Hari Pendamaian, 24 Maret 2024

Hari Pendamaian

Im. 23:26-30

Vik. Nathanael Marvin

 

Hari ini kita akan merenungkan satu tema yaitu Hari Pendamaian. Mari kita buka Alkitab kita Bapak, Ibu, Saudara sekalian dari Imamat. Im. 23:26-30, kita akan membaca firman Tuhan ini bersama-sama. Im.23:26-30, mari kita baca bersama-sama, “Tuhan berfirman kepada Musa: ”Akan tetapi pada tanggal sepuluh bulan yang ketujuh itu ada hari Pendamaian; kamu harus mengadakan pertemuan kudus dan harus merendahkan diri dengan berpuasa dan mempersembahkan korban api-apian kepada Tuhan. Pada hari itu janganlah kamu melakukan sesuatu pekerjaan; itulah hari Pendamaian untuk mengadakan pendamaian bagimu di hadapan Tuhan, Allahmu. Karena setiap orang yang pada hari itu tidak merendahkan diri dengan berpuasa, haruslah dilenyapkan dari antara orang-orang sebangsanya. Setiap orang yang melakukan sesuatu pekerjaan pada hari itu, orang itu akan Kubinasakan dari tengah-tengah bangsanya.

Bapak, Ibu, Saudara sekalian puluhan ribu nyawa sudah melayang akibat peperangan antara Israel dan Palestina. Dan itu semakin gencar lagi di masa-masa sekarang di jalur Gaza, ya. Perang dimulai sejak 7 Oktober 2023 dan sampai hari ini belum juga ada solusi yang baik dari peperangan. Dan kita tahu sebagai manusia pada umumnya, ya, apa sih solusi yang terbaik bagi peperangan? Apakah kita tambah ikut berperang? Ataukah malah kita cuek? Tidak, yang paling bagus dari solusi bagi peperangan, ini khususnya negara, adalah perdamaian. Sampai hari ini, sudah sejak Oktober, belum berdamai. Ini membuktikan bahwa manusia itu susah berdamai dengan sesamanya. Manusia susah untuk mengakui kelebihan sesamanya, lalu kemudian mau untuk menerima kembali sesamanya. Mereka fokus kepada hal yang negatif. Mereka fokus kepada hati mereka sendiri, ingin balas dendam, ingin melukai sesama. Ini manusia berdosa.

Pada awal penyerangan, itu pejuang Palestina, pimpinan Hamas, melancarkan invasi besar-besaran terhadap Israel di jalur Gaza. Waktu itu banyak orang kaget. Terutama bangsa Israel kaget sekali karena pertahanan mereka ternyata kurang aman, pertahanan mereka kebobolan, mereka lengah. Sudah 6 bulan terjadi perang, perkiraan total yang mati dari orang Palestina itu 31.000, sampai sekarang. Lalu kemudian bangsa Israel, orang-orang Israel, ya, negara Israel itu yang mati berapa? 1.500. Perbandingannya sangat besar sekali. 31.000 orang Palestina mati, 1.500 orang Israel mati. Dan sekitar 70% warga Palestina dari 31.000 orang yang meninggal itu adalah perempuan dan anak-anak. Negara-negara ketika melihat Israel berperang dengan Palestina dengan begitu semangat, begitu gencar – ya namanya orang Yahudi, ya, kalau sudah komitmen terhadap sesuatu mereka lakukan dengan serius seperti untuk Tuhan. Mereka sangat ketat sekali gitu, ya – para pejabat Amerika, para Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan, “Wah, jumlah ini sangat mengerikan, ya, 31.000 meninggal.” Terus dihitung yang terluka berapa. 70 ribu orang terluka, dan 1,7 juta orang itu harus mengungsi.

Bapak, Ibu, sekalian kondisi orang-orang di peperangan pasti lebih buruk daripada kondisi kita saat ini. Pasti. Mereka mengungsi. Mengungsi berarti nggak ada rumah, nggak ada tempat tinggal. Mengungsi berarti harus tidur sederhana sekali. Mengungsi berarti mungkin harus makan satu hari satu kali. Ya, bagaimana mereka hidup di masa peperangan? Apa sih yang ditimbulkan oleh peperangan? Nggak ada untungnya. Nggak ada untungnya manusia berperang satu dengan yang lainnya. Palestina sampai kurang lebih, ya, memohon sudah selesai lah, berdamai, memohon keselamatan. Karena apa? Karena itu adalah tragedi yang tak berujung dan mendalam seperti neraka di bumi. Perasaan seperti neraka juga di alami oleh orang-orang yang disandera oleh Hamas dan bagi keluarga korban.

Jadi, peperangan bukan saja bunuh-bunuhan, tapi sandera menyandera. Bagaimana orang yang kita kasihi disandera oleh musuh. Itu terserah orang mau melakukan apa kepada orang yang disayangi. Perang adalah sebuah tungku yang kejam. Ya, itu digambarkan demikian. Begitu kejam. Menteri Israel, ya, sudah diusulkan oleh Amerika Serikat, “Ayo, berdamailah dengan Palestina.” Menteri Israel katakan, “Tidak, kami tidak mau berdamai! Untuk apa berdamai dengan orang yang sudah menyerang kami duluan, membunuh warga-warga Yahudi?” Suara-suara perdamaian kini telah menggema di berbagai belahan dunia, tetapi pertanyaannya, bagaimanakah mendamaikan orang yang tidak mau berdamai? Bagaimanakah memulihkan murka orang yang sudah benci kepada sesamanya? Jawabannya adalah tanpa pertolongan Tuhan, kita nggak bisa berdamai dengan siapa  pun. Kita cenderungnya bermusuhan. Kita cenderungnya bertengkar. Kita inginnya itu lawan orang. Kita tidak ingin  berdamai. Maka dari itu, tidak sedikit dari kita yang banyak memiliki musuh. Kita punya banyak musuh. Nah, yang penting adalah di hati kita, kita tidak ingin memusuhi orang lain. Kalau orang lain memusuhi kita, ya sudahlah. Orang lain mengatakan kita adalah lawannya dia. Tapi di hati kita, kita mau berdamai dengan semua orang. Karena apa? Karena kita dikatakan sebagai orang Kristen, pembawa damai. Kita sudah didamaikan terlebih dahulu oleh Yesus Kristus dengan kematian-Nya di atas kayu salib. Kematian Yesuslah yang membuat kita bisa berdamai, bukan kematian orang.

Kenapa orang berperang? Karena dengan kematian, mereka pikir, mereka puas. Orang yang saya jadi musuh itu mati. Mereka pikir itu puas, tapi tidak bisa membuat mereka damai ternyata. Sudah puluhan ribu orang mati. Sudah banyak sekali orang mati. Apakah hati mereka bisa rasa damai, puas? Nggak bisa! Hanya 1 kematian yang bisa mendamaikan seseorang, yang bisa memberikan ketenangan kepada seseorang yaitu kematian Yesus di atas kayu salib 2000-an tahun yang lalu. Kematian Yesus mendamaikan kita dengan Bapa di surga yang suci, yang kudus dan kemudian kita juga bisa berdamai dengan Allah, berdamai dengan diri kita sendiri. Kita nggak membenci diri kita sendiri, berdamai dengan sesama. Itulah kunci bagaimana memiliki damai sejahtera. Yesus Kristus pun ketika di dalam tubuh kebangkitan-Nya, ketika Yesus sudah bangkit dari kematian, Yesus katakan, “Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu. Aku itu memberikan damai sejahtera, bukan peperangan, bukan kebencian, bukan permusuhan.”

Jumat Agung dan Paskah berarti hari pendamaian yang Yesus lakukan bagi kita dengan Bapa di surga. Kita bukan saja berperang dengan sesama manusia. Sebenarnya, manusia berdosa itu berperang dengan Tuhan sendiri. Kalau kita berperang dengan Tuhan, wajar kita mati. Namanya lawan Tuhan, kok. Kalau kita melawan Tuhan, berarti dosa. Wajar Tuhan katakan, “Mati kamu!” karena upah dosa adalah maut. Upah melawan Tuhan berarti mati, maka perlu pertolongan Yesus Kristus supaya kita tidak mati, tidak mendapatkan upah dosa yaitu maut itu kita tidak terima. Karena apa? Karena kebenaran Kristus, karena kematian Yesus di atas kayu salib.

Bapak, Ibu sekalian, dalam perayaan orang Israel di Perjanjian Lama itu ada hari raya-hari raya yang begitu banyak dan di sini, kita akan merayakan atau melihat, ya, memperingati bagaimana orang Israel memperingati hari yang khusus di dalam perayaan mereka yaitu hari pendamaian, day of atonement. Ini dilakukan  oleh orang Israel Perjanjian Lama dan sampai sekarang pun, orang-orang Yahudi melakukannya. Ada 1 hari khusus di mana mereka mau berdamai dengan Allah. Nah, hari tersebut bukan bicara soal berdamai antara manusia dengan sesama, melainkan berdamai dengan Tuhan.

Bagaimana bisa berdamai dengan Tuhan? Harus menurut caranya Tuhan sendiri, bukan cara manusia. Kalau kita berdamai dengan seseorang, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, sering kali kita buat aturan-aturan yang menurut kita, kita sudah berdamai. Kalau kita sudah baik sama orang, kalau kita sudah memberikan sesuatu kepada orang, kalau saya sudah minta maaf sama orang, harusnya berdamai. Ya, kita buat aturan sendiri yang mungkin baik, tapi sebenarnya, ya, kita sendiri yang mengunci bahwa itu sudah damai, padahal belum. Ada yang harus dibereskan di dalam relasi kita dengan musuh kita.

Nah, sekarang, di antara relasi manusia dengan Tuhan, Bapak, Ibu sekalian, manusia sudah jatuh dalam dosa. Siapa yang bisa berdamai dengan manusia yang sudah jatuh dalam dosa? Yaitu Tuhan sendiri yang menginisiatif diri-Nya atau menjadi inisiator berdamai dengan manusia berdosa karena manusia berdosa itu sudah musuh Tuhan dan manusia berdosa selalu melawan Tuhan, tidak ingin berdamai. Nah, Allah memilih 1 hari di mana Dia ingin manusia itu dapat menyembah Dia dan memperoleh pendamaian atas dosa-dosanya. Dan kemudian, di konteks Perjanjian Lama, ya, Bapak, Ibu sekalian, ini Perjanjian Lama, Tuhan memberikan peraturan-peraturan di mana mereka harus jalankan peraturan tersebut. Kalau tidak jalankan, maka mati karena kamu nggak taat. Kurang lebih, hari tersebut itu ibarat seperti hari pertama Adam dan Hawa diciptakan, terus kemudian menerima perintah Tuhan. Adam dulu, ya. Adam yang menerima perintah Tuhan bahwa, “Kalau kamu taat, kamu selamat, hidup, tapi kalau kamu tidak taat, mati.” Nah, hari itu terulang kembali di hari pendamaian, bagaimana Tuhan kasih perintah kepada bangsa Israel, harus lakukan hal-hal ini. Hal-hal yang merupakan hari Sabat.

Nah, demikian juga, Bapak, Ibu sekalian kalau kita lihat penciptaan. Hari ketujuh itu hari rest. Tuhan Sabat. Nah, kemudian berlanjut, ya, Tuhan memberikan perintah kepada Adam dan Hawa. “Adam, kamu taat supaya hidup. Kalau tidak, kamu mati.” ini adalah peraturan Tuhan yang begitu ketat, yang begitu sempurna, begitu suci, dan di situ, Adam dan Hawa harus taat. Ternyata, tidak taat, maka harusnya mati, Adam dan Hawa. Hanya di dalam anugerah Tuhan, hanya di dalam inisiatif Tuhan mau mendamaikan diri-Nya dengan manusia berdosa, di situlah manusia berdosa bisa berdamai dengan Tuhan. Nah, lalu Allah melalui Musa memberikan instruksi detail untuk mengadakan hari raya pendamaian karena Tuhan mau ngomongnya sama nabi, di dalam konteks Perjanjian Lama, ya. Lalu, Musa juga diskusikan semua perintah Tuhan kepada Harun dan Harunlah yang dipilih  menjadi imam besar yang akan melakukan hari pendamaian.

Nah, peraturan-peraturannya ada 3, Bapak, Ibu sekalian, ya. Ini sudah dimunculkan. Yang pertama adalah menyangkal diri. Itu tadi dari ayat yang kita baca, di Imamat. Di hari itu, orang-orang Israel harus menyangkal diri. Dalam arti apa? Mereka harus berpuasa, tidak makan. Dan ingat, konteks pada waktu Israel menerima hukum ini, hari raya ini adalah ketika mereka di padang gurun. Di padang gurun, mereka dipanggil untuk beribadah setelah mereka di Mesir dijajah, jadi budak. Kurang lebih selama 400 tahun, Israel di Mesir jadi budak. Mereka nggak tahu beribadah kepada Tuhan seperti apa. Mereka tahunya dewa-dewa Mesir. Mereka juga selalu digoda untuk bekerja. Jangan cari Tuhan, cari pekerjaan, cari uang, cari keamanan, cari kesehatan, dan mereka digoda untuk menyembah Allah yang lain, bukan Allah yang sejati, Allah Israel. Dan di hari pendamaian ini, mereka harus berpuasa di padang gurun yang panas, yang dingin. Di malam hari, dingin, di siang hari begitu panas. Pokoknya puasa, nggak makan. Tidak makan berarti di hari itu tidak ada manna turun dari surga seharusnya, atau kalaupun ada pun, ya sudah, manna dari surga itu dibiarkan oleh bangsa Israel. Nggak boleh makan. Kalau makan, mati, kok! Maka dari itu, mereka betul-betul di hari itu sangat serius. “OK, kita harus puasa!” Puasa. Nggak boleh makan, ya. Minum gimana? Ya, mungkin boleh, ya. Tidak diberi tahu, ya. Pokoknya, mereka supaya bisa hidup di hari itu, di hari pendamaian, mereka tidak makan aja.

Lalu yang kedua, yang tidak boleh dilakukan oleh bangsa Israel adalah bekerja. Mereka nggak boleh bekerja. Pekerjaan bangsa Israel, Bapak, Ibu sekalian, di padang gurun itu ngapain? Manna dari surga sudah tersedia, air minum di padang gurun sudah tersedia. Mereka kerja apa, sih, di padang gurun, bangsa Israel? Mereka punya skill apa di padang gurun? Ya, mereka nggak bisa bangun sesuatu. Mereka nggak bisa menghasilkan uang. Mereka kerja apa di padang gurun? Bangsa Israel di dalam padang gurun, Tuhan  katakan, “Aku mau memanggil umat-Ku untuk beribadah.” Itu kepada Firaun, Tuhan katakan demikian. Maka, di padang gurun, bangsa Israel itu pekerjaannya adalah ibadah setiap hari. Paling, pekerjaannya mereka adalah di samping untuk beribadah yaitu mereka memberi makan kambing, domba, sapi yang mereka bawa. Itu pun sudah dari manna dari surga, ya. Tuhan sudah berikan manna, tinggal kasih ke kambing, domba, sapi itu. Di padang gurun, apakah ada rumput untuk hewan ternak? Nggak ada! Jadi, mereka kerja ngapain? Ya, paling kasih pelihara hewan mereka, hewan ternak, lalu beres-beres kemah suci, ya, beres-beres. Mereka nggak ada kerjaan. Maka dari itu, perintah Tuhan itu sederhana. Di hari pendamaian nggak boleh makan, nggak boleh bekerja. Yang boleh apa? Berdoa. Hari itu khusus berdoa kepada Tuhan.

Ini namanya kalau di dalam zaman sekarang, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, hari pendamaian itu adalah kurang lebih seperti retreat. Retreat itu biasanya 1 tahun sekali. Ya, kan? Nggak ada retreat setiap bulan sekali. “Yo, retreat ke mana!” gitu, ya. Itu namanya jalan-jalan. Itu namanya mau healing, ya. “Yok, sebulan sekali ke mana? Kaliurang!” gitu, ya. Kalau ke Solo, retreat ke Tawangmangu. Liburanlah, pokoknya sehari cuti, ya, bersantai, wisata. Itu namanya liburan. Tapi, retreat biasanya 1 tahun sekali saja. Nah, sebenarnya kalau mau dilihat dari mana prinsip ada retreat, sebenarnya dari hari pendamaian. Hari pendamaian itu puasa, nggak boleh kerja, terus harus berdoa aja kepada Tuhan.

Nah, kemudian ketika berdoa, apa yang harus dilakukan oleh bangsa Israel di dalam doa? Itu bukan saja memohon, bersyukur, tetapi harus bersedih. Melatih emosi sedih. Melatih emosi untuk bersedih. Ini adalah suatu hal yang sangat unik. Tuhan katakan, “Bersukacitalah senantiasa.” Ya, Rasul Paulus katakan kepada jemaat Tesalonika. Tapi, di hari pendamaian, nggak usah kamu senang-senang ya. Jangan pikir, kamu senang-senang hari ini. Kamu harus berdukacita. Wah, kenapa? Ya, alasannya ada, ya. Tuhan itu nggak kasih perintah cuman kasih perintah terus selesai tanpa ada penjelasan. Tuhan kasih perintah karena apa? Itu demi kebaikan kamu. Karena apa? Kamu harus merenungkan dosa kamu selama 1 tahun. Ya, mundur. Hari ini hari pendamaian, mundur 1 tahun. Kamu renungkan dosa apa saja yang sudah kamu lakukan di hadapan Tuhan. Bertobat! Jangan berdosa lagi. Minta ampun atas dosa-dosa. Jangan sembarangan hidup. Renungilah dosa kamu. Renungilah hidupmu. Jangan sembarangan hidup. Jangan berfoya-foya. Renungilah, tangisilah dosa-dosa kamu. Apakah kamu berzinah? Minta ampun! Apakah kamu membunuh? Apakah kamu melukai sesama? Minta ampun! Jangan pikir dosa itu bisa hilang begitu saja. Tuhan yang adil adalah hakim yang adil. Semua dosa, Tuhan perhitungkan. Mau kamu selamat masuk surga, mau kamu mati masuk neraka, Tuhan perhitungkan semua dosa kamu di bumi ini. Tuhan bicara demikian kepada bangsa Israel. Memangnya Tuhan nggak lihat dosa kamu? Memangnya kamu nggak lihat, ya? Tuhan itu melihat dosa kamu!

Lalu, peraturan ketiga adalah kamu akan mati kalau kamu tidak berpuasa. Kamu akan mati kalau kamu bekerja. Jangan bekerja! Jangan tidak puasa! Puasa! Hukuman kematian mengancam bangsa Israel di hari pendamaian. Kok, aneh, sih? Katanya hari pendamaian? Kok, jadi serius banget? Kok, jadi ketakutan? Tuhan memang memberi peraturan ini supaya bangsa Israel itu jangan sombong. Jangan pikir hidup nyaman-nyaman saja seolah-olah Tuhan tidak ada. Jangan pikir bisa berdosa, Tuhan lalu tidak hukum. Tuhan pasti hukum semua dosa. Dan konsekuensi dosa itu buruk, pasti ada juga. Mau Tuhan hukum nanti, bagaimana, pasti Tuhan hukum, pasti Tuhan hukum. Itu hakim yang adil. Hakim yang adil pasti hukum dosa, mana ada hakim yang adil tidak hukum dosa. Ya. Maka dari itu Tuhan begitu memberikan hari pendamaian tapi dengan keseriusan yang luar biasa. Ini adalah hari Sabat. Ini adalah hari perhentian penuh. Semua bangsa harus merendahkan diri di hadapan Tuhan.

Diam di padang gurun yang heboh ya. Biasa banyak omongan itu semua tenang. Padang gurun itu sunyi. Padahal dua juta bangsa Israel padang gurun di sana. Tapi ada kesunyian ada minta pengampunan dosa ada sungguh-sungguh hati yang takut kepada Tuhan karena kesucian Tuhan. Lalu kemudian muncullah orang-orang yang dipilih Tuhan menjadi seksi sibuk. Ya, jadi orang-orang yang kelihatan sibuk di hari itu, yaitu adalah Imam Besar. PIC dari hari pendamaian adalah Imam Besar. Seorang Imam adalah orang yang dipilih Tuhan untuk menjalankan ibadah di Kemah Suci ya. Ada para Imam, ada Imam besar. Ada tiga jenis Imam ya. Para Imam itu mempersembahkan korban itu pagi sama sore ya. Menyembelih kambing, domba, tiap hari. Imam besar bertugas memantau saja semua acara ibadah terus kemudian di hari pendamaian dialah yang bertugas. Imam Besar ini. Nah ini Imam Besar ini siap ayang pertama kali? Yaitu Harun. Nabinya adalah Musa. Harun adalah Imam Besar yang pertama dan dia adalah keturunan Lewi. Maka yang dipilih oleh Tuhan adalah Imam Besar yang dari keturunan Harun. Itu harus demikian tradisinya ya. Kemudian Imam Besar punya tugas beberapa hal.

Pertama waktu mau datang kepada Tuhan nggak bisa langsung datang kepada Tuhan. Dia harus menguduskan dirinya dulu dengan minta ampun atas dosanya. Lalu kemudian kedua pakaian harus seperti yang Allah instruksikan. Dengan kurang lebih gambarnya seperti itu. Lalu yang ketiga dia mempersembahkan korban, memasuki tempat maha kudus. Kalau para Imam, para Imam hanya memasuki tempat kudus. Tetapi Imam Besar itu memasuki ruang maha kudus. Memercikkan darah korban ke tabut perjanjian dan juga kemudian melakukan upacara pelepasan kambing jantan Azazel. Ya nanti kita juga bahas tentang kambing ini ya.

Jadi Allah merancang semua ini untuk menutupi dosa umat-Nya dan kemudian kesalahan umat-Nya Tuhan ampuni supaya bisa berdamai dengan Bapa di Surga. Itu menarik mereka mendekat kepada-Nya. Meskipun kita tahu ya, sekarang bahwa tradisi itu pun, ibadah pada waktu itu pun di Perjanjian Lama, tidak bisa menghapuskan dosa mereka, tidak bisa mendamaikan dosa mereka dengan Bapa di surga. Cuma ketika mereka melakukan, mereka mendapat kedamaian karena mendapatkan bayang-bayang Kristus yang bisa mengampuni dosa, yang bisa mendamaikan kita dengan Bapa hanyalah pengorbanan Yesus Kristus, bukan peraturan seperti itu. Cuma ini adalah bayang-bayang. Kemudian kita lihat tempat maha kudusnya. Nah di tempat maha kudus, Bapak, Ibu, sekalian ya, ini kemah pertemuan. Kalau kemah suci itu adalah kemah semuanya ya. Kemah suci kita tahu ada tiga bagian, ada halaman, ada tempat kudus, ada tempat maha kudus. Itu kemah suci sebutannya. Tetapi waktu orang Israel ngomong ini kemah pertemuan, hanya terdiri dari dua tempat atau dua ruangan di mana kemah pertemuan adalah imam ketemu dengan Tuhan. Dan yang bisa masuk ke tempat maha kudus adalah Imam Besar, yang di tempat kudus adalah para imam saja mengerjakan tugasnya.

Nah di tempat maha kudus, itu ada dua tabut perjanjian yang berisi dua loh batu. Ya. Tabut perjanjian itu peti dilapisi emas, dan di dalamnya ada dua loh batu, 10 perintah Allah. Di atas peti tersebut ada dua kerubim, pahatan ya, pahatan patung seperti malaikat, dan di atas kerubim itu adalah wujud kehadiran Allah di awan kemuliaan Tuhan. Ini adalah tempat Allah bertahta. Kurang lebih gambarannya demikian. Lalu ada empat tiang penopang atau tirai yang memisahkan antara tempat maha kudus maupun tempat yang kudus. Nah tirai itu membatasi orang-orang yang bisa datang ke hadirat Allah itu siapa saja. Dan di sini dipilih oleh Tuhan yaitu hanya Imam Besar yang bisa masuk ke dalam hadirat Allah, yaitu tempat maha kudus.

Lalu Harun menjalankan tugasnya sebagai Imam Besar, mempersiapkan semua acara. Pakaian Harun lengan putih, ikat pinggang dan serban. Nah kita baca Im. 16:11, di situ Harun mau mendamaikan dirinya terlebih dahulu dengan Tuhan. Nah yang harus dia korbankan apa? Mari kita baca bersama-sama. Im. 16:11, “Harun harus mempersembahkan lembu jantan yang akan menjadi korban penghapus dosa baginya sendiri dan mengadakan pendamaian baginya dan bagi keluarganya; ia harus menyembelih lembu jantan itu.” Jadi yang harus disembelih bagi dirinya dan keluarga Harun adalah sapi yang besar itu. Sapi yang sangat besar, sapi jantan, yang sehat, yang kuat, tanpa cacat cela ya. Mempersembahkan korban kepada Tuhan itu nggak boleh yang patah kakinya atau luka, gitu ya. Harus yang sempurna, dan dipilih sapi jantan. Harun harus menyembelih sapi jantan dan itulah yang dia lakukan di halaman kemah suci. Pelataran sebutannya.

Nah di situ para Imam adalah orang-orang yang berani. Setiap hari para Imam membunuh ya. Betul-betul membunuh binatang. Imam besar harus membunuh binatang yang lebih besar lagi karena mungkin besar, harus yang lebih besar, Imam Besar. Tapi maksudnya Imam Besar itu tanggung jawabnya yang besar. Nah perhatikan ya Bapak, Ibu sekalian kalau kita lihat Perjanjian Lama itu ada kelompok kitab-kitab nabi-nabi besar. Ini bukan badannya besar, perutnya lebar, nggak. Ya itu maksudnya cakupannya besar. Firmannya yang dia sampaikan itu kepada wilayah yang besar. Ada nabi-nabi kecil, bukan badannya kecil, nyalinya kecil, bukan. Tapi cakupan wilayah yang dia lakukan, yang dia beritakan itu kecil juga.

Nah Imam Besar tanggung jawabnya besar. Dia harus korbankan sapi jantan, terus dia harus sembelih, terus darahnya diambil. Di satu tempat darahnya diambil, darah sapi jantan, dia bawa, lalu di situ sudah ada kematian. Waktu ada kematian kita apakah bisa haha-hihi Bapak, Ibu sekalian? Ini sapi ya. Kita yang pertama kali mungkin shock ya. Wah kematian itu seperti itu. Sapi itu kurang lebih badannya tingginya seperti manusia ya kan. Sapi itu besar sekali. Itu ada mati tergeletak di sana. Ada Harun terus kemudian berjalanlah ke kemah pertemuan. Masuk ke tempat kudus, mau ke tempat maha kudus. Tidak ada lagi imam dan kaum Lewi yang masuk ke kemah pertemuan selain Harun saja. Nah di sini ada perasaan yang begitu gentar, takut karena apa? Karena ada ancaman juga bagi Imam Besar kalau salah bertindak waktu memberikan korban kepada Tuhan, yaitu apa? Kematian juga. Imam besar bisa mati. Makanya waktu masuk ke dalam tempat maha kudus, kakinya diikat dengan kerincing-kerincing, seperti bel gitu, supaya tahu bahwa Imam itu masih bergerak kakinya masih jalan masih bergerak. Kalau sampai tidak ada suara hening, terus ditarik-tarik nggak ada balasan berarti mati. Harus ditarik, keluar dari tirai, ya sudah berarti dimakamkan.

Nah Harun mengambil perbaraan. Setelah ambil darah, simpan darahnya, terus ambil perbaraan api. Harun ambil bara api, terus ambil ukupan juga, wangi-wangian dari mezbah ukupan. Itu adalah parfum ya, ukupan itu wangi-wangian. Itu seperti parfum yang wangi dari alam, kayak gitu ya. Nah satu-satunya suara yang dia dengar adalah langkah kaki dan nafasnya di sana. Dia masuk perlahan-lahan, dengan peralatan itu, darah, perbaraan, terus minyak ukupan, sudah disimpan. Kemudian dia masuk ke tempat maha kudus. Waktu masuk, Bapak, Ibu sekalian, gambarannya adalah Tuhan sedang bertakhta di atas. Maka Imam Besar ini waktu masuk melewati tirai, mereka nggak berani lihat atas, karena Tuhan sedang bertakhta di atas kok. Dia tunduk kok. Dia menunduk, karena kalau melihat Allah dengan mata orang berdosa, mati. Imam Besar bisa mati kalau salah. Lihat Allah, sinar kemuliaan-Nya, bisa mati. Maka dia nggak berani. Dia menunduk sambil melihat ke bawah agar tidak lihat Allah di atas Kerubim. Ada awan-awan kemuliaan Allah juga di sana ya.

Lalu kemudian apa yang dilakukan Harun supaya dia tidak bisa melihat Allah? Perbaraan api itu dipercikkan parfum itu. Ya ingat ya, kalau kita suka sauna, sauna itu ada bara api, terus kita kasih air kan. Kebul asapnya, ke mana-mana ke ruangan. Seperti itu. Dan ruangan tempat maha kudus itu menjadi wangi dan banyak asap. Jadi Harun tenanglah, di atasnya banyak asap dia tidak langsung lihat Tuhan bertakhta di sana. Lalu Harun betul-betul membasahi ukupan perbaraan itu ayatnya di mana? Kita lihat Im. 16:13, “Kemudian ia harus meletakkan ukupan itu di atas api yang di hadapan TUHAN, sehingga asap ukupan itu menutupi tutup pendamaian yang di atas hukum Allah, supaya ia jangan mati.” Ini Harun ya. Harun melakukan hal demikian. Lalu yang dilakukan Harun ya, adalah melakukan pendamaian atas dosa-dosanya, yaitu dia ambil sedikit darah dari sapi jantannya itu kemudian dengan jarinya dia percikan tutup pendamaian itu 7 kali. Ya 7 kali angka sempurna. Ini adalah wujud korban atas dosa-dosa, minta pengampunan. Kemudian setelah selesai dia melakukan pendamaian bagi dirinya. Tugasnya selesai, dia keluar dari tirai dari tempat maha kudus.

Nah selanjutnya Harun harus melakukan pendamaian bagi orang Israel. Jadi nggak cepet ya. Hari pendamaian ini panjang. Hari yang panjang bagi Imam besar. Dia keluar lagi lalu sekarang dia ambil dua kambing jantan kepada Tuhan. Terus kemudian dia harus memilih dua kambing itu mana yang Tuhan pilih, persembahan kambing jantan ini. Ini agak ribet ya. Lalu apa yang dilakukan Harun menentukan mana yang Tuhan pilih? Di zaman itu adalah dengan buang undi. Entah dengan apa lah ya, mungkin lempar apa, atau pilih bagaimana. Nah akhirnya buang undi lah. Yang terpilih kambing jantan itu akan disembelih. Itu maksudnya pilihan Tuhan. Harun sembelih kambing jantan yang sudah terpilih lalu kambing yang tidak terpilih disimpan dulu. Disimpan di halaman kemah suci. Lalu Harun masuk dengan darah kambing jantan yang sudah terpilih itu lalu masuk lagi ke tirai maha kudus, lalu percikkan lagi 7 kali. Sama seperti tadi. Lalu Harun keluar dari tempat maha kudus lalu tirai itu tertutup selama setahun nggak boleh dimasuki orang lagi. Nah sekarang Harun sudah melakukan pendamaian bagi bangsa Israel yaitu dengan kambing jantan ya. Tirai itu tertutup selama satu tahun, nanti baru ketika sudah satu tahun lewat, baru adakan lagi hari pendamaian.

Tetapi bukan saja itu Bapak, Ibu sekalian, yang dilakukan oleh Harun juga melakukan pendamaian bagi kemah suci. Ini ketiga. Jadi kemah suci itu didamaikan dengan Allah juga. Karena apa? Ya namanya juga seluruh dunia sudah jatuh ke dalam dosa. Kemah suci harus suci ya. Maka simbolnya, atau hal yang dilakukan oleh Harun adalah membubuhkan darah ke tanduk-tanduk mezbah. Mezbah yang ada di tempat di kemah suci, di pelataran ataupun juga di tempat kudus. Harun celupkan jarinya ke darah memercikkan ke  mezbah ukupan sebanyak 7 kali. Jadi tujuannya adalah menguduskan kemah suci. Pokoknya kemah suci ini sudah dimasuki manusia berdosa harus dikuduskan lagi jangan sampai ada dosa kurang lebih kayak gitu. Itu yang harus dilakukan.

Nah, sekarang pertanyaannya adalah si kambing jantan yang tidak terpilih itu diapakan? Ya, inilah yang menjadi kebingungan bagi orang-orang Kristen sekalipun ketika membaca kitab Imamat, ya. Nah, kita lihat Im. 16:21-22. Nah, sekarang sudah ada kambing jantan yang masih hidup. Nah, ini namanya adalah pengalihan dosa, ya. Kita baca bersama-sama Im. 16: 21-22, “Dan Harun harus meletakkan kedua tangannya ke atas kepala kambing jantan yang hidup itu dan mengakui di atas kepala kambing itu segala kesalahan orang Israel dan segala pelanggaran mereka, apa pun juga dosa mereka; ia harus menanggungkan semuanya itu ke atas kepala kambing jantan itu dan kemudian melepaskannya ke padang gurun dengan perantaraan seseorang yang sudah siap sedia untuk itu. Demikianlah kambing jantan itu harus mengangkut segala kesalahan Israel ke tanah yang tandus, dan kambing itu harus dilepaskan di padang gurun.” Jadi ini dilakukan Harun, ya, ketika sudah menyelesaikan pendamaian bagi dirinya dan keluarganya, bagi bangsa Israel, bagi kemah suci sudah beres, terus kambing yang masih hidup itu kemudian ditumpangkan tangan oleh Harun, ya. Tangan Harun di atas kepala kambing itu, terus Harun berdoa, “Tuhan, aku mengakui aku berdosa, bangsa Israel berdosa, ampunilah dosa-dosa kami, dan kami, ya, menyerahkan dosa kami semua ke kambing ini.” Ya, dialihkan. Ini upacara pelepasan kambing Azazel. Ya, bagi Azazel sebutannya ya. Ini bukan berarti, kan ada tafsiran, ya, “Wah ini berarti kambing ini untuk setan, ya, untuk iblis. Makanya setan gambarnya apa? Seperti kambing, ya, ada tanduk kambing, ya, wah, setan hitam, ya, kambing hitam, ya.” Ini bukan seperti itu, maksudnya adalah kambing bagi Azazel, Azazel ini adalah bicara soal istilah ini adalah kambing yang dialihkan dosanya terus dibuang ke padang gurun. Dan hasil akhir dari kambing ini adalah mati di padang gurun. Hewan-hewan yang di luar dari bangsa Israel pasti mati, kalau tidak dipimpin oleh Tuhan, ya. Tiang awan, tiang api, bangsa Israel membawa kambing domba. Kalau dibuang ke padang gurun berarti keluar dari gerombolan Israel atau rombongan Israel, pasti mati kambing ini, ya, mati dengan sendirinya. Dengan penderitaan, dengan jalan di padang gurun yang begitu menderita, ya, sampai kehabisan makanan, sampai kehabisan air, terus kemudian dia akan tergeletak dan mati. Itu kambing yang hidup tersebut.

Nah, ini asal mulanya dari scapegoat atau kambing hitam. Kita sering kali melakukan dosa ini, banyak sekali, ya. Kita sebagai manusia, “Kamu salah”, “Enggak, yang salah itu yang lain”, ya. Dialihkan dosanya, ya, dialihkan dosanya, serahkan ke orang lain. Nggak papa Bapak, Ibu sekalian terima kesalahan, ngaku aja salah kok. Emang salah ngaku salah? Kalau memang kita salah ya salah, kalau memang kita berdosa, ya berdosa. Justru itu awal dari pertobatan. Kita tahu bahwa kita salah, kita tahu bahwa kita harus bertobat harus ngaku. Jangan nggak ngaku, kalau nggak ngaku nggak ada pertobatan. “Kamu berarti cari kambing hitam, scapegoat”, “Saya buang dosa saya”, “Saya bela diri”. Itu untuk apa? Itu tidak seperti yang di mana ibadah Kristen ajarkan, ya. Ibadah Kristen ajarkan justru mengakui dosa, ada confession, terus dosa kita, hukuman dosa kita kepada siapa dialihkan? Kepada Yesus Kristus. Maka kita sangat mengasihi Kristus Yesus, kita nggak mau lakukan dosa karena Yesus sudah menanggung hukuman dosa kita. Nah, kambing hitam itu adalah pihak yang dipersalahkan untuk semua dosa dan kesalahan yang dilakukan oleh orang lain atau sekelompok orang, ya. Jadi Harun sudah mengalihkan dosa dirinya dan semua bangsa Israel kepada kambing itu dan kambing itu akan diantar oleh seseorang, ya, oleh seseorang keluar kemah Israel. Terus kemudian dilepas, pasti mati di padang gurun itu.

Ya, kemudian Bapak, Ibu sekalian, kita lihat ada 3 perdamaian, ya, dari Imam Besar terus kemudian umat Israel, kemah suci. Nah, Harun melepaskan pakaian lenan putihnya, membasuh dirinya di tempat kudus. Nah, inilah penutupan dari acara hari perdamaian, yaitu Harun harus mempersembahkan 2 kambing jantan lagi, bunuh lagi kambing jantan, lalu langsung dibakar. Ya, korban bakaran bagi dirinya dan Israel, ya, mempersembahkan korban 2 kambing jantan.

Nah, Bapak, Ibu sekalian, ya, di masa-masa ini, ya, di dalam minggu yang akan datang, kita akan merenungkan Jumat Agung dan Paskah. Kita akan merenungkan tentang penderitaan Yesus Kristus di dalam mendamaikan kita dengan Bapa di surga. Ya, Yesus Kristus itu seperti apa Bapak, Ibu sekalian? Yesus Kristus itu seperti korban yang disembelih, seperti sapi besar yang dibunuh oleh Harun, seperti kambing jantan yang dibunuh oleh Harun, seperti kambing jantan yang hidup kemudian dibuang keluar dari perkemahan lalu mati di padang gurun. Itu semua adalah gambaran tentang pengorbanan yang Yesus lakukan bagi kita. Kemah suci bukan hal “itu agama Yahudi saja.” Bukan, ya. Itu bicara soal Perjanjian Lama. Kekristenan dimulai dari agama Yahudi. Agama Yahudi dimulai dari panggilan Tuhan atas umat-Nya. Tuhan berfirman kepada orang-orang di Perjanjian Lama, Tuhan berfirman melalui Yesus Kristus yang menjadi daging kepada orang-orang di Perjanjian Baru, kemudian gereja terbentuk. Dan inilah sejarah kekristenan. Sejarah kekristenan dimulai dari tradisi agama Yahudi yang sesuai Perjanjian Lama, ya, yang sesuai dengan Perjanjian Lama.

Jumat Agung dan masa-masa merenungkan Paskah ini adalah masa-masa kita merenungkan perdamaian. Kenapa penting, ya, kita merenungkan tentang perdamaian? Karena balik lagi, tadi saya katakan, kita tuh sukanya marah kok. Kemarahan manusia sering kali berdosa, kalau marah manusia itu suci, wah, itu anugerah Tuhan. Kalau ada manusia yang marah secara suci, itu boleh, dan biasanya ada perubahan yang besar di dalam kehidupannya, kalau dia marah secara suci. Marah karena dosa itu boleh. Ya, marah karena orang tidak mau bertobat, itu boleh. Tuhan juga marah kok kepada manusia yang berdosa, ya. Itu marah yang suci. Tapi kemarahan manusia sering kali adalah kemarahan yang berdosa karena ada unsur kepentingan diri kita. Kita sensitif, kita mudah tersinggung, kita ada kepentingan diri, dan kita marah. Kita ingin dihormati, ya, kita ingin dipuji orang terus nggak dapat itu kita marah. Kita marah karena nggak sesuai dengan ekspektasi kita. Kita bisa marah, dan orang berdosa kalau marah itu memang sangat mengerikan juga, ya, dan itu tidak diinginkan oleh Tuhan. Tapi lebih mengerikan adalah kemarahan Tuhan, ya. Kemarahan Tuhan lebih mengerikan karena apa? Satu, tidak berdosa, terus sangat suci dan Dia Maha Kuasa, ya. Dia bisa melakukan segala hal yang begitu besar, dan kemarahan Tuhan membuat kita pun akhirnya bertobat.

Jumat Agung atau masa-masa kita pra-Paskah, ya, sebelum kita Paskah, itu bagaimana kita merenungkan hari perdamaian yang Yesus kerjakan sendiri di atas kayu salib. Dia melakukan tugas-Nya sebagai Imam Besar Agung. Inilah jenis ketiga dari imam. Ada tiga jenis imam, Bapak, Ibu sekalian: imam, imam besar, Imam Besar Agung. Perbedaannya apa? Para imam ini banyak orang dan hanya bisa masuk ke tempat kudus dan pelataran Kemah Suci. Tapi imam besar ini hanya 1 orang, terus kemudian dia bisa masuk ke tempat Maha Kudus. Imam Besar Agung ini hanya satu-satunya. Kalau para imam ada, para imam besar juga ada. Setelah imam besar mati, digantikan dengan imam besar yang lain. Terus kemudian, Imam Besar Agung ini cuma 1, karena Yesus kristus. Dan kemudian imam dan imam besar itu berdosa. Imam Besar Agung nggak berdosa. Imam dan para imam besar itu mempersembahkan korban hewan yang tidak layak mengganti dosa manusia. Nggak bisa kok. Hewan ganti dosa kita nggak bisa. Kita yang berdosa, hewan yang mati itu nggak adil. Kita yang berdosa kok hewan yang mati. Tapi Yesus mempersembahkan manusia, yaitu diri-Nya sendiri, yang tanpa dosa, tanpa cacat cela, tanpa kesalahan, menanggung hukuman dosa kita. Maka Imam Besar Agung ini adalah Imam yang betul-betul mewakili kita untuk bisa datang kepada Allah Bapa di surga. Wah, ini adalah suatu kebenaran yang sangat indah. Yesus datang ke tempat Maha Kudus Allah.

Itulah kenapa Yesus mati, ya, di atas kayu salib, dan bangkit pada hari yang ketiga, yaitu menunjukkan waktu Yesus mati, tubuh-Nya itu dikubur, roh-Nya ke mana? Roh-Nya Yesus katakan kepada penjahat di sebelah kiri atau kanan, ya, tidak tahu, “Hari ini kamu bersama-sama dengan Aku di Firdaus. Kamu mati hari ini, Aku mati hari ini. Nanti kita ketemu di Firdaus.” Berarti oh Yesus di surga, di sini lah Yesus datang ke tempat Maha Kudus Allah mempersembahkan, “Itu tubuh-Ku, ya Tuhan, Bapa di surga, yang sudah mati di bumi di atas kayu salib, Aku datang mempersembahkan korban perdamaian kepada Bapa di surga.” Roh Yesus ke surga, nggak ke neraka. Yesus sebagai Imam Besar Agung masuk ke tempat Maha Kudus Allah, masuk ke surga itu sendiri. Kemudian bicara kepada Bapa di surga, “Aku sudah berikan korban yang sempurna, rencana-Mu sudah Kugenapi, sekarang siapa yang mau percaya kepada-Ku, ya bisa selamat, tolong berdamai.” Kurang lebih begitu ya omongannya. “Yang percaya kepada-Ku bisa berdamai dengan Bapa di surga,” dan Bapa di surga katakan, ya, “Aku melihat Kamu, Yesus Kristus, yang sudah berkorban, maka orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus akan selamat.” Semua dosa kita ditanggung oleh Yesus Kristus. Dosa kita masa lalu, masa sekarang, masa depan yang akan kita lakukan, itu semua sudah ditanggung. Kalau belum ditanggung oleh Yesus Kristus, berarti Yesus harus mati lagi di atas kayu salib. Tetapi, Alkitab mengatakan bahwa mati sekali untuk selamanya, bukan mati selamanya. Yesus mati 1 kali untuk selamanya, efeknya tuh selamanya, kekal. Maka dosa kita pun yang masa depan kita lakukan, sudah Yesus ampuni. Yesus nggak tunggu dulu baru kita berdosa baru ampuni. Yesus sudah prediksi kamu pun akan berdosa, “Besok Aku sudah ampuni”. Itu Yesus Kristus. Ia singkirkan semua dosa kita dengan mati di atas kayu salib 1 kali untuk selamanya.

Sekarang, Bapak, Ibu sekalian, kita tidak butuh lagi korban yang lebih rendah dari kita, itu juga nggak bisa menggantikan kita untuk berdamai dengan Allah, ya. Kita nggak butuh apa-apa lagi. Kita nggak boleh sembelih sapi, kambing, domba. Nggak boleh, kenapa? Kalau kita masih sembelih sapi, kambing, domba, berarti kita mengatakan bahwa pengorbanan Yesus Kristus itu nggak sempurna, padahal kita sudah percaya Yesus. Kalau kita sudah percaya Yesus berkorban bagi kita, bagi diri kita yang berdosa ini, maka kita sudah menerima dengan iman kita nggak akan mempersembahkan korban yang lain, korban hewan kah, korban sesajian kah, korban apa pun, kita mempersembahkan juga diri kita kepada Tuhan. Yesus sudah korbankan diri-Nya 1 kali untuk membayar semua dosa umat-Nya, itulah hari perdamaian.

Maka dari itu, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, pada waktu kita ibadah Minggu, ya, kita sedang bersekutu dengan orang percaya lainnya, kita hari Minggu beribadah, sebenarnya kita sedang merayakan hari perdamaian. Maka kadang keterlaluan ya, kalau orang Kristen di hari Minggu masih bisa bertengkar, masih bisa marah-marah, masih bisa membenci, ya, betul-betul berdosa lah, melukai sesama, padahal hari perdamaian itu kita berdamai dengan Allah, kita ada sukacita, ya. Kita jangan membenci sesama. Yesus sudah melakukan perdamaian yang sempurna 2000 tahun yang lalu di atas kayu salib bagi kita semua.

Ada seorang teolog mengatakan, ya, “setiap hari minggu adalah hari Paskah.” Ya kita merenungkan kebangkitan Yesus dari kematian, jaminan Yesus bahwa kita sudah berdamai dengan Bapa di surga adalah kebangkitan dari kematian. Maka inilah suatu hal yang sangat indah, sukacita. Setiap hari Minggu, kita sedang memperingati tentang Yesus Kristus. Setiap hari Minggu, itu adalah hari kebangkitan Yesus Kristus. Memperingati ya, kita memperingati kebangkitan Yesus dari kematian. Sekarang sudah tidak ada lagi tirai yang memisahkan tempat kudus maupun tempat maha kudus. Tirai itu sudah terkoyak, terbelah dari atas ke bawah. Tirai bait suci, ketika Yesus mati di atas kayu salib tirai itu kan terbelah dari atas ke bawah menunjukkan Allah lah yang sudah membelah tirai tersebut. Karena apa? Karena tirai itu sudah digantikan oleh Yesus Kristus. Yesus Kristus adalah Pengantara kita menuju Bapa di surga. Sekarang kita berdoa tidak perlu wakil lagi, para imam. Waktu kita berdoa, kita tidak perlu repot lagi tapi kita berdoa di dalam nama Yesus kita sudah memasuki surga. Maka kita pun berdoa “Bapa kami yang di surga”, ditutup dengan “dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Jangan ganti “Bapa kami yang di surga” dengan “ya Allah” saja, “ya Tuhan” saja. Apa bedanya dengan perkataan oleh orang non-Kristen? Meskipun Allah mengetahui hati kita, pasti. Nggak salah juga kita ngomong “ya Allah kami”. Nggak masalah. Terus kemudian jangan ganti “dalam nama Yesus” dengan “haleluya, puji Tuhan. Amin.” Itu sering kali saya dengar. Aduh kenapa sih orang Kristen kok nggak mau bersaksi tentang Yesus Kristus. Apa susahnya berdoa “dalam nama Tuhan Yesus Kristus”? Zaman sekarang itu nggak ada! Sering kali saya dengar itu jengkel. Ini itu berdoa bisa datang sendiri gitu ke surga tanpa pengantara? Tanpa Imam besar agung? Nggak bisa! Kita itu datang kepada Bapa di surga harus melalui pengantara Yesus Kristus. Tapi kalau di dalam konteks yang khusus, OK lah. Sampai kita lupa kan boleh. Lupa. Sampai kita juga dalam keadaan terburu-buru, kita kata-kata tidak baik. Kalau dalam keadaan tenang, keadaan publik, keadaan serius, kita bersaksi lah di dalam doa kita. Kita sebut “Bapa”. Orang lain nanti nggak ngerti? Memang kita harus toleransi sampai kita menyangkal Tuhan? Ngomong “Bapa” aja nggak mau. Ngomong “Bapa kami yang di surga” aja nggak mau. Pokoknya “Allah” deh, “Allah”. Mereka punya definisi allah sendiri.

Maka dari itu Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ini penting sekali kita pahami, kita sedang berdoa itu sedang kepada Bapa di surga. Roh kita itu terhubung dengan Bapa di surga. Melalui siapa? Melalui Yesus Kristus yang sudah berkorban bagi hidup kita. Melalui iman kepada Yesus Kristus, kita dapat masuk hadirat Allah dengan hati yang bersih dan tanpa takut. Kita betul-betul bersyukur bisa berdoa. Doa itu supranatural Bapak, Ibu, Saudara sekalian. Kita yang berdoa di bumi ini tapi berdoa kepada yang di surga, Bapa itu. Kita bisa datang kepada Bapa di surga karena Yesus Kristus. Kita datang kepada Bapa di surga bukan dengan ketakutan, “Wah saya mati kalau saya salah berdoa!” tapi kita berdoa datang kepada Bapa di surga dengan tidak ketakutan karena Yesus Kristus sudah mewakili kita.

Ibrani 10:10b mengatakan, “kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus.” Oleh karena itu Bapak, Ibu sekalian, apa yang bisa kita lakukan dalam kehidupan kita sebagai orang Kristen yang sudah dilayani oleh Tuhan, sebagai orang Kristen yang sudah dikasihi oleh Tuhan, sebagai orang Kristen yang sudah dipersembahkan tubuh Yesus untuk kita? Bapak, Ibu sekalian, anggaplah ya, tubuh Yesus itu betul-betul dipersembahkan bagi kita. Kita terima tubuh Yesus yang sudah mati di atas kayu salib. Kita kalau bisa seperti Maria, Maria yang betul-betul menyambut Yesus yang sudah turun dari kayu salib dengan keadaan mati. Maria sambut tubuh Yesus. Itu tubuh yang tidak berdosa, tubuh yang menggantikan kita yang harusnya kita yang mati tapi Yesus mempersembahkan tubuh-Nya kepada Bapa di surga untuk kita. Kita dapat tubuh Yesus. Kita dapat darah Yesus. Itulah kenapa kita perjamuan kudus. Kita betul-betul mendapatkan hidup Yesus Kristus. Maka dari itu sebagai orang Kristen, pertama-tama Rasul Paulus mengatakan, kalau kamu sudah pelajari doktrin, doktrin dan doktrin, teologi, teologi dan teologi, betul-betul pelajaran tentang Allah, Paulus katakan di dalam Roma 1-11 itu kan bicara semua doktrin tapi setelah Rasul Paulus mengatakan setelah kamu mengetahui pengenalan akan Allah, langsung lakukan Roma 12:1. Mari kita baca Rom. 12:1, inilah yang bisa kita lakukan kepada Tuhan, persembahan yang benar. “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.” Seperti Tuhan memanggil bangsa Israel keluar dari perbudakan tanah Mesir, demikian Tuhan panggil kita juga keluar dari perbudakan dosa untuk beribadah setiap hari.

Bangsa Israel beribadah setiap hari di padang gurun, di kondisi yang paling sulit, di kondisi yang tidak nyaman. Demikian kita pun beribadah kepada Tuhan setiap hari. Ya baik di padang gurun, lembah kekelaman, padang rumput yang hijau, kita beribadah kepada Tuhan terlepas dari situasi dan kondisi kita. Kondisi kita lagi susah untuk beribadah, ya tetap punya hati “saya mau beribadah!”. Kondisi kita tidak mau beribadah, perintah Tuhan “Beribadah!”. Beribadah itu berarti hal yang sangat indah, kita didamaikan dengan Allah. Allah mau rumah-Nya didatangi oleh manusia berdosa. Tuhan mau menerima manusia berdosa. Yesus datang bukan memanggil orang yang benar, yang anggap diri benar, yang anggap diri tidak berdosa tapi Yesus datang itu menyambut orang-orang itu hatinya sadar bahwa saya itu berdosa, saya itu sudah banyak dosa ke Tuhan. Saya mau datang kepada Tuhan mempersembahkan hidup saya bagi Tuhan.

Rasul Paulus menggunakan kata “tubuh”. Karena namanya manusia itu punya tubuh yang tidak terpisah dengan roh. Kalau namanya tubuh terpisah dengan roh itu pasti disebut dengan kematian. Tubuh dan roh terpisah itu pasti mati. Itu namanya kematian. Tapi waktu Paulus katakan “persembahkanlah tubuhmu” berarti maksud Paulus adalah bukan kamu mati tapi menjadi korban hidup. Seperti lagu Pdt. Stephen Tong, “Tuhan, kumau berserah jadi korban yang hidup”. Bukan korban yang mati! Kita orang-orang Kristen jangan ingin cepet-cepet mati. Itu dilarang! Jangan bunuh diri. Itu dilarang! Jangan membunuh orang lain. Itu dilarang! Tapi yang Tuhan inginkan adalah kita mau menjadi korban hidup. “Ini aku persembahkan kepada Tuhan. Aku hidup, taat kepada Tuhan. Kalau mati ya sudah. Sudah kedaulatan Tuhan kapan aku harus mati.”

Dan setiap minggu kita diingatkan oleh Tuhan. 7 hari dalam seminggu. Di hari yang ke-7, angka sempurna, Tuhan katakan, “Ayo semua berdamailah dengan-Ku, datanglah ke rumah-Ku, ingat dan kuduskanlah hari sabat. Aku membuka selebar-lebarnya rumah-Ku untuk kalian datang.” Kalau tidak datang ya sudah, itu berarti berdosa. Kita menyembah Tuhan dalam seluruh hidup kita ya, bukan hanya konteks gereja saja. Kita di rumah menyembah Tuhan. Kita secara pribadi di kamar menyembah Tuhan, di dalam pekerjaan, di dalam studi kita, kita menyembah Tuhan seumur hidup kita. Marilah kita sungguh-sungguh memiliki hati yang berkorban Bapak, Ibu sekalian. Ini adalah teladan dari Imam. Tugas Imam itu punya 2 hal utama, yaitu berdoa syafaat, berdoa untuk orang lain supaya datang kepada Tuhan, minta pengampunan bagi orang lain. Dan yang kedua adalah Imam itu Dia punya sikap hati yang berkorban. Berkorban berarti apa? Kita rugi. Itu namanya berkorban. Kalau kita masih untung, masih rasa tidak ada hal yang membuat kita susah atau menderita, ya itu bukan berkorban. Itu melakukan sesuatu. Berkorban itu kayak ada yang hilang. Nyawa itu hilang, jadi kurban kan sebutannya. Berkorban itu ada sesuatu yang kita bisa miliki, tapi kita tidak ambil; entah itu waktu kita, entah itu uang kita, tenaga kita. Bagi orang-orang yang kaya, Bapak, Ibu sekalian, mempersembahkan uang minimal misalkan kurang lebih 10 juta, itu hal yang tidak ada pengorbanan. Orang kaya kok. Tapi bagi janda miskin, mempersembahkan 2 peser uang itu seluruh uangnya. Makanya Yesus katakan persembahan yang jauh lebih besar adalah persembahan janda miskin ini bukan orang kaya yang kasih uang banyak. Bukan, tapi persembahan dari janda miskin ini.

Ini adalah sikap mempersembahkan diri, berapa kali kita memberikan sesuatu sampai kita rasa ada ruginya, ada sakitnya, ada kesusahannya. Kita ke gereja aja sering kali tidak ada sakit dan ruginya. Kita datang ke gereja, nggak ada sakit, nggak ada ruginya! Kita lebih rugi kalau ke kantor, jauh, misalkan ya. Atau mungkin lagi hujan-hujan, kita pergi makan. Itu lebih rugi. Kita ke gereja apa ruginya sih Bapak, Ibu sekalian? Nggak ada ruginya, nggak ada sakitnya kok. Nyaman! Sering kali kita betul-betul hidupnya itu tidak mempersembahkan diri bagi Tuhan. Kita lebih baik mempersembahkan diri bagi diri sendiri. Kalau kita mau makan, wah jauh pun kita belain, kita betul-betul jalanin. Kita ke mana mau makan, mau wisata berjam-jam. Ibadah pun nggak mau. Itu apa? Itu persembahan apa? Itu betul-betul mengasihi Tuhan atau ya sudah lah, di dalam kehidupan Kristen itu banyak externalisme Kristen. Ini ya, dalam buku OSG di Solo, itu mengatakan orang Kristen itu sering kali formalisme saja. Ya hari Minggu ke gereja, hari Minggu lakukan ini, ibadah. Hanya sebatas formalisme, formalitas, bukan kesungguhan dari hati yang mau mempersembahkan hidup bagi Tuhan.

Kiranya sebagai orang Kristen kita boleh sungguh-sungguh menjadi pembawa damai. Kita ingat hari pendamaian itu Tuhan sudah berikan bagi kita. Itu Jumat Agung. Jaminan pendamaian itu adalah Paskah, pasti berdamai di dalam Yesus Kristus. Maka dari itu kita pun sebagai orang Kristen itu menghabiskan hidup itu membawa damai lah, jangan suka bertengkar. Itu sangat membahayakan banyak orang, itu sangat merugikan banyak orang. Seperti peperangan antar negara ya, ketika saya merenungkan negara-negara kok berperang sih satu dengan yang lainnya? Banyak yang rugi kok, banyak ruginya. Apa untungnya coba peperangan? Kiranya demikian, kita boleh semakin dewasa di dalam Tuhan, kita boleh menjadi pembawa damai. Mari kita sama-sama berdoa.

Bapa kami yang ada di surga, pada pagi hari ini kami kembali datang kepada Tuhan. Kami bersyukur untuk hari Minggu yang sudah Tuhan berikan kepada kami, di mana kami boleh merayakan hari sabat, merayakan hari pendamaian Tuhan dengan kami yang berdosa, mengingat akan Pribadi Yesus Kristus yang begitu berkorban bagi hidup kami yang tidak layak dan berdosa ini. Ampunilah dosa-dosa kami Tuhan, kami yang penuh dengan kelemahan, kami yang penuh dengan dosa, kami yang sering kali mementingkan diri kami sendiri, tolong ubah kami supaya kami boleh memiliki hati yang tekun berdoa dan juga memiliki sikap hidup yang berkorban bagi kemuliaan Tuhan, berkorban bagi sesama kami demi mengasihi sesama kami. Kami mau supaya kami boleh memuliakan nama Tuhan. Kami mau hidup kami yang satu kali dan sementara di bumi ini boleh mengerjakan pekerjaan yang kekal, yang Tuhan hargai, yang Tuhan senangi di surga. Kiranya kehendak Tuhan saja yang boleh jadi di bumi seperti di surga. Berikanlah kami hati untuk menjadi pembawa damai, bukan pembawa kekacauan ataupun kebencian. Kiranya Tuhan boleh sertai kami, Tuhan, tolong lah kami. Dalam nama Tuhan Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kami yang hidup kami sudah berdoa dan bersyukur. Amin. (HS)