Reaksi orang Yahudi terhadap Kitab Suci
Yoh. 5:39-47
Pdt. Yakub Kartawidjaya
Bapak, Ibu sekalian, bagian ini masih bicara kesaksian Yesus tentang diri-Nya. Saya akan bicara sedikit mundur ke belakang. Kalau Bapak, Ibu perhatikan di awal pasal 5, itu orang-orang Yahudi itu kan kumpul ya semua, itu konteks ya. Kumpul kenapa? Karena hari raya. Dan orang-orang Yahudi itu udah makin benci dan berusaha menangkap dan membunuh Yesus. Ya itu latarnya. Kita melihat kenapa mereka itu menuduh Yesus bekerja pada hari Sabat, menyembuhkan orang sakit. Dan Yesus menjawab tuduhan itu dengan menyajikan kebenaran tentang pribadi-Nya sendiri. Bahwa Dia dan Bapa setara. Kalau Bapa kerja, Aku juga katanya, gitu kan. Dan ini menjadikan mereka semakin benci dan ingin membunuh Yesus. Nah di dalam Yesus membicarakan kesaksian-Nya ini, Dia ingin mengatakan kepada orang-orang Yahudi itu bahwa Dia tidak mau mereka percaya kepada Dia, hanya karena Dia sedikit berkata bahwa Dia Anak Allah, ya. Yesus mau memperlihatkan bahwa Dia punya saksi-saksi yang lain. Nah semua saksi-saksi ini disebutkan oleh Tuhan kita sebagai kesaksian bahwa Dia adalah Kristus, Anak Allah itu. Tetapi setelah orang-orang Yahudi ini mendengar kesaksian dari mulut Yesus, hati mereka itu sama sekali tidak tergerak. Mereka tidak mau percaya kepada Yesus sebagai Anak Allah, sumber hidup yang kekal itu. Apa saja saksi-saksi lain yang Tuhan berikan itu. Ya Saudara bisa membaca bagian sebelum ini, Bapanya di surga. Lalu saksi lain yang kedua, Yohanes Pembaptis, dia juga bersaksi Kristus Anak Allah, lalu apa? Mujizat-mujizat yang Dia kerjakan. Lalu yang terakhir Kitab Suci. Nah ini yang akan kita pelajari kali ini. Jadi Yesus kasih tahu bahwa Kitab Suci itu menyaksikan tentang diri-Ku sendiri. Inilah bagian yang kita baru baca ya. Kita mau belajar bagaimana reaksi orang-orang Yahudi itu terhadap Kitab Suci. Apa yang menjadi masalah mereka sebetulnya? Saya ingin mengajak kita untuk merenungkan tentang kesalahan-kesalahan apa yang mereka perbuat supaya kita belajar tidak menjadi seperti mereka ya.
Yang pertama, orang-orang Yahudi tidak bisa melihat tulisan-tulisan di dalam Kitab Suci menunjuk kepada Kristus. Jadi Yesus berkata, Saudara-saudara di ayat 39 yang tadi kita baca, kamu menyelidiki Kitab Suci, tentunya PL ya, zaman dulu PB belum ditulis. “Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, Perjanjian Lama itu, sebab kamu menyangka bahwa olehnya kamu mempunyai hidup yang kekal. Tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, tapi kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu.” Jadi orang-orang Yahudi ini, menyelidiki Kitab Suci Perjanjian Lama, tapi mereka tidak mengenali Yesus ketika Dia datang. Padahal tulisan di Perjanjian Lama itu semua menubuatkan Kristus. Jadi meskipun orang-orang Yahudi di zaman Yesus itu percaya, Kitab Suci PL itu berasal dari Allah dan mereka rajin baca, tetapi Yesus berkata “kamu rajin menyelidiki Kitab Suci karena kamu menyangka dengan cara itu, kamu akan mendapat hidup yang kekal.” Ini artinya mereka menyelidiki Kitab Suci dengan cara yang salah. Apa yang salah Saudara? Sama seperti kita berkata, “Ini ada mahasiswa teologi hebat, brilliant otaknya waduh luar biasa. Mahasiswa ini yang terbaik. Dia begitu rajin menyelidiki Kitab Suci, tetapi menolak Yesus.” Nah itu kira-kira gambarannya Saudara.
Kok bisa? Apa yang terjadi Saudara-saudara? Ada satu hal yang pasti, bahwa mereka membaca Kitab Suci itu dengan cara yang salah sehingga dua hal terjadi. Yang pertama, sewaktu baca, mereka itu bukan mencari Tuhan, tetapi mereka mencari argumen itu untuk mendukung pikiran mereka. Maka orang-orang semacam ini Saudara, sebenarnya tidak pernah mencintai Tuhan. Kita kenapa baca ini Saudara? Karena kita cinta Tuhan, dan Tuhan menitipkan kita Buku ini sebelum Dia datang kembali. Jadi mereka ini tidak ada dasarnya Saudara, cinta Tuhan lalu ambil Kitab Suci. Mereka cinta pikirannya sendiri tentang Tuhan. Jadi mereka mencintai pikiran mereka sendiri tentang Tuhan. Mereka tidak rendah hati mau belajar teologi dari Kitab Suci. Tetapi mereka salah menggunakan Alkitab. Jadi mereka memakai Alkitab ini untuk membela teologi yang mereka bikin sendiri. “Mesti cocok dengan teologi saya. Saya juga punya ya. Ya saudara-saudara ini pemikiran saya, jangan sampai ini berlawanan.”
Saudara di dunia akademik, pernah ada satu pemikiran di abad 18, ini namanya historical Jesus atau gerakan Yesus Sejarah. Ini apa yang diajarkan Saudara di dalam konsep ini? Ini mengajarkan tujuan Yesus dan tujuan para murid itu harus dibedakan gitu. Maka para akademisi ini harus membedakan antara Yesus yang memang pernah hidup di dalam sejarah dan Yesus yang pernah ditulis di Perjanjian Baru oleh murid-muridnya, khususnya oleh Paulus. Yang adalah hasil imajinasi para murid-Nya. Jadi PB ini bagi konsep Yesus sejarah, ini semua hasil imajinasi murid-murid-Nya tulisan ini. Beda sama aslinya, Yesus itu yang datang. Maka Yesus yang berada di dalam sejarah, tidak bisa itu ngelakuin mujizat. Itu sebabnya Saudara, orang-orang ini yang punya konsep historical Jesus ini, mereka mencipta ulang Yesus yang baru menurut pikiran mereka. Bahwa Yesus adalah manusia biasa, tidak bisa mengerjakan mujizat. Kalau Dia jalan di atas air, airnya cuman 5 cm, itu cuma kelihatannya aja jalan. Kalau Dia kasih makan 5 ribu orang, Dia sembunyiin dulu roti di gua. Nah Yesus berdiri nya dekat gua itu, sehingga Dia terus distibusi lewat murid-murid-Nya. Itu menjadi awal muasal daripada teologi liberal. Yesus yang pernah hidup di dunia itu bukan Tuhan. Dia tidak bisa bikin mujizat. Yesus hanya seorang yang khotbah tentang Kerajaan Allah, yang akhirnya mati ditinggalin Allah. Yesus di PB itu, itu adalah hasil daripada pikiran para murid yang mencuri mayat Yesus lalu mengatakan bahwa Dia bangkit dan sebagainya. Lalu murid-murid mengumpulkan pengikut-pengikut yang lain. Inilah melahirkan kekristenan liberal.
Orang-orang akademik pinter otaknya, tetapi dengan rasio mereka itu yang diberi Tuhan, mereka ingin menyingkirkan semua yang berbau mujizat di dalam Kitab Suci. Akhirnya Saudara, semua ayat-ayat yang berlawanan dengan akal sehat harus ditolak. Wah bahaya sekali Saudara. “Jangan paksa kita untuk percaya apa yang dikatakan Alkitab sebagai kebenaran. Ciptakan Yesus menurut pikiran kita.” Jadi mereka menyelidiki ayat-ayat Alkitab untuk membela teologi yang mereka sendiri sudah cipta. Sampai sekarang Saudara, pikiran itu masih ada dan meracuni STT, gereja. Diajarkan bahwa Yesus itu hanya seorang guru moral yang besar. Terus yang ditekankan itu. “Oh Dia jalan keliling-keliling, orangnya penuh belas kasihan, sembuhkan orang sakit, kita harus tiru Dia. Dia sahabat bagi orang miskin.” Etika, moral terus ditinggikan tetapi Injil mati di situ, saudara. Ajaran seperti ini sudah masuk sekolah-sekolah Kristen. Jangankan sekarang Saudara, saya waktu SD memang saya belum jadi Kristen, saya lahir di keluarga Buddha. Tetapi saya, di dalam anugerah Tuhan, ditaruh di sekolah Kristen sama Mama saya Saudara. Jadi saya ingat guru agama itu ngajarin sama anak-anak itu, Yesus itu guru moral. Saya masih ingat tu. Yesus itu guru moral, guru moral, guru moral, orang baik Saudara. Dia jalan keliling ngajar. Dia jalan keliling cari orang sakit sembuhin. Dia orangnya banyak belas kasihan. Tidak ada satu kalipun Dia bicara kita semua orang berdosa, Yesus mati dan bangkit menebus dosamu. Jadi ya reject kebangkitan Saudara, bagaimana bicara. Jadi Yesus itu di batas pikiran dia. Dia batasi sendiri bahwa Dia adalah guru moral saja. Cilaka Saudara kalau kekristenan jadi begini. Jikalau kita memakai Alkitab untuk membuktikan keyakinan kita Saudara, inilah kecelakaan.
Yang kedua Saudara, mempelajari Kitab Suci itu bukan untuk hanya mencari argumen saudara, untuk membenarkan pikiran sendiri, tetapi dia mau menghindari dosa dan teguran hati nuraninya. Saudara-saudara, kita tidak boleh mencari ayat-ayat yang ada di dalam Kitab Suci untuk membuat kita itu justru menjadi tenang untuk berbuat salah. Mungkin saudara cari-cari buku yang mana kira-kira, buku yang interpretasi mirip sama pikiran saya. Yang sama juga interpretasinya, sehingga membikin pikiran kita itu menjadi setuju dengan apa yang sebenarnya berlawanan dari prinsip yang benar dari Kitab Suci. Saudara hati-hati lho baca buku, karena kita baca buku terjadi seperti itulah kita. Cari buku itu buku yang bagus, buku reformed yang baik Saudara-saudara. Supaya kita itu bisa kenal ini interpretasi yang benar menurut Kitab Suci itu, ini interpretasi yang benar. Jadi akhirnya Saudara kita sudah tahu apa hal tertentu harus dilakukan, tapi karena kelemahan kita akhirnya kita mencari dukungan Kitab Suci yang akhirnya lain supaya kita bisa menghindari perpuluhan, menghindari bayar pajak. Coba cari buku yang begini ternyata, “Oh, jadi saya nggak usah kasih.” Saudara-saudara, kita harus berhati-hati terhadap hal seperti ini, mencari dukungan-dukungan interpretasi terhadap Kitab Suci sampai akhirnya kita tenang berbuat dosa-dosa tertentu. Saudara, kita harus kembali kepada Tuhan, minta Tuhan cerahkan rasio kita, Saudara-saudara.
Orang Yahudi itu mengakui, menganggap diri mereka itu sudah sempurna, karena mereka itu sudah melakukan segala peraturan Taurat. Jadi anggap kitab ini, saya sudah melakukan ini semua. Tetapi Yesus berkata “Tidak seorang pun di antara kamu melakukan hukum Taurat.” Itu yang bener. Jadi mereka itu bikin tafsiran sendiri untuk menghindarkan diri dari dosa. Saudara ini bicara kesalahan-kesalahan orang Yahudi 2000 tahun lebih yang lalu. Bagaiamana dengan kita sekarang? That’s the point. Apakah kita membaca Kitab Suci dengan motivasi dan hati dan pikiran yang benar? Bahwa saya ingin belajar di bawah Tuhan. Tuhan yang mengajari saya melalui Kitab Suci. Apakah kita percaya Saudara, tulisan-tulisan di dalam Kitab Suci ini Firman Tuhan? Ini bukan tulisan manusia saja, ini Firman Tuhan sendiri yang diwahyukan kepada para penulis, empat puluhan orang lebih. Kalau kita bilang ini Firman Tuhan, ini pasti sangat berkuasa iya kan. Untuk mempebaiki kelakuan, menyatakan kesalahan, kita tidak berusaha mencari interpretasi yang lain. Tidak Saudara! Kita jangan terjebak dan merenungkan itu hanya untuk tujuan akademik. Sehingga kita mencari argumen-argumen untuk mendukung pikiran kita yang salah atau menghindari dosa-dosa tertent. Itu bahaya Saudara. Itu sebab yang pertama poin ini mari kita yang sudah percaya kepada Kristus, kita belajar Saudara, kita mau dengan motivasi yang benar menghampiri Kitab Suci. Kita berhenti mencari argumen untuk mendukung pikiran kita, justru pikiran kita yang dikuduskan terus melalui tulisan-tulisan ini. Kita mau baca dan makin percaya dan taat kepada Kristus. Kita tidak mau mengikuti orang-orang Yahudi, Yesus sudah berdiri di depan mereka, mereka tidak kenal. Itu celaka Saudara. Yesus tegur dosa mereka, mereka juga tidak sadar. Mereka anggap diri benar, “Saya sudah melakukan hukum Taurat dan segalanya.” Marilah kita belajar Kitab Suci untuk mencari Kristus di dalamnya, untuk lebih mengenal Dia, makin hidup suci melayani Dia.
Mari kita melihat apa lagi kesalahan orang-orang Yahudi di zaman Yesus. Yang kedua Saudara, mereka sibuk dengan detil-detil di dalam Kitab Suci sampai lupa makna rohani yang terkandung di dalamnya. Zaman dulu itu Saudara, ahli Taurat itu tugasnya apa? Tugasnya, namanya ahli Taurat Saudara-saudara, dia itu meng-copy Kitab Suci. Halaman demi halaman di-copy. Sangat detil. Satu-satu Saudara, hitung kata per kata jangan sampai ada yang salah. Saudara pasti bagus ketelitian seperti itu ya. Kita kan bukan menghindari Saudara. Seorang murid, mahasiswa yang punya komitmen, wah, ketelitian. Seorang profesional juga, itu penting sekali! Itu berarti orangnya punya disiplin, punya ketekunan. Seorang siswa yang baik itu harus punya komitmen, ketekunan, ketelitian. Tapi jangan hanya berhenti di situ. Nggak bisa Saudara! Kalau kita dengan Kitab Suci itu nggak bisa hanya dengan detil-detil, hafal-hafal ayat ini, itu nggak bisa. Itu reaksi semua ahli Taurat itu berhenti pada meng-copy. Hafal mereka juga ayatnya. Mereka sangat teliti setiap kata itu dengan sangat akurat. Tapi untuk apa kata akurat, tapi tidak ngerti maknanya. Mereka fokus pada tulisan-tulisan dalam Kitab Suci, tapi kehilangan makna rohaninya justru.
Misalnya ketika mereka lihat ayat “Jangan membunuh”, “Oh saya tidak pernah membunuh”. Memang Saudara, mereka tidak pernah pegang pisau lalu tusuk orang. Tapi Yesus berkata setiap orang yang marah terhadap saudaranya itu harus dihukum. Itu mereka nggak ngerti makna rohani daripada ayat itu Saudara. Jadi itu sama dosanya dengan membunuh. Kamu membunuh karakter dia. Mereka tidak sadar sudah berapa banyak menghina Yesus. Mereka pernah membunuh orang lain Saudara-saudara dengan kalimat yang menghina dan merendahkan. Jadi orang-orang Yahudi ini teliti tetapi kehilangan makna rohani dari Kitab Suci. Mereka pikir dengan menjalankan Taurat maka dianggap bisa menyelamatkan. Konsep mereka sudah salah Saudara tentang keselamatan. Karena mereka memiliki hukum Musa, bangga nya luar biasa Saudara. “Saya punya hukum Musa, itu yang penting!” Mereka begitu yakin kepada pengetahuan mereka terhadap hukum Musa. Jadi Yesus mengajarkan bahwa pengetahuan terhadap hukum Musa itu tidak cukup. Hukum itu memang berguna, tapi tidak bisa bawa manusia kepada keselamatan. “Justru hukum Taurat itu akan mendakwa siapa yang percaya kepada-Ku. Aku datang bukan untuk mendakwa. Musa yang mendakwa kamu. Aku datang bukan untuk mendakwa tapi menyelamatkan. Aku dilahirkan supaya seluruh dunia ini di bawah kuasa dosa. Aku bukan lahir untuk mendakwa, Musa yang mendakwa kamu.”
Jadi Yesus datang menyelamatkan, bukan untuk mendakwa. Yesus datang untuk mati menyelamatkan membawa dosa-dosa kita di dalam tubuh-Nya itu di atas kayu salib. “Aku datang menyelamatkan kamu dari dakwaan hukum Musa.” Itu yang Yesus katakan tadi di ayat yang kita baca, ayat 45. “Jangan kamu menyangka, bahwa Aku akan mendakwa kamu di hadapan Bapa; yang mendakwa kamu adalah Musa, yaitu Musa, yang kepadanya kamu menaruh pengharapanmu. Sebab jikalau kamu percaya kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepada-Ku, sebab ia telah menulis tentang Aku. Tetapi jikalau kamu tidak percaya akan apa yang ditulisnya, bagaimanakah kamu akan percaya akan apa yang Kukatakan?” Jadi Yesus berkata Musa itu tulis tentang Saya. “Lihatlah Aku, hai kamu orang-orang Yahudi, yang tahu Musa itu begitu baik, memberi hukum dan segala macam. Bisakah kamu melihat Aku? Kamu sudah tahu anak domba yang dipersembahkan di Bait Allah itu. Itu Musa menulis tentang Aku. Seluruh Kitab Suci bicara tentang Aku; Dia adalah keturunan perempuan itu. Dia adalah dinubuatkan oleh para nabi. Dia adalah hamba yang menderita daripada Nabi Yesaya. Dia adalah Penguasa Israel yang akan lahir di Bethlehem, itu ditulis oleh Mika. Dia bukan lahir sebagai raja atau pemimpin militer, Dia lahir sebagai bayi yang lemah, dituliskan di Kitab Injil. Dia akan mati disalibkan di antara 2 perampok. Dia akan dikubur dan dikuburkan di kuburan orang kaya. Dia akan dibangkitkan. Semua itu tulisan menunjuk kepada Saya. Tulisan para nabi. Buku ini, percayalah, dan itu akan membawa kamu kepada-Ku.” Itu Yesus bilang begitu sama orang Yahudi. Hukum Musa itu tidak bisa menyelamatkan kamu. Tapi mereka pikir Saudara, ahli Taurat dan orang Farisi itu, “Saya tidak mau dibawa kepada Yesus sebagai Juruselamat. Nggak mau!”
Yesus bilang kamu tidak percaya, jikalau kamu tidak percaya kamu akan mendapatkan hukuman. Mereka tetap pilih tidak mau percaya. Bagi mereka seharusnya Tuhan menghitung jasa saya, saya sudah melakukan seluruh perintah Taurat, berpuasa, beri sedekah, beri perpuluhan. Kurang apa lagi saya? Harusnya cukup. Saya pasti selamat. Saudara, kalau kita melihat orang Farisi, kita pasti kagum dengan perbuatan mereka yang luar biasa. Orang Farisi jauh di atas kita, disiplin Saudara, moral lebih tinggi. Tapi Tuhan itu melihat lain. Karena manusia itu melihat luar, tapi Tuhan itu melihat hati. Saya jadi ingat ini Saudara, ada satu tulisan, “Siapa sih yang sebenarnya paling layak terima perjamuan kudus? Orang yang paling tidak layak menerima.” Saudara, waktu dia menulis itu dia ingat dosanya Saudara, dia nangis, dia cucurkan air mata. “Tuhan maafkan saya.” Itu orang paling layak. Jadi Tuhan itu melihat hati. Apa motivasi mereka kerjakan segala sesuatu itu yang Tuhan lihat. Dan mereka mengerjakan segala hal untuk dilihat dan dipuji orang, itu orang Farisi, bukan untuk menyenangkan Tuhan. Apa pun mereka berdoa untuk dilihat orang, memberi sedekah untuk dilihat orang, dipuji. Itu sebabnya Yesus menyebut mereka munafik, “Celakalah kamu hai orang-orang Farisi. Kamu orang-orang munafik. Sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih. Tapi sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan segala jenis kekotoran.” Jadi Saudara, orang Farisi doa keras-keras, di publik, untuk dilihat dan dipuji orang. Pakai jubah panjang supaya orang banyak kenal mereka. Mereka memastikan setiap mata tahu, “Inilah saya.” Apa yang mereka berikan kepada Bait Allah, Yesus berkata mereka menginginkan hormat manusia.
Saudara kita belajar di dalam hal ini, Kitab Suci itu selalu ada aspek spiritual, makna rohani yang mendalam. “Jangan tangan kirimu tahu apa yang tangan kananmu kasih.” Itu Yesus Kristus. Apa sih artinya Saudara? Artinya diri sendiri saja nggak boleh ngitung jasa, apalagi kamu suruh orang ngitung jasamu. Ini tangan milik sendiri saja nggak ada yang tahu apa yang dikasih tangan kanan. Berarti diri sendiri jangan menghitung jasa. Apa yang sudah kamu berikan kepada Tuhan maka Tuhan harus, wajib, Dia akan membalas kepada saya. Itu Saudara-saudara, ini orang Farisi mengerjakan segala sesuatu untuk hormat manusia. Jadi dengan sistem seperti ini setiap orang itu sudah tidak ada fokus kepada Tuhan. Mereka tidak mungkin berpikir tentang Tuhan lagi, tapi masing-masing fokus kepada dirinya. Gimana supaya saya bisa menarik perhatian orang. Jadi saling kompetisi akhirnya timbul. Fokus kepada diri, masing-masing fokus kepada diri. Akhirnya berkompetisilah satu dengan yang lain. “Siapa yang paling baik. Ayo banding-bandingin.” Itu sebabnya Saudara, waktu Yesus datang, fokus mereka kepada diri. Nggak bisa lihat Yesus adalah Tuhan. Nggak bisa! Mereka sama sekali nggak kenal, “Siapa Kamu, saya nggak butuh Kamu!” Mereka baca begitu teliti, begitu menyelidiki hukum Musa, tapi hanya fokusnya di situ Saudara. Akhirnya punya keyakinan yang salah.
Sebenarnya hukum Taurat diberikan itu bukan untuk menolong mereka berbuat lebih baik daripada orang lain Saudara. Tapi hukum itu diberikan supaya mereka kenal siapa diri mereka. Orang lemah, orang berdosa, orang yang tidak mampu mengerjakan sendiri. Jadi standar Tuhan itu sempurna. Inilah yang dituntut hukum Taurat, “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, jiwamu, kekuatanmu.” Tidak ada manusia bisa melakukan itu dengan kekuatannya sendiri. Itu standar yang Tuhan berikan kepada manusia, dan tidak ada di antara manusia bisa mencapai itu. Tidak ada seorangpun bisa diselamatkan karena melakukan hukum Taurat. Tidak ada orang masuk surga karena mengerjakan hukum Taurat. Yang ada adalah orang-orang yang sadar diri tidak sempurna lalu dia lari ingin mendapatkan anugerah Tuhan melalui darah Kristus yang membersihkan dosanya. Itu sebab Saudara, kita ini orang-orang yang butuh anugerah. Kita orang yang memerlukan Yesus. Kita orang yang perlu Injil. Tapi kalau yang terjadi seperti orang-orang Yahudi ini, yang fokus kepada perbuatan, lalu membanding-banding satu dengan yang lain, siapa lebih baik, segala macam, Kitab Suci mengajar kita kalau mau banding itu bukan dengan orang lain Saudara, tapi dengan Tuhan. Maka kita akan sadar ketika kita berdiri di hadapan Kristus, kita hanyalah debu saja tidak ada apa-apanya sama sekali. Apa yang kita bisa banggakan Saudara di hadapan Tuhan? Nggak ada! Semua yang kita berikan itu adalah milik Dia, kita cuma kembalikan sebagian. Itu saja! Di situlah Saudara, kita berdiri di hadapan Tuhan yang menyelidiki hati nurani kita. Di situ kita mulai belajar rendah hati, belajar percaya anugerah, belas kasihan Tuhan kita. Kita sadar butuh penebusan yang Kristus kerjakan di atas kayu salib itu.
Saudara, marilah kita berkomitmen kepada Kristus, jangan sampai kita terjebak kita hanya dalam memiliki pengetahuan dalam Kitab Suci mendetail. Doktrin A sampai Z, Saudara, tahu. Tetapi lupa apa yang Kitab Suci ajarkan tentang dosa, tentang darah Kristus, tentang bagaimana iman kita itu diuji melalui penderitaan, melalui kesulitan. Dan hidup yang kekal, jangan kita lupakan Saudara. Itu makna rohani yang terkandung di dalam seluruh ayat-ayat Kitab Suci. Saudara kita harus mengingat hidup kita di dunia itu sementara. Rumah kita ini bukan di sini. Jadi janganlah kita itu banding-banding sama orang. Itu orang Farisi. Kita kerja apapun untuk dilihat Tuhan, bukan untuk dilihat manusia. Kita orang-orang yang lebih takut Tuhan, bukan takut manusia. Sehingga kita selalu menyadari bahwa kita ini tamu di dunia ini, satu hari kita akan bertemu dengan Tuhan, Pencipta kita. Nah bagaimana kita mempertanggungjawabkannya Saudara, segala sesuatu yang kita perbuat? Jikalau kita sadar kita mengerjakan segala sesuatu menyenangkan Tuhan bukan manusia, oh kita kembali dengan tenang.
Mari kita menyadari semua pengetahuan Kita Suci itu tidak menyelamatkan kita. Yesus yang menyelamatkan kita. Saudara-saudara, bukan artinya tidak penting ya, apalagi kita Saudara-saudara yang sudah mendoktrinnya, sudah wah, berjubah-jubah, Saudara-saudara. Ya, kan? Tapi ingat, itu doktrin itu menunjuk kepada siapa? Yesus Kristus, Pribadi. Ya, kan? Itu bukan barang Saudara yang perlu pengetahuan disimpan. Bukan! Turun ke hati. Ya, kan? Itu Calvin nulis Institutio itu karena apa, Saudara? Supaya orang belajar kesalehan, supaya doktrin yang saya tulis ini bisa turun ke hatimu dan menjadi orang saleh yang mengerjakan doktrin ini. Itu artinya, Saudara, doktrin itu menunjuk kepada Kristus, Pribadi itu yang harus kita percaya dan kita taati. Yah, itu.
Jadi, sekali lagi, Saudara, point ke-2 ini, jangan sampai kita fokus kepada pengetahuan dan pengetahuan, lupa Saudara, yang dituju pengetahuan itu Tuhan kita sendiri, Yesus Kristus. Yesus yang telah mati untuk dosa kita. Dia yang telah mengambil hukuman Taurat itu, Saudara dan membatalkannya bagi kita di dalam kematian Kristus. Kristus itu telah datang kepada kita. Dia menawarkan keselamatan. Dia ingin kita bersama Dia di surga. Tuhan tidak peduli, Saudara, berapa besar dosa yang telah kita perbuat. Tuhan ingin kita kembali kepada Dia. Itu point-nya. Kita belajar rendah hati ya di dalam point yang kedua ini. Kita belajar senantiasa sandar kepada Kristus. Temukan makna rohaninya daripada kita belajar Kitab Suci ini, yaitu Saudara-saudara, menyadari siapa Kristus itu dan apa yang sudah Dia kerjakan bagi kita di atas kayu salib. Kalau nggak sampai ke situ, Saudara, masih kurang. Setelah kita kenal siapa Kristus dan apa yang sudah Dia kerjakan, apa reaksi saya? Spiritual, makna rohani itu, Saudara, harus ada ya. Tuhan sudah mengerjakan ini. Apa reaksiku kepada Tuhan yang sudah begitu mencintai saya?
Mari kita melihat yang terakhir, Saudara. Kesalahan orang Yahudi yang lain itu di point ke-3. Apa, Saudara? Menganggap Kitab Suci itu sebagai sumber hidup, bukan Tuhan Saudara. Ini, sekali lagi begitu! Jadi, ini yang penting, “Saya sudah punya Kitab Suci. Saya sudah punya hidup yang kekal.” Tadi sudah dibahas, karena orang-orang Yahudi itu baca Kitab Sucinya salah, yang mereka mencari argumen, mendukung pikiran mereka, menghindari dosa, dan segala macam, sekarang menuju kepada kesalahan yang lebih besar. Jadi, mereka menganggap Kitab Suci ini memberi hidup yang kekal. Yesus berkata, “Kamu menyelidiki Kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa olehnya kamu mempunyai hidup yang kekal.” Masa, ini bisa menyelamatkan kita? Aneh ini, Saudara! Ini itu menunjuk kepada siapa? Dia! Itu yang harus selalu kita cari di dalam Kitab Suci itu Kristus! Jadi, ini sarananya. Jangan lupa tujuannya itu apa.
Kalau Augustinus itu bilang dengan kalimat yang simple, Saudara. Orang itu jangan berhenti di sarana ya, tapi harus menjadikan sarana itu menjadi pijakan untuk kita mendapatkan tujuan itu. Jadi, kalau orang itu cuma berhenti di sarana, itu orang bodoh. Tapi kalau orang bijak itu apa? Orang yang memakai sarana untuk mencapai tujuan. Ini sarananya. Tujuannya apa, Saudara? Kristus itu sendiri. Saudara-saudara, mereka berpikir hanya dengan rajin baca Kitab Suci bisa mendapat hidup yang kekal. Maka percuma mereka rajin menyelidiki, tapi tidak sampai kepada Yesus Kristus yang dituliskan. Mereka berhenti kepada tulisan-tulisan Kitab Suci itu sendiri. Mereka menjadikan Kitab Suci sebagai akhir dari tujuan mereka membaca. Seharusnya Yesus Kristus yang menjadi tujuan akhir dari penyelidikan mereka. Yesus seperti berkata begini, Saudara, “Kamu ikut PA setiap minggu. Iya, kan? Kamu tidak asal-asalan dong saat teduh setiap pagi. Iya, kan? Kamu begitu menyelidiki Alkitab, kamu disiplin belajar, tapi motivasinya salah. Kamu kira, dengan belajar Alkitab itu kamu punya hidup yang kekal.” Memang benar, Saudara, Kitab Suci ini memimpin kita kepada hidup yang kekal. Iya, kan? Tapi hidup yang kekal itu hanya bisa terjadi melalui Kristus itu! Kitab Suci itu bicara mengenai Yesus Kristus. “Bagaimana mungkin kamu membaca dan menyelidiki Kitab Suci, tapi tidak percaya kepada-Ku?” Itu kan yang Dia bilang kepada orang-orang Yahudi. Yesus berkata, “Setelah menyelidiki Kitab Suci, kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu!” Jadi Saudara, orang Yahudi bangga dengan Kitab Sucinya mereka, Kitab Suci PL. Mereka kira, itu bisa nyelametin mereka.
Kitab Suci, Saudara, tidak memberi hidup kekal di dalam dirinya sendiri, tetapi tulisan-tulisan dalam Kitab Suci ini menunjuk kepada Yesus yang memberi hidup yang kekal. Jadi, fokus Kitab Suci itu adalah siapa, Saudara? Yesus Kristus. Di dalam Dia ada hidup. Kita datang kepada Dia, tapi orang Yahudi tidak mengerti. “Saya mau berhenti di Kitab Suci saja.” Itu sebab mereka menafsirkan ulang Ulangan 32:2, Saudara. “Biarlah seperti hujan adalah hidup bagi dunia, begitu juga tulisan-tulisan dalam Taurat adalah hidup bagi dunia.” Jadi itu dipercaya secara literal, Saudara. Tidak dicari makna rohaninya. Maka akibatnya, mereka sangat mementingkan menghafal ayat-ayat Alkitab sebagai syarat mereka boleh diselamatkan. Wah bahaya, Saudara! Ayo, berapa ayat Alkitab. Terus… “Wah, pasti saya selamat!” Maka Yesus ingin membereskan konsep Yahudi yang salah ini, Saudara. Ini bukan artinya Saudara jangan hafalin ayat ya, Saudara-saudara. Justru hafalin ayat itu penting sekali ya karena Yesus waktu dicobai iblis di gurun, Dia ngapalin Ulangan ini. Yesus kan nggak bawa scroll Perjanjian Lama pas itu, Saudara. Iya, kan? “Manusia bukan hidup dari roti saja” itu dari Kitab Ulangan. Yesus hafal, Saudara! Iya, kan? Manusia bukan hidup dari roti saja, tapi setiap firman yang keluar dari mulut Tuhan. Jadi Saudara, memang Kitab dipimpin oleh Tuhan. Jangan sampai kita lupa menghafal ayat-ayat Alkitab. Memorize. Masuk ke dalam hati ya, Saudara. Jadi setiap malam, tiap Saudara baca itu Alkitab, coba cari satu ayat. Hafalin. Besok kalau masih lupa, baca lagi, hafalin lagi, Saudara. Supaya kalau Saudara dapat masalah, dapat persoalan, itu ayat keluar. Ada Tuhan bicara di situ. Salah satunya, Saudara lihat ini. Jadi saya maksudnya Saudara, bukan anti menghafal, tidak penting. Tapi Yesus itu ingin membereskan konsep Yahudi yang salah, Saudara bahwa bagi Yesus belajar Kitab Suci itu bukan jaminan kamu punya hidup yang kekal. Kristus itu sendiri adalah hidup, bukan Kitab Suci ini di dalam dirinya sendiri. Hanya Kristus yang menjamin hidup yang kekal.
Jadi semua manusia membutuhkan kelahiran kembali, sehingga seorang bisa memiliki relasi yang baru dengan Kristus. Saudara masih ingat percakapan antara Nikodemus dengan Yesus? Saya ambil contoh, Saudara. Itu Nikodemus adalah Farisi. Dia seorang figur dari orang Yahudi. Saat bicara dengan Yesus, Saudara, orang Yahudi itu berharap ada sesuatu perdebatan soal janji tentang Mesias dan segala macam. Tapi yang terjadi, Saudara, justru Yesus itu mengubah arah pembicaraan sedemikian rupa. Jadi dari hal yang tinggi-tinggi, Saudara, bersifat akademik itu Nikodemus datang, Yesus mengubah menjadi spiritual. Itu hebatnya Tuhan kita, Saudara. “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, dia tidak bisa melihat Kerajaan Allah.” Bingung dia, tadi dia mau ngajak debat akademis kok jadi begini ya? Jika seseorang tidak dilahirkan kembali, dia tidak bisa melihat Kerajaan Allah. Point-nya gimana, makna rohaninya. “Kamu punya pengetahuan Kitab Suci, Nikodemus. PL begitu banyak. Kamu sudah selamat belum?” Saudara-saudara, kamu sudah lahir baru atau belum? Itu pertanyaan Kristus. Dia tahu hatinya Nikodemus kan belum lahir baru saat itu, Saudara.
Jadi semua ini mengajarkan apa kepada kita? Bahwa Kitab Suci itu diberikan oleh Tuhan bukan sebagai akhir di dalam dirinya sendiri, tapi Kitab Suci ini bertujuan untuk menunjukkan kita kepada Kristus, sumber hidup itu dan kita makin baca ini, Saudara, kalau punya motivasi yang benar, pasti kita akan datang senantiasa kepada Dia untuk mendapat hidup kita, kesegaran hidup yang baru, cinta kasih Dia, anugerah Dia itu kerasa. Kenapa Saudara kalau baca Alkitab, “kenapa nggak ada relevansinya sama saya?” Itulah kesalahannya, Saudara. That’s the point! Karena ndak sampai kepada Pribadi ini yang ngasih ini, Saudara! Saudara, sekali lagi, maukah kita percaya dan benar-benar, Saudara, kita datang kepada Kristus, menyerahkan hidup kita kepada-Nya? Yesus datang dari surga untuk menyelamatkan kita. Datang kepada-Nya. Keselamatan itu tidak bisa didapat dengan membaca Kitab Suci. Keselamatan tidak bisa dengan menghafal ayat. Kita harus taat kepada firman Tuhan yang membawa kita kepada Kristus Juruselamat kita. Siapa yang percaya tidak akan dihukum.
Jadi Saudara, point ke-3 ini, kita selalu dengan rendah hati datang mencintai Kristus, menyadari bahwa firman ini, Saudara, bertujuan membawa kita kepada Dia. Kita harus selalu mendekatkan di dalam hati kita, Saudara, tulisan semua di dalam Kitab Suci ini berguna untuk mengajar kita, mengoreksi kita, mendidik kita di dalam kebenaran yang adalah Kristus sendiri. Dengan tujuan apa, Saudara? Supaya kita makin mencintai Dia, makin menjadi serupa dengan Dia, makin melayani Dia di dalam hidup kita di dalam dunia ini yang sementara ini. Saudara-saudara, kita semua sudah dihindarkan dari COVID. Kita masih ingat ya, ketika COVID datang itu bagaimana kita nangis-nangis sama Tuhan. Saudara, kita tidak mau mati. Ya, kita mau tetap hidup. Sekarang, Saudara, Tuhan sudah beranugerah begitu besar. Apa yang kita bisa kerjakan untuk Tuhan? Kitab Suci ini sudah dititipkan kepada kita. Tuhan ingin kita menyelidiki Kitab Suci bukan seperti orang Farisi, tapi benar-benar membaca Kitab Suci ini membawa kita makin mencintai Tuhan yang mengajar kita, yang mengoreksi, mendidik kita hidup di dalam kebenaran sampai kita berjumpa dengan Dia. Kiranya Saudara-saudara, firman ini boleh menggerakkan kita untuk hidup makin mencintai Tuhan. Sampai di sini kiranya Tuhan menolong kita semua. Amin.
Bapa di dalam surga, kami berterima kasih karena Engkau memberikan kami firman hari ini untuk membawa kami senantiasa berfokus kepada Kristus Yesus, Tuhan kami. Ya Tuhan, biarlah setiap kali kami belajar Kitab Suci kami tahu, kami sedang diajari oleh Tuhan, kami ditegur, kami dinyatakan kesalahan kami, dan kami ingin bertobat, datang kembali kepada-Mu, ya Tuhan sumber hidup itu. Tuhan, hindarkanlah kami daripada bahaya-bahaya menjadi seperti orang Farisi yang selalu mencari argumen, menghindarkan diri daripada dosa dengan pengetahuan kami, ya Tuhan. Tolong kami untuk selalu merendahkan diri di hadapan-Mu. Senantiasa datang kepada-Mu. Jadikan kami orang-orang yang beribadah, berbakti kepada-Mu, ya Tuhan, mencari Engkau, hidup suci di dalam dunia ini sampai kami kembali kepada-Mu. Terima kasih, ya Tuhan. Berkatilah jemaat-Mu. Dalam nama Yesus Kristus kami berdoa. Amin. (HSI)