Ajakan kepada Agripa untuk percaya, 18 Februari 2024

Ajakan kepada Agripa untuk percaya

Kis. 26:12-32

Pdt. Dawis Waiman

 

Ketika kita membaca Kisah Rasul ini, maka kita sudah melihat bahwa ternyata Paulus adalah seorang yang ditangkap. Tetapi pada waktu ditangkap, kita mungkin bertanya kepada diri kita ataupun kepada orang-orang yang mengerti tentang pergumulan itu, apa yang menjadi sebab Paulus ditangkap dan dipenjarakan pada waktu itu. Apakah dia adalah seorang pendosa yang begitu besar, yang begitu hebat? Apakah dia adalah seorang yang telah melanggar pemerintahan dari Romawi sehingga dia layak untuk dipenjarakan di dalam pemerintahan Romawi tersebut? Tetapi pada waktu kita melihat persidangan demi persidangan yang dilakukan oleh orang-orang Romawi dan orang-orang Yahudi terhadap diri Paulus, maka kita menemukan bahwa ternyata Paulus tidak pernah melakukan satu kejahatan atau kesalahan yang membuat dia layak untuk dihukum di dalam penjara. Setiap hasil persidangan mereka itu menunjukkan kalau Paulus adalah orang yang benar dan harusnya sudah dibebaskan.

Tetapi yang menjadi pertanyaan adalah apa sebab Paulus itu dipenjarakan kalau begitu? Pertama adalah karena dia adalah saksi Kristus, dia adalah orang yang memberitakan Injil tanpa berkompromi sama sekali, dia adalah orang yang sungguh-sungguh berjuang demi Tuhan dan sungguh-sungguh ingin melihat ada orang-orang yang belum pernah mendengar Injil boleh mendengar Injil dan bertobat dan kembali kepada Tuhan. Kalau begitu kenapa dia masih ditangkap kalau dia menyebarkan satu kabar kebenaran? Dalam hal ini Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kita harus melihat ada 2 kekuasaan di belakang pelayanan orang-orang Kristen dan rasul Paulus pada waktu itu. Pertama adalah ketika dia menginjili orang-orang untuk menjadi orang Kristen, ada orang-orang Yahudi yang turut diinjili untuk menjadi orang Kristen. Sedangkan bagi orang-orang Yahudi, kalau mereka kemudian percaya kepada Kristus, bertobat, meninggalkan agama Yahudi dan menjadi seorang Kristen, mereka merasa itu adalah satu pengkhianatan, sesuatu yang sangat-sangat berdosa sekali. Itu sebabnya mereka harus pertahankan orang-orang Yahudi untuk tidak keluar dari kepercayaan hidup mereka dan ketaatan mereka kepada hukum Musa. Dan Paulus dianggap sebagai pengkhianat itu. Sehingga itu sebabnya dia diinginkan untuk mati oleh orang-orang Yahudi ini.

Tapi ada hal kedua adalah pada waktu Paulus mengabarkan tentang Injil, kenapa Roma itu intervensi untuk menangkap Paulus? Mungkin pertama kita bisa katakan di dalam pemahaman atau di dalam pengajaran orang-orang Roma, kaisar itu adalah seorang juruselamat, dia adalah dewa tertinggi. Dan orang-orang yang di bawah kekuasaan daripada Romawi harus mengakui kaisar adalah juruselamat, adalah raja dan tidak boleh ada raja yang lain. Itu sebabnya kalau ada orang Yahudi atau orang Kristen yang mengabarkan ada raja yang lain di dalam wilayah kekuasaan dari Roma, itu bisa menimbulkan masalah yang besar. Tetapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, dalam kasus dari rasul Paulus yang ditangkap, kenapa dia tetap dipertahankan dalam penjara? Karena pemimpin dari Romawi, yang berkuasa atas wilayah Yahudi tidak mau melihat ada kekacauan di dalam wilayah Yahudi. Itu sebabnya untuk menjaga keamanan dan tidak mempertaruhkan kedudukan mereka sebagai pemimpin dari wilayah orang-orang Yahudi, mereka tetap menahan rasul Paulus di dalam penjara itu. Tapi kalau kita lihat tuduhan-tuduhan yang diberikan mereka kepada rasul Paulus, macam-macam sekali. Bahkan ada yang mengatakan dia adalah pengacau dunia, dia adalah orang yang merusak tatanan dari kerajaan Romawi, seperti itu, supaya dia benar-benar dihukum. Tetapi dalam kasus pasal 26 ini, kita lihat kasusnya bukan seperti itu tetapi ada orang Yahudi yang menghendaki Paulus mati. Tetapi kalau Paulus tidak mati apa yang terjadi di sana? Terjadi kekacauan. Ini membuat pemimpin dari Romawi, khususnya Festus tidak ingin melepaskan Paulus, selain dari mungkin hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan diri, tetapi yang lebih kelihatan adalah hal yang berkaitan dengan politis dan kedudukan diri mereka di hadapan dari kaisar Romawi kalau sampai terjadi huru-hara.

Nah di dalam pembelaan yang Paulus berikan, dia begitu jelas sekali, dia begitu berani sekali, dia begitu terus terang sekali berbicara mengenai imannya di dalam Kristus. Bapak, Ibu telah melihat tadi kita membaca bagaimana Paulus memberikan pertanggungjawaban iman dia. Dia menceritakan kembali dari awal mula dia percaya kepada Kristus, apa sebabnya. Lalu setelah dia mendapatkan penampakan dari Tuhan Yesus, dia betul-betul bertobat. Dan mulai dari hari itu dia betul-betul berkomitmen sekali untuk melayani Tuhan seumur hidup dia. Dan mulai dari detik itu dia tidak pernah mundur lagi. Kalau Bapak, Ibu bandingkan dengan surat Galatia, maka kita bisa melihat Paulus ketika menulis surat Galatia dia ngomong seperti ini, “Pada waktu saya mendapatkan panggilan Tuhan, maka mulai dari detik itu saya tidak lagi berkompromi dengan siapapun atau berkonsultasi dengan siapapun dan saya mulai mengerjakan pengabaran Injil itu di dalam hidup saya.” Jadi dia punya satu semangat dan satu kekuatan, dorongan yang begitu besar sekali untuk menjalankan apa yang menjadi kehendak Tuhan di dalam hidup dia.

Nah ini disaksikan kepada siapa? Bukan hanya orang-orang Yahudi saja, bukan hanya kepada orang-orang non-Yahudi, tetapi juga bahkan kepada petinggi-petinggi dari Roma dan termasuk dengan Festus dan dengan Raja Agripa. Nah itu sebabnya pada waktu mereka mendengar terjadi satu hal yang mengejutkan sekali di dalam percakapan tersebut. Bagi Raja Agripa yang mendengar hal itu, Raja Agripa kita tidak membaca ada satu respons apapun selama Paulus memaparkan tentang panggilan dia dan tentang penebusan yang dilakukan oleh Kristus. Dia hanya diam saja, mendengarkan, sampai ketika Paulus menantang dia baru dia memberikan kata-kata untuk meresponi itu. Dan selama Paulus berbicara, dia terus diam tidak ada memberikan komentar sama sekali. Lain dengan Festus, pada waktu Festus mendengar tentang apa yang dikatakan oleh Paulus tersebut, maka dia kemudian berteriak dengan suara keras atau berkata dengan suara keras, ”Engkau gila, Paulus! Ilmumu yang banyak itu membuat engkau gila.” Saya lihat ini adalah satu respons yang luar biasa sekali dari Festus, tetapi juga satu respons yang mungkin bisa membuat kita merenungkan apa makna gila di sini. Siapa yang sebenarnya gila ketika berhadapan antara Paulus, Festus, Agripa dan Bernike.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau kita tanya di sini ya, siapa yang gila? Mungkin bagi orang Kristen, yang pasti gila itu adalah Festus, Agripa dan Bernike. Sedangkan Paulus adalah orang yang benar, orang yang memberitakan firman Tuhan dan wahyu Tuhan bagi diri kita. Tetapi kalau Bapak, Ibu cerna lebih jauh sedikit ya, pada waktu Festus mendengar kesaksian Paulus dan dia berkata, “Engkau gila, Paulus!” Itu adalah respons yang wajar atau tidak? Saya percaya itu adalah respons yang sangat wajar sekali karena bagi orang dunia melihat kehidupan Kristen, mereka nggak mungkin bisa menerima dan mereka nggak mungkin bisa membayangkan apa yang kita lakukan. Ambil contoh, pada waktu Petrus masih hidup bersama-sama dengan Kristus di dalam dunia ini, dia pernah mengeluarkan satu kalimat, “Guru, kami sudah meninggalkan segala sesuatu yang kami miliki demi untuk mengikut Engkau.” Pada waktu itu kenapa kalimat ini keluar? Karena ada seorang muda yang kaya datang kepada Yesus Kristus lalu kemudian sujud di hadapan Yesus Kristus lalu bertanya kepada Yesus, “Guru yang baik, apa yang harus saya lakukan untuk memperoleh hidup yang kekal?” Lalu Yesus berkata kepada dia lakukan sepuluh perintah Allah, bagian yang kedua itu, “Hormatilah orang tua mu, jangan membunuh, jangan berzinah, kasihilah sesamamu manusia.” Dan orang muda itu berkata, “Guru, saya sudah lakukan semua perintah Tuhan yang Kau sebutkan itu. Apalagi yang harus saya lakukan?” Lalu Yesus berkata, “Kalau begitu, jual seluruh hartamu lalu ikut Aku.” Pada waktu orang muda ini mendengar bahwa dia diminta untuk menjual seluruh hartanya, membagikan kepada orang miskin, dia kemudian langsung merasa sedih dan dia tidak rela hartanya untuk dijual. Lalu dia pergi meninggalkan Yesus Kristus pada waktu itu.

Dan di situlah saatnya Yesus kemudian berkata, “Tidak mudah bagi orang ber-uang, seorang kaya masuk ke dalam kerajaan surga.” Dan ini membuat Petrus dan teman-temannya kaget. Kenapa kaget? Mungkin salah satu sebab kaget adalah kita biasanya di dalam beribadah, ada pilar-pilar untuk kita menjalankan ibadah kita untuk membuat diri kita diperhitungkan dengan benar. Misalnya puasa, itu satu pilar. Doa, itu pilar kedua. Hal ketiga apa? Sedekah. Ini adalah 3 pilar yang biasanya dijalankan oleh semua umat beragama di dalam dunia ini. Walaupun ada yang menambahkan pilar yang lain. Tetapi bagi orang Yahudi, 3 pilar ini adalah hal yang penting. Berarti kalau saya mainginu melakukan satu kebaikan, salah satunya adalah saya harus memberi sedekah. Memberi sedekah membutuhkan uang. Kalau saya tidak memiliki uang, saya bisa memberi sedekah tidak? Mungkin saya tidak bisa melakukan sedekah. Jadi pahala saya bagaimana? Itu sebabnya mungkin dalam pemikiran Petrus kalau sampai orang yang kaya, yang lakukan begitu banyak kebaikan saja dengan kekayaan yang dimiliki itu tidak diterima oleh Tuhan, bagaimana dengan kami yang telah menjual segala sesuatu, atau melepas segala sesuatu yang merupakan kekayaan yang kami miliki demi untuk mengikut Kristus.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, siapa di sini kalau Tuhan berkata hari ini “Jual seluruh hartamu! Mulai hari ini nggak perlu tinggal di rumah lagi, seperti Yesus Kristus ke mana Dia pergi di situ menjadi tempat Dia tidur. Serigala memiliki liang, burung memiliki sarang, tetapi Anak Manusia tidak memiliki semua itu.” Mau nggak? Nggak? Kalau Yesus yang minta bagaimana? Kenapa kita nggak mau? Karena mungkin dalam pemikiran kita, itu adalah perbuatan gila, itu perbuatan yang tidak masuk akal sama sekali. Dan Tuhan sudah memperingatkan kepada kita, sebagian atau sedikit dari anak Tuhan, demi kekayaan rela meninggalkan iman. Ada kasus di mana Demas menjadi orang yang diberitakan oleh Paulus sebagai rekan kerja di surat Filemon, tetapi kemudian di dalam surat Timotius dikatakan, “Dia sudah pergi meninggalkan aku karena dia tergoda untuk hidup menurut dunia.”

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kita mungkin bisa jatuh ke dalam posisi itu karena cinta kita kepada uang seperti Demas ataupun seperti Yudas Iskariot, mungkin, maka kita meninggalkan Tuhan dan rela untuk mengejar kekayaan itu dalam hidup kita. Tetapi ini mungkin kalau kita bicarakan prosentase, berapa banyak? Ya nggak terlalu banyak lah ya. Anggaplah secara positif tidak terlalu banyak. Seperti halnya orang yang betul-betul berkomitmen bagi Tuhan dalam hidupnya, nggak terlalu banyak juga. Yang prosentase terbesar di mana? Orang yang pengen injakkan kakinya di 2 perahu. Satu berbicara tentang keselamatan, saya memiliki Kristus, saya dijamin di dalam kekekalan, tapi satu kaki nggak pernah mau tinggalkan dunia. Satu kaki saya ngomong saya adalah pengikut Kristus yang sejati, tetapi ketika Kristus meminta kita untuk melakukan pengorbanan-pengorbanan demi nama Dia, kita nggak rela karena bagi kita mungkin itu adalah hal yang gila. Kita berhitung-hitung di hadapan Tuhan, mana yang cocok untuk saya, mana yang baik untuk saya, mana yang merugikan saya lalu kita kemudian memutuskan apa yang kita harus lakukan, apa yang kita tidak lakukan. Tetapi dasarnya bukan apa yang Tuhan inginkan bagi kita lakukan.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya lihat kita mengikut Tuhan nggak bisa seperti ini. Ada kalimat dari Tuhan Yesus yang mengatakan kalau hal itu tidak boleh terjadi dalam hidup orang Kristen. Pertama adalah orang tidak boleh memiliki berapa tuan? 2. Kita hanya boleh memiliki satu tuan saja dalam hidup kita. Siapa? Mamon? Jadi boleh nggak saya berpijak satu kaki Tuhan Yesus, satu kaki mamon? Nggak boleh kan. Ada ayat lain yang Yesus katakan juga, misalnya, “Kalau engkau ingin menjadi muridKu, engkau harus sangkal diri, pikul salib dan mengikut Aku.” Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, sangkal diri dari apa? Mau tanya, sangkal diri dari apa? Kedagingan? Pengen punya harta yang banyak kedagingan nggak? Pengen bersenang-senang seperti orang dunia bersenang-senang dan dianggap sebagai satu kebahagiaan dalam kehidupan ini kedagingan bukan? Itu bagian dari kedagingan. Saya nggak ngomong orang Kristen nggak bisa jadi kaya ya. Kalau Tuhan menghendaki untuk memberkati seseorang menjadi kaya, dia pasti akan menjadi kaya, nggak usah terlalu susah bekerja mungkin dia akan menjadi kaya. Tetapi kalau Tuhan nggak memberkati dia menjadi kaya sampai kaya raya, dia mau usaha bagaimanapun dia nggak mungkin menjadi kaya. Makanya di dalam Amsal dikatakan susah payah itu tidak menambahkan kekayaan seseorang tetapi berkat Tuhan itu yang menambahkan kekayaan seseorang. Jadi sumbernya bersumber dari Tuhan. Tetapi bukan meniadakan usaha dan kerja keras yang kita lakukan. Tapi kita harus sadar bahwa itu semua bersumber dari Tuhan.

Nah sekarang, kalau kita mengejar itu terus, lalu kita memfokuskan hidup kita untuk kekayaan karena kita merasa hidup kita masih kurang, terus kurang dalam hidup saya sehingga saya tidak ada waktu untuk Tuhan, kira-kira itu anak Tuhan bukan? Alkitab bilang itu bukan anak Tuhan. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ketika kita menaruh kaki di 2 perahu, jangan pikir Bapak, Ibu akan mengutamakan Tuhan dalam hidupmu, tetapi kita lebih akan mengutamakan mamon dan keinginan dunia dalam kehidupan kita karena daya tarik dunia akan selalu lebih menarik daripada mengikut Tuhan. Daya tarik dunia lebih menarik dari mengikut Tuhan, yang seharusnya benar yang mana? Walaupun ada segala macam godaan dalam dunia ini yang menggiurkan saya untuk pergi meninggalkan Tuhan, saya tetap tidak tergoyahkan sama sekali. Iman saya tetap berteguh kepada Tuhan, dan keputusan-keputusan saya didasarkan apa yang Tuhan kehendaki. Saya percaya itu adalah bagian dari satu kehidupan iman kepada Tuhan.

Jadi kalau kita melihat sekali lagi, bagi Paulus, tindakan dia yang mengorbankan segala sesuatu, mungkin bahkan ditinggalkan oleh keluarga, lalu melepaskan segala kenyamanan di dalam kehidupan ini, posisi yang tinggi yang dihormati oleh orang-orang Yahudi. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, Paulus itu bukan orang sembarangan. Dia adalah orang yang bisa dikatakan menjadi salah satu pemimpin dari orang-orang Yahudi di dalam iman kepada Tuhan. Tetapi posisi itu, penghormatan yang diberikan kepada Paulus itu, nggak dianggap penting karena Kristus sudah memanggil dia sehingga dia meninggalkan itu semua. Tetapi nggak sampai di situ, bahaya dari perampok dia lewati. Bahaya dari kematian, dia juga lewati. Bahaya dari kekurangan makanan, uang, dan hidup di dalam kondisi yang betul-betul mepet – dia nggak ngomong ya, tetapi mungkin ada indikasi yang dia ngerti apa itu kekurangan, mungkin satu hari dia bisa nggak makan karena puasa. Mungkin saja bisa alami itu – dia alami itu dan dia rela untuk melakukan itu. Bahkan ketika orang ingin mencabut nyawanya demi Tuhan, dia juga persembahkan nyawanya demi nama Tuhan. Mau tanya, gila nggak? Gila? Gila bagi siapa? Bagi Bapak, Ibu, Saudara itu perbuatan gila nggak? Nggak berani jawab ya? Yang benar, bagi orang Kristen tidak gila. Saya ulangi ya, mengorbankan segala sesuatu jika Tuhan minta dan kita lakukan itu, itu bukan perbuatan gila.

Jim Elliot, seorang yang pergi menjadi seorang misionaris ke Ekuador, dia berkata seperti ini, waktu dia pergi, dia mati. Tetapi sebelumnya, dia tulis di dalam buku catatannya. “Apa yang kita tidak bisa pertahankan, kalau kita berikan, itu bukan suatu kebodohan. Tapi kalau kita menerima apa yang diberikan kepada kita-” intinya seperti itu ya “-apa yang kekal, seperti itu, itu adalah suatu tindakan yang bijaksana.” Saya pakai parafrase aja ya, tapi intinya adalah melepaskan sesuatu yang kita tidak bisa pegang dan kita pertahankan sampai ke dalam kekekalan itu bukan perbuatan gila. Itu perbuatan orang yang normal atau orang yang bijaksana. Kayaknya di luar nalar ya, tetapi inilah hikmat dari hidup yang Tuhan berikan. Saya ambil contoh ya atau saya mungkin Bapak, Ibu bisa bayangkan sendirilah. Kalau kita misalnya lihat ya, film-film kerajaan di TV atau di Youtube seperti itu, kalau ada seseorang yang begitu memperjuangkan posisi, kedudukan dia sebagai seorang raja, apa yang akan dia lakukan? Dia akan menyingkirkan semua orang yang menjadi ancaman terhadap posisi dia untuk memerintah sebagai seorang raja. Lalu, kalau ditanya lagi, siapa orang yang dia rela singkirkan demi supaya dia tetap bisa memimpin sebagai seorang raja yang terus memimpin di dalam kedudukannya itu? Bapak, Ibu akan lihat, bukan hanya orang-orang yang merupakan bawahan dia atau jenderal dia seperti itu atau dari negara lain seperti itu, anaknya sendiri kalau berani untuk menjadi ancaman bagi posisinya, dia akan bunuh anaknya.

Kalau kita melihat ada satu kepentingan lain, misalnya keuangan itu begitu berharga sekali dalam hidup kita, kira-kira hidup kita akan lakukan apa? Kita nggak peduli terhadap segala sesuatu yang lain di sekitar kita demi untuk mendapatkan itu, tetapi juga ketika kita kuatir ketika apa yang kita kejar itu nggak dapat, kita juga tidak segan-segan mengorbankan segala sesuatu yang ada di sekitar kita. Ini hidup yang benar atau tidak? Apakah ini adalah satu kehidupan yang layak untuk dikatakan menjadi berkat? Apakah ini adalah satu kehidupan yang kita layak untuk katakan ada orang yang patut kita teladani dalam hidup kita? Saya percaya, bukan. Itu sebabnya Tuhan memberikan kita satu pengertian. Demi Tuhan, Tuhan yang mutlak, Tuhan yang paling utama, dan paling penting, kalau Dia minta sesuatu, kita harus berani rela lepaskan. Tetapi kalau dunia yang kita ingini terus mengejar kita atau kita kejar demi untuk kebahagiaan dan kesenangan kita, Saudara jangan sungkan-sungkan untuk melepasnya kalau memang harus dilepaskan, karena itu akan menghancurkan hidup kita.

Ini membuat kita masuk ke dalam pengertian seperti ini. Apa yang membuat Festusmengatakan bahwa Paulus gila? Itu karena Paulus mengerti hal yang utama dalam hidup ini apa dan dia tahu bagaimana menempatkan dirinya secara benar. Makanya, walaupun ada begitu banyak bahaya yang mengancam dia, baik suka ataupun baik duka, baik dalam kondisi yang senang ataupun dalam kondisi yang sulit, dia tetap tidak tergoyahkan. Dia tetap bisa menjalankan satu kehidupan dan menampilkan satu kehidupan yang memberkati orang. Sedangkan Festus berkata, “Engkau gila!” Bapak, Ibu, karena apa? Karena hal pertama yang perlu kita renungkan adalah karena Festus ataupun Agripa dan Bernike itu memiliki pemahaman yang salah akan makna kesuksesan.

Sukses itu apa, sih? Kalau bagi dunia, sukses itu apa? Sukses itu berarti saya punya banyak uang. Lalu, apa lagi? Hidup yang punya kedudukan. Lalu, apa lagi? Punya kekuasaan, kedudukan. Apa lagi? Yang saya mau, saya bisa dapatkan. Begitu ya. Sukses bukan, ya? Sukses? Di dalam Alkitab ada satu ilustrasi yang Tuhan Yesus berikan. Dia bilang kayak gini. Ketika ada satu pasang saudara, satu pasang ya, dua saudara itu ribut satu dengan yang lain mengenai harta warisan, ingat nggak? Lalu, Yesus lewat di situ. Saudaranya langsung panggil. “Yesus! Guru, tolong bantu selesaikan masalah ini!” Yesus mau selesaikan nggak? Jadi, kalau Saudara ada ribut masalah warisan, jangan cari saya, ya. Yesus aja nggak mau selesaikan kayak gitu. Tapi jangan rebutkan warisan, ya. Itu nggak jadi berkat sama sekali. Saudara harus ingat kalimat berikutnya dari Tuhan Yesus. Pada waktu itu, Yesus nggak jawab, tapi Yesus memberikan satu ilustrasi atau perumpamaan. Kalimatnya adalah seperti ini. Ada seorang kaya yang bekerja dengan keras. Akhirnya, hasil ladangnya itu memberikan hasil yang berlimpah-limpah, begitu banyak sekali. Lalu, ketika dia melihat hasil ladang yang begitu berlimpah-limpah sekali, dia kemudian bingung. “Mau taruh di mana? Karena lumbungku terbatas.” Akhirnya dia berkata, “Saya akan rombak semua lumbung ini, lalu saya membangun sebuah lumbung yang lebih besar lagi sehingga semua hasil dari panen itu bisa masuk ke sana.” Lalu, setelah itu dia berkata seperti ini: “Hai, jiwaku! Sekarang, engkau bisa beristirahat dengan tenang karena engkau punya harta yang begitu banyak dan warisan mungkin yang begitu banyak sekali, atau bisa hidup beberapa keturunan.” Bisa tenang, nggak? Tenang, ya. Tapi Yesus bilang apa? “Hai, orang bodoh! Hari ini juga, jiwamu aku ambil.” Mati. Bisa nikmati? Ada nilai nggak, kesuksesan itu? Enggak! Orang yang mewarisinya itu adalah orang yang kita nggak tahu seperti apa. Apakah bisa menjaga warisan itu atau tidak. Dalam pembicaraan, saya ada bicara sama orang, ada yang mengatakan, “Harta warisan yang begitu banyak biasanya akan rusak di generasi yang kedua. Maksudnya, saya akan punya anak. Cucu saya itu biasanya sudah merusak dan menghabiskan uang yang ada.” Jadi, untuk apa saya menabung begitu banyak? Untuk apa saya berusaha mengejar harta dan mati-matian mengejar harta dan demi harta itu saya mengesampingkan semua hal yang berkaitan dengan Tuhan? Tuhan ngomong, nggak ada gunanya.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, mohon tanya kayak gini, ya. Kira-kira kalau saya tanya, Bapak, Ibu, Saudara hidup berapa lama? 30 tahun lagi? 40 tahun lagi? Atau sampai hari ini selesai? Nggak tahu, ya? Tapi harta kita berapa lama? Masih berpuluh-puluh tahun ke depan, begitu ya. Selama kita berpikir panjang, pertanyaan kedua, Bapak, Ibu lebih mengerjakan mengejar pekerjaan kekal atau duniawi? Yang mana? Dunia, ya? OK. Yang ketiga. Kalau Tuhan bilang waktu kita tinggal 1 bulan, Bapak, Ibu akan lakukan apa? Lakukan apa? Masih kejar yang dunia? Langsung beralih profesi jadi hamba Tuhan. Mau tahu, kenapa hal itu dilakukan? Karena saya yakin semua orang, apa lagi orang Kristen punya satu kesadaran, apa yang saya lakukan sia-sia. Kalau saya mengejar yang dunia, itu nggak bisa membawa saya diterima oleh Tuhan. Bukan dalam pengertian keselamatan ya, tapi apa yang saya kerjakan itu tidak bernilai di hadapan Tuhan. Yang lebih bernilai adalah melayani Tuhan. Saya bukan berkata semua orang jadi hamba Tuhan dalam pengertian pendeta atau penginjil, tapi semua orang adalah hamba Tuhan untuk mengerjakan urusan Tuhan di dalam pekerjaan dia. Itu adalah hamba Tuhan dan dia punya nilai yang kekal di dalam hidup dia.

Saya kenapa kasih ilustrasi atau pertanyaan itu? Untuk kita berpikir, selama ini yang saya kejar itu suatu yang bernilai atau tidak? Saya pikir itu bernilai, tapi coba pikir, itu adalah konsep dunia atau konsep kerajaan surga? Kalau itu konsep dunia, kenapa masih kejar? Karena saya berpikir waktu saya masih panjang, tapi kita punya waktu nggak ada yang tahu berapa lama. Kayak orang kaya itu. Kalau Tuhan berkata, “Hari ini nyawamu diambil!” Ya, itu berarti hari ini kita mati. Lalu, semua pekerjaan kita, semua cita-cita kita, semua impian kita ke mana? Baru tahu ya, nggak ada gunanya ya? Itu yang pertama ya. Kenapa Festus, Agripa, dan Bernike mengatakan Paulus itu gila? Dan bahkan mungkin kalau kita mau katakan, si Agripa itu sedikit mentertawakan Paulus dan pergi meninggalkan Paulus? Karena dia melihat, apa yang Paulus kerjakan bukan sesuatu yang bernilai ata u bisa dikatakan hal yang sukses, tetapi apa yang mereka miliki saat ini, kedudukan yang tinggi, harta yang banyak, perempuan yang banyak, dan penghargaan orang terhadap diri dia itu adalah hal yang bernilai. Hati-hati ya, kalau Bapak, Ibu mikir bahwa dunia lebih penting. Tanpa sadar mungkin kita sudah menghina Tuhan, merendahkan Tuhan.

Lalu, yang kedua adalah kenapa mereka itu melihat bahwa apa yang ditampilkan oleh Paulus itu adalah sesuatu yang gila? Karena mungkin kita bisa katakan, kesenangan akan seks, hal-hal yang sensual dalam hidup kita. Saya sudah bicara sebelumnya, ya, Bernike adalah saudara perempuan dari Agripa, tetapi kenapa tiap kali dicatat, Agripa itu selalu disandingkan dengan si Bernike? Karena mereka terlibat di dalam hubungan incest. Dan bahkan Bernike sendiri di dalam catatan sejarah itu setelah berhubungan dengan Agripa, dia pernah menikah dengan seorang, saya nggak jelas siapa ya, tapi salah satu penguasa, lalu akhirnya cerai dan dia menjadi kekasih daripada Jenderal Titus. Itu si Bernike. Jadi, ini adalah orang yang begitu mungkin meninggikan seks dan begitu mengejar kesenangan sensual itu dalam hidupnya. Apa yang akan terjadi? Saya yakin, dia akan mempertanyakan panggilan dari kehidupan Kristen yang kudus.

Bapak, Ibu boleh lihatlah ya di dalam internet. Bukan bicara masalah sensual seperti itu, tapi paling tidak ada kaitan dengan seks juga. Orang-orang yang transgender atau orang-orang yang terlibat di dalam gay dan LGBT, mereka menghina sekali, lho pandangan orang Kristen dan standpoint orang Kristen kalau laki-laki itu adalah laki-laki dan perempuan itu adalah perempuan, cuma ada 2 gender di dalam dunia ini. Dan mereka menggunakan kata gay untuk mendeskripsikan siapa diri mereka, atau cees seperti itu. Tapi kalau kita lebih menjunjung itu, mengejar hal itu, maka saya yakin kita akan menghina firman Tuhan dan kebenaran Tuhan.

Jadi, apa yang mendorong kita untuk mengatakan orang Kristen itu gila atau pengajaran Kristus itu adalah gila? Pertama, kalau kita punya definisi tentang kesuksesan yang salah. Yang kedua adalah kalau kita lebih menjunjung tinggi hal-hal yang sensual di dalam kehidupan kita. Yang ketiga adalah yang mendorong kita untuk mengatakan Paulus gila itu adalah atau orang Kristen adalah gila kalau kita lebih mengejar satu penghargaan dari orang terhadap diri kita dibandingkan Tuhan terhadap diri kita. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, di dalam Alkitab, di dalam pasal sebelumnya ya, kita bisa lihat ada 1 orang yang pernah membunuh Yakobus, lalu kemudian memenjarakan Petrus di dalam penjara. Tahu nggak? Masih ingat? Lalu kemudian, suatu hari setelah dia memenjarakan Petrus dan dia akan memutuskan untuk membunuh Petrus seperti dia telah membunuh Yakobus, dia kemudian tampil di hadapan umum. Lalu, ketika dia tampil di hadapan umum dengan mengenakan segala pakaian kerajaan dia yang begitu wah sekali, ada yang mengatakan dia pakai pakaian yang terbuat dari mungkin silver atau apa yang memantulkan cahaya seperti itu dan ketika matahari menyoroti dirinya, diri dia itu seperti bersinar terang dan itu membuat orang-orang kemudian bersorak dan membalas dia dan berkata, ”Ini suara Allah dan bukan suara manusia.” Saya yakin, setiap pemimpin, hampir semua pemimpin lah, ya, punya satu kesan pasti kalau orang ingin menjadi orang penting, yaitu dia pasti ingin mendapatkan impresi yang baik dan penghargaan dari orang. Dan dia mencari hal itu dalam hidup dia. Tapi di dalam peristiwa itu, Herodes yang begitu dikagumi, akhirnya kemudian mati pada nggak lama setelah itu ya karena ditampar oleh malaikat dan ada cacing yang kemudian menggerogoti diri dia.

Banyak hal lain, sebenarnya. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ini saya ambil contoh ya. Para pemuda atau remaja, biasanya salah satu dari pergumulan mereka adalah mengenai identitas diri dia. Lalu, untuk bisa mendapatkan identitas dan pengakuan diri, salah satu bentuk yang umum terjadi adalah saya mau mendapat pengakuan dari teman, kan? Akhirnya, saya bergabung dengan kelompok tertentu atau mengikuti satu gaya tertentu dalam hidup saya. Tuhan ngomong apa? Jangan bergaul dengan pergaulan yang tidak baik. Tapi kalau kita betul-betul ingin mendapatkan pengakuan, kita rela nggak bergaul dengan pergaulan yang tidak baik? Bisa jadi! Kita menjadi pem-bully seperti itu di dalam sekolah atau di dalam dunia perkuliahan atau di dalam dunia pekerjaan. Itu bisa terjadi. Tetapi ketika kita lakukan hal itu, ingat baik-baik. Tuhan tidak suka. Ada bahaya dalam hidup. Ada peer pressure yang akan terjadi di dalam hidup kita.

Mungkin salah satu contohnya ada. Mengapa saya ketika mengadakan KKR Regional, saya suka anak-anak itu dikumpulkan bersama? Karena pada waktu mereka dikumpulkan, mereka menjadi sadar kalau saya tidak sendiri. Karena orang-orang Kristen, khususnya di Jogja ini, kalau kita kunjungi ke sekolah, bisa dihitung dengan jari, lho! 1 atau 2 orang atau 3 orang seperti itu dari berapa banyak siswa non-Kristen. Berapa puluh atau ratus. Lalu, kalau belajar agama, tempatnya di mana? Karena cuma ada 2 atau 3 orang, nggak ada 1 ruangan khusus. Jadi, kadang di pojok, tempat yang kotor, dekat gudang atau di bawah pohon, seperti tempat yang ada kursi sedikit. Yang lain di dalam kelas. OK. Kira-kira jadi anak seperti itu, lihat orang non-Kristen baik-baik semua, orang Kristen miskin dan sulit sekali seperti ini, saya kira kita punya kecondongan untuk mengkompromikan iman jauh lebih besar kalau kita ingin mendapatkan penghargaan dari orang. Jadi, ingat baik-baik. Kalau kita lebih mementingkan penilaian orang terhadap diri kita, saya yakin kita akan meninggalkan prinsip Tuhan dan penilaian Tuhan dalam hidup kita, padahal penilaian Tuhan itu lebih penting daripada penilaian manusia. Kita pasti akan ngomong, “Apa itu firman Tuhan? Nggak bisa menjadi solusi dalam hidupku!” Padahal itu adalah solusi yang penting sekali ya.

Lalu, hal lainnya apa? Mungkin bisa dikatakan kalau kita lebih mengutamakan pikiran atau reasoning kita. Manusia kalau kadang itu bisa jatuh ke dalam, saya bukan ngomong reasoning itu nggak penting, ya, tetapi manusia kadang bisa berpikir bahwa apa yang dia pikirkan itu paling, paling benar dan mutlak benar. Tapi kalau kita berpikir bahwa apa yang kita pikirkan itu pasti benar dengan logika kita. Hal yang terjadi, pasti kita akan meninggalkan logika Tuhan. Salah satu contohnya adalah ada yang menafsirkan Festus kemungkinan adalah orang yang sangat rasional sekali. Bukan rasional dalam pengertian positif ya, tapi orang yang sangat menggunakan logikanya, sehingga pada waktu dia berpikir tentang apa yang dikatakan oleh Paulus dan melihat kesaksian yang ditampilkan oleh Paulus, dia berkata, “Engkau gila! Apa yang kau lakukan itu nggak masuk akal sama sekali.” Padahal, di balik itu ada 1 kebenaran yang jauh lebih bernilai yang Paulus bisa lihat dibandingkan dengan Festus lihat.

Hal lainnya adalah mungkin kita bisa tambahkan sendiri, tetapi paling tidak ada beberapa poin tertentu yang Saudara bisa lihat yang akan mungkin membuat kita mengambil suatu keputusan yang akan melawan Tuhan di dalam hidup kita. Anak Tuhan bagaimana? Anak Tuhan, tadi saya katakan di awal, adalah orang-orang yang demi untuk melakukan apa yang menjadi kehendak Tuhan dan menyenangkan Tuhan mereka rela bayar harga demi untuk melakukan itu. Itu adalah prinsip ya. Saudara boleh baca kembali di dalam ayat yang ke-19,”Sebab itu, ya raja Agripa, kepada penglihatan yang dari sorga itu tidak pernah aku tidak taat. 20 Tetapi mula-mula aku memberitakan kepada orang-orang Yahudi di Damsyik, di Yerusalem dan di seluruh tanah Yudea, dan juga kepada bangsa-bangsa lain.” Kalimat yang mau kita mau soroti itu adalah: Sebab itu, ya raja Agripa, kepada penglihatan yang dari sorga itu tidak pernah aku tidak taat. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau kita berpikir ya, atau mungkin kita berbicara sebagai orang yang Reformed, seringkali kita berpikir bahwa kasih karunia itu adalah pemberian Tuhan. Bukan seringkali ya, itu pasti ya. Kasih karunia adalah pemberian Tuhan, amin? Perlu respon? Perlu pertobatan? Perlu ketaatan? Lho? Kasih karunianya di mana? Pemberian gratis. Pemberian gratis, kalau sudah diberikan gratis, pentingnya ketaatan kita di mana? Pertobatan kita sebagai ucapan syukur atau orang yang hidup sebagai manusia baru. Orang yang hidup sebagai manusia baru. Tapi di sisi lain Alkitab juga mau memberikan perintah orang yang mendapatkan kasih karunia, dia adalah orang yang harus menjalankan kasih karunia itu dalam hidup dia. Dan itu adalah satu perintah yang harus dia jalankan dalam hidup dia. Maksudnya adalah selain itu adalah kasih karunia yang sepenuhnya, dan tidak ada perbuatan manusia sama sekali di dalam keselamatan yang Tuhan kerjakan dalam hidup kita. Tapi Bapak, Ibu jangan pikir bahwa saya sebagai orang yang diselamatkan boleh hidup tanpa pertobatan, boleh hidup tanpa ketaatan dalam hidup ini. Itu hanya menunjukkan bahwa kita belum bertobat. Alkitab menunjukkan dicontoh oleh Paulus, orang yang betul-betul mengerti kasih karunia, mulai dari detik itu, apapun yang Tuhan minta dari hidupnya, dia pasti lakukan. Dia pasti taat untuk melakukan kehendak Tuhan dalam hidup dia.

Kenapa? Kenapa ketaatan itu menjadi hal yang begitu penting sekali? Ada 4 hal yang kita bisa renungkan dari ketaatan itu mengapa bisa penting sekali. Pertama adalah karena ketaatan itu menjadi satu tanda dari seseorang yang bertobat. Boleh buka beberapa ayat. Pertama Saudara boleh buka 1 Petrus 1:14, kita baca bersama-sama ya. 1 Petrus 1:14, “Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu”. Satu lagi buka Roma 6:16, Apakah kamu tidak tahu, bahwa apabila kamu menyerahkan dirimu kepada seseorang sebagai hamba untuk mentaatinya, kamu adalah hamba orang itu, yang harus kamu taati, baik dalam dosa yang memimpin kamu kepada kematian, maupun dalam ketaatan yang memimpin kamu kepada kebenaran? Jadi pada waktu kita bicara orang Kristen harus taat tidak? Ya harus. Kenapa harus taat? Karena itu tanda dari pertobatan yang kita alami dari hidup kita. Kenapa ketaatan itu adalah tanda pertobatan yang kita alami dalam kehidupan kita? Karena pada waktu kita diselamatkan, itu membuat kita akan men-Tuhan-kan Tuhan yang merupakan hal yang bertolak belakang pada waktu kita hidup di dalam dosa. Dosa membuat kita ingin menjadikan diri kita Tuhan. Dosa membuat kita lebih memikirkan apa yang menjadi pikiran kita untuk dijalankan daripada apa yang Tuhan kehendaki. Jadi kalau saya mengatakan saya percaya kepada Kristus, maka wujud dari kepercayaan saya kepada Kristus yaitu pertobatan adalah saya pasti mengutamakan apa yang Tuhan ingin saya lakukan. Makanya ketaatan menjadi hal pertama dari tanda seorang bertobat. Bapak, Ibu boleh cek seluruh orang dalam Perjanjian Lama sampai Perjanjian Baru, kalau mereka mengatakan saya adalah umat Tuhan, salah satu wujud yang nyata atau pengakuan mereka adalah ketaatan mereka kepada Tuhan. Menarik sekali. Semua orang baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru ketika takut akan Tuhan, mereka tidak pernah menunda untuk melakukan apa yang Tuhan inginkan. Abraham langsung pergi, Yusuf langsung menikahi Maria. Itu menjadi ciri dari umat Tuhan. Taat ketika Tuhan menghendaki mereka untuk taat.

Yang kedua berkaitan sedikit dengan tadi, siapa yang menjadi tuan kita. Yaitu ketaatan menjadi tanda siapa yang mempunyai otoritas di dalam hidup kita. Jadi kalau tadi pertama adalah apa yang dikatakan saya lakukan, itu menunjukkan saya telah bertobat dari dosa. Yang kedua adalah pada waktu kita melakukan apa yang dikatakan itu, berarti saya menempatkan diri di bawah Tuhan. Saya mengakui Tuhan memiliki otoritas atas hidup saya. Mohon tanya Bapak, Ibu sekalian, siapa yang berkuasa atas hidupmu? Siapa? Saya? Kalau saya harus bertobat ya. Harusnya siapa yang berkuasa atas hidup kita? Tuhan. Buktinya apa? Buktinya apa? Ya lakukan yang Tuhan katakan. Itu berarti saya tunduk kepada Tuhan. Contoh lain misalnya kayak gini, Bapak, Ibu kalau kerja, Bapak, Ibu sebagai karyawan, itu ada bos di dalam pekerjaan atau Bapak Ibu kerja, misalkan datang ke satu tempat kerja lalu ada orang yang memerintah orang-orang lain untuk melakukan ini dan itu. Itu siapa? Bos? Ada orang yang dikatakan melakukan itu siapa? Ya tenaga kerjanya kan. Bapak, Ibu yang mana di hadapan Tuhan? Kita sering kali salah menempatan diri lho. Kita menempatkan diri kita itu ngomong taat, hamba Tuhan tapi realita adalah saya yang tuannya. Ya. Maafkan saya ngomong ini sekali lagi ya, kalau Bapak, Ibu naik pesawat, berani terlambat? Kalau datang ke gereja? Kalau naik pesawat nggak berani terlambat Tuhannya siapa? Pilotnya. Kalau ke gereja yang tuannya siapa? Banyak orang nggak ngerti. Saya kadang marah kayak gini ya, itu tujuannya untuk mendidik saudara supaya men-Tuhan-kan Tuhan, salah satu aplikasi yang paling sederhana ada datang gereja nggak telat. Bukan sebagai satu disiplin, oh saya disiplin nggak pernah telat, maka datang gereja nggak telat, karena semua yang lain saya juga nggak telat. Enggak. Kita harus ngerti kenapa datang gereja nggak telat, karena saya mengakui otoritas Tuhan dalam hidupku. Mengapa saya melakukan apa yang Tuhan kehendaki dan bahkan saya rela menyangkal diri? Karena saya tahu Tuhan berotoritas atas hidupku. Itu adalah umat Tuhan ya.

Lalu yang ketiga adalah, ketaatan itu menyatakan karakteristik dari seorang yang beriman kepada Tuhan. Maksudnya beriman apa? Ya saya percaya Tuhan, tapi wujud dari percaya itu apa? Ya taat kan? Misalnya, saya kemarin sempat hadir di dalam satu, ada orang kasih saya undangan makan, lalu saya hadir di situ sama keluarga dan sama anak, lalu mendadak ada barongsai muncul. si Deizella ketakutan. Mungkin baru pertama kali itu dia dengar suara gendang itu kuat sekali. Dia sembunyi di bawah kolong meja. Saya suruh keluar nggak mau keluar-keluar. Saya ngomong, “Dei nggak usah takut ada Papa di sini.” Dia nggak mau keluar. Kenapa dia nggak mau keluar? Karena dia nggak percaya Papanya sanggup melindungi dia. Jadi pada waktu kita berkata “saya percaya kepada Tuhan”, salah satu wujud dari saya percaya adalah apa? Saya mendengarkan apa yang dikatakan Tuhan dan saya melakukan apa yang dikatakan Tuhan. Kalau Tuhan ngomong “jangan kuatir”. Kita selalu kuatir. Kalau Tuhan ngomong “rambut di kepalamu Saya bisa hitung, satu helai saja Saya tahu ketika itu rontok”, Dia bilang “jangan kuatir”, masih kuatir. Artinya apa? Nggak percaya. Kalau Tuhan berkata “keselamatan itu ada di dalam Kristus, orang yang mati itu pasti diselamatkan di dalam Kristus”. Lalu salah satu keluarga kita meninggal, mulai gelisah, mulai cari tahu ini hari apa ya? Segala macam petunjuk untuk di penguburan segala macam hal-hal yang dilakukan untuk jiwanya tenang. Itu percaya nggak? Nggak percaya. Bapak, Ibu bisa tarik banyak macam hal lain yang kita pikir yang tidak ada hubungannya dengan iman kita tapi sebenarnya punya hubungan yang erat sekali, tapi kita nggak tahu saja.

Kenapa harus taat? Ketaatan itu tanda dari pertobatan. Kenapa harus taat? Karena siapa yang berotoritas atas hidup kita. Yang ketiga, karakteristik dari seorang yang percaya kepada Tuhan. Lalu yang keempat adalah ketaatan menjadi bukti kasih kita kepada Tuhan. Kasih kita kepada Tuhan. Tuhan pernah berkata apa? “Kalau engkau mengasihi Aku maka engkau akan melakukan apa yang Aku katakan.” Itu sebenarnya tadi di awal saya bilang, pada waktu kita mengikut Tuhan, punya pengetahuan itu baik, penting sekali. Iman harus disertai dengan pengetahuan akan Tuhan. Tetapi Bapak, Ibu yang dikasihi Tuhan, memiliki pengetahuan yang begitu limpah akan Tuhan, itu tidak membuktikan Saudara mengasihi Tuhan. Sedangkan Tuhan menuntut hukum yang pertama dan terutama adalah saya mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, segenap kekuatan. Itu adalah hukum yang terutama. Jadi pada waktu kita diminta untuk mentaati Tuhan, kenapa? Karena wujud dari ketaatan kita adalah cerminan dari kasih kita kepada Tuhan. Jadi ada kasih tidak? Belajar ya mengasihi Tuhan. Jangan cuma ngomong saya mengasihi Tuhan, lakukan yang Tuhan kehendaki kita lakukan. Saya ulangi ya. Ketaatan perlu? Penting? Kenapa? Pertama adalah karena tanda pertobatan. Dua menunjukkan siapa yang berotoritas atas hidup kita. Ketiga karakteristik sebagai orang percaya kepada Tuhan. Empat, bukti kasih kita kepada Tuhan.

Terakhir yang membuat kita punya kekuatan untuk dikatakan gila oleh dunia, kayanya hal ini kita anggap tidak terlalu penting karena kita mungkin jarang memikirkannya. Tadi saya bilang masih berapa lama hidup? Nggak ada yang berani ngomong. “Mungkin hari ini Pak saya hidup.” Tetapi mungkin beberapa puluh tahun ke depan. Tetapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kekuatan kita untuk menjalani hidup yang walaupun dikatakan orang gila oleh dunia ini, kita tetap jalani karena kita punya mata tertuju pada kekekalan bukan kepada dunia. Apa yang mendorong kita punya kekuatan? Atau Paulus punya kekuatan untuk melewati semua hinaan hampir mati? Karena dia tahu kalau apa yang dilakukan itu tidak sia-sia. Ada janji Tuhan yang dia bisa pegang 100% dalam hidup dia, dan dia percaya itu adalah satu kebenaran. Maka dia lewati itu dalam suatu kesulitan yang dia lewati dalam hidup dia.

Saya ambil satu contoh cerita ya. Ada seorang pemuda namanya Peter Cameron Scott. Dia adalah seorang vokalis yang berbakat sekali, di dalam usianya yang ke 23 tahun, dia ingin datang ke suatu audisi untuk bisa diterima di sana mungkin sebagai artis atau untuk menunjang karir dia di hari depan. Tapi pada waktu dia sedang menunggu di situ, tiba-tiba dia ada yang dalam hatinya bicara seperti ini, “kamu sedang kejar apa sih? Yang kamu kejar itu hal yang penting atau tidak? Yang bernilai kekal atau tidak?” Lalu dia punya satu kesadaran, ternyata nggak. Dan itu membuat ketika dia pulang dari audisi itu lalu memutuskan hari itu dia akan menjadi seorang misionaris yang pergi ke Afrika. Dan dia betul-betul pergi ke Afrika. Sedangkan Afrika pada waktu itu, ada di dalam situasi yang tidak kondusif bagi orang-orang Barat. Mungkin karena kotor dan segala macam, orang Barat terbiasa dengan kebersihan maka harus penyesuaiannya terlalu banyak dan banyak yang akhirnya sakit dan meninggal. Lalu dia pergi ke sana. Beberapa bulan kemudian Kakaknya menyusul kesana tetapi ternyata Kakaknya menyusul ke sana nggak terlalu lama akhirnya sakit dan meninggal. Si Peter ini kemudian membuatkan peti mati, menggali kuburan dan dia kuburkan kakaknya di situ. Dan ketika semua orang sudah pulang, dia di situ mengambil komitmen ulang. Dia tidak menjadi kecewa, tetapi dia mengambil komitmen untuk dia akan terus menjadi misionaris di sini. Akhirnya dia kerjakan. Tetapi kemudian nggak lama akhirnya dia sakit juga, dia harus kembali ke Amerika dan mulai pergi ke Inggris, lalu kembali ke Amerika. Tapi sampai di Amerika, cintanya kepada Afrika itu tidak hilang. Dia tetap mengasihi dan ingin menginjili orang Afrika, akhirnya dia mendirikan yang dinamakan African Inland Mission, dan dia bisa mendapatkan sejumlah misionaris untuk bisa pergi bersama-sama. Akhirnya mereka pergi bersama-sama di sana. Tetapi apa yang terjadi di sana? Nggak lama kemudian, 14 bulan kemudian dia meninggal, dan satu persatu dari misionarisnya yang pergi bersama-sama dengan dia, meninggal satu per satu. Tinggal satu orang, akhirnya harus mengambil satu keputusan, saya harus melanjutkan misi ini atau tidak? Tetapi dia berkomitmen untuk melanjutkan misi ini. Dan ini membuat dikirim lagi misionaris dari Amerika datang ke Afrika.

Tetapi menarik ya, walau mereka meninggal seperti itu, para misionaris itu tetap datang. Dan ketika mereka datang, apa yang mereka lakukan? Mereka harus membawa barang-barang kebutuhan. Nah barangnya ditaruh di mana? Di kotak peti mati. Jadi di kotak peti mati menjadi tempat wadah kebutuhannya untuk dikirim ke Afrika. Kenapa pakai kotak peti mati? Karena mereka tahu mereka akan mati suatu hari nanti di Afrika. Mereka terus melayani dan mereka mati satu per satu. Sampai satu waktu, tiba-tiba ada orang Afrika yang ngomong kayak gini, “Saya tahu kalian ya sudah tahu pergi sini pergi untuk mati, tetapi kenapa masih mau datang ke sini dan bahkan menyiapkan peti matimu sendiri sampai ke Afrika? Itu berarti berita yang kalian sampaikan berita yang sangat penting sekali makanya kalian rela untuk lakukan hal itu.” Dan mulai hari itu ada orang-orang yang percaya kepada Kristus.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, seberapa besar kepercayaan Bapak, Ibu kalau yang Bapak, Ibu miliki itu adalah kebenaran? Seberapa besar Bapak, Ibu, Saudara yakin bahwa perkataan Yesus itu adalah perkataan kebenaran? Kalau itu menjadi keyakinan mutlak kita yang tidak bisa dikompromikan, mulai hari ini sungguh-singgih lakukan kehendak Tuhan. Jangan kompromi dan jangan tawar hati, mumpung masih awal tahun. Ya? Amin. (HS)