Paulus kembali ke Antiokhia, 5 Februari 2023

Paulus kembali ke Antiokhia

Kis. 18:18-23

Pdt. Dawis Waiman

 

Saudara, pada waktu kita melihat kepada bagian ini, ini adalah suatu bagian yang kembali mengingatkan kita kepada satu masa transisi yang seringkali muncul di dalam kitab Kisah Para Rasul. Maksudnya masa transisi itu adalah masa di antara mulai dari kehidupan yang ada di dalam Perjanjian Lama lalu masuk ke dalam satu kehidupan yang ada di dalam Perjanjian Baru. Dan ketika kita berbicara mengenai masa transisi ini, transisi itu dialami oleh siapa saja, atau mengapa kita mengertinya sebagai satu masa transisi? Maka Saudara bisa melihat ada 3 contoh di bagian ini yang Lukas berikan kepada diri kita, yaitu pada, yang pertama adalah pada diri Paulus, yang kedua adalah pada diri Apolos dan yang ketiga adalah pada diri dari orang-orang percaya yang telah menerima baptisan Yohanes, atau murid dari Yohanes – yang 12 orang; ada 12 orang di situ ketika Paulus masuk ke dalam wilayah Efesus untuk mengabarkan Injil. Itu dicatat di dalam pasal yang ke-19. Dan pada waktu Paulus bertemu dengan orang-orang yang menjadi murid-murid dari Yohanes Pembaptis ini, Paulus bertanya kepada mereka, “Sudahkah engkau menerima Roh Kudus?” di dalam ayat yang kedua, “ketika kamu menjadi percaya.” Tapi mereka kemudian menjawab, “Belum, bahkan kami belum pernah mendengar bahwa ada Roh Kudus.” Lalu setelah itu Paulus kemudian menjelaskan mengenai arti dari baptisan Yohanes dan tentang Kristus.

Dan dari hal itu, kita melihat kemudian orang-orang menjadi murid Yohanes Pembaptis ini, yang menerima baptisan Yohanes, kemudian menerima Roh Kudus pada waktu itu. Dan Saudara pada waktu melihat di dalam ayat yang ke-24 sampai ayat yang ke-28, Saudara juga akan melihat bahwa di dalam pelayanan di Efesus, Akwila dan Priskila kemudian bertemu dengan seorang muda yang bernama Apollos. Dan di dalam pelayanan yang Apollos lakukan, dia begitu giat sekali, begitu bersemangat sekali mengajarkan tentang Kitab Suci atau Jalan Tuhan. Nah, apa yang dimaksud dengan Jalan Tuhan? Dan mengapa Priskila dan Akwila harus membimbing Apollos ini kembali, baru kemudian dia bisa melayani dengan lebih baik lagi? Kita akan bahas di dalam pertemuan berikutnya, saya nggak akan bocorkan dulu di sini. Tetapi di balik itu, ada satu pemahaman ternyata ketika Apollos memberitakan tentang Jalan Tuhan itu, ada pengertian-pengertian yang masih kurang dari Apollos mengenai: Siapa itu Kristus? Atau, Yesus Kristus – Dia Tuhan dan Juruselamat itu. Dan itu membuat Akwila harus datang untuk memberikan pengajaran itu kepada Apollos, sehingga dia boleh melayani dengan lebih baik lagi.

Nah sedikit bocoran dari dua hal ini, kita akan bawa masuk ke dalam ayat tentang Paulus yang pergi ke Antiokhia nantinya. Itu menyatakan bahwa, ini adalah masa transisi dari orang yang memiliki satu konsep tentang Perjanjian Lama, dan bagaimana itu berhubungan pengertian yang ada di dalam Perjanjian Baru. Misalnya ambil contoh tadi, tentang pertanyaan yang Paulus berikan kepada murid-murid dari Yohanes Pembaptis. Paulus bertanya kepada murid-murid ini, “Sudahkah Engkau menerima Roh Kudus?” Lalu murid-murid ini berkata, “Belum. Bahkan kami belum pernah menerima Roh Kudus.” Tetapi, mereka sudah dibaptis belum? Alkitab berkata, mereka sudah dibaptis, dengan satu baptisan pertobatan. Apakah ini berarti bahwa baptisan dan penerimaan Roh Kudus itu adalah dua hal yang berbeda, yang tidak terjadi sekaligus? Dan kita membutuhkan untuk menerima Roh Kudus setelah kita menerima baptisan kudus di dalam hidup kita? Nah ini yang menjadi satu dasar yang seringkali diajarkan oleh Pentakosta dan Karismatik, berkenaan dengan iman dan berkenaan dengan Roh Kudus.

Tetapi Saudara, kalau kita bicara di dalam Roma 8:9, ada hal berbeda yang Paulus katakan. Begitu juga di dalam 1 Korintus 12:13. Pada waktu kita membaca bagian itu, Paulus dengan jelas sekali menyatakan bahwa setiap orang yang percaya kepada Kristus, mereka telah menerima Roh Kudus di dalam hidup mereka. Kalau mereka belum menerima Roh Kudus, walaupun mereka telah menerima baptisan, bertobat, mengaku percaya kepada Yesus Kristus, Alkitab menyatakan mereka belum menjadi milik Kristus. Kalau mereka belum menjadi milik Kristus, itu berarti mereka adalah orang-orang yang belum diselamatkan. Tetapi di dalam bagian Roma itu, dan juga di Korintus, ada satu kalimat, “Setiap orang yang memanggil Yesus dengan sebutan Tuhan, dengan satu iman dalam hatinya, maka dia pasti memanggil itu berdasarkan pertolongan atau karunia dari Roh Kudus yang diberikan kepada hidup dia.” Jadi orang yang percaya kepada Kristus, prinsip Alkitab menyatakan adalah dia pasti telah menerima Roh Kudus di dalam hidup dia. Dan Roh Kudus itu diberikan pada waktu yang bersamaan dengan ia percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat dalam hidup dia.

Tetapi kalau begitu, mengapa di dalam Kisah Rasul itu menjadi sesuatu yang seperti ada urutannya: baptis dulu, baru percaya kepada Kristus, dibaptis lagi menerima Roh Kudus. Sebabnya adalah ini adalah masa transisi. Dan masa transisi itu adalah sesuatu yang tidak pernah boleh dijadikan satu dogma untuk diajarkan ke dalam gereja Tuhan. Karena apa? Saudara akan bingung sendiri mana yang harus dipegang. Saudara, dan bahkan sebenarnya kalau Saudara menerapkan Kisah Para Rasul, Saudara bahkan harus menerima pengajaran Taurat untuk kemudian mengalami satu pertumbuhan atau perubahan kepada pengajaran yang diajarkan di dalam Perjanjian Baru. Baru itu menjadi suatu pengajaran yang sepenuhnya yang ada di dalam Kisah Para Rasul. Tetapi begitu Saudara bicara tentang ini: Taurat, pertobatan, baptisan Roh Kudus – seperti itu., maka Saudara akan menemukan, itu berulang-ulang, dan seringkali terjadi, dan menjadi suatu masalah di dalam Kisah Para Rasul. Itu sebabnya pada waktu kita melihat di dalam Kisah Para Rasul, kita tidak bisa melihat ini sebagai suatu dogma, atau merumuskan satu dogma melalui satu pengalaman yang terjadi di dalam kehidupan dari orang-orang percaya. Tapi Saudara bisa melihat Kisah Rasul itu sebagai satu pengalaman pimpinan dari Roh Kudus di dalam kehidupan orang-orang percaya di satu zaman tertentu ketika orang dari Kristen Yahudi, Yahudi Kristen menuju kepada pengertian hidup sebagai orang Kristen yang sesungguhnya itu seperti apa. Itu kita bisa pelajari di dalam Kisah Para Rasul ini.

Dan hal ini juga berkaitan dengan kehidupan dari Rasul Paulus sendiri. Saudara, sebenarnya pada waktu kita melihat di dalam pelayanan Rasul Paulus, setelah dari pertobatan dia bertemu dengan Yesus Kristus – kadang-kadang kita memiliki suatu konsep dalam pemikiran kita – ketika Paulus bertemu dengan Yesus Kristus, maka Paulus menjadi orang yang sungguh-sungguh melayani Tuhan, sebagai orang Kristen yang langsung mengalami suatu perubahan total, 180° (derajat) dalam hidup dia. Dan mungkin juga kita berpikir seperti ini, para Rasul yang lain pun, ketika mereka melayani Tuhan dan kenal Kristus lalu kemudian percaya kepada Kristus, dan setelah menerima Roh Kudus, pergi memberitakan Injil – mereka kemudian juga menjadi orang Kristen yang sepenuhnya memahami Kekristenan, dan betul-betul menjadi orang Kristen yang sejati seharusnya, yang dinyatakan oleh Kitab Suci. Tetapi realitanya nggak seperti itu. Misalnya tadi saya bicara mengenai masa transisi itu, saya sedikit kasih contoh yang lain. Misalnya kalau Saudara lihat, di dalam Kisah Para Rasul, gereja terbentuk pada waktu kapan? Kapan gereja terbentuk? Pentakosta? Kisah Rasul pasal 2? Dan waktu itu ada berapa yang bertobat? 3.000 (tiga ribu) orang. Tetapi begitu Saudara masuk ke dalam pasal 3 ayat 1, di situ dikatakan apa? Petrus dan Yohanes yang menjadi soko guru jemaat, kemudian pada waktu pukul 3 petang, pergi ke Bait Allah untuk apa? Untuk menginjili? Saya kira nggak juga, tapi yang pasti adalah untuk beribadah atau berdoa kepada Tuhan. Betul nggak? Di ayat 1, “Pada suatu hari menjelang waktu sembahyang, yaitu pukul tiga petang, naiklah Petrus dan Yohanes ke Bait Allah.” Di situ baru ketemu dengan seorang yang lumpuh. Tetapi dia pukul 3 petang naik ke Bait Allah itu, itu adalah waktunya orang Yahudi di dalam satu hari ada 3x waktu untuk berdoa. Jadi, dia masih menjalankan satu ritual yang dijalankan oleh orang-orang Yahudi yang lainnya. Padahal gereja sudah ada, ada orang Kristen di situ, dan mereka tidak beribadah bersama dengan orang Kristen di situ. Tetapi mereka masih menggabungkan diri dengan orang-orang Yahudi yang lain di dalam ibadah yang mereka lakukan.

Lalu, kalau Saudara perhatikan juga, di dalam pelayanan dari Rasul Paulus, ketika dia pergi ke kota-kota yang lain untuk memberitakan Injil. Saudara bisa melihat ada satu hal yang menjadi satu pola yang dilakukan oleh Rasul Paulus. Setiap kali dia pergi ke suatu tempat yang baru, dia pasti akan pertama-tama masuk ke dalam sinagoge. Untuk apa? Mencari orang Yahudi. Untuk apa? Mungkin kita bisa ngomong: untuk memberitakan Injil Kristus. Bisa. Tetapi bisa tidak kita ngomong: Setiap Sabat dia datang untuk beribadah kepada Tuhan di dalam Sinagoge. Sampai? Sampai waktu ketika orang-orang Yahudi yang fanatik dengan iman mereka kemudian mengusir Paulus dan tidak menerima Paulus bersama orang-orang yang percaya kepada Kristus melalui pemberitaan Rasul Paulus, baru mereka kemudian keluar dari Sinagoge tersebut.

Jadi itu berarti bahwa di dalam pelayanan yang dikerjakan oleh Rasul Paulus, ataupun rasul-rasul yang lain, Saudara bisa melihat, mereka masih ada di masa transisi dari Perjanjian Lama menuju ke dalam Perjanjian Baru seperti itu dengan satu gaya hidup sebagai orang Yahudi menuju kepada gaya hidup sebagai orang yang percaya kepada Yesus Kristus. Dan, ini juga Saudara bisa lihat selain dari peristiwa Paulus masuk ke dalam Sinagoge, yaitu apa yang dicatat di dalam pasal 18 di Kisah Rasul ini. Kalau Saudara lihat di dalam Kisah Rasul 18:18, di situ dikatakan, “Paulus tinggal beberapa hari lagi di Korintus. Lalu ia minta diri kepada saudara-saudara di situ, dan berlayar ke Siria,” (Siria itu adalah daerah Yerusalem, Palestina di sana.) “sesudah ia mencukur rambutnya di Kengkrea,” (bisa tolong ditampilkan ya slide) Saudara bisa lihat di situ ada perjalanan kedua dari Rasul Paulus, kemarin kita bahas tentang Filipi – Paulus yang ada di Filipi, kemudian karena dia diusir di Filipi, dia kemudian pergi ke Tesalonika. Lalu kemudian ke Berea, setelah diusir juga, dia kemudian pergi ke Atena. Setelah diusir di Atena, dia lalu pergi ke Korintus. Dan setelah di Korintus ini 1.5 tahun, dia memutuskan untuk segera pergi ke Siria. Itu adalah suatu perjalanan yang sangat jauh sekali. Kalau kita melihat di dalam zaman itu mereka belum memiliki kapal speedboat atau kapal cepat begitu, dan Paulus harus berlayar dari Korintus ke Kengkrea ya, lalu buru-buru kemudian pergi ke Siria, atau ke daerah Yerusalem dan Palestina di situ.

Saudara, mengapa Paulus pergi ke situ? Dan kenapa terburu-buru pergi ke situ? Saya percaya itu ada kaitannya dengan apa yang dilakukan Paulus sebelumnya di Korintus, setelah 1.5 tahun berlalu. Di situ Paulus bernazar kepada Tuhan. Dan ketika dia sudah bernazar kepada Tuhan, dia sebelumnya harus mencukur rambutnya, dan membotaki rambutnya, dan setelah itu dia harus membiarkan rambutnya tumbuh panjang. Dan setelah masa dari nazar itu selesai, ada yang menafsirkan, orang Yahudi ketika bernazar itu kira-kira ada 3 macam. Pertama adalah 30 hari, yang kedua adalah 60 hari, ada yang 100 hari, yang ketiga. Itu dicatat di dalam Mishna-nya orang Yahudi. Dan pada waktu mereka bernazar, setelah masa waktu itu berakhir, mereka akan mencukur rambutnya, lalu kemudian mereka akan membawa ke Yerusalem, lalu di dalam masa perayaan yang ada di Yerusalem, di situ mereka akan bakar rambutnya itu dan memberi korban persembahan kepada Tuhan. Saudara bisa baca itu di dalam Bilangan 6 – di situ ada dicatat tentang peraturan-peraturan untuk seorang yang melakukan nazar di dalam hidupnya. Kita nggak ada waktu yang panjang untuk membahas itu, karena itu saya akan lompat saja.

Nazar itu artinya apa? Nazar itu adalah satu kehidupan yang didedikasikan bagi Tuhan. Dan biasanya orang yang bernazar, mendedikasikan hidupnya bagi Tuhan sepenuhnya, mungkin dalam ibadah, dalam doa seperti itu, dalam mendalami kebenaran firman Tuhan. Maka, dia lakukan itu dengan satu tujuan, biasa ya, yaitu untuk mengucap syukur kepada Tuhan dan juga untuk bersyukur atas berkat Tuhan di dalam hidup dia. Jadi pada waktu Paulus pergi ke Yerusalem, setelah dia bernazar itu, atau pada waktu dia memutuskan untuk pergi ke Yerusalem, kata dia bernazar itu, kenapa Paulus bernazar? Saya percaya karena dia mengucap syukur kepada Tuhan untuk melihat bagaimana Tuhan telah memelihara kehidupan dia dengan begitu baik sekali. Lho kenapa? Kalau Saudara perhatikan di dalam perjalanan Rasul Paulus, dari mulai Filipi lalu menuju kepada Tesalonika, Berea, Atena, Korintus, maka Saudara akan menemukan bahwa pelayanan itu bukan satu pelayanan yang mudah untuk dilakukan oleh RasuL Paulus. Kita sudah melihat itu di dalam pertemuan minggu yang lalu, perjalanan itu penuh dengan bahaya yang mengancam nyawa Rasul Paulus.

Di dalam perjalanan itu ada momen dia dirajam batu dan dikira orang sudah mati. Dalam perjalanan itu ada momen di mana dia dimasukkan dalam penjara. Pada perjalanan itu ada momen dia difitnah, lalu dipukuli oleh orang-orang. Sampai akhirnya dia harus lari dari satu kota ke kota yang lain, ke kota yang lain, ke kota yang lain. Sampai akhirnya ketika dia tiba di Korintus, dia merasa sedikit lega setelah Tuhan memberikan satu kebenaran atau perintah kepada Paulus yang menyatakan, “Paulus, kamu jangan takut, di kota ini ada banyak orang-orang pilihanku. Kamu tinggal ke sini, kamu layani mereka, akhirnya Paulus tinggal di situ dan melayani 1.5 tahun lamanya.”

Saudara, mungkin kalau kita yang nggak biasa melayani, kita pikir apa susahnya? Apa hebatnya? Mengapa Paulus bisa bereaksi begitu besar sekali kepada Tuhan di Korintus seperti itu. Tetapi kalau Saudara melayani, dan Saudara betul-betul memberitakan Firman, Saudara betul-betul mengingini orang yang Saudara layani mengenal Tuhan, dan ketika Saudara melakukan semua ini, Saudara menghadapi bahaya, menghadapi penolakan, menghadapi kesulitan, dan baru Saudara tiba di satu sisi untuk melayani Tuhan, Saudara berpikir ini adalah perintah Tuhan, Tuhan pasti memberkati pekerjaan yang saya lakukan. Tetapi ternyata yang terjadi adalah saya ditolak dan buah yang dihasilkan tidak terlalu banyak. Saudara apa yang dialami? Saya percaya itu menimbulkan satu patah semangat, itu menimbulkan kesedihan yang besar. Itu menimbulkan satu kegentaran yang besar, itu menimbulkan satu rasa takut di dalam kehidupan kita. Itu menimbulkan satu, mungkin, kelesuan untuk mau melayani Tuhan. Nah itu yang dialami oleh Paulus. Tapi ketika dia tiba di Korintus, yang pada waktu dia melihat Korintus, ternyata Korintus tidak berbeda dari kota-kota yang lain kaya gitu. Yang kemungkinan besar adalah, kalau dia memberitakan Injil di situ, dia mengalami penolakan lagi, atau mengalami pemukulan atau pencambukan dan yang lainnya. Saya kira, Paulus akan betul-betul down pada waktu itu karena pelayanan dan tantangan yang dihadapi begitu berat sekali.

Saudara bisa melihat tulisan yang Paulus lakukan/tuliskan, ketika dia berada di Korintus, bagaimana kondisi dia. Dia datang dalam kondisi yang mungkin babak belur, belum sempet recovery, masih ada benjol sini benjol sana, atau biru di sini biru di sana, kaki yang mungkin dengan timpang berjalan, luka di sana sini yang masih terlihat apanya itu – koreng-korengnya seperti itu. Dia datang ke Korintus karena dia terus pergi dari satu kota dianiaya di kota-kota itu. Saudara, itu sebabnya, pada waktu Paulus di Korintus, dia melihat orang-orang yang kemudian percaya kepada Kristus, dan bahkan dia bisa mendirikan sebuah gereja di Korintus itu. Itu membuat dirinya melihat ada satu penyertaan Tuhan yang begitu luar biasa dan dia ingin bersyukur kepada Tuhan dan berkat Tuhan yang Tuhan berikan di dalam pelayanan yang dia kerjakan.

Pertanyaannya adalah, bagaimana caranya? Dia adalah orang Yahudi, dan walaupun dia telah menjadi orang Kristen, tetapi sebagai orang Yahudi Kristen ini – bagaimana dia bersyukur kepada Tuhan? Saya percaya sebagai orang Yahudi yang hidup sebagai orang yang dimulai dari bayi, dan dibesarkan di dalam suatu pengajaran Yahudi, yang bukan hanya sekedar sebuah ibadah atau kepercayaan agama yang dipegang oleh orang Yahudi. Tetapi sebagai satu jalan hidup, sebagai satu kebanggaan, sebagai gaya hidup. Itu menjadikan perubahan yang terjadi itu tidak mudah. Itu sebabnya pada waktu Paulus ingin mengucap syukur kepada Tuhan, hal yang dia lakukan adalah bernazar. Hal yang dia lakukan adalah cukur rambutnya, seperti yang biasa dilakukan oleh orang-orang Yahudi. Hal yang dilakukan dia adalah kemudian memanjangkan rambutnya, memotongnya ketika waktunya selesai, dan mempersembahkannya, atau membakarnya di hadapan Tuhan dan memberikan persembahan di hadapan Tuhan.

Padahal, sebagai orang percaya, masih perlu korban persembahan, tidak? Tidak, kan? Kristus sudah melengkapi itu semua. Sebagai orang percaya, perlu cukur rambutnya untuk bernazar tidak? Alkitab tidak pernah mengajarkan prinsip itu. Tetapi mengapa dia lakukan itu? Karena Paulus pun sebagai rasul Tuhan, ketika percaya kepada Yesus Kristus, dia tidak 180° (derajat) langsung berubah menjadi orang Kristen yang total meninggalkan agama Yahudi dan kehidupan Yahudi lalu hidup sebagai orang Kristen menurut pengajaran Alkitab, dari Kristus, sungguh-sungguh sebagai orang Kristen yang sejati. Saudara boleh lihat itu di dalam Filipi 3:4-11, “Sekalipun aku juga ada alas an untuk menaruh percaya pada hal-hal lahiriah. Jika ada orang lain menyangka dapat menaruh percaya pada hal-hal lahiriah, aku lebih lagi: disunat pada hari kedelapan, dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang Ibrani asli, tentang pendirian terhadap hukum Taurat aku orang Farisi, tentang kegiatan aku penganiaya jemaat, tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat. Tetapi yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus, dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan. Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaanNya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematianNya, supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati.” Jadi, pada waktu Paulus hidup sebagai orang yang percaya kepada Kristus, apa yang dia lihat sebagai satu tuntutan dari Taurat yang tidak menyelamatkan itu, yang digenapi oleh Yesus Kristus itu dia buang semua dan dia mengandalkan Kristus di dalam hidupnya. Dan saya percaya itu bukan sesuatu yang hanya terjadi di dalam 1 detik itu untuk seluruh daripada kehidupan Paulus. Tapi dia juga mengalami satu proses di dalam perubahan untuk sungguh-sungguh mengerti apa itu melepaskan semua kehidupan yang lama, termasuk Taurat, termasuk Sabat, termasuk hal-hal yang menjadi kehidupan orang Yahudi, untuk kemudian hidup bagi Kristus.

Saudara, saya lihat ini lebih realistis di dalam kita mengartikan atau menafsirkan kehidupan dari Rasul Paulus. Dan hal ini juga menjadi sesuatu yang bisa menjadi satu pengertian bagi kita yang percaya kepada Yesus Kristus. Pada waktu Saudara percaya kepada Kristus, Saudara melihat orang Kristen datang masuk ke dalam gereja karena mereka telah diinjili dan percaya kepada Kristus. Dalam pemikiran kita, orang ini siapa? Mungkin dia orang Kristen. Apalagi kalau dia sudah satu waktu bersama dengan diri kita dan melayani bersama-sama dengan diri kita. Kita pikir, dia adalah orang Kristen yang baik. Dan secara otomatis, ketika dia datang kebaktian Minggu dan ikut mendengarkan Firman, seperti itu, atau ikut PA dan mendengarkan atau belajar Firman Tuhan, maka otomatis dia akan menjadi satu orang yang memiliki kehidupan yang seperti Kristus. Saudara, jawabannya begini bukan? Saya percaya itu adalah sebuah hal yang tidak secepat itu terjadi. Tetapi itu adalah sesuatu yang mungkin membutuhkan proses waktu yang berpuluh-puluh tahun di dalam kehidupan seseorang. Termasuk juga hamba Tuhan. Termasuk juga Rasul Paulus.

Saudara jangan pikir, “Oh, kalau saya adalah orang yang misalnya suka berjudi, saya menjadi orang Kristen, saya lepas dari judi saya seketika.” Saya percaya, Saudara jadi orang Kristen yang berjudi. Dimulai dari situ. Saudara orang Kristen yang mungkin kebiasaan untuk menipu di dalam dagang sebelum Kristen. Setelah Saudara menjadi orang Kristen, Saudara pikir, langsung Saudara punya perdagangan yang bersih, jujur, nggak ada berdosa sama sekali? Saudara jadi orang Kristen yang menipu dalam perdagangan nggak? Saudara sebelumnya adalah orang yang pemarah. Punya karakter yang nggak disukai oleh orang, yang dianggap sebagai orang jahat seperti itu. Jika Saudara menjadi Kristen, Saudara menjadi orang kudus? Saudara menjadi orang Kristen yang jahat! Itu adalah satu kondisi realita yang kita alami. Saya bukan menampik bahwa ada orang-orang tertentu yang ketika percaya kepada Kristus, hidupnya langsung berubah 180o. Betul! Ada orang yang seperti itu. Dia sebelumnya adalah seorang pezinah, tapi ketika dia percaya kepada Kristus, dia langsung meninggalkan perzinahan dalam hidup dia. Bisa! Sebelumnya adalah penjudi, setelah dia percaya kepada Kristus, dia langsung meninggalkan perjudiannya. Bisa! Itu kakeknya dari Pdt. Christian yang ada di kita.

Tapi Saudara, umumnya orang yang ketika bertobat dari satu kehidupan yang berdosa dan percaya kepada Kristus, dia tetap akan  membawa gaya hidupnya yang lama ke dalam satu kehidupan yang baru yang ada di dalam Yesus Kristus. Dan para rasul dan orang-orang percaya adalah orang seperti itu juga. Ada proses yang mereka terus perlu alami di dalam kehidupan dia untuk menjadi orang yang makin dikuduskan dan makin dikuduskan di hadapan Tuhan. Walaupun secara status, ia adalah orang yang sudah dibenarkan di dalam Kristus. Saudara harus bisa bedakan antara orang yang dibenarkan di dalam Kristus dengan orang yang mengalami pengudusan di dalam kehidupan dia. Kalau seseorang sudah percaya kepada Kristus, dia menjadi orang yang percaya. Dia sudah ditebus oleh Kristus. Dia sudah dikuduskan oleh darah Kristus. Dia sudah diselamatkan melalui kematian dan kebangkitan Kristus. Itu berarti secara status, dia tidak mungkin lagi masuk ke dalam kerajaan iblis. Dia tetap adalah orang percaya di dalam kerajaan Tuhan. Tetapi secara pengudusan, secara kebenaran melalui perbuatan yang dia miliki, itu belum dia alami. Kapan itu dia alami? Ketika dia sudah ada di dalam kerajaan Allah, dia kemudian mengenal kebenaran Firman, ada Roh Kudus yang menolong dan membimbing hidup dia, baru kemudian dia diproses untuk makin hidup di dalam kebenaran yang Tuhan kehendaki dan makin hidup di dalam karakter Kristus yang dinyatakan di dalam Kitab Suci. Itu yang akan kita alami di dalam kehidupan kita.

Dan itu sebabnya, pada waktu kita menghadapi orang-orang Kristen yang ada di dalam gereja, Saudara salah besar kalau Saudara mengharapkan bertemu dengan malaikat. Kalau Saudara menghadapi seorang hamba Tuhan di dalam gereja, Saudara salah besar kalau Saudara melihat hamba Tuhan itu seperti Yesus Kristus yang tidak berdosa dan tidak bercacat. Semua orang pasti ada dosa, ada kelemahan, ada sesuatu dari kehidupan lama yang dibawa masuk ke dalam kehidupan baru. Ada karakter lama yang dibawa masuk ke dalam satu kehidupan yang baru. Saudara, ada orang yang mengatakan kaya gini, saya anggap ini sebagai satu penghakiman yang kejam sekali dari orang, ketika dia berkata seperti ini, “Sudahlah, namanya karakter orang itu tidak bisa berubah. Kalau dia seperti itu, dia akan jadi seperti itu selama-lamanya.” Setuju nggak? Saya percaya, ada bagian yang namanya karakter dasar dari seseorang yang nggak berubah. Tetapi kalau Saudara bilang, ”Karakter dasar seseorang tidak berubah, dia akan jadi seperti itu selama-lamanya. Kalau dia jahat, dia akan jadi penjahat selama-lamanya.” Maafkan, itu berarti Saudara sudah menjatuhkan penghakiman lho. Itu berarti, Saudara sudah mendahului Tuhan di dalam menghakimi seseorang. Itu berarti, apakah Saudara sudah menghujat Tuhan? Saudara jangan pikir ya, kalau dia punya karakter itu, dia tidak bisa berubah, nggak ada kemungkinan untuk menjadi orang yang lebih baik lagi. Dia akan selalu menjadi masalah di dalam kehidupanku, di dalam gereja, dan lain-lainnya kaya gitu. “Karena dia sudah seperti itu, maka lebih baik dia tidak ada di dalam hidupku.” Itu berarti, Saudara tidak melihat diri dia sebagai gambar Allah yang Tuhan cipta dengan karakter seperti itu.

Saudara, makanya saya katakan, pada waktu kita melihat seseorang, seorang itu dibentuk, bahkan para rasul itu dibentuk, nabi itu dibentuk oleh Tuhan. Sejak kapan? Kalau Saudara belajar tentang pewahyuan Tuhan, cara inspirasi Tuhan pada kita melalui Kitab Suci ini. Yang Tuhan lakukan adalah menulis Firman Tuhan ini sebagai 100% Firman Tuhan yang Tuhan ingin sampaikan kepada kita. Tetapi ini juga adalah 100% tulisan dari setiap para penulis yang menuliskan Kitab Suci itu. Saudara bisa lihat pengertian mereka, Saudara bisa lihat karakter mereka di dalam tulisan-tulisan kitab-kitab yang mereka tulis ini. Bagaimana caranya? Saudara kalau baca Yeremia, Saudara akan melihat Tuhan sudah mempersiapkan seorang nabi sejak dari dalam kandungan ibunya. Siapa yang akan jadi papa mama? Dia. Kebangsaan dia apa? Dari keluarga apa? Lahir di mana? Dibesarkan di dalam konteks hidup yang seperti apa? Itu semua sudah dipersiapkan Tuhan dari dia di dalam kandungan, sampai akhirnya dia dipakai oleh Tuhan untuk melayani Tuhan sebagai seorang hamba Tuhan atau sebagai nabi Tuhan. Artinya adalah, pada waktu kita melihat kelahiran seseorang, kenapa dia dibentuk seperti itu? Kenapa dia memiliki karakter seperti itu atau sifat yang seperti itu? Saudara harus lihat ada proses Tuhan di dalam hidup dia juga. Di mana proses Tuhan itu bukan sesuatu yang buruk, kalau dia sungguh-sungguh memiliki iman kepada Kristus. Tetapi itu adalah suatu proses yang baik, bukan hanya bagi orang itu, tetapi juga bagi kita yang menghadapi orang itu. Karena Saudara juga punya karakter sendiri yang dari lahir, yang jahat itu, yang sebenarnya tidak lebih jahat dari diri dia. Cuma karena itu Saudara, mungkin Saudara harus terima ini. Tetapi karena yang ini bukan Saudara, Saudara menolak dia. Padahal, Tuhan ingin memproses sama-sama untuk menjadi orang yang makin dikuduskan di dalam Kristus. Itu proses.

Nah, Saudara harus melihat gereja adalah tempat seperti ini. Kita butuh orang-orang yang tidak pernah berubah di dalam aspek tertentu di dalam hidupnya untuk membentuk kita yang tidak pernah berubah di dalam aspek hidup kita yang tertentu di dalam hidup kita, supaya ada bagian yang kemudian kita bisa belajar saling mengasihi, saling menghormati, menghargai, dan saling belajar untuk mengalah, dan makin menjadi seperti Kristus. Itu adalah satu proses yang kita akan alami dan kenapa  tadi saya bilang di awal bahwa gereja lokal itu menjadi satu gereja yang penting. Mengapa ketika kita bergabung dalam sebuah gereja lokal itu adalah satu perendahan diri untuk kita digembalakan di dalam gereja itu? Karena Tuhan mau memakai orang-orang yang berbeda dengan diri kita yang karakternya tidak berubah itu untuk membentuk kita, untuk kita belajar menghasilkan buah Roh yang bersabar, yang mengasihi, yang penuh dengan kemurahan, dan yang lain itu, supaya dari situ kita bisa menjadi saksi Kristus yang lebih membawa kemuliaan bagi nama Tuhan.

Dan kalau kita mengerti prinsip ini, Saudara, maka pada waktu kita menghadapi jemaat yang satu dengan yang lain, orang Kristen yang satu dengan yang lain, saya percaya,kita nggak bisa menghadapi mereka dengan cara yang sama. Pukul rata semua. Pokoknya, orang Kristen datang ke gereja, dia harus memenuhi standar kriteria saya. Siapa pun itu, baik yang baru datang, ataupun yang sudah datang cukup lama. Atau mungkin kalau yang baru datang, “Okelah, saya kasih waktu 6 bulan sampai 1 tahun. Tapi setelah lewat itu, dia harus jadi orang Kristen yang dewasa seperti itu, dan dia harus memenuhi standar kriteria saya. Kalau dia tidak bisa memenuhi, saya eliminasi dia dari dalam hidup saya. Atau kalau dia adalah seorang pekerja di dalam gereja Tuhan, dia harus standar yang lebih tinggi lagi. Kalau dia tidak bisa memenuhi standar, akan saya eliminasi dia dari kehidupan saya.” Saudara, saya percaya cara kerja Tuhan nggak seperti ini. Tetapi, cara kerja Tuhan adalah semua kita mau diproses oleh Tuhan untuk makin menjadi seperti Kristus dengan meninggalkan gaya hidup kita yang lama, karakter kita yang berdosa itu diproses menjadi makin seperti Kristus yang kudus. Tapi ada karakter-karakter kita yang tidak berdosa, mungkin itu yang menjadi bawaan, Tuhan akan tahan itu, ajarkan diri kita untuk memiliki penguasaan diri yang lebih besar.

Jadi, ada cara-cara yang penting, yang khusus untuk menghadapi orang tertentu di dalam gereja. Seperti halnya kaya gini. Kalau Saudara mengajar sekolah Minggu, Saudara akan tahu. Anak balita, Saudara nggak bisa tuntut dengan materi anak SMP atau anak kelas 6, walaupun materinya sama di dalam mengajar. Kalau Saudara pakai Show Me Jesus yang kita pakai, Saudara baca ya, itu pengulangan-pengulangan terus di dalam pengajaran. Balita, misalkan ada cerita tentang Yesus membasuh kaki murid. Nanti di anak kelas 1 & 2 SD ada cerita Yesus membasuh kaki murid. Di kelas 3 & 4 ada cerita Yesus membasuh kaki murid. 5-6 ada cerita itu. Remaja ada cerita itu. Tetapi kalau Saudara lihat secara sepintas, Saudara akan ngomong, “Wah, sama semua ya! Pokoknya, saya sudah ngerti. Saya ngajar kelas 6 seperti yang saya persiapkan di TK!” kayak gitu. Anak kelas 6 ngomong,Lao shi, sudah pernah cerita!” Saudara akan diam, nggak tahu, kehabisan bahan untuk bicara lagi. Tapi kenapa itu diulang-ulang? Karena di dalam buku itu ada pendalaman. Pendalaman-pendalaman terus untuk masing-masing tingkatan dari anak-anak kita.

Jadi Saudara, begitu pun juga dengan ketika kita berelasi dengan sesama orang Kristen. Kadang-kadang yang mungkin membuat kita sulit menerima mereka itu adalah karena mereka sudah dewasa. Dan ketika mereka sudah dewasa, kita merasa bahwa orang dewasa harusnya ngerti sendiri bagaimana hidup sebagai orang dewasa, termasuk Kristen yang dewasa. Tapi, realitanya nggak seperti itu. Makanya saya percaya, mengapa Firman harus diberitakan berulang-ulang, ulang, ulang kali. Supaya kita ngerti. Kita paham. Yang kecil, yang masih anak-anak, ngerti, lalu bertumbuh. Yang sudah dewasa belajar mengerti lagi lebih mendalam. Tapi yang lebih dewasa belajar mengasihi orang yang lebih anak-anak ini.

Saudara, ada cara yang berbeda untuk menghadapi seseorang. Tapi, waktunya berapa lama? Berapa lama? Saya seringkali ketika bicara kepada orang yang complain tentang orang tuanya yang sudah tua dan dia nggak bisa menerima sifat orang tuanya yang mungkin egois, yang keras seperti itu, dan akhirnya dia kecewa dengan orang tuanya. Walaupun orang tuanya sudah Kristen, lalu berkata,”Ini mungkin belum bertobat!” kaya gitu. Saudara, saya suka ngomong kayak gini. Atau kepada pasangan hidupnya, “Mohon tanya, ya. Dari dia lahir sampai menjadi orang Kristen itu di usia berapa?” Misalnya 30 tahun dia bertobat jadi orang Kristen. Saudara mengharapkan usia 31 dia jadi orang Kristen yang suci, betul-betul seorang super saint, nggak ada kesalahan. Nggak mungkin kan? Dia dibentuk 30 tahun jadi dia. Sekarang dalam 1 tahun berubah total menjadi bukan dia. Itu namanya gila. Itu namanya naif. Itu berarti, paling tidak dia butuh waktu 30 tahun lagi untuk memproses dia jadi orang Kristen. Dan itu berarti dia sudah tua. Itu pun belum tentu bisa jadi seperti Kristus sepenuhnya. Karena waktu kita meninggal, baru menghadap Tuhan, baru kita memiliki karakter Kristus yang tidak bercela. Ini kalau kita berpikir bahwa kita bisa mengharapkan orang dalam waktu yang singkat berubah di semua aspek yang kita tidak suka, mungkin yang perlu diubah itu diri kita yang tidak suka orang itu.

Saudara, kita semua itu diproses. Semua kita itu harus mengalami satu pertumbuhan. Dan pertumbuhan yang dialami oleh satu orang dengan orang yang lain itu berbeda satu dengan yang lain. Itu membutuhkan waktu yang berbeda antara yang satu dengan yang lain. Dan saya percaya, kalau kita mengerti ini, kita bisa menerapkan satu kehidupan yang mengasihi dan lebih bersabar menghadapi saudara kita satu dengan yang lain, dan kita tidak akan mengambil hak Tuhan untuk menghakimi orang itu. Saya lihat, ini adalah satu keindahan yang ada di dalam kekristenan. Dan ini adalah satu keindahan yang tidak dimiliki oleh orang dunia. Dan ini adalah satu keindahan yang Tuhan berikan kepada orang Kristen secara khusus untuk bisa melewatinya, karena kita memiliki Roh Kudus di dalam hidup kita masing-masing.

Tetapi ini juga selain bicara tentang karakter, Saudara harus ngerti 1 hal. Semua Saudara pasti bawa sesuatu bawaan yang pasti tidak Alkitabiah. Semua kita, dalam hidup kita pasti membawa 1 bawaan, beban yang tidak seperti Kristus. Saudara bersedia nggak untuk diproses untuk makin menjadi seperti Kristus? Apa pun itu. Bisa budaya, bisa kepercayaan yang lama, bisa gaya hidup yang lama, bisa prinsip-prinsip hidup yang Saudara pikir benar, tetapi sebenarnya Alkitab nggak mengajarkan hal itu. Itu sebabnya kalau kita ingin bertumbuh, salah satu fasilitas sarana anugerah yang paling penting nomor 1 yang Saudara tidak pernah boleh abaikan adalah belajar Firman. Baca Firman. Tanpa ini, nggak ada filteran yang akan menerangi kehidupan kita yang gelap. Tanpa ini, kita nggak tahu kita harus berubah ke arah mana. Dan tanpa ini, kita tidak tahu bagaimana hidup sebagai orang Kristen yang Tuhan kehendaki dalam hidup kita.

Saudara, saya percaya ini satu kebenaran, seperti yang Paulus nyatakan dalam hidup dia. Dia butuh proses untuk berubah jadi satu orang yang tidak lagi melakukan nazar seperti yang ada di dalam Perjanjian Lama. Begitu juga dengan yang lainnya. Tapi, itu bukan hanya untuk mereka. Itu juga adalah satu kebenaran yang kita perlukan untuk hidup kita, dan kita perlu mengerti untuk orang-orang yang menjadi saudara seiman kita di dalam gereja kita. Kiranya Tuhan boleh memberkati kita. Mari kita masuk dalam doa.

Kami sungguh bersyukur, Bapa, untuk kebenaran Firman-Mu, untuk pengertian yang Tuhan boleh nyatakan, untuk kasih karunia yang telah Engkau berikan di dalam kehidupan kami, untuk satu pengampunan yang Engkau telah sediakan di dalam Kristus, untuk satu proses yang Engkau boleh berikan dalam kehidupan kami untuk Engkau membentuk diri kami untuk menjadi semakin seperti Kristus. Dan biarlah kebenaran-kebenaran ini boleh menjadi satu kebenaran yang kami hidupi. Sehingga di dalam hidup kami, kami boleh lebih menyatakan cinta kasih Kristus. Kami boleh lebih menyatakan kesabaran. Kami lebih boleh menyatakan satu penguasaan diri dalam kehidupan kami. Kami lebih menyatakan satu kehidupan yang makin baik dan makin baik. Makin dikuduskan karena Kristus menghendaki itu dari kehidupan kami melalui orang-orang Kristen yang lain, yang Tuhan tempatkan di dalam hidup kami. Tolong pimpinan-Mu, ya Tuhan, sehingga kami boleh memiliki mata yang lebih peka untuk melihat akan masa lalu kami, kehidupan kami, karakter kami, pikiran kami, budaya kami, cara pandang kami, segala sesuatu yang lain, filsafat kami yang tidak sesuai dengan Kitab Suci, untuk makin dikikis dan makin serupa dengan Kitab Suci. Sehingga ketika kami menjalani hidup, kami tidak berpikir bahwa kami sudah menjadi seperti Kristus dan orang lain yang belum. Tapi kami boleh terus menuntut diri untuk makin menjadi serupa dengan Kristus, bahkan termasuk di dalam memberikan kasih dan pengampunan di dalam kehidupan kami. Tolong belas kasih-Mu, ya Tuhan. Dan melalui kebenaran ini, Engkau boleh pertumbuhkan anak-anak-Mu di dalam cinta kasih, di dalam pengampunan, dan di dalam segala karakter Kristus di dalam kehidupan mereka. Sehingga gereja ini boleh menjadi satu wadah untuk mereka boleh bertumbuh di dalam iman, di dalam sukacita, di dalam kebenaran, di dalam damai sejahtera yang ada di dalam Kristus Yesus, sehingga nama Tuhan sendiri yang dipermuliakan melalui gereja-Mu ini. Kami berdoa dan menyerahkan segala sesuatunya, hari depan dari kehidupan gereja ini, hari depan dari kehidupan dari setiap pribadi anak-anak-Mu yang berbakti di sini ke dalam tangan-Mu. Kiranya Engkau boleh sendiri menuntun langkah kami, mereka, dan kehidupan mereka dan membentuk mereka. Hanya di dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan Tuhan Juruselamat kami, kami telah berdoa. Amin. (HSI)