Paulus di Efesus, 12 Maret 2023

Paulus di Efesus

Kis. 19:1-10

Pdt. Dawis Waiman

 

 

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pada waktu kita masuk ke dalam Kisah 19 ini, sekali lagi, saya mau menyampaikan bahwa pada waktu kita berbicara tentang apa yang dibahas di dalam Kisah Rasul, kita harus mengerti bahwa Kisah Rasul ini adalah satu kitab yang berbicara antara transisi Perjanjian Lama menuju kepada Perjanjian Baru. Ini adalah satu kitab karena ini adalah sebuah transisi yang banyak dibicarakan, maka kita tidak boleh menjadikan transisi itu sebagai satu prinsip yang harus diterapkan di dalam gereja sebagai satu kebenaran kalau hal itu didasarkan kepada pengalaman yang terjadi di dalam orang-orang percaya yang ada di dalam kitab Kisah Para Rasul ini.

Atau maksudnya adalah seperti ini, pada waktu kita melihat kepada Kisah 19, nantinya kita akan melihat bahwa di situ ada seorang bernama Paulus yang ketika melayani masuk ke daerah Efesus. Dia kemudian bertemu dengan 12 orang murid di sana dan 12 orang murid itu adalah murid-murid yang sebelumnya mengikut Yohanes Pembaptis dan dibaptiskan dengan baptisan Yohanes dan mereka disebut sebagai orang yang percaya. Lalu setelah mereka mengikut pendengaran atau pemaparan firman dari Paulus, suatu waktu Paulus bertanya kepada mereka. “Sudahkah engkau menerima Roh Kudus?” Lalu pada waktu mereka mendengar kalimat pertanyaan itu, mereka berkata, “Belum, kami sama sekali belum pernah mendengar apa itu Roh Kudus.” Lalu di situ, Paulus menjelaskan tentang Kristus dan setelah itu mendoakan mereka dan mereka menerima Roh Kudus.

Nah, pada waktu kita melihat pada peristiwa ini, kita tidak boleh melihat itu sebagai suatu kebenaran yang harus diterapkan di dalam gereja, seolah-olah manusia itu memiliki 2 tahapan iman. Pertama adalah seorang yang telah mengikut Kristus terlebih dahulu, dia sudah percaya tetapi dia belum menerima Roh Kudus di dalam kehidupannya, sehingga pada waktu dia berjalan, dia perlu mengalami satu berkat yang kedua dari Tuhan, di mana dia perlu didoakan atau mendoakan supaya Roh Kudus diberikan kepada diri dia setelah dia percaya, baru kemudian dia menjadi orang Kristen yang dibaptis dengan Roh Kudus.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ini adalah sesuatu yang kembali saya tekankan tidak boleh dimengerti seperti itu karena pada waktu kita berbicara tentang Kisah Rasul, ini adalah satu kitab yang berkaitan dengan masa transisi dari kehidupan orang yang ada di dalam Perjanjian Lama menuju Perjanjian Baru. Dan ini juga penggenapan dari apa yang Tuhan Yesus perintahkan kepada orang-orang Kristen Yahudi, khususnya para rasul untuk pergi dan jadikan semua bangsa dimulai dari Yerusalem, Yudea, Samaria, sampai kepada ujung bumi. Dan peristiwa yang terjadi di dalam Kisah Rasul pasal 19 ini adalah satu penggenapan untuk Injil yang telah dikabarkan sampai ke ujung bumi karena Efesus dianggap sebagai tempat yang jauh itu yang ada di ujung itu.

Dan Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, selain dari pengertian ini, mengapa kita tidak boleh menggunakan peristiwa di dalam Kisah 19 sebagai satu kebenaran yang kita terapkan di dalam gereja pada hari ini juga? Karena kalau kita menggunakan itu sebagai satu prinsip dari kebenaran yang harus dijalankan oleh gereja, maka Bapak, Ibu harus menggunakan ayat-ayat lain yang ada di dalam Kisah Rasul yang dilakukan di dalam Kisah Rasul juga tetapi yang tidak dilakukan di dalam gereja hari ini. Misalnya, ambil contoh Paulus sebelumnya kalau kita lihat di dalam Kisah Rasul pasal 18, dia ketika melihat Tuhan memberkati dia di dalam pelayanan di Korintus, selama ini dia begitu putus asa karena setiap kali dia memberitakan Injil yang dia alami adalah sengsara, penderitaan, penganiayaan sehingga dia harus pergi dari kota ke kota yang lain. Dia hanya bisa tinggal di satu kota selama beberapa minggu, lalu setelah itu, dia diusir dan dia harus pergi ke kota yang lain seperti itu. Tapi ketika dia tiba di Korintus, dia kemudian melihat bahwa Tuhan berkata, “Kamu jangan takut! Terus layani karena di Korintus ada banyak orang pilihan-Ku.” Dan dia tinggal 1 tahun lebih di sana untuk melayani di Korintus itu dan betul-betul di sana ada banyak sekali orang yang dimunculkan untuk percaya kepada Kristus. Dan pada waktu dia melihat pekerjaan yang dia kerjakan itu diberkati oleh Tuhan, maka dia ingin menaikkan syukur kepada Tuhan. Lalu setelah itu, dia memutuskan caranya bagaimana? Dalam pikiran dia, cara menaikkan syukur itu adalah dengan bernazar dan itu membuat Paulus kemudian mencukur habis rambutnya dan setelah itu membiarkan rambutnya tumbuh kembali dan setelah itu dia pergi ke Yerusalem untuk memberikan persembahan kepada Tuhan. Atau ada yang ngomong, mungkin tidak menjalankan ritual pengorbanan binatang lagi, saya juga percaya hal itu, tetapi paling tidak dia pergi ke Yerusalem, mungkin untuk berdoa kepada Tuhan di sana, lalu membakar rambutnya yang dipotong pendek kembali.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau andaikata kita menerima Kisah 19 ini sebagai satu prinsip kebenaran yang harus diterapkan di dalam gereja, yaitu orang Kristen pertama percaya, lalu kemudian setelah dia percaya, dia belum menerima Roh Kudus, dia harus menunggu dan berdoa untuk Roh Kudus diberikan kepada diri dia sehingga dia baru dibaptis dengan Roh Kudus seperti itu sebagai kebenaran yang harus diterapkan oleh semua orang Kristen, maka nazar masih berjalan nggak dengan cara cukur rambut? Kalau kita pegang ini sebagai satu prinsip, kita harusnya pegang nazar juga menjadi satu prinsip di mana orang Kristen harus cukur rambut sebelumnya, lalu kemudian berdoa di hadapan Tuhan.

Jadi, dalam hal ini saya lihat pada waktu kita berpegang kepada satu prinsip sebagai kebenaran atau tidak, ada dasar yang penting yang melandasi itu semua. Yaitu apa? Di dalam teologi reformed dikatakan, ayat-ayat yang jelas, baru kita boleh gunakan untuk mengajar. Prinsip-prinsip yang jelas yang dinyatakan oleh Kitab Suci itu harus menjadi satu prinsip yang kita pegang untuk mengajar dan menjadi sesuatu prinsip yang kita jalankan dalam hidup kita.

Nah, berkaitan dengan Roh Kudus ini, banyak sekali ayat-ayat yang berbicara kalau Roh Kudus itu diberikan oleh Tuhan kepada orang-orang percaya, bukan setelah dia percaya kepada Kristus, satu waktu berlangsung, tetapi pada waktu dia percaya kepada Kristus, di situ Roh Kudus diberikan. Saya sudah berkali-kali kutip ayat-ayatnya, tapi Saudara boleh ingatkan kembali. Misalnya di dalam Roma 8:9, di situ dikatakan bahwa orang yang percaya kepada Kristus, dia harus memiliki Roh Kristus. Siapa Roh Kristus itu? Yaitu Roh Kudus yang diberikan oleh Tuhan kepada setiap orang yang percaya kepada Yesus Kristus. Dan kapan hal itu terjadi? Pada waktu dia percaya kepada Kristus. Jadi, pada waktu detik dia percaya kepada Kristus, dia sudah dibaptis dengan Roh Kudus. Dia memiliki Roh Kudus. Karena ayat berikutnya itu, kalimat berikutnya berkata, “Kalau dia tidak memiliki Roh Kudus, maka dia bukan milik Kristus.”

Lalu, Saudara juga bisa lihat di dalam surat Galatia pasal ketiga. Ketika orang-orang Galatia itu mulai mempertanyakan bahwa anugerah atau iman kepada Kristus saja. Anugerah yang Tuhan berikan melalui kematian di atas kayu salib yang kita terima dengan iman saja itu tidak cukup, kita harus menambahkan Taurat, menambahkan sunat seperti itu, Paulus kemudian menuliskan kepada jemaat Galatia, ”Mohon tanya ya, kira-kira kamu menerima Roh Kudus itu kapan? Apakah karena engkau melakukan Taurat atau karena engkau percaya kepada Yesus Kristus?” Dan jawabannya adalah karena percaya kepada Kristus seorang itu menerima Roh Kudus dalam hidup dia. Dan itu membuat kita mengerti bahwa detik seorang percaya, Roh Kudus itu diberikan kepada dia.

Lalu, kemudian Saudara juga bisa melihat di dalam 1 Korintus 6. Pada waktu berbicara tentang satu kehidupan yang ada di dalam dosa di antara jemaat Korintus, 2 ayat dari yang akhir ya pasal 6, maka di situ Paulus berkata kepada jemaat yang ada di Korintus, ”Kenapa kamu masih berdosa?” Saya pakai parafrase saja ya. “Mengapa masih berdosa? Tidak tahukah kamu bahwa ada Roh Kudus yang tinggal di dalam tubuhmu? Kenapa kamu mendukakan Roh Kudus itu di dalam hidupmu?” Berarti pada waktu kita kembali dan percaya kepada Kristus, Saudara jangan pikir orang yang sudah percaya itu belum memiliki Roh Kudus dan kedewasaan itu ditandai dengan baptisan Roh Kudus. Tetapi orang yang sudah percaya kepada Kristus, dia sudah memiliki Roh Kudus di dalam hidup dia.

Ditambah lagi dengan 1 Korintus 12:13, di situ dikatakan, pada waktu kita dibaptis, kita percaya, maka Roh Kudus juga diberikan kepada kita yang percaya kepada Kristus. Jadi, atas dasar ayat-ayat yang jelas ini, maka kita mengajar dan berpegang pada prinsip bahwa setiap orang yang percaya kepada Kristus, dia pasti adalah orang yang sudah menerima Roh Kudus di dalam hidup dia, dia sudah dibaptis oleh Roh Kudus dalam hidup dia, dan bahkan menurut Efesus 1:13-14, Roh Kudus itu menjadi materai dalam kehidupan orang Kristen, sebagai satu jaminan dia menerima semua janji berkat yang Tuhan janjikan kepada orang yang percaya kepada Tuhan.

Jadi atas dasar ini, kita berpegang bahwa Roh Kudus bukan sesuatu yang merupakan gelombang kedua diberikan kepada orang percaya pada waktu mereka sudah mendengar Injil dan percaya kepada Kristus, tetapi pada detik dia percaya kepada Kristus, pada waktu itu dia dibaptis dengan Roh Kudus di dalam kehidupan dia. Nah, ini menjadi salah satu contoh bagaimana kita menggunakan ayat-ayat yang jelas untuk berbicara mengenai firman atau mengenai doktrin yang harus diajarkan di dalam gereja.

Tetapi di dalam Kisah 19 ini bukan sesuatu yang menjadi hal yang kita bisa pegang, walaupun yang terjadi di dalam Kisah 19 itu adalah hal yang sepertinya mengulangi peristiwa yang terjadi di dalam Kisah Rasul pasal yang kedua. Nah, mengapa hal itu terjadi? Mengapa kita berkata bahwa Kisah 19, walaupun itu ada baptisan Roh Kudus di situ, tetapi kita harus berpegang ini adalah satu masa transisi dan kita tidak boleh menjadikan itu sebagai prinsip, doktrin di dalam gereja karena ada beberapa sebab. Pertama adalah pada waktu Saudara melihat kepada peristiwa yang terjadi di dalam pelayanan yang dilakukan oleh Petrus ataupun yang dilakukan oleh Paulus seperti itu, maka Saudara melihat tidak semua dari orang-orang Kristen yang percaya kepada Kristus menerima Roh Kudus seperti yang terjadi di dalam Kisah Rasul 19. Misalnya, Saudara bisa melihat di dalam pelayanan yang Paulus lakukan kepada kepala penjara Filipi dan keluarganya. Di situ, pada waktu Paulus melayani mereka dan kepala penjara Filipi dan keluarganya memberi diri untuk dibaptis, Alkitab sama sekali tidak mencatat kalau mereka dibaptis dengan Roh Kudus dan mereka berbicara bahasa lidah. Itu adalah satu peristiwa di mana hanya dicatat mereka bertobat dan percaya kepada Yesus Kristus. Dan tentunya ada peristiwa-peristiwa lain yang juga sama di situ, tetapi juga tidak dicatat mengenai mereka menerima Roh Kudus dan berbicara bahasa lidah. Jadi, ini adalah alasan pertama mengapa kita berkata ini adalah peristiwa yang tidak boleh diulang dan diterapkan di dalam gereja lagi.

Yang kedua adalah ini adalah peristiwa untuk menyatakan bahwa Roh Kudus sudah diberikan sampai ke ujung bumi. Dimulai dari Yerusalem, Yudea, Samaria sampai kepada ujung bumi seperti yang Yesus perintahkan kepada para rasul, sehingga dari situ kita berkata bahwa setiap orang yang percaya sekarang itu sudah disimbolkan dengan peristiwa dimulai dari Pentakosta sampai kepada peristiwa di Kisah Rasul pasal 19, bahwa semua orang yang percaya sudah pasti memiliki Roh Kudus.

Lalu, yang ketiga adalah tujuannya pada waktu hal itu terjadi. Kalau Saudara perhatikan, semua peristiwa pembaptisan Roh Kudus yang ditandai dengan berbicara bahasa lidah itu dihadiri oleh para rasul. Saudara bisa lihat mulai dari Pentakosta, di situ ada Petrus dan rasul-rasul yang lain. Lalu kemudian, di dalam peristiwa Samaria, di situ ada Petrus yang hadir dan Yohanes yang hadir di situ. Lalu pada peristiwa Kornelius, di situ ada Petrus yang hadir di situ. Dan dalam peristiwa Kisah Rasul pasal 19, ada Paulus yang hadir di situ. Dan tidak pernah dicatat, tanpa rasul hadir di sana, maka peristiwa pembaptisan Roh Kudus yang ditandai dengan berbicara bahasa lidah itu terjadi di dalam gereja Tuhan.

Jadi atas dasar ini, kita berkata bahwa baptisan yang terjadi pada waktu itu hanya terjadi ketika para rasul hadir. Dan kalau itu hanya terjadi pada waktu para rasul hadir, maka pasti ada tujuannya. Dan tujuannya itu apa? Yaitu untuk menyatakan ada kesatuan di antara orang Kristen Yahudi dengan orang Kristen bukan Yahudi. Ada kesetaraan antara orang Kristen Yahudi dengan orang Kristen bukan Yahudi. Sehingga orang Kristen Yahudi, dia bisa berkata bahwa orang Kristen bukan Yahudi adalah orang Kristen kelas 2 yang levelnya di bawah orang Kristen Yahudi. Kalau mereka ingin naik derajatnya, mereka harus menjadi orang Kristen Yahudi dengan cara mengadopsi semua Taurat dan tradisi yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi Kristen itu, termasuk sunat seperti yang terjadi di dalam surat Galatia.

Jadi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ini membuat kita melihat bahwa pasal 19 adalah satu pasal yang berbicara tentang transisi, di mana Injil sekarang sudah dikabarkan sampai ke ujung bumi. Dan pada waktu Injil dikabarkan, Roh Kudus juga sudah diberitakan kepada gereja-Nya sampai kepada ujung bumi itu dan kalau begitu selesai? Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, tetap ada hal yang kita bisa bahas di dalam bagian pasal 19 ini. Ada beberapa prinsip yang kita bisa lihat di sini. Pada waktu Paulus melayani, Alkitab berkata bahwa dia pergi ke pedalaman Efesus, lalu di situ dia bertemu dengan murid-murid di sana. Dan pada waktu dia bertemu dengan murid-murid, dia bertemu dengan 12 orang ini yang dia tanyakan kepada mereka, “Sudahkah engkau dibaptis dengan Roh Kudus pada waktu engkau percaya?” Mereka menjawab, “Belum. Kami belum pernah mendengar tentang Roh Kudus itu sama sekali.”

Nah, ini berbicara mengenai apa? Saya lihat, ini berbicara mengenai satu penginjilan yang harus dikerjakan oleh gereja Tuhan. Pada waktu kita berbicara tentang gereja, gereja itu memiliki tugas. Tugas yang dimiliki gereja itu berkaitan dengan apa? Pertama adalah memberitakan Injil Tuhan. Itu menjadi satu tugas utama yang harus dilakukan oleh gereja atau setiap orang Kristen yang ada di dalam gereja Tuhan atau yang telah percaya kepada Yesus Kristus. Dan yang kedua adalah mengajarkan kebenaran firman Tuhan. Walaupun Saudara bisa tambahkan banyak yang lain, menjalankan sakramen dan yang lainnya, tapi di sini yang mau saya sorotkan, gereja yang sejati itu adalah gereja yang akan terus memberitakan Injil Kristus kepada dunia ini, atau menyaksikan Kristus kepada dunia ini. Dan yang kedua adalah gereja yang sejati adalah gereja yang harus menjalankan prinsip cinta kasih yang ada antara satu dengan yang lain di dalam gereja Tuhan. Karena di dalam surat Yohanes, Yohanes berkata apa yang menjadi ciri dari gereja Tuhan? Gereja Tuhan dicirikan dengan satu kehidupan, yaitu kehidupan yang dipenuhi dengan cinta kasih antara satu dengan yang lainnya. Itu menjadi satu hal yang harusnya dinyatakan di dalam gereja.

Tapi saya kembali ke dalam bagian ini. Pada waktu kita melihat apa yang dilakukan oleh Paulus, dia pergi ke daerah pedalaman Efesus, dia bertemu dengan murid-murid di sana, dia mengabarkan Injil Yesus di sana, maka dia mengabarkan di mana? Ya, tentunya kita bisa berkata dia mengabarkan itu pertama di luar dari gereja, tetapi juga yang kedua adalah dia juga mengabarkan kepada orang-orang yang sudah percaya. Yaitu kepada siapa? 12 orang yang datang, yang mengikut Yohanes dan telah dibaptis dengan baptisan Yohanes itu. Nah, bicara soal ini tentunya ada perdebatan di antara para komentator. Yang satu berkata, orang ini mungkin sudah percaya, ada di dalam gereja, dan mengikuti apa yang Paulus ajarkan dan beritakan. Tetapi ketika Paulus melihat di antara orang-orang yang hadir di dalam ibadah, ternyata ada sekelompok orang yang kelihatannya agak aneh kayak gitu. Maka dia kemudian bertanya kepada kelompok ini, “Sudahkah engkau menerima Roh Kudus?” dan ternyata belum, kayak gitu. Tapi dia adalah murid. Tetapi ada yang bagian kedua, commentary yang mengatakan juga seperti ini, sebenarnya 12 orang ini adalah 12 orang yang belum percaya, walaupun mereka mendengarkan pengajaran dari Rasul Paulus pada waktu itu. Dasarnya apa? Karena pada waktu berbicara tentang, “Sudahkah engkau menerima Roh Kudus?” Lalu kemudian kedua, pada waktu mereka berkata, “Belum.” Paulus berkata, “Baptisan Yohanes itu adalah baptisan pertobatan, tetapi engkau harus percaya kepada Yesus Kristus.” Itu menunjukkan karena mereka belum percaya dan belum diselamatkan.

Selain itu ada dukungan, pada waktu berbicara tentang murid-murid Yohanes, kelihatannya murid-murid Yohanes sendiri belum sepenuhnya memahami berkenaan tentang Yesus Kristus dan apa yang Yesus lakukan. Ambil contoh Apolos di dalam perikop sebelumnya. Tapi kalau Saudara melihat di dalam Matius pasal 11, maka Saudara akan melihat ternyata Yohanes Pembaptis sendiri, walaupun dia di dalam awal pelayanannya dia menunjuk, “Inilah anak domba Allah, penghapus dosa dunia!” kepada Yesus Kristus, tetapi ketika dia mulai melayani selama berapa lama, dia melihat Yesus Kristus tidak ada sesuatu yang mungkin menonjol sebagai seorang yang memiliki kekuatan militer seperti itu, maka Yohanes kemudian mengutus orang ketika dia ada di dalam penjara untuk bertanya kepada Yesus Kristus, “Engkaukah Mesias itu atau kami harus menunggu orang lain sebagai Mesias itu?” Dan Yesus berkata bahwa, “Coba perhatikan di dalam kitab Yesaya. Semua yang dikatakan Yesaya berkenaan dengan Mesias itu adalah ada pada-Ku. Aku melakukan semua perkataan yang ada di dalam Yesaya itu.” Dan utusan Yohanes pulang.

Tapi pertanyaannya begini, murid-muridnya ngerti nggak? Makanya ada yang mengatakan kelihatannya tidak semua murid-muridnya memahami, apalagi mereka yang datang sementara waktu mungkin ke tanah Israel, lalu kemudian mendengar Yohanes berkhotbah, percaya dia adalah seorang nabi Tuhan, lalu memberi diri dia dibaptis sebagai tanda pertobatan dan penantian akan kedatangan Mesias seperti itu. Setelah itu, mereka pulang ke kota mereka. Ada yang kembali ke Efesus, tempat yang jauh. Dan mereka tidak mendengar lagi pengajaran-pengajaran yang diberitakan tentang Yohanes dan juga apa yang dilakukan oleh Yesus Kristus. Nah, ini membuat bagian kedua berkata bahwa kelihatannya 12 orang ini adalah orang-orang yang belum percaya kepada Kristus dan belum diselamatkan. Tapi pertanyaannya adalah seperti ini, walaupun mereka belum diselamatkan atau mereka sudah menjadi murid atau sudah diselamatkan, mereka dua-duanya adalah murid. Dan ketika mereka dua-duanya adalah murid, Paulus ketika melayani mereka, apa yang Paulus lakukan? Paulus tetap memberitakan Injil kepada murid-murid itu.

Maksud saya adalah seperti ini. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pada waktu kita datang ke dalam gereja, jangan dikira semua orang yang mengklaim percaya kepada Kristus itu adalah orang yang percaya kepada Kristus dan sudah diselamatkan. Ada orang-orang yang mengaku dirinya percaya, mengaku dirinya adalah murid Kristus, tetapi dia sendiri belum dicelikkan akan pengertian kebenaran berkenaan dengan Allah, berkenaan dengan Kristus yang lebih mendalam, yang lebih jelas atau lebih clear mengenai iman di dalam kehidupannya. Dan dia butuh Injil. Dan itu sebabnya, pada waktu kita melayani Injil, Injil itu bukan hanya diperuntukkan untuk luar gereja, tetapi juga untuk setiap orang yang datang ke dalam gereja dan beribadah kepada Kristus di dalam gereja. Itu tujuannya kita memberitakan tentang kasih Kristus, pengampunan dosa, pertobatan yang ada di dalam gereja Tuhan.

Saya ambil contoh kayak gini ya, kemarin, di dalam KTB, kita ada berbicara tentang satu topik yaitu berkenaan dengan yang benar itu seperti apa? Saya berdoa, lalu saya kemudian berjuang sekuat tenaga. Setelah saya berjuang sekuat tenaga yang terbaik, saya tidak bisa lakukan lagi, baru saya serahkan ke dalam tangan Tuhan. Atau yang benar itu adalah saya berdoa, lalu saya berjalan di dalam perjalanan perjuangan yang terus bersandar kepada Tuhan, lalu setelah itu apapun yang terjadi sampai akhir saya tetap serahkan ke dalam tangan Tuhan. Yang benar yang mana? Menariknya, kebanyakan orang Kristen pikir yang pertama yang benar. Saya berdoa, saya berjuang sekuat tenaga, setelah mentok, saya baru serahkan ke dalam tangan Tuhan untuk bergumul Tuhan mau apa?

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, bagi saya itu bukan iman. Lalu, iman itu sendiri apa? Saya bahas 2 poin di sini ya. Iman itu adalah satu keberserahan yang kita berikan dari hidup kita ke dalam tangan Tuhan. Itu namanya iman. Kemarin saya ambil contoh, mungkin Bapak, Ibu seringkali dengar ilustrasi Blondin. Blondin seorang yang menyeberangi Grand Canyon. Ada tali sling yang mengikat dari pegunungan yang satu dengan pegunungan yang lain. Di tengah-tengahnya jurang seperti itu. Lalu ada banyak orang yang hadir di situ untuk menyaksikan si Blondin ini melakukan atraksi menyeberangi lembah itu dengan seutas sling tapi juga tidak ada tali pengaman dan tidak ada satu jaring pengaman di bawahnya. Lalu sebelum dia menyeberang, dia bertanya kepada orang banyak. “Kalian percaya tidak, saya bisa menyeberangi lembah ini tanpa pengaman sama sekali?” Mereka berkata, “Kami percaya!” Dia jalan bolak-balik, berhasil. Semua tepuk tangan. “Hebat! Si Blondin bisa menyeberang tanpa pengaman sama sekali.” Lalu dia tanya kedua, “Kalian percaya nggak kalau saya bisa menyeberangi sling ini dengan membawa beban 80kg?” Semua orang berkata, “Kami percaya!” Lalu dia bawa beban 80kg, menyeberang ke sana, lalu balik lagi. Dan semua orang tepuk tangan. “Hebat, Blondin bisa lakukan itu!” Yang ketiga, dia tanya, “Kalian percaya nggak, aku bisa mengangkat salah satu dari kalian menyeberang dan kembali lagi dengan selamat?” Nggak ada satu orang pun yang muncul ke depan, kecuali ada seorang anak kecil yang muncul, lalu dibawa Blondin menyeberang lalu balik lagi.

Pertanyaan saya, yang mana yang menyatakan iman? Anak itu atau statement “Saya percaya! Kami percaya!” Yang mana yang iman? Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, iman itu bukan yang pertama. “Kami percaya! Kami percaya!” Tapi begitu Tuhan minta, nggak ada satu pun yang mau maju. Mundur semua. Itu bukan iman. Tapi iman yang sesungguhnya adalah, “Saya percaya, apa pun yang Tuhan minta, saya percaya itu baik, itu benar, dan karena itu saya menyerahkan hidup saya ke dalam tangan Tuhan untuk Tuhan pimpin.” Itu namanya iman.

Kemarin, di dalam pembinaan untuk pembicara KKR Regional yang di Solo, saya ada keluarkan 2 statement. Ada orang yang berkata seperti ini. “God said, I believe, that settles.” Itu yang pertama. Yang kedua adalah, “God says, that settles, I believe.” Maksudnya adalah, kalau Allah berbicara, saya percaya, selesai. Atau yang kedua, Allah berbicara, itu selesai urusannya, dan saya percaya.  Yang benar yang mana? Yang pertama atau yang kedua?  Yang benar itu yang kedua. Banyak orang Kristen melihat yang pertama itu benar. Allah berbicara, ya saya percaya. Kalau saya percaya, ya sudah beres kan? Selesai kan? Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juru Selamat. Dia mati di atas kayu salib untuk menyelamatkan kita yang berdosa ini. Percaya nggak? Percaya! Selesai ya. Hidup di dalam kekudusan, hidup di dalam ketaatan, hidup di dalam relasi dengan Tuhan, perlu nggak dibangun? Nggak perlu kan, karena saya sudah percaya selesai. Yang benar itu adalah ketika Tuhan bicara, apapun yang Tuhan katakan itu sudah final dan nggak perlu dipertanyakan lagi, dan saya percaya semuanya adalah kebenaran dan saya jalankan itu di dalam hidup saya. Itu yang sesungguhnya.

Makanya pada waktu kita berbicara tentang Blondin, satu sisi orang berkata, “Percaya. Percaya. Kami percaya Engkau bisa. Kami percaya!” Tapi begitu Tuhan meminta seperti si Blondin itu meminta kita untuk melakukan sesuatu yang beresiko dengan kehidupan kita, kita ngomong, “Tuhan, tunggu dulu ya. Nanti ya. Dalam hal ini kami mau hitung-hitung dulu. Dalam hal ini kami coba nanti melihat, Tuhan, Engkau bisa melakukan apa. Dan kita nggak serahkan hidup kita untuk itu, melakukan apa yang Tuhan inginkan.” Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, itu sebabnya saya katakan, ketika kita berbicara tentang iman, tentang Injil, kita perlu terus beritakan dan dengar itu dalam kehidupan kita dan tidak pernah bosan-bosan. Saya pribadi berani bersaksi seperti ini, saya yang 10 tahun yang lalu, di dalam mengerti tentang cinta kasih Tuhan, anugerah Tuhan, dengan hari ini itu berbeda. Dulu saya nggak sedalam hari ini di dalam mengerti, saya nggak selimpah hari ini di dalam mengerti kebenaran tentang cinta kasih Kristus di dalam hidup saya. Dan waktu itu saya tetap menggunakan hari-hari walaupun melayani, terus belajar untuk mengerti Tuhan dan diberikan satu karunia oleh Tuhan untuk terus bertumbuh di dalam kebenaran pengertian itu.

Lalu, hal lainnya adalah, berkaitan dengan tadi, iman dengan cara berdoa, lalu menjalankan itu dan setelah itu saya pentok, saya baru serahkan itu ke dalam tangan Tuhan. Yang benar yang itu atau yang kedua; saya percaya, saya jalankan itu sampai akhir di dalam iman yang saya miliki? Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, yang benar juga adalah yang kedua. Tetapi di dalam kehidupan orang Kristen, kita seringkali menggunakan yang pertama menjadi satu prinsip di dalam hidup kita. Akhirnya apa yang terjadi? Mentok sana, mentok sini, putus asa, kepahitan, lalu kecewa, mundur, mempertanyakan kebaikan Tuhan dalam hidup kita. Karena apa? Karena doa kita yang di awal itu adalah doa yang mekanik. Doa kita yang di awal itu adalah doa yang sepertinya kita berserah kepada Tuhan tapi setelah kita doakan, kita lupakan. Kapan kita ingat lagi? Ketika kepentok baru kita ingat lagi.

Kemarin Odelia ada WA di dalam group GRII bicara kutipan dari J. C. Ryle. Saya sangat setuju sekali dengan kalimat itu penting, “hidup yang berdoa”. Tetapi saya nggak ngerti Bapak, Ibu, Saudara, mengerti hidup yang berdoa itu seperti apa. Apakah hidup yang berdoa itu berarti saya mengawali hari saya dengan berdoa? Saya mengakhiri hari saya dengan berdoa? Saya mengawali pekerjaan saya dengan berdoa? Dan segala usaha saya dengan berdoa? Seperti itu lalu selesai. Kalau kita mengerti doa itu seperti itu, saya nggak heran walaupun Bapak, Ibu berdoa, Bapak, Ibu tetap miskin rohani. Saya nggak heran walaupun Bapak, Ibu setiap hari berdoa, Bapak, Ibu tetap nggak tumbuh di dalam rohani. Karena fungsi doa bukan seperti itu. Doa itu adalah satu aspek kita satu bicara komunikasi saya dengan Tuhan, saya berelasi dengan Tuhan, saya berbicara dengan Tuhan. Tetapi doa juga menandakan keberserahan saya ke dalam tangan Tuhan karena saya percaya segala sumber yang terjadi dalam hidup saya itu bersumber dari Tuhan. Itu doa.

Nah, kalau Bapak, Ibu memulai satu usaha tertentu, Bapak, Ibu berdoa, seperti itu, Bapak, Ibu mau melayani, Bapak, Ibu berdoa, seperti itu, Bapak, Ibu mau studi, berdoa, seperti itu, pertanyaannya adalah di dalam Bapak, Ibu berdoa untuk menyerahkan studi itu, pekerjaan itu, atau usaha yang dikerjakan itu, itu semua ada di dalam pimpinan Tuhan tidak? Termasuk dalam pelayanan. Semuanya ada. Dan Tuhan ingin kita ketika melayani, kita berdoa di hadapan Tuhan setiap hal yang kita jalani dalam kehidupan itu selalu kita lihat dalam relasi dengan Tuhan. Itu Namanya iman. Itu Namanya doa. Sehingga pada waktu kita mengalami sesuatu hal di dalam pergumulan apa yang kita kerjakan, kita langsung mikir, “Tuhan, Engkau mau apa ya.” Bukan berjuang sana, berjuang sini dengan kemampuan kita semata lalu kita berpikir ternyata segala sesuatu nggak bisa kita lakukan lalu kita baru ingat Tuhan, “Oh iya ada Tuhan ya. Saya perlu doa kepada Tuhan untuk hal ini.” Tetapi ketika kita jalani hidup, apapun yang terjadi itu pasti di dalam seijin Tuhan. Dan karena itu seijin Tuhan berarti saya perlu meresponi keadaan ini secara benar menurut terang firman Tuhan. Itu namanya hidup di dalam iman. Itu namanya hidup di dalam doa kepada Tuhan.

Saya yakin kalau kita melihat hal itu kita akan ada satu kekuatan untuk berjalan. Kita bisa memiliki hikmat untuk memutuskan mana yang benar, mana yang salah, apa yang harus saya lakukan, apa yang tidak boleh saya lakukan dalam hidup saya. Karena di dalam saya memutuskan segala sesuatu, saya bukan hanya melihat ini masalah horizontal, tapi saya melihat ada rencana Tuhan yang kekal yang ingin digenapkan dalam kehidupan saya pribadi sebagai orang Kristen, anak Tuhan. Dan saya harus melakukan apa untuk meresponi keadaan itu atau kehendak Tuhan itu di dalam hidup saya.

Bapak, Ibu yang dikasihi Tuhan, sudahkah kita bertumbuh? Adakah Injil yang hidup di dalam diri kita? Atau itu hanya sebagai satu slogan yang kita ungkapkan dengan kalimat di dalam mulut kita tetapi sebenarnya apa yang kita ungkapkan itu pun tidak kita imani sungguh-sungguh karena kita kurang di dalam pemahaman itu. Hari ini Bapak, Ibu harus ngerti bahwa iman yang dikatakan Alkitab tidak seperti yang kita pikirkan. Iman itu keberserahan dan iman itu juga menunjukkan keaktifan. Karena di dalam keberserahan itu, saya tahu, semua itu dipimpin oleh Tuhan dan semua yang dipimpin Tuhan itu baik. Dan semua yang dipimpin Tuhan baik itu ada di dalam kendali Tuhan yang baik itu. Bukan hanya untuk Tuhan, tetapi juga untuk diri kita. Dan Tuhan ingin kita nyatakan hidup seperti ini. Kenapa kita perlu dengar firman? Untuk mengenal Tuhan. Setelah Saudara mengenal Tuhan, apa yang harus Saudara lakukan? Ya percaya kepada Tuhan itu kan. Jalani hidup dengan iman yang percaya kepada Tuhan itu dengan segala pengudusan yang Tuhan kerjakan dalam hidup kita.

Saya sambung sedikit ya, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, orang Kristen harus bertumbuh di dalam pengudusan kan? Pertanyaan saya, pengudusan itu apa definisinya? Ada yang memberikan definisi ini, saya lihat ini benar ya, pengudusan itu adalah dalam dua pengertian. Pertama, sempurna di dalam kasih kepada Allah dan sempurna di dalam ketaatan kepada Allah. Itu pengudusan. Walaupun kita hidup dalam dunia ini belum bisa sempurna tapi kita menuju kepada proses sempurna itu ketika kita bertemu dengan Tuhan. Dan pada waktu kita hidup dalam dunia ini, apa yang Tuhan akan lakukan? Mendidik kita untuk sempurna di dalam kasih kita kepada Tuhan dan sempurna di dalam ketaatan kita kepada Tuhan. Tetapi untuk bisa lakukan itu kita perlu mengenal Tuhan, mengenal kasih Kristus, mengenal apa yang Tuhan kerjakan di dalam kehidupan kita sebagai manusia yang berdosa dan sudah diselamatkan oleh Kristus. Itu Injil.

Jadi, untuk siapa Injil? Injil itu memang satu sisi untuk orang di luar yang belum pernah mendengar Kristus sama sekali. Tetapi Injil juga adalah sesuatu yang diperuntukkan bagi kita yang ada di dalam, bagi kita yang merasa diri kita dekat dengan Tuhan, bagi diri kita yang merasa diri kita sudah diselamatkan di dalam Kristus, bagi diri kita yang merasa diri kita sudah lebih suci. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, mengapa saya bilang kepada diri kita yang lebih suci juga perlu mendengar Injil? Karena begitu Bapak, Ibu merasa diri lebih benar daripada yang lain, Bapak, Ibu adalah orang Farisi. Karena tujuan dari satu pengudusan, tujuan dari satu kehidupan saleh, itu bukan mengejar kebenaran dalam pengertian ketaatan yang sempurna yang saya bisa lakukan di dalam kehidupan saya, kesucian, ketidakberdosaan sama sekali. Tetapi tujuan dari kehidupan yang saleh itu adalah saya mengenal Kristus, saya berelasi dengan Kristus, saya percaya kepada Kristus, saya mengandalkan Kristus dalam kehidupan saya, dan buah daripada relasi saya dengan Kristus itu dinyatakan dari kehidupan yang saleh, yang suci itu. Itu yang benar.

Makanya pada waktu kita datang kepada Tuhan, ibadah, baca Alkitab, saya mau tanya, Bapak, Ibu dapat apa? Adakah pertumbuhan di dalam relasi kita dengan Tuhan? Adakah pertumbuhan di dalam pengenalan kita akan Tuhan? Adakah pertumbuhan di dalam cinta kasih kita kepada Tuhan dalam hidup kita? Kalau kita makin dekat dengan Tuhan, saya percaya Roh Kudus yang ada di dalam diri kita yang Tuhan itu akan memproses kita dan menguduskan kehidupan kita. Dan buah-buah Roh akan ada di dalam kehidupan kita.

Itu sekali lagi saya bilang, pada waktu kita berjalan, Injil itu bukan hanya untuk orang luar, tapi Bapak, Ibu yang mendengar Injil harus menerima Injil itu sebagai satu kebenaran pribadi di dalam kehidupan kita yang mengubah hidup kita. Makanya di dalam kita melayani, kita seringkali mendengar satu hal, kalau ada persoalan di dalam kehidupan kita, dalam pelayanan ada satu dosa yang kita lakukan, ada satu, mungkin, kekecewaan yang membuat kita mundur di dalam melakukan segala sesuatu, kemungkinan besar masalahnya itu adalah di dalam relasi kita dengan Tuhan, bukan di dalam relasi kita dengan sesama. Termasuk di dalam relasi suami-istri, masalahnya adalah relasi kita dengan Tuhan. Itu yang menjadi dasar untuk hal-hal yang lain yang kita lakukan di dalam hidup kita.

Jadi, hal pertama adalah waktu kita baca bagian Kisah 19, ternyata pelayanan Paulus menunjukkan Injil juga berguna, perlu diperdengarkan kepada orang-orang yang sudah percaya kepada Kristus atau orang-orang yang mengaku dirinya adalah murid dari Yesus Kristus. Yang kedua adalah ketika Injil itu dikabarkan, sekali lagi saya juga mau menekankan ayat ini bicara, Bapak, Ibu jangan pikir semuanya akan baik-baik. Setiap kali Injil dikabarkan, selalu akan ada yang namanya pemisahan. Selalu akan ada yang namanya orang yang bertobat dan percaya kepada Kristus dan ada orang yang menentang kepada berita Injil yang dikabarkan itu. Dan ini terjadi juga di dalam jemaat di Efesus. Pada waktu Paulus melayani, selama 3 bulan dia pergi mengelilingi rumah-rumah ibadah, mengabarkan tentang Injil Kristus, dan pada waktu dia sudah melayani itu, dia mendapatkan satu penentangan. Ada yang percaya, ada yang menolak. Makin banyak yang menolak ketika dia makin lama melayani di situ maka dia harus mengambil satu keputusan yaitu saya harus memisahkan murid yang mengikuti Kristus dengan yang tidak mengikuti Kristus.

Jadi pada waktu Injil diberitakan, satu sisi Injil itu mengabarkan satu cinta kasih dari Tuhan kepada manusia yang berdosa, kepada diri kita. Tetapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan jangan salah, Injil bukan hanya memberitakan tentang cinta kasih Kristus kepada orang berdosa tetapi Injil memberitakan penghakiman bagi manusia yang berdosa. Karena di balik berita Injil, ada orang yang menolak berita itu, kebenaran itu, dia akan kemudian dipisahkan oleh Tuhan dari jemaat-Nya yang taat kepada Tuhan. Dan Alkitab menyatakan hari itu akan makin jelas ketika Kristus datang kedua kali untuk menjadi hakim manusia yang berdosa.

Jadi pada waktu kita mendengar Injil, saya tekankan sekali lagi Bapak, Ibu mendengar atau tidak itu penting. Pada waktu kita mendengar Injil, Bapak, Ibu hanya mendengar itu sebagai satu berita yang, “Oh, sekali lagi saya dengar. Tapi saya sudah tahu. Saya sudah tahu maka saya tidak terlalu memperhatikan. Saya tidak lagi menguji diri saya, menguji hati saya, apakah hati saya sesuai dengan firman Tuhan atau tidak. Lalu saya mulai melihat orang lain. Saya mulai memikirkan orang lain, dia perlu Injil ini, karena Injil ini lebih cocok untuk diri dia tapi saya tidak. Saya sudah lakukan itu dalam hidup saya.” Biasanya orang yang bicara seperti itu dia lebih cepat jatuh. Injil itu untuk kita! Injil itu untuk berbicara merefleksikan kehidupan kita seperti apa sebenarnya. Itu yang harus kita pikir dan kita renungkan. Jangan sampai kita pikir, “Saya sudah tahu! Saya sudah tahu! Saya sudah ngerti!” Tapi sebenarnya kita memposisikan diri kita di dalam posisi, “Saya menentang Tuhan! Saya menentang Tuhan! Saya nggak menerima, karena apa? Saya sudah tahu! Saya nggak perlu lakukan! Saya sudah tahu, saya tidak perlu dengarkan! Saya sudah paham!” Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kiranya Tuhan boleh menolong kita di dalam hal ini ya. Ketika kita mendengar Injil, kita tahu bahwa Injil itu berbicara kepada diri kita.

Ada satu poin lagi yang perlu kita perhatikan, pada waktu kita berbicara Injil dan mendengar Injil, tujuan berita Injil itu dikabarkan itu adalah untuk menumbuhkan iman kita, untuk memperlengkapi kita di dalam pemahaman kita akan kebenaran firman, untuk membuat kita makin limpah di dalam pengertian kita akan Tuhan, untuk membawa kita makin percaya kepada Tuhan. Tapi ada satu poin yang kita harus pahami baik-baik, ketika firman atau Injil dikabarkan, tujuannya adalah untuk memperlengkapi kita buat melayani Tuhan. Ini menjadi poin yang tidak boleh diabaikan sama sekali. Karena pada waktu Tuhan memberitakan kebenaran-Nya, kebenaran itu tidak boleh berhenti pada diri kita, tetapi kebenaran itu harus dibagikan kepada orang lain. Makanya kalau Bapak, Ibu perhatikan di dalam pelayanan Paulus ada buah-buah dari orang-orang yang percaya dari pengajaran yang Paulus berikan. Lalu setelah mereka percaya apa yang mereka lakukan? Mereka tidak diam! Mereka turut memperhatikan jemaat, mereka turut pergi untuk memberitakan Injil lagi, meneruskan pekerjaan berita pengabaran Injil itu dalam hidup mereka. Dan ini adalah satu tugas, yang tadi saya katakan, yang Tuhan tetapkan untuk gereja ada di dalam dunia ini karena keberadaan gereja itu tujuannya adalah untuk mengerjakan tugas menjadi saksi itu. Tetapi kalau kita tidak pernah bisa, tidak diperlengkapi, kita nggak mungkin bisa bersaksi dengan baik dalam hidup.

Itu sebabnya Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya ajak kita sekali lagi, gunakan sarana yang ada. Ada PA, ikut PA. Ada KTB, ikut KTB. Ada kesempatan baca buku-buku yang baik, baca buku-buku yang baik tentang rohani. Itu semua untuk melimpahkan pengertian kita. Buat apa? Melayani Tuhan. Mungkin salah satu hal yang kita bisa ajukan ya, untuk mengetahui prioritas kita hidup itu untuk apa, adalah dari hal ini ya; mana yang lebih penting bagi Bapak, Ibu, Saudara, pertama, studi atau baca Alkitab? Bekerja atau belajar firman Tuhan? Mungkin bisa ditambah yang lain, kesibukan yang lain. Mana yang lebih penting? Kalau Bapak, Ibu, Saudara berkata, “Tentunya baca firman dan belajar firman dong!” OK, pertanyaan berikutnya, dalam satu hari Bapak, Ibu, Saudara habiskan waktu untuk bekerja dan studi, belajar berapa lama, untuk baca Alkitab berapa lama? Kalau kita punya waktu sebagian besar digunakan untuk bekerja dan melakukan aktifitas yang lain, tapi sedikit sekali waktu yang kita gunakan untuk baca firman, mungkin prioritas utama kita bukan firman, bukan kebenaran Injil tapi yang lain itu.

Tuhan ingin kita diperlengkapi, Tuhan ingin kita mengenal Dia dan itu sebabnya pada waktu Tuhan memberikan wahyu-Nya kepada kita, Dia memberikan wahyu apa? Apakah Dia memberikan wahyu tentang ilmu biologi? Apakah Dia memberikan kita wahyu tentang ilmu kimia? Matematika? Filsafat? Apakah Dia memberikan kepada kita ilmu tentang politik, seperti itu? Atau Dia memberikan kita ilmu tentang Tuhan dan keselamatan yang Tuhan kerjakan? Apa yang Tuhan wahyukan kepada kita? Kalau Saudara baca Alkitab, Alkitab itu bukan buku biografi tentang Kristus. Alkitab itu bukan satu buku yang bicara tentang ilmu kimia dan ilmu yang Saudara belajar di sekolah. Saya berkata ini bukan berarti bahwa yang kita pelajari di sekolah itu tidak penting, bukan! Semua itu penting. Tapi Saudara bisa melihat, semua yang ada di dalam dunia itu, adalah segala sesuatu yang Tuhan cipta, hukum-hukum yang Tuhan taruh di dalam dunia ini dan Tuhan percaya kalau kita memiliki terang firman, kita bisa mengerjakan semua itu dengan benar. Tuhan kasih kita kemampuan untuk menyelidiki dan meneliti dan mengetahui segala sesuatunya, tapi sayangnya adalah kita lebih berpikir apa yang Tuhan cipta dan hukum-hukum alam yang Tuhan berikan di dalam dunia yang kita teliti itu, itu jauh lebih penting daripada Tuhan yang mencipta itu. Itu sebabnya pada waktu Tuhan memberikan kitab suci-Nya, Tuhan nggak berikan itu semua, walaupun kadang Dia berbicara tentang hal-hal itu. Tapi yang paling penting adalah relasi kita dengan Tuhan itu seperti apa, yang suci. Penebusan yang Tuhan kerjakan dalam hidup kita itu bagaimana. Adakah iman yang kita berikan dalam Tuhan atau tidak? Itu yang jauh lebih penting yang Tuhan lihat di dalam kehidupan kita. Dan dengan relasi yang benar itu, kita pasti bisa menjalankan tugas kita sebagai seorang manusia yang dicipta s dengan gambar Allah untuk melakukan, menaklukkan bumi yang Tuhan cipta ini juga. Itu tujuannya.

Dan Saudara, selain itu yang lebih utama adalah untuk bisa ada damai sejahtera dalam bumi ini, caranya adalah bukan melakukan cinta kasih saja, tetapi membagikan kebenaran Inijl supaya orang yang belum mendengar itu bisa mendapatkan cinta kasih Kristus dalam hidup dia untuk bisa membagi cinta kasih lagi. Itu yang menjadi peran dan tugas penting dari gereja yang Tuhan tempatkan di dalam dunia ini yang Tuhan telah tebus dengan darah-Nya yang mahal itu. Dan kita berbagian di dalamnya karena kasih karunia Kristus. Kiranya Tuhan boleh memberkati kita ya. (HSI)