Yesus menampakkan diri di jalan ke Emaus, 9 April 2023

Yesus menampakkan diri di jalan ke Emaus

Luk. 24:13-35

Pdt. Dawis Waiman

 

 

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, Lukas 24 ini adalah satu kisah yang diceritakan setelah terjadinya peristiwa kebangkitan Yesus Kristus. Jadi, ini adalah satu perikop yang ketika murid-murid ingin melihat kembali kubur Yesus. Ingin mengurapi Yesus dengan rempah-rempah, khususnya dari murid-murid perempuan. Mereka mendapatkan 1 fakta bahwa kubur di mana Yesus dikuburkan ternyata kosong. Tidak ada lagi tubuh Yesus yang terbaring di kubur itu. Tidak ada lagi prajurit yang menjaga di depan kubur itu. Yang ada adalah mereka datang, kubur sudah terbuka, kubur kosong, dan pada waktu itu ada malaikat yang ada di tengah-tengah mereka yang memberi tahu bahwa Yesus Kristus telah bangkit dari kematian. Tetapi berita ini ketika tiba kepada murid-murid, khususnya para rasul, murid-murid kaget mendengar kabar itu, lalu mereka kemudian pergi ke kubur itu untuk mencari tahu kebenaran dari berita itu. Dan pada waktu itu, dikatakan, mereka tidak menemukan satu pun petunjuk tentang di mana Yesus berada kecuali daripada berita 3 perempuan yang pergi di pagi-pagi pada hari pertama minggu itu untuk merempah-rempahi tubuh Yesus Kristus.

Dan setelah peristiwa itu, inilah yang terjadi di dalam perikop ayat 13-35, sebagian dari murid yang bukan merupakan 12 rasul itu kembali ke Emaus. Dan di dalam perjalanan mereka kembali ke Emaus, ada satu percakapan yang penting di tengah-tengah mereka, yaitu mereka mulai membicarakan ke mana Yesus Kristus pergi? Apa yang terjadi kepada tubuh itu? Bagaimana nasib Yesus Kristus yang semula dipikir sebagai seorang pemimpin, seorang Mesias, seorang yang akan membebaskan Israel, tetapi ternyata Ia kemudian dimatikan oleh para pemimpin agama, orang-orang Farisi, dan juga para petinggi dari orang-orang Israel sehingga tubuh-Nya sekarang tergeletak di dalam kuburan. Tetapi ketika Ia sudah mati, ternyata tubuh-Nya sekarang sudah hilang. Tidak ada lagi tubuh Kristus. Dan itu memberikan satu tanda tanya besar di dalam pikiran mereka. Ada orang-orang yang mulai menafsirkan ke mana tubuh itu. Ada yang mengatakan tubuh itu dicuri. Ada yang mengatakan bahwa perempuan-perempuan tersebut karena begitu sedihnya dan mereka tidak tahu di mana kubur itu, ketika mereka datang ke tempat kuburan ingin menengok kubur Yesus Kristus, tetapi ternyata mereka salah kuburan. Ada yang mengatakan bahwa karena begitu sedihnya para perempuan ini sehingga membuat mereka berhalusinasi dan melihat sesuatu yang sebenarnya bukanlah kebenaran karena mereka begitu sedih akan diri Yesus Kristus. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, dan ada yang mengatakan bahwa tubuh itu telah dicuri orang sehingga tubuh itu hilang supaya orang-orang yang menjadi murid Yesus bisa menyebarkan kalau Yesus Kristus bangkit dari kematian. Tapi apa pun yang menjadi tanggapan mereka, ada sanggahan demi sanggahan yang diberikan. Dan itu adalah satu sanggahan yang sungguh-sungguh bertanggung jawab untuk membuktikan bahwa seluruh tuduhan itu adalah tidak bertanggung jawab. Tidak benar yang menyatakan bahwa Yesus Kristus sungguh bangkit dari kematian. Dan ini adalah kebenaran yang Yesus sendiri sudah katakan terlebih dahulu sebelum Ia disalibkan dan mengalami kematian.

Tapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, bagaimana respon dari murid-murid? Respon dari murid-murid, saya percaya ini menunjukkan bahwa apa yang diceritakan di dalam Kitab Suci bukan sebuah rekayasa, melainkan adalah suatu pemaparan fakta kebenaran bahwa Yesus sungguh-sungguh bangkit dari kematian. Ada orang-orang yang berusaha untuk menyangkali kebenaran ini dengan mengatakan bahwa, “Coba kalian lihat, apa yang dicatat misalnya di dalam ayat pertama. Di sini dikatakan bahwa “pagi-pagi benar”, ada yang mengatakan “ketika hari sudah menjadi terang.” Ada yang mengatakan hal yang berbeda satu dengan yang lain.” Untuk mau menyatakan apa? Sepertinya mereka sedang mengutip sesuatu atau menyatakan sesuatu yang berkontradiksi satu dengan yang lain. Tetapi kalau kita perhatikan sungguh-sungguh, sebenarnya apa yang dicatat oleh para rasul, mulai dari Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes itu adalah sesuatu yang bukan didapatkan dari satu sumber tertentu, lalu mereka kemudian menuliskan kisah itu dari satu sumber itu. Tapi ketika mereka menuliskannya, ada kontradiksi-kontradiksi yang terjadi di dalam masing-masing tulisan itu. Tetapi yang benar adalah bahwa ketika mereka menulis, mereka menulis menurut perspektif mereka untuk menerangkan bahwa Yesus Kristus sudah bangkit dari kematian dan kebangkitan itu terjadi pada hari pertama minggu itu, yaitu pada hari Minggu, dan itu terjadi pada waktu matahari baru terbit dan langit masih dalam kondisi yang mungkin sudah terang, tetapi juga gelap, tapi yang pasti itu adalah di pagi-pagi buta ketika matahari mulai muncul untuk menunjukkan penanda hari yang baru. Saya pakai penanda hari yang baru menggunakan cara kita melihat hari. Tetapi di dalam budaya orang Yahudi, hari yang baru itu dimulai dari pukul 18.00 malam menuju kepada pukul 18.00 malam lagi. Tapi kalau kita, mungkin mulai dari pukul 24.00 malam atau pukul 05.00 pagi menuju kepada pukul 18.00 sore. Itu menunjukkan 1 hari.

Jadi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pada waktu murid-murid melihat peristiwa kebangkitan itu, melaporkan itu di dalam Kitab Suci, itu adalah 1 fakta yang sungguh-sungguh terjadi. Kubur kosong itu menjadi satu bukti bahwa Yesus sungguh-sungguh bangkit dari kematian. Tetapi pada waktu hal itu terjadi, yang terjadi adalah murid bingung. Murid nggak bisa mengerti. Murid mulai bertanya-tanya, “Apa yang terjadi? Ke mana tubuh itu?” Mereka walaupun pernah mendengar bahwa Yesus akan bangkit dari kematian pada hari ke-3, tetapi yang ada di dalam pemikiran mereka, “Bagaimana mungkin hal itu terjadi?” Itu sebabnya, ketika Yesus berhadapan dengan 2 murid ini yang pergi berjalan menuju ke Emaus, dan ketika Yesus bertanya, “Apa yang menjadi kabar itu?” Maka mereka mengatakan bahwa “Yesus orang Nazaret itu mati dibunuh, disalibkan, lalu kemudian setelah 3 hari kami dikagetkan dengan satu berita yang disampaikan oleh saudara perempuan kami yang mengatakan kalau tubuh sudah tidak ada lagi di situ. Kubur itu telah kosong.” Lalu Yesus berkata, “Hai orang bodoh, mengapa kamu tidak percaya? Begitu lambannya hatimu!”

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya lihat itu menunjukkan bahwa mereka masih tidak mengerti akan kebenaran tentang kebangkitan Kristus yang dikatakan atau diajarkan oleh Yesus Kristus. Mereka masih tidak mengerti bahwa Mesias yang datang itu adalah Mesias yang harus menderita dan mati terlebih dahulu sebelum bangkit dari kematian dan mengalami kemenangan atau menyatakan kemenangan-Nya. Itu sebabnya Yesus berkata, “Hai kamu, orang-orang bodoh!” Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ini artinya apa? Saya lihat, ini artinya adalah ketidakpercayaan kita itu bukan sesuatu yang remeh. Ketidakpercayaan kita itu bukan sesuatu yang kita bisa anggap ringan dan kita bisa katakan, “Ya wajar dong kami tidak percaya kalau kami adalah manusia. Sebagai manusia yang penuh dengan kelemahan, wajar dong kalau di dalam pergumulan hidup, kita kemudian mulai mempertanyakan kebenaran dari Kitab Suci, mempertanyakan kebenaran tentang Kristus.”

Tetapi Saudara, ketika Yesus berkata, “Hai kamu orang bodoh, mengapa kamu begitu lamban sekali dan kamu tidak percaya?” Itu berarti bahwa ketidakpercayaan adalah satu dosa di hadapan Tuhan yang sangat serius sekali. Kita akan melihat lebih lanjut nanti berkenaan dengan hal ini. Tapi di sini, saya mau katakan bahwa kita sebagai orang percaya tidak mungkin hidup tanpa iman dan tidak boleh hidup tanpa iman. Dan kita perlu belajar hidup di dalam iman kepada Kristus dan kebenaran Kristus karena ini yang menjadi kehendak Tuhan dan inilah yang menjadi rencana Tuhan untuk dihidupi oleh orang-orang yang mengatakan diri sebagai orang yang beriman di dalam dunia ini.

Tapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kita kembali ke dalam bagian ini, pada waktu murid-murid pergi menuju ke Emaus, mereka ada di dalam kondisi yang bingung, mereka ada di dalam kondisi yang sedih, mereka ada di dalam kondisi yang tanda tanya besar sekali karena mereka tidak paham apa yang diajarkan oleh Yesus Kristus. Dan pada waktu hal itu terjadi, di situlah Yesus Kristus muncul, lalu kemudian berbicara kepada mereka. Kalau mau bicara seperti ini, ada satu hal yang mungkin bisa menjadi satu penguatan lagi bagi kita yaitu bahwa pada waktu kita ada di dalam kebingungan hidup kita, Bapak, Ibu, Saudara jangan merasa hidup sendirian. Jangan merasa bahwa Bapak, Ibu sedang berjalan tanpa Tuhan mengerti dan tidak menyertai kehidupan Bapak, Ibu, Saudara. Pada waktu Bapak, Ibu, Saudara dalam kondisi yang bingung, pada waktu Bapak, Ibu, Saudara berada dalam kondisi yang kacau, pada waktu Bapak, Ibu, Saudara di dalam pergumulan iman yang mungkin bertanya-tanya sebenarnya kebenaran tentang Tuhan itu seperti apa? Bapak, Ibu, Saudara boleh percaya satu hal, seperti 2 murid yang pergi menuju ke Emaus itu yang seolah-olah ditinggalkan oleh Tuhan, tidak ada pengharapan sama sekali, ternyata sebenarnya Yesus ada bersama mereka dan berjalan bersama mereka, membimbing mereka di dalam pengertian mereka akan kebenaran tentang Tuhan. Ini menjadi satu hal yang kita bisa pegang sebagai kebenaran yang sungguh-sungguh kita percayai karena seluruh Kitab Suci menyatakan kebenaran ini. Mulai dari Perjanjian Lama sampai ke dalam Perjanjian Baru menunjukkan bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Dia selalu setia menyertai setiap anak-anak-Nya di dalam kehidupan yang kita lalui ini. Khususnya, pada waktu kita ada di dalam gelombang kehidupan yang di dalam dunia ini.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, murid-murid ke Emaus. Dan di dalam perjalanan menuju ke Emaus, apa yang mereka alami? Mereka bertemu dengan Kristus. Tetapi pada waktu mereka bertemu dengan Kristus, mereka tidak mengenali Yesus Kristus. Sebabnya karena apa? Sebabnya karena banyak hal mungkin. Tetapi ada yang berusaha menafsirkan paling tidak ada 2 sebab. Pertama adalah karena Yesus tubuhnya penuh dengan luka. Itu sebabnya pada waktu Yesus bangkit dari kematian, Dia menampakkan diri kepada murid ini, mereka tidak bisa mengenali Yesus Kristus yang sedang berdiri di depan mereka. Contohnya apa? Yaitu pada waktu Yesus berhadapan dengan ke-11 rasul di dalam ruangan yang tertutup itu, maka Yesus berkata, “Tomas, kamu kan bilang, sebelum aku melihat Yesus, sebelum aku mencucukkan jariku ke bekas luka yang ada pada tubuh Yesus Kristus, aku tidak akan percaya kalau Dia bangkit dari kematian.” Lalu ketika Yesus muncul pada waktu itu, Dia mengatakan, “Damai sejahtera di tengah-tengah kamu.” Lalu kemudian Dia langsung tujukan perkataan-Nya kepada Tomas, ”Tomas, kamu nggak percaya kan bahwa Aku bangkit dari kematian? Sekarang ambil jarimu. Tusukkan ke bekas luka paku itu, ke bekas luka tombak itu. Maka, jangan kamu tidak percaya lagi.” Saya pakai parafrase ini, kalimat ini, tetapi intinya adalah Yesus sungguh-sungguh bangkit. Dan ketika Dia bangkit, ada bekas luka pada tubuh Yesus Kristus. Nah, ini yang membuat ada penafsir yang mengatakan mungkin pada waktu itu, Yesus punya tubuh ada bekas cacatnya akibat dari luka ketika Dia sebelum disalibkan itu. Mungkin pada waktu Yesus sudah bangkit dari kematian, di kepala-Nya ada bekas luka akibat dari duri-duri mahkota itu sehingga pada waktu Dia menampakkan diri kepada murid-murid, murid-murid tidak bisa mengenali siapa orang yang cacat ini, siapa orang yang memiliki bekas luka di wajah-Nya ini, atau di tubuh-Nya ini. Dan mereka tidak mengira bahwa itu adalah Yesus Kristus.

Tapi ada yang kedua mengatakan, pada waktu mereka tidak mengenali Yesus Kristus, sebabnya adalah karena Yesus belum membuka pengenalan akan diri Dia kepada murid-murid-Nya itu supaya murid-murid-Nya belum mengenali diri Dia. Nah, tujuannya untuk apa, Yesus tidak membuka diri dan baru membuka diri setelah Dia memberitakan tentang apa yang tercatat akan diri Dia dan juga setelah Dia memecahkan roti di hadapan dari murid-murid. Nah, ini adalah hal yang sangat penting sekali yang saya percaya ini menjadi sesuatu yang boleh menguatkan kita. Pada waktu kita ada di dalam satu kebingungan, pada waktu kita ada di dalam satu kehidupan yang mulai mempertanyakan kebenaran firman Tuhan atau mempertanyakan tentang Tuhan di dalam kehidupan kita. Dan ini adalah sesuatu yang saya percaya, setiap orang Kristen pasti pernah mengalami pergumulan ini di dalam hidup dia atau mungkin tidak kalau betul-betul tidak pernah menggumulkan tentang hal itu. Tapi paling tidak, ada sampai derajat tertentu kita menggumulkan hal itu. Misalnya ambil contoh, ”Tuhan, mengapa ya hidup saya seperti ini? Mau kerja, tidak berhasil. Bertahun-tahun saya berdoa, tapi tidak seperti yang diharapkan dari hasil itu. Apa yang salah, Tuhan? Apakah saya sudah berdosa di hadapan Engkau? Di mana berkat yang Kau janjikan bahwa anak-anak-Mu itu akan diberkati oleh Tuhan?” Ada yang berkata, “Tuhan, aku sudah berusaha setengah mati dalam hidupku. Berusaha berjuang, bekerja dengan begitu berat sekali. Tetapi hasil yang aku dapatkan cuma pas-pasan untuk hidup hari demi hari dalam hidupku. Tuhan, aku begitu lelah. Begitu capai untuk menghadapi hal ini.  Tapi ketika aku berdoa, Engkau tidak pernah menjawab apa yang menjadi doaku.” “Tuhan, aku sudah mengalami sakit begitu lama. Aku berdoa, tapi Tuhan tidak memberikan kesembuhan dalam kehidupanku. Mengapa, Tuhan? Apa yang Kau kehendaki? Aku mulai saat ini mulai meragukan apakah Engkau sungguh-sungguh baik di dalam kehidupanku.” Mungkin kita bisa bertanya seperti itu. Kita mengalami pergumulan itu di dalam kehidupan kita. Saudara bisa tambahkan list-nya itu dengan list yang lebih panjang lagi. Tapi pada waktu Saudara mengalami semua itu, Saudara boleh mengetahui satu hal, pada waktu itu terjadi, seperti kedua murid dari Yesus Kristus yang berjalan menuju ke Emaus, Kleopas dan 1 orang lagi. Kita tidak tahu siapa itu. Ada yang menafsirkan itu adalah istrinya, tetapi ada juga yang mengatakan mungkin itu adalah orang lain yang seperjalanan dengan Kleopas, tetapi sama-sama adalah murid Yesus Kristus. Yang penting adalah 2 orang. Pada waktu mereka dalam kondisi yang menanyakan, “Di mana pengharapan Israel? Di mana Mesias itu yang seharusnya menang, yang seharusnya membebaskan tapi justru sekarang mati dan saat ini tubuh-Nya sendiri pun hilang dan tidak tahu keberadaannya di mana? Ada isu-isu yang beredar, tapi tidak ada yang membuktikan kalau Yesus bangkit dari kematian. Bagaimana nasib kita?” Pada waktu hal itu terjadi, Tuhan datang dalam kondisi yang tidak langsung menyatakan siapa diri Dia, tetapi dalam kondisi yang justru kalau saya pakai istilah, ada yang menafsirkan bahasa Yunaninya di dalam kondisi Tuhan membuat murid-murid itu dalam kondisi yang tidak bisa melihat kebenaran. Mengapa? Jawabannya adalah karena Tuhan ingin mendidik kita lebih mengenal Tuhan. Tuhan ingin kita diajar terlebih dahulu dan makin belajar mengenal kebenaran-Nya. Baru setelah kita dididik, Tuhan membuka dan memberikan pengertian untuk kita bisa melihat kepada kebenaran Kristus. Atau istilah lainnya adalah kalau kita kutip dari Ibrani maka “Tuhan akan menghajar anak-anak-Nya terlebih dahulu supaya bertobat dan kembali kepada Tuhan.”

Bapak, Ibu,Saudara yang dikasihi Tuhan, saya lihat ini adalah prinsip Kitab Suci di mana pada waktu kita berjalan, kadang kala Tuhan akan membawa kita masuk ke dalam satu kondisi yang kita tidak mengerti, tanda tanya besar tentang Tuhan, tentang kebenaran-Nya, tentang Kristus, tentang hal-hal yang berkaitan dengan hal rohani di dalam kehidupan kita. Tapi pada waktu Bapak, Ibu, Saudara mengalami hal ini, berdasarkan prinsip dari Lukas 24 dan apa yang Yesus kerjakan di dalam kehidupan dari Kleopas dan juga temannya itu atau istrinya itu dan juga para rasul yang lain adalah tujuannya untuk membawa mereka makin mengenal Kristus. Jadi itu sebabnya pada waktu kita ada di dalam kebingungan, ketidakmengertian, tanda tanya, kekacauan, dan bahkan di dalam kehidupan yang mempertanyakan Tuhan dan kebaikan Tuhan dalam hidup kita, Tuhan berkata, “Jangan tinggalkan Tuhan, tetapi justru belajarlah tentang Tuhan secara lebih mendalam dan lebih limpah.” Itu tujuannya.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, itu sebabnya pada waktu kita melihat dalam bagian ini, waktu Yesus datang, Dia bertanya kepada Kleopas dan temannya, “Apa yang engkau bicarakan? Apa yang engkau percakapkan?” Dan murid-murid bertanya, “Masa, Engkau adalah orang yang tidak tahu sih mengenai berita itu? Apakah Engkau satu-satunya orang nggak dengar?” Kuper banget ya, padahal seluruh Yudea tahu tentang cerita itu, seluruh Yerusalem tahu tentang cerita itu. Dan pada waktu mereka berkata seperti itu, Yesus justru makin menambahkan mungkin keheranan, kebingungan, dan mungkin juga kejengkelan mereka dengan bertanya, ”Apa itu?” Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kenapa Yesus bertanya ini? Tadi saya sudah kasih tahu jawabannya di awal ya. Tapi satu hal, Yesus bertanya bukan karena Yesus tidak tahu percakapan mereka. Yesus bertanya bukan karena Yesus tidak tahu apa yang menjadi pergumulan mereka.

Alkitab berkata, Yesus tahu segala sesuatu tanpa perlu manusia mengatakan itu kepada diri Dia. Saudara bisa lihat di dalam Kitab Suci, Yohanes 2:14. di situ, Yesus dikatakan walaupun tidak ada seorang pun yang memberi tahu isi hati mereka kepada Yesus Kristus, Yesus tahu apa yang ada di dalam isi hati mereka. Siapa yang bisa mengetahui hati? Kitab Suci hanya mengatakan, ”Manusia tidak mungkin bisa mengetahui hati. Hanya Tuhan yang mengetahui hati manusia yang paling dalam.” Lalu Saudara juga bisa melihat, pada waktu Yesus Kristus diperhadapkan dengan orang yang lumpuh dihadapan Dia. Pada waktu Dia sedang mengajar di dalam sebuah rumah, ada orang-orang yang menurunkan orang lumpuh di hadapan Yesus Kristus. Nah, pada waktu Yesus melihat orang itu dan iman dari teman-temannya, Dia berkata, “Anak-Ku, dosamu sudah diampuni.” Nah, pada waktu Yesus berbicara seperti ini, tiba-tiba Dia kemudian lanjutkan dengan kalimat, “Mana yang lebih mudah, berkata dosamu sudah diampuni atau berkata, bangkit dan berjalanlah?” Dan pada waktu itu, Yesus berkata, ”Supaya engkau tahu bahwa Anak Manusia berkuasa untuk mengampuni dosa, maka Aku berkata, bangkit dan berjalanlah!” Lalu tiba-tiba orang itu berdiri, sehat, kakinya pulih 100% dan di situ membuktikan Anak Manusia berkuasa untuk mengampuni dosa. Mengapa kalimat ini muncul? Sebabnya ada pembicaraan di antara orang-orang yang ada di sana yang mengatakan, “Siapa orang ini? Berani-beraninya Dia berkata, Dia punya kuasa mengampuni dosa! Dia sudah menghujat Allah karena yang berhak mengampuni dosa hanya Allah. Tapi mengapa Dia berkata, Dia punya kuasa mengampuni dosa?” Tapi pada waktu hal itu dikatakan, itu bukan bisisk-bisik. Itu bukan sesuatu yang dibicarakan di dalam sekelompok orang yang saling membisikkan perkataan itu di telinga dari teman-teman mereka sehingga membuat Yesus curiga. Alkitab berkata, bukan seperti itu. Tetapi Alkitab berkata, mereka mengatakan itu di dalam hati mereka. Nah, pada waktu mereka mempertanyakan itu di dalam hati mereka, Yesus seolah-olah bisa membaca pikiran mereka dan mengetahui isi hati mereka. Dan memang benar itu bukan seolah-olah, tetapi Yesus sungguh-sungguh tahu isi hati mereka dan mengatakan, “Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa orang.”

Jadi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pada waktu Yesus bertanya, “Apa itu?” Kita jangan berpikir bahwa Yesus tidak tahu. Yesus tahu. Lalu kalau Yesus tahu, mengapa Yesus bertanya, “Apa itu?” Mengapa Yesus tidak langsung saja membuka kebenaran-Nya kepada kita, kebenaran-Nya kepada Kleopas dan temannya itu? Jawabannya adalah Yesus ingin Kleopas dan temannya, atau kita belajar satu hal, apa yang sungguh-sungguh kita butuhkan. Yesus ingin kita menyadari hal itu. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ini adalah satu prinsip yang penting, kalau kita menolong orang yang tidak merasa butuh sesuatu, dia nggak akan menghargai pertolongan kita. Kalau kita berpikir, kita bisa memberi tahu seseorang tentang kebenaran, padahal dia sama sekali tidak menghargai dan tidak merasa membutuhkan kebenaran itu, maka dia tidak akan mendengarkan kita. Kalau dia pikir, dia tahu segala sesuatu, Bapak, Ibu mau ngomong apa pun kepada dia, dia juga akan menganggap angin lalu terhadap apa yang kita katakan. Dan Yesus di dalam bagian ini berkata ”Apa itu?” supaya apa? Murid-murid tahu kalau apa yang mereka tahu, mereka pikir tahu ternyata tidak cukup. Yesus ingin murid-murid tahu kalau ternyata apa yang mereka tahu selama ini, sebenarnya masih ada kurangnya. Itu yang membuat mereka bertanya-tanya, ke mana tubuh Yesus Kristus itu? Dan Saudara, apa yang menjadi jawaban mereka itu membuktikan kebenaran ini. Saudara bisa baca di dalam ayat yang ke-19, “Kata-Nya kepada mereka: ”Apakah itu?” Jawab mereka: ”Apa yang terjadi dengan Yesus orang Nazaret. Dia adalah seorang nabi, yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan Allah dan di depan seluruh bangsa kami. Tetapi imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin kami telah menyerahkan Dia untuk dihukum mati dan mereka telah menyalibkan-Nya. Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel. Tetapi sementara itu telah lewat tiga hari, sejak semuanya itu terjadi. Tetapi beberapa perempuan dari kalangan kami telah mengejutkan kami: Pagi-pagi buta mereka telah pergi ke kubur,” dan seterusnya. Kita lihat di ayat 19 jawaban dari murid ini sampai dengan ayat yang ke-21.

Saya mau tanya, jawabannya benar atau tidak? Benar tidak? Apa itu? “Yesus orang Nazaret itu, Dia seorang nabi yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan Allah dan di depan seluruh bangsa kami”, benar nggak? Coba baca, jawaban itu benar atau salah? Coba Bapak, Ibu baca lebih jelas lagi ya. “Yesus orang Nazaret” betul ya? “Dia adalah seorang nabi yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan Allah dan di depan seluruh bangsa” benar nggak? Benar tapi nggak sepenuhnya benar. Yesus nabi bukan? Betul Dia nabi. Kalau Dia adalah nabi, apa beda Yesus nabi dengan Elia, Elisa, Yohanes pembaptis, Amos, Hosea, Yesaya, Yeremia, Yehezkiel dan yang lainnya? Sama atau beda? Beda? Bedanya di mana? Ada sama nya nggak? Sama nya ada tentu, sama-sama memberitakan firman Tuhan. Nabi berfungsi untuk menyampaikan atau menjadi penghubung lidah Tuhan. Itu nabi. Tapi ada beda, bedanya apa? Yesus bukan seorang nabi dalam pengertian Dia bukan seorang nabi yang sama seperti nabi-nabi yang lain, tapi Alkitab mencatat Dia adalah Tuhan yang inkarnasi menjadi manusia, berbicara firman Tuhan kepada manusia. Dia adalah Firman itu sendiri. Maka Ibrani 1 berkata, “Dahulu Tuhan berbicara melalui berbagai cara, tetapi di akhir zaman ini Dia berbicara melalui anak-Nya sendiri yang tunggal itu, yaitu Yesus Kristus.” Berarti pada waktu Yesus berbicara, Dia adalah sumber dari firman itu. Dia adalah Firman itu sendiri. Dan bahkan para nabi yang lain mendapatkan firman dari Firman Yesus Kristus. Itu yang menjadi perbedaannya. Tapi pada waktu bicara Dia adalah seorang nabi yang penuh kuasa, dan Dia mengerjakan apa yang menjadi pekerjaan Tuhan di dalam bumi ini, satu sisi benar, tetapi mereka tidak sepenuhnya berbicara tentang ada rencana Tuhan yang lain mengapa Allah itu harus jadi manusia dan menjadi nabi, seperti nabi itu membicarakan perkataan Tuhan dalam dunia ini.

Lalu Saudara kemudian lihat berikutnya, dikatakan bahwa imam-imam menyerahkan Dia untuk dihukum mati. Ayat 21, “Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel. Tetapi sementara itu telah lewat tiga hari, sejak semuanya itu terjadi.” Artinya apa? “Kami mengharapkan Yesus itu Mesias. Kami kira Dia adalah pembebas orang Israel. Tapi ternyata Dia mati. 3 hari sudah berlalu, nggak terjadi apa-apa. Bahkan tubuh-Nya hilang. Dan nggak ada satu orang pun yang tahu ke mana perginya.” Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, dalam pikiran mereka mungkin bertanya, “Ini Yesus benar nggak ya? Dia sungguh-sungguh pembebas bukan ya? Dan Dia sudah membebaskan belum ya?” Kenapa bisa berpikir seperti itu? Karena di dalam pemikiran orang Yahudi, ketika Mesias datang ada kemenangan, ada kemuliaan, ada pendudukan kembali atau perebutan kembali posisi raja Daud yang memerintah bangsa Israel dan menaklukkan bangsa-bangsa lain. Sehingga bangsa-bangsa lain harus mengakui pemerintahan Israel itu. Tetapi yang terjadi saat ini, hal itu nggak ada yang terwujudka, nggak ada kemuliaan sama sekali nggak ada terwujudnya kerajaan Daud. Bahkan tubuh itu sekarang sudah menghilang. Jadi penebusan sudah terjadi belum? Pembebasan sudah terjadi belum? Bagi murid-murid belum. Tapi Alkitab mengatakan justru pada waktu Yesus mati, untuk mati bagi dosa. Bangkit menyatakan kemenangan atas maut. Kedatangan pertama bukan untuk membawa kemuliaan bagi Israel atau kerajaan Daud tapi kedatangan pertama adalah untuk menebus manusia dari dosa, membebaskan manusia dari perbudakan dosa. Itu yang dilakukan oleh Kristus. Dan pada waktu mereka berkata kepada Yesus yang ada di depan mereka, “Dia sudah mati. Oleh gara-gara pemimpin kami. Sekarang tubuh-Nya nggak tahu ke mana. Padahal kami mengharapkan pembebasan yang dilakukan oleh diri Dia.” Mungkin Yesus geleng-geleng kepala, “Aduh murid-Ku ini. Nggak ngerti sama sekali apa yang Aku ajarkan sebelumnya. Padahal Aku sudah berkata Anak manusia harus mati. Kuburkan 3 hari. Bangkit dari kematian untuk membebaskan kita dari dosa.”

Jadi, itu sebabnya pada waktu Tuhan bertanya kepada mereka, tujuannya bukan karena Tuhan tidak tahu dan ingin tahu isi hati mereka, tetapi tujuannya adalah supaya mereka tahu sejauh apa mereka mengerti tentang kebenaran firman Tuhan, kebutuhan mereka yang seringkali kita pikir kita sudah tahu. Saya percaya, mengapa kita di dalam kehidupan ini kadang-kadang Tuhan bawa kita ke dalam jalan buntu. Kadang-kadang Tuhan bawa kita ke dalam satu kekuatiran. Kadang-kadang Tuhan bawa kita ke dalam satu kehidupan yang ada di dalam ketakutan. Kadang-kadang Tuhan membawa kita ke dalam satu kehidupan yang nggak ada pijakan sama sekali. Mengapa? Supaya kita bertanya, “Apa yang menjadi kebenaran Tuhan?” Bukan bertanya, “Tuhan di mana Engkau? Tuhan aku kok nggak melihat Engkau? Tuhan Engkau benar atau nggak?” Tapi justru bertanya, “Tuhan di mana Engkau?” mungkin dalam pengertian, “Tuhan maksud-Mu apa melalui peristiwa ini? Apa yang Engkau katakan? Apakah saya betul-betul bisa percaya kepada Engkau atau tidak? Ada nggak pengetahuanku tentang Tuhan yang salah, yang membuat saya meragukan Engkau, mempertanyakan Engkau, dan bahkan mungkin mengalami satu kehambaran dalam iman saya mengikut Kristus?” Saudara perlu menggumulkan itu. Karena justru dari situ, kita baru tahu bahwa saya punya iman tidak selama ini. Atau sebelum bicara tentang iman, saya punya pengetahuan akan Tuhan itu benar tidak. Jangan-jangan selama ini saya mengatakan saya mengenal Tuhan, saya tahu Tuhan, tetapi sebenarnya ketika kita sudah ada di dalam kondisi Tuhan bawa masuk, di tengah-tengah keraguan, kebingungan, kekacauan itu, sebenarnya sikap kita, respons kita, perkataan kita menunjukkan kalau kita nggak mengenal Tuhan.

Saudara harus bisa membedakan realita, fakta dan juga sesuatu angan-angan. Kita berpikir kita tahu itu beda dengan kita tahu. Dan Tuhan bawa kita dalam kondisi yang sering untuk mempertanyakan kita sungguh-sungguh tahu atau tidak tentang Dia. Dan kalau Saudara mengalami kebimbangan, jangan menjauh tapi justru mendekat kepada Tuhan, cari tahu lebih jauh tentang Kristus. Kalau Saudara bertanya tentang Yesus, “Apakah Dia sungguh-sungguh Tuhan dan Juruselamat manusia?” Kalau Saudara bertanya-tanya, “Apakah Dia sungguh-sungguh adalah Tuhan yang inkarnasi ke dalam dunia untuk menyelamatkan manusia yang berdosa?” Saudara terbentur dengan pengertian bahwa kalau Dia adalah Tuhan mengapa Dia butuh makan? Kalau Dia adalah Tuhan, mengapa Dia bisa mati? Kalau Dia adalah Tuhan, mengapa Dia butuh istirahat? Kalau Dia adalah Tuhan, kenapa seolah-olah ada hal-hal yang bisa mengagetkan diri Dia? Saudara, pada waktu itu terjadi, bukan mulai mengatakan “Dia pasti bukan Tuhan!” Coba cari tahu lebih jauh, mendalami tentang Alkitab, baca Alkitab dengan hati seorang murid yang ingin mengerti kebenaran hati Tuhan. Belajar. Doa. Minta Tuhan memberi belas kasih untuk pengertian. Saya percaya Tuhan akan membukakan pengertian itu bagi diri kita.

Kadang-kadang di dalam perdebatan-perdebatan yang saya lihat dalam Youtube tentang iman Kristen, saya kadang bingung sekali, dan heran, dan bahkan juga mungkin tertawa. Karena ada orang-orang yang ketika membaca Kitab Suci, dia cuma membaca bagian tertentu, lalu berpikir dia sudah mengerti tentang Tuhan, tentang kekristenan, dan bahkan mulai menyalahkan kekristenan berdasarkan pengertian tertentu yang dia miliki dalam bagian tertentu dari Kitab Suci. Lalu cara orang Kristen menanggapinya bagaimana? Ini yang saya seringkali ketawa setiap dengar. “Ayo kita baca konteks nya ya.” Dia bilang 1 ayat, “Ayo kita baca dari awal sampai akhir ya.” Begitu kita baca dari awal sampai akhir, langsung tahu, yang dia ngomong itu salah. Tetapi bukankah kita seringkali begitu di dalam mengikut Tuhan? Kita seringkali pegang satu bagian ayat, lalu kita claim kita mengerti kebenaran firman, lalu menjadikan itu sebagai prinsip kehidupan kita, kita abaikan ayat yang lain yang menentang pemikiran kita.

Bapak, ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau kita dalam kondisi seperti itu, kita pikir kita tahu, tetapi sebenarnya kita seperti Kleopas dan murid-nya ini. Tahu, tetapi kalau ditanya, “Apa itu?” Jawaban kita langsung menunjukkan ketidaktahuan kita. Makanya saya percaya ini mungkin yang membuat Paulus berkata, “Apabila ada orang yang mengira dia memiliki pengetahuan, maka dia belum berpengetahuan.” Bapak, ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, belajar, dalami, rasa kepentok, tanda tanya, kekecewaan terhadap Tuhan yang kita alami, seharusnya bukan menjauhkan diri kita dari Tuhan, tetapi justru semakin mendekatkan diri kita untuk mengenal Tuhan secara benar dalam hidup kita.

Lalu yang kedua adalah mengapa Tuhan membawa murid-murid ini dan tidak membuka pengertian itu? Di dalam kondisi yang mereka mulai bertanya-tanya, atau mungkin kecewa terhadap apa yang menjadi impian dan harapan mereka itu, justru Tuhan pakai untuk mengajarkan mereka percaya kepada Tuhan dan memiliki pengharapan di dalam Kristus. Coba lihat di dalam ayat 25 yang tadi saya kutip di awal ya, “Dan beberapa teman kami telah pergi ke kubur itu dan mendapati, bahwa memang benar yang dikatakan perempuan-perempuan itu, tetapi Dia tidak mereka lihat. Lalu Ia berkata kepada mereka: “Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi!”” Jadi pada waktu kita ada di dalam satu kondisi yang mempertanyakan Tuhan, pertama adalah kita harusnya ketika bertanya, kita makin mendekatkan diri kepada Tuhan dan mencari tahu kebenaran itu.

Ada orang yang mengatakan seperti ini, ketika saya berbicara dengan satu orang, dia berkata seperti ini, “Pak Dawis, kita ketika berkerja harus tahu aturan secara jelas karena aturan yang jelas itu menghindarkan kita dari kesalahan. Karena ketidaktahuan itu yang membuat kesalahan.” Saya pada waktu dengar itu, benar juga ya, ketidaktahuan membuat kesalahan. Yang membuat orang merasa benar itu biasanya lalu menyalahkan orang lain karena apa? Lalu nggak diterima oleh orang lain. Sok tahu kan? Saya kira saya tahu kebenaran. Saya mendesak orang untuk mengikuti pikiran saya. Eh orang punya pertimbangan yang lain, yang tahu bahwa yang dia ngomong itu salah semua. Tapi ketika dia ditegur, dia nggak bisa terima. Karena ketidaktahuan membuat salah.

Bapak Ibu Saudara yang dikasihi Tuhan, dalam hal ini, saya mau Bapak Ibu ulangi saya punya kalimat ya. Tuhan adalah Tuhan. Tuhan Maha Tahu. Tuhan Maha Bijaksana. Saya bukan Tuhan. Saya tidak Maha Tahu. Dan Saya tidak Maha Bijaksana. Wajar nggak kalau kita ketika baca Kitab Suci, kita suka mempertanyakan Tuhan, mempertanyakan kebenaranNya? Wajar, tidak? Saya yakin itu wajar sekali. Tapi itu hanya membuktikan bukan Tuhan yang salah, tapi diri kita yang tidak tahu akan kebenaran, karena keterbatasan kita. Dan yang kedua adalah, pada waktu kita tidak tahu, Yesus berkata, “Jangan membuat kita mundur, tapi justru itu harus mendorong kita belajar percaya kepada Tuhan dan hal itu akan memberi pengharapan bagi kita untuk berjalan maju.”

Bapak Ibu Saudara yang dikasihi Tuhan, iman Kristen itu bukan iman yang dibangun di dalam satu lompatan yang buta. Tetapi iman Kristen, itu adalah satu iman yang dibangun berdasarkan pengertian dan pengalaman iman yang didasarkan kepada kebenaran perkataan Tuhan sebelum kita berjalan untuk beriman kepada Tuhan. Tentunya itu kita dapatkan di dalam Alkitab, dan juga di dalam pengalaman pribadi kita bersama dengan Tuhan. Itu sebabnya Yesus suka berkata seperti ini; kalau engkau mendengar perkataan-Ku dan engkau mulai meragukan itu atau mempertanyakan itu, apa yang harus kita lakukan? Coba jalankan dulu. Bukan analisa, bukan mulai hitung-hitung, mulai berpikir ini bisa saya lakukan atau nggak? Kemungkinannya seperti apa? Lalu kita mulai mempertanyakan kebenaran-Nya. Tetapi coba jalankan dulu. Coba beriman kepada Tuhan. Kalau Tuhan ngomong itu adalah benar, jalankan itu! Baru kita bisa mengerti yang Tuhan katakan itu benar atau tidak. Pengetahuan itu menyusul kemudian, setelah iman. Tetapi pengetahuan yang menyusul, pengertian yang menyusul kemudian itu, itu menambahkan kepada kita iman kita karena kita makin mengerti dan mengenal Tuhan yang kita percayai dan kebenaran yang Dia katakan.

Bapak Ibu Saudara yang dikasihi Tuhan, orang percaya adalah orang yang harusnya percaya. Orang percaya adalah orang yang hidup bukan berdasarkan perbuatan tapi berdasarkan iman kepada Kristus. Dan ini bukan, sebenarnya bukan sesuatu yang bertolak belakang dengan kehidupan dunia, seolah-olah orang Kristen adalah orang yang berjalan dengan iman tanpa otak. Orang dunia adalah orang yang berjalan dengan otak tapi tanpa iman. Yang benar adalah orang dunia dan orang yang percaya adalah orang yang tetap berjalan dengan iman. Cuma bedanya adalah kita lebih beriman kepada diri kita, pengertian kita, atau kita beriman kepada Tuhan dan kebenaran Tuhan.

Saya kemarin, bersama dengan istri, makan lalu kita pesen gado-gado. Gado-gado yang kita pesen cukup banyak. Istri waktu makan dia tahu sudah nggak akan habis, lalu dia bagi 2 kaya gitu. Lalu dia makan setengah, setengahnya dia kasih kepada pelayan, “Tolong dibungkus ya.” Lalu, dia bawa pergi. Eh sampai kami mau pulang, gado-gadonya nggak balik dalam bungkusan. Sampai kami bayar, kami tanya, “Mba, gado-gado yang dibungkus tadi di mana? Sudah belum dibungkus?” semuanya menatap, saling tatap dengan mata yang bingung kaya gitu. Lalu mereka langsung cepat-cepat lari ke dapur, lalu tanya, “Gado-gado tadi di mana?” Dari bisikan mereka saya tahu, “Sudah dibuang.” Lalu mereka bilang, “Pak tunggu sebentar ya.” “Ya OK lah,” saya bilang tunggu. Lalu nggak lama kemudian, gado-gadonya muncul di dalam packing-an. Saya bawa ke rumah. Kira-kira Bapak Ibu Saudara mau makan nggak gado-gado itu sampai di rumah? Makan atau nggak? Istri saya ngomong, “Pa, ini dari kotak sampah nggak ya gado-gado ini? Karena tadi kalimatnya yang diomong, “Sudah dibuang.” Sedangkan di gado-gado itu masih banyak sayurnya yang bagus, ada saosnya, ada telor lagi yang masih utuh kaya gitu.” Lalu pas balik lagi, masih ada telor yang utuh, ada gado-gado dan ada saosnya. Jangan-jangan dia berusaha ngumpulin yang di permukaan lalu ditaruh di situ, ditambah bumbu sedikit, lalu di-packing, lalu dibungkus Kembali kaya gitu.” Saya ngomong, “Nggak lah, nggak lah.” Bapak ibu makan, nggak? Makan. Makan itu karena bukti bahwa itu gado-gado baru, atau karena iman?

Saya yakin banyak hal yang kita lakukan karena iman, bukan karena bukti. Misalnya, Bapak Ibu datang ke dalam gereja ini duduk. Pernah nggak punya pengalaman ditaruh minyak angin tawon oleh teman di sekolah? Saya dulu termasuk yang jahil dan waktu itu ada teman-teman yang suka godain teman dengan taruh minyak tawon. Dan kalau nggak salah, saya juga pernah lakukan itu, sampai orang duduk situ, kepanasan, nggak bisa duduk sama sekali, kaya gitu. Atau Bapak Ibu pada waktu datang ke dalam gereja ini langsung duduk di kursi itu atau cek dulu? Pegang-pegang dulu, kaya gitu? Nggak, kan? Langsung duduk, kan? Itu namanya iman. Atau karena kebiasaan. Tapi kebiasaan itu sebenarnya karena iman, kita berpikir bahwa karena biasa nggak ada apa-apa, maka semuanya pasti nggak ada apa-apa. Tapi dasarnya karena iman. Nah pada waktu kita menghadapi hidup ini, orang dunia juga hidup seperti itu. Orang Kristen juga berdasarkan iman. Tapi pertanyaannya, siapa itu orang beriman? Yaitu orang yang harusnya lebih beriman dan percaya kepada Tuhan, bukan pada pengertian kita dan analisa diri kita dan kemampuan diri kita sendiri. Itu namanya orang beriman dan Tuhan kadang-kadang membawa kita masuk ke dalam suatu kehidupan yang mempertanyakan Tuhan untuk menguji: saya punya iman tidak, dan saya punya pengharapan tidak kepada Kristus.

Tuhan kiranya menolong kita ya, jangan menjadikan pengalaman pahit kita di dalam mengikut Tuhan, atau kekecewaan kita di dalam mengikut Tuhan sebagai satu alasan untuk mempertanyakan Tuhan dan menjauh dari Tuhan. Itu bukan tujuan Tuhan. Kalau kita menjauh, mendengarkan dan mulai mempertanyakan kebaikan dan kuasa Tuhan, kita hanya terhasut oleh hasutan iblis, seperti Spurgeon berkata bahwa kita lebih percaya kepada perkataan iblis daripada perkataan Tuhan, seringkali begitu. Tuhan kiranya menolong kita ya, dan kiranya Tuhan boleh memberkati kita. Mari kita masuk dalam doa.

Kami kembali bersyukur, Bapa, untuk kasih-Mu, untuk kebenaran-Mu, untuk iman yang boleh Engkau karuniakan bagi kami. Kiranya Engkau boleh terus memimpin kami ketika kami memperingati hari kebangkitan Kristus pada malam hari ini. Tuhan boleh sungguh memberikan kami iman yang percaya kepada kebangkitan itu, dan kebangkitan itu boleh sungguh menghidupi kehidupan kami. Sehingga apapun yang menjadi perjalanan kami, kami boleh menyatakan kami adalah orang-orang yang mengenal Tuhan, kami adalah orang-orang yang memiliki iman dan pengharapan di dalam Yesus Kristus. Tolong kami ya, Bapa! Jangan biarkan kami berlalu begitu saja setiap tahunnya. Ketika kami datang ke gereja, kami memperingati kelahiran Kristus, kami memperingati kematian Kristus, kami memperingati kebangkitan Kristus, kami memperingati hari turunnya Roh Kudus, atau kenaikan Kristus dan turunnya Roh Kudus. Itu semua hanya menjadi satu tradisi yang kami lakukan tetapi kami boleh sungguh-sungguh hidup karena Kristus yang bangkit dari kematian, hidup di dalam kehidupan kami, ada kuasa pembaharuan yang senantiasa dinyatakan di dalam kehidupan kami. Tolong sertai kami ya Tuhan, anak-anakMu ini. Dan kiranya cinta kasih-Mu dan kebenaran-Mu boleh senantiasa menuntun kehidupan kami. Dalam nama Tuhan Yesus, yaitu Tuhan dan Juruselamat kami yang hidup, kami telah berdoa. Amin. (HSI)