Panggilan Tuhan, 14 Januari 2024

Panggilan Tuhan

Vik. Nathanael Marvin

 

Setiap manusia, hidup berdasarkan panggilan Tuhan. Baik orang Kristen, maupun orang non-Kristen, kita semua hidup berdasarkan panggilan Tuhan. Dan memang setiap manusia itu hidup berdasarkan panggilan Tuhan. Itulah rancangan yang Tuhan jalankan di dalam kehidupan manusia ketika Tuhan menciptakan manusia, Tuhan inginkan manusia itu hidup dalam rancangan-Nya, cuma manusia yang seringkali tidak mau mendengar panggilan Tuhan, tidak mau hidup dalam panggilan Tuhan sehingga mereka berdosa. Dan upah dosa adalah maut. Setiap orang harusnya hidup dalam panggilan Tuhan. Baik orang Kristen, baik orang non-Kristen, Tuhan inginkan kita itu hidup berdasarkan firman-Nya, berdasarkan panggilan Tuhan sendiri. Kalau di luar panggilan Tuhan, kita berdosa dan Tuhan tidak inginkan kita hidup di luar panggilan Tuhan. Kalau kita hidup dalam panggilan Tuhan, itulah kehendak Tuhan, hidup diberkati Tuhan. Itu akan betul-betul memimpin kita supaya terus melakukan panggilan Tuhan.

Seluruh hidup seseorang bukan dipertanggungjawabkan atas dirinya sendiri melainkan di hadapan Tuhan, di hadapan panggilan Tuhan atas hidupnya. Jika kita melihat realitas ciptaan Tuhan ini, betul panggilan Tuhan itu ada di dalam setiap kehidupan manusia. Kita lihat di awal penciptaan, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita sendiri melihat bahwa seluruh dunia ini ada, seluruh dunia ini exist itu karena apa? Itu karena firman Tuhan! Seluruh dunia ini bisa berjalan sebagaimana mestinya itu karena ketetapan Allah sendiri di dalam firman-Nya. Dia menetapkan segala sesuatu dan menyatakan diri-Nya di dalam firman-Nya. Bumi ini diciptakan dengan apa? Dengan firman-Nya. Manusia diciptakan oleh Tuhan dan diberikan perintah dan panduan hidup berdasarkan apa? Berdasarkan firman-Nya. Kita hidup dalam firman Tuhan, seharusnya. Berdasarkan panggilan Tuhan, seharusnya. Tetapi manusia yang berdosa seringkali mengabaikan panggilan Tuhan dan akhirnya mendengarkan suara diri yang sudah jatuh dalam dosa. Bahkan yang lebih parah adalah mendengarkan suara setan sehingga tergoda untuk melakukan dosa.

Manusia seharusnya mendengar firman Tuhan, merenungkannya siang dan malam dan melakukan firman Tuhan itu dalam kehidupan sehari-hari. Prinsip dari budaya orang-orang Kristen, atau budaya manusia yang seharusnya diciptakan oleh Tuhan itu bagaimana harusnya hidup? Yaitu adalah dengar firman Tuhan dan lakukan. Taat perintah Tuhan, mendengar firman Tuhan kembali, dan melakukannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Inilah kekristenan. Kekristenan dibentuk dalam budaya Ibrani, dalam Perjanjian Lama kita bisa lihat bahwa budaya Ibrani atau Yahudi adalah budaya yang mendengar firman Tuhan dan melakukan firman Tuhan. Sampai kepada Perjanjian Baru, firman Tuhan itu dinyatakan di dalam Yesus Kristus, sehingga firman Tuhan yang hidup itu bukan saja didengar di dalam Perjanjian Lama, melainkan juga dilihat. Itu Firman hidup. Itu Firman yang menjadi manusia di dalam pribadi Yesus Kristus yang hidup di bumi ini, yang melayani Tuhan, yang hidup berdasarkan panggilan Bapa. Itu Yesus Kristus.

Kita bukan saja mendengar, tetapi di dalam perjanjian Baru kita melihat. Melihat siapa? Melihat Tuhan. Tuhan yang bagaimana? Tuhan yang menjelma menjadi manusia. Sehingga kita bisa melihat, menganalisa, bagaimana seharusnya manusia hidup. Bukan berdasarkan kata orang, berdosa apalagi, bukan berdasarkan perkataan iblis, melainkan berdasarkan teladan Yesus Kristus. Kita bukan saja mendengar firman, tapi melihat Yesus hidup itu seperti apa. Apakah Yesus pernah berdosa? Tidak! Itu yang harus kita inginkan, jangan berdosa. Apakah Yesus memuliakan Tuhan? Ya! Maka kita mau hidup memuliakan Tuhan, jangan berdasarkan pemikiran kita sendiri. Maka sayang sekali bila kita yang mengaku sebagai orang Kristen malah hidup menjauhi firman-Nya, panggilan-Nya. Ada firman Tuhan, malas mendengar. Ada Alkitab, aduh langsung ngantuk. Udah ngantuk dulu, udah malas dulu. Padahal Alkitab, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, zaman sekarang itu sudah diubah sedemikian rupa supaya kita lebih mudah membacanya. Ada Alkitab audio. Alkitab bosen bahasa Indonesia, “Ah sudah tahu ah bahasa Indonesia.” Kita bisa akses bahasa Inggrisnya. Terus sudah bingung juga kalau sudah baca bahasa Inggris, kita ada terjemahan Alkitab yang sangat mudah; terjemahan sehari-hari atau ayat Alkitab yang terbuka. Itu terjemahan yang lebih mudah kita mengerti. Kita banyak variasi dari Alkitab. Kalau kita malas membaca, kita bukan suka orang yang membaca, apalagi di negara-negara daerah bagian Timur, kita sukanya apa? Mendengar. Ya sudah, dengarkan audio Alkitab. Ada semua tersedia. Di Youtube ada, di internet ada, dan yang lain-lain. Maka sayang sekali kalau orang Kristen itu menjauhi firman Tuhan. Akhirnya apa? Yang dia dengar adalah perkataan dirinya sendiri yang sudah tercemar oleh dosa. Dan terlebih lagi paling parah adalah perkataan setan yang kita tidak sadar bahwa itu perkataan setan. Kita sudah diserang dan ditipu oleh setan sendiri.

Sayang sekali juga bila semua umat manusia akhirnya mengikuti panggilan-panggilan yang bukan panggilan Tuhan. Orang berdosa seringkali mendengar panggilan diri yang berdosa. Orang berdosa seringkali sukanya panggilan setan, perkataan setan yang melawan firman Tuhan. Dan akhirnya itu membawa semua manusia kepada celaka. Pendeta Stephen Tong mengatakan bahwa orang yang terus pentingkan diri tidak mungkin diberkati Tuhan. Kenapa orang bisa mementingkan diri? Karena yang dia dengar itu suara diri terus. Diri mengatakan apa dituruti. Pengen apa dituruti terus. Pentingkan diri. “Saya pengennya ini.” Diri terus. Tapi tidak sadar bahwa diri itu selalu memikirkan kecenderungannya adalah melakukan dosa. Padahal itu bertentangan dengan firman Tuhan. Pasti celaka! Orang yang pentingkan panggilan untuk melakukan dosa, kenikmatan duniawi, Tuhan sendiri katakan dalam firman-Nya, orang yang celaka. Celaka bila manusia itu tidak kembali kepada firman Tuhan, tidak taat firman Tuhan, dan tidak mau mendengar firman Tuhan. Inilah menjadi teguran kita sebagai orang-orang pilihan Tuhan yang sudah ditebus dengan darah Yesus yang begitu mahal, yaitu begitu luar biasa mulia, kita harus senantiasa mendengar panggilan Tuhan. Suara Tuhan itu kita cari. Tetapi bukan suara dari mimpi-mimpi yang tidak pasti, bukan suara dari hati nurani yang sudah tercemar oleh dosa, tapi kita kembali kepada firman Tuhan, karya Allah yang tertulis di dalam Alkitab, yaitu firman yang sudah dipimpin oleh Roh Kudus. Kita kembali ke Alkitab. Bukankah itu artinya reformed?

Semangat mereformasi diri bukan karena panggilan duniawi, melainkan karena panggilan Tuhan di dalam Alkitab. Segala panggilan duniawi harus kita tolak. Tetapi segala panggilan dari Alkitab harus kita taati. Hal ini juga yang menjadi harapan kita sebagai orang Kristen yang sudah diberikan anugerah, kesempatan memasuki tahun yang baru. Kita tahu bahwa setiap tahun baru ada tentu tidak semua orang memasuki tahun yang baru. Tetapi kalau kita bisa memasukinya, menjalaninya, ada tujuan yang Tuhan berikan kepada kita, yaitu apa? Mendengar panggilan Tuhan. Ini adalah tujuan hidup kita. Terus taat kepada firman Tuhan yang adalah pelita bagi kaki kita dan terang bagi jalan kita. Itulah yang menjadi fokus hidup kita.

Nah Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita mengucap syukur kepada Tuhan bahwa gereja ini bukan saja menekankan semangat reformed, semangat kembali kepada firman Tuhan, tetapi semangat injili juga yang berarti apa? Memberitakan firman Tuhan. Kita masuk ke dalam firman Tuhan itu reformed. Injili berarti apa? Keluar memberitakan Injil, memberitakan firman Tuhan. Kita bersyukur untuk amanat agung dari Yesus Kristus. Ini dasar gereja ini ada, yaitu firman Tuhan. Dan Yesus Kristus ketika di dalam dunia, sebelum Dia kembali ke surga, Dia memberikan perintah yang agung, amanat agung, great commission. Sesuatu yang perlu kita perhatikan sebagai orang Kristen untuk kita terus belajar lakukan, yaitu pergi memberitakan Injil, mendalami firman Tuhan, menggembalakan orang lain. Itu tugas semua orang Kristen, bukan tugas hamba-hamba Tuhan saja ya dalam mengajar firman Tuhan, menginjili, menggembalakan orang. Itu bukan tugas hamba-hamba Tuhan saja, tapi Yesus justru perintahkan kepada para murid-Nya, semua orang Kristen.

Dan dalam penginjilan, kita sebagai gereja Tuhan, punya jenis pelayanan, yaitu kebaktian kebangunan rohani. Baik itu pelayanan di dalam gereja, kita undang seperti kurang lebih ada KKR Regional di dalam gereja tetapi juga kita pergi ke luar, ke institusi sekolah di mana kita datangi murid-murid untuk kemudian beribadah. Nah panggilan menginjili sangat jelas di dalam amanat agung dan untuk kita semua. Dan di dalam jenis pelayanan KKR Regional ini, orang-orang Kristen itu dilatih ya. Bukan saja hamba Tuhan yang berkhotbah, tetapi orang-orang Kristen yang diberikan talenta oleh Tuhan, diberikan panggilan oleh Tuhan untuk bisa berkhotbah juga. Misalnya seperti siapa yang paling mudah? Yaitu guru-guru sekolah minggu. Sudah, tiap bulan ditugasin, ayo beritakan firman. Nah itu adalah orang-orang yang kurang lebih berpotensi besar untuk khotbah KKR Regional, Kebaktian Kebangunan Rohani. Lalu ada juga orang-orang yang mungkin pintar ngomong. Entah bagaimana, pokoknya pintar lah bicara panjang lebar. Nah itu juga mungkin dipanggil untuk berkhotbah memberitakan Injil ke institusi sekolah atau ke orang-orang secara umum secara ibadah.

Nah kemudian dalam KKR Regional itu, biasanya di akhir firman Tuhan itu ada panggilan. Itulah yang membedakan kebaktian pada umumnya, yang disebut ibadah, dengan ibadah KKR Regional. Yaitu ada apa? Ada calling, panggilan. Altar call kalau perlu ya, maju ke depan, seperti KPIN (Kebaktian Pembangunan Iman Nasional) itu ada calling nya. Itu yang membedakan bahwa kita ini ingin dibangunkan. Ada respons, bukan jiwa saja mengatakan, “Ya saya mau percaya Yesus!” tapi tangan terangkat. Jiwa menggerakkan tangan, “Saya mau percaya Yesus. Saya mau bertobat. Saya mau maju ke depan.” Itu adalah calling.

Dan biasanya Bapak, Ibu, Saudara sekalian, calling itu ada 3 jenis. Nah itulah yang menjadi khotbah kita hari ini. Khotbah kita hari ini dari metode atau jenis KKR Regional yang ada 3 calling itu. Meskipun tidak semua 3 calling itu diberikan, tapi setidaknya kita sudah persiapan untuk memanggil orang. Yang pertama panggilan untuk percaya Tuhan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, panggilan untuk menyadari “Saya berdosa, saya butuh Tuhan. Saya bukan orang benar, saya harusnya binasa masuk ke neraka, tapi saya mau meminta belas kasihan supaya saya masuk surga, supaya saya bisa selamat, memperoleh hidup yang kekal.” Lewat cara apa? Tuhan menyatakan lewat Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Itu yang harus kita percaya sehingga kita bisa mengenal Allah, mendapatkan keselamatan dari Allah. “Yang mau percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, yang mau mengundang Yesus Kristus masuk ke dalam hati, angkat tangan di hadapan Tuhan. Sungguh-sungguh terima Yesus Kristus.” Inilah panggilan gospel. Inilah panggilan Injil. Gospel calling.

Dan bagian ini termasuk dalam order of salvation. Kalau kita sudah pelajari order of salvation atau ordo salutis ya Bapak, Ibu, Saudara sekalian, di dalam orang pilihan Tuhan akan mencapai seluruh proses ini, yaitu apa? Di dalam Roma 8:29-30. Mari kita baca sama-sama, ini adalah ayat yang menjadi doktrin order of salvation atau urutan keselamatan. Roma 8:29-30, “Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.” Inilah urutan keselamatan bagi umat pilihan, bagi setiap orang Kristen yang mengikut Yesus, yaitu apa? Kita diselamatkan bukan karena perbuatan baik kita, karena kita tidak mampu berbuat baik karena dosa kita, melainkan kita diselamatkan karena apa? Pilihan! Tuhan yang memilih kita. Dipilih sejak kapan? Sejak semula. Semula itu sejak kapan? Sejak bahkan dunia ini belum ada. Semula, dalam kekekalan. Kemudian ditentukannya dari semula, predestination. Kalau tadi dipilih itu doktrin pilihan, election. Kalau ditentukan, predestination. Untuk apa? Kenapa kita dipilih, kenapa kita diselamatkan? Untuk perbuatan baru. Untuk apa? Untuk serupa dengan gambaran anak-Nya yaitu Yesus Kristus, untuk sanctification. Election, predestination, sanctification. Lalu Rasul Paulus mengulangi lagi, “dan mereka yang dipilih sejak semula” – predestination – “mereka juga akan dipanggil-Nya”. Orang yang ditentukan ada gospel calling, ada panggilan Injil, ada mendengar panggilan kabar baik tersebut di dalam Yesus Kristus. Dan mereka yang mendengar panggilan tersebut, mereka dibenarkan, justification. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka juga akan dimuliakan, glorification. Wah ini semua paket lengkap keselamatan. Semua orang Kristen akan mendapatkan paket ini. Karena itu keselamatan dari Tuhan sendiri dan Tuhan yang mengerjakannya di dalam kehidupan orang percaya. Ini adalah hal yang tidak mungkin diubah oleh siapa pun. Orang yang sudah dipilih akan dengar panggilan Injil dan dia akan diselamatkan dan dikuduskan.

Panggilan ini menyadarkan tentang siapakah Yesus Kristus bagi kita semua. Apakah kita sudah sungguh-sungguh mengakui Yesus itu Tuhan sejati dan Juruselamat dalam kehidupan kita secara pribadi? Kalau kita tidak mengakui, alasannya kenapa? Kenapa kita tidak mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat? Lalu kalau kita mengakui Tuhan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, alasannya apa? Dan ini jawabannya hanya 2, panggilan Tuhan atau panggilan dari diri? Kita mengakui Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat bukan karena perkataan kita, bukan karena perkataan orang, melainkan pertama-tama karena firman Tuhan yang mengatakannya. Roma 10:9-10, mari kita buka bersama-sama, kita baca ya, ini biasanya menjadi ayat hafalan untuk setiap orang Kristen yang mau mengabarkan Injil. “Saya bingung mau ngomong apa sama orang.” Ngomong ayat saja, firman Tuhan. Roma 10:9-10 kita baca bersama-sama, “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan.“ Yesus sendiri pernah berkata bahwa “Akulah jalan kebenaran dan hidup”. Yesus sendiri menyatakan “Akulah Tuhan yang mampu menyelamatkan manusia yang berdosa.” Maka ketika orang mengaku dengan mulutnya atau mengaku dengan hatinya bahwa Yesus adalah Tuhan, kemudian Yesus juga sudah mati di atas kayu salib menanggung hukuman dosa, kemudian Allah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Inilah rumus keselamatan dari Tuhan sendiri.

Dan pengakuan Yesus adalah Tuhan betul-betul melindungi kita dari ajaran-ajaran yang saat ini beredar di dalam kalangan Kristen yang mengatakan bahwa “Yesus itu Tuhan saya setuju, tapi saya tidak percaya Yesus itu Allah.” Maksudnya apa ya saya percaya Yesus Tuhan tapi tidak setuju Yesus Allah? Maksudnya berarti ada Allah yang lebih tinggi daripada Tuhan Yesus. “Yesus bukan Tuhan sejati, Dia Tuan, Dia cuma utusan Tuhan yang lebih tinggi saja, Dia itu demi-god, Dia itu setengah Tuhan saja. Setengah dewa lah. Tapi Tuhan yang sejati itu hanya satu saja.” Wah ini adalah ajaran yang beredar di kekristenan, banyak orang Kristen percaya. “Oh iya betul ya, Allah itu satu. Yesus itu ya Tuhan saja lah, bukan betul-betul Allah.” Alkitab tidak mengatakan demikian, Alkitab mengatakan Yesus itu Allah sejati. Dan kita mengenal juga di dalam Alkitab bahwa Allah itu adalah Allah Tritunggal. Satu Allah tapi tiga Pribadi. Allah Bapa, Allah Anak yaitu Yesus Kristus, dan Allah Roh Kudus.

Ajaran oneness, ajaran-ajaran tentang satu Allah saja, itu bukan dari Alkitab. Itu dari perkataan iblis. Itu perkataan diri manusia yang berdosa, pengennya satu Allah saja, lebih mudah dimengerti daripada Allah Tritunggal. Tentu ajaran ini bukan Kristen tetapi dibalut dengan Alkitab. “Tetap kita harus hormati Yesus, tetap kita harus percaya Yesus tetapi bukan sebagai Allah. Tuan aja, Tuhan aja.” Wah ini bahaya sekali. Kalau percaya Yesus yang salah, kita pun tidak mendapatkan berkat dari apa yang Alkitab katakan.

Lalu, Yesus adalah Juruselamat. Ayatnya di mana saja? Di bulan lalu, kita sudah merayakan Natal. Matius 1:21, ya mari kita sama-sama membacanya. Matius 1:21 menjelaskan arti nama Yesus Kristus. Di bulan Natal kemarin, kita sudah merenungkannya. Mari kita baca bersama-sama, Matius 1:21, ”Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.” Ya, Yesus itu Juruselamat, tapi di sini juga menjelaskan secara tidak langsung keeksklusifan Yesus, bahwa Yesus itu menyelamatkan umat-Nya. Umat pilihan yang mau percaya kepada Yesus Kristus. Dia Juruselamat manusia berdosa. Manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa mati rohaninya. Sudah mati. Kita ini sudah mati, pantas menerima neraka, hukuman kekal bersama dengan iblis dan roh-roh jahat lainnya, tetapi karena anugerah Tuhan di dalam Yesus sebagai Juruselamat, Dia menolong kita lepas dari hukuman neraka tersebut.

Yang dibutuhkan manusia berdosa untuk bisa menyelamatkan dirinya adalah Juruselamat. Dan seorang Juruselamat, Alkitab menyatakan, itu hanya Allah saja, Juruselamat 100%. Tetapi Dia juga kan mau menyelamatkan manusia, maka Dia juga sebagai Juruselamat manusia harus 100% manusia juga dan Dia tidak boleh berdosa. Karena kalau manusia berdosa mau menyelamatkan manusia berdosa lainnya, sama-sama berdosa kok, sama-sama sudah mati, sama-sama sudah dijatuhi hukuman mati, bagaimana bisa menyelamatkan manusia yang lain? Dan Allah 100% sebagai penentu jalan keselamatan manusia berdosa harus bagaimana. Karena Allah pemilik surga, Dialah yang tahu bagaimana harus masuk surga. Dan Tuhan tetapkan masuk surga itu jalannya melalui Allah sendiri di dalam Yesus Kristus. Dan manusia 100% sebagai wakil manusia, pengganti manusia yang berdosa. Kita masuk surga harus benar, tanpa dosa. Bagaimana manusia berdosa harus benar dan tanpa dosa untuk bisa masuk ke surga? Bukan dengan kekuatan kita, melainkan karena wakil kita yaitu Yesus Kristus sudah menjadi pengganti kita. Nanti ketika kita masuk surga, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, Bapa di surga itu mengatakan, “Kamu orang benar. Kamu tidak ada dosa.” Karena apa? Karena kebenaran Yesus Kristus. Semua orang masuk surga itu nggak boleh berdosa. Kita dianggap benar oleh Juruselamat kita, yaitu Yesus Kristus. Paulus pernah mengatakan kepada Timotius dalam surat 1 Timotius 1:15. Dia tekankan betul-betul. Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya bahwa Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa. Itu panggilan pertama.

Nah, panggilan kedua, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, adalah panggilan pertobatan. Yang tadi, panggilan untuk percaya kepada Yesus Kristus. Panggilan Injil. Yang kedua adalah panggilan pertobatan. Yaitu apa? Hidup dalam kekudusan. Suka nggak kita taat firman Tuhan? Suka nggak kita menyangkal diri, memikul salib, dan mengikut Yesus? Mau tidak melakukan hal itu, bahkan seringkali susah, bahkan seringkali bertentangan dengan prinsip hidup kita. Kita mau taat perintah Tuhan. Kita mau tunduk pada firman Tuhan. Kita mau lakukan kekudusan. Kita mau bertobat dari segala dosa, berbalik arah dari kepada diri yang berdosa kepada suara setan, kembali kepada firman Tuhan. Mau nggak taat? Suka nggak melakukan firman Tuhan? Mau tidak mempersembahkan hidup, tubuh ini sebagai persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan kepada Tuhan? Inilah panggilan ketaatan untuk mengikut Yesus. Sekalipun susah, sekalipun berat, tapi ada sukacitanya. Ada sukacita. Jangan anggap perintah Tuhan itu semata-mata beban. Jangan anggap perintah Tuhan itu semata-mata susah, menguntungkan orang lain saja. Tidak! Perintah Tuhan itu, kehendak Tuhan itu menguntungkan kita.

Pelayanan itu bukan bekerja keras bagi Tuhan, lalu kita capek, tidak dapat berkat apa-apa. Tidak! Kita mendapatkan upah. Pelayanan sendiri adalah upah. Pekabaran Injil sendiri, kalau kita bisa lakukan pekabaran Injil, itu upah kita juga karena kita layak gitu memberitakan Injil? Kita layak sebagai manusia berdosa bisa taat pada perintah Tuhan? Nggak layak! Itu adalah upah. Pelayanan bukan beban, tapi adalah upah. Dan juga ada seorang jemaat mengatakan ya, ”Wah, saya ingin ikut pelayanan, meskipun jauh.” Karena apa? “Pelayanan itu adalah refreshing.”  Wah, ini pandangan yang baru sekali ya bagi kita ya. “Ayo, kita healing ke mana!” Kaliurang. Kali ya. Kita healing ke kali. Padahal di atas ya, gunung ya. Kaliurang atau ke mana ya, Parangtritis, pantai. Nggak ada yang pikir healing ke gereja. Coba pikirkan ya. “Refreshing yuk! Wah, kemarin ada Natal sekolah Minggu! Refreshing yuk! Kita bukan guru sekolah Minggu. Ya kita pengen refresh melihat anak-anak, melihat pekerjaan Tuhan.” Misalkan seperti itu ya. Wah, ini adalah pandangan yang berubah sekali. Pelayanan itu upah. Pelayanan itu refreshing. Pelayanan itu bukan beban. Memang ada bebannya, tapi tidak sepenuhnya beban. Justru ada sukacita yang Tuhan berikan, justru ada kekuatan yang Tuhan berikan di dalam pelayanan karena kita tidak mampu melayani Tuhan kalau tidak karena pertolongan Tuhan.

Iman tanpa perbuatan adalah mati. Itu Yakobus mengatakan. Kita sudah membahas kitab Yakobus. Kalau rajin ibadah ya di GRII Yogyakarta tanpa bolong, pasti mendengarkan kitab Yakobus semua karena saya sudah mengkhotbahkan kitab Yakobus di GRII Yogyakarta ini. Dan fokus dari kitab Yakobus adalah apa? Iman tanpa perbuatan adalah mati. Berarti, perbuatan penting nggak? Sebagai orang reformed katakan, harus kita katakan penting. Tapi itu timbul dari iman yang Tuhan berikan. Iman yang Tuhan berikan berarti apa? Jangan pisahkan percaya sama perbuatan. Dipisah-pisah. Nggak boleh! Orang-orang itu seringkali pisahkan percaya saja, terus nggak ada perbuatannya. Itu bukan iman. Itu iman yang palsu. Maka waktu Tuhan memberikan iman, itu sekaligus perbuatan. Jangan pisah-pisahkan iman saja, percaya saja, ngomong aja, berbicara saja itu cukup. Tidak! Iman dan perbuatan itu satu kesatuan. Maka ketika Tuhan memberikan iman, itu ada perbuatannya juga. Ya jangan sampai kita pikir, “Udah, pisahkan iman dan perbuatan. Beriman saja sudah cukup, tidak perlu tindakan nyata.” Apakah itu betul iman? Bukan! Itu bukan iman. “Berbuat baik saja yang penting. Tidak perlu mengerti imannya.” Itu juga perbuatan baik yang salah, yang tidak berkenan. Kita berbuat baik, nggak ngerti kenapa kita berbuat baik. Pokoknya ikut-ikutan. Iman tanpa perbuatan mati. Perbuatan tanpa iman yang benar kurang berkenan.

Panggilan kedua ini bicara soal pentingnya perbuatan. Karena apa, Bapak, Ibu, Saudara sekalian? Karena inilah tujuan utama hidup manusia. Kalau kita percaya katekismus singkat Westminster, itu pertanyaan pertama itu bertanya, apakah tujuan utama dari hidup manusia? Semua orang reformed harus hafal nggak? Harus! Nggak boleh ya kalau dites, apa sih tujuan utama hidup manusia? “Ee, apa ya? Lupa!” Wah, kurang reformed, gitu ya. Bukan reformed. Nah, orang reformed diajarin pertanyaan pertama, harus tahu tujuan hidup kamu apa. Ya kalau lupa, bolehlah dari khotbah ini. Tujuan hidup saya adalah menjalankan panggilan Tuhan. Ya, itu masih OK, tapi di dalam katekismus itu mengatakan apa? Tujuan utama hidup manusia adalah memuliakan Tuhan. Perbuatan! Menikmati Tuhan. Perbuatan! Bahkan selamanya. Itu perbuatan yang kekal sampai ke surga, kita terus memuliakan Tuhan dan menikmati Tuhan selamanya. Ini pentingnya perbuatan. Percuma katakan, “Saya beriman! Saya beriman. Saya percaya Yesus. Saya sungguh-sungguh hidup kudus.” Mana perbuatannya? Memang kita tidak menuntut orang supaya menunjukkan perbuatan, tapi itu ditegur di dalam kitab Yakobus. Tetap, perbuatan itu penting.

Kita buka Efesus 2:8-10. Kita baca bersama-sama ayat ini. Ini ayat juga ayat penginjilan ya. Efesus 2:8-10. Kita baca bersama-sama. “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.” Ini Sola fide, berdasarkan iman saja kita boleh selamat. Betul, tapi iman itu sendiri tidak pernah tidak ada perbuatannya. Selalu ada perbuatan, yaitu apa? Mengaku dengan mulut bahwa Yesus adalah Tuhan yang sudah menyelamatkan kita, yang sudah menanggung hukuman dosa kita. Dan kemudian setelah itu, tujuan hidup kamu apa? Melakukan pekerjaan baik yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Pekerjaan baik. Kita harus pikirkan pekerjaan baik, bahkan memikirkan rencana Allah yang kekal yang sudah Tuhan rancangkan di masa depan. Ya, bukan berarti kita menjadi fortune teller ya. Kita tahu nih, masa depan bagaimana. Bukan! Kita mengejar terus pekerjaan baik yang Tuhan sediakan.

Paling sederhana, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, bulan depan, tepat 30 hari kemudian. Hari valentine atau pemilu? Dua-duanya. Itu kan pasti ada kan di depan, pemerintah menetapkan hari Pemilu. Pekerjaan baik yang dipersiapkan Allah sebelumnya itu. Kita harus kejar. Kita harus coblos. Kita harus berpartisipasi. Kita harus menggunakan hak suara untuk mengadakan perubahan yang lebih baik bagi negara ini, maka kita berdoa. Nah, pekerjaan baik yang dipersiapkan Allah sebelumnya, bahkan ada tips untuk memilih dalam Pemilu adalah kita pilih yang Tuhan pilih. Wah, bagaimana caranya ya? Bukan yang pendeta pilih, bukan yang orang lain pilih, bukan yang partai pilih, tapi pilih yang Tuhan pilih. Wah, susah ya. Tuhan kira-kira milih yang mana? Kita harus berdoa, harus mendengar suara Tuhan dari firman Tuhan tentunya ya. Kita harus cari tahu. Nah, kita mau lakukan. Bagi orang-orang yang KTP-nya di luar kota, nah itu perlu ya mengurus. Persiapkan dengan baik supaya bisa mencoblos di daerah di mana kita tinggal. Kita harus persiapkan juga pekerjaan baik yang sudah Tuhan persiapkan bagi kita. Jadi, kita pikirin perbuatan baik. Itu tujuan hidup manusia. Selain karena apa? Karena kita sudah diselamatkan dalam Kristus. Kita mau lakukan perbuatan baik untuk sesama itu apa? Kita pikirkan.

Itulah kenapa Yesus sendiri mengatakan pentingnya buah. Pohon ara yang tidak berbuah dikutuk oleh Yesus. Yesus kasih perumpamaan pohon yang tidak berbuah kasih waktu setahun, dua tahun lah. Terus tebang aja kalau nggak berbuah. Wah, berarti Yesus menekankan perbuatan baik. Jangan melakukan dosa, tapi harus melakukan perbuatan baik. Di dalam Galatia juga mengatakan pentingnya buah Roh Kudus. Kita tahu, kalau kita bisa berbuat baik karena itu Roh Kudus yang bekerja dalam hidup kita. Sudahkah hidup kita ada kasih? Sudahkah hidup kita ada sukacita? Sudahkah hidup kita ada damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri? Itu buah Roh Kudus. Itu apa? Perbuatan baik. Ini pentingnya ketaatan kepada perintah Allah.

Kemudian bukan saja itu, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, tetapi amanat agung Yesus. Surat wasiat. Perkataan wasiat dari Yesus Kristus sebelum meninggalkan dunia ini. Yesus memberikan perintah agung yaitu memberitakan Injil ke seluruh dunia. Itu perbuatan. Ya itu sekali lagi, itu perbuatan perkabaran Injil dan Tuhan bukan menggunakan malaikat atau diri-Nya sendiri memberitakan Injil, tapi mempercayakan pemberitaan Injil itu kepada orang Kristen. Bukankah ini suatu hak istimewa? Bukankah ini suatu hak yang begitu indah kalau kita bisa terlibat dalam pekabaran Injil? KKR Regional atau pelayanan rumah sakit, atau mungkin perkunjungan, dan lain-lain.

Bapak, Ibu sekalian, jemaat di Jogja kurang lebih sudah tahu lah ya bahwa di bulan Desember kan kalau nggak salah, saya sempat bilang bahwa saya mencetak traktat itu 8.000 buah. 8.000 buah, 4.000 itu traktat umum, 4.000 traktat anak. Itu tulisan saya semua. Saya tidak bisa desain. Saya minta orang untuk mendesainkannya. Lalu sudah dicetak ini. Itu tulisan saya sendiri, desainnya dari orang lain. Itu apa? Perbuatan kan ya. Poinnya adalah tentu, saya juga berjuang untuk menaati amanat agung dari Tuhan Yesus Kristus, memberitakan Injil. Susah nggak? Susah! Pemberitaan Injil itu ngapain sih? Ya itu salah satu prakteknya ya, tapi praktek lain ada banyak hal memang untuk memberitakan Injil. Dan saya juga bersyukur kepada Tuhan, ada salah satu pengurus dari gereja kita juga yang meminta tolong supaya dia bisa punya traktat dan membagikan traktat tersebut. Membeli traktat dari terbitan STEMI dan juga dia minta juga 50 traktat buatan saya. Nah, ini pentingnya perbuatan. Karena apa? Perbuatan itu mempengaruhi orang lain. Perbuatan itu ada pesannya sendiri. Karena apa? Perbuatan itu timbul dari iman seseorang. Jadi dari perbuatan, orang bisa melihat iman seseorang. Dan dengan itu, kita juga bersyukur kalau ada angka ya, Bapak, Ibu sekalian, setidaknya kita bisa menilai pekerjaan kita sebagai apa. OK, saya mau bagi traktat 8.000. bayangin ya. Itu selesai berapa tahun ya? Nggak tahu, makanya coba. Sebelumnya, saya hitung traktat kira-kira aja. Kayaknya sih selama hidup saya, saya bagikan traktat itu kan sekali-sekali ya. Tidak seberani Pak Tong atau hamba-hamba Tuhan lain yang langsung bagikan di tempat umum. Saya bagikan dengan mencicil. Satu-persatu, ada kesempatan. Sudah jadi lifestyle. Di tas saya ada traktat. Di mobil ada traktat. Naik motor ada traktat karena bawa tas ya. Bawa tas itu. Sudah, langsung bagikan, malah tanpa berpikir kayak gitu ya. Wah, itu bahaya juga ya, melakukan firman Tuhan dengan “ah, pokoknya kebiasaan.” Tapi harus dengan hati. Nah, kita punya target. “OK, saya beli traktat 100 untuk tahun ini.” Eh, ternyata mungkin 3 bulan sudah habis. Berarti kita bisa bagikan traktat lebih banyak.

Bila keselamatan itu adalah 100% anugerah Allah, iman itu 100% anugerah Allah, pertobatan dan pengudusan hidup juga adalah 100% anugerah Allah karena iman tanpa perbuatan tidak bisa dipisahkan. Tetapi pertobatan dan pengudusan hidup juga sekaligus 100% usaha manusia. Karena apa? Karena yang bertobat itu bukan Tuhan. Tuhan tidak perlu bertobat. Yang bertobat itu kita. Yang melakukan pertobatan kita. Tapi ingat, itu 100% anugerah Allah dan juga itu tindakan kita 100% juga. Maka hidup orang Kristen bukan saja menekankan anugerah Allah, tetapi juga menekankan perbuatan kita kepada Tuhan.

Ibrani 11:6 mengatakan, “Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.” Orang mencari Dia. Ada nggak? Ada! Tuhan mencari manusia. Itu ya jelas. Itu ya yang ditunjukkan oleh Yesus Kristus. Tapi ada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia berarti ada ketaatan kepada Allah. Jika di dunia saja orang tahu menghargai orang lain, apalagi Bapa kita yang di surga. Kita sangat tahu menghargai bapak presiden, misalkan. Kita sangat tahu menghargai orang-orang yang hidup tanpa tanda jasa, misalkan guru. Kita kan hormat kepada guru. Kita hormat pada dokter, misalkan. Kita sebagai orang Kristen, Alkitab juga menyatakan harus hormati hamba Tuhan. Kita hormat. Kita tahu menghormati manusia. Apalagi Tuhan sih. Tuhan melihat kita sungguh setia. Tuhan melihat anggaplah paling contoh sederhana, Pdt. Stephen Tong sungguh setia. Tuhan bisa menghargai nggak orang? Bisa! Sangat bisa menghargai orang, mengapresiasi, memuji. Bahkan di terakhir kan, semua orang yang setia kepada Tuhan dikatakan, “Masuklah, hamba-Ku yang baik dan setia kepada kemuliaan.” Tuhan hargai kok semua perbuatan kita. Karena yang berbuat itu kita. Tapi Tuhan juga memberi kemampuan di dalam Roh Kudus-Nya untuk memberikan kita kekuatan untuk taat. Itu panggilan kedua.

Panggilan ketiga adalah panggilan menjadi hamba Tuhan. Panggilan untuk melayani sebagai pendeta, sebagai penginjil, sebagai hamba Tuhan full time. Rela melayani gereja Tuhan. Tinggalkan semua kesempatan-kesempatan, pekerjaan untuk menjadi hamba Tuhan. Tinggalkan kesempatan untuk mendapatkan uang lebih banyak di dalam bisnis, terus mencukupkan diri dengan apa yang gereja Tuhan atau komunitas gereja itu berikan kepada kita. Mau melayani, mau mengabarkan Injil, rela meninggalkan segala sesuatu untuk fokus menjadi penjala manusia. Itu panggilan hamba Tuhan.

Dan di sepanjang kisah Alkitab Bapak, Ibu sekalian, panggilan menjadi hamba Tuhan itu sangat-sangat jelas ada dan itu seumur hidup. Yang dibicarakan oleh Alkitab itu seringkali panggilan hamba Tuhan kok. Coba pikir, Alkitab jelasin nggak pekerjaan A, B, C? Nggak kan. Yang sering kali dijelaskan adalah panggilan nabi, para nabi Perjanjian Lama, panggilan rasul, ya, rasul-rasul Yesus, murid-murid Yesus, pekerjaan Injil. Ya Alkitab tidak pernah jelaskan membangun mall, bisnis, pusat perbelanjaan itu seperti apa gitu ya. “Ayo raup keuntungan sebanyak mungkin.” Nggak! Yang Alkitab banyak jelaskan pekerjaan pelayanan kepada Tuhan dengan seluruh hidup kita.

Nah panggilan menjadi nabi, dan panggilan menjadi rasul adalah dasar dari panggilan hamba Tuhan di zaman kita sekarang. Kedua jabatan ini nabi dan Rasul sudah tidak ada lagi karena itu jabatan khusus di dalam Perjanjian Lama maupun juga Perjanjian Baru. Sudah selesai. Karena apa? Karena Alkitab sudah jadi. Ya, panduan kita adalah Alkitab. Jabatan para nabi maupun para rasul juga sudah tidka ada lagi. Sekarang lalu hamba Tuhan itu jabatannya apa? Nah kita lihat Efesus 4:11-12. Mari kita baca bersama-sama. Kita baca bersama-sama ayat ini, Efesus 4:11-12, “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus” cukup. Fungsinya masih tetap ada ya. Jadi panggilan hamba Tuhan ini menjadi panggilan bagian apa? Yaitu panggilan penginjil, evangelis, pemberita-pemberita Injil. Itu hamba Tuhan. Turunannya ada orang-orang Kristen, mempunyai fungsi mempunyai tugas untuk memberitakan Injil di mana pun berada. Tetapi khususnya adalah penginjil atau hamba Tuhan itu.

Yang kedua, penggembala. Di sini ada yang merasa diri adalah gembala GRII ini? Nggak kan? Saya juga bukan gembala GRII ini. Tapi kalau bicara soal gembala siapa? Kita semua sudah tahu gembala gereja ini siapa. Berarti ada jabatan ya. Tapi fungsi itu untuk memperkuat otoritas dari Tuhan. Kita semua punya fungsi penggembala bukan hamba Tuhan penginjil yang mengabarkan injil saja, bukan hamba Tuhan penggembala yang menggembalakan saja tapi semua kita punya fungsi untuk menggembalakan, mengabarkan injil.

Nah yang selanjutnya adalah pengajar atau guru, mungkin kita bisa katakan sebagai pengkotbah. Itu mengajar ya. Pengkotbah siapa? Ya hamba Tuhan. Tapi ada pengkotbah awam, orang-orang yang bukan panggilan hamba Tuhan tapi memberitakan firman Tuhan juga. Guru di sekolah pengkotbah juga, dia ngajarin, guru agama Kristen maksudnya. Itu pengkotbah juga. Jadi fungsinya tetap ada bagi kita semua tapi ada orang yang khusus dipanggil Tuhan. Maka dari itu Bapak, Ibu, Saudara sekalian, saya sangat setuju terhadap sebuah nasihat yang mengatakan bahwa setiap orang Kristen minimal harus memikirkan atau menggumulkan panggilan hamba Tuhan ini satu kali saja seumur hidupnya. Harus. Karena apa? Karena ini adalah panggilan yang begitu mulia untuk bekerja menyerahkan seluruh hidup bagi kemuliaan Tuhan. Setidaknya pikirkan satu kali dulu. Meskipun kita tahu ini cita-cita saya menjadi apa gitu ya, orang tua saya mengarahkan saya menjadi apa, tapi Tuhan kira-kira panggil saya nggak menjadi hamba Tuhan? Setidaknya pikirkan itu dulu, karena ini panggilan yang begitu mulia yang dari Tuhan. Sudahkah kita menggumulkannya? Sudahkan kita pernah tanya kepada Tuhan, “Tuhan, Tuhan panggil saya nggak sebagai hamba Tuhan yang seperti di Efesus 4:11 ini, jadi penginjil jadi penggembala, jadi pengkotbah atau guru?” Pergumulan ini sering kali jarang sekali di bawa ke gereja Tuhan. Jarang ya kita disuruh “Ayo pikirin kamu jadi hamba Tuhan apa nggak.” Bagaimana saya tahu saya dipangggil sebagai hamba Tuhan full time.

Saya sedikit sharing ya Bapak, Ibu sekalian, ada video khotbah Pendeta Stephen Tong di Youtube itu dia menjelaskan dengan sangat jelas tentang bagaimana kita tahu kita itu dipanggil sebagai hamba Tuhan fulltime. Ciri yang pertama adalah tahu bahwa tugas sebagai hamba Tuhan itu berat dan susah. Minimal tahu dulu. “Oh khotbah di mimbar itu susah, ditonton orang itu susah, suara yang keras itu susah, ngomong itu susah, persiapan khotbah itu susah, melayani 24 jam susah, menghadapi semua orang dari latar belakang yang berbeda, umur yang berbeda, kayaknya susah ya.” Wah Hamba Tuhan menjadi fokus dari semua orang jemaat bagaimana harus hidup jadi teladan wah susah ya. Gimana, saya nggak bisa ya. Ngomong aja nggak bisa. Bersapa-sapaan dengan orang aja nggak bisa. Ngobrol nggak bisa. Susah deh jadi hamba Tuhan. Nah biasanya kalau sudah tahu kan mundur kan, “wah susah”. Tapi uniknya, orang yang betul-betul dipanggil sebagai hamba Tuhan itu tetap maju, “tetap saya akan bergumul, saya minta pimpinan Tuhan apakah saya sungguh-sungguh jadi hamba Tuhan atau tidak.” Padahal sudah tahu ini susah. Dia mau lari nggak bisa. Tetep ada suara, ya, dari hati, dari firman Tuhan ketika baca tentang nabi dan rasul, “Wah saya harusnya kayak gini!” Kurang lebih ya. Wah digerakkan terus oleh 9firman Tuhan. Banyak tuntutan sebagai hamba Tuhan, tahu susah, tapi nggak bisa lari. Terus mau. Begitu lewat STT, di sini ada STT-STT gitu, “Wah harusnya saya ke sini ya, saya harusnya bisa nih sekolah Alkitab.” Begitu lihat hamba-hamba Tuhan lain khotbah, “Wah saya pengen nih. Tapi susah, takut.” Orang yang dipanggil jadi hamba Tuhan tahu susah, tapi hatinya mau terus melayani Tuhan, taat kepada Tuhan. Konflik ini terjadi pada hamba Tuhan yang sejati, yang sungguh-sungguh dipanggil menjadi hamba Tuhan. Tahu susah tetapi nggak bisa lari. Harus tunduk harus taat. Itu bukan keinginan saya, keinginan saya nyaman, kerja yang diam-diam saja bisa duduk terus dapat duit banyak. Bisa pesan makanan berlebihan. Hamba Tuhan bisa pesan makanan berlebihan nggak Bapak, Ibu sekalian? Bisa asal nggak ketahuan gitu ya. Tapi kalau lihat jemaat yang makan sehari-hari susah masak kita makan? Hamba Tuhan bisa lah punya mobil yang mahal, satu milyar, dua milyar, tiga milyar? Jemaat ada yang jalan kaki masak kita mau seperti itu? Wah susah ya jadi hamba Tuhan. Tapi terus mau taat. Ini adalah panggilan hamba Tuhan, panggilan nabi-nabi ya, terus setia sampai mati.

Ada beban berat sebagai hamba Tuhan tahu kesulitan dan pekerjaan hamba Tuhan tapi ada terus desakan dari Roh Kudus. Berarti Bapak Ibu sekalian, ciri yang pertama ini sebaliknya kita bisa mengerti kalau orang itu tidak tahu susahnya jadi hamba Tuhan, tidak tahu nih susahnya jadi pengkotbah, ya mungkin memang bukan panggilannya hamba Tuhan. Sebaliknya seperti itu, karena nggak tahu kok susahnya. Dan yang lebih parah adalah nggak tahu susahnya tapi mau jadi hamba Tuhan. Wah parah nih ya. Nggak tahu susahnya tapi saya mau lah jadi hamba Tuhan berkotbah, terkenal gitu ya, dihormati orang misalkan gitu. Nah banyak orang itu yang sekolah Alkitab dia nggak tahu susahnya hamba Tuhan tapi mau. “Saya mau masuk Alkitab, mumpung gratis, banyak beasiswa, nggak perlu biaya, saya masuk.” Tapi nggak tahu susahnya. Mungkin dia bukan hamba Tuhan. Mungkin ya. Tapi kalau hamba Tuhan dia kan dipoles terus bahwa susah kok.

Itu ciri yang pertama, yang kedua adalah, seorang hamba Tuhan full time yang sejati itu tidak pernah sejahtera kalau hanya setengah-setengah atau part time. Ini Pendeta Stephen Tong pernah jelaskan, misalnya seperti apa sih part time itu gambarannya? Yaitu kurang lebih seperti pengurus gereja lah. Kurang lebih seperti seseorang yang memberitakan firman, seperti pengkotbah, seperti hamba Tuhan tapi masih bisa bisnis yang lain, dapat pemasukan dari bisnisnya. Itu namanya part time. Ada pekerjaan lain yang menghasilkan uang, tapi dia juga ada waktu yang banyak untuk bisa mendukung pekerjaan Tuhan di dalam gereja Tuhan. Banyak pengurus itu Bapak, Ibu sekalian ya, pengurus awam, pengurus gereja itu bisa setiap hari ke gereja. Kok bisa ya ada waktu itu ya. Dia dapat uangnya dari mana? Gitu ya. Kok dia bisa sih ada waktu? Itu kenapa? Dia dipanggil menjadi hamba Tuhan tetapi part time.

Ada hamba-hamba Tuhan di luar sana berkotbah, dia punya kotbah yang baik, pemahaman firman Tuhan yang baik, tapi dia punya bisnis yang lain. Nah kita sebutnya kalau di reformed itu tidak dianjurkan demikian. Hamba Tuhan full time ya full time, hidup berdasarkan gereja Tuhan nggak boleh bekerja yang lain ya. Tapi kalau kita lihat ada hamba Tuhan baik, firmannya reformed, kembali ke Alkitab, semangat hatinya mengabarkan injil, tapi dia mungkin punya bisnis yang besar, entah itu mungkin kos-kosan, entah itu mungkin rumah persewaan dan lain-lain, dia habiskan hidupnya untuk melayani Tuhan seperti hamba Tuhan. Berarti apa? Dia dipanggil sebagai hamba Tuhan part time. Tapi yang part time ini, dia tidak boleh jadi full time, dan yang full time dia kalau sudah dipanggil jadi full time, tidak boleh menjadi part time, pasti nggak sejahtera. Jadi ada hamba Tuhan sejati nih, dipanggil menjadi hamba Tuhan full time, dia pengennya kayak pengurus gereja itu, penatua, awam ya akhirnya nggak damai sejahtera. Dia punya pekerjaan baik dapat penghasilan, dia layani Tuhan juga di gereja sering untuk memikirkan pekerjaan Tuhan, padahal gereja kan tidak pernah menggaji dari jemaatnya ya. Kita nggak pernah, kita nggak kasih uang ke jemaat. Itu bukan gereja yang sejati kalau memberikan uang. “Ayo pelayanan, nanti dapat uang, dikasih.” Kayak gitu bukan ya. Kita semua pengurus, jemaat awam itu bahkan hamba Tuhan sendiri tidak pernah digaji oleh gereja Tuhan. Maksudnya dalam arti kita bekerja dapat uang tetapi hamba Tuhan dapat pemberian, apreasiasi lah. Mau hidup bagaimana lah kalau nggak dapat uang, kan kurang lebih hamba Tuhan ini. Tetapi pengurus awam, jemaat itu nggak ada yang dapat uang dari gereja. Ya untuk apa ya karena sudah ada pekerjaan yang lainnya. Maka dari itu kita boleh melihat bahwa kalau dia pengennya setengah-setengah untuk Tuhan pasti hatinya tidak sejahtera. Itu ciri yang kedua.

Ciri yang ketiga, kalau dipanggil full timer terus dia pengennya part time, tidak sejahtera. Tapi kalau betul-betul nggak pengen jadi hamba Tuhan, nanti dipukul oleh Tuhan. Bukan karena kebencian, tetapi dipukul oleh Tuhan karena kasih-Nya. Masak nggak taat panggilan Tuhan? Pukul. Memang Tuhan bisa dikalahkan oleh kita? “Saya nggak mau Tuhan.” Terus Tuhan, “Oh gitu ya ya sudah ya.” Gagal dong panggilan Tuhan. Tapi kalau Tuhan sudah panggil nggak mungkin kita nggak taat. Kita akan taat, kalau kita lari, kita akan dipukul Tuhan mendapatkan kepahitan yang begitu besar dan mendapatkan teguran Tuhan yang begitu besar. Pendeta Stephen Tong seperti itu juga, dia bisa ceritakan rahasia tahu menjadi hamba Tuhan itu karena dia alami semuanya. Dia alami ketiga ciri ini. Dia nggak mau jadi hamba Tuhan, “Saya bisa jadi pejabat kok, saya bisa jadi pebisnis yang besar kok, ngapain jadi hamba Tuhan?” Tuhan pukul, Tuhan beri kesakitan yang begitu besar di zaman dulu kepada dia yang dia tidak tahu sakit apa. Sampai akhirnya dia tunduk, dia terima teguran Tuhan dan disiplin Tuhan, dan tarikan Tuhan yang begitu keras dalam hidupnya untuk melayani sebagai hamba Tuhan.

Bapak, Ibu, Saudara sekalian, inilah tiga jenis panggilan yang Tuhan ingin kita renungkan pada hari ini. Sudahkah kita sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat? Sudahkah kita memiliki hati pertobatan, hati ketaatan kepada Tuhan? Sudahkah kita pernah berdoa bahwa “Tuhan, kalau Tuhan mau pakai saya sebagai hamba Tuhan full time saya bersedia menjalaninya, meskipun saya tahu itu susah. Tapi kalau panggilan Tuhan saya tidak mau menolaknya.” Paulus pernah mengatakan bahwa kita ini dijadikan Tuhan sebagai rekan kerja Tuhan. Tuhan bisa kerja sendiri, Tuhan tidak butuh manusia sebenarnya, tapi Tuhan mau memakai kita jadi mitra, Allah yang tinggi memakai mitra yang rendah. Allah yang sempurna memakai mitra yang penuh dengan kelemahan. Wah. Ini hati Allah yang begitu luas. Hati Allah yang begitu besar. Maka dari itu kita harus terus senantiasa mengerjakan pekerjaan Tuhan. God’s works. Itu yang kita kerjakan. Kenapa Yudas meninggalkan Yesus? Karena hatinya memang selamanya tidak pada pekerjaan Tuhan. Hatinya tidak pada Tuhan maka Yudas meninggalkan Yesus. Yang menjadi daya tarik bagi Yudas pada akhirnya adalah uang. Kalau Yesus tidak bisa menghasilkan uang, saya tinggalkan Yesus. Saya tinggalkan pekerjaan Tuhan.

Bapak, Ibu sekalian ada lagu yang bagus sekali ya, yang berjudul “Where He Leads Me.” Ernest Blandy, penulis, di situ ada ya di kertas pujian kita, Ernest Blandy ini sadalah seorang pelayan Tuhan dari Gereja Bala Keselamatan. Dia menulis himne ini setelah diperhadapakan dengan pilihan. Dia pelayan Tuhan ya, dia hamba Tuhan, dia menulis kalimat-kalimatnya ini ketika dia dihadapkan dengan pilihan dua, yaitu pelayanan di gereja yang mapan dan nyaman. Ya mungkin seperti GRII Jogjakarta ini. Nyaman nggak? Wah nyaman. Tenang nggak? Tenang. Gedungnya besar nggak? Besar. Jemaatnya banyak nggak? Banyak. Gitu ya. Tapi ada pilihan lain ya, yaitu pilihan kedua, si Ernest Blandy ini dikatakan bahwa kamu itu mau jalankan tugas nggak di tepi sungai di kota New york. Jadi di New York itu ada sungai yang begitu besar, seperti laut bahkan ya, ada sungai besar gitu, tempat kumuh tapi, namanya saja sungguh mengerikan, namanya adalah kota Hell’s Kitchen. Nerakanya dapur. Wah kotanya aja hell gitu ya, bagaimana orang-orangnya tinggal di sana? Lebih baik kota Kudus di Jawa Tengah, itu semua hidup kudus gitu ya. Ini Hell’s Kitchen nerakanya dapur, itu adalah daerah-daerah orang miskin, pekerja kelas bawah, banyak bar yang tidak benar, dan LGBT sangat berkembang di sana. Itu kota Hell’s Kitchen, dia diperhadapkan ke dua pilihan ini. Kalau secara daging secara hamba Tuhan pasti pengennya yang nyaman, kota Jogjakarta semuanya baik-baik, semua hidup kudus, tapi akhirnya dia berdoa tentang panggilan Tuhan, yang penting adalah panggilan Tuhan mengarahkan saya kemana. Ernest Blandy pilih yang mana? Dia pilih tempat Hell’s Kitchen. Karena apa? Karena panggilan Tuhan.

Lagu ini dibuat berdasarkan panggilan Tuhan dalam Markus 8:34, kita bisa bedakan, ini panggilan Tuhan dalam tipe apa? Jenis apa? Panggilan untuk bertobat. Ketaatan ya. Saya bacakan Markus 8:24 “Lalu Yesus memanggil orang banyak dan murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.” Maka dari kalimat ini, ada sebuah teori bahwa mungkin yang jauh dari kehendak ku itu adalah kehendak Tuhan. Karena apa? Panggilan menyangkal diri. Menyangkal kehendak diri, memikul kehendak Tuhan. Memikul salib kita yang Tuhan berikan. Maka ada teori yang, semakin jauh dari kehendak diri, mungkin itu kehendak Tuhan. Jadi dia bergumul, “Mana ini kehendak Tuhan.” Saya inginnya ya kota nyaman lah, keduniawian kan. Tetapi kalau semua mikirnya seperti dia, ya ada yang pergi ke Hell’s Kitchen nggak? Nggak ada. Akhirnya dia menyangkal diri, memikul salib, “Saya pilih tempat kumuh untuk mengabarkan injil.” Inilah komitmen ketaatan kepada Yesus Kristus. Siapapun, di mana pun dan di mana pun Tuhan berikan untuk dilayani, dia mau taat.” Nah sebelum menutup kotbah ini, mari kita sama-sama menyanyikan lagu ini. Minta pemusik dan pemimpin pujian untuk bisa membawa kita untuk menyanyikan lagu pujian ini bersama-sama.

I can hear my Savior calling, I can hear my Savior calling, I can hear my Savior calling, “Take thy cross and follow, follow Me.” Where He leads me I will follow, Where He leads me I will follow, Where He leads me I will follow, I’ll go with Him, with Him all the way. I’ll go with Him to the judgment, I’ll go with Him to the judgment, I’ll go with Him to the judgment, I’ll go with Him, with Him all the way. Where He leads me I will follow, I’ll go with Him, with Him all the way. He will give me grace and glory, He will give me grace and glory, He will give me grace and glory, And go with me, with me all the way. Where He leads me I will follow, Where He leads me I will follow, Where He leads me I will follow, I’ll go with Him, with Him all the way.

Mari kita sama-sama berdoa.

Bapa kami yang ada di surga, kami saat ini bersyukur Tuhan, boleh memasuki tahun yang baru. Kami bersyukur untuk firman Tuhan yang sudah Tuhan sediakan melalui gereja ini, sehingga kami boleh sama-sama bertumbuh di dalam firman Tuhan. Dan kami juga pada hari ini boleh mendengarkan tentang panggilan Tuhan, ada 3 jenis panggilan Tuhan yang begitu agung dan mulia yang Tuhan berikan kepada setiap kami. Kami sungguh-sungguh mau taat Tuhan atas panggilan Tuhan untuk senantiasa memuliakan Tuhan dan juga menikmati Tuhan seumur hidup kami. Kiranya Tuhan ampuni segala dosa kami, seringkali yang kami dengar bukanlah panggilan Tuhan melainkan panggilan dari dunia yang berdosa, panggilan dari iblis yang menggoda kami untuk melakukan dosa. Kiranya Tuhan boleh jaga kami. Berkati hidup kami supaya ketika kami menjalani kehidupan kami, kami boleh senantiasa taat kepada panggilan Tuhan saja. Terima kasih Tuhan untuk kebaikan Tuhan. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kami yang hidup, kami sudah berdoa dan bersyukur. Amin. (HS)