Pelayanan Apolos di Efesus, 26 Februari 2023

Pelayanan Apolos di Efesus

26 Februari 2023
Pdt. Dawis Waiman

 

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pada waktu kita membahas tentang perjalanan Paulus kembali ke Antiokhia, lalu  menuju kepada Yerusalem, lalu setelah itu dia kemudian melanjutkan kembali perjalanan misinya yang ketiga, yaitu menjajaki seluruh tanah Galatia dan Frigia dan untuk meneguhkan murid-murid yang ada di sana, maka Paulus sebelumnya melakukan satu nazar di dalam hidup dia. Nah, kemarin kita sudah melihat bahwa nazar yang dilakukan oleh Paulus itu adalah sesuatu yang menjadi kebiasaan dari tradisi orang-orang Yahudi dan Paulus sebagai orang Kristen, tapi juga berdarah Yahudi dan dibesarkan dari kecil di dalam tradisi dan budaya Yahudi, dia tidak terlalu mudah untuk melepaskan diri dari budaya itu. Dan ini adalah sesuatu yang juga dialami oleh rasul-rasul yang lain, seperti Petrus pada waktu ia akan bertemu dengan Kornelius. Tuhan berkata kepada Petrus sebanyak 3x bahwa, “Binatang-binatang haram yang ada di depanmu itu, kamu boleh ambil, kamu boleh sembelih, dan kamu boleh makan”, tetapi karena Petrus adalah seorang yang dibesarkan dalam budaya Yahudi, sehingga jalan hidupnya itu adalah sesuatu yang berkaitan dengan pengajaran dari Taurat seperti itu dan itu menjadi satu gaya hidup, bukan hanya sebagai satu pengajaran saja. Maka bagi mereka, hidup tanpa makan makanan berhala itu adalah satu kehidupan yang memang harus dijalani. Dan itulah satu gaya hidup, bukan hanya sekedar itu adalah perintah Tuhan.

Jadi, pada waktu Petrus melihat kepada banyaknya binatang yang haram itu, lalu Tuhan berkata, “Ambil, sembelih, dan makan!”, Petrus sampai 3x berkata kepada Tuhan, “Aku tidak bisa lakukan itu, Tuhan karena ini binatang haram. Dari kecil, aku dibesarkan dengan 1 pengertian, tidak boleh menyentuh binatang haram dan memakan binatang itu!” Tapi pertanyaannya adalah, yang menyuruh makan siapa? Tuhan kan? Tuhan meminta Petrus untuk makan, tetapi Petrus menolak untuk makan binatang itu. Nah, ini adalah 1 hal yang kadang-kadang kita alami juga atau seringkali kita alami dalam hidup kita. Kita berpikir, kita sudah mengikut Tuhan, tapi sebenarnya kita di dalam satu kehidupan yang mungkin masih mengikuti pemikiran dan tradisi hidup lama kita yang tidak sesuai dengan apa yang Tuhan kehendaki. Dan setiap orang Kristen pasti akan mengalami proses pembentukan menuju yang Tuhan kehendaki dan harus mengalami proses itu untuk meninggalkan kehidupan lamanya, manusia lamanya, kebiasaan lamanya, dan tradisi lama yang tidak sesuai dengan kebenaran firman untuk bisa sesuai dengan kebenaran firman. Orang Kristen harus mengalami itu.

Para rasul pun adalah orang-orang yang tidak terlepas daripada pengalaman itu di dalam hidup mereka. Baik Petrus ataupun Paulus yang kita lihat di dalam perikop ini, di mana ketika dia mengalami satu berkat Tuhan, penyertaan di dalam pelayanan, sehingga dia terlepas daripada semua persoalan, penganiayaan, dan penolakan yang ia temui dari kota demi kota yang dia layani untuk memberitakan Injil. Dia kemudian merasa, “Saya harus bersyukur kepada Tuhan! Saya harus memberikan satu ungkapan terima kasih atas pemeliharaan Tuhan di dalam kehidupan pelayananku!” Lalu, caranya bagaimana? Di dalam iman Kristen, hal itu belum pernah diungkapkan sebelumnya. Kalau Saudara baca di dalam semua tulisan Paulus, mulai dari Galatia dan seterusnya, Roma ya, dan sampai kepada Filemon, maka Saudara tidak menemukan bahwa ada satu tradisi daripada orang-orang Kristen untuk dilakukan demi untuk bisa mengembalikan pujian dan kemuliaan bagi nama Tuhan atau naikkan ucapan syukur.

Jadi, sebagai orang Yahudi, baru dia bertobat. Ya, kalau di dalam iman Kristen, tentunya kita tinggal ngomong saja ya, bersyukur, memuji Tuhan, dan berdoa kepada Tuhan seperti itu. Tetapi sebagai orang Yahudi yang melayani dengan 1 tradisi Yahudi yang begitu melekat sekali di dalam diri Paulus, pada waktu dia ingin menaikkan ucapan syukurnya kepada Tuhan, caranya bagaimana? Dia akan kembali kepada metode lamanya, yaitu bernazar, mencukur rambutnya, lalu kemudian setelah masa nazarnya berlalu, dia kemudian memotong rambutnya kembali, lalu mempersembahkan rambutnya itu di Yerusalem, lalu setelah itu dia baru kembali melanjutkan perjalanan misinya yang ketiga. Jadi, Paulus sendiri adalah orang yang tidak terlepas daripada satu tradisi lama, yang kemudian akhirnya diproses oleh Tuhan untuk menuju satu kehidupan Kristen dan  bagaimana seorang Kristen dengan tradisi Kristen yang baru di dalam kehidupan yang dijalani oleh Paulus itu.

Jadi, apa yang kita baca di dalam Kisah Rasul itu adalah sesuatu yang menunjukkan bahwa orang-orang Kristen ada di masa transisi dari satu kehidupan lama, tradisi yang lama, tradisi Yahudi menuju kepada satu tradisi yang baru di dalam kehidupan Kristen atau prinsip kehidupan yang benar di dalam kehidupan Kristen. Dan apa yang semula diberikan hanya kepada Yahudi, sekarang Injil itu kemudian dikabarkan kepada orang-orang bukan Yahudi juga sehingga mereka boleh diselamatkan di dalam Yesus Kristus.

Dan pada waktu Paulus di dalam perjalanan itu, saya mau ajak kita menyorot sedikit lebih jauh. Dia tiba di kota Efesus. Dan pada waktu dia tiba di Efesus, ia mulai mengabarkan Injil di situ. Dan pada waktu dia pergi ke Efesus juga, dia membawa 2 orang yang penting yang dia temui di Korintus, yaitu Akwila dan Priskila. Mereka adalah 2 orang yang bukan merupakan hamba Tuhan. Mereka adalah jemaat biasa, orang Kristen biasa yang percaya kepada Kristus, tetapi mereka memiliki 1 komitmen yang begitu besar bagi Injil Tuhan, dan bahkan demi kerajaan Tuhan itu bisa disebarkan mereka rela untuk bahkan pindah kota dari kota sebelumnya di mana mereka membangun usaha mereka dan mungkin juga sudah berjalan di dalam usaha itu, menuju kepada kota lain untuk memulai dan merintis usaha yang baru di sana. Saya lihat ini adalah satu hati yang penuh dengan cinta kasih kepada Tuhan. Satu hati yang penuh dengan pengorbanan diri, supaya apa yang menjadi kehendak Tuhan dan pekerjaan Tuhan itu bisa terjadi. Dan Tuhan memakai mereka nanti di dalam pelayanan mereka di Efesus kepada Apolos yang kita akan lihat di dalam perikop berikutnya.

Tapi di sini, saya mau ajak kita kembali melihat pada waktu Paulus di Efesus, dia kemudian mengabarkan Injil di sana dan ada orang-orang yang percaya di Efesus karena pemberitaan Injil dari Paulus itu. Tapi pada waktu orang-orang ini meminta Paulus untuk bisa tinggal lebih lama di Efesus, Paulus berkata kepada mereka, ia minta diri dan berkata, “Aku akan kembali kepadamu jika Allah menghendakinya.” Nah, pada waktu kita membaca kalimat dari Paulus, itu sepertinya sebuah kalimat yang umum kita dengar. “Oh, kalau Tuhan izinkan, saya kembali. Kalau Tuhan izinkan, saya akan lakukan ini.” Tapi saya percaya, ini adalah satu kalimat yang sungguh-sungguh keluar dari mulut Paulus karena dia mengerti 1 prinsip di dalam hidup dia, kalau segala sesuatu itu baru bisa berhasil kalau Tuhan mengizinkan hal itu terjadi atau Tuhan memberkati apa yang kita kerjakan di dalam kehidupan kita.

Jadi, di dalam prinsip hidup Paulus, dia memiliki 1 konsep seperti ini. Pertama, saya bisa menjadi orang yang percaya kepada Kristus, itu adalah karena kedaulatan Allah dan kasih karunia Allah di dalam hidup saya. Saya bukan orang yang menyadari dari diri saya sendiri kalau saya adalah orang yang membutuhkan Kristus untuk menyelamatkan saya dan hidup saya dan juga jiwa saya atau roh saya di dalam kekekalan nanti. Tetapi, saya membutuhkan Kristus itu karena Tuhan memberikan karunianya kepada saya sehingga saya bisa datang kepada Kristus dan percaya kepada Kristus. Saudara bisa lihat itu di dalam peristiwa ketika Paulus berjalan ke Damaskus. Dia dalam kondisi yang menganiaya jemaat. Dia dalam kondisi yang begitu membenci orang-orang Yahudi Kristen dan dia ingin orang Yahudi Kristen bertobat dan kembali ke agama Yahudi. Kalau tidak, dia tidak segan-segan untuk menganiaya dan membunuh mereka. Tetapi, pada waktu hal itu dia kerjakan, yang dia pikir sedang lakukan sesuatu yang berkenan di hadapan Tuhan, maka Tuhan menampakkan diri kepada Paulus, lalu dia bertobat dari dosanya, dari perlawanannya terhadap Yesus. Akhirnya, dia menjadi seorang Kristen dan bahkan melayani Tuhan dengan begitu giat sekali.

Jadi, pada waktu Paulus melihat kepada dirinya, kemarin di pemuda kita sedang membahas surat Galatia, di situ, saya berkata bahwa salah satu cara Paulus untuk meyakinkan jemaat Galatia kalau keselamatan itu adalah kasih karunia 100% dan tidak perlu ditambah dengan perbuatan di belakangnya untuk menyempurnakan keselamatan itu, maka Paulus menjadikan dirinya sendiri sebagai contoh hidup dari seorang yang mendapat kasih karunia Tuhan, yaitu dia di dalam kondisi yang melawan Tuhan, Tuhan justru memanggil dia untuk percaya kepada Kristus. Di mana perbuatan Paulus? Nggak ada sama sekali! Di mana kesadaran dia akan Kristus adalah Tuhan yang sejati dan Juruselamat yang sejati? Nggak ada sama sekali! Yang ada adalah Yesus penyesat, orang Kristen mengarang-ngarang bahwa Yesus adalah Tuhan dan mereka memberhalakan seorang manusia di dalam iman mereka ketika mereka percaya dan beribadah kepada Tuhan Yesus Kristus. Itu sebabnya Paulus menganiaya mereka. Jadi, pada waktu Paulus berbicara tentang Iman, apa yang menjadi dasar iman? Kasih karunia. Mengapa? Karena dia sendiri, bukti nyata dari seorang yang diselamatkan karena kasih karunia yang Tuhan Yesus berikan kepada dia. Kita bagaimana? Prinsipnya sama. Cuma bedanya adalah mungkin rentang kejahatan kita, kedalaman dari kejahatan kita nggak sampai seperti yang Paulus lakukan. Tetapi prinsipnya sama, kalau kita datang kepada Kristus bukan karena keinginan kita, tapi keinginan kita adalah sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan di dalam hati kita untuk mau datang kepada Kristus.

Yang kedua adalah, Paulus bukan hanya melihat bahwa kehidupan dia adalah sesuatu yang diberikan oleh Tuhan ketika dia datang kepada Kristus. Tetapi dia juga melihat kalau apa yang dia bisa lakukan di dalam gereja Tuhan atau di dalam dunia ini bagi Tuhan, itu juga sesuatu yang karena seizin Tuhan. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, mengapa saya menekankan hal ini? Karena di dalam kita melayani, seringkali kita melihat bahwa pelayanan itu tergantung dari saya mau atau tidak mau lakukan. Ada orang yang bukan di dalam gereja ini ya, tetapi di dalam gereja yang lain, saya melihat ketika dia diberikan satu tanggung jawab tertentu untuk melayani, begitu gampang untuk menolak. Begitu gampang untuk tidak memprioritaskannya dan begitu gampang untuk menggantikan pelayanan yang dipercayakan itu kepada orang lain untuk dikerjakan, atau bahkan dia menyepelekan persiapan untuk pelayanan yang dikerjakan itu. Saya lihat, ketika kita melakukan hal itu, itu adalah sesuatu yang bukan dari kesadaran kalau “Saya bisa melayani karena kehendak dari Tuhan. Tetapi saya mau melayani atau tidak, itu adalah karena keinginan saya pribadi. Dan saya nggak merasa merugi apa-apa kalau saya nggak bisa melayani. Yang penting adalah saya atur waktu saya. Kalau saya bisa ada waktu dan saya baru memberikan diri untuk melayani Tuhan. Kalau saya nggak punya waktu, saya ada di dalam satu kesibukan yang banyak, ya sudah, nanti saja. Kalau saya ada waktu luang, baru saya bisa melayani kembali.”

Bapak, Ibu,Saudara yang dikasihi Tuhan, Paulus berbeda. Paulus ketika melayani, dia sadar dia bisa melayani karena Tuhan menghendaki dia untuk melayani Tuhan, baru dia bisa melayani Tuhan. Dan ketika dia melayani Tuhan, dia melayani sesuai dengan apa yang menjadi kehendak Tuhan itu. Dan kalau kita memiliki pengertian ini, saya percaya kita akan punya satu pemahaman yang berbeda, keputusan yang berbeda, reaksi yang berbeda ketika sebuah pelayanan itu ditawarkan untuk kita lakukan dalam hidup kita.  Kita akan merasa bahwa, “Ini pimpinan Tuhan bukan ya? Saya harus berbagian di sini atau tidak? Kalau saya tidak berbagian berarti apakah Tuhan sedang tidak menginginkan saya untuk mengerjakan hal ini? Kalau saya tidak mengerjakan hal ini, yang rugi siapa? Pasti bukan Tuhan, tetapi diri saya yang mengalami kerugian itu. Padahal Tuhan sudah mempercayakan hal itu untuk saya kerjakan dalam kehidupan saya. Dan kalau saya tidak kerjakan, atau bahkan saya mengerjakan hal itu dengan sembarangan, maka itu justru tidak membuat Tuhan berkenan kepada saya.”

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ini adalah satu prinsip yang sebenarnya bukan hanya di dalam gereja saja. Tapi kalau Bapak, Ibu, Saudara membaca di dalam surat Yakobus, Yakobus itu menulis satu hal, “Engkau merencanakan ini dan itu dalam hidupmu. Seolah-olah segala sesuatu ada di dalam genggaman tanganmu. Seolah-olah segala sesuatu itu kau bisa atur dengan baik. Seolah-olah segala sesuatu itu bisa terjadi seperti yang engkau inginkan itu terjadi atau engkau rencanakan di dalam hidupmu.” Tetapi Yakobus bilang, ingat satu hal, yang harusnya dikatakan oleh orang Kristen itu adalah, “Jika Tuhan berkenan, maka hal itu aku lakukan dan hal itu baru terjadi.” Kalau Tuhan tidak berkenan, Bapak, Ibu mau punya rencana yang sebagus apa pun di dalam perencanaan yang dikerjakan, maka hal itu tidak mungkin bisa terjadi. Jadi, ini adalah satu prinsip yang kita bisa tarik mulai dari kehidupan Kristen kita, pelayanan yang kita lakukan di dalam gereja, lalu juga di dalam perencanaan-perencanaan yang kita lakukan di luar di dalam pekerjaan kita di dalam kehidupan yang kita lakukan, semuanya harusnya melibatkan Tuhan dan sesuai dengan kehendak Tuhan, baru hal itu bisa terjadi di dalam dunia ini. Nah, Paulus adalah orang yang mengerti ini. Itu sebabnya, ketika dia diminta oleh jemaat Efesus untuk tinggal di sana, dia berkata bahwa, “Tunggu ya. Kalau Tuhan menghendaki, saya pasti kembali.” Tapi kalau Tuhan tidak menghendaki, ya Paulus juga tidak bisa berbuat apa-apa di dalam pelayanan kepada jemaat Efesus di situ.

Lalu setelah itu, Paulus pergi meninggalkan mereka dan sementara Paulus pergi ke Yerusalem dan kemudian juga meneruskan perjalanan misinya yang lain, Akwila dan Priskila itu tinggal di Efesus. Nah, pada waktu Priskila dan Akwila ada di Efesus, mereka juga adalah orang-orang Yahudi yang beribadah kepada Tuhan dan tidak meninggalkan Tuhan. Tetapi mereka beribadah di mana? Alkitab mencatat, mereka masih pergi ke sinagoge untuk beribadah kepada Tuhan di situ. Nah, pada waktu mereka datang ke sinagoge untuk beribadah kepada Tuhan, maka datanglah seorang Yahudi yang bernama Apolos yang berasal dari Aleksandria untuk datang ke kota Efesus, masuk ke dalam sinagoge yang mereka datang untuk beribadah di situ. Dan ia kemudian mulai berbicara tentang Kitab Suci, dia mulai mengajarkan Kitab Suci. Dan ternyata dia adalah seorang yang sangat mahir sekali di dalam Kitab Suci dan seorang yang begitu fasih sekali di dalam berbicara. Istilah Inggris yang digunakan pakai istilah bukan hanya mahir, tetapi dia adalah seorang yang mighty, yang hebat sekali di dalam pemahamannya akan Kitab Suci.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ini adalah hal yang saya kira, hal yang baik untuk kita bisa teladani juga di dalam kehidupan kita ya. Pada waktu kita jalan, apa yang kita utamakan memiliki satu pengertian firman yang begitu mahir atau tidak? Dan juga bagaimana kita bisa berargumentasi akan kebenaran-kebenaran Tuhan dengan begitu tepat atau tidak di dalam hidup kita. Mengapa ini menjadi hal yang penting? Karena Tuhan sudah memberikan 1 contoh kepada kita di dalam kehidupan Apolos, kalau dia adalah seorang muda yang memiliki kemampuan itu, dan bahkan ketika dia menjelaskan tentang jalan Tuhan, dia berbicara dengan begitu bersemangat sekali dan juga dengan begitu teliti sekali untuk mengajarkan tentang Yesus Kristus. Tetapi sayangnya, dia adalah seorang yang baru mengetahui baptisan Yohanes.

Jadi, pada waktu kita melihat kepada hal ini, ada commentary yang memiliki perbedaan di dalam mengerti siapa Apolos ini. Pertama, ada orang yang mengatakan, “O, dia adalah seorang yang sudah percaya kepada Kristus. Dia adalah orang Kristen yang dipakai oleh Tuhan untuk mengabarkan tentang Yesus Kristus di dalam perjalanan-perjalanan misi yang dia lakukan itu.” Karena apa? Karena dia mengajarkan jalan Tuhan. Itu sebabnya, dia adalah orang Kristen. Dia sungguh-sungguh mengerti karya penebusan yang Kristus lakukan bagi manusia yang berdosa, bagi diri dia, dan itu yang membuat dia kemudian mengabarkan Kristus dan dikatakan sebagai orang Kristen. Tetapi, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ada kelompok kedua yang mengatakan seperti ini, “Kelihatannya Apolos itu bukan seorang Kristen. Tetapi dia adalah seorang Yahudi.” Mengapa kita bisa katakan dia adalah seorang Yahudi yang belum bertobat menjadi orang Kristen? Karena dia memang satu sisi mengajarkan jalan Tuhan dengan begitu bersemangat untuk menyampaikan kebenaran tentang Tuhan, tetapi dia adalah seorang yang hanya mengetahui baptisan Yohanes, walaupun dia mengajarkan tentang Yesus Kristus.

Nah, waktu melihat bagian itu, yang bagian kelompok kedua ini mengatakan, “Kita mengertinya bagaimana?” Kita harus mengertinya dari kalimat terakhir yang dikatakan berkenaan dengan Apolos ini. Yaitu kalimat yang menyatakan dia hanya mengetahui baptisan Yohanes. Artinya apa? Artinya adalah dia adalah seorang yang merupakan murid dari Yohanes Pembaptis yang dipakai oleh Tuhan untuk mempersiapkan jalan bagi kedatangan Mesias. Dan karena Yohanes Pembaptis mengerti bahwa Mesias itu adalah Yesus Kristus, maka murid-muridnya juga mengerti bahwa Mesias itu adalah Yesus Kristus. Dan sebagai salah satu murid dari Yohanes yang ditandai sebagai orang yang dibaptis oleh baptisan Yohanes, Apolos mengerti bahwa Yesus itu adalah Mesias yang dinyatakan di dalam Perjanjian Lama. Dia betul-betul membuktikan kalau Mesias itu adalah Yesus Kristus, tetapi pemahaman dia masih ada kurangnya. Atau istilah lainnya adalah, siapa Apolos? Dia adalah bagian dari umat percaya Perjanjian Lama, bukan umat percaya yang ada di dalam Perjanjian Baru. Karena apa yang diberitakan oleh Apolos itu baru tentang pra dari keselamatan yang Yesus akan kerjakan. Dia baru menunjuk, “Inilah Yesus, anak domba Allah,” mungkin. “Inilah Yesus yang adalah Mesias.” Karena Yohanes Pembaptis mengajarkan hal itu. Tetapi menariknya, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pada waktu Apolos mengajarkan kebenaran ini, dia adalah seorang yang begitu teliti sekali mengerti ayat-ayat Kitab Suci dan bisa menunjukkan ayat-ayat itu dengan tepat untuk membuktikan kalau Yesus itu adalah Mesias itu.

Nah, bagaimana dengan jalan Tuhan? Bukankah jalan Tuhan itu berbicara tentang orang-orang yang mengikut Yesus Kristus?  Kalau dia adalah seorang yang mengajarkan jalan Tuhan, bukankah itu berarti bahwa Apolos adalah orang Kristen? Menariknya, ada commentary yang mengajarkan seperti ini juga, ”Jalan Tuhan itu bukan sesuatu yang spesifik berbicara tentang mengikut Kristus. Tetapi jalan Tuhan di dalam Perjanjian Lama itu adalah satu kata umum untuk menyatakan bahwa kita memiliki satu kehidupan yang seturut dengan standar yang Tuhan tetapkan untuk kita jalankan.” Itu adalah jalan Tuhan. Bapak, Ibu bisa melihat dari beberapa ayat di dalam Kitab Suci berkenaan dengan hal ini. Misalnya, kita buka Kejadian 18:19, ketika Tuhan ingin menghancurkan Sodom dan Gomora, Dia berbicara kepada Abraham di situ. Di dalam ayat 18, Kej 18:18 dikatakan, “Bukankah sesungguhnya Abraham akan menjadi bangsa yang besar serta berkuasa, dan oleh dia segala bangsa di atas bumi akan mendapat berkat?” Lalu, ayat 19, “Sebab Aku telah memilih dia, supaya diperintahkannya kepada anak-anaknya dan kepada keturunannya supaya tetap hidup menurut jalan yang ditunjukkan TUHAN dengan melakukan kebenaran dan keadilan, dan supaya TUHAN memenuhi kepada Abraham apa yang dijanjikan-Nya kepadanya.” Jadi, kenapa Tuhan memilih Abraham dan ingin menunjukkan kepada dia dan keturunannya tentang apa yang dikerjakan oleh Tuhan? Jawabannya adalah supaya Abraham, anak-anaknya, dan kepada keturunannya tetap hidup menurut jalan yang ditunjukkan Tuhan, atau jalan Tuhan.

Saudara bisa lihat juga di dalam Hakim-hakim 2:22. Saya baca dari ayat 20 ya, “Apabila murka TUHAN bangkit terhadap orang Israel, berfirmanlah Ia: “Karena bangsa ini melanggar perjanjian yang telah Kuperintahkan kepada nenek moyang mereka, dan tidak mendengarkan firman-Ku, maka Akupun tidak mau menghalau lagi dari depan mereka satupun dari bangsa-bangsa yang ditinggalkan Yosua pada waktu matinya, supaya dengan perantaraan bangsa-bangsa itu Aku mencobai  orang Israel, apakah mereka tetap hidup menurut jalan yang ditunjukkan TUHAN, seperti yang dilakukan oleh nenek moyang mereka, atau tidak.” Jadi, di dalam Hakim-hakim, kembali jalan Tuhan itu menjadi sesuatu yang diangkat bagi kehidupan orang Israel. Tetapi pada waktu jalan Tuhan itu diangkat di dalam konteks Hakim-hakim, Tuhan berkata, “Aku ingin mencobai Israel. Melihat apakah mereka memilih untuk hidup sesuai dengan jalan Tuhan atau tidak.” Dan caranya bagaimana untuk mengetahui apakah Israel hidup sesuai dengan jalan Tuhan atau tidak? Dengan memberikan bangsa lain untuk menjajah Israel karena Israel seringkali di dalam Hakim-hakim itu menyimpang dari Tuhan. Tetapi di dalam kasus ini, Tuhan justru memberikan bangsa lain untuk menindas Israel dan ketika Israel ditindas oleh bangsa lain, di situlah baru kemurnian iman Israel itu dimunculkan. Apakah dia memilih untuk hidup seturut dengan jalan Tuhan atau dia memilih untuk tidak hidup seturut dengan jalan Tuhan. Apakah dia memilih untuk hidup seturut iman dari orang tuanya dan jalan hidup orang tuanya atau mereka memilih untuk tidak hidup seturut dengan jalan hidup orang tuanya yang takut akan Tuhan.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ini adalah sesuatu yang seringkali muncul di dalam Kitab Suci. Dan pada waktu Kitab Suci berbicara tentang iman kita, itu adalah sesuatu yang justru dimunculkan ketika pencobaan diijinkan Tuhan, atau ujian diijinkan Tuhan terjadi dalam hidup kita. Kita kalau dalam kondisi yang baik, saya percaya semua orang bisa hidup baik, semua orang seperti terlihat sebagai orang yang saleh, yang taat Tuhan, yang beribadah kepada Tuhan, yang melayani Tuhan, yang penuh dengan cinta kasih dalam hidup dia. Tapi begitu pencobaan datang, ujian datang, justru sebenarnya poin paling penting untuk menyatakan kita percaya kepada Tuhan atau tidak, atau kita berjalan seturut dengan jalan Tuhan atau tidak itu dilakukan. Karena seringkali yang terjadi kita meninggalkan Tuhan. Pada waktu kekuatiran menguasai kita, kita lupa ada Tuhan. Sehingga kita lebih memilih jalan-jalan yang kita anggap bijaksana menurut diri kita sendiri, bukan menurut Tuhan. Tetapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, itulah baru menunjukkan siapa diri kita yang sesungguhnya. Jadi di dalam kondisi seperti ini, jalan Tuhan berbicara tentang apa? Jalan Tuhan berbicara tentang apa yang menjadi standar tuntutan Tuhan untuk kita lakukan di dalam hidup kita itu yang menjadi makna dari jalan Tuhan itu.

Tetapi menariknya lagi, pada waktu Wahyu makin banyak diberikan, dinyatakan oleh Tuhan kepada umat-Nya, dan ketika Wahyu tentang Mesias itu makin dinyatakan lebih jelas kepada umat-Nya, maka jalan Tuhan itu bukan hanya dimengerti sebagai satu jalan yang bersifat umum, atau merupakan standar yang harus diikuti oleh anak-anak Tuhan atau dihidupi oleh anak-anak Tuhan, tetapi jalan Tuhan itu secara spesifik diberikan kepada atau dikatakan untuk Yesus Kristus, dan yang memberitakan itu adalah suara yang berteriak-teriak di padang gurun atau Yohanes pembaptis. Saudara bisa lihat itu di dalam Yes. 40:3, “Ada suara yang berseru-seru: ”Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk Tuhan, luruskanlah di padang belantara jalan raya bagi Allah kita!” Jadi secara lebih spesifik, jalan Tuhan itu merujuk kepada jalan dari Yesus Kristus. Dan itu dikatakan di dalam Mat. 3:3 pada waktu Yohanes muncul di dalam pelayanan untuk mempersiapkan jalan bagi Yesus Kristus, dia berkata, “Akulah suara yang berseru-seru di padang gurun untuk mempersiapkan jalan bagi Tuhan itu.”

Jadi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau kita membaca kembali di dalam konteks Kis. 18:24-25 itu, pada waktu dikatakan Apolos adalah seorang yang berjalan atau seorang yang menerima pengajaran dalam jalan Tuhan, maka itu bukan sesuatu yang harus diartikan Apolos adalah pengikut Yesus Kristus atau Apolos adalah seorang murid dari Yesus Kristus, karena dia sudah bertobat dari dosanya, datang kepada Yesus, dia tahu dengan sepenuhnya apa yang Kristus kerjakan untuk menyelamatkan manusia yang berdosa. Jawabannya belum tentu. Mengapa begitu? Karena pada waktu Akwila, Priskila; saya selalu ngomong Akwila, Priskila, tetapi yang sebenarnya adalah siapa? Priskila, Akwila. Akwila itu suaminya, Priskila itu adalah istrinya. Dan kelihatannya kenapa dibalik? Padahal orang Yahudi itu adalah orang yang sangat mementingkan patriakal, di mana laki-laki itu yang menjadi pemimpin, tetapi istri yang menjadi penolong atau pengikut yang dipimpin oleh laki-laki. Maka kita bisa mengerti, atau banyak yang menafsirkan seperti ini, kalau Priskila terlebih dahulu diucapkan baru Akwila diucapkan, maka itu mau menunjukkan kelihatannya Priskila adalah orang yang lebih aktif untuk melayani di dalam gereja, yang mengerti firman, dan bisa turut memberikan satu andil di dalam pelayanan yang dilakukan oleh Apolos. Itu sebabnya Priskila diucapkan terlebih dahulu namanya baru Akwila menyusul di belakangnya.

Dan pada waktu Priskila dan Akwila mendengarkan pengajaran yang diberikan Apolos, mereka akui Apolos pintar. Semua yang diajarkan begitu teliti, begitu bertanggungjawab, begitu setia dengan Kitab Suci. Tapi dalam pemikiran mereka, atau pengetahuan iman mereka, tetap ada yang kurang. Yang kurang itu apa? Makanya Priskila dan Akwila setelah mendengarkan khotbah dari Apolos, membawa Apolos, atau menghampiri Apolos lalu dengan lembut dia berkata, “Apolos, kamu ada waktu nggak? Ayo ke rumah saya ya, mampir. Kami akan menjamu engkau makan.” Lalu di meja perjamuan itu baru Priskila dan Akwila memberitahukan apa yang menjadi kekurangan dari pengajaran Apolos itu.

Dan pada waktu dia mengajarkan, dia juga dikatakan mengajarkan dengan teliti hal-hal yang tidak diketahui oleh Apolos. Nah menariknya adalah apa yang tidak diketahui oleh Apolos, yang perlu ditambahkan oleh Priskila dan Akwila untuk pelayanan Apolos? Mereka mengatakan seperti ini, Apolos belum mengerti kalau Yesus itu mati di kayu salib untuk menebus dosa manusia. Apolos belum mengerti kalau Yesus pada hari yang ketiga bangkit dari kematian. Apolos belum mengerti kalau pada hari Pentakosta Tuhan mencurahkan Roh Kudus-Nya bagi gereja-Nya untuk melayani Tuhan. Dan dengan kuasa bisa memberitakan Injil. Itu sebabnya pada waktu Apolos tiba di rumah Priskila dan Akwila, Priskila dan Akwila kemudian menjabarkan hal-hal yang tidak dimengerti oleh Apolos itu. Dan ketika mereka menjabarkan kepada orang yang begitu pintar sekali di dalam memahami Kitab Suci, mereka pun harus dengan bertanggung jawab, dengan setia, dengan tepat untuk menyatakan setiap perkataan kebenaran yang mereka sampaikan kepada Apolos berdasarkan Kitab Perjanjian Lama.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya lihat ini adalah satu semangat yang luar biasa sekali dari orang yang percaya. Baik itu Apolos, maupun Priskila dan Akwila. Mereka adalah orang-orang yang begitu menguasai Kitab Suci. Mereka adalah orang-orang yang mau menundukkan diri di bawah kebenaran Kitab Suci. Mereka adalah orang-orang yang memiliki kerendahan hati ketika ditunjukkan bahwa apa yang mereka pahami tidak sesuai dengan Kitab Suci, maka khususnya Apolos, dia mau berubah, menerima pengajaran dari Priskila dan Akwila, lalu kemudian menerapkan itu di dalam pengajaran yang dia kerjakan. Jadi, ada satu semangat untuk belajar secara teliti, mengerti kebenaran secara tepat, lalu bukan hanya mengerti kebenaran secara tepat, mereka juga membagikan kebenaran itu kepada orang lain.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, andaikata seperti ini ya, kalau ada orang berbicara tentang Kristus, maka ketika ditanya kepada kita, Kristus itu Pribadi yang dinyatakan hanya di dalam Perjanjian Baru atau juga di dalam Perjanjian Lama? Kita jawabnya apa? Perjanjian Lama dan Baru ya? OK. Karena Perjanjian Lama menubuatkan tentang Kristus dan Perjanjian Baru menyatakan Kristus yang dinubuatkan itu sudah digenapi di dalam Kristus. Jadi Perjanjian Lama ada Kristus, Perjanjian Baru ada Kristus kan? Kedua, kalau mereka tanya, Tolong buktikan kalau orang, misalnya saya ambil salah satu ayat ya, yang dikatakan Musa akan lahir itu, dengarkanlah Dia, itu adalah Yesus Kristus, gimana caranya? Bisa nggak? Pada waktu mereka minta, buktikan dong kalau Yesus itu ada di dalam Perjanjian Lama, bisa tidak? Saya lihat Apolos adalah orang yang bisa. Priskila, Akwila adalah orang yang bisa melakukan itu. Dan harusnya kita sebagai orang Kristen menuntut diri kita juga untuk bisa mengerti hal itu dan bisa menyatakan kebenaran dalam hidup kita ketika orang lain meminta pertanggungjawaban itu dari diri kita. Karena Alkitab kita adalah satu kitab, satu buku yang berbicara tentang Kristus. Dan dua-duanya adalah dua Kitab yang begitu penting sekali untuk kita pahami di dalam kehidupan iman kita.

Nah, jadi, pada waktu kita lihat Apolos, dia adalah orang yang luar biasa sekali, begitu teliti memahami Kitab Suci dan mengajarkan Kitab Suci itu. Dan alasan kedua, mengapa Apolos itu dikatakan sebagai orang yang belum percaya? Kalau Saudara lihat di dalam ayat yang berikutnya, yaitu ayat yang ke-27, maka di situ dikatakan setelah Apolos menerima pengajaran dari Priskila dan Akwila, ia kemudian pergi menyeberang ke Akhaya. Akhaya itu di mana? Korintus. Lalu kemudian setelah dia sampai di Akhaya apa yang dia lakukan? Dia kemudian menggunakan segala pemahaman dia itu untuk membangun dari orang-orang yang percaya atau iman orang percaya. Jadi setelah pertemuan diri dia dengan Priskila dan Akwila maka pelayanannya baru menjadi berkat yang besar bagi gereja Tuhan. Itu yang terjadi di dalam kehidupan Apolos ini ya.

Bahkan Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau saya mau lanjut sedikit untuk berbicara tentang siapa Apolos itu. Ada yang menafsirkan seperti ini, menarik sekali, Apolos itu adalah seorang muda yang begitu luar biasa sekali. Buktinya apa? Kalau kita baca di dalam Surat Korintus, dia adalah satu-satunya orang muda yang bisa dijajarkan dengan Petrus dan Paulus. Nggak ada yang lain. Misalnya pada waktu kita baca di Korintus ada perselisihan di dalam jemaat, lalu timbul golongan-golongan yang ada di dalam jemaat dari Korintus itu. Lalu ketika timbul golongan itu, golongan itu golongan apa? Ada 4 golongan. Satu mengatakan mereka adalah golongan dari Paulus. Yang kedua mengatakan mereka adalah golongan dari Apolos. Yang ketiga mengatakan mereka adalah golongan dari Kefas atau Petrus. Dan yang keempat, yang nggak mau kalah, adalah mereka adalah kelompok dari Kristus. Jadi pada waktu kita bicara siapa Apolos? Seberapa besar si pengaruhnya? Seberapa penting kah dia di dalam pelayanan gereja? Sangat penting sekali! Sangat memberi berkat sekali bagi gereja. Bahkan bisa dikategorikan menjadi 1 dari antara 3 orang yang begitu penting di dalam Korintus, selain dari Paulus dan juga Kefas.

Bahkan Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kelihatannya dia adalah orang yang dikatakan melampaui Paulus di dalam kefasihannya berbicara. Saudara bisa lihat itu di dalam 2 Kor. 10:10, “Sebab, kata orang, surat-suratnya memang tegas dan keras,” – ini maksudnya Paulus ya, ketika dia tulis surat, dia tulis surat yang begitu tegas dan keras – “tetapi bila berhadapan muka sikapnya lemah dan perkataan-perkataannya tidak berarti. Tetapi hendaklah orang-orang yang berkata demikian menginsafi” dan seterusnya ya. Jadi pada waktu kita baca 2 Kor. 10:10, biasanya di dalam pemikiran orang-orang Korintus berkenaan dengan Paulus itu nggak begitu baik. Karena Paulus itu di situ kerasulannya disangkali oleh orang-orang Korintus, dan bahkan dia ditolak oleh jemaat yang dia dirikan sendiri di situ. Dan pada waktu ada Apolos yang datang melayani mereka bandingkan Apolos dengan Paulus. Dan ketika mereka bandingkan Apolos dengan Paulus mereka berkata, “Paulus ini siapa sih? Tulisannya aja begitu baik, begitu bagus, begitu mendalam tapi dia bukan orang yang begitu fasih dalam berbicara dan berkhotbah.” Sedangkan Apolos adalah orang yang memiliki dua-duanya. Satu dia begitu fasih dalam berkhotbah, yang kedua dia begitu mengerti Kitab Suci.

Tapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, tetap ada bedanya. Bedanya di mana? Apolos bukan rasul, Paulus adalah rasul. Kenapa bisa berkata seperti itu? Karena kalau Bapak, Ibu lihat di dalam ayat yang ke-25, di situ dikatakan, “Ia telah menerima pengajaran dalam Jalan Tuhan.” Kata Yunani “pengajaran” itu bisa diterjemahkan sebagai dia menerima katekisasi, dia menerima didikan yang terlebih dahulu belajar untuk diajarkan kepada diri dia. Nah, apa yang dia terima dari pengajaran manusia itu tentang Jalan Tuhan itu dia ajarkan kepada orang-orang Yahudi yang lain. Tetapi ketika kita berbicara tentang Paulus, ada kualitas yang berbeda yang dimiliki oleh Paulus seperti halnya rasul-rasul yang lain. Kalau Bapak, Ibu baca dari surat Galatia, Paulus berkata seperti ini, “Injil yang aku beritakan itu bukan Injil dari manusia. Tapi Injil yang aku beritakan adalah Injil yang bersumber dari Tuhan sendiri. Bahkan aku sendiri tidak boleh memberitakan Injil yang lain dari apa yang aku sudah beritakan kepada kamu karena ketika aku memberitakan Injil yang lain itu, seperti halnya orang-orang itu memberitakan Injil yang lain, maka terkutuklah dia (atau biarlah dia dilemparkan ke dalam hukuman neraka).”

Jadi Paulus berkata apa yang aku sampaikan bersumber dari Tuhan bukan bersumber dari manusia. Lalu mungkin mungkin kita akan tanya, “Kapan Paulus terima dari Tuhan?” Dia tidak bersama dengan 12 rasul, dia tidak hidup bersama dengan Kristus selama 3,5 tahun hidup pelayanan-Nya dalam dunia. Kapan Paulus terima dari Tuhan? Bahkan dia menentang jalan Tuhan. Jawabannya adalah di dalam pasal berikutnya dikatakan pada waktu Paulus telah percaya kepada Tuhan, dia pergi ke Yerusalem memang, tetapi dia tidak bertemu dengan rasul-rasul di sana. Lalu dia pergi ke tanah Arab selama 3 tahun di situ. Dia tinggal. Dan banyak yang menafsirkan dia dididik sendiri oleh Tuhan selama 3 tahun itu. Jadi itu yang membuat ketika Paulus menuliskan surat dari Galatia itu dia berkata Injil ini aku dapatkan dari Tuhan sendiri bukan dari manusia.

Nah ini yang membedakan seorang rasul dari seorang yang bernama Apolos. Apolos belajar, mengajar. Paulus belajar nggak? Belajar. Dia mengajar juga. Tetapi Apolos menerima dari manusia, Paulus menerima dari Tuhan sendiri untuk diajarkan kepada umat Tuhan. Jadi dari sini kita bisa melihat ada satu semangat yang besar sekali, baik dari Paulus maupun Apolos, maupun Priskila, maupun Akwila di dalam melayani Tuhan. Baik ada satu semangat yang besar sekali dari orang-orang ini ketika mereka melayani Tuhan, mereka melayani dengan satu hati yang betul-betul ingin mengajarkan kebenaran dari Kitab Suci. Dan pada waktu mereka melayani, mereka melayani dengan satu tujuan untuk mengedifikasi jemaat Tuhan.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya bicara seperti ini sebagai satu kalimat untuk menutup akhir dari khotbah ini. Pada waktu kita melihat kehidupan mereka, baik Paulus maupun Apolos adalah orang-orang yang mengalami proses pembentukan Tuhan dalam hidup mereka. Berarti mereka adalah orang-orang yang mengalami satu perubahan akibat dari pemahaman mereka akan firman Tuhan, baru mereka bisa hidup seturut dengan jalan Tuhan. Tetapi untuk bisa seturut dengan jalan Tuhan, mereka harus ada perubahan pemahaman. Mereka harus bertumbuh dalam pengertian mereka baru mereka bisa hidup seturut dengan jalan Tuhan itu. Tanpa itu, mereka nggak akan alami itu. Yang kedua adalah pada waktu mereka mengalami perubahan itu, mereka tidak menjadikan perubahan itu sebagai satu edifikasi untuk diri mereka sendiri, tetapi mereka menganggap satu pertumbuhan yang mereka alami itu harus turut memberkati orang lain. Siapa orang yang harus diberkati? Yaitu gereja Tuhan. Makanya pada waktu mereka pergi, yang mereka lakukan adalah membangun gereja Tuhan, menguatkan gereja Tuhan berdasarkan pengetahuan firman yang mereka pahami atau dikaruniakan Tuhan dalam hidup mereka. Itu yang mereka kerjakan. Yang ketiga adalah mereka tidak lupa untuk membagikan kebenaran Kristus kepada orang yang belum percaya kepada Kristus, yaitu menginjili. Apolos dikatakan di dalam ayat yang ke-28, “Sebab dengan tak jemu-jemunya ia membantah orang-orang Yahudi di muka umum dan membuktikan dari Kitab Suci bahwa Yesus adalah Mesias.” Apolos siapa? Dia orang Yahudi yang percaya kepada Tuhan yang ingin berbagian di dalam mengabarkan Injil Kristus kepada orang-orang yang belum percaya. Itu yang membuat dia dengan begitu bersemangat untuk pergi ke kota demi kota untuk mengabarkan tentang Kristus.

Ini yang menjadi satu hal yang saya mau ajak Bapak, Ibu untuk menggumulkan ini. Adakah semangat untuk meneliti Kitab Suci dengan begitu teliti? Adakah semangat untuk mau belajar dan menambah pemahaman iman kita akan Kristus? Adakah semangat dalam hati kita yang begitu membara untuk melihat Injil Kristus boleh dibagikan kepada orang yang belum percaya? Dan adakah kerinduan yang besar untuk melihat jemaat boleh turut bertumbuh bersama dengan kita yang bertumbuh di dalam Kristus? Saya percaya kalau itu semua menjadi sesuatu yang kita tuju dalam hidup kita, itu adalah sesuatu yang kita ingin gapai dengan meninggalkan hal-hal lama di dalam hidup kita. Supaya apa yang menjadi kehendak Tuhan itu terjadi dalam hidup kita karena 3 prinsip ini adalah sesuatu yang Tuhan nyatakan di dalam Kitab Suci. Saya percaya gereja akan tumbuh. Gereja akan menjadi berkat. Dan hidup Saudara akan sangat dipakai oleh Tuhan untuk pekerjaan Tuhan dan perkembangan dari Kerajaan Tuhan.

Nggak ada satu anak Tuhan pun yang Alkitab katakan ketika dia diberkati, dia menarik diri, menyembunyikan diri, memisahkan diri dari gereja Tuhan. Karena dia tahu gereja Tuhan adalah umat Tuhan. Orang-orang percaya adalah milik Tuhan. Mereka adalah saudara saya. Itu yang dialami oleh semua orang percaya. Jadi, kiranya firman ini boleh menjadi sesuatu yang menumbuhkan kita, dan pengalaman atau perubahan dan progress yang dialami oleh Paulus dan Apolos itu juga boleh menjadi suatu progress yang kita alami dalam kehidupan kita ya. Mari kita masuk dalam doa.

Kembali kami bersyukur Bapa untuk firman-Mu, untuk satu teladan hidup yang diberikan oleh Paulus, Apolos ataupun Petrus yang kami baca di dalam Kisah Para Rasul. Orang-orang penting di dalam gereja-Mu. Orang-orang yang memiliki posisi yang tinggi di dalam gereja-Mu. Tetapi ketika mereka diperhadapan dengan kebenaran firman, mereka begitu lembut di hati di hadapan Engkau. Mereka begitu ingin untuk diubah dan dibentuk oleh firman-Mu. Dan mereka mengubah diri dan membuat diri mereka diproses untuk makin serupa dengan kebenaran firman dan Kristus dalam hidup mereka. Kiranya hal ini juga ada dalam diri kami ya Bapa. Ketika kami datang ke hadirat Engkau tiap Minggu untuk beribadah kepada Engkau, ketika kami datang ke PA untuk belajar firman-Mu dan berdoa di hadapan Engkau, ketika kami bersekutu satu dengan yang lain, jangan jadikan itu hal-hal yang mekanik dalam hidup kami di mana kami menjalankan itu semua karena sudah menjadi satu peraturan, hukum, atau kebiasaan yang kami lakukan setiap minggunya dalam kehidupan kami. Tetapi kami boleh melihat semua itu didasarkan kepada hati kami yang mengasihi Tuhan karena kami menyadari akan kasih Kristus yang telah diberikan bagi diri kami. Tolong kami ya Bapa. Tambahkan pemahaman kami, tambahkan kasih kami kepada Tuhan, tambahkan pemahaman bahwa Kristus adalah kepala atas segala sesuatu dan segala-galanya di dalam kehidupan kami. Sehingga ketika kami hidup, penebusan Kristus tidak menjadi sia-sia tetapi penebusan Kristus sungguh-sungguh memiliki kuasa untuk mengubah hidup kami untuk berjalan bersama dengan Tuhan. Kami berdoa menyerahkan jemaat-Mu pada pagi hari ini, kiranya Engkau boleh pimpin mereka, berkati mereka, pertumbuhkan iman mereka, kasih mereka kepada Tuhan. Dan kebenaran Engkau boleh sungguh dinyatakan dalam hidup mereka. Proses mereka ya Tuhan, sehingga manusia lama mereka boleh ditinggalkan. Proses mereka ya Tuhan supaya pengetahuan mereka akan Kristus boleh makin limpah. Proses mereka ya Tuhan, supaya mereka boleh melihat bahwa keluarga mereka ada di dalam gereja-Mu, bersama dengan orang-orang Kristen yang lain. Dan kalau mereka mengutamakan Kristus, mereka juga akan mengutakaman keluarga mereka, saudara seiman mereka di dalam Tuhan. Proses mereka ya Tuhan sehingga ketika orang-orang dunia melihat mereka, anak-anak Tuhan melihat mereka, mereka boleh melihat Kristus hidup di dalam hidup mereka. Kami kembali mohon di dalam kasih-Mu ini, di dalam satu kegentaran, tetapi juga dengan satu iman karena ini merupakan kehendak-Mu. Dan biarlah kehendak-Mu jadi. Dan ketika Engkau memproses kami, kiranya Engkau juga boleh memberi kekuatan bagi kami untuk melaluinya dan menjalaninya. Kami berdoa menyerahkan segala sesuatunya kepada Tuhan Yesus Kristus karena Engkau adalah satu-satunya mediator, perantara antara kami dengan Bapa yang suci. Karena itu ya Bapa kiranya Engkau boleh mendengarkan doa kami. Dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa. Amin. (HSI)