Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, perjalanan Paulus ke Atena itu bukan suatu perjalanan yang kelihatannya direncanakan oleh Paulus, tetapi itu adalah satu akibat dari ia ditolak oleh orang-orang Yahudi yang ada di kota-kota sebelumnya. Dimulai dari Tesalonika, kemudian ke Berea, lalu akhirnya ketika ia akhirnya telah melayani di Berea, ternyata ada orang-orang Yahudi dari Tesalonika yang datang ke Berea untuk menghasut orang-orang Berea dan mengusir Paulus untuk pergi dari Berea. Dan itu sebabnya, Paulus kemudian pergi menuju kepada Atena. Dan ketika ia tiba di Atena dalam bagian ini, dikatakan bahwa dia sebenarnya ingin menantikan teman-temannya yang sebelumnya ada di kota lain untuk datang dan melayani bersama. Paling tidak ada Silas dan Timotius untuk bisa mendampingi ia di dalam pelayanan di Atena.
Tetapi semasa dia menantikan itu, ternyata Paulus bukan seorang yang mungkin bisa diam saja. Tetapi dia kemudian mulai berkeliling kota. Dan ketika dia mulai berjalan keliling kota, ada yang mengatakan, “Mungkin dia ingin menikmati pemandangan di Kota Atena yang sangat luar biasa pada waktu zaman itu.” Walaupun keadaan sudah mulai agak merosot, tetapi Atena tetap menjadi sebuah kota yang sangat tinggi di dalam nilai budaya dan juga arsitektur yang ada. Dan hal-hal itu masih bisa terlihat seperti itu. Tetapi saya juga percaya, walaupun Paulus baru pertama kali menginjakkan dirinya di Atena, mungkin itu seperti kalau kita pergi ke satu kota yang besar, pertama kalinya ke New York, atau ke tempat-tempat yang terkenal seperti itu, kita ingin melihat keadaan kota yang ada seperti itu. Ada satu hal yang sangat mempengaruhi hati Paulus dan membuat dia menjadi gelisah. Dan kegelisahan itu bukan diakibatkan oleh hal-hal yang berkaitan dengan tidak ada uang, nanti saya bagaimana belanja, dan segala macam seperti itu untuk memenuhi kebutuhan hidup. Tetapi yang ada adalah Paulus digelisahkan dengan keberadaan patung-patung berhala dan kuil-kuil berhala yang begitu banyak sekali di Atena. Ada yang mengatakan seperti ini, di antara 10.000 jumlah penduduk yang saat itu tinggal di Kota Atena, kuil berhala ada kira-kira 30.000 buah. Begitu banyaknya, sehingga mereka mengatakan, “Kelihatannya lebih mudah bertemu dengan patung berhala daripada bertemu dengan orang di Kota Atena.” Karena perbandingannya sampai 1 : 3 seperti itu ya.
Jadi, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pada waktu Paulus berjalan, dia melihat patung demi patung yang ada di situ. Dia menjadi sedih. Tetapi kesedihan ini tidak disimpan sendiri. Dia mulai kemudian memberitakan Injil tentang Kristus, tentang kematian-Nya, dan juga tentang kebangkitan yang dialami oleh Yesus Kristus. Bermula dari mana? Alkitab mengatakan, bermula dari rumah-rumah ibadat orang Yahudi, tetapi juga tidak berhenti di rumah-rumah ibadat orang Yahudi, melainkan juga kepada orang-orang Yunani yang ada. Dan pada waktu itu, ia bertemu dengan 2 school yang besar, yaitu dari golongan Epikuros dan juga dari golongan Stoik. Dan siapa mereka ini? Mereka adalah orang-orang yang sangat terpelajar sekali. Orang-orang yang berpendidikan tinggi. Orang-orang yang menekuni filsafat di dalam kehidupan mereka. Dan kelompok Epikuros adalah orang-orang yang lebih menekankan kepada kesenangan sebagai tujuan utama di dalam kehidupan mereka. Jadi pada waktu mereka hidup, mereka berusaha mendapatkan kesenangan itu. Dengan cara bagaimana? Mereka mendapatkan kedamaian, mereka bebas dari sakit atau menghindarkan sakit di dalam kehidupan mereka, dan bahkan juga termasuk dengan menghindarkan diri dari rasa takut terhadap hal-hal yang bersifat superstitious atau mistis, dan termasuk juga keberadaan dari Tuhan Allah.
Mereka bukan orang yang tidak percaya Allah ada, atau dewa-dewa ada. Mereka sangat percaya sekali dengan keberadaan dewa. Tetapi mereka berkata seperti ini, “Dewa ada. Allah ada. Nggak papa. Walaupun Dia mencipta dunia ini sekalipun, membuat adanya dunia ini, tetapi Tuhan Allah tidak memiliki hubungan dan sangkut paut dengan kehidupan manusia yang ada di dalam dunia ini.” Jadi, itu membuat mereka berpikir bahwa mereka tidak perlu takut. Kalau mereka mengalami kematian, mereka harus berhadapan dengan dewa-dewa itu, lalu mempertanggungjawabkan kehidupan mereka dan perbuatan mereka di hadapan dewa-dewa itu atau Allah. Dan mereka juga mengajarkan, “Ketika manusia mati, jiwa mereka juga habis atau sirna.” Sehingga, apa yang perlu ditakutkan di dalam hidup ini? Hidup hanya ada di dalam dunia ini. Materi, menjadi mungkin salah satu ukuran kebahagiaan yang ada. Ya nikmati saja kehidupan yang ada di dalam dunia materi ini. Itu adalah pandangan dari Epikuros.
Dan sisi lain, ada pandangan dari Stoik. Saya langsung fokus saja ke dalam bagian penekanannya ya. Mereka adalah orang-orang yang percaya kepada panteis. Panteis itu berarti bahwa mereka percaya allah itu ada di mana-mana, dan segala sesuatu itu adalah allah. Karena itu, kita bisa melihat misalnya pohon itu allah, mungkin binatang itu allah, manusia itu allah. Karena mereka percaya bahwa allah itu ada di mana-mana dan segala sesuatu adalah allah. Dan pada waktu mereka berbicara tentang prinsip hidup mereka juga, mereka adalah orang yang sangat menekankan tentang kehidupan tanggung jawab dengan satu moralitas yang baik. Dan ini membuat mereka adalah orang-orang yang sangat sombong sekali, sangat meninggikan diri, karena di dalam pemikiran mereka, mereka bisa mengusahakan segala sesuatu dari diri mereka sendiri. Mereka memiliki tuntutan moral yang baik, memiliki satu kehidupan yang diusahakan untuk baik. Dan bahkan, mereka punya 1 prinsip bahwa kalau mereka adalah orang-orang yang kurang bermartabat, pilihannya adalah lebih baik bunuh diri. Jadi, “Daripada menjadi orang yang kurang bermartabat, lebih baik saya mati saja.” Itu menjadi prinsip dari orang-orang Stoik.
Nah, pada waktu Paulus bertemu dengan orang-orang ini, apa yang Paulus lakukan? Dikatakan di dalam ayat yang tadi kita baca, di dalam ayat 18, ketika mereka bertanya, ““Apakah yang hendak dikatakan si peleter ini?” Tetapi yang lain berkata: “Rupa-rupanya ia adalah pemberita ajaran dewa-dewa asing.” Sebab ia memberitakan Injil tentang Yesus dan tentang kebangkitan-Nya.” Itu berarti bahwa pada waktu Paulus bertemu dengan orang-orang ini, walaupun mereka adalah orang-orang yang sangat terpelajar sekali, memiliki iman dan kepercayaan mereka sendiri-sendiri, atau memiliki agama mereka sendiri, dan allah mereka sendiri, atau tuhan mereka sendiri dalam kehidupan mereka, Paulus tetap mengatakan bahwa mereka perlu mendengar tentang Yesus Kristus dan kebangkitan-Nya. Artinya apa? Saya percaya,di dalam bagian ini, kita boleh mengerti satu hal. Bahwa walaupun orang memiliki agamanya masing-masing, kepercayaannya masing-masing, tapi kepercayaan dan agama yang dimiliki belum tentu membawa seseorang dekat kepada Tuhan. Dan itu sebabnya mereka perlu mendengarkan Injil tentang Yesus Kristus.
Saya kemarin, ada satu anak pemuda yang menghubungi. Lalu, ia ingin mengadakan sebuah pelatihan penginjilan di kampusnya. Lalu, ketika itu ia telepon dan kita ada video call-an untuk berbicara, meeting melalui internet. Dan di situ dibahas, kira-kira point apa yang harus diberikan di dalam pelatihan itu? Dan saya tanya, mengapa seperti itu? Dia jelaskan. “Karena walaupun kami adalah orang-orang yang menjadi pengurus pelayanan mahasiswa seperti itu, tetapi di dalam konsep pengurus sendiri, mereka berpikir bahwa ngapain sih kita harus menginjili? Ngapain kita harus memberitakan Kristus kepada orang-orang yang memiliki agama, kepercayaan mereka. Seolah-olah kita ingin merebut mereka dari allah mereka yang sudah memiliki mereka.” Tapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya percaya, apa yang dinyatakan oleh para Rasul di sini, khususnya Paulus, ketika ia pergi dari kota yang satu ke kota yang lain, ketika dia masuk ke rumah ibadat, dan pada waktu masuk ke rumah ibadat, ternyata mereka datang kepada orang Yahudi untuk memberitakan Injil. Kalau dia berhenti di situ, mungkin kita bisa berkata, “Oh, Paulus hanya fokus kepada Allah yang sama! Paulus punya Allah Abraham, Ishak, dan Yakub. Orang-orang Yahudi dalam rumah ibadat punya Allah Abraham, Ishak, dan Yakub. Kalau ada orang-orang asing datang ke rumah ibadat orang Yahudi, mereka pasti paling tidak menerima Allah Abraham, Ishak, dan Yakub. Dan penginjilan selesai di situ.” Tetapi ternyata Paulus tidak berhenti di rumah ibadat. Dia keluar, dia menjangkau orang-orang yang belum pernah mendengar tentang Kristus dan dia memberitakan Injil kepada orang-orang itu. Berarti, mereka juga walaupun memiliki iman, kepercayaan, tuhan sendiri dalam hidup mereka, tetapi mereka tetap membutuhkan Kristus. Karena apa? Tuhan mereka tidak membawa mereka kepada Allah yang sejati. Kepercayaan mereka belum tentu mendekatkan diri mereka kepada Tuhan. Hanya Yesus Kristus, Allah yang sejati. Dan hanya Yesus Kristus yang bisa memberikan keselamatan di dalam kehidupan manusia.
Jadi di sisi ini, kita bisa melihat ada satu kebenaran yang kita tidak boleh tawar di dalam kehidupan kita. Pak Tong seringkali menggunakan istilah, “Yang namanya kebenaran itu ndak mungkin relatif.” Saudara kalau berkata yang namanya kebenaran itu adalah relatif, pasti bukan kebenaran. Contohnya apa? Kalau Saudara ditanya, “2+2 itu sama dengan berapa?” 4 kan? Boleh nggak orang Indonesia itu, konsep orang Indonesia, prinsip dan kepercayaan orang Indonesia 2+2 itu adalah 4, tapi misalnya orang Rusia ngomong, “Enggak! 2+2 itu adalah 5” Orang Eropa bilang, “Enggak! 2+2 itu adalah 7” Begitu mereka ngomong kayak gitu, itu bukan kebenaran. Jadi yang namanya kebenaran pasti punya satu prinsip. Sama. Semua orang sukunya apa, bangsanya apa, kotanya apa, tinggal di negara apa? Semuanya harus berpegang pada prinsip yang sama bahwa 2+2 adalah 4.
Itu sebabnya, pada waktu kita berbicara tentang Kristus, ketika kita berbicara tentang iman kepercayaan seperti itu, kalau kita bicara ada satu Allah, dan Allah itu adalah Allah yang sejati dan benar, maka itu berarti ada satu kebenaran yang di mana semua orang harus belajar menerimanya dan tunduk di bawah kebenaran yang Allah itu nyatakan. Dan saya percaya, ini membuat kita mengerti satu hal, bahwa kepercayaan kita kepada Tuhan itu bukan bergantung dari persepsi kita dan prinsip kita atau sudut pandang kita. Tetapi kepercayaan kita kepada Tuhan itu adalah bergantung dari apa yang Tuhan nyatakan tentang diri Dia. Saya ambil contoh, kalau Tuhan menyatakan diri Dia kepada kita di dalam Kitab Suci atau Alkitab ini, maka kalau Saudara memiliki pemandangan atau pemahaman tentang Tuhan yang di luar daripada Kitab Suci ini, walaupun Saudara mungkin begitu ngotot mempercayainya sebagai satu kebenaran, dan walaupun pengikut Saudara begitu banyak yang memiliki prinsip yang sama dengan kehidupan Saudara, kalau Dia ini adalah Allah yang sejati, yang seperti Alkitab katakan, tetapi bertolak belakang dengan apa yang kita pahami seperti itu, yang Saudara pahami ndak ada gunanya. Yang kita pahami, semuanya akan menjadi nihil dan tidak akan diperhitungkan sebagai kebenaran di hadapan Tuhan dan tidak ada satu manfaat apapun untuk menolong kita berdiri di hadapan Tuhan. Dan tentunya, itu juga akan mempengaruhi kehidupan kita dan juga hal-hal yang kita alami dalam hidup kita.
Jadi, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, mengapa Paulus ketika mendengar tentang Epikuros, tentang Stoik, tentang agama Yahudi yang menolak Kristus seperti itu, dia tetap berusaha untuk memberitakan Injil kepada orang-orang ini? Karena ia tahu bahwa Injil dan keselamatan itu ada di dalam Kristus. Dan semua bangsa harus menerima Kristus dan mendengar tentang Kristus. Itu menjadi prinsip karena dia percaya, Allah yang ia percayai itu adalah Allah yang sejati, Allah yang telah mencipta langit dan bumi ini. Itu sebabnya kalau Saudara baca, ketika ia mendapatkan satu kesempatan untuk bersaksi di hadapan orang-orang Yunani di Kota Atena, yaitu di Aeropagus, tempat di mana orang-orang penting yang dipercaya bisa memberikan satu sumbangsih pengertian kepada orang-orang Yunani itu, harus berdiri di situ untuk memperdengarkan apa yang menjadi prinsip dia dan pengajarannya kepada banyak orang-orang yang merupakan orang-orang pintar itu.
Nah, pada waktu Paulus mendapatkan kesempatan itu dan ingin memberitakan tentang kebenaran itu, dia menggunakan satu jembatan yang ia temukan untuk menggambarkan siapakah Allah itu? Yaitu jembatan itu adalah ketika dia berkeliling di Kota Atena, dia menemukan di antara kota-kota dan kuil-kuil yang ada, ternyata ada 1 tempat di mana di situ ditulis, “Kepada Allah atau dewa yang tidak kami kenal.” Untuk dipersembahkan. Ada yang mengatakan, “Itu muncul dari mana ya, kalimat itu dan kuil itu atau tempat korban persembahan itu?” Ada yang mengatakan ada satu orang, yaitu di Kota Atena dulu. Dia, saya lupa namanya siapa, waktu itu, Kota Atena itu mengalami satu penyakit wabah. Dan pada waktu ada penyakit wabah, mereka berusaha ingin tahu. Ini diakibatkan oleh dewa yang mana? Lalu, orang ini kemudian mengusulkan seperti ini. “Begini saja caranya. Kita kan nggak tahu siapa yang akibatkan penyakit ini. Dan untuk membuat ada pendamaian itu, kita lepaskan kambing.” Banyak sekali kambing dilepaskan di kota itu, lalu kambing itu dibiarkan berjalan ke dalam kota memenuhi kota itu. Lalu ketika kambing itu berhenti di situ, berbaring di situ, maka kambing itu akan dikorbankan kepada kuil yang terdekat dengan di mana kambing itu membaringkan dirinya. Jadi kalau kambing itu berhenti di dekat kuil Zeus, dia akan dikorbankan di kuil Zeus. Kalau kambing itu berhenti di kuil Afrodit, dia akan dipersembahkan di kuil itu. Dan kalau kambing itu berhenti di tempat di mana nggak ada tempat kuil terdekat bagaimana? Nah di situlah muncul prinsip kita korbankan kepada dewa atau allah yang kita tidak kita kenal itu.
Nah pada waktu Paulus mendapat kesempatan berbicara di Areopagus itu, dia menggunakan ke-tidaktahu-an dari orang-orang itu untuk menjadi satu jembatan memperkenalkan Allah yang ingin dikabarkan oleh Paulus, itu Allah Abraham, Ishak dan Yakub. Dan pada waktu Paulus memberitakan itu, menariknya ada satu hal, kalau Bapak, Ibu perhatikan di dalam Kisah Rasul 17:16-34, Paulus sama sekali tidak mengutip tentang ayat-ayat Kitab Suci di situ. Hanya di bagian akhir saja Paulus mengangkat berkenaan tentang Kristus yang adalah hakim dari semua manusia dan Dia adalah yang mati dan bangkit untuk menghakimi manusia. Mengapa ini menjadi prinsip yang Paulus pegang? Ya tentunya karena orang-orang Yunani nggak punya Kitab Suci, mereka tidak membaca Alkitab. Seperti kalau kita memberitakan Injil kepada orang-orang di luar daripada ke-Kristen-an, bagaimana, mereka nggak pernah pegang Kitab Suci dan mereka juga tidak mengerti Kitab Suci. Tapi di dalam bagian ini, F. F. Bruce menafsirkan seperti ini, “Walaupun Paulus tidak menggunakan Kitab Suci, tetapi apa yang Paulus beritakan sepenuhnya adalah Kitab Suci mulai dari penciptaan sampai Wahyu. Mulai dari Tuhan mencipta sampai dengan penghakiman yang Tuhan akan kerjakan bagi semua umat manusia.” Dan saya percaya itu ada benarnya di bagian yang Paulus beritakan di tempat ini ya, atau di Atena ini.
Nah Saudara, korban kepada allah atau dewa yang tidak kami kenal, itu menjadi jembatan Paulus untuk memberitakan Injil kepada mereka. Lalu pada waktu dia memberitakan Injil kepada mereka, mereka ini siapa? Orang-orang pintar. Orang-orang pintar ketika diberitakan tentang Injil, apa yang diberitakan pertama? Di bagian ini Paulus berkata, hal pertama yang mereka harus ketahui adalah berkaitan dengan Allah. Siapa Allah itu? Kalau menurut orang Epikuros tadi Allah itu adalah, mungkin bisa dikatakan, kesenangan. Allah itu ada tetapi dia tidak ada hubungannya sama sekali dengan manusia ciptaan yang ada di dalam dunia ini. Menurut Stoik, Allah ada nggak? Ada. Tapi allah itu adalah seperti ciptaan, segala sesuatu adalah allah. Tapi di dalam bagian ini ketika Paulus berbicara tentang Allah, dia mengeluarkan satu prinsip yang bertolak belakang sekali dengan apa yang dipahami oleh orang-orang Atena ini. Di dalam ayat 22, Paulus berkata, “Hai orang-orang Atena, aku lihat, bahwa dalam segala hal kamu sangat beribadah kepada dewa-dewa. Sebab ketika aku berjalan-jalan di kotamu dan melihat-lihat barang-barang pujaanmu, aku menjumpai juga sebuah mezbah dengan tulisan: Kepada Allah yang tidak dikenal. Apa yang kamu sembah tanpa mengenalnya, itulah yang kuberitakan kepada kamu.” Lalu ayat 24, “Allah yang telah menjadikan bumi dan segala isinya, Ia, yang adalah Tuhan atas langit dan bumi, tidak diam dalam kuil-kuil buatan tangan manusia, dan juga tidak dilayani oleh tangan manusia, seolah-olah Ia kekurangan apa-apa, karena Dialah yang memberikan hidup dan nafas dan segala sesuatu kepada semua orang.” Artinya adalah, “Pada waktu kalian menyembah allah yang tidak kalian kenal, saya kasih tahu, allah yang tidak kalian kenal itu berbeda dari semua allah-allah lain atau dewa-dewa lain yang kalian sembah itu. Karena apa? Dia adalah Allah yang telah menjadikan langit dan bumi. Dia adalah Allah yang telah menjadikan seluruh alam semesta ini. Dia adalah Allah yang telah menjadikan segala isi yang ada di dalam dunia ini. Dan Dia adalah Allah yang telah menjadikan diri Saudara dan diri saya.” Artinya apa? Artinya adalah Dia berbeda dari semua ciptaan yang ada di dalam dunia ini.
Manusia seringkali berpikir bahwa Allah itu tidak berbeda dari manusia, Allah butuh makan, Allah butuh minum, Allah butuh dipuaskan, Allah punya perasaan-perasaan seperti manusia. Tapi dalam bagian ini Paulus berkata Dia berbeda, Dia bukan manusia. Justru Dia yang telah menjadikan segala sesuatu yang ada di dalam dunia ini. Manusia seringkali berpikir bahwa Allah membutuhkan manusia tapi Paulus berkata ketika Allah mencipta bukan Allah yang membutuhkan manusia tetapi justru manusia yang membutuhkan Allah. Saudara, itu sebabnya Paulus di dalam bagian ini berkata kita bergerak, kita ada, kalau Saudara baca seterusnya ya, karena apa? Karena kita ada di dalam Dia. Dan juga kita bisa bernafas karena apa? Karena Dia yang memberikan nafas hidup itu kepada kita.
Saya percaya ini adalah satu konsep yang benar, yang kadang-kadang kita sebagai orang Kristen pun mungkin berpikir secara salah, walaupun kita mengerti konsep ini. Salah satu contohnya ya, misalnya pada waktu kita percaya, “Oh Allah ada nggak?”, “Ada”. “Yesus Tuhan dan Juruselamat nggak?”, “Betul. Dia adalah Tuhan dan Juruselamat.” Tetapi di dalam pemikiran kita adalah selama hidup kita jalani dalam dunia ini, seolah-olah kita tidak memiliki hutang apapun kepada Tuhan, dan yang ada adalah Tuhan yang berhutang kepada diri kita. Kalau kita kembali kepada konsep Paulus, Allah tidak berhutang kepada kita lho, tetapi justru kita yang berhutang kepada Tuhan Allah. Dan apa buktinya kalau kita adalah orang yang berpikir kita tidak berhutang kepada Tuhan tetapi Tuhan yang berhutang kepada diri kita? Mungkin salah satu bentuknya adalah kita berpikir kita nggak perlu memiliki satu tanggung jawab yang kita harus berikan kepada Tuhan. Kita tidak perlu berpikir bahwa kita perlu mencari Allah yang sejati itu dan kita tidak perlu hidup seturut dengan apa yang menjadi kehendak Allah itu dalam kehidupan kita. Karena apa? Saya nggak berhutang apa pun kok dengan Tuhan Allah. Tapi anehnya adalah pada waktu kita ngalami masalah, siapa yang pertama kali sering kali kita masalahkan? Tuhan.
Saudara, apakah Tuhan berhutang kepada kita atau kita yang berhutang kepada Tuhan? Kalau kita mengerti keberadaan kita adalah bersumber dari Tuhan, Tuhan yang mencipta kita. Kita bisa bergerak itu karena berkat dari Tuhan, kita bisa bekerja karena berkat dari Tuhan, kita bisa hidup karena berkat dari Tuhan, kita bisa punya penghasilan karena berkat dari Tuhan, kita bisa punya keluarga yang baik karena berkat dari Tuhan, dan kita bisa menikmati apa yang menjadi kehidupan kita itu semua karena berkat dari Tuhan. Saya mau tanya, siapa yang berhutang kepada siapa? Kita yang berhutang kepada Tuhan. Kalau kita mengerti satu prinsip semuanya bersumber dari Tuhan, seperti yang Kisah Rasul 17 katakan, saya percaya itu akan memberikan satu dorongan tanggung jawab di dalam kehidupan kita untuk mau mencari tahu siapa Tuhan itu dan bagaimana memiliki kehidupan yang seperti yang Tuhan kehendaki, atau menyenangkan Dia.
Jadi pada waktu Paulus mengajak orang-orang di Atena ini mendengar tentang Injil, hal pertama yang Paulus ingin mereka ketahui adalah, “Kalian harus tahu orang-orang Atena, bahwa Tuhan itu bukan seperti kalian. Kalau Tuhan itu bukan sesuatu yang seperti dunia ini, alam ciptaan ini. Dia berbeda dari alam ciptaan ini. Dia berbeda dari engkau. Bahkan keberadaan engkau sendiri adalah bersumber dari diri Dia. Itu sebabnya ketika engkau melihat kepada dewa-dewa yang ada, dewa-dewa yang ada itu adalah buatan tangan manusia yang dari emas atau perak dan yang lain-lain yang merupakan ciptaan semuanya. Itu sebabnya mereka adalah patung-patung yang pasti bukan allah, karena patung-patung itu adalah buatan manusia dari ciptaan yang Allah cipta dan taruh dalam dunia ini. Dan itu sebabnya kalian harus mencari Tuhan Allah yang sejati itu seperti apa, dan kalian harus membuang semua berhala itu karena berhala itu bukanlah Tuhan yang sesungguhnya.”
Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ini menjadi prinsip yang utama sekali pada waktu kita ingin mencari Tuhan dan beribadah kepada Tuhan Allah. Atas dasar prinsip ini, yang tadi saya katakan, pada waktu kita beribadah kepada Tuhan, konsep kita tentang Tuhan itu penting tidak? Sangat penting sekali. Kita nggak bisa menjadi orang yang beribadah kepada Tuhan dengan pemikiran kita sendiri tanpa merujuk kembali kepada kebenaran yang Tuhan nyatakan kepada diri kita. Dan yang kedua adalah pada waktu kita beribadah kepada Tuhan menurut konsep kita sendiri dan menurut pemikiran kita sendiri, maka Alkitab berkata itu bukan penyembahan kepada Tuhan. Tapi mungkin itu adalah satu wujud dari kesombongan diri kita yang meninggikan diri dan tidak mau merendahkan diri kita di hadapan Tuhan yang sesungguhnya. Dan Tuhan anggap itu sebagai bukan penyembahan, dan itu adalah sesuatu yang tidak penting di hadapan Tuhan.
Saudara masih ingat di dalam kebaktian Natal kita? Saya ada bahas tentang orang Majus yang datang untuk mencari Kristus. Pada waktu ia mencari Kristus ada hal-hal yang harus dilalui oleh orang-orang Majus itu. Dan salah satunya adalah ketika mereka bertemu dengan Allah yang sejati dalam kehidupan mereka, pasti semua orang yang mengalami perjumpaan dengan Allah yang sejati harus mentransformasi atau harus membuang, atau mengubah prinsip-prinsip hidup dia yang tidak sesuai dengan kebenaran tentang Tuhan dalam diri dia. Orang-orang Majus itu ketika melihat bayi Yesus yang miskin, yang tidak punya apa-apa, yang tidak punya pengawal, yang tidak ada di dalam istana, yang hanya tinggal di dalam sebuah rumah, yang mungkin, sederhana sekali yang tinggal dengan mama-Nya, Maria, mereka tetap merendahkan diri dan sujud menyembah kepada bayi Yesus Kristus itu. Padahal mereka adalah orang yang disembah, orang yang ditinggikan, orang yang punya martabat yang sangat terhormat sekali. Orang yang mungkin bisa menyembah bayi yang sungguh-sungguh terlihat sebagai seorang raja dan yang akan memimpin mereka. Tapi ketika mereka bertemu dengan bayi Yesus, yang nggak ada bukti sama sekali kalau Dia adalah Raja itu, mereka sujud menyembah kepada Raja itu. Saya percaya itu adalah satu perubahan konsep yang penting, yang harus ada di dalam setiap hidup dari orang yang mengikut Kristus. Itu adalah satu konsep yang harus ada di dalam setiap kita yang beribadah kepada Tuhan Allah yang sejati. Sebabnya kenapa? Karena Alkitab mengatakan pada waktu kita mencari Tuhan, ada satu hal, walaupun di dalam Kisah Rasul 17 ini dikatakan batasan musim, kediaman, itu diberikan supaya orang bisa menemukan Tuhan, tetapi prinsipnya yang dimaksudkan Paulus di sini bukan dari dirinya sendiri bisa menemukan Tuhan tetapi Tuhan yang berinisiatif untuk membuat diri-Nya ditemukan oleh manusia.
Nah mengapa manusia nggak bisa menemukan Tuhan tetapi Tuhan yang harus berinisiatif terlebih dahulu untuk menemukan manusia? Di dalam Roma 3 dikatakan karena manusia adalah orang-orang yang sudah berdosa. Dan di dalam Roma 1:18 dikatakan Tuhan sudah menaruh di dalam diri semua manusia pengertian tentang keberadaan Dia cuma manusia menekan, manusia tidak mau mengakui itu, manusia akhirnya diserahkan kepada kehidupan yang penuh dengan dosa. Jadi pada waktu kita berbicara tentang satu kehidupan tentang mencari Tuhan, atau kehidupan yang ingin datang kepada Tuhan, kita harus mengerti satu hal, semua itu adalah berdasarkan kasih karunia yang Tuhan berikan dalam hidup kita. Itu bukan sesuatu yang kita bisa usahakan sendiri dari diri kita sendiri. Dan itu berarti kalau kita ingin datang kepada Tuhan, dan kita adalah orang berdosa, Tuhan itu adalah satu Pribadi, yang di dalam Roma 1:18, yang ada, yang Tuhan tanamkan kepada diri kita, tetapi kita adalah orang yang menekan itu. Artinya apa? Artinya adalah konsep tentang Tuhan adalah sesuatu yang pasti bertolak belakang dengan pemahaman kita. Walaupun ada hal-hal yang tentunya kita akui, misalnya, “Oh Allah itu Mahakuasa. Allah itu Mahabesar. Allah itu adalah Allah yang Mahabijaksana. Dia adalah Allah yang adil.” Konsep-konsep seperti ini kita mengerti dalam kehidupan kita. Tetapi ketika ditanya lagi, misalnya, dalam kaitan dengan kasih Tuhan, kasih seperti apa Tuhan itu? Banyak orang misalnya berkata, “Oh karena Tuhan itu mengasihi, maka itu berarti apa pun yang saya lakukan dalam hidup saya pasti dapat pengampunan, kemurahan Tuhan walaupun saya berdosa dan melakukan hal-hal yang tidak berkenan di hadapan Tuhan.”
Kemarin waktu PI di RS Siloam saya bertemu dengan satu anak muda, lalu saya tanya kepada dirinya, “Saudara percaya diselamatkan?”, “Percaya” dia bilang. Atau, “Percaya pada Yesus?”, “Percaya”. “Saudara maafkan saya tanya kaya gini ya, kan ngalami kecelakaan. Dan bersyukur sekali kecelakaan yang Saudara alami cuma membuata ada beberapa jahitan dan ada tulang yang patah saja. Tapi kecelakaan nggak selalu seperti itu kan? Kadang-kadang kecelakaan itu bisa membawa kepada kematian.” Lalu saya tanya, “Kalau andaikata di dalam kecelakaan itu membawa satu korban jiwa, Saudara yakin tidak diselamatkan oleh Tuhan atau masuk Surga?” Dia bilang, “Yakin”. Lalu saya tanya, “Mengapa yakin?” Saudara tahu jawabannya? Jawabannya bukan, “Karena kasih karunia Tuhan dalam hidup saya”, tetapi dia berkata seperti ini, “Karena Tuhan itu mengasihi orang yang lemah, orang yang walaupun punya kekurangan, punya kesalahan, punya dosa, tetapi Tuhan mengasihi kita maka kita pasti diselamatkan.”
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, Alkitab tidak pernah mengajarkan hal ini, Alkitab mengajarkan bahwa Tuhan tetap akan menghukum orang-orang yang lemah. Tuhan menyediakan neraka kepada mereka untuk mereka ada di dalamnya. Tuhan dikatakan menghakimi orang-orang yang menolak Yesus Kristus. Itu berarti bahwa walaupun Dia adalah Allah yang penuh dengan cinta kasih, bukan berarti semua manusia Dia terima, Dia ampuni. Hanya mereka yang ada di dalam Kristus saja! Saudara kalau ngerti prinsip ini saja ya, saya percaya konsep kasih kita kemungkinan bertolak belakang dengan Tuhan. Dan kalau itu bertolak belakang dengan Tuhan, bagaimana kita harus lakukan? Saya percaya itu harus mengubah pengertian kita seturut dengan apa yang Tuhan nyatakan di dalam Kitab Suci. Masih banyak hal-hal yang lain. Saya percaya keberdosaan kita membuat ada konsep-konsep tentang Tuhan yang salah. Diri kita yang adalah ciptaan membuat kita nggak mungkin bisa mengenal Tuhan sepenuhnya dari diri kita sendiri.
Saya pernah ambil contoh seperti ini ya, kalau kita hidup sebagai orang yang berteman satu sama lain, bisa nggak kita mengerti yang menjadi isi hati dari teman kita? Karakter dia? Mungkin bisa, tapi butuh waktu yang lama. Lalu saya ambil tingkatan yang lebih jauh lagi, kalau kita hidup sebagai pasangan suami istri, betul nggak kita sungguh-sungguh mengerti pasangan kita luar dalam? Saya pikir pasti lebih baik dari orang yang di luar hubungan suami-istri, atau cuma sekedar pertemanan. Mereka mengenal kita, tapi mereka tidak sepenuhnya mengerti karakter kita dan apa yang kita pikirkan dan perasaan kita. Tetapi pasangan kita bisa mengerti hal itu. Tetapi kalau ditanya lagi, betulkah pasangan kita mengerti semua yang kita pikirkan di dalam hati yang kita nggak ngomong sama sekali? Betulkah pasangan kita bisa mengerti apa yang menjadi emosi kita atau kesedihan kita kalau kita tidak ungkapkan itu sama sekali? Atau kegelisahan kita kalau kita nggak ungkapkan itu sama sekali? Mungkin dari tebak-tebak yang selama puluhan tahun kita hidup bersama kita bisa ngomong, “Ya, kira-kira ini penyebabnya.” Tapi betul nggak? Saya yakin kita pun tetap ada bagian-bagian yang kita nggak bisa paham sepenuhnya dari pasangan kita. Ini bicara tentang level yang sama, hidup yang sama selama puluhan tahun di dalam kehidupan kita. Sekarang mau bicara tentang Tuhan, saya yakin kita nggak mungkin bisa mengerti Tuhan sepenuhnya. Dan banyak konsep dari diri kita yang tidak sesuai dengan Tuhan sendiri dan karakter Dia dan kebenaran tentang Dia karena kita adalah ciptaan.
Itu sebabnya kalau kita mengikut Tuhan, saya percaya, kita harus berdasarkan inisiatif Tuhan dan itu harus berdasarkan kebenaran yang Tuhan nyatakan kepada diri kita. Tanpa itu kita nggak mungkin bisa menemukan Tuhan yang sejati dan beribadah kepada Tuhan yang sejati. Kalau kita menolak apa yang terjadi? Paulus di dalam bagian ini berkata penghakiman akan datang untuk menimpa orang. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya percaya ini adalah satu prinsip yang Kitab Suci sudah nyatakan bagi diri kita. Dalam hal apa? Dalam hal berkaitan dengan iman kita, pengenalan kita tentang Tuhan dan apa yang Tuhan akan lakukan dalam kehidupan kita. Tetapi juga saya percaya pada waktu kita membaca bagiani ini, ini juga bisa menjadi satu dasar bagi Saudara untuk approach kepada orang-orang yang belum mengenal Tuhan. Dengan satu prinsip Saudara harus mengerti bahwa semua kepercayaan belum tentu membawa orang kepada Tuhan. Ada Allah yang sejati, dan mereka perlu mengenal Allah yang sejati di dalam hidup mereka. Dan untuk bisa mengenal Allah yang sejati harus bagaimana? Mereka harus mengubah prinsip, pengertian mereka yang salah. Itu berarti mereka harus mengalami pertobatan di dalam hidup mereka untuk kembali kepada Allah yang sejati itu. Kalau mereka tidak mau mengalami pertobatan untuk kembali kepada Allah yang sejati itu apa yang akan terjadi? Paulus berkata mereka akan dihakimi oleh Tuhan dan dunia akan tunduk di bawah Tuhan. Karena apa? Dia yang mencipta segala sesuatu dan Dia yang memiliki segala sesuatu.
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya percaya dari satu prinsip saja ya, Tuhan mencipta segala sesuatu, itu seharusnya membuat kita mengerti ada tanggung jawab di dalam hidup kita. Tuhan memiliki segala sesuatu dan diri kita adalah milik Dia. Itu sudah menjadi satu tanggung jawab di dalam hidup kita untuk mencari Dia dan tunduk di bawah kehendak Dia. Tapi pada waktu hal ini diberitakan, Alkitab berkata ternyata mereka menyepelekan Paulus, mereka meninggalkan Paulus. Tetapi hanya ada beberapa orang yang datang dan mengikut Paulus. Saya percaya ini juga menjadi satu hal yang kita bisa pegang, yaitu pada waktu kita memberitakan Injil, Saudara harus mengerti satu hal bahwa ketika Injil diberitakan, seseorang datang dan percaya kepada Tuhan itu karena siapa? Bukan karena kemampuan orang itu yang memberitakan tetapi karena Tuhan yang bekerja. Dan itu berarti tanggung jawab kita hanya membagikan Injil tentang Kristus. Sisanya adalah Tuhan yang bekerja di dalam hati orang itu untuk membawa orang datang kepada Tuhan. Dan keberhasilan di dalam penginjilan itu bukan dinilai dari jumlah orang yang bertobat. Makin banyak orang bertobat bukan berarti Tuhan beserta dengan diri dia dan pelayanan dia. Nggak harus seperti itu! Kalau kita berkata itu yang menjadi prinsipnya, saya yakin kita akan ngomong Paulus sudah gagal karena yang datang mengikut Tuhan bisa dihitung dengan jari, yang lain menolak Tuhan.
Saya percaya ini menjadi satu hal yang boleh memimpin hidup kita, menguji kembali pemahaman kita tentang Tuhan seperti apa. Apakah kita meninggikan diri kita selalu selama ini, berpikir bahwa kita yang paling benar, pemikiran kita, atau kita belajar untuk bertobat dan kembali kepada Tuhan. karena itulah satu pengertian yang membawa kita bisa hidup di dalam terang dari Firman Tuhan dan kebenaran Tuhan. Mari kita masuk di dalam doa.
Kami berdoa, bersyukur Bapa, untuk kembali dibukakan akan pengertian Firman, akan apa yang Paulus kerjakan di Atena dan bagaimana dia bisa mendekatkan diri kepada orang-orang yang ada di Atena untuk memberitakan Injil kepada mereka. Kami bersyukur Bapa, Engkau juga boleh mengingatkan kami kembali bahwa sebagai manusia yang berdosa kami seringkali meninggikan diri kami, menyombongkan diri kami, berpikir bahwa kami yang paling mengerti kebenaran, padahal Engkau adalah sumber kebenaran-kebenaran yang sejati itu. Karena itu Bapa, kami mohon kiranya Engkau boleh tolong kami untuk boleh terus diubahkan dalam konsep kami, pengertian kami yang benar akan Tuhan dan panggilan pimpinan Tuhan dalam kehidupan kami yang Engkau kehendaki. Sehingga ketika kami menjalani hidup kami, kami boleh menjadi orang-orang yang sungguh-sungguh datang dan menyembah Allah yang sejati dan hidup di dalam terang Firman Tuhan yang benar. Tolong sertai ya Tuhan, sehingga kami boleh menjadi anak-anakMu yang ada di dalam kasih karunia-Mu dan bukan berada di dalam penghakiman-Mu. Kami berdoa, bersyukur, menyerahkan waktu ini, dan menyerahkan doa kami hanya di dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Amin. (HSI)