanya pada berita kelahiran dari Yesus Kristus saja. Tetapi Paulus mengajak kita melihat, Natal itu juga bicara mengenai kedatangan Kristus yang kedua di dalam kemuliaan-Nya yang Mahabesar itu. Dan menarik, di sini adalah pada waktu berbicara mengenai Yesus Kristus, Juruselamat yang datang kedua kali itu, Paulus mengatakan, “Ia yang datang itu, yang adalah Juruselamat kita, adalah Allah yang Mahabesar itu.” Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ini artinya apa? Pada waktu kita mengerti kebenaran tentang Injil, maka kebenaran tentang Injil tidak boleh kita pahami sekotak-sekotak di dalam kehidupan kita. Kebenaran tentang Injil, kita ndak boleh pahami secara parsial dalam hidup kita. Kalau kita memahami itu secara parsial, maka yang terjadi adalah kita ada di dalam kondisi yang tersesat, bukan dalam kondisi jalur yang benar. Ada orang-orang Kristen tertentu yang berpikir bahwa, “Oh, Natal itu adalah sesuatu berita tentang damai sejahtera yang Yesus kerjakan bagi manusia dengan melahirkan bayi.” Lalu, setelah itu bagaimana? Mungkin stop dengan kelahiran bayi itu ke dalam dunia sebagai Allah yang inkarnasi menjadi manusia lalu lahir sebagai seorang bayi.
Ada orang yang juga mungkin meng-kotakkan seperti ini, “Saya nggak mau tahu siapa itu bayi Yesus Kristus, saya tidak mau tahu seperti apa yang dinyatakan di dalam Kitab Suci.” Ternyata bayi itu adalah Allah yang Mahabesar yang datang ke dalam dunia ini, Allah yang menjadi pencipta dari alam semesta, Allah yang dengan tangan-Nya sendiri membuat segala bintang yang ada langit, yang menjadi galaksi yang ada di langit, kemudian datang ke dalam dunia ciptaan-Nya sendiri untuk menjadi manusia sama seperti kita. Mungkin mereka nggak mau pikirkan itu dan nggak mau terlalu pusingkan hal itu tetapi mereka fokuskan dengan pengertian bahwa, “Oh kalau Yesus ada dalam dunia ini, Dia adalah seorang yang mengajarkan kebenaran Firman, mengajarkan tentang prinsip-prinsip hikmat di dalam Kitab Suci, maka itu harusnya menjadi satu penekanan di dalam pengajaran kita, berita yang kita kabarkan.” “Siapa Yesus?” “Seorang yang betul-betul sempurna.” “Siapa Yesus?” “Pengajaran-Nya patut kita dengarkan. Karena apa? Dia mengajarkan kebenaran.” “Siapa Yesus?” “Adalah suatu Pribadi yang menjadi tokoh tentang kasih, yang tidak dimiliki oleh semua agama dalam dunia ini. Itu sebabnya kita semua harus mengajarkan tentang cinta kasih yang diajarkan oleh Kristus dan hidup dalam cinta kasih itu, hidup dalam satu standar moral yang Yesus ajarkan.” Tapi bicara tentang kelahiran dari seorang perawan Maria bagaimana? “Nggak usah, itu nggak penting! Yang penting adalah apa yang Yesus ajarkan dan kebaikan apa yang kita bisa lakukan seperti halnya kebaikan yang Kristus lakukan ketika Dia lahir dalam dunia ini.”
Lalu mungkin kita juga bisa kotakkan lagi, kalau kita bicara tentang Kristus apa yang harus kita bicarakan? “Oh, Dia mati memang di kayu salib. Tetapi Dia tidak mati, hari ke-3 Dia bangkit dari kematian, lalu saat ini Dia ada bersama dengan Bapa, duduk di sebelah kanan Allah Bapa dan Dia berkuasa di situ. Kita perlu fokus kepada poin itu, Dia ada di sisi kanan dari Allah Bapa. Yang artinya adalah apa? Dia memiliki kuasa dan kontrol terhadap dunia ini dan kita masih membutuhkan Dia sebagai Tuhan untuk memelihara kehidupan kita.” Tapi bagaimana dengan tanggung jawab moral? Bagaimana dengan satu panggilan kesaksian hidup seperti yang dikatakan di dalam ayat yang ke-12? Bagaimana satu kehidupan suci di mana kita harus meninggalkan dosa yang menjadi tuntutan Tuhan? Bagaimana pengertian bahwa Yesus itu adalah satu Pribadi yang bukan hanya manusia saja tapi Dia adalah Allah yang datang ke dalam dunia untuk mati di atas kayu salib? Dan apa yang membuat Dia bisa diterima Tuhan Allah Bapa, itu nggak menjadi hal yang terlalu penting karena kita fokus kepada bagian Yesus sudah bangkit dari kematian, misalnya.
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau itu yang menjadi pikiran kita, kita hanya pentingkan Natal, mungkin orang yang pentingkan Natal itu bisa kalau kita tarik aplikasi sedikit ya, adalah orang yang muncul cuma pada hari Natal, kebaktian. Dia pentingkan Natal. Kalau dia adalah orang yang mementingkan tentang pengajaran, mungkin dia datang ke dalam kebaktian Minggu, dengarkan pengajaran. Tetapi ketika berbicara tentang Kristus adalah Allah untuk menebus dosa, dia abaikan itu semua karena dia berkata yang penting adalah pengajaran moral Yesus, itu yang harus saya pegang. Ketika berbicara tentang Yesus mati untuk menebus dosa, satu-satunya jalan dan kebenaran dan hidup itu hanya melalui Yesus Kristus, dia akan berkata, “Nggak, semua orang yang lain adalah orang-orang yang bisa diselamatkan juga. Ada kebaikan, ada kebenaran yang mereka bisa lakukan dalam hidup mereka yang membuat mereka diterima oleh Tuhan. Kita sama semuanya, yang penting adalah kembali kepada usaha yang kita lakukan dalam hidup kita.” Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ini adalah beberapa contoh yang saya ungkapkan untuk menunjukkan kalau kita mengerti kebenaran Firman secara parsial, jangan pikir kita bisa mengerti kebenaran. Jangan pikir kita bisa mendapatkan kebenaran yang seperti yang Tuhan kehendaki untuk kita mengerti. Tapi yang benar adalah kita akan justru ada di dalam kesesatan, salah jalan, tapi kita pikir kita ada di dalam jalan yang benar.
Paulus berkata berita Natal bukan hanya berita tentang kelahiran Kristus, tetapi juga berita tentang kedatangan Kristus yang kedua kali. Dan itu sebabnya pada waktu kita berbicara tentang Natal, apa yang harus kita lakukan di dalam hidup kita? Mungkin kita cuma berpikir sebelumnya, “Oh, hari Natal tiba. Berarti bahwa kita memperingati kelahiran Kristus.” Selesai. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau kita perhatikan bagian ini, saya ingin mengajak kita merenungkan kembali, pada waktu kita masuk ke dalam Natal, coba telusuri kembali, siapa bayi yang lahir di Betlehem itu. Perhatikan hidup-Nya di dalam dunia ini. Apakah Dia sungguh-sungguh manusia yang sejati? Alkitab berkata Dia sungguh-sungguh manusia yang sejati. Apakah Dia adalah Allah yang sejati? Alkitab menyatakan Dia adalah Allah yang sejati. Inkarnasi tidak meniadakan ke-Allah-an dari Kristus. Buktinya dari apa? Pada waktu Dia di dalam dunia, Dia bisa menyembuhkan orang sakit. Pada waktu di dalam dunia, Allah mendengarkan perkataan yang Dia katakan. Misalnya pada waktu badai yang menerpa di dalam danau, Yesus bilang, “Diam! Tenanglah!” Badai itu mendadak menjadi tenang. Pada waktu ketika Dia melihat ada orang yang lumpuh, orang itu bisa bangkit dan berjalan. Pada waktu Dia melihat orang yang buta, Dia bisa membuat orang yang matanya buta melihat kembali. Pada waktu Dia melihat ada orang yang mati, dengan kuasa-Nya Dia bisa membangkitkan orang yang mati itu, bahkan setelah mati 4 hari di mana tubuhnya sudah rusak.
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, siapa Dia? Coba teliti, coba baca Kitab Suci! Jangan abaikan pengertian ini karena Dia sungguh-sungguh ada dan Dia pernah ada di dalam dunia ini. Dan Dia lahir untuk satu tujuan tertentu, pertama adalah untuk menyelamatkan semua manusia yang ada di dalam dunia ini yang percaya kepada diri Dia. Yang kedua adalah bukan hanya untuk menyelamatkan tapi Dia akan datang kembali dengan satu kondisi yang berbeda sekali, yang sangat kontras sekali dengan ketika Dia datang pertama kali. Bedanya di mana? Pada waktu Yesus Kristus datang pertama kali, Dia datang di dalam kerendahan. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan perhatikan, ada tidak berita utama tentang kelahiran Kristus pada waktu Dia datang? Kalau kita melihat pernikahan anak presiden, seluruh saluran televisi menyiarkan. Dan mungkin berita-berita juga memasukkan itu sebagai headline dari berita ini. Kita sering kali ingin mencari hal-hal spektakuler, luar biasa yang terjadi. Tetapi coba perhatikan pada waktu Kristus lahir, ada tidak berita itu? Headline di Yerusalem nggak ada berbicara tentang kelahiran Kristus. Walaupun pada waktu itu malaikat menyaksikan kepada para gembala kalau Kristus Yesus lahir ke dalam dunia ini, Dia adalah Allah yang inkarnasi menjadi manusia. Kalau Saudara betul-betul ingin mengetahui berita yang sangat spektakuler dalam dunia ini, yang luar biasa sekali, saya yakinkan berita kelahiran Kristus itu adalah berita yang tidak pernah lekang dan itu adalah satu-satunya berita yang paling, paling, paling besar yang ada di dalam sejarah manusia tapi sering kali diabaikan oleh manusia karena tidak masuk headline. Karena apa? Ketika Dia datang ke dalam dunia ini, Dia menyatakan satu kehidupan yang rendah ketika Dia lahir. Itu sebabnya Saudara bisa lihat Dia lahir di mana? Bukan di dalam istana tetapi di dalam kandang domba, di mana orang-orang menolak diri Dia, tapi Dia datang ke dalam dunia ini.
Ketika Saudara perhatikan lagi, apa yang menjadi peristiwa pada kelahiran Yesus Kristus, yang meng-kontraskan Dia dengan peristiwa kedatangan Dia nanti? Yaitu Dia datang di dalam kemiskinan. Saudara bisa lihat orang tua dari Yesus Kristus itu bukan orang tua yang kaya. Walaupun secara garis darah Yusuf adalah seorang yang lahir dari keturunan Daud, Maria adalah seorang yang lahir dari keturunan Daud. Tetapi Yusuf adalah seorang yang lahir dari keturunan Daud dari seorang yang memerintah sebagai raja, Maria adalah dari keturunan yang tidak memerintah sebagai raja, seperti itu. Ketika bayi Yesus Kristus lahir ke dalam dunia ini, papa-Nya, Yusuf, papa angkat ya, adalah seorang tukang kayu. Maria hanya seorang gadis biasa. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kita bisa lihat dari mana? Kalimat di dalam Kitab Suci dikatakan, “Bukankah orang tuanya itu adalah tukang kayu?” Pada waktu Yesus berusia 8 hari, ketika datang ke bait Allah, orang tuanya ingin menyunatkan Dia. Mereka hanya sanggup membawa 2 ekor burung merpati atau tekukur untuk dipersembahkan kepada Tuhan, yang menyatakan mereka adalah orang yang paling miskin, yang kemampuannya adalah hanya membeli 2 ekor burung. Nggak bisa membeli seekor domba tapi 2 ekor burung itu dipersembahkan kepada Tuhan. Orang yang miskin. Tapi di sini saya juga lihat, Saudara, kemiskinan kita itu tidak pernah menjadi alasan untuk tidak memberi persembahan kepada Tuhan. Justru kita tetap harus memberikan persembahan karena di situ kita menyatakan walaupun kita miskin, kita ada di dalam tangan pemeliharaan Tuhan dan berkat Tuhan dalam kehidupan kita. Maria berikan itu kepada Tuhan.
Dan bukan hanya miskin, Alkitab juga menyatakan ketika Dia datang ke dalam dunia, Dia datang sebagai seorang yang tidak dikenali siapa Dia. Siapa yang tahu Dia adalah Mesias? Hanya para gembala, hanya dari orang-orang Majus. Orang tuanya bagaimana? Alkitab walaupun bicara Dia adalah Mesias, Maria ngerti Dia adalah anak Daud yang kudus dari Allah, Dia adalah Imanuel, seperti itu. Tapi Alkitab berkata sering kali Maria ketika mendengar apa yang dikatakan oleh orang-orang yang datang untuk bersaksi tentang bayi itu, dia diam, dia bingung, tapi dia simpan di dalam hatinya. Saya percaya itu adalah satu pergumulan yang dia tidak mengerti apa yang dikatakan berkenaan dengan bayi itu dan apa yang akan terjadi dalam kehidupan bayi itu. Yang dimunculkan ketika bayi itu sudah masuk usia dewasa, 30 tahun, mulai melayani, pada waktu itu Alkitab mencatat orang-orang sekampung-Nya, Nazaret, menolak Dia karena tidak mengerti Dia adalah Mesias. Orang-orang Farisi, imam-imam, dan ahli Taurat menolak Dia dan menganggap Dia sesat. Padahal Dia tidak sesat. Bahkan Alkitab mengatakan ibu-Nya sendiri, saudara-saudara-Nya sendiri nggak mengenali Dia. Dari mana? Ada saudara-Nya yang mengejek Dia, “Kalau Engkau mau tampil dikenal orang, ayo pergi ke Yerusalem, perkenalkan diri-Mu!” Pada waktu Yesus Kristus melayani, Alkitab berkata, bahkan sampai jarang makan karena kesibukan pelayanan yang dilakukan. Ibu-Nya dan adik-adik-Nya datang menjemput Dia karena mereka berpikir Dia sudah gila.
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pelayanan seperti ini penuh dengan kerendahan, penuh dengan kemiskinan, penuh dengan penolakan dari orang-orang yang bahkan merupakan keluarga-Nya sendiri. Dan Alkitab juga menyatakan bahkan ketika Yesus mati, bangkit dari kematian, apa yang Dia lakukan? Dia tidak datang ke Pilatus ngomong, “Kamu sudah salib Saya ya, sekarang Saya buktikan Saya hidup!” Dia nggak datang kepada para imam Farisi dan pemimpin agama orang-orang Sanhedrin itu dan mengatakan, “Sekarang Saya mau menunjukkan Saya adalah raja orang Yahudi!” Alkitab mengatakan ketika Dia bangkit dari kematian Dia hanya menyatakan diri-Nya kepada beberapa orang dari murid-murid-Nya yang Dia pilih. Alkitab mengatakan ada 500 orang yang melihat itu. Bahkan ketika Dia naik ke Surga ada 500 orang yang melihat kebangkitan Dia dan terangkatnya Yesus Kristus ke Surga. Tapi bukan semua orang. Berarti pada waktu Dia naik ke Surga, Dia juga naik di dalam satu kemuliaan, tetapi kemuliaan yang tersembunyi bukan yang dinyatakan secara spektakuler dan secara jelas. Bahkan ketika Dia inkarnasi ke dalam dunia, kemuliaan juga tersembunyi karena apa? Karena Dia dibalut oleh daging, manusia hanya melihat diri Dia sebagai seorang manusia saja padahal Dia adalah Tuhan yang inkarnasi untuk menyelamatkan manusia berdosa.
Bagaimana dengan kedatangan Kristus? Alkitab berkata ada hal yang serupa tetapi ada hal yang tidak serupa. Yang serupa itu adalah pada waktu Dia datang, Dia adalah Kristus yang sama yang akan datang yang adalah Kristus yang naik ke Surga. Pada waktu Dia datang, Dia adalah Kristus yang datang dengan tubuh kebangkitan seperti pada waktu Dia bangkit dari kematian dan naik ke Surga. Tetapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pada waktu Dia datang ada perbedaan yang besar dibandingkan dengan pada waktu Dia datang yang pertama kali. Yaitu apa? Dalam ayat 13 dikatakan, “Dia datang dalam kemuliaan Allah yang Mahabesar.” Dia datang sebagai Allah sendiri dengan segala kemuliaan-Nya untuk datang ke dalam dunia untuk apa? Kalau Saudara bandingkan dengan kitab dari Petrus, Saudara bandingkan dengan kitab Tesalonika, Saudara bandingkan dengan Injil, Saudara akan menemukan ternyata ekspektasi kita tentang Kristus itu sering kali salah. Seperti halnya pada waktu orang-orang mengharapkan Mesias yang datang ke dalam dunia pertama kali itu seperti apa, sebagai penguasa, raja, pemerintah dan yang akan menghakimi bangsa-bangsa lain yang menindas Israel. Tapi ternyata Dia lahir sebagai seorang bayi yang penuh dengan lemah lembut, tidak punya kekuasaan militer, tidak mengadakan pemberontakan sama sekali. Bahkan disalibkan, mati di atas kayu salib.
Pada waktu Dia datang kedua kali, jangan kira kita akan mengerti seperti yang Alkitab katakan. Ada pengkhotbah yang mengatakan, penantian kita akan kedatangan kedua dan ekspektasi kita akan kedatangan Kristus juga mungkin bisa salah, dan kemungkinan besar pasti salah. Atau dia pakai istilah pasti salah, seperti halnya kita menantikan kedatangan Kristus yang pertama itu. Maksudnya adalah mungkin kita pikir pada waktu Yesus datang kedua kali ada damai, ada solusi, ada kasih, ada penyelesaian terhadap masalah-masalah beban hidup yang kita alami dalam dunia ini. Tapi Saudara, pada waktu kita lihat, memang ada satu sisi juga pada waktu Dia datang saya pasti tahu kapan Dia datang. Tapi Saudara kalau perhatikan di dalam Surat Tesalonika, Alkitab menyatakan pada waktu Dia datang kedua kali, sayangnya adalah nggak ada satu orang pun yang tahu kapan waktu itu. Karena di situ dikatakan manusia tetap berpesta, manusia tetap mengawini satu dengan yang lain. Berarti pada waktu Dia datang kedua kali, Dia datang ketika dunia ini sepertinya berjalan seperti biasanya. Gempa bumi tetap ada, peperangan mungkin tetap ada, penganiayaan tetap ada, walaupun mungkin intensitasnya meningkat, seperti itu, tetapi kita tetap nggak pernah punya satu kepastian kapan Dia datang. Karena Alkitab sendiri menyatakan Dia datang sebagai seorang pencuri. Jadi kalau kita bisa berpikir saya tahu kapan waktu itu, saya bisa mengantisipasinya di dalam hidup saya, itu bohong. Kita sedang menipu diri kita sendiri. Bahkan Saudara, kita nggak tahu kapan kita mati. Kalau kita bisa berpikir kita bisa memperhitungkan kapan saya mau bertobat, datang kepada Kristus karena waktu hidup saya sekian, sisa waktu saya saya mau gunakan untuk Tuhan. Saudara, Saudara pasti kecewa karena kedatangan Kristus tidak seperti yang kita harapkan.
Yang kedua adalah pada waktu Dia datang, jangan berpikir bahwa Dia datang dengan satu cinta kasih yang akan memberikan pengampunan bagi semua manusia. Alkitab mengatakan ketika Dia datang, Dia akan menghakimi. Datang sebagai Allah yang semua manusia akan mengenali bahwa Dia adalah Allah yang telah mencipta mereka tetapi juga sekaligus adalah hakim, kalau Dia bukan berdiri sebagai Juruselamat pribadi dia. Alkitab mengatakan pada waktu itu ada orang-orang yang akan disingkirkan Tuhan dan dibuang ke dalam neraka. Pada waktu itu bahkan ketika penghakiman dijalankan, penghakiman itu dimulai dari rumah Tuhan, dari orang-orang yang mengatakan dirinya Kristen. Itu akan dihakimi oleh Tuhan Allah terlebih dahulu baru orang-orang yang ada di dalam dunia ini. Dan pada waktu itu setelah semua penghakiman terjadi, itu akan terjadi satu bencana besar, Tuhan akan menghabiskan langit dan bumi dengan api. Lalu memperbaharui langit dan bumi dengan langit dan bumi yang baru. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, hanya orang-orang yang percaya kepada Kristus yang bisa tinggal di dalam langit dan bumi yang baru itu dan hidup selama-lamanya dengan Kristus.
Jadi pada waktu kita berbicara tentang Natal, Saudara jangan cuma berpikir tentang cinta kasih Kristus, damai sejahtera dari Tuhan bagi manusia yang berdosa. Tetapi Saudara juga harus melihat pada waktu kita bicara tentang Natal, kita ada di dalam damai sejahtera atau kecelakaan. Kita ada di bawah satu kehidupan yang sudah ditebus oleh Kristus atau kita ada di bawah penghakiman dari Tuhan. Pada waktu kita hidup untuk mengingat kembali akan hari Natal, kita bukan hanya melihat, “Oh Yesus adalah bayi lucu yang seperti semua manusia.” Tetapi kita bisa lihat tidak kalau Dia adalah Raja yang Tuhan utus ke dalam dunia bukan untuk hanya menyelamatkan kita, tetapi untuk kita bisa mentaati Dia dan melakukan apa yang menjadi kehendak Dia di dalam hidup kita. Kalau kita hanya lihat Natal hanya dari satu perspektif, saya yakin banyak bolongnya, banyak hal yang kita lewatkan yang bukan merupakan kebenaran dari Tuhan. Tetapi kalau kita lihat dari secara keutuhan maka kita akan melihat Tuhan itu sesungguhnya siapa. Kalau kita tidak hidup berdasarkan kehendak Tuhan, kita yang dirugikan dan kita yang ditinggalkan oleh Tuhan.
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, mari kita renungkan kembali, kita uji kembali pengertian kita tentang Kristus. Kristus itu siapa? Posisi kita ada di mana? Apakah kita memiliki iman kepada Kristus atau tidak? Atau selama ini kita hanya menjadi pengikut-pengikut saja, padahal kita bukan pengikut Kristus yang sesungguhnya. Dan kita berpikir meremehkan Tuhan, “Tuhan penuh dengan cinta kasih, Dia pasti mengampuni saya. Dia pasti berbuat baik dengan saya karena Dia penuh dengan cinta kasih.” Tetapi Alkitab berkata Dia juga adil dan suatu hari Dia akan datang untuk menghakimi manusia. Kiranya Tuhan boleh memberkati kita dan sekali lagi, hal ini boleh menjadi satu khobah penutup di dalam tahun ini yang membuat kita merenungkan kembali akan diri kita, nilai hidup kita, dan apa yang telah Kristus lakukan bagi diri kita. Sehingga kita boleh menjadi orang yang sungguh-sungguh ada di dalam damai sejahtera bersama dengan Kristus. Mari kita berdoa.
Kembali bersyukur Bapa untuk berita Natal yang Engkau boleh berikan bagi kami, untuk pekerjaan yang begitu agung dan mulia yang boleh Engkau kerjakan di dalam kehidupan kami yang tidak mungkin dan tidak mampu kami kerjakan sendiri. Kristus telah lahir dalam dunia bukan seperti kelahiran dari semua anak manusia tetapi adalah Allah sendiri yang Mahabesar yang inkarnasi untuk menyelamatkan kami. Alkitab berkata itu adalah satu hal yang sudah terjadi di dalam dunia ini. Itu berarti kedatangan Kristus kedua pasti terjadi juga seperti halnya Ia telah datang ke dalam dunia untuk pertama kalinya. Karena itu ya Bapa, kiranya Engkau boleh tolong kami ketika kami menjalani hidup kami, kami boleh menjalani satu kehidupan yang menantikan kedatangan Kristus yang kedua ini. Tetapi bukan sebagai Hakim atas hidup kami, tetapi sebagai Juruselamat bagi kami karena kami memiliki iman di dalam Kristus yang menyelamatkan. Iman yang sungguh-sungguh. Kiranya Engkau boleh berkati setiap anak-anak-Mu ini. Engkau boleh pimpin kehidupan mereka. Dan kiranya Engkau boleh menyatakan kasih-Mu di dalam kehidupan mereka melalui satu perubahan hidup yang ada di dalam kesucian dan kekudusan dan ketaatan kepada Tuhan. Kami berdoa, bersyukur Bapa. Dalam nama Tuhan Yesus Kristus, yaitu Tuhan dan Juruselamat kami yang hidup kami telah berdoa. Amin. (HSI)