Doktrin & Praktek yang Benar (1), 26 Maret 2023

Doktrin & Praktek yang Benar (1)

Yak. 4:1-5

Vik. Nathanael Marvin

 

 

Bapak, Ibu, Saudara sekalian, seorang hamba Tuhan berkata bahwa, “Every doctrine is practical.” Setiap doktrin itu praktis. Doktrin yang tidak ada praktek atau aplikasinya bukanlah doktrin. Tetapi kita bisa lihat juga bahwa setiap doktrin ada praktek dan setiap praktek pasti di belakangnya adalah ada doktrinnya juga. Nah, ini adalah sebuah dalil kebenaran yang sebenarnya betul-betul kita harus lihat, betul-betul kita harus pikirkan, dan kita harus mengakuinya. Karena apa? Ini adalah kebenaran yang tidak berubah. Setiap doktrin itu praktis dan setiap praktek yang dilakukan oleh seorang manusia ataupun seorang pribadi Tuhan sekalipun, atau bahkan malaikat sekalipun, dibelakangnya itu ada doktrin, ada pengajaran. Kebenaran ini kita perlu terus kita pikirkan dan percaya bahwa doktrin itu praktis. John MacArthur katakan, “Dan faktanya, tidak ada yang lebih praktis daripada doktrin yang sehat.” Semakin sehat, semakin jelas doktrinnya, semakin jelas juga prakteknya. Semakin jelas nih doktrinnya ngajarin apa, point-nya apa, prakteknya juga semakin jelas. Harusnya demikian ya. Tetapi tugas pengkhotbah juga bukan saja menjelaskan doktrinnya, melainkan menjelaskan juga prakteknya. Itulah yang sebenarnya diajarkan oleh Yakobus. Di dalam seluruh kitabnya, dia lebih banyak jelaskan tentang praktek kehidupan orang Kristen itu seperti apa, “Ayo, lakukan firman Tuhan!”

Nah, dari kita mempelajari kitab Yakobus yang adalah mayoritas praktek firman Tuhan, di situlah kita bisa menemukan doktrin-doktrin yang mendasari kenapa Yakobus itu memberi nasehat seperti demikian, praktek kehidupan dari orang Kristen harus seperti apa. Ambil contoh ya, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, misalkan doktrinnya atau ajarannya adalah: “Allah Mahatahu.” Ya, “Allah Mahatahu.” Prakteknya apa ya, kira-kira ya? Doktrinnya sederhana. Ternyata doktrin itu bisa kita lihat dari 2 kata saja. “Allah Mahatahu.” Itu ajaran. Aplikasinya apa, Bapak, Ibu, Saudara sekalian? Bukan waktu kita mempelajari Allah Yang Mahatahu, mengetahui Allah Yang Mahatahu, mempercayai Allah Yang Mahatahu itu tidak ada prakteknya. Bukan demikian! Tetapi ketika kita sungguh-sungguh memikirkan prakteknya, kita akan menemukannya di dalam diri Allah Yang Mahatahu. Misalkan ya, kalau kita tahu, sungguh-sungguh percaya bahwa Allah itu Mahatahu, maka kita bisa melakukan praktek apa, Bapak, Ibu, Saudara sekalian? Yaitu kita bisa bersyukur karena Tuhanlah yang paling mengenal hati kita. Kita sendiri mungkin tidak kenal hati kita. Maka kita bisa tanya kepada pribadi yang lebih tahu, siapakah diri kita? Tanya Tuhan. Kemudian minta Tuhan supaya Tuhan beritahu, siapakah aku ini sebenarnya? Tujuan hidupku ini apa? Cita-citaku itu harusnya apa? Bukan menurut kehendak aku sendiri. Wah, luar biasa ya! Ternyata dari doktrin 2 kata, prakteknya banyak sekali kalimat-kalimat yang muncul.

Misalnya lagi ya, kita tahu Allah itu Allah Mahatahu. Tuhanlah yang tahu, kita harus bagaimana ke depannya. Tuhan tahu masa depan kita. Tuhan pasti menopang masa depan kita, karena Allah itu Allah yang Mahatahu. Bukan saja itu, doktrin tentang Allah yang Mahatahu ini membawa kita ke dalam doa yang lebih tekun kepada-Nya. Karena apa? Karena Dia itu Mahatahu. Dia tahu segala hal, maka kita mau terus bergantung kepada-Nya, mau terus berdoa kepada-Nya, supaya kita bisa tahu juga apa yang seharusnya kita lakukan di dalam bumi ini di mana kita hanya singkat saja. Nah, kurang lebih seperti itu contohnya.

Kalau mau contoh lebih lagi ya, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, lebih umum ini ya. Misalnya, kita punya doktrin bahwa “grup band Blackpink itu bagus.” Baru-baru ini, 2 minggu ini, 2 minggu yang lalu, Jakarta kehebohan ya. Grup Blackpink itu ya, grup band Korea itu bagus, seru, keren. Hanya singkat. Saya katakan itu bagus, itu seru, itu keren. Aplikasinya apa, Bapak, Ibu, Saudara sekalian? Puluhan ribu orang memenuhi Gelora Bung Karno. Hanya punya doktrin bahwa grup tersebut itu keren, bagus, gitu ya. Wah, rela membeli tiket! Saya cek juga ya, cek internet. Paling mahal tiket untuk bisa VIP, duduk menonton konser tersebut berapa? Wah, hampir empat juta! Ya, ini adalah suatu hal yang ramai, bagus. Mereka ada ibadahnya sendiri. Mereka itu sedang ibadah. Ibadah konser di Blackpink. Bajunya hitam pink. Terus kemudian, saya lihat juga perkakasnya apa? Perkakas untuk seru-seruan di konser itu palu ya. Palu hati warna pink juga. Mereka rela beli tiket ke GBK, nonton bersama-sama, dan lain-lain.

Kok bisa ya? Hanya punya konsep, “Grup itu bagus, grup itu keren, grup itu penting. Saya harus datang!” Itu moment kairos. Wah, mereka saja sadar kairos! Satu kali terjadi nih di Indonesia. Kapan lagi datang? Kurang lebih kayak gitu ya. Puluhan ribu menonton konser mereka. Karena memang background-nya sangat unik juga ya. Kalau kita pelajari, grup-grup band itu memang mereka itu bukan hanya senang-senang doang. Di belakang seluruh penampilan mereka yang perfect itu ada perjuangan setengah mati. Mereka kan harus seperti di asrama, terus dilatih puluhan jam untuk bisa menampilkan seluruh konser tersebut yang bagus, maka penggemarnya itu di seluruh dunia. Wah, itu luar biasa juga ya, kita pikir-pikir ya! Tapi itulah dunia.

Nah, uniknya setelah konser Blackpink itu, seminggu kemudian ada Aula Simfonia Jakarta yang mengkonserkan movie soundtrack. Itu juga penuh. Wah, semua nonton! Ada pemuda dari Yogyakarta rela pulang ke Jakarta nonton konser, bayar tiket, terus penuh lagi Aula Simfonia Jakarta, ribuan ya. Kalau GBK kan puluhan ribu ya, Aula Simfonia Jakarta itu ribuan orang. Kursi penuh semua dalam 2 hari. Nah, itu adalah kenapa ya orang bisa bergerak kayak gitu ya? Karena mereka punya doktrinnya sendiri. Punya ajarannya sendiri. Setiap doktrin ada prakteknya dan setiap praktek itu pasti ada doktrin yang mendasarinya.

Nah, sekarang kita bisa merenungkan, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, apa sih doktrin itu? Apa sih ajaran itu sebenarnya? Nah, seperti biasa ketika kita tidak ditanya ya, kita rasa kita sudah mengerti. “Oh, doktrin nggak penting!” Ini kan orang-orang Kristen suka katakan demikian. Padahal, itu pun doktrin. “Doktrin tidak penting”, 3 kata ya. Itu pun doktrin! Berarti dia sedang mendoktrin kita supaya doktrin itu tidak penting. Nah, ketika kita memikirkan doktrin, ketika kita tidak ditanya, kita tahulah doktrin, ajaran itu apa. Sedari kecil kita diajar kok oleh orang tua, sedari balita sampai SD, SMP, SMA, sampai kuliah, sampai orang tua pun sekarang tetap ngajarin sesuatu, belajar sesuatu. Ajaran itu hal-hal yang sehari-hari dalam kehidupan manusia ya. Bukan hal yang baru. Tapi ketika kita ditanya sekarang, apa sih doktrin? Apa sih ajaran itu? Oh, doktrin itu 1 + 1 adalah 2. Oh, itu doktrin. Itu tuh apa ya?  1 + 1 adalah 2 itu apa itu ya? Nah, ini kita penting ya untuk bisa belajar.

Doktrin, sederhananya adalah suatu iman. Ya, ternyata ya, doktrin adalah suatu iman atau rangkaian iman yang diterima seseorang dalam hatinya. Kita punya iman apa, kita terima, itu jadi doktrin kita. Instruksi, arahan, teladan, khususnya terhadap gaya hidup dan perilaku seseorang harus bagaimana. Makan harus bagaimana? Habis. Itu baru makan yang baik. Habis ya, jangan ada sisa. Tulang pun dihabiskan ya. Gitu ya. Itu doktrin keluarga tersebut. Doktrin keluarga tersebut apa? Suatu arahan. Suatu kepercayaan itu baik. Jadi, doktrin, ajaran, itu bukannya tidak penting. Pasti penting. Itu berkaitan dengan iman kita, berkaitan dengan perilaku kita. Itu instruksi yang terus kita lakukan dalam kehidupan kita.

Dalam 2 Timotius 3:16 dikatakan, “Segala tulisan yang diilhamkan Allah bermanfaat untuk mengajar.” Jadi, segala firman Tuhan ini untuk mendoktrin kita atau mengajar kita untuk memperoleh apa? “Iman timbul dari pendengaran akan firman Kristus.” Seluruh firman Tuhan ini bermanfaat untuk mengajar. Jadi, bahan dasar dari ajaran yang bermanfaat dan benar adalah firman Tuhan. Firman Tuhan itu sangat penting, sangat bermanfaat untuk membentuk iman kita. Nah, inilah sumber kebenaran kita. Makanya, gereja-gereja reformed itu selalu menekankan Sola scriptura, hanya berdasarkan Alkitab. Karena apa? Iman kita dari firman Tuhan, bukan dari firman kita sendiri atau firmannya iblis. Iman kita itu dari firman Tuhan. Ini yang membentuk kita. Nah, ini kita perlu memikirkan hal demikian untuk bisa terus belajar kebenaran firman Tuhan.

Di masa-masa puasa ini, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita juga bisa meluangkan waktu untuk lebih banyak lagi dengar firman Tuhan, lebih banyak lagi baca Alkitab. Saya selalu kasih tips ya untuk bisa terus baca Alkitab dengan tekun, dengan rajin, dengan ada target itu bagaimana? Yaitu ketika ada jenis-jenis Alkitab dari LAI, Bapak, Ibu, Saudara sekalian ya, coba kita beli. Saya punya Alkitab yang hijau ya, Bapak, Ibu, Saudara sekalian kalau pernah lihat saya khotbah, terus pakai Alkitab yang hijau. Itu Alkitab yang sebenarnya harusnya digemari oleh orang-orang dari gereja kharismatik. Karena apa? Itu adalah Alkitab edisi finansial. Jadi, maksudnya apa? Hijau kan? Nah, itu uang. Warna hijau itu uang. Kemudian, bedanya apa? Di dalam Alkitab tersebut, ada beberapa, kalau tidak salah 30 renungan yang berkaitan dengan materi. Bukan supaya kita menjadi materialistik, tapi justru supaya teosentris ya, bukan malah cinta akan uang. Terus kemudian, bedanya apa lagi? Terus, ketika ada teman saya lihat, ada yang stabilo hijau, stabilo hijau. Dia pikir itu saya yang stabilo-in. “Rajin banget! Semua ada stabilo hijau.” Ternyata, stabilo hijau itu adalah yang berkaitan dengan uang, dengan materi, dengan berkat jasmani. Itu distabilo-in. Siapa yang buat? LAI. Supaya apa? Supaya ini hati-hati, maksudnya. Bukan supaya kita cinta akan uang ya. Wah, kita cari ayat-ayat yang bersifat materi dan berkat! Bukan! Tapi supaya kita tidak cinta uang. Kita bisa menggunakan kekayaan kita, harta benda kita untuk kemuliaan nama Tuhan.

Di bulan puasa ini, kita bisa lebih juga ya. Bukan berarti kita harus puasa juga ya. Kita bisa memikirkan waktu-waktu yang kita luangkan itu seperti apa untuk bisa terus diajar oleh firman Tuhan supaya kita bisa terus bertumbuh di dalam Kristus. Channel-channel di Youtube itu banyak yang bagus kok tentang firman Tuhan ya. Baru-baru ini saya juga temukan channel-channel bagus. Saya coba dengarkan. Nah, itu sifat hati yang mau terus belajar kebenaran firman Tuhan. Nanti lama-kelamaan praktek itu akan kita temukan sendiri. Ketika kita banyak belajar doktrin, kita nggak perlu pendeta kasih tahu prakteknya apa. Kita tahu sendiri karena kita melatih diri kita antara 2 hubungan ini. Doktrin – praktek, praktek – doktrin. Prakteknya apa, doktrinnya apa? Doktrinnya apa, prakteknya apa? Itu kita harus otomatis. OK, ada pengkhotbah-pengkhotbah tertentu, biasanya di gereja-gereja lain itu lebih praktis. OK, bagus! “Oh, tahu. Pulang, saya harus kerjain apa.” Itu nggak masalah. Tapi kalau gereja reformed, kebanyakan kan doktrin ya. Semua ajaran, penjelasan firman Tuhan, Yakobus jelasin apa. Nah, itu butuh respon kita supaya kita bisa tahu, “Oh, apa sih prakteknya dalam kehidupan saya?” Pendeta bisa mengarahkan, “Ayo, kita melakukan sesuatu!” Tetapi, saya sendiri mengarahkan hidup saya sendiri untuk sesuai dengan kebenaran firman Tuhan. Itulah yang Rasul Paulus katakan bahwa, “Hidup orang Kristen harus berpadanan dengan Injil Kristus.” Hidup, praktek hidup orang Kristen harus berpadanan dengan doktrin Injil Yesus Kristus. Yang dimaksudkan Yakobus juga adalah kita harus berpraktek dengan benar, dengan dasar doktrin yang benar juga. Praktek hidup yang berpadanan dengan doktrin. Jangan sampai salah.

Orang Farisi berpuasa Senin-Kamis, seminggu 2x. Jadi, orang Farisi menggunakan uang yang dia tidak pakai untuk makan, bisa bersedekah. Baik kan? Luar biasa baik. Seminggu Senin, Kamis, berarti orang Farisi perutnya buncit nggak, Bapak, Ibu ya? Enggak lho. Mereka kurus-kurus, ganteng-ganteng ya, pakaian rapi-rapi. Mereka ada waktu Senin dan Kamis berpuasa. Uangnya dipakai apa? Bersedekah. Wah, prakteknya bagus sekali! Tetapi doktrinnya adalah, “Saya lakukan ini supaya orang memuji saya. Saya lakukan puasa. Saya berdoa di pinggir-pinggir jalan, bersuara keras, kalimatnya bagus, panjang, dalam, lebar, luas, gitu ya, supaya orang memuji doanya bagus.” Prakteknya benar, puasa, doa, bersedekah, tapi ternyata doktrinnya salah. Tuhan katakan, munafik. Salah tetap. Doktrinnya benar, prakteknya salah, ya salah juga. Nggak ngerti doktrinnya itu sungguh-sungguh dengan benar. Kita punya doktrin yang menjadi sebuah pembedaan adalah predestinasi, kedaulatan Tuhan. Akhirnya, kita malas ngapa-ngapain, tidur saja, nggak usah kabarkan Injil. Doktrinnya benar, prakteknya salah.

Sekarang Paulus katakan, “Harus berpadanan.” Doktrin dan praktek harus berpadanan. Kalau prakteknya benar, doktrinnya salah, munafik! Kalau doktrinnya benar, tapi prakteknya salah, ngaco! Ngawur! Nggak konsisten! Nggak bener! Harus benar! Pada bagian ini, Yakobus membahas sekali lagi, menekankan praktek hidup orang Kristen. Praktek kehidupan orang Kristen tidak boleh terlepas dari doktrin-doktrin yang sesuai dengan firman Tuhan. Orang Kristen seringkali ditipu. Kita hanya “Doktrin!” Prakteknya nggak ada. Atau kebalikannya. “Praktek!”, tapi doktrinnya salah, motivasinya salah. Ini salah. Kita untuk bisa mempraktekkan sesuatu yang baik dan benar, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, awalnya adalah benerin doktrinnya dulu. Kita harus punya knowledge of God, knowledge of self yang benar. Kemudian, perilaku itu seharusnya memancar keluar. Tidak harus dipaksa-paksa.

Maka di dalam teologi, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, yang utama itu pertobatan pikiran atau perilaku dulu? Waktu ngajar anak, tegur pikiran anak dulu atau tegur perilaku anak dulu? Jawabannya adalah pikiran dulu. Maka Rasul Paulus katakan di dalam Roma 12 itu, “Berubahlah akan pembaharuan akal budimu.” Pikiran dulu! Pikirannya sesat, perilakunya pasti sesat. Salah! Kalau cuma mau praktek, praktek, praktek, semua orang praktek bagus kok! Semua agama itu mengajarkan praktek yang bagus. Tapi Alkitab mengajarkan pikiran, ajaran, iman, instruksi, arahan yang betul sesuai dengan firman Tuhan. Maka, pengenalan akan Allah dan manusia ini sangat-sangat penting.

Bapak, Ibu, Saudara sekalian, siapakah diri kita ini? Kita adalah orang Kristen. Wah, Pak Tong pernah keras sekali di dalam videonya, katakan, “Kalau orang Kristen nggak suka firman Tuhan, jangan anggap kamu orang Kristen. Nggak usah ke gereja! Kamu bukan orang Kristen kalau kamu tidak suka belajar firman Tuhan. Orang Kristen itu hidup dari firman Tuhan. Terus menjalani hidup dengan firman Tuhan. Menyelesaikan hidup dengan firman Kristus juga. Kamu bukan orang Kristen!” Wah, keras sekali ya! Jangan katakan kamu orang Kristen kalau kamu tidak suka firman Tuhan. Kita ini adalah umat pilihan Allah yang sudah ditebus dengan darah Kristus. Itu doktrin, itu ajaran. Prakteknya apa? Kita umat pilihan, kita sudah ditebus dengan darah Kristus. Prakteknya jalan-jalan terus, main terus ya. Nggak pernah mencari Tuhan, nggak pernah beribadah. Itu bukan orang Kristen. Harus bertobat. Harus percaya Yesus sungguh-sungguh. Orang Kristen berarti pengikut Yesus Kristus.

Orang Kristen berarti orang yang sudah mengalami kasih yang besar dari Bapa sendiri, dari Kristus. Prakteknya apa sih? Coba kita renungin aja, Bapak, Ibu, Saudara sekalian ya. Kalau dengan konsep, pola pikir ini ya. OK, saya orang Kristen. Berarti pengikut Yesus. Prakteknya apa sih? Saya orang yang penuh kasih. Ya, sudah dikasihi begitu besar dari Allah Bapa. Prakteknya apa sih? Orang Kristen, orang yang mendapatkan pengampunan dosa dari Allah. Prakteknya apa? Orang Kristen berarti harusnya serupa dengan Yesus Kristus. Prakteknya seperti apa? Maka hidup kita itu akan limpah sekali. Bukan limpah dengan doktrin saja, tetapi limpah dengan praktek. Kalau saya pengikut Yesus, saya rela menyangkal diri, memikul salib, mengikut Yesus. Kalau saya betul-betul merasakan kasih Bapa yang begitu besar, karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, maka saya pun punya kasih yang besar kepada sesama kita manusia. Kalau kita betul-betul mendapatkan pengampunan dosa dari Tuhan, justru orang Kristen adalah orang yang paling bisa mengampuni kesalahan atau dosa dari orang lain. Orang Kristen yang tidak bisa mengampuni, jangan-jangan bukan orang kristen. OK lah, seluruh kebaikan yang kita lakukan itu sebenarnya bukan dari usaha kita. Sebagai manusia berdosa, kita nggak bisa mengasihi, nggak bisa mengampuni, Bapak, Ibu, Saudara sekalian ya. Tapi Roh Kudus dalam hati kita, yang ada diam dalam hati kita akan terus menggerakkan kita untuk bisa mengasihi dan mengampuni dengan kekuatan dari Allah sendiri.

Ya, jadi doktrin ini sangat penting ya kita pahami karena dengan semakin banyaknya doktrin yang kita miliki dan kita benar ya doktrin tersebut, itu otomatis kok perilaku muncul tanpa harus dipaksa. Karena kita betul-betul mengimaninya. Nah masalahnya, kalau kita sudah banyak doktrin tetapi hidup kita kering, hidup kita betul-betul tidak berbuah, kita salah mengerti doktrin tersebut. Kita belum sungguh-sungguh ya memahami apa yang diajarkan oleh firman Tuhan.

Sekarang kita lihat ayat 1, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, Yakobus 4:1 ya. Di sini Yakobus bertanya. Ini pertanyaan retoris ya. “Dari manakah datangnya sengketa-quarrels ya. “-dan pertengkaran-” fights, lebih keras lagi “-di antara kamu? Bukankah datangnya dari hawa nafsumu yang saling berjuang  di dalam tubuhmu?” Jadi, di bagian ini Yakobus memulai dengan pertanyaan retoris yang menunjukkan jawabannya sudah Yakobus berikan sendiri. Pertengkaran di antara orang Kristen terjadi karena apa, Bapak, Ibu, Saudara sekalian? Kita bisa temukan jawabannya karena beda doktrin. Pertengkaran di antara orang Kristen, bahkan pertengkaran, pergumulan di antara diri kita sendiri, ya di sini dikatakan hawa nafsu, passions ya yang saling berjuang itu, at war. Jadi, di dalam tubuh kita itu ada peperangan sendiri melawan daging, keinginan roh, kemudian melawan keinginan daging yang berdosa itu. Itu ada peperangan karena apa? Beda doktrin. Kita bisa bertanya ya, mana ayatnya yang menunjukkan bahwa pertengkaran ataupun perkelahian, sengketa ya, itu muncul dari perbedaan doktrin? Di sini dikatakan, di situ dari hawa nafsumu, passions ya, atau hasrat yang besar itu atau niat yang besar itu. Jadi, kenapa kita bisa bertengkar, kita bisa berkelahi, karena ada hasrat, ada keinginan.

Nah, perlu diketahui, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kenapa kita punya keinginan?  “Saya mau ibadah.” Kenapa punya keinginan itu? “Saya mau ibadah Minggu di GRII Yogyakarta.” Kenapa? Pernah pikirkan nggak, kita itu punya keinginan itu kenapa? Jawabannya adalah karena doktrin. Kita punya doktrin sendiri bahwa orang Kristen harus ibadah hari Minggu, maka kita haruslah ikut. Meskipun kita nggak ingin, tetapi kita juga bisa ingin untuk bisa beribadah. Jadi, kita punya selera atau kehendak itu dipengaruhi apa yang menjadi rangkaian iman dalam hati kita. Rangkaian iman, ya kalau kita belajar rangkaian-rangkaian gitu ya. Belajar rangkaian itu ibarat rohani kita itu banyak rangkaiannya dan itu banyak sekali yang harus dibereskan, maka sangat penting mengikuti kelas doktrin. Itu ada urutannya ya, Bapak, Ibu, Saudara sekalian kalau kita ikut kelas STRIS, itu ada doktrin Alkitab dulu. Diberesin rangkaian yang rusak itu dalam hati kita itu diberesin. Terus, dari doktrin Alkitab, doktrin Allah, pengenalan akan Allah diberesin dulu. Terus, pengenalan akan manusia diberesin lagi ya. Doktrin, doktrin terus semua diberesin. Kita akan menjadi orang Kristen yang kuat iman, yang serupa dengan Yesus Kristus. Jadi, caranya bukan memperbaiki perilakunya, tapi memperbaiki doktrinnya, imannya, pikirannya ya.

Nah, ini, Yakobus jelaskan bahwa di dalam tubuh kita sendiri ada peperangan rohani. Yaitu apa? Antara ajaran yang benar, maupun dengan ajaran yang salah. Ini selalu bertentangan gitu ya. Bertengkar. Di dalam diri kita ada peperangan rohani. Nah, itulah satu sisi Paulus katakan bahwa hari-hari ini jahat, meskipun hari-hari ini juga baik ya. Semua hari itu baik ya. Tetapi Paulus pernah mengatakan bahwa hari-hari ini jahat karena apa? Selalu menggoda kita untuk melakukan dosa. Nah, di dalam diri kita keinginan daging, natur manusia yang berdosa, kita ingin terus melakukan dosa, bukan melakukan kebaikan. Sedangkan keinginan Roh Kudus adalah melakukan hal yang kudus. Jadi, kita itu mulai bertengkar itu dengan diri kita dulu. Setiap hari kita ada peperangan rohani yang mungkin kita tidak sadari. Harus bangun pagi, misalkan untuk ibadah. Harus begini, harus begitu karena itu baik untuk kita, kita lakukan.

Dan kemudian, ketika kita mulai bergumul di dalam rohani kita, di dalam roh kita ada peperangan, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, nah, inilah yang sulit ya. Ketika ajaran yang salah muncul, menang nih misalkan ya. Harusnya begini. Kita bertemu dengan orang lain juga yang sudah bergumul sendiri kan ya. Ajaran yang benar dengan ajaran yang salah. Sudah, yang menang misalkan ajaran yang benar. Nah, di situ bisa ada konflik ya di dalam setiap kehidupan kita. Setelah salah satu yang menang dalam diri kita ini bertengkar, ajaran yang benar atau yang salah, pemikiran kita yang benar atau pemikiran kita yang salah, ketika kita masuk ke komunitas Kristen itu bermacam-macam kan ya. Ada ajaran yang benar, ada ajaran yang salah. Ajaran yang salah ketemu orang yang memiliki ajaran yang salah, bisa kompak ya. OK, sama-sama salah ya. Tapi bisa juga saling bertengkar. Kacau. Tetapi ajaran yang benar ketemu ajaran yang salah, bisa juga ya bertengkar, bermusuhan. Nah, kalau ajaran yang benar bertemu ajaran yang benar, nah, ini harusnya sinkron. Ini bisa saling mengasihi, gitu ya. Saling mengasihi satu dengan yang lainnya.

Kita di dalam komunitas gereja, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, Yakobus juga tekankan demikian. Tidak lepas dari yang namanya konflik, adu mulut. Yang paling parah dalam gereja itu mungkin fighting ya, adu fisik. Puji Tuhan ya. Saya jarang sekali lah, bahkan tidak pernah di gereja adu fisik ya. Adu jotos gitu nggak pernah ya. Tetapi adu mulut sering. Ya adu mulut, beda pendapat, beda iman, karena kita semua beda kan. Umurnya saja beda, gender-nya beda, background beda, terus pemahaman akan doktrinnya bisa beda, ya akhirnya bisa adu mulut, beda pengajaran. Makanya dikatakan bahwa kita itu selalu at wars. Selalu di dalam peperangan. Diri kita berperang dengan diri kita sendiri. Keinginan Roh Kudus yang dimiliki oleh orang Kristen, kemudian berperang dengan keinginan daging yang kita miliki juga natur manusia yang berdosa.

Nah, harapan Yakobus adalah dalam komunitas Kristen itu jangan terlalu banyak pertengkaran maupun perkelahian. Jangan! Karena apa? Karena komunitas Kristen itu disatukan oleh satu iman yang sama, yaitu firman Tuhan. Terus, baptisan yang sama dalam nama Allah Tritunggal. Maka ini yang diharapkan Yakobus ketika melihat atau mendengar bahwa pendengarnya atau orang yang membaca suratnya itu ada timbul perkelahian. Justru, kita di dalam komunitas kristen, kita tetap bertahan. Kan kadang-kadang gini ya, Bapak, Ibu, Saudara sekalian. Ada orang yang nggak cocok nih di gerejanya karena mungkin ibadahnya wah, kayak gini, nggak enak, nggak sesuai dengan genre lagu saya, misalkan. Nah, kan ada konflik toh. Dia ada konflik dengan ibadahnya. Nah, kemudian bagaimana untuk menghilangkannya? Apakah bisa rekonsiliasi dia dengan ibadah itu tersebut? Wah, susah. Itu butuh proses. Bahkan ada hamba Tuhan ataupun orang-orang Kristen itu mengatakan, orang yang datang ibadah ke GRII 1x dengar khotbah itu bisa nggak tahan. Udah, pulang. Apa sih, khotbah apa ya? Maka harus dikasih uji coba. Pokoknya kamu tahan. Kamu tahan ke GRII 10x tapi rutin, jangan bolong-bolong. 10x kamu bisa tahu perbedaannya khotbah di GRII dengan khotbah di tempat gereja asalmu. Asal rutin. Jangan minggu ini ke GRII, minggu depan ke gereja lain. Minggu depan lagi ke GRII, minggu depan ke gereja lain. Itu berubah-ubah terus. Ya, ajarannya berubah-ubah, imannya juga nggak stabil, dan hidupnya juga nggak terbiasa, nggak adaptasi. Jadi jawabannya untuk rekonsiliasi bagaimana? Ya orang itu yang harus memang beradaptasi, belajar kenapa gereja ini memilih lagu ini? Misalkan ya. Kenapa lagu ini yang terbaik menurut gereja ini? Dia pikirkan. Sampai adaptasi-adaptasi, dia bisa kok.

Kalau kita lihat artis-artis di Indonesia, orang-orang yang punya talenta di musik klasik, Bapak, Ibu, Saudara sekalian ya, kan bagus kan? Wah, padahal bukan Kristen, bagus nyanyi-nyanyinya, pujiannya klasik lah. Tapi dia juga bisa kaya menyesuaikan ke lagu yang lain, lagu pop, lagu jazz – bisa nyanyi juga. Dia nggak anti. Aneh kan? Padahal non-Kristen lho. Non-Kristen suka klasik, dibelajarnya dari kecil klasik, tapi ketika besar, OK lah pop juga. Karena mereka bukan dalam suasana ibadah, itu suasana sehari-hari, suasana untuk manusia bahkan. Tapi kita ibadah itu, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, sebenarnya prinsipnya harus melebihi upacara bendera. Sisi seriusnya, sisi kehormatannya demikian. Di upacara bendera, nggak ada yang macam-macam, semua lagunya hikmat, serius, menghormati para pahlawan, gitu ya, menghormati bendera – kalau bendera jatuh dibakar diinjak, oh marah. Sama seperti kita, misalkan salib Yesus diinjak dihancurkan marah juga. Gitu ya. Nah kaya gitu ya, jadi ternyata ada salah satu yang harusnya akan beradaptasi, tapi harus sesuai dengan kebenaran firman Tuhan.

Jadi waktu kita masuk ke komunitas, pasti banyak konflik nih. Ada adaptasi, ruangan, ada adaptasi dengan orang-orangnya ya, orang-orang Jogja dan yang lain. Nah itu maksudnya apa? Seperti Amsal katakan, “Besi menajamkan besi. Manusia menajamkan sesamanya.” Kita akan semakin terasah ketika kita masuk ke dalam komunitas: mana ajaran yang benar, mana orang yang saleh, mana orang Kristen yang palsu. Kita akan bertemu dengan semua orang di sana, di dalam komunitas gereja. Bagaimana kita sebagai orang berumur 30 tahun, berperilaku kepada anak-anak SD yang berumur 12 tahun. Kita akan berlatih, konflik konflik, nggak bisa nggak bisa. Saya lihat di gereja pun, ada orang-orang yang… sayang sekali ya, dia tidak terus mau belajar, akhirnya apa? Ya udah, dia ke gereja karena orang lain. Sehingga ketika di dalam gereja, ya dia diam saja. Karena saya ke gereja karena orang lain. Tidak mau dibentuk, diasah untuk semakin rohani di dalam Tuhan supaya bisa melakukan kehendak Tuhan.

Nah, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ada kalimat dari Pdt. Anton ya di kelas dia sempat katakan demikian, seperti ini, “Saudara kandung sama-sama terima anugerah dalam satu rumah. Ini saudara kandung. Saudara kandung sama-sama terima anugerah dalam satu rumah – berarti mereka saling mengasah di rumah. Ketemu saudara kandung, kakak atau adik, mereka diasah. Saudara seiman sama-sama terima anugerah dalam satu iman, kita ini saudara semua, karena satu iman di dalam Yesus Kristus. Anugerah keselamatan Yesus Kristus itu sama. Dan itu diberikan dari berbagai tempat ya. Itu saudara seiman. Tetapi yang ketiga adalah saudara seperjuangan, sama-sama terima anugerah dalam satu visi, saudara seperjuangan. Nah ini lebih dalam lagi. Yang satu saudara kandung, terima anugerah dalam satu rumah. Saudara seiman terima anugerah sama-sama dalam satu iman. Saudara seperjuangan sama-sama terima anugerah dalam satu visi – visi yang Tuhan berikan. Nah pemahaman inilah yang membuat akhirnya kita terus belajar berdamai dengan komunitas gereja. Berdamai bukan berarti kita membiarkan, terima-terima saja, justru kita beradaptasi. Kalau kita ada yang nggak setuju, kita bisa ungkapkan. Nah itu namanya saling mengasah sesama manusia gitu ya. Tapi waktu konflik, jangan mundur, terus maju, mau diubahkan oleh firman Tuhan. Nah itulah kenapa Tuhan memberikan sarana, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, untuk pengudusan orang Kristen itu salah satunya adalah persekutuan orang kudus.

Pdt. Stephen Tong kan pernah jelaskan ya, lima, ada lima hal yang menguduskan kita. Lima professor, professor terbaik yang menguduskan kita. Apa saja?

  1. Allah Bapa
  2. Allah Anak, yaitu Yesus Kristus
  3. Allah Roh Kudus, Tiga pribadi dari Allah sendiri, Allah yang satu itu menguduskan kita, menyucikan kita.
  4. Kitab Suci, firman Tuhan
  5. Orang suci. Orang suci menguduskan kita juga.

Jadi kita harus terus ada di dalam lima hal ini supaya kita semakin benar, baik doktrin maupun perilakunya.

Bergaul terus dengan Allah Tritunggal, bergaul terus dengan firman Tuhan, bergaul terus dengan orang-orang suci. Jangan sampai kita meninggalkan komunitas gereja. Iman sejati ditunjukkan dan ditumbuhkan di dalam damai sejahtera. Perkelahian dan peperangan dalam komunitas orang Kristen, itu sama sekali tidak ada tempatnya. Jadi Bapak, Ibu, Saudara sekalian bertengkar? Wah yang paling sedih marah itu adalah Tuhan ya. Kita bertengar satu dengan yang lainnya, kita konflik gitu ya, nggak setuju satu dengan yang lainnya, itu bukan yang diinginkan oleh Tuhan. Ini yang diajarkan Yakobus juga.

Yakobus jelaskan tentang hukuman dan ajaran bagi orang Kristen yang dikasihi Tuhan dan dianggap Tuhan sebagai anak. Yakobus jelaskan dengan demikian. Ayat 2, kita lihat ya ayat 2, “Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi. Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa.” Ayat 3, “Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu.” Di sini Yakobus jelaskan tentang dosa-dosa yang sangat umum terjadi di dalam komunitas gereja. Common sins in the church – apa itu? Suatu hati yang melawan, suatu hati yang tidak damai, suatu pertengkaran, bahkan iri hati. Kenapa muncul hal ini? Bukan saja itu. Ada perbedaan-perbedaan doktrin juga. Ini adalah dosa yang umum terjadi, dan Yakobus sudah melihat. Oh, namanya orang berdosa, ketemu orang berdosa, pasti ada pertengkaran. Nah itulah yang dialami oleh suami istri di rumah, pasti ada konflik, pasti ada kesulitan, pasti ada pertengkaran. Karena apa? Dosa yang umum. Namanya juga manusia berdosa bertemu dengan manusia yang berdosa. Nah akhirnya terjadi banyak pertengkaran, perkelahian, dan bukan saja itu, beda ajaran – kita semua punya beda doktrinnya sendiri ya, satu dengan yang lainnya Bapak, Ibu, Saudara sekalian.

Maka Yakobus jelaskan, ini dosa yang umum. Tetapi dosa yang umum ini bukan berarti dibiarkan, “Ah itu biasa terjadi. Ya udahlah nggak usah dibereskan.” Bukan. Justru karena sudah biasa, sudah umum terjadi, itu yang seharusnya kita tahu bagaimana menyelesaikannya. Kita belajar cara menyelesaikan iri hati, kita belajar cara menyelesaikan perkelahian, kita belajar menyelesaikan pertengkaran satu dengan yang lainnya. Dan ini adalah dosa yang sebenarnya dikatakan para teolog sebagai seperti pandemi. Iri hati itu bisa menular. Perkelahian itu bisa menular satu dengan yang lainnya. Coba ambil contoh seperti ini ya, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kalau kita ngomongin kejelekan orang, kejelekan orang ke orang lain ya, terus kemudian kita sudah lega, kita nggak benci lagi orang yang kita anggap jelek. Tapi orang lain bisa benci orang yang kita anggap jelek tersebut. Jadi ternyata itu menebar, seperti pandemi kebencian kita ya. Maka hati-hati. Hati-hati di dalam berbicara maka jangan sampai kita berbicara dengan salah ataupun kepada orang yang salah, karena itu bisa menimbulkan kebencian.

Nah dosa pertengkaran, perkelahian, iri hati ibarat pandemi, kalau imunnya tidak kuat, ya, imunnya tidak kuat, kita akan terjebak gossip itu sendiri, oh kita jadi benci orang tersebut. Nah ini bahaya ya. Kenapa ada pertengkaran? Yakobus jelaskan, ini muncul dari desire for pleasure – yang tidak terjadi dalam diri orang tersebut, Hasrat untuk sukacita, hasrat untuk senang itu tidak terjadi, maka bisa bertengkar. Nah seringkali rasa sukacita manusia itu sebatas sensual saja, atau kenikmatan daging ya. Kita suka kalau yang bagi kita tuh, bagi daging kita enak, bagi tubuh kita bagus gitu ya, tapi sebenarnya itu berdosa. Nah itu sebenarnya bertentangan dengan keinginan Roh Kudus. Itu seperti magnet yang bertolakan. Jadi keinginan daging kita, keinginan berdosa kita, itu bertentangan dengan keinginan Roh Kudus, seperti air dan minyak, gitu ya, tidak mungkin sersatu. Nah itulah kenapa akhirnya jadi ada konflik atau peperangan rohani di dalam diri kita.

Maka Yakobus juga memikirkan, mengajak kita memikirkan bahwa apa sih yang paling membuatmu sukacita atau senang. Apa sih passion-mu? Hawa nafsu ini passion ya maksudnya, bukan yang langsung dosa gitu ya. Tapi hasrat terbesarmu itu apa sih? Kenapa kamu bisa sukacita, kenapa kamu bisa senang? Itu yang perlu dipikirkan. Apakah duniawi atau sebenarnya yang Tuhan inginkan. Sukacita Tuhan menjadi sukacita kita juga. Itu yang sebenarnya kita perlu kejar. Yang ditegur Yakobus dalam bagian ini bukannya fenomena luar saja. Fenomena luar tetapi motivasi diri dari setiap orang Kristen, apakah sungguh-sungguh punya doktrin yang benar, apakah sungguh-sungguh punya iman yang benar, apakah sungguh-sungguh punya pleasure atau rasa suka yang tepat, rasa senang yang tepat dari Tuhan. Nah itulah yang akhirnya menentukan praktek kehidupan orang Kristen seperti apa.

Ingat, pertengkaran pertama kali yang begitu besar dicatat di Alkitab dalam kisah apa, Bapak, Ibu, Saudara sekalian? Bukan dari suami istri ternyata. Kisah pertengkaran yang pertama kali dicatat di dalam Alkitab adalah dari saudara kandung, yang sama-sama terima anugerah dalam satu rumah, yaitu Kain dan Habel. Kain dan Habel, sama-sama dari keluarga yang sama, orang tua mereka sama Adam dan Hawa, tetapi mereka, si Kain terutama ya, Kain punya iri hati, padahal Habelnya baik, dia adik yang baik. Puji Tuhan ya, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, di dalam Alkitab itu kisah pertengkaran yang besar itu tidak terjadi di suami istri ya. Bayangin Adam membunuh Hawa, itu wah orang langsung takut menikah semua ya? Adam membunuh Hawa – wah ini manusia begitu berdosa, begitu kasar. Sekarang kan banyak terjadi gitu ya. Suami bunuh istri, istri bunuh suami. Nah itu mengerikan. Tapi di dalam Alkitab itu dijelaskan Adam dan Hawa terus takut dalam, ya meskipun sudah jatuh dalam dosa, mereka takut dalam Tuhan, terus berharap pada firman Tuhan. Mereka melakukan tugas mereka dengan sungguh-sungguh, ya. Tetapi anak mereka ada yang kemudian di dalam komunitas, dia tidak bisa tahan, dia iri hati, dia mau berkelahi dengan Habel, membenci, bahkan membunuh Habel.

Apa sih doktrin yang dimiliki oleh Kain? Doktrin yang dimiliki oleh Kain adalah “Tuhan jahat. Tuhan jahat karena menolak persembahan saya. Tuhan pilih kasih karena menerima persembahan Habel. Habel adalah sainganku, Habel ini sok baik, Habel ini mengganggu hidupku. Bukan adikku. Aku tidak punya tugas untuk menjaga adikku.” – nah itu semua doktrin, Bapak, Ibu, Saudara sekalian. Akhirnya tindakannya apa? Tindakannya memanggil Habel ke ladang terus memukul Habel sampai mati. Itu tindakannya, didasari doktrin-doktrin yang dia miliki. Inilah kecelakaan manusia berdosa. Ketika manusia berdosa salah doktrin, tindakannya pun pasti salah. Kain terus berdoa supaya persembahannya diterima Tuhan, tapi ternyata Tuhan tolak. Kain pun berdoa, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ketika Kain mempersembahkan hasil pertaniannya. Namanya persembahan kan harus doa kan ya, harus doa ke Tuhan, namanya kita memberikan sesuatu kepada Tuhan, tetapi doanya tidak dijawab. Kenapa? Karena self-centered, wrong motivation, wrong doctrine. Harusnya Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kalau kita punya doktrin yang benar kan gini: Kita persembahan kepada Tuhan, terus Tuhan tolak persembahan kita. Berarti kita kan langsung self-introspection ya? “Oh kenapa Tuhan tolak saya? Tuhan paling benar ya, kalau melakukan sesuatu pasti benar. Nah kenapa Tuhan tolak persembahan saya? Berarti saya yang salah.” Kan gitu kan harusnya, kalau imannya benar, doktrinnya benar. Tetapi karena doktrinnya salah, motivasi Kain juga salah waktu memberikan persembahan, sehingga ketika Kain memberikan persembahan kepada Tuhan justru Tuhan tolak, Kain jadi marah, “Kok persembahan saya ditolak, harusnya terima dong. Ini sudah yang terbaik kok!” Nah itu karena pemahaman-pemahaman yang ada di dalam diri Kain.

Nah kita bisa bertanya dalam kisah ini, kenapa seringkali doa-doa manusia pada Tuhan itu tidak dijawab? Atau jawabannya adalah “Tidak”. Kenapa jawabannya adalah “tidak” untuk doa-doa kita? Karena seperti Kain, mungkin kita salah doktrinnya, mungkin kita salah motivasinya, mungkin kita salah pemahamannya. Yakobus memberikan jawabannya, kenapa doa-doa seringkali tidak terjawab? Karena doa itu merupakan doa yang berasal dari self-centered desire – jadi hati yang self-centered, maka seringkali tidak dijawab oleh Tuhan. Doa yang salah doktrin pasti ditolak oleh Tuhan ya, itu sudah pasti. Meskipun kita bisa juga ya salah menilai: wah doa saya dijawab, pasti benar, pasti dari Tuhan. Misalkan ya. Padahal kan belum tentu juga ya kita punya permohonan, ketika terjadi, apakah betul dari Tuhan? Itu kita perlu merenungkannya juga.

Sekarang ayat 4, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, Yakobus 4:4, “Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah.” Kata yang dipakai, “Hai orang-orang yang tidak setia” ini lebih kasar lagi sebenarnya, ya yaitu Yakobus katakan, “You adulterous people!” – kamu para pezinah, kamu itu orang-orang yang tidak setia, para pezinah rohani. Yang dimaksudkan Yakobus adalah pezinah rohani ya. Kamu tuh orang pelacur, kurang lebih kaya gitu ya, kaya pelacur lah. “Karena kamu yang melakukan perzinahan tidak kah kamu tahu kamu bersahabat dengan dunia? Setuju pada doktrin dunia, setuju pada pemahaman dunia? Maka kamu sedang berzinah dengan dunia. Padahal yang seharusnya kamu setia kepada Allah.” Yakobus menegur dan keras sekali kepada para pembacanya. “Kamu semua para pezinah!”

Bukan Yakobus benci kepada jemaatnya ya Bapak, Ibu, Saudara sekalian. Ya kadang-kadang kita dengar orang keras gitu ya. Kita pikir orang ini benci sama kita. Padahal nggak! Padahal orang tersebut benci kepada dosa yang kita lakukan, sehingga keras. Tegur. Bukan benci sama orangnya. Yakobus inginkan agar orang itu harus sadar. Seringkali orang itu baru sadar kalau ditegur dengan keras. Kalau ditegur dengan lembut-lembut saja, misalkan ya, baik-baik aja, semua nggak ada masalah, nggak ada dosa, sering kali kita justru terlena, tidak sadar akan dosa kita. Nah ini mengingatkan teguran Tuhan atas dosa orang-orang Israel di Perjanjian Lama yang memang seringkali berzinah secara rohani. Yakobus ingin para pembacanya itu jangan sampai melakukan kesalahan seperti orang-orang di Perjanjian Lama, yaitu apa? Berzinah secara rohani, menyembah berhala, meninggalkan Tuhan. Itu perzinahan secara rohani.

Waktu kita baca bersama ya, bible reading ya Bapak, Ibu, Saudara sekalian ya, bible reading, kita baca bersama, kita sudah masuk ke kitab Hosea. Di situ dijelaskan apa? Hosea jadi alat peraganya Tuhan, ya bagaimana Hosea itu ibarat Tuhan, kemudian harus menikahi pelacur. Pelacur itu adalah kita, bangsa Israel, umat pilihan Tuhan. Yang kemudian akhirnya si pelacur tersebut ketika sudah dinikahi, akhirnya terus melacur, terus berzinah dengan orang-orang yang bukan pasangannya. Ya Hosea menjadi alat peraganya Tuhan. Sampai harus kasih alat peraga manusia, supaya manusia mengerti bahwa mereka sudah berzinah secara rohani. Bukankah kasih contoh bisa kan Bapak, Ibu, Saudara sekalian, suami yang setia, istri kemudian yang melacur. Sudah jelas kan? Tapi kenapa Tuhan harus kasih nabi-Nya sendiri, pendeta diminta untuk menikahi pelacur. Ini kan nggak masuk akal. Ini hal khusus yang Tuhan ijinkan di dalam sejarah kekristenan adalah nabi Hosea harus menikahi pelacur. Apakah pelacur itu orang Kristen? Bukan! Apakah pelacur itu umat pilihan? Bukan loh! Tapi dia harus taat sama Tuhan karena Hosea punya tujuan khusus, yaitu menjadi alat peraga bagi bangsa Israel.

Kita jangan ikut-ikutan Hosea ya! Kita bisa mengabarkan Injil kepada para pelacur, “Saya menikahi pelacur.” Gitu ya. Kita nggak! Kita ya seperti yang Alkitab jelaskan bahwa menikah dengan pasangan yang seiman, yang sepadan, itu yang harus kita lakukan. Tapi Hosea jadi contoh, itu berarti apa? Dosa perzinahan rohani itu sangat Tuhan benci. Kita sudah jadi orang Kristen, agama kita Kristen. OK. Sudah percaya Yesus? Sudah percaya Yesus tapi masih punya berhala-berhala di dalam kehidupan kita. Kita seringkali menyeleweng, itu berarti kita sedang bersahabat dengan dunia.

Persahabatan secara rohani itu ada 2 Bapak, Ibu, Saudara sekalian, yaitu apa? Persahabatan dengan dunia yang berdosa dan juga persahabatan dengan Allah. Ini dua jenis persahabatan ya. Dan ini saling bermusuhan satu dengan yang lainnya. Kalau kita bersahabat dengan dunia, pasti kita bermusuhan dengan Allah. Kalau kita bersahabat dengan Allah, kita bermusuhan dengan dunia. Itu pilih satunya jelas. Hitam putihnya jelas. Ini penilaian yang Tuhan berikan kepada kita semua supaya kita bisa jaga rohani kita. Umat Tuhan itu mempelai wanitanya Kristus, maka itu jangan berzinah dengan dunia, jangan tidak setia terhadap Kristus. Itu yang Allah inginkan dalam kehidupan kita.

Nah kita lihat lagi, kata dunia di ayat 4 ini Bapak, Ibu, Saudara sekalian, itu mengacu ke mana? Ya mengacu ke sistem keberadaan manusia dalam berbagai aspeknya ya. Kata “dunia”. Kita pikir kan “dunia”, berarti semua ciptaan Tuhan, semua manusia itu kita jauhi. Nggak gitu ya! Kata dunia ini bukan soal fisik alam semesta, karena ciptaan Allah itu baik ya. Dan juga bukan pula manusia yang diciptakan dalam gambar dan rupa Allah. Meskipun manusia tersebut sudah jatuh ke dalam dosa. Tapi kata dunia ini adalah sistem, ya sistem keberadaan manusia dari berbagai aspek yang memang evil, yang memang berdosa. Sistem keberdosaan, budaya yang berdosa. Itu yang Yakobus maksudkan, bukan soal alam ciptaan Tuhan, dunia itu, bukan soal manusianya juga karena Tuhan minta kita untuk mengasihi sesama kita manusia. Ya berarti kita coba bersahabat kan dengan sesama kita manusia berdosa. Sesama manusia yang diciptakan serupa dan segambar dengan Allah kita belajar mengasihi, kita belajar berteman meskipun mereka non-Kristen. Kita belajar untuk mengerti mereka, kebutuhan mereka apa. Berbuat baik kaya gitu ya.

Nah ini kata “dunia” ini mengacu kepada budaya berdosa, di mana budaya yang berdosa itu melawan Tuhan dan kerajaan Tuhan. Kalau kita ingat ada budaya-budaya yang begitu mengerikan Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ambil contoh kasus suku di India itu punya budaya kan kalau suaminya mati, ya suaminya mati duluan, istrinya harus ikut dibakar. Dibakar mati dengan suaminya. Supaya apa? Supaya setia terus. Sepasang itu kalau satu mati, yang istri harus ikut mati juga, dibunuh. Wah ini kan budaya yang jelas-jelas melawan Tuhan. Tapi bagi mereka adalah penghormatan. “Itu yang benar kok, istri itu harus setia sama suaminya. Suami mati pun, istrinya ikut mati.” Wah luar biasa kan. Keren ya, berkorbannya luar biasa. Tapi itu budaya yang berdosa. Budaya yang berdosa bertentangan dengan budaya yang kudus. Itu tidak diinginkan.

Nah sistem pergaulan yang buruk, sistem yang bobrok, itulah yang bertentangan dengan kebenaran Tuhan. Nah mari kita lihat 1 Kor. 15:33 Bapak, Ibu, Saudara sekalian, 1 Kor. 15:33. Di sini dijelaskan ya tentang suatu sistem, sistem atau budaya yang bertentangan dengan budaya Kristus ya, budaya Tuhan. Mari kita baca bersama-sama, 1 Kor. 15:33, “Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.” Nah pergaulan yang buruk inilah yang ditentang oleh Yakobus, persahabatan dengan dunia, pergaulan yang memang jelas-jelas buruk loh ya, yang jelas-jelas berdosa. Kalau yang jelas-jelas berdosa kita hindari, kita musuhi, kita jauhi. Karena apa? Karena itu bisa merusakkan pergaulan yang baik atau budaya yang baik. Ya karena kita sangat mudah tercemar dengan dosa.

Coba bayangkan ya Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita masuklah ke perkumpulan LGBT. Ambil contoh ya. Budaya itu bagi mereka kan bukan dosa ya? Itu budaya, itu sah-sah saja, itu hak mereka untuk bisa suka sesama jenis. Kita masuk nih, kita masuk terus bergaul dengan mereka, kita jadi homo juga, kita jadi gay juga. Gay itu bukan sesuatu dari bawaan lahir, gitu ya, tapi itu sesuatu doktrin kita, itu sesuatu keputusan kita, “Saya mau jadi gay. Saya anggap sesama saya itu baik, lebih baik daripada lawan jenis. Saya lebih suka sesama jenis.” Nah itu doktrin semua. Akhirnya prakteknya adalah LGBT. Tetapi, sekarang komunitas Kristen yang baik, masuk orang LGBT, masuk ke komunitas Kristen. Kita bandingkan ya. Apakah orang tersebut tiba-tiba langsung jadi, wah, baik? Langsung jadi straight?

Kasus-kasus yang pernah saya pelajari tentang LGBT, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, paling maksimum ya, orang yang sudah LGBT, dia sudah gay, paling maksimum, paling bagus itu ya, paling bagus itu dia akan jadi hidup selibat. Dia bisa ada kecenderungan terus suka sesama jenis, paling bagus dia nggak mendekati sesama jenis, nggak menikah sesama jenis, paling bagus dia akan putuskan selibat, “Saya melayani Tuhan.” Untuk berubah jadi lurus lagi itu, wah, mungkin kasus langka ya. Bisa? Bisa dengan anugerah dan kuasa Roh Kudus. Tapi itu membuktikan bahwa natur manusia yang berdosa itu susah untuk berbuat baik dan benar. Kita lebih mudah untuk melakukan dosa.

Maka Yakobus tekankan jangan bersahabat dengan dunia, jauh-jauh. Bahkan Paulus pun mengatakan ya, “Mengatakan hal buruk saja jangan! Pikirin yang buruk saja jangan!” Karena nanti kita akan terus cenderung buruk, negatif. Bukan berarti kita nggak hati-hati ya Bapak, Ibu, Saudara sekalian, bukan berarti kita nggak hati-hati, kan hati-hati juga kan mikirin yang buruk yang bisa terjadi ya tetapi kita betul-betul jangan kebiasaan ngomong yang buruk. Itu jangan sampai diucapkan. “Udah, kita cerai aja!” misalkan suami istri kan, “Bercanda. Bercanda. Bercanda!” Wah, itu tu negatif kan, kata “cerai” aja sudah dosa lho. Maka ada pernah ya sharing dari guru-guru, ada kurikulum yang pernah salah di dalam pelajaran itu mengatakan bahwa, “Sebutkan contoh kata-kata kasar.” Di dalam pelajaran tertentu gitu ya. Ya murid-murid mikirinnya kata-kata kasar. Sebutin? Ya ini jadi dosa lah. Akhirnya itu kurikulumnya sudah salah, itu jaman dulu ya. Ternyata belum di update. Berarti kata-kata itu sudah nggak perlu lagi ya, tidak ada kosa kata, kita keluarkan kamus yang memang sudah negatif berdosa itu ya. Sudah kita keluarin saja dalam kamus hidup kita. Dosa itu dikeluarin, kata-kata itu tidak sudah dikeluarkan karena kita bisa terlibat hal-hal yang buruk ya.

Kebiasaan yang baik bisa rusak karena kita senantiasa membiarkan diri kita digoda oleh dunia sampai akhirnya kita berzinah dengan dunia, kita memberhalakan yang betul-betul Tuhan benci itu ya. Godaan kepada seorang pengantin ya Bapak, Ibu, Saudara sekalian ya, mulai dari mana? Mulai dari salah doktrinnya. Ya, salah doktrin tentang pasangan hidup, tentang istrinya, tentang perempuan lain. Dia punya pandangan sendiri doktrinnya ya, “Perempuan lain pasti lebih baik dari istri saya.” Ya itu doktrin-doktrin yang ngaco semua, akhirnya keputusannya adalah selingkuh, berzinah. Mulai dari melirik dulu, lihat dulu, “Itu bagus ya.” Begitu lihat istri, jelek ya misalkan ya. Wah, ini semua dari pikiran semua akhirnya melakukan tindakan yang salah. Nah secara rohani, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita seharusnya memberikan diri kita itu menghabiskan banyak waktu dengan Tuhan ya bukan menghabiskan waktu dengan apa yang kita suka.

Ayat terakhir Bapak, Ibu, Saudara sekalian, yang menjadi pembahasan kita hari ini, ayat 5, “Janganlah kamu menyangka, bahwa Kitab Suci tanpa alasan berkata: ”Roh yang ditempatkan Allah di dalam diri kita, diingini-Nya dengan cemburu!”” Roh Kudus, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, Roh Kudus itu betul-betul tidak setuju ketika kita melakukan persahabatan dengan dunia ya. Roh Kudus nggak setuju. Tapi Roh Kudus juga bukanlah Pribadi yang akhirnya membiarkan kita begitu saja, ataupun mengekang kita dengan begitu luar biasa keras. Padahal Dia bisa lakukan. Kita harus mengingat dan mengakui kebenaran ini bahwa Roh Kudus itu ada dalam hati orang Kristen. Jadi Roh Marvin bersama dengan Roh Kudus, kita harus ingat ya pribadi kita itu ada Roh Kudusnya ya. Roh Kudus sudah ada dalam hati kita melahirbarukan kita supaya kita sungguh-sungguh percaya kepada Kristus. Dan Roh Kudus itu ada dalam diri kita selama-lamanya. Nah Dia ada bersama kita itu secara kekal. Nah ini yang dimaksudkan Roh Kudus, Roh yang ditempatkan Allah di dalam diri kita, itu Roh Kudus. Itu senantiasa berdiam menaungi kita, dan akan terus mendorong kita memuliakan Kristus. OK.

Tapi pada waktu kita menjalankan kehidupan kita sehari-hari, Roh Kudus kan tidak serta merta membuat kita itu seperti robot atau kita itu seperti boneka ya. Boneka tali itu, di mana Roh Kudus itu Allah yang Mahakuasa terus menggerakkan kita dengan begitu saja tanpa mengubah hidup kita. Kita cuma jadi alat saja, terus kita nggak punya kehendak diri kita sendiri. Tidak! Roh Kudus itu ya, bukan seperti orang yang disebut sebagai control freak. Kita mungkin pernah dengar istilah ini ya, ada orang-orang yang disebut sebagai “control freak” maksudnya apa? Gila kontrol orang lain. Gila kontrol orang lain itu seperti apa? Dia itu terobsessi untuk menyelesaikan segala sesuatu dengan cara yang dia inginkan. Dan orang yang gila kontrol ini tertekan, bisa emosi, bisa marah, bisa sedih ketika seseorang tidak melakukan apa yang dia mau. Wah, langsung galau. Dia pengen ngontrol seperti puppet itu ya, boneka tali itu. Dia pengen mengontrol semua orang itu berdasarkan kehendak dirinya sendiri, egonya sendiri.

Nah orang yang gila kontrol atau control freak juga adalah orang yang mencoba membuat orang lain itu pokoknya semua harus sesuai keinginan mereka. Kalau ada segala sesuatu tidak sesuai dengan keinginan dia, maka dia akan paksa. “Harus gini, kalau nggak gua marah! Gua cerai!”,  “Harus gini, kalau nggak saya nggak ibadah lagi!” Bagaimana untuk memutuskan si control freak ini Bapak, Ibu, Saudara sekalian ya? Menegur lah, bukan memutuskan. Kita kan tetap mengasihi orang-orang yang gila kontrol gitu ya. Caranya adalah ya turuti aja, ancaman dia. Cerai, ya cerai aja. Bukan berarti saya suruh cerai ya, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, tetapi supaya dia sadar gitu ya. Sadar bahwa keputusannya salah. Ya tentu cerai salah ya. Cerai itu berdosa. Tapi kalau dia sudah control freak kan berarti dia mengekang kita, dia memaksa kita, kita itu bukan manusia lagi. Kita di hadapan dia sudah mati. Wah, kita di hadapan dia itu cuma robot, cuma boneka yang dia harus mainin terus, kalau nggak memberikan sukacita kepadanya dia akan bunuh kita.

Wah ini mengerikan. Ini bukan cuma terjadi di dalam relasi suami istri Bapak, Ibu, Saudara sekalian. Tapi relasi pertemanan itu kita bisa juga dikendalikan seperti ini. Itu yang namanya penipu misalkan ya, atau suatu orang-orang yang begitu memanipulasi orang. Pengen mengatur orang supaya semuanya melakukan apa yang dia mau. Kadang-kadang kita harus extreme juga ya untuk menghadapi orang yang seperti ini. Karena ini adalah dosa yang sudah begitu besar.

Nah maksud saya begini Bapak, Ibu, Saudara sekalian ya, Roh Kudus itu tidak demikian. Roh Kudus ada di dalam hati kita, dia lebih berkuasa dari kita, tapi dia nggak kontrol kita seperti gila kontrol, orang yang gila kontrol. Dia lembut sekali mengarahkan kita. Dia mengarahkan kita, membimbing kita, menegur kita, sampai-sampai kita itu kurang lebih jadinya lebih berkuasa dari Roh Kudus. Padahal Roh Kudus berkuasa, tapi kita seolah-olah yang lebih berkuasa. Nah ini menunjukkan kita itu harus menyangkal diri, jangan sampai kita mendukakan Roh Kudus. Roh Kudus dengan sabar mengetuk, menasehati, memimpin, agar kita melakukan hal-hal yang benar-benar sesuai dengan firman Tuhan.

Ya balik lagi ya, ini betul-betul sangat penting kita perhatikan, Roh Kudus diam dalam hati kita, ketika kita melakukan dosa, itu mendukakan Roh Kudus. Dan maka dari itu Bapak, Ibu, Saudara sekalian ya, kita bisa merenungkan ya apakah betul-betul ya, kita itu sudah memiliki doktrin yang Alkitabiah kah dalam hati kita? Betul-betul nggak pikiran kita itu sudah dimurnikan oleh firman Tuhan? Sudahkah kita memikirkan praktek tepat, doktrin yang kita sudah pahami, sudah kita imani itu seperti apa? Jangan mendukakan Roh Kudus yang ada diam di dalam diri kita dan kita harus betul-betul membedakan passions dalam hati kita itu apakah betul sudah sesuai dengan kebenaran firman Tuhan, sesuai dengan pimpinan Roh Kudus atau hasrat itu adalah hasrat kedagingan. Nah kiranya Tuhan menguatkan kita untuk bisa melakukan firman Tuhan di mana melakukan firman Tuhan itu tidak bisa kita lakukan dengan kekuatan kita sendiri, melainkan kita bisa melakukan firman Tuhan itu hanya karena anugerah Tuhan dan juga pertolongan dari Roh Kudus.

Nasihat-nasihat dari Yakobus ini, nasihat yang praktis di dalam kehidupan kita. Jangan iri hati. Jangan berkelahi. Ayo usahakanlah damai. Kalau ada sesuatu hal yang sulit di mana kita tidak mengerti, adaptasi. Jangan tinggalkan komunitas. Jangan langsung ngambek, gitu ya. Langsung meninggalkan sesama, gitu ya. Tapi kita betul-betul mengikuti pimpinan Roh Kudus dan kita bisa lihat bahwa Tuhan terus memelihara kita sampai hari ini itu karena Tuhan begitu mengasihi kita. Tuhan ingin terus bersahabat dengan kita. Maka kita pun harusnya bersahabat dengan Tuhan, jangan bersahabat dengan dunia. Ya jangan setuju, jangan terjebak dalam komunitas yang salah, tapi kita betul-betul menjadi saksi Tuhan mengasihi semua manusia yang ada di sekitar kita. Mari kita sama-sama berdoa.

Bapa kami yang ada di surga, kami berterima kasih Tuhan untuk firman Tuhan yang sudah Engkau berikan kepada kami hari ini. Kami adalah manusia yang seringkali memiliki salah pemahaman tentang Tuhan dan juga kami adalah manusia yang seringkali mempraktekkan hal-hal yang salah di hadapan Tuhan. Kami mohon ampun Tuhan segala dosa-dosa kami, kami mohon ampun Tuhan atas segala kelemahan kami, dan kami mohon supaya Tuhan boleh terus menguatkan kami supaya kami bisa taat terus kepada Tuhan dan juga boleh betul-betul, Tuhan, setia kepada Kristus. Pimpinlah kehidupan kami semua Tuhan agar senantiasa melakukan firman Tuhan, untuk bisa juga memahami doktrin-doktrin yang Alkitabiah yang sudah Tuhan sediakan kepada kami di dalam Alkitab yang Tuhan berikan. Dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa. Amin. (HSI)