Banyak orang mengira Reformed Theology merupakan teologi yang kering sekali, sangat statis, hanya merupakan teori kosong dan hanya mengisi rasio saja. Teologi sedemikian bukanlah Reformed Theology. Itu Reformed yang dipengaruhi oleh semangat Pencerahan (Aufklärung). Bagi saya Aufklärung keliru karena hanya mementingkan rasio saja. Rasio hanyalah salah satu bagian dari seluruh hidup, sedangkan Firman Tuhan disebut The Word of Life. Firman Hidup pasti memuat sistem yang melebihi logika yang disebut sebagai Sistem Organik.
Sistem Organik menjadi dasar pengertian tentang Firman Tuhan dan tentang seluruh pemahaman Reformed. Firman Tuhan itu hidup, Firman itu mengisi hidup dan Firman itu memperkaya hidup. Firman yang dimengerti dalam Reformed Theology seharusnya mengubah hidup, mentransformasi dan membawa hidup ke dalam kelimpahan sebagaimana Yesus berkata, “Aku datang memberikan hidup dan hidup yang berkelimpahan” (Yoh.10:10). Hidup Kristen adalah hidup yang berlimpah dengan sifat dan semangat dinamis, kuasa, vitalitas, dan kekuatan perjuangan. Itu semangat yang harus ada dalam gerakan ini, sehingga kita dapat menikmati gerakan ini dari sudut dinamika dan kekayaan pimpinan Tuhan yang vital. Roh Kudus bukan Roh yang statis. Roh Kudus bukan suatu obyek yang hanya mengandung kuasa dan prinsip. Roh Kudus adalah subyektifitas Tuhan Allah sendiri yang bergerak dan mengakibatkan seluruh dunia berubah menuju kepada penggenapan rencana Tuhan.
Gerakan ini adalah gerakan Reformed Injili, maka semua Hamba Tuhan dalam Gerakan ini tidak hanya mengajar, menggembala, dan berkotbah saja, tetapi juga harus menginjili. Gerakan ini lain dengan gerakan Reformed di Amerika. Gerakan ini mempunyai tujuan, mempunyai aspek yang harus kita mengerti. Kita perlu mengerti konteks, situasi Indonesia yang kemudian dikaitkan dengan kondisi internasional, sehingga kita dapat melihat segala sesuatu dari suatu wawasan yang begitu luas dan begitu tuntas. Dengan demikian, kita dapat membandingkan antara Barat dan Timur; antara kuno dan modern, dan antara masa kini dengan masa yang akan datang untuk dijadikan suatu tenunan yang bertanggung jawab.
Semangat di atas diambil dari semangat Yesaya, Yeremia, di mana mereka bukan hanya belajar dari Musa, lalu mengajarkan kembali kelima Kitab Musa, akan tetapi mereka juga mengintegrasikan prinsip-prinsip Alkitab dengan situasi sekarang (saat itu) dan yang akan datang. Mereka mengarah ke masa depan, belajar dari masa lampau, dan menggarapnya di masa kini. Ini tenunan yang harus dikerjakan oleh Gerakan Reformed Injili.
Motivasi Gerakan Reformed Injili adalah menegakkan suatu kubu yang menjaga ketat doktrin Alkitab yang benar, mempunyai kelincahan untuk menghadapi kesulitan setiap zaman, dan memberikan arah untuk hari depan, dengan tujuan untuk memuliakan Tuhan dan bukan untuk memuliakan gerakan ini. Tidak perlu kita mencari kemuliaan diri, yang paling penting adalah bagaimana di zaman ini ada satu kubu yang mempertahankan doktrin yang ketat mati-matian. Yang dipentingkan adanya satu kubu yang betul-betul mempersembahkan semangat penyangkalan diri untuk kemuliaan Allah sebanyak mungkin, sesungguh-sungguhnya, dan bagaimana mengajarkan pengajaran Alkitab bahwa Alkitab lebih superior dari pada ajaran-ajaran filsafat modern, dan dengan demikian supremasi Kristus dinyatakan seluas-luasnya. Musik terbaik harus untuk Tuhan, filsafat yang terbaik harus melayani Firman, dan diadili, dikritik, serta disahkan oleh Alkitab karena Firman Tuhan lebih tinggi dari pikiran manusia. Semua seni yang terbaik dengan seni yang tidak baik kita bisa membedakan dengan ukuran kriteria yang diambil dari standar Alkitab. Dengan demikian kekristenan akan memimpin dunia dan menjadi terang dunia.
Waktu seorang dokter menentukan ukuran anestesi (obat bius), standar apa yang dipakainya? Bedanya dokter Kristen dan bukan Kristen bukan diukur dari apakah hari Minggu dia bermain golf atau pergi ke gereja, melainkan apa yang menjadi motivasi, prinsip, dan tujuannya menjalankan operasi. Semakin seseorang mengerti apa yang menjadi prinsip-prinsip Alkitab dan makin banyak orang yang terjun untuk menyangkal diri, makin besar berkat yang bisa diterima oleh bangsa dan nusantara kita ini. Keberadaan kita di zaman dan di negara Indonesia ini bukanlah sebuah kebetulan. Indonesia merupakan persimpangan dan pertemuan antara berbagai kebudayaan dunia. Di sebelah utara ada tradisi Cina, Taoisme, Konfusianisme dan Sintoisme; di barat ada Hinduisme, Budhisme, dan juga Islam. Di Indonesia sendiri, seperti di Mikronesia, ada Animisme. Firman Allah harus bersifat supreme—mengatasi dan menghakimi berbagai budaya dan agama yang ada. Tugas ini merupakan tugas yang maha besar, sampai-sampai sulit bagi kita untuk mengungkapkannya dengan kalimat.
Jikalau semua gereja menjalankan tugas dan mandat yang sebenarnya Tuhan perintahkan kepada gereja-Nya, maka para-church (lembaga pendamping gereja, red.) tidak perlu ada. Karena gereja belum melunaskan tugasnya, maka para-church dibangkitkan Tuhan untuk mengisi apa yang belum dikerjakan oleh gereja. Pada waktu gereja sudah bangun, sudah tergugah, dan sudah mengerjakan semua tugasnya, maka para-church bersifat contingent (boleh ada, boleh tidak ada). Demikian Gerakan Reformed Injili bukanlah suatu institusi, juga bukan satu organisasi yang menyaingi apa yang sudah ada. Itu pendapat yang salah. Gerakan Reformed Injili adalah suatu semangat yang sudah pernah diberikan oleh Tuhan pada abad ke-16 Reformasi, tetapi sudah kehilangan signifikansinya dalam hidup bergereja pada abad-abad selanjutnya. Gereja dan sekolah theologia yang masih mencantumkan nama Reformed banyak, tetapi yang berjuang untuk Reformed Theology tidak ada, tidak banyak, dan banyak yang lupa.
Di dalam gerakan ini terdapat bibit pertama yang diperlukan untuk bagaimana dapat mengimbangi seluruh zaman, baik yang Liberal, Katholik, Karismatik, dan Injili, yang masing-masing tidak mungkin secara utuh mewakili kekristenan. Apa yang menjadi kekurangan dari sayap Karismatik untuk mewakili kekristenan adalah doktrin. Apa yang menjadi kekurangan orang Injili untuk mewakili kekristenan adalah mandat budaya. Apa yang menjadi kekurangan Katholik untuk mewakili kekristenan adalah tidak kembalinya kepada pengutamaan doktrin yang berpusat pada Alkitab dengan adanya begitu banyak pengaruh organisasi dan sistem keagamaan, dan juga tambahan-tambahan terhadap doktrin yang ada. Apa yang menjadi kekurangan dari gereja-gereja Liberal adalah sudah menjual diri, tidak lagi berstatus anak sulung karena mereka sudah membongkar, mengikis habis semua ajaran Kristologi yang paling penting. Pada waktu gereja sudah menurunkan derajat dari bersifat berita yang bersifat penebusan menjadi sekedar suatu sikap keagamaan belaka, maka gereja sudah mulai tertidur. Jika gereja sudah lupa memberitakan Penebus, mengabaikan Yesus Kristus sebagai Penebus dosa manusia, lalu merendahkan Dia dengan hanya melihat Dia sebagai guru yang baik, pengajar moral, atau contoh sempurna bagi manusia, maka gereja sudah turun derajat. Memang di situ kita bisa rukun dengan agama lain, tetapi tidak berani dan tidak mampu lagi menantang orang bertobat dan kembali menerima Tuhan Yesus Kristus sebagai Satu-satunya Juruselamat dan Tuhan umat manusia. Oleh sebab itu, siapakah yang berhak dan sah mewakili kekristenan pada masa kini? Siapa yang betul-betul menjadi saksi Kristus yang utuh, yang komprehensif?
Saat ini, gereja-gereja sibuk untuk programnya sendiri, supaya kelihatan sebagai gereja yang hebat, tetapi bagaimana doktrinnya? Bagaimana imannya? Tugas untuk mempengaruhi pemerintahan di mana? Bagaimana menerangi dunia filsafat? Karena ada begitu banyak ideolog dan filsuf, dengan pikiran-pikiran yang begitu melawan Alkitab, merajalela meracuni pemuda-pemudi.
Siapa yang mewakili kekristenan? Pertama, diperlukan gerakan yang akan membawa pikiran-pikiran yang dicipta oleh Tuhan kembali setia kepada Sang Pencipta, yang sekaligus Pewahyu kebenaran kepada manusia. Oleh sebab itu perlu ada wadah, perlu ada suatu gerakan, dan itu gerakan dan bukan organisasi. Semua yang mau ikut gerakan ini harus mementingkan gerakan dan bukan organisasi, karena organisasi hanyalah budak visi. Kedua, harus mempunyai keberanian berjuang untuk mendobrak. Ketiga, harus mempunyai strategi yang lincah dan betul-betul efisien. Keempat, harus mempunyai pengaruh kepada massa sebanyak dan sebesar mungkin untuk mendukung.
Keempat hal ini membentuk unsur-unsur yang betul-betul paling vital dalam sesuatu yang disebut sebagai Historical Movement (Gerakan Sejarah). Di sepanjang sejarah, apabila ada suatu gerakan yang merupakan suatu Gerakan Sejarah, maka pastilah tidak lepas dari empat hal tersebut. Keempat hal ini yang membuat lembaran baru dalam sejarah untuk berubah arah menuju kepada suatu pengharapan yang baru. Demikian juga dengan kekristenan. Kekristenan muncul dengan keadaan yang tidak bersyarat. Kekristenan dilahirkan dalam keadaan yang paling dihina. Kekristenan dimulai dari awal yang sangat-sangat sederhana, ketika Yesus dilahirkan di sebuah kandang yang hina, dan bukan di sebuah istana raja.
Setelah saya belajar dan memperjuangkan dunia akademis berpuluh-puluh tahun, akhirnya saya kembali harus mengatakan: Tidak ada yang lebih tinggi dari Firman Allah. Kalau Reformed mau berdiri tegak, mau hidup lebih baik daripada yang lain, maka Reformed harus setia kepada Firman Allah sebagai satu-satunya kebenaran tertinggi, dan kemudian, dari bijaksana Tuhan, menyinari, mengawasi, mengadili semua kelemahan pikiran manusia. Dan dalam hal ini biarlah Firman Tuhan diutamakan. Ini adalah pikiran yang sangat tinggi dan besar, dan merupakan gerakan yang terlalu agung, marilah kita menyayanginya
Jikalau Stephen Tong gagal mengerjakan Gerakan Reformed karena saya terlalu terbatas, maka Tuhan akan membangkitkan di antara saudara seorang pemimpin yang jauh lebih pintar dari saya untuk meneruskan. Jikalau kita semua tidak cukup, kita harus berdoa agar Tuhan membangkitkan orang lain untuk meneruskan, dan yang terutama, Tuhan dipermuliakan. Kita semua bukanlah apa-apa. Kita hanya berusaha mengerjakan seberat, sebaik mungkin, sekuat tenaga, seberani mungkin, dan setaat mungkin kepada pimpinan Roh Kudus, sehingga Dia mau memakai kita untuk menjalankan tugas yang penting.
Ketika kita melihat gereja begitu simpang siur, ajaran begitu rusak, tafsiran Alkitab yang sembarangan dan ngawur dibawa ke atas mimbar, khotbah-khotbah yang tidak bertanggung jawab merajalela di mana-mana, pikiran yang hanya mencari untung, mencari persembahan yang banyak, anggota menjadi banyak dianggap sebagai pertumbuhan gereja, ini bukan berita Alkitab. Saat ini pertumbuhan hanya dilihat dari unsur kuantitas, sedangkan aspek kualitas dan kebenaran Firman Tuhan diabaikan. Kenapa kita tidak bergerak membangun gereja dengan benar? Mengapa banyak orang Kristen yang mau saja menerima begitu banyak ajaran salah? Mengapa melihat orang-orang yang ngawur tetapi kelihatan sukses secara materi membuat orang Kristen minder dan takut, lalu menganggap itu sebagai pekerjaan Roh Kudus? Salah satu alasan penting, yang harus kita sesali, adalah semua pemimpin dan orang-orang penting dalam Gerakan Reformed tidak ada keberanian membuat hal yang besar. Kita merasa cukup dengan hal kecil, dan terlalu puas sambil mengatakan bahwa kuantitas tidak penting. Jikalau kuantitas tidak tercapai, kita menghibur diri dengan mengatakan bahwa kuantitas tidak penting, kualitas lebih penting. Orang yang sekaligus meraih kualitas dan kuantitas pasti harus memikul salib yang sangat berat. Orang yang sekaligus mau mempertahankan yang kuno sambil memperjuangkan yang belum datang pasti dia tersendiri. Orang yang sekaligus mementingkan doktrin yang ketat, sekaligus mengabarkan Injil, pasti dia mempunyai kesulitan-kesulitan yang besar. Dan memilih sebagai orang dalam posisi seperti ini, maka saya memilih memakai Reformed Injili. Reformed adalah teologi yang ketat. Banyak orang berpikir, belajar teologi yang ketat seumur hidup tidak cukup waktu, bagaimana mau pergi mengabarkan Injil keluar supaya banyak orang menjadi orang Kristen. Teologi adalah kristalisasi iman dan penginjilan adalah proklamasi dari kepercayaan. Kristalisasi dari iman yang kita rumuskan dari seluruh kitab suci itu memerlukan banyak waktu, dan proklamasi untuk dunia pluralis dengan keberanian mengabarkan Injil bahwa satu-satunya Juruselamat ialah Yesus Kristus memerlukan keberanian yang besar.
Kita tidak boleh lupa akan substansi. Sebagian orang kehilangan substansi diri demi harmoni. Orang-orang seperti ini mungkin akan kehilangan eksistensi diri. Orang yang memelihara substansi harus berusaha untuk berjuang dengan musuh dan bersedia untuk mati syahid. Gerakan ini bukan suatu gerakan yang main-main. Gerakan ini adalah gerakan yang harus berjuang dan rela mengorbankan dirinya sendiri. Tanpa tekad dan keberanian sedemikian, maka gerakan ini tidak mungkin jadi. Maka Gerakan Reformed bukanlah sekedar suatu warisan mati dari sekitar hampir 500 tahun yang lalu. Gerakan Reformed bukan sekedar peninggalan warisan sejarah. Gerakan Reformed adalah suatu semangat perjuangan sampai Kristus datang kembali. Gerakan Reformed adalah gerakan yang tidak mau berkompromi, dan mau terus menerus setia sampai mati. Gerakan Reformed adalah suatu ajakan untuk semua gereja, semua orang Kristen untuk kembali setia kepada Alkitab. Itu sebab Gerakan Reformed dengan teologi yang begitu ketat berhak mendirikan gereja sendiri. Amin.
Dikutip dari Bulletin Pillar (Bulletin Pemuda Gereja Reformed Injili Indonesia) edisi no. 36 (Juli, 2006), artikel (Gerakan Reformed dan Masa Kini-Bagian 1) oleh (Pdt. Dr. Stephen Tong).