Kenaikan Tuhan Yesus
Pdt. Dawis Waiman, M. Div
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kita bicara tentang kenaikan dari Tuhan Yesus ini adalah satu peristiwa yang sering kali dikatakan sebagai hal yang agak kurang dipentingkan atau kurang diperhatikan oleh orang-orang Kristen sendiri. Untuk di Indonesia, mungkin hal itu adalah sesuatu yang baik, kita begitu banyak bisa hadir di dalam gereja untuk memperingati hari ini. Tetapi di bagian wilayah yang lain atau negara yang lain, biasanya kenaikan Tuhan Yesus itu bukan hari libur. Tetapi di kita, itu adalah satu hari yang kita bisa peringati karena ada libur yang bersifat nasional, seperti itu. Tetapi bukan hanya bicara hal ini saja, kalau kita berbicara mengenai kesaksian dari pekerjaan yang Kristus lakukan di dalam dunia ini, biasanya yang kita tekankan itu apa? Biasanya kita akan berkata Yesus datang, inkarnasi – yaitu hari natal, Dia lahir sebagai manusia – Allah Pribadi yang kedua, yang sudah ada sejak dari dalam kekekalan, Dia datang ke dalam dunia untuk menjadi sama seperti kita sebagai manusia 100%, manusia sejati. Tujuannya untuk apa? Untuk bisa mengajarkan Firman. Supaya Dia bisa menggantikan kita dari dosa-dosa yang harus kita tanggung di bawah murka Allah, dengan cara Dia dipakukan di atas kayu salib untuk menggantikan hukuman bagi diri kita.
Jadi pada waktu kita berbicara mengenai pekerjaan penebusan yang Yesus lakukan bagi diri kita, kita sering kali bicara mengenai inkarnasi, kita sering kali bicara tentang salib atau Jumat Agung, dan kita sering kali berbicara tentang kebangkitan dari Yesus Kristus pada hari yang ketiga. Tetapi, bagaimana dengan kenaikan Yesus Kristus? Mungkin kita tahu bahwa Yesus naik 40 hari kemudian, setelah Dia bangkit dari kematian. Tetapi di dalam pengabaran yang kita beritakan kepada orang-orang, mengenai pekerjaan penebusan, jarang sekali kita akan mengatakan bahwa “Yesus pada 40 hari kemudian, naik ke surga, dan sekarang Dia sudah duduk di sebelah kanan dari Allah Bapa.” Jadi dengan begitu, ini yang membuat saya berkata walaupun satu sisi kita bisa berkata bahwa kabar tentang kenaikan Kristus, atau peristiwa kenaikan Yesus itu adalah sesuatu yang penting, tetapi kelihatannya hal itu di antara orang-orang Kristen sendiri bukanlah sesuatu yang menjadi penekanan yang begitu penting sekali. Terutama ketika kita mengabarkan Injil atau bersaksi tentang Yesus Kristus.
Padahal Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau kita bicara tentang kenaikan Yesus Kristus, nanti kita akan lihat di dalam ayatnya, sepertinya Alkitab itu merujuk seperti ini: “Seluruh peristiwa dari mulai Yesus inkarnasi ke dalam dunia ini, sampai kepada kenaikan-Nya, semua peristiwa yang Dia jalani dalam hidup-Nya di tengah-tengah dunia ini, itu adalah sebuah prolong, itu artinya apa? Penundaan, ya? Atau sesuatu perjalanan panjang untuk menuju puncak pada kenaikan dari Yesus Kristus. Maksudnya adalah, Dia inkarnasi tujuannya bukan cuma untuk mati di atas kayu salib. Dia inkarnasi bukan tujuannya hanya untuk bisa menggantikan dosa manusia. Dia inkarnasi bukan hanya untuk supaya Dia menyatakan kemenangan-Nya atas maut dengan bangkit pada hari yang ketiga. Tetapi Dia inkarnasi, supaya Dia bisa kembali lagi ke dalam posisi-Nya semula, sebelum Dia inkarnasi menjadi manusia, yaitu di sebelah kanan Allah Bapa, sebagai seorang yang mulia. Atau Dia mendapatkan kemuliaan-Nya kembali seperti sebelum Dia menjadi manusia di dalam dunia ini. Itu yang menjadi tujuan dari Dia datang.
Saya percaya itu ada benarnya, karena pada waktu kita membaca di dalam Kitab Suci, Alkitab berkata bahwa kenaikan itu adalah hal yang penting, tidak pernah bisa diabaikan di dalam kehidupan dari orang-orang Kristen atau dari pekerjaan penebusan Kristus. Kenapa kenaikan-Nya itu menjadi sesuatu yang penting? Karena pada waktu Dia naik ke surga, Dia duduk di sebelah kanan Allah Bapa, kita bisa mengerti bahwa itu berarti tugas penebusan Dia adalah satu tugas yang sudah diselesaikan dan satu tugas yang betul-betul diterima oleh Tuhan atau oleh Allah Bapa. Dan saat ini Dia di surga akan terus memperhatikan dan bersyafaat bagi orang-orang yang percaya atau ada di dalam Yesus Kristus.
Saya gambarkan seperti ini, ya. Kalau Bapak Ibu pernah membaca Kitab Suci ada bagian di mana dikatakan bahwa kedatangan Kristus dan kepergian Kristus itu seperti seorang yang pergi ke luar kota lalu kemudian dia memberikan tugas kepada hamba-hambanya untuk mengerjakan pekerjaannya. Lalu setelah dia selesai di dalam tugas perjalanannya ke luar kota, dia kemudian kembali kepada hamba-hambanya, lalu kemudian menanyakan satu per satu hambanya bagaimana dengan tugas yang Ia percayakan untuk mereka kerjakan. Dan itu bicara mengenai penghakiman pada waktu Dia kembali. Tetapi pada waktu kita berbicara mengenai kedatangan Kristus pertama, lalu kemudian kenaikan Dia ke surga, kita juga bisa kira-kira membayangkan seperti itu. Maksudnya adalah pada waktu Dia datang ke dunia ini, Dia adalah seorang yang diutus oleh Allah Bapa, Pribadi pertama, yang mengutus anak tunggal-Nya, Yesus Kristus, untuk mengerjakan satu tugas penebusan yang direncanakan oleh Bapa, untuk bisa dikerjakan oleh Anak-Nya satu-satunya ini, di dalam dunia ini. Tapi pada waktu Dia sudah menyelesaikan semua tugasnya tersebut, saat itu kemudian Dia kembali lagi ke surga.
Kalau mau pakai bahasa, bahasa apa itu? Bahasa pengusaha, ya. Ada seorang pengusaha besar. Dia utus anaknya, mungkin dengan satu janji seperti ini “Engkau mau jadi CEO dalam perusahaan papa? Boleh, tetapi dengan satu syarat. Engkau pergi terlebih dahulu ke seluruh cabang, atau pergi berhadapan dengan para, mungkin, supplier kita, atau rekan kerja kita. Bangun suatu relasi dengan mereka. Setelah semua tugasmu itu diselesaikan, maka engkau kembali. Pada waktu engkau kembali, engkau akan mendapatkan kedudukan sebagai CEO di dalam perusahaan papa.” Nah, gambarannya kira-kira seperti itu. Mengapa kenaikan Yesus Kristus itu sangat penting sekali? Karena pada waktu Dia naik ke surga, maka di situlah kita bisa melihat bahwa seluruh tugas Dia, yang Dia kerjakan di dalam dunia ini, sudah selesai. Dan saat ini Dia diterima kembali di hadapan Allah, Bapa-Nya tersebut. Dan Dia diposisikan sebagai satu posisi yang sangat penting sekali, yaitu sekarang sebagai tangan kanan dari Allah Bapa atau Allah sendiri. Dan saat itu Dia juga bekerja, selain dari tangan kanan, yang memerintah dunia ini sebagai seorang Raja, tetapi Dia juga bersyafaat bagi anak, atau orang-orang yang percaya kepada Dia.
Jadi ini yang menjadi satu hal yang membuat saya berkata tadi: peristiwa kenaikan Kristus, walaupun sepertinya tidak begitu signifikan, tetapi sebenarnya itu adalah satu peristiwa yang sangat, sangat signifikan sekali! Pada waktu kita memberitakan tentang Kristus, walaupun kita bisa melihat salib itu sepertinya adalah sesuatu pekerjaan yang begitu mulia dan penting sekali dan puncak dari penebusan Yesus Kristus, makanya gereja menggunakan salib sebagai simbol di dalam semua ruang kebaktian, dan semua gereja seperti itu, dan bahkan di dalam kehidupan orang Kristen, tapi kita nggak pernah boleh mengabaikan peristiwa kenaikan dari Yesus Kristus ini.
Nah, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, dalam perikop yang kita bahas ini, kita akan melihat ada tiga hal yang kita bagi dari perikop ini, ya. Pada waktu Yesus Kristus bangkit dari kematian, maka Alkitab mengatakan: sebelum Dia naik ke surga, Dia ada masa 40 hari tinggal di dalam dunia ini terlebih dahulu. Dan pada waktu Dia tinggal selama 40 hari ini, mungkin kita bisa ngomong ini adalah masa antara atau masa transisi dari kebangkitan Kristus sampai kenaikan Yesus Kristus. Apa yang Dia lakukan? Saya percaya ini juga adalah hal yang penting yang harus kita lihati sebagai satu rangkaian dari peristiwa penebusan Yesus Kristus sampai Dia kemudian naik ke surga. Tujuh minggu Yesus Kristus tinggal di dalam dunia ini. Tujuh minggu Dia bukan sedang santai-santai untuk mengulur waktu kenaikan-Nya. Tetapi Alkitab berkata selama 40 hari itu atau kira-kira tujuh minggu itu Yesus pergi menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mungkin masih ada di dalam pemikiran dan hati dari murid-murid-Nya.
Nah, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ini membuat kita bisa menyatakan seperti ini: Yesus ketika bangkit dari kematian, Dia harusnya langsung tidak, naik ke surga? Saya percaya Dia bisa langsung naik ke surga. Karena tujuan utama Dia adalah dikembalikan ke dalam kemuliaan sebelumnya. Tapi kenapa Dia kemudian tinggal selama 40 hari itu? Saya lihat kalau kita baca di dalam Kitab Suci, ya, maka kita akan menemukan kelihatannya murid-murid Yesus sangat diberkati sekali dengan 40 hari yang Yesus sediakan bagi mereka paska dari kebangkitan-Nya. Kenapa begitu? Coba bayangkan seperti ini: waktu itu ada Tomas. Tomas adalah seorang yang sangat skeptik sekali. Dia adalah orang yang kalau tidak ada bukti di depan mata dia bahwa Yesus bangkit dari kematian, dia tidak bisa meraba dengan indra dia untuk membuktikan Yesus sungguh-sungguh bangkit secara fisik, dia nggak akan percaya. Makanya pada waktu murid-murid mendapat kabar dari para perempuan yang melihat kepada kubur yang kosong itu, “Yesus sudah bangkit!” Murid-murid nggak percaya. Tetapi ada Petrus dan Yohanes yang pergi lari ke kubur itu. Dan dikatakan bahwa setelah mereka melihat ke dalam kubur itu mereka menjadi percaya. Tapi seberapa jauh mereka percaya kita juga belum terlalu paham pada waktu itu. Tetapi satu hal yang pasti, pada waktu murid-murid itu datang kepada Tomas dan mengatakan, baik dari Petrus mungkin, melihat kubur kosong atau dari dua murid yang berjalan ke Emaus yang lalu kemudian kembali setelah melihat Yesus Kristus. Dia ngomong satu hal di tengah-tengah murid-murid yang lain, “Pokoknya begini, ya. Sebelum aku mencucukkan jariku ke bekas luka-Nya di tangan dan di perut-Nya, aku nggak akan percaya kalau Dia bangkit dari kematian!” Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kira-kira apa yang terjadi kepada Tomas kalau ketika Yesus bangkit dari kematian, Dia nggak muncul di hadapan Tomas, Dia tidak membuktikan kebangkitan-Nya, lalu Dia kemudian langsung naik ke surga? Mungkin sampai Tomas mati, dia mati di dalam ketidakpercayaan.
Lalu yang kedua: Petrus. Petrus sebelum Yesus Kristus disalibkan, di situ dikatakan oleh Kitab Suci kalau dia sangat sombong sekali dan dia sangat confident sekali kalau dia merasa bahwa dia tidak mungkin menyangkali Yesus. Dia akan membela Yesus sampai titik darah penghabisan: Yesus mati, dia juga mati, kayak gitu. Tapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, Alkitab berkata memang Yesus sudah peringatkan kepada Petrus terlebih dahulu kalau “Petrus! Kamu jangan terlalu..” – saya pakai parafrasa aja ya – “Jangan terlalu confident. Kamu mau sehidup semati dengan diri-Ku? Kamu mau berdiri sebagai orang yang membela diri-Ku? Tahu tidak? Sebelum ayam berkokok dua kali, engkau menyangkal Aku tiga kali?” Lalu pada waktu Yesus ditangkap dan dibawa ke penghakiman yang tidak sah itu, di malam itu Petrus membuntuti. Ketika dia masuk ke halaman rumah dari Imam Besar, ada hamba perempuan yang sudah tua, mungkin, atau mungkin masih muda nggak terlalu jelas tapi yang pasti dia hamba Tuhan, datang dan melihat Petrus, mengenali logatnya, dan berkata: “Engkau pasti salah seorang murid dari Yesus Kristus karena engkau orang Galilea” Dia langsung ngomong: “Bukan! bukan! Aku bukan murid-Nya! Bahkan aku tidak mengenal Dia!”
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau Yesus bangkit dari kematian tidak menampakkan diri kepada Petrus, jadi apa Petrus? Mungkin dia akan hidup di dalam satu rasa bersalah yang terus-menerus menghantui diri dia sampai dia mati! Karena pada waktu Yesus mati, Alkitab mencatat: saat itu dia kembali ke dalam kehidupan lalunya, yaitu sebagai nelayan, karena dia tidak melihat ada satu pengharapan, mungkin, di dalam Kristus. Dan celakanya adalah bukan diri dia saja yang kembali ke dalam kehidupan lamanya, mungkin sebagai pemimpin dari Rasul, dia membawa teman-temannya untuk kembali ke dalam kehidupan lama mereka, sebagai nelayan. Ya, mungkin ada yang lain kembali ke dalam kehidupan mereka atau mungkin ada yang nggak bisa kembali lagi ke dalam kehidupan mereka. Mungkin paling tidak ada bersama-sama dengan Petrus, seperti itu. Sampai ketika Yesus Kristus bangkit dari kematian, di masa 40 hari itu, Dia kemudian menampakkan diri kepada Petrus dan memberikan komitmen ulang kepada Petrus. “Petrus, apakah engkau mengasihi Aku?” Petrus berkata, “Iya. Aku mengasihi Engkau!” Sampai 3 kali. Dan Petrus menangis dan betul-betul berkata, “Tuhan, Engkau sangat tahu siapa aku dan apa yang terkandung di dalam hatiku.”
Jadi pada waktu kita bicara mengenai kematian, kebangkitan dan kenaikan Kristus, masa 40 hari itu, saya lihat menjadi satu masa yang sangat penting sekali untuk Yesus tidak langsung naik ke surga. Tetapi itu menjadi satu masa transisi Yesus sebelum naik ke surga untuk kembali mengajarkan kepada murid-murid-Nya mengenai apa yang menjadi pengajaran yang sebelumnya Dia pernah ajarkan kepada murid-murid-Nya. Misalnya Yesus sebelum mati Dia sudah pernah 3 kali bicara kepada murid-murid-Nya bahwa Dia akan menderita, Dia akan dianiaya, Dia akan ditolak, kemudian Dia akan diserahkan kepada bangsa-bangsa atau pemerintahan dari bangsa-bangsa untuk dimatikan tetapi Dia akan bangkit pada hari yang ketiga. Tapi setelah Dia bicara seperti itu, Dia juga harus membuktikan kepada murid-murid-Nya kalau Dia adalah orang yang sungguh-sungguh menepati apa yang Dia katakan kepada murid-murid-Nya. Kalau Dia sudah berkata Dia akan mati, Dia mati. Kalau Dia sudah berkata Dia pasti hidup, Dia pasti hidup kembali. Dan itu yang dinyatakan kepada murid-murid-Nya.
Mungkin kalau Bapak, Ibu mau tambahkan efek dari masa transisi itu, yang dilakukan oleh Yesus kepada murid-murid-Nya, mungkin kita bisa lihat dari perspektif Maria sendiri juga. Coba bayangkan, seorang yang ketika hamil, mendapatkan satu perkataan dari Tuhan bahwa bayi yang dia kandung itu adalah Anak Allah. Dari malaikat Gabriel dikatakan bahwa bayi itu akan duduk di dalam takhta pemerintahan raja Daud. Dan pada waktu bayi itu dia terima, dia bukan hidup tanpa satu konsekuensi di dalam kehidupan keluarganya. Begitu Yusuf, calon suaminya, mengerti kalau dia adalah orang yang hamil di luar pernikahan mereka, Yusuf langsung mengira bahwa ini perempuan tidak baik. Karena itu dia ingin menceraikan Maria dan biar Maria mungkin bisa bersatu dengan orang yang dia sukai. Tetapi malaikat mencegah atau Tuhan mencegah Yusuf melakukan itu, sehingga mereka menikah.
Tapi sebelum peristiwa itu terjadi, Maria pernah mengunjungi Elizabet. Dan pada waktu dia mengunjungi Elizabet, Maria mengeluarkan satu pujian yang begitu indah sekali yang kita kenal sebagai nyanyian Magnificat. Saudara boleh baca di dalam pasal yang pertama ayat yang ke-46 sampai 55 (Luk. 1:44-55). Kita boleh baca sedikit ya. “Lalu kata Maria: ”Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus. Dan rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia. Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya; Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah; Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa; Ia menolong Israel, hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya, seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya.”” Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, Maria susah nggak hatinya? Saya percaya susah. Pada waktu dia menaikkan pujian Magnificat ini, mungkin saat itu anggota keluarganya belum mengerti kalau dia hamil. Mungkin masih hamil muda, seperti itu. Tapi dia mendengar bahwa sepupunya, Elizabet, itu sudah hamil di masa tuanya. Lalu dia datang kepada Elizabet. Ketika dia menegur Elizabet, Elizabet langsung dipenuhi oleh Roh Kudus lalu berkata bahwa, “Apa yang membuat ibu dari Tuhanku datang menemui aku.” Dan dari situ nyanyian pujian Maria itu dikumandangkan, yang tadi barusan kita baca.
Dalam nyanyian itu sangat, sangat optimis kan. “Tuhan Juruselamatku”, “Dia adalah Tuhan yang menyelamatkanku”, “Allah yang Mahakuasa melakukan perbuatan-perbuatan yang besar”, “Dia menurunkan penguasa-penguasa atau orang-orang yang tinggi ke dalam posisinya yang rendah lalu orang yang rendah kemudian ditinggikan”, “Dia melimpahkan segala sesuatu yang baik bagi orang yang lapar dan menyuruh orang kaya pergi dengan tangan yang hampa”. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, semua itu bicara tentang siapa? Saya percaya bukan hanya Allah, tetapi Anak yang dia kandung di dalam perutnya. Itu yang akan dilakukan oleh Anak itu. Bapak, Ibu bisa bandingkan dengan peristiwa ketika Yesus dibawa oleh Maria ke Bait Allah, bertemu dengan Simeon. Saat itu apa yang dikatakan oleh Simeon di Bait Allah berkaitan dengan Anak itu?
Sekarang, ketika Dia hidup, ternyata Anak yang menjadi pengharapan hilang dan mati. Orang yang dikatakan meninggikan orang-orang yang rendah, merendahkan orang-orang yang tinggi, justru direndahkan oleh orang-orang yang tinggi. Orang yang dianggap sebagai Penolong dan Penyelamat yang dia rela tanggung rasa malu dan hinaan itu, dan bahkan sampai Yesus Kristus sampai usia 30-an tahun, label bahwa Dia adalah anak zina itu selalu menyertai kehidupan-Nya dan nggak pernah pergi, ternyata nggak berkuasa untuk menyelamatkan hidup-Nya. Apa yang terjadi? Kalau kita melihat ini, mungkin gambaran Katolik tentang penyaliban dan kematian Kristus itu adalah yang paling tepat sekali. Karena di dalam gambar itu digambarkan Maria di bawah kayu salib, memeluk anaknya dengan muka yang sedih dan menangis karena anaknya sudah mati.
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya nggak tahu sampai hari ini bayangan kita melihat Maria itu seperti apa ya. Tetapi mungkin kita bisa kata dia adalah orang yang sedih. Sampai kapan dia ada di dalam kondisi yang sedih itu? Pernah nggak kita membayangkan pada hari Yesus Kristus bangkit dari kematian dan pada waktu Dia naik ke surga, Dia memperlihatkan diri-Nya kepada Maria di momen kebangkitan 40 hari itu dan juga pada waktu Dia naik ke surga? Kira-kira gambaran Marianya bagaimana? Ada yang menafsirkan seperti ini. Mungkin yang benar adalah Maria pulang dengan menari dan memuji Tuhan, bukan dengan muka yang penuh sedih dan tangisan karena Anaknya sudah mati. Saya percaya, ada benarnya kalimat itu. Dan itu juga yang terjadi kepada semua murid-murid yang lain, baik Petrus, Tomas, Yakobus, Yohanes, Andreas, Bartolomeus, dan semua yang lain karena mereka tahu dan mereka sungguh-sungguh melihat dengan mata kepala sendiri bahwa Yesus bangkit dan Dia tidak mati dan bahkan Dia naik ke surga untuk duduk di sebelah kanan dari Allah Bapa. Itu yang pertama, ya.
Jadi, masa 40 hari sebelum kenaikan dari Yesus Kristus, mungkin kita bisa anggap sebagai hal yang tidak terlalu penting, tetapi itu adalah masa yang penting sekali untuk menyatakan Yesus sungguh-sungguh hidup dan mempersiapkan murid-murid-Nya sebelum Dia naik ke surga dan mempersiapkan murid-murid-Nya untuk menerima janji yang Dia akan berikan kepada mereka-yaitu Bapa, dari Bapa- Roh Kudus akan diberikan kepada murid-murid-Nya ketika Yesus Kristus naik ke surga. Dan bahkan menjawab hal-hal lain yang masih menjadi satu misteri di dalam pemikiran dari murid-murid-Nya, “Bagaimana seorang Mesias yang dikatakan akan memerintah sampai selama-lamanya dan tidak mengalami kematian, justru harus menderita dan mengalami kematian dan mati terlebih dahulu.”
Nah, hal yang kedua yang kita bisa lihat adalah dari bagian kenaikan Yesus Kristus. Saudara bisa baca itu di dalam ayat yang ke-51. Nah, kalau bicara tentang masa transisi itu atau masa antara itu adalah di dalam ayat 50, sebelum Dia naik. “Lalu Yesus membawa mereka ke luar kota sampai dekat Betania. Di situ Ia mengangkat tangan-Nya dan memberkati mereka.” Tapi, ayat 51 dikatakan, “Dan ketika Ia sedang memberkati mereka, Ia berpisah dari mereka dan terangkat ke sorga.”
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pada waktu kita berbicara mengenai kenaikan Kristus, apa yang membuat Yesus layak untuk diangkat ke surga dan bahkan Alkitab katakan duduk di sebelah kanan Allah Bapa? Mungkin sebelum itu, kita mungkin bisa katakan kenapa di antara semua manusia di dalam dunia ini, ketika mereka mengalami kematian, sejarah tidak pernah mencatat ada satu orang pun yang bangkit dan hidup dan terus hidup setelah dia bangkit dan tidak pernah mengalami kematian? Saya nggak ngomong tidak ada orang yang bangkit. Karena Alkitab mencatat ada beberapa orang yang bangkit dari kematian. Misalnya siapa? Lazarus. Siapa lagi? Anak perempuan Nain. Ada siapa lagi? Anak Yairus. Ada lagi, nggak? Itu Perjanjian Baru ada 3 orang. Perjanjian Lama? Ada yang dibangkitkan Elia. Ada 2 yang dibangkitkan oleh Elisa, Nabi Elisa. Satu ketika Elisa masih hidup, satu ketika Elisa sudah mati, ketika mayat jatuh di atas kubur Elisa, menyentuh tulang Elisa, mayat itu kembali hidup.
Alkitab mencatat, ada orang-orang yang bangkit dari kematian, tetapi pada waktu kita berbicara tentang Yesus Kristus, saya berani katakan bahwa Dia adalah satu-satunya orang yang bangkit dari kematian yang sulung. Mengapa? Karena Alkitab menyatakan dan mungkin kita bisa bicara-ya, walaupun tidak secara spesifik Alkitab mengatakan seperti itu, tetapi-orang-orang yang pernah bangkit itu dia tidak selalu hidup seterusnya, tetapi mereka kemudian mengalami kematian kembali. Jadi bangkit sementara waktu dari kematian untuk hidup sementara waktu, tetapi kemudian mati lagi. Yesus berbeda. Yesus adalah satu-satunya Pribadi yang ketika bangkit dari kematian, Dia tidak pernah mati lagi, tapi Dia justru kemudian diangkat ke surga dan duduk di sebelah kanan Allah Bapa. Pertanyaannya adalah: Kenapa Yesus adalah satu-satunya Pribadi itu? Kenapa semua dari orang-orang lain yang mati itu, yang bahkan bangkit itu mengalami kematian lagi?
Saya lihat, Alkitab sudah memberikan kepada kita jawaban yang sangat jelas sekali, ya. Sebabnya, ada perbedaan yang besar. Semua manusia yang lain, sepertinya taat kepada hukum, tapi tidak pernah taat secara sempurna kepada hukum Tuhan sedangkan Yesus Kristus adalah satu-satunya Pribadi yang taat secara sempurna di bawah hukum Tuhan. Saya bicara sempurna itu bicara sempurna. Saya bicara sempurna itu yang angkanya kalau menurut standar manusia, mungkin kita bicara 100, bukan 99,99% seperti itu. Sempurna berarti sama sekali tidak ada cacat cela pada diri Kristus ketika Dia menaati hukum Tuhan. Itu yang membedakan. Maksudnya gimana? Maksudnya adalah semua manusia yang lain, walaupun mereka beribadah kepada Tuhan dan berusaha untuk menghidupi ketaatan di hadapan Tuhan dan membuat diri mereka benar di hadapan Tuhan, tapi mereka tidak pernah bisa mencapai target standar yang Tuhan tetapkan bagi mereka yang sempurna itu. Bukan karena manusia tidak sempurna, tapi karena manusia sudah jatuh di dalam dosa.
Jadi, apa yang membuat manusia tidak bisa menaati? Alkitab jelas sekali berkata, hukum Tuhan diberikan kepada manusia di dalam Roma pasal 3, bukan supaya manusia bisa taat dan hidup, tetapi hukum Tuhan diberikan kepada manusia supaya manusia sadar kalau dirinya berdosa. Sadar kalau dirinya tidak mungkin bisa memenuhi standar Tuhan. Kalau standar Tuhan itu ada bicara tentang kekudusan Tuhan, kesucian Tuhan, kesempurnaan Tuhan. Manusia ketika berusaha mencapai itu dan selalu gagal untuk mencapai itu, mereka harusnya ngaca diri dan berkata dengan kerendahan hati, “Saya tidak bisa memenuhi standar itu. Saya tidak mungkin bisa diperkenan oleh Tuhan melalui perbuatan dan ketaatan saya. Saya adalah orang yang berdosa dan saya pantas dihukum karena dosa-dosa yang saya lakukan.” Dan buktinya apa? Kematian. Makanya, di dalam Roma 5 dikatakan, walaupun hukum Taurat baru diberikan pada zaman Musa, yang menjadi standar untuk menentukan orang benar atau orang berdosa seperti itu, tapi ingat, sejak Adam jatuh dalam dosa ada kematian sampai hukum Taurat diberikan.
Jadi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, Alkitab bicara ya wajar dong kalau mereka mati. Kenapa mereka mati? Mereka mati dalam dosa, mereka mati karena mereka tidak berkuasa untuk melepaskan diri dari budak dosa atau kuasa dosa dalam hidupnya. Tapi ketika kita melihat kepada Kristus, kita melihat bahwa Dia bangkit. Bangkit berarti bahwa Dia adalah satu-satunya Orang yang memiliki kesempurnaan. Dia adalah satu-satunya Orang yang memiliki ketaatan kepada hukum Taurat dengan sempurna, dan Dia adalah satu-satunya Orang yang melakukan kehendak Bapa dengan sempurna. Dan ini dikonfirmasi sendiri oleh Bapa melalui beberapa peristiwa. Satu adalah pada waktu Yesus dibaptis, Bapa berkata dari surga, “Inilah Anak-Ku yang kukasihi.” Lalu pada waktu Yesus mengalami transfigurasi di mana tubuh-Nya bercahaya dan mengalami perubahan di situ Tuhan berkata, ketika Petrus ingin membuat tenda bagi Yesus, Musa dan Elia di atas bukit Olive itu, maka di surga terdengar suara, “Inilah anak-Ku yang kukasihi maka dengarkanlah Dia.” Jadi Yesus adalah satu-satunya Pribadi yang diterima oleh Tuhan, baik sebelum Dia memulai pelayanan, di tengah-tengah Dia melayani, dan bahkan ketika Dia sudah bangkit dari kematian atau menjalani tugas pelayanan-Nya dengan kebangkitan yang Dia terima dari kematian, bahkan kenaikan Dia ke surga.
Nah, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ayat 50 mencatat setelah Dia bangkit itu dari kematian, dan memang itu adalah hak Dia karena Dia adalah orang yang benar, Dia membawa murid-murid-Nya keluar menuju Betania. Betania itu kota apa? Kalau Bapak, Ibu baca sebelumnya – saya nggak tahu juga ya kenapa Dia bawa ke Betania kayak gitu, walaupun ada orang-orang menafsirkan seperti itu tetapi paling tidak kita mengerti seperti ini – Betania adalah kota di mana Yesus memberikan perintah kepada murid-Nya untuk mengambil keledai dan membawa kepada Yesus supaya Yesus bisa masuk ke dalam Yerusalem dengan menunggangi keledai. Kenapa Yesus membawa murid-Nya kembali ke Betania? Mungkin ya, kalau kita mau tafsirkan dari rangkaian peristiwa itu, dan juga nanti kita kaitkan dengan istilah membawa keluar murid-murid-Nya itu, maka tujuannya adalah mau menyatakan Yesus adalah Raja mereka, salah satunya. Dan ketika Yesus ada di Betania dan kemudian Dia naik ke surga di situ, Yesus juga memberikan satu perintah dan juga satu berkat yang akan menyertai murid-murid-Nya sebagai orang yang tunduk di bawah otoritas pemerintahan dari Yesus Kristus. Jadi ada aspek ini mungkin yang mau dinyatakan.
Tetapi pada peristiwa itu terjadi maka Yesus membawa mereka keluar Alkitab berkata. Dan pada waktu mereka dibawa keluar, maka apa yang kemudian terjadi di situ? Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, Alkitab mencatat kalau ada beberapa hal penting yang mungkin kita bisa perhatikan. Pertama adalah tadi yang saya katakan ya, ada beberapa kata kerja yang kita perlu lihat. Satu adalah membawa mereka keluar. Yang kedua adalah bukan hanya membawa mereka keluar, tetapi Yesus kemudian mengangkat tangan dan memberkati mereka. Dan yang ketiga adalah Yesus kemudian dikatakan perlahan-lahan terangkat dari bumi ini menuju kepada surga.
Nah bicara poin yang pertama ya, ini saya percaya ada hal yang perlu diperhatikan juga ya, Yesus di dalam Kitab Suci itu selalu mengatakan kalau Dia adalah Tuhan dan Dia adalah Raja yang memimpin. Dan hal ini juga dinyatakan di dalam Kitab Lukas. Mengapa kita bisa bicara seperti itu dan bahkan tadi kalau saya kaitkan dalam peristiwa yang tadi saya sampaikan di dalam introduksi, bahwa tujuan Kristus itu datang adalah untuk membawa umat-Nya keluar dari dosa, dan dengan cara Dia kembali ke sebelah kanan dari Allah Bapa. Nah Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, karena ada bagian di dalam Kitab Suci yang mengatakan hal ini. Mungkin kalau Bapak, Ibu dengar saya ngomong agak kayak kepotong-potong seperti itu ya. Nanti saya ngomong, ngomong potong, potong, nanti saya sambungkan semua ya.
Boleh buka dari Lukas pasal yang ke 9 ya. Lukas 9 bicara tentang Yesus dimuliakan. Lalu ada satu ayat yang kita bisa baca yaitu dari ayat 31 ya. Mungkin dari ayat 30 dulu kita baca ya. Atau dari ayat 28 deh, lalu fokus kita di ayat 31. “Kira-kira delapan hari sesudah segala pengajaran itu, Yesus membawa Petrus, Yohanes dan Yakobus, lalu naik ke atas gunung untuk berdoa. Ketika Ia sedang berdoa, rupa wajah-Nya berubah dan pakaian-Nya menjadi putih berkilau-kilauan. Dan tampaklah dua orang berbicara dengan Dia, yaitu Musa dan Elia. Keduanya menampakkan diri dalam kemuliaan dan berbicara tentang tujuan kepergian-Nya yang akan digenapi-Nya di Yerusalem.” Kata yang kita akan soroti adalah ayat 31 itu, “berbicara tentang tujuan kepergian-Nya yang akan digenapi-Nya di Yerusalem.” Kata “kepergian-Nya” kalau kita lihat di Bahasa Yunani itu adalah Exodus atau keluar. Dan ini yang membuat tadi saya katakan di awal, pada waktu Yesus Kristus datang ke dalam dunia ini, kita sering kali melihat kenaikan Yesus itu bukan sesuatu yang terlalu penting, tetapi di dalam ayat 31 itu, di pasal 9, dikatakan kalau kita ngomong kayak gini, kita baca sepintas itu kayaknya “oh, maksud Musa dan Elia itu adalah Yesus akan pergi ke Yerusalem supaya Dia bisa mati di situ kan.” Tapi kalau Bapak, Ibu baca lebih teliti lagi, kelihatannya bukan tujuannya itu untuk pergi ke Yerusalem untuk mati di situ, tapi kita bisa mengerti bahwa mereka bicara paska kematian. Yaitu Yesus pergi dan kepergian-Nya itu akan digenapi di Yerusalem. Pergi untuk apa? Exodus, membawa umat-Nya beserta, memimpin umat-Nya beserta, yang akan digenapi di Yerusalem itu. Makanya tadi ketika saya bandingkan dalam ayat yang ke-50, di situ dikatakan Yesus membawa mereka keluar kota sampai dekat Betania.
Tapi kalau Saudara ingin mundur lagi, maka Saudara bisa mundur sampai ke peristiwa ketika Yesus memulai pelayanan-Nya. Dan pada waktu Yesus memulai pelayanan-Nya, yang pertama Yesus lakukan adalah setelah Dia melayani dan memberitakan Injil, Dia memanggil murid-murid. Dan pada waktu Dia memanggil murid-murid, Dia meminta murid-murid itu menjadi pengikut Dia. Dan murid-murid itu dengan begitu setia sekali mengikut Yesus Kristus mulai dari hari pertama mereka dipanggil dan menjadi rasul Yesus Kristus. Pertanyaannya adalah seperti ini, dipanggil untuk apa ya? Dipanggil ke mana ya? Mungkin kita bisa ngomong ya dipanggil untuk menjadi murid Yesus. Dipanggil ke mana? Dipanggil untuk melakukan apa? Ya untuk menjadi saksi Kristus seperti itu. Tapi kalau kita tanya lagi dipanggil ke mana? Dipanggil pasti kita bisa katakan dipanggil untuk keluar dari dosa juga.
Dan kenapa saya kutip kata exodus? Karena exodus itu merujuk biasanya langsung paralel kepada peristiwa Musa membawa Israel keluar dari Mesir. Jadi kalau kita mau bandingkan Yesus sebagai mediator kedua, Musa sebagai, misalnya, mediator yang membawa Israel keluar dari Mesir. Ada kesamaan di situ tapi ada perbedaan yang besar. Musa menjadi pemimpin yang Tuhan pakai untuk membawa Israel keluar dari Mesir. Keluar dari apa? Perbudakan dosa, masuk ke dalam tanah perjanjian. Tetapi Yesus Kristus ketika memanggil umat-Nya, seperti Musa membawa umat-Nya keluar, maka Yesus juga dikatakan sebagai orang yang memanggil umat-Nya untuk membawa umat-Nya keluar. Keluar ke mana? Keluar dari dosa menuju kepada hidup yang kekal dan yang tidak di bawah kuasa dosa. Tetapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ada perbedaan lain. Bukan cuma keluar dari dosa menuju kepada kehidupan yang kekal, tetapi tokoh yang membawa keluar itu berbeda. Musa adalah orang biasa, Yesus Kristus adalah Tuhan sendiri dan semua pekerjaan penebusan-Nya tidak pernah bisa dikerjakan oleh Musa. Dia satu-satunya yang bisa naik di hadapan Allah untuk menjamin kalau kita pasti betul-betul dibebaskan dari dosa.
Ini Saudara bisa baca di kitab Ibrani, ya. Ibrani satu-satunya kitab yang begitu luar biasa sekali untuk mengoneksikan peristiwa Perjanjian Lama dengan Perjanjian Baru. Ibrani menjadi satu kitab yang dengan begitu berani mengatakan hal-hal yang ditinggikan oleh orang-orang Yahudi di dalam Perjanjian Lama, itu semuanya lebih rendah daripada Yesus Kristus. Baik bicara tentang Musa, baik bicara tentang keimaman Harun, baik bicara tentang apa lagi? Ibadah korban. Semua itu dibahas di dalam Surat Ibrani.
Jadi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, siapa Yesus? Yesus adalah satu Pemimpin yang membawa umat-Nya keluar, bahkan memanggil umat-Nya, memimpin umat-Nya, dan membawa umat-Nya keluar. Apa kaitannya dengan kenaikan Kristus? Kaitan yang paling penting adalah kalau Dia duduk di sebelah kanan Allah Bapa, maka Dia menjadi Penjamin untuk kita betul-betul bisa dibebaskan dari kuasa dosa. Kalau Dia duduk di sebelah kanan Allah Bapa, Dialah yang menjamin bahwa segala peristiwa yang terjadi dalam kehidupan kita, itu ada di bawah kuasa dan pemerintahan Kristus dan tidak pernah lepas daripada pimpinan Kristus. Dia adalah satu-satunya yang menjadi Penjamin bagi kita bahwa Dia bisa memastikan seluruh perjalanan kita pasti sesuai dengan rencana Dia sampai pada akhirnya. Itu pentingnya di situ. Jadi, pada waktu kita bicara mengenai peristiwa Yesus bawa keluar murid-murid-Nya, Bapak, Ibu jangan cuma melihat itu sebagai satu tindakan Yesus untuk membawa murid-murid-Nya keluar saja untuk menyaksikan Dia naik ke surga. Tetapi itu adalah peristiwa di mana Yesus memimpin murid-murid-Nya mulai dari awal sampai kepada akhir dari pelayanan Dia. Dan bukan cuma akhir tetapi nanti kita bisa lihat bahkan ketika Dia naik ke surga, Dia memberikan Roh Kudus-Nya untuk menyertai murid-murid-Nya dan untuk memimpin murid-murid-Nya paska Dia meninggalkan murid- murid-Nya. Itu yang terjadi.
Lalu yang kedua adalah, kita bisa melihat juga di sini. Pada waktu Yesus akan meninggalkan mereka, ada satu gambaran yang Yesus ingin murid-murid-Nya itu rekam di dalam otak mereka bahwa Yesus tidak meninggalkan mereka begitu saja, tetapi Yesus meninggalkan mereka dengan cara mengangkat tangan-Nya. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kenapa saya bilang itu adalah satu gambaran yang ingin Yesus rekam dalam pikiran murid-murid-Nya? Karena ini adalah kalimat yang dicatat oleh murid-murid-Nya ketika melihat Yesus pergi meninggalkan mereka. Jadi maksudnya adalah pada waktu Yesus pergi, Dia nggak cuma sekadar menghilang atau Dia nggak cuma sekadar diangkat tanpa peristiwa tertentu. Bisa kan? Dia berdiri biasa langsung Dia diangkat atau Dia juga bisa terbang Superman, ya gitu. Tapi Dia nggak dicatat seperti itu. Yang dicatat justru adalah Dia mengangkat tangan-Nya dengan satu gambar Dia memberkati umat-Nya dan Dia pergi meninggalkan umat-Nya dengan posisi dia memberkati umat-Nya.
Nah signifikansinya bagaimana? Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, terus terang kita nggak tahu seberapa pemahaman kita bisa menyerupai pemahaman dari murid-murid pada waktu itu. Karena kita konteksnya beda sekali dan bahkan kita nggak bisa mengerti sepenuhnya berkat apa? Atau sikap seperti apa? Atau perkataan apa yang Yesus katakan kepada murid-murid-Nya? Pada waktu itu. Tapi kita mungkin bisa meraba seperti ini, mungkin berkat-Nya itu kayak Bilangan 6, berkat Musa yang Musa ajarkan kepada murid-muridnya, apa? Boleh buka, ya, Bilangan pasal 6. ”Tuhan memberkati engkau dan melindungi engkau; Tuhan menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia; tuhan menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera.” Mungkin bisa seperti itu. Tapi mungkin bisa juga bicara tentang berkat yang Musa katakan atau mungkin bisa juga bicara tentang berkat yang Yakub berikan kepada anak-anaknya sebelum dia mengalami kematian. Berkat seperti apa? Nggak ngerti. Tapi yang dikatakan adalah Yesus ketika meninggalkan mereka, Dia pergi dalam posisi memberkati mereka.
Mungkin ada yang menafsirkan kayak gini ya, “Tuhan itu suka memberkati kita, berkat-Nya berupa apa? Berkat-Nya bisa berupa hal rohani, bisa berupa hal jasmani. Jadi itu sebabnya kita harus mengerti bahwa Tuhan memberkati kita dan kita harus hidup di dalam berkat Tuhan.” Tapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya kira itu terlalu sederhana ngomong kayak gitu ya. Mungkin hal pertama yang kita bisa pegang adalah Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ketahuilah, Tuhan kita adalah Tuhan yang sangat ingin memberkati kita walaupun kita sering kali lupa kalau berkat Tuhan itu penting bagi hidup kita. Saya yakin sekali Alkitab mengajarkan kalau keberhasilan demi keberhasilan, baik kita bersaksi bagi nama Tuhan ataupun pada waktu kita berusaha di tengah-tengah dunia ini, itu semua adalah berkat Tuhan. Jadi kalau kita bicara mengenai hidup, kenapa saya katakan kita sering kali lupa, mohon tanya siapa yang sebelum mengerjakan segala sesuatu suka berdoa dulu kepada Tuhan? Siapa ketika mengalami suatu masalah dalam hidupnya, tidak panik tapi datang dulu kepada Tuhan untuk meminta pimpinan Tuhan dan penyertaan Tuhan dalam hidup dia? Siapa yang ketika melayani, dia sungguh-sungguh menyadari bahwa itu bukan karena kefasihan lidah dia tapi karena berkat Tuhan yang menyertai, yang membuat dia bisa berhasil di dalam pelayanan sehingga dia butuh berdoa kepada Tuhan?
Kita sering kali jadi autopilot lho! Kita sering kali bekerja itu secara otomatis, kita berpikir “kalau saya bertekun saya pasti berhasil.” Kayak saya melakukan satu program tertentu maka satu program itu pasti bisa berjalan, apalagi kalau kita ikuti apa yang namanya ATM itu ya; “Amati, Tiru dan Modifikasi.” Kalau kita sudah terbiasa dalam pelayanan dan punya banyak pengalaman, pelayanan kita pasti baik. Saya kira itu adalah hal yang sangat-sangat menghina Tuhan dan melupakan Tuhan karena Alkitab berkata justru berkat Tuhan itu yang membuat kita berhasil dalam kehidupan kita. Dan Dia bahkan bersedia untuk memberkati kita sebelum kita menyadari kalau kita membutuhkan berkat Tuhan. Itu tanda dari Yesus naik dan memperlihatkan kalau Dia mengangkat tangan untuk memberkati mereka ya.
Tapi di sisi lain, kita juga bisa berkata bahwa pada waktu Dia memberkati mereka, memberkati untuk apa? Mungkin kita bisa berkata seperti ini, sekarang Yesus akan pergi meninggalkan mereka, peristiwa di mana Yesus terangkat ke surga itu adalah finalitas mereka melihat Yesus Kristus secara fisik di dalam dunia ini. Habis itu kan nggak pernah lihat lagi. Murid-murid harus melayani Tuhan seorang diri, atau paling nggak berdua-dua kayak gitu. Lalu dalam kondisi seperti ini bagaimana? Nah di sini Yesus berkata, “Walaupun engkau sendiri dan engkau tidak melihat Aku, tapi ketahuilah berkat-Ku menyertai engkau di dalam melayani untuk pergi kepada segala bangsa dan memberitakan Injil Kristus di situ.” Jadi, kita bisa melihat bahwa walaupun Yesus terangkat ke surga, tetapi sebenarnya Dia tidak pernah meninggalkan murid-murid-Nya sendirian di dalam dunia ini. Bahkan kalau kita mau komparasi dalam Yoh. 14 di situ dikatakan bahwa sebelum Yesus pergi, Dia pernah menjanjikan Dia akan memberikan Roh Kudus-Nya kepada murid-murid-Nya untuk menyertai mereka di dalam dunia. Jadi selama Yesus hidup dalam dunia ini, Yesus menyertai mereka secara fisik tetapi ketika Dia pergi meninggalkan murid-murid-Nya memang secara fisik Dia tidak menyertai murid-murid-Nya lagi tetapi Dia menyertai murid-murid-Nya secara rohani, melalui Pribadi ketiga Allah Tritunggal, yaitu Allah Roh Kudus, yang diberikan kepada murid-murid-Nya. Itu sebabnya gambaran dari Yesus mengangkat tangan dan memberkati murid-murid-Nya itu adalah hal yang penting ya.
Yang ketiga, Saudara bisa lihat dari peristiwa Yesus yang ketika terangkat ke surga, Alkitab berkata bahwa “Dia terangkat ke surga”. Bukan “Dia menghilang” tetapi “Dia terangkat ke surga”. Terangkat ke mana? Terangkat dan ditutup awan lalu pergi ke mana? Kita nggak secara jelas mengerti hal itu, tetapi kalau kita mau menggunakan imajinasi mungkin kita bisa berpikir seperti ini; karena alam semesta itu sangat besar sekali, mungkin Yesus terangkat dan pergi ke satu tempat yang kita butuh pesawat yang bisa terbang dengan kecepatan cahaya dan jaraknya berapa ratus atau ribuan cahaya. Tapi kemungkinan salah kayak gitu ya. Mungkin kita bisa melihat karena Yesus dengan tubuh, kita pikir bahwa Dia pergi ke surga dan surga itu adalah satu tempat yang jauh sekali dari bumi ini. Kayaknya nggak seperti itu, Alkitab bilang. Alkitab bicara bahwa Yesus itu dekat dan ada di dalam hati kita dan kehadiran-Nya terus ada di sekitar kita.
Lalu yang dimaksud terangkat dan pergi itu bagaimana? Nah C. S. Lewis mengatakan satu hal yang menarik ya, dia bilang kayak gini, kelihatannya yang terjadi adalah ketika Yesus pergi dan menghilang ke surga, Dia pergi masuk ke dimensi yang lain, dimensi yang ke-empat. Kita hidup di dalam dunia yang 3 dimensi, tapi Dia masuk ke dalam dimensi yang lain. Maksudnya bagaimana? Maksudnya kayak gini ya, kalau kita menonton drama, drama kan orang pakai kadang-kadang bisa berganti peran, berganti pakaian dan segala macam, kayak gitu. Ada satu hal yang unik, ketika peran bagian dia saat itu berakhir, dia harus turun dari mimbar atau keluar dari mimbar. Caranya adalah, mungkin, gorden menutup dia, mungkin dia masuk ke balik dari gorden itu ya. Pertanyaannya adalah dia masuk ke dalam balik gorden atau dia masuk ke dalam balik gorden dan gorden? Kayak gini, kita lihat, waktu misalnya ini gorden, kayak gitu, saya pemeran itu. Saya punya peran sudah selesai. Saya masuk. Waktu saya masuk, ini ada gorden. Saya masuk ke sini, Bapak, Ibu lihatnya saya masuk ke mana? Gorden kan? Berapa gorden? Satu. Tapi yang terjadi adalah saya masuk di sini ada gorden di belakang saya ada gorden. Maksudnya kayak gitu.
Jadi pada waktu kita bicara Yesus pergi meninggalkan kita, C. S. Lewis bilang “Mungkin bagi kita itu adalah dalam dunia kita, masih dalam spasial ruangan dan waktu kita ini tiga dimensi. Tapi yang terjadi adalah mungkin Dia masuk ke dalam dimensi yang lain”. Ya mungkin ada benarnya juga gitu. Memang Alkitab tidak pernah mengatakan itu secara spesifik, tetapi yang pasti adalah Dia terangkat ke surga. Dan kenapa menggunakan terangkat? Menarik sekali, ada yang menafsirkan begini, Bapak Ibu Saudara sekalian, Yesus bisa nggak dengan cara menghilang ke surga? Bisa sekali kan. Kenapa Ia tidak menggunakan menghilang? Masih ingat nggak pada waktu di dalam 40 hari itu ya, waktu Dia ketemu dengan Maria Magdalena di kubur, setelah Dia bertemu Dia gimana? Menghilang kan. Pada waktu Dia bertemu dengan murid-murid di dalam ruangan yang terkunci, yang terjadi apa? Dia mendadak muncul di tengah-tengah mereka lalu pergi meninggalkan mereka, menghilang begitu. Waktu Dia berjalan bersama murid-murid di Emaus, murid-murid mendadak bingung ada orang yang asing yang ada di tengah-tengah mereka, mungkin menghampiri mereka, berbicara kepada mereka tapi setelah Dia memecah roti Dia langsung menghilang dari hadapan mereka.
Kalau Yesus menggunakan cara menghilang, yang terjadi adalah Saudara akan ngomong apa? Ya, mungkin Dia masih di tengah-tengah kita. Saat ini Dia menghilang tapi suatu hari Dia bisa mendadak muncul lagi. Dia tidak pergi, Dia masih di tengah-tengah kita karena peristiwa 40 hari itu Yesus di tengah-tengah walaupun Dia menghilang-muncul, menghilang-muncul. Dia masih di bumi ini. Tapi kalau Dia terangkat, itu mau menyatakan Dia betul-betul pergi meninggalkan. Dia tidak ada bersama-sama dengan kita. Makanya di dalam Kisah Rasul dikatakan “Yesus hari ini duduk di sebelah kanan Allah Bapa sampai ketika seluruh musuh-Nya ditaklukkan di bawah kaki Dia, atau ketika waktu di mana Dia datang sebagai hakim itu tergenapi maka Dia akan datang kembali.” Lalu siapa yang bersama dengan kita? Bapak, Ibu bisa yakin Roh Kudus ada bersama kita.
Mana yang lebih baik, Roh Kudus bersama kita atau Yesus Kristus secara fisik bersama-sama dengan kita? Mana yang lebih baik? Roh Kudus ya. Karena setiap anak Tuhan kalau memanggil Yesus fisik, mungkin dia harus nunggu sampai Yesus datang dengan cara mungkin menghilang dan muncul di satu tempat tertentu. Tapi nggak mungkin secara serentak. Atau kalau kita ingin mencari Yesus, kita harus pergi ke satu tempat tertentu, yang kita dengar kabar Yesus ada di sana lalu harus ngantri dulu baru bertemu Yesus Kristus, bicara. Tapi kalau Yesus Kristus pergi meninggalkan kita dan Dia memberikan Pribadi yang persis sama dengan diri Dia, karakter Dia dan satu dengan Dia maka Saudara tidak perlu nunggu Dia. Setiap orang di mana pun kita berada, kalau kita percaya kepada Tuhan dan kita memanggil namanya, di situ Dia pasti mendengar dan menjawab kita. Makanya penting sekali untuk Dia pergi meninggalkan kita. Dan Yesus berkata “Lebih berguna Aku pergi meninggalkan engkau daripada Aku tetap ada bersama-sama dengan engkau.”
Jadi terakhir, reaksi yang diberikan oleh para murid. Saya percaya ini juga penting untuk kita pahami ya. Dan bicara tentang reaksi paska kebangkitan Kristus dan kenaikan Kristus, itu berarti ada komparasinya. Komparasinya adalah sebelum kebangkitan Kristus, kematian dan kebangkitan dan kenaikan Kristus, Alkitab mencatat bahwa murid-murid adalah orang-orang yang mengikut Yesus. Tetapi sebelum hari kebangkitan Yesus Kristus mereka adalah orang yang sepertinya sangat-sangat patriotik seperti itu, karena mereka tahu Dia adalah raja dan Kerajaan Daud akan didirikan oleh Diri Dia. Tetapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan ada hal yang menarik juga bahwa mereka adalah orang-orang yang penakut, orang-orang yang takut mati, orang-orang yang ketika Yesus ditangkap dan disalibkan menghindar, menyembunyikan diri, tidak berani menampakkan diri di hadapan orang-orang banyak. Dan bahkan ketika Yesus Kristus dikabarkan bangkit dari kematian, kubur itu kosong oleh para wanita dan tadi saya katakan mereka ada dalam kondisi yang skeptik.
Menarik sekali ya ketika Alkitab berbicara tentang peristiwa baik itu kelahiran, kematian, kebangkitan Yesus, dan kenaikan Yesus Kristus, ada yang mengatakan seperti ini “Tuhan tidak memberikan bukti ilmiah kepada kita untuk membuktikan kalau Dia sungguh-sungguh lahir inkarnasi Allah dan manusia, Dia sungguh-sungguh mati, Dia sungguh-sungguh bangkit, dan Dia sungguh-sungguh naik ke surga.”. Tetapi cara Tuhan memberikan peristiwa ini bagaimana? Dengan menggunakan satu kalimat saja kepada kita tanpa ada elaborasi sama sekali untuk memperteguh berita itu. Misalnya, bicara inkarnasi bagaimana? “Yesus datang menjadi manusia dan tinggal bersama kita.” Yesus mati bagaimana? “Dia berkata “Sudah selesai.” lalu Dia menyerahkan nyawanya ke Bapa dan Dia mati.” Yesus bangkit bagaimana? “Tiga hari kemudian dikatakan Dia bangkit dari kematian.” Lalu naik ke surga bagaimana? Hanya dicatat bahwa “setelah Dia memberkati Dia terangkat ke surga” lalu selesai. Itu peristiwa yang pivot kan, yang sangat penting dan sentral sekali dalam iman Kristen.
Yang benar harusnya gimana? Kalau kita bicara suatu yang penting mungkin kita dengan logika kita ngomong “Paling nggak tulislah disertasi atau apa yang berhalaman-halaman untuk membuktikan secara ilmiah kalau Dia sungguh-sungguh lahir Allah menjadi manusia, Dia sungguh-sungguh mati, Dia sungguh-sungguh bangkit, Dia sungguh-sungguh naik ke surga. Supaya orang-orang yang ketika membaca disertasi atau tulisan ilmiah itu bisa betul-betul yakin kalau Yesus sungguh-sungguh ada dan sungguh-sungguh menebus dosa manusia dan sungguh-sungguh Allah dan manusia yang sejati.”. Tapi Alkitab tidak lakukan itu. Dan saya yakin sekali kalau Bapak, Ibu menuntut itu, Bapak, Ibu, Saudara tidak akan mendapatkan buktinya. Kenapa? Cara kerja Tuhan beda. Cara kerja Tuhan bukan untuk memuaskan rasio kita dan kesombongan arogansi kita. Tetapi cara kerja Tuhan adalah kita diminta untuk merendahkan diri kita di hadapan Tuhan dan belajar percaya kepada Tuhan. Logika kita akan mengikuti iman kita yang percaya kepada Tuhan. Pada waktu kita merendahkan diri dan percaya kepada Tuhan, kita akan melihat apa yang tidak dilihat oleh mata fisik kita. Itu cara kerja Tuhan. Yesus pernah berkata kepada Tomas apa? “Berbahagialah mereka yang tidak melihat, tetapi percaya.” Itu cara kerja Tuhan.
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kita harus ingat, kita itu hanya manusia, kita bukan Tuhan, logika kita terbatas. Menyadari ini saja saya percaya kita akan menyadari ada hal-hal yang di luar dari kemampuan kita untuk mengerti. Tapi aneh sekali, kita bisa berkata itu kepada ilmu science, dan ilmu yang kita pelajari dalam dunia ini, tapi ketika kita berbicara tentang Allah, kita mendadak berubah. “Pokoknya ya, kalau saya nggak ada bukti melihat Tuhan, kalau saya, hal itu seperti di luar dari logika saya, saya nggak bisa percaya.” Iya, manusia tidak bisa, dan tidak boleh menjadi Tuhan. Dan cara inilah yang Tuhan pakai supaya kita belajar dengan kesederhanaan dari berita Injil, kita percaya kalau Dia adalah Tuhan dan perkataan-Nya itu adalah kebenaran.
Jadi, saya kembali ya, pada waktu murid-murid melihat Yesus Kristus yang ditangkap, mereka punya reaksi itu sangat-sangat kontra sekali dengan setelah mereka melihat Yesus Kristus bangkit. Atau andai kata seperti ini ya, kalau Bapak, Ibu tidak pernah tahu ada Yesus-nya di situ, Bapak, Ibu melihat mereka yang hanya memberitakan tentang Kristus, Bapak, Ibu akan melihat ada satu perubahan besar di dalam kehidupan murid-murid. Dari seorang yang penakut, yang menyembunyikan diri yang tidak berani mengatakan kebenaran di hadapan umum, dan yang hidup di dalam, mungkin, kengerian dan kegentaran, sekarang tiba-tiba beda. Pokoknya perkataan Tuhan ditaati. Apa yang sebelumnya mereka lakukan secara tersembunyi, sekarang secara terbuka mereka menyembah kepada Tuhan dan mengumumkan kepada semua tuan, bahwa Yesus adalah Tuhan. Lalu sebelumnya mereka mungkin ada hidup dalam kegentaran seperti itu, sekarang mereka dengan sukacita yang sangat besar sekali menaikkan pujian di hadapan Tuhan dan bahkan berani lakukan itu di Bait Allah, yang notabene milik orang Yahudi yang menyembah kepada Allah, yang kepada Allah Abraham, Ishak, dan Yakub, dan yang mengajarkan Yesus bukan Tuhan.
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, apa yang membuat hal itu terjadi? Ada penyembahan, ada pujian yang di naikkan kepada Yesus Kristus, ada ketaatan yang kita bisa lihat, mereka kembali ke Yerusalem dan tunggu di Yerusalem sampai Tuhan memberikan Roh Kudus kepada mereka, dan di situ juga ada kalimat, “mereka sangat bersukacita sekali.” Mereka jadi orang yang berbeda, kenapa? Karena Yesus bangkit dari kematian, karena Yesus sungguh-sungguh naik ke surga dan duduk di sebelah kanan Allah Bapa, itu yang terjadi.
Jadi, mungkin kita perlu renungkan satu hal ya. Pada waktu kita membaca Lukas 24, kita bisa berkata bahwa, ini akhir dari perjumpaan murid-murid dengan Yesus Kristus. Pada waktu kita lihat Lukas 24, kita mungkin bisa berkata bahwa saat itu Yesus tidak ada lagi bersama dengan murid-murid-Nya, tetapi berkat-Nya menyertai mereka. Untuk apa? Untuk mengatakan bahwa, kisah Injil itu belum selesai. Murid-murid harus pergi mengabarkan Injil, dan tanggung jawab mereka dilakukan di mana? Dari Yerusalem, Yudea, Samaria sampai ke ujung bumi. Pada waktu kita baca Kisah Para Rasul pasal yang terakhir 26, mohon tanya, kisah Injil sudah selesai belum? Belum. Tuhan masih memberkati kita untuk apa? Menjadi saksi Tuhan. Saya, kita ketika renungkan bagian ini, doa saya adalah kita menyadari tugas itu adalah tugas yang terus diteruskan di dalam kehidupan kita semua sebagai anak Tuhan. Gereja Tuhan di dalam dunia ini bukan cuma supaya kita bisa beribadah dan diselamatkan di dalam Kristus, tetapi supaya Saudara dipakai Tuhan untuk menjadi saksi Tuhan dan meneruskan apa yang Tuhan perintahkan kepada para Rasul pada waktu Yesus Kristus hidup. Tuhan kiranya menolong kita ya. Baik, biarlah hari kenaikan Kristus kita boleh sungguh-sungguh menyadari, Dia adalah Raja kita, Dia adalah Tuhan kita, Dia adalah Pribadi yang terus menyertai kita sampai ke ujung bumi demi untuk mengabarkan dan menjadi saksi Kristus. Mari kita berdoa, ya.
Kami kembali berdoa bersyukur Bapa, untuk peristiwa Engkau naik ke surga. Dan kami boleh memperingati pada hari ini. Kami sungguh bersyukur Bapa, bahwa anak tunggal-Mu itu tidak Engkau biarkan mati di dalam kubur, tapi Engkau bangkitkan pada hari yang ketiga dan bahkan Engkau terima kembali di sisi-Mu. Dan kami boleh melihat Bapa bahwa pekerjaan penebusan yang Yesus Kristus lakukan, itu adalah pekerjaan yang benar, pekerjaan yang diperkenan oleh Engkau, pekerjaan yang sungguh-sungguh boleh memberikan kepada kami pembebasan dari kuasa dosa dan hidup yang kekal. Kami mohon ketika kami memperingati hari kebangkitan Kristus, kami boleh sungguh menjadi seorang anak Tuhan yang mengerti akan tanggung jawab kami, mengerti ada Tuhan yang boleh terus menyertai kami dengan kuasa. Kuasa yang bukan kuasa biasa, tapi kuasa yang telah membangkitkan Kristus dari kematian, kuasa dan berkat yang diberikan yaitu hidup Tuhan sendiri bagi diri kita dan kuasa untuk boleh membuat berhasil segala sesuatu yang Tuhan kehendaki. Kami rindu ya Tuhan, Engkau boleh sertai gereja-Mu ini, Kau boleh berkati, dan Kau boleh pimpin pelayanan yang dilakukan, dan biarlah setiap anak-anak-Mu di sini boleh menjadi saksi Tuhan Yesus yang secara berani dan penuh sukacita dan syukur dan hati yang penuh penyembahan kepada Tuhan, menjalankan apa yang Tuhan kehendaki. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus kami berdoa. Amin. (HS)