Paulus di Malta
Kis. 28
Pdt. Dawis Waiman, M. Div
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kita sudah melihat sebelumnya bahwa keberadaan Paulus di Malta itu adalah sesuatu yang diakibatkan oleh hembusan angin yang menerpa perjalanan kapal mereka menuju kepada Roma. Tapi pada waktu itu mereka tidak memiliki satu kemampuan untuk mengendalikan kapal mereka, sehingga yang terjadi adalah kapal mereka harus terdampar di Malta. Nah, kenapa pada waktu itu mereka terdampar, saya percaya ketika kita membaca Kitab Suci dan itu dimasukkan ke dalam bagian ini dan apa yang dikatakan malaikat Tuhan kepada Paulus, di malam ketika seluruh awak kapal, penumpang kapal itu ada di dalam keputusasaan, karena sudah 14 hari mereka tidak melihat matahari, langit begitu kelam, angin begitu besar, ombak begitu tinggi yang mengombang-ambingkan mereka di tengah-tengah lautan pada waktu itu, Tuhan berkata kepada Paulus melalui malaikat, “jangan takut karna semua orang yang ada di dalam kapal ini akan selamat.” Kenapa mereka selamat? Bukan karena mereka layak untuk selamat, tetapi karena ada Paulus dan rencana Tuhan di dalam Paulus yang harus digenapi, yaitu dia harus pergi ke Roma.
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, banyak yang menafsirkan saat itu Paulus juga ada di dalam kondisi sepertinya putus asa. Kenapa putus asa? Karena kapal pada waktu itu bukan seperti kapal, seperti zaman kita ini, ada motor, ada propeler, ada diesel atau mesin, ada bahan bakar yang membuat mereka, walaupun diombang-ambingkan oleh laut yang besar ombaknya itu, tetapi paling tidak ada sedikit kontrol yang mereka masih miliki. Tapi pada waktu itu mereka tidak punya baling-baling, tidak punya motor yang mengendalikan baling-baling itu dan mereka hanya bergantung kepada kayu dari awak kapal dan juga layar yang mengandalkan tiupan angin. Sehingga ada waktu hempasan badai begitu besar, mereka terpaksa menurunkan seluruh layar itu, menarik semua kayu itu dan mereka hanya seperti sebuah papan yang ada di tengah badai yang begitu besar sekali. Itu sebabnya tadi saya katakan, saat itu seluruh penumpang dari awak kapal itu ada di dalam kondisi yang berputus asa, kemungkinan juga Paulus dalam kondisi seperti itu, tetapi kemudian malaikat Tuhan muncul dan berbicara kepada Paulus, “jangan takut, seluruhnya akan selamat, hanya kapal yang engkau tumpangi itu akan kandas atau karam”. Yang dikorbankan hanya kapalnya itu.
Jadi ketika mereka tiba atau terdampar di pulau Malta, itu bukan sesuatu yang karena kebetulan, bukan karena soal yang di luar daripada rencana Tuhan, tetapi Alkitab menyatakan bahwa hal itu ada di dalam rencana Tuhan. Tujuannya untuk apa? Tuhan atau Lukas mencatat hal-hal ini, yang akan kita bahas berikutnya, yaitu Tuhan ingin kita belajar satu hal bahwa di dalam Tuhan memberikan satu tugas kepada seorang anak Tuhan dan ketika seorang anak Tuhan betul-betul ingin menjalankan tugas itu di dalam kehidupan mereka dengan bertanggungjawab dan betul-betul di dalam takut akan Tuhan, maka Saudara tidak perlu takut. Tuhan akan melindungi, Tuhan akan memberikan pemeliharaan-Nya kepada kita dan Tuhan akan menyertai kita dengan kuasa-Nya di dalam menjalankan Tugas itu.
Tugas apa? Alkitab berkata tugas dari orang percaya itu ada 2. Pertama adalah menjalankan mandat budaya, termasuk nikah dan melahirkan anak dan mengelola alam. Yang kedua adalah mandat Injil. Dan di antara 2 mandat ini, panggilan kita adalah yang paling utama, saya tetap katakan “memberitakan Injil”. Di mana kita menjalankan mandat budaya kita, maksudnya adalah di situ Injil harus dinyatakan. Makanya Yesus Kristus sendiri secara khusus berkata, sebelum Dia naik ke surga,
“Pergi dan jadikanlah semua bangsa ini murid-Ku dan baptislah mereka di dalam nama Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus.” Itu adalah tanggung jawab kita sebagai gereja Tuhan, itu adalah tanggung jawab yang membuat kita ada di tengah-tengah dunia ini sampai hari ini. Itu yang membuat kenapa GRII ada di kota Yogyakarta ini dan kota-kota yang lain, supaya kita menjadi saksi Kristus. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan apa pun yang menjadi pekerjaanmu, termasuk Saudara yang sedang studi, Saudara harus melihat bahwa keberadaan kita di satu kota tertentu, itu bukan satu kebetulan yang Tuhan kehendaki, bukan hanya untuk menggenapi apa yang menjadi mandat budaya kita tetapi Tuhan menggunakan mandat budaya itu dan kita yang diberikan satu tanggung jawab, satu talenta dalam hidup kita untuk mengerjakan mandat budaya itu sesuai dengan apa yang Tuhan berikan itu. Tujuannya untuk apa? Masuk ke semua lapisan masyarakat yang ada di dalam dunia ini dan menjadi saksi Kristus di tengah-tengah mereka. Itu tujuan kita.
Jadi saya lihat itu adalah panggilan yang utama sekali, yang begitu penting sekali, yang kita tidak boleh abaikan sama sekali dalam hidup kita. Tapi pada waktu menjalankan semua ini, bahaya itu ada, kesulitan itu ada, tantangan itu ada. Seperti siapa? Paulus yang menjalankan panggilan penginjilan yang Tuhan berikan kepada dia. Dia harus menghadapi orang yang menentang dia, dia harus menghadapi ancaman nyawa, dia harus menghadapi karam kapal, dia harus menghadapi badai yang besar, dia harus menghadapi serigala-serigala yang ingin memakan jiwanya atau tubuhnya, nyawanya. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan dalam kondisi kayak gini kita sering kali, mungkin bisa seperti Paulus yang merasa patah semangat, yang merasa tidak ada pengharapan untuk berjalan ke depan karena situasi sepertinya di luar dari kendali kita. Tapi pada hari ini saya mau ajak kita melihat ketika kita ada di dalam satu tugas untuk menjalankan panggilan Tuhan secara setia dalam hidup kita, jangan takut. Tuhan pasti memproteksi, Tuhan pasti memberikan pemeliharaan-Nya atas kebutuhan yang kita perlukan, dan Tuhan pasti akan menyertai kita dengan kuasa yang bersumber dari Tuhan sendiri.
Saya pernah mengutip ada satu pengkhotbah yang mengatakan seperti ini, ya, kalau Bapak, Ibu masih ingat di awal-awal dari pembahasan kita, “Selama tugas kita belum selesai, maka kita akan menjadi orang yang tidak mungkin mati, immortal.” Kenapa kita mati? Tugas kita selesai. Jadi kalau Tuhan masih ingin kita mengerjakan sesuatu dalam dunia ini, kayak Paulus, Tuhan izinkan dia mati tidak? Bahkan alam pun nggak berkuasa atas nyawa Paulus. Kenapa? Ada Tuhan dibaliknya, ada Tuhan yang memelihara Paulus dari semua ancaman itu. Pada waktu para prajurit pun ingin membunuh semua tawanan yang dibawa oleh tentara Roma pada waktu itu, mereka sudah ada di dalam kesulitan dan keputusharapan itu, Tuhan menjaga supaya semua tawanan itu tidak dibunuh karena di situ ada Paulus yang harus bersaksi ke Roma.
Jadi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya melihat Alkitab begitu jelas sekali membicarakan hal ini dan membukakan hal ini bagi diri kita ya. Kelihatannya luar biasa sekali ya. Kelihatannya sesuatu yang mungkin nggak akan terjadi kepada saya atau karena begitu luar biasa sekali, maka hal itu, itu mungkin khusus untuk Paulus. Tetapi sayangnya Alkitab nggak ngomong seperti itu ya. Alkitab bicara bahwa ini adalah satu kebenaran yang Tuhan berikan kepada semua orang percaya, yang ada di dalam Kristus. Kalau kita betul-betul setia di dalam menjalankan kita punya tugas panggilan. Kalau Bapak, Ibu pernah membaca di dalam kitab Mazmur, di situ ada satu kalimat yang mengatakan bahwa “Walaupun 1.000 orang rebah di sisi kiriku, 10.000 orang rebah di sisi kananku, pokoknya ribuan orang rebah di kiri dan kananku, aku tidak akan mati.” Di tengah-tengah perang konteksnya. Mengapa hal itu bisa terjadi? Apakah karena orang itu punya tameng kayak superman seperti itu, sehingga dia berjalan menuju kepada medan perang tanpa ada perlindungan sama sekali? Saya yakin bukan seperti itu, tetapi kalau dia akan mati dan dia harus mati, itu karena kehendak Tuhan. Tapi kalau dia tidak mati, itu bukan kehendak Tuhan di dalam hidup dia untuk mati. Ini menjadi satu hal yang kita harus pegang.
Nah, ini akan membuat, saya percaya kita akan punya satu damai di dalam hati kita ketika kita berjalan di tengah-tengah dunia ini. Ini akan membuat kita punya satu keberanian dalam hati kita untuk memberi kesaksian tentang Kristus walaupun ke sekitar kita sepertinya sangat tidak kondusif sekali untuk kita menyaksikan Kristus di dalam hidup kita. Karena kita tahu, semuanya, di balik itu ada Tuhan yang menjaga kita. Tetapi kita juga tidak menjadi pengontrol Tuhan. Tapi kita juga hidup berjalan di dalam hikmat, di dalam kegentaran dan takut akan Tuhan, serta mengandalkan Tuhan dalam hidup kita.
Nah, kalau Bapak Ibu masih ingat di dalam khotbah kita sebelumnya, di situ katakan pada waktu kita beriman kepada Tuhan, iman itu tidak meniadakan common sense. Pada waktu kita beriman kepada Tuhan, iman itu tidak meniadakan semua sarana yang Tuhan sediakan untuk kita bisa beroperasi secara normal di dalam kehidupan kita. Atau istilah lainnya adalah: Tuhan turut bekerja di dalam hal-hal yang natural dalam hidup kita. Dan Tuhan ketika bekerja di dalam hal-hal natural dalam hidup kita, kita harus bisa melihat yang natural itu ada kuasa Tuhan. Dan karena kuasanya bisa bekerja di dalam hal natural, kita seharusnya tidak selalu menuntut hal yang supranatural karena saya percaya hal yang supranatural itu adalah kalau Tuhan bisa bekerja di dalam hal natural dalam hidup kita. Saya agak muter-muter kayak gitu, ya. Tapi orang Kristen sering kali berpikir bahwa “Oh, kalau Tuhan memberkati berarti harus terjadi mukjizat dalam hidup saya”, “Oh kalau Tuhan menyertai berarti ada hal-hal luar biasa yang tidak dialami oleh orang-orang Kristen lain dalam hidup kita, di mana Tuhan intervensi langsung di hadapan mata kita”. Tapi Alkitab bilang “tidak”. Justru pada waktu kita bisa berjalan di tengah-tengah keadaan yang sepertinya Tuhan tidak ada, Saudara punya kekuatan, keteguhan, yang tidak membuat Saudara menyerah dan Saudara tetap berjalan dan Saudara tidak menjadi putus asa karena Saudara tahu ada tangan Tuhan yang mengendalikan hidupmu. Itu supranatural! Saya percaya ini yang kita perlu pelajari ketika kita berjalan bersama Tuhan di tengah-tengah dunia ini.
Nah, kita akan melihat satu per satu bagaimana kita bisa menarik satu kesimpulan kalau ketika anak Tuhan berjalan, menjalankan panggilannya, maka Tuhan akan melindungi, menyediakan segala sesuatu yang menjadi keperluannya atau memelihara dia dan bahkan Tuhan akan menyertai dia dengan kuasa di dalam pelayanan yang dia kerjakan. Yang pertama itu kita bisa lihat dari pada waktu Paulus ada di Malta. Menarik sekali, Paulus adalah seorang yang awal mula dikatakan sebagai tawanan. Tetapi tawanan ini, yang dianggap sepele oleh orang-orang yang ada di kapal itu dan bahkan prajurit-prajurit yang ada, kemudian menjadi orang yang sangat dihormati dan sangat didengar sekali perkataannya. Bapak, Ibu, masih ingat di dalam Pasal 27? Paulus pernah berkata kepada para prajurit itu untuk tidak meneruskan perjalanan karena pada waktu itu bulan sudah tidak baik lagi untuk meneruskan perjalanan. Mereka lebih baik berlabuh dan menunggu musim dingin berlalu baru meneruskan perjalanan. Tetapi para pasukan itu bersama dengan nakhoda kapal sependapat kalau mereka tidak akan tinggal di situ dan mengikuti nasihat Paulus tapi mereka akan meneruskan perjalanan, yang membuat mereka akhirnya terombang-ambing di tengah-tengah badai itu. Dan pada waktu itulah Tuhan mungkin menggunakan Paulus untuk mengonfirmasi kedudukan Paulus dan perkataan Paulus supaya dia menjadi orang penting pada waktu itu dan mendengarkan perkataan Paulus dengan cara Paulus mengingatkan kembali nasihat dia. Dan pada waktu itu Paulus kemudian memberikan satu hal yang kemudian menjadi iman yang dimiliki oleh Paulus, yang terwujud melalui perkataan yang Paulus katakan itu.
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ketika Paulus berkata bahwa, “Bukankah aku pernah mengatakan kepada engkau bahwa kita lebih baik berlabuh, tidak berjalan?” Itu bukan satu tindakan untuk menyalahkan. Kita perlu berhati-hati ketika ada seseorang mengatakan, “Ingat lho, dulu saya pernah mengatakan seperti ini.” Itu bukan harus dimengerti sebagai suatu tindakan untuk memojokkan kita. Kita sudah salah, lalu kemudian ditekan lagi. Tetapi Paulus mau mengkonfirmasi, “Dulu aku pernah berkata seperti ini. Betul, kan, perkataanku bener. Kalau andaikata engkau tidak mau ikuti perkataanku yang berikutnya, maka apa yang aku pernah katakan itu—sebelumnya—mungkin akan terjadi lagi. Atau peringatan yang aku berikan ini akan terjadi seperti peringatan yang sebelumnya aku katakan.” Manusia kadang perlu diperlakukan seperti itu ya supaya kita punya kerendahan hati sedikit untuk mau menerima nasihat dari orang lain.
Nah, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, Paulus lakukan itu. Sehingga dia menjadi orang yang didengarkan oleh kepala pasukan itu. Itu sebabnya pada waktu Paulus melihat, di antara dari awak-awak kapal itu ada yang ingin melarikan diri, Paulus ngomong, “Jangan biarkan mereka lari. Begitu mereka lari, kita semua mati.” Dia ngomong, “Potong tali sekoci. Biarkan sekoci itu terlepas di lautan dan tidak ada lagi penyelamat yang bisa menyelamatkan semua orang yang ada di dalam kapal itu dan biarkan mereka terombang-ambing.” Ketika Paulus berkata, “Kapal ini akan karam, tetapi kita semua selamat.” Kepala pasukan itu berkata bahwa, “Biarkan semua tawanan hidup. Jangan ada yang mati dibunuh.” Karena dia percaya, semua mereka akan selamat.
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, orang yang menjadi begitu penting, berdasarkan apa? Saya percaya itu juga karena ada penyertaan Tuhan yang membuat Paulus seorang tawanan dimunculkan. Dan ini juga menjadi salah satu dasar saya berani berkata, “Kita tidak perlu takut orang lain merebut posisi kita. Kita tidak perlu takut orang lain mencaplok bagian yang Tuhan berikan bagi diri kita. Kalau itu menjadi bagian kita, Tuhan ingin kita ada di dalam suatu kondisi yang kita inginkan itu maka Tuhan akan menjaga dan memelihara dan nggak ada satu orang pun yang bisa merebut itu dari diri kita.” Tapi fokusnya adalah untuk siapa? Kemuliaan diri atau kemuliaan nama Tuhan? Paulus lakukan itu demi untuk kemuliaan nama Tuhan. Maka Tuhan mendengarkan perkataan Paulus ini.
Lalu ketika dia sampai di Malta, ada satu hal yang menarik di situ. Dikatakan bahwa orang yang begitu dihormati dari 200 berapa orang? 276 orang itu, kemudian ketika sampai di Pulau Malta, lihat orang-orang Malta menyambut mereka dengan begitu baik sekali, dia juga langsung turut berbagian membaur untuk mempersiapkan api demi untuk menghangatkan orang-orang yang 276 itu yang ada di dalam kondisi yang dingin karena itu masuk musim dingin dan hujan. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau kita menjadi pemimpin, dihormati oleh semua orang, masih mau nggak ngurusin angkat koper, bersih-bersih gereja misalnya, melayani orang-orang yang ada sebagai seorang yang derajatnya sebagai pelayan? Saya lihat Paulus adalah orang seperti ini. Dia tidak melihat posisinya dan kedudukan dan kehormatan yang dia terima atau miliki itu, sebagai penghalang untuk melayani. Maka pada waktu dia melihat orang-orang yang ada di Malta, kemudian mengambil kayu, menghidupkan kayu itu supaya ada api unggun yang besar untuk menghangatkan 276 orang itu, Paulus kemudian mengambil ranting-ranting yang ada, mengangkatnya lalu kemudian turut membakar supaya api itu bisa terpelihara.
Tetapi di dalam, sekali lagi, mungkin rencana Tuhan, kita bisa katakan seperti itu, Paulus mengambil kayu, ranting yang di dalamnya ada ular. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, mengapa dia bisa ambil ranting yang ada ularnya? Kita nggak tahu. Alkitab tidak pernah memberitahu itu. Apakah Paulus ceroboh? Mungkin dia ceroboh. Tetapi ada yang menafsirkan juga, kayak gini, mungkin karena matanya sudah kurang awas. Apakah katarak atau segala macam, seperti itu. Tapi yang pasti adalah kalau kita baca di dalam Surat Galatia dan Surat Paulus, Paulus kelihatannya ada sakit yang dia bawa. Kemungkinan matanya yang nggak terlalu jelas, makanya di dalam suratnya dia pernah tulis, “Lihat, aku nulis dengan tanganku sendiri kalimat-kalimat yang sangat besar ini.” Mungkin ada faktor mata juga. Sehingga pada waktu dia mengambil kayu, ranting itu, dia nggak melihat ada ular di situ. Sehingga pada waktu dia pegang, dia lempar ke dalam api, ular itu keluar dan langsung menggigit tangan dari rasul Paulus ini.
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ular apa? Memang di Malta saat ini, katanya tidak ada ular berbisa dan ini membuat banyak orang—atau ada orang yang menafsirkan ini pasti sesuatu yang salah dari Kitab Suci, tapi kalau kita lihat respons dari orang-orang Malta sendiri terhadap peristiwa itu, maka kita akan berkata bahwa itu bukan sesuatu kesalahan. Yang betul-betul menggigit Paulus adalah ular berbisa. Ada yang ngomong itu adalah viper. Viper adalah ular yang sangat berbisa sekali. Begitu gigit, mungkin hitungan menit, Saudara sudah terkapar dan mati karena mengalami pembekuan darah akibat bisanya.
Tapi, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, yang terjadi adalah Paulus ketika melihat ular, mungkin dia kaget, dia kebaskan itu dan ular itu masuk ke dalam api. Dan ketika orang-orang menunggu dia mati, dia tidak mati. Kenapa saya bilang respons orang itu penting di situ? Karena mereka berkata seperti ini: “Dia pasti orang jahat karena walaupun dia lepas dari kapal dan kematian yang begitu mengerikan melalui badai itu, dewi keadilan tidak akan pernah melepaskan orang ini. Makanya, ada ular yang menggigit diri dia.” Jadi, ini yang membuat saya berkata bahwa apa yang dicatat oleh Kitab Suci itu adalah kebenaran. Nah, saya percaya pada waktu kita membaca Kitab Suci, hal ini harus jadi perhatian, ya, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan. Kita sering kali membaca Kitab Suci atau mendapatkan satu pandangan orang atau serangan orang terhadap diri kita, misalnya, “Oh, kebangkitan Kristus. Kenapa orang Kristen percaya Yesus sungguh-sungguh bangkit dari kematian? Kami nggak percaya Dia mati, tapi kenapa orang Kristen percaya?” Salah satu pembuktiannya gimana? Saya percaya, salah satu pembuktian yang penting adalah coba katakan bagaimana sikap dan respons murid-murid itu sebelum kebangkitan dan paska kebangkitan? Coba perhatikan, pada waktu orang berkata, “Apa yang membuat orang Kristen itu berkata Yesus adalah Tuhan? Kenapa begitu ngotot sekali menjadikan manusia sebagai Tuhan? Yesus sendiri nggak pernah berkata Dia adalah Tuhan.” Tunggu dulu! Coba perhatikan respons orang pada waktu Yesus berkata, “Aku dan Bapa adalah satu” itu bagaimana? Bukankah mereka ingin mengambil batu, lalu merajam Yesus mati karena alasan Dia walaupun manusia, menyamakan diri-Nya sebagai Allah atau sama dengan Allah.
Itu adalah respons-respons yang penting yang kita perlu perhatikan di dalam Kitab Suci. Jadi, pada waktu kita bicara ada orang mengatakan, “Nggak mungkin Paulus digigit ular berbisa karena di Malta tidak ada ular berbisa.” Perhatikan kalimat dari orang-orang Malta. “Dia pasti mati! Dewi keadilan tidak mungkin meninggalkan dia karena dia adalah penjahat besar.” Melalui apa? Peristiwa dia digigit ular berbisa itu. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kenapa hari ini tidak ada ular? Ya, mungkin saja karena masalah seleksi. Kalau saya ngomong seleksi alam dalam pengertian karena perubahan, mungkin situasi, keadaan, atau hal-hal tertentu yang kita tidak mengerti, ular berbisa itu kemudian tidak ada lagi di sana. Dan memang realita banyak binatang-binatang yang musnah kan? Jadi, itu bisa saja terjadi.
Tapi di balik peristiwa ini, saya mau angkat satu kebenaran yaitu apa yang membuat Rasul Paulus tidak mengalami kematian? Karena waktunya belum tiba. Bahkan, ular sendiri pun yang berbisa tidak bisa membuat dia mati. Mau baca ayatnya, nggak kalau anak Tuhan itu, kita akan dipelihara oleh Tuhan. Tetapi, ayat ini hati-hati membacanya, ya, karena kita harus lihat dari konteks bukan karena kita anak Tuhan, maka semua perkataan Tuhan akan terwujud di dalam hidup kita. Ingat, ada rencana Tuhan apa di dalam hidup kita? Mari kita buka di dalam Markus 16. Markus 16:17-18, demikian firman Tuhan. “Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh.”
Saya pernah didatangi orang muslim, waktu dia mau ngajak dialog, kayak gitu. Lalu salah satu ayat yang dikutip ini, untuk membuktikan kalau Kitab Suci kita itu salah. “Maksudnya gimana?”, saya bilang. Kan di dalam Alkitab bilang orang Kristen kalau minum racun tidak mati, orang Kristen kalau digigit ular berbisa mati nggak? Nggak mati. Ayo kita buktikan. Dia ada bawa saya ke arah situ. “Jadi bener kan Pak kalau Kitab Sucimu itu salah, karena apa yang jadi realita sekarang, kalau Bapak digigit ular mati kan, kayak gitu. Sedangkan Alkitab bicara nggak mati.” Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, hati-hati ya. Ini adalah tanda khusus yang mungkin kita bisa tafsirkan sebagai satu penyertaan Tuhan bagi orang-orang tertentu yang menjalankan tugas tertentu yang masih Tuhan ingin dia kerjakan di dalam dunia ini. Kalau hal itu benar, dia nggak akan ada yang bisa menghalangi. Tuhan betul-betul akan melindungi diri dia.
Sebenarnya kalau kita baca di dalam kisah hidup sekarang ini, mungkin Bapak, Ibu bisa melihat kesaksian dari orang-orang tertentu yang mengatakan bahwa dia adalah misionaris. Lalu ketika dia melayani sebagai seorang misionaris, dia betul-betul menghadapi bahaya yang mengancam hidup dia. Tetapi kemudian Tuhan memelihara dia, sehingga dia tidak mengalami kematian karena ada tangan Tuhan dan mukjizat Tuhan yang menyertai hidup dia. Misalnya saya ambil contoh satu kisah cerita ya. Ada seorang yang diutus untuk menjadi misionaris yang pergi ke daerah Amerika Selatan. Dia namanya adalah Bruchko. Bruchko ini adalah seorang misionaris yang dipanggil oleh Tuhan sejak usia 19 tahun untuk pergi ke suku Motilone yang ada di Amerika Selatan. Dan suku ini adalah suku kanibal, atau suku yang suka membunuh orang-orang yang berkulit putih, sehingga pada waktu si Bruchko ini datang ke sana, dia mengalami kesulitan yang besar juga di dalam pelayanan. Kadang dia pernah dipanah, dia pernah mengalami sakit, dan dia nyawanya terancam, tetapi karena panggilan dia sebagai seorang misionaris jelas sekali kepada suku Motilone ini, maka dia bisa bertahan. Tapi akhirnya suatu hari pada saat dia mulai memenangkan suku ini, dia mengalami suatu sakit. Tiba-tiba orang-orang suku itu berkata kepada Bruchko, dia ngomong kayak gini, “Brocke, saya iri deh sama kamu.”, “Kenapa?”, “Gimana caranya mendapatkan mata seperti kamu miliki yang indah sekali.”, “Maksudnya gimana?”, “Matamu kuning lho.”, “Kami nggak ada yang mata kuning di sini. Tolong kasih tahu gimana caranya punya mata yang kuning.”
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ketika Bruchko mendengar itu, dia sadar satu hal dia pasti sakit. Dan sakit yang berkaitan dengan warna kuning adalah? Liver. Dia terkena hepatitis. Sampai suatu ketika dia sudah tidak kuat lagi, bahkan berdiri pun dia tidak mampu, melambai tangan pun tidak, akhirnya ketika dia ingin mencari pertolongan, dia minta orang-orang suku itu membantu dia. Dan kebetulan sekali pada waktu itu ada helikopter yang terbang di atas. Dan pada waktu dia melambai untuk memanggil helikopter itu dia nggak kuat lagi. Dan akhirnya orang-orang suku itu membantu memanggil helikopter itu dan kebetulan helikopter itu melihat dan mendarat. Pada waktu mendarat, kebetulan sekali di dalam helikopter itu ada seorang dokter yang pernah bertemu dengan si B Bruchko ini ketika dia pertama kali ke suku ini. Lalu dokter itu bilang, “Engkau sakit parah sekali, cepet-cepet dibawa ke rumah sakit. Dan sampai di rumah sakit dia divonis, “Umurmu tidak lebih dari 6 jam.”
Lalu Bruchko ini berkata, “Nggak, aku pasti keluar dari rumah sakit ini.” Kenapa? “Karena Tuhan memanggil aku untuk melayani suku Amerika Selatan itu. Aku jelas sekali panggilan Tuhan untuk melayani di sana.” Bapak Ibu yang dikasihi Tuhan 6 jam berlalu, minggu berlalu, dia sehat. Dia masuk ke dalam suku itu lagi tapi baru beberapa hari di dalam suku itu pedalaman tiba-tiba dia merasa nggak enak lagi. Dadanya sakit, air seninya itu berwarna hitam, akhirnya dia sadar dia sakit lagi, dan kemungkinan mati. Tapi dia karena sadar bahwa panggilan Tuhan itu kuat dalam diri dia, dia kemudian malam itu berdoa kepada Tuhan sebelum tidur, “Tuhan bukankah Engkau panggil aku ke suku ini? Aku berdoa menyerahkan kesehatanku kalau Engkau memang mau panggil tolong sembuhkan aku.” Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, apa yang terjadi? Besok pagi dia bangun, nggak ada lagi rasa sakit, air seninya sudah kembali normal. Dia sehat dan dia melayani lagi sampai berpuluh tahun ke depan. Dan suku yang dia layani akhirnya menjadi percaya dan bahkan menjadi misionaris-misionaris yang pergi untuk mengabarkan Injil. Mukjizat bukan? Mukjizat.
Kalau Bapak, Ibu mau baca cerita-cerita dari para misionaris, banyak cerita-cerita seperti ini yang Bapak, Ibu bisa baca. Tetapi pada waktu kita melihat seperti ini, bolehkah kita berkata, “Oh, ini bukti mukjizat masih ada”. Saya sendiri percaya mukjizat itu ada dan kalau Tuhan menghendaki mukjizat itu terjadi untuk memelihara hidup seseorang, khususnya ketika dia dipanggil untuk mengabarkan Injil, Tuhan bisa melakukan hal itu untuk menjaga secara khusus bagi orang itu. Tetapi Alkitab sendiri harus kita perhatikan, ketika berbicara mengenai mukjizat, hal yang pasti itu adalah bagi para Rasul. Para Rasul adalah orang-orang yang disertai dengan mukjizat Tuhan untuk apa? Mengonfirmasi kalau mereka adalah Rasul Tuhan yang Tuhan panggil untuk memberitakan Injil. Lalu orang-orang Kristen yang lain, para misionaris ini, bagaimana? Ya, sekali lagi, banyak nggak misionaris yang mati tanpa mukjizat? Banyak, loh. Misalnya John Elliot, baru sampai ke tempat ladang pelayanan dia, dipanah atau ditombak mati. Baru injakkan kaki, loh. Mati. Lalu ada misionaris yang pergi ke satu suku tertentu untuk melayani, perempuan. Tiba di sana bukan menyatakan Injil kasih Tuhan tapi dia diperkosa. Pulang dengan satu kekecewaan berat dalam hatinya. Tapi dia akhirnya dapat kekuatan untuk kembali melayani suku itu. Ada yang sampai di sana ingin melayani Tuhan tapi ketika dia bawa keluarganya tiba yang terjadi apa? Satu per satu, keluarganya, istrinya, anak-anaknya, mati karena sakit semua. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, nggak ada mukjizat sama sekali. Lalu kita mau mengatakan bahwa, “Mukjizat itu masih nyata, itu sebabnya saya pergi sebagai misionaris. Tuhan pasti memelihara dengan cara seperti itu.” Saya kira itu terlalu mensimplifikasi, ya. Tuhan nggak pernah menjanjikan hal itu secara spesifik. Tapi yang Tuhan janjikan adalah kalau engkau menjalankan tugas Tuhan dengan sungguh-sungguh dan Tuhan betul-betul ingin engkau menjalankan itu dan waktu Tuhan bagimu atau rencana Tuhan bagimu belum selesai, Saudara boleh yakin Tuhan akan melindungi dan nggak ada sesuatu yang bisa membahayakan hidupmu.
Itu yang pertama. Tuhan menjaga kita, Tuhan memproteksi kita, kalau kita betul-betul adalah orang yang ada di dalam rencana kehendak Tuhan. Kalau gitu mungkin Saudara ngomong kayak gini, ya, “Tapi Pak, kita kan nggak betul-betul tahu kebanyakan dari kita panggilan Tuhan dalam hidup kita apa.” Karena itu, hal yang bijaksana ngapain? Menjaga hidup? memproteksi diri? Saya nggak ngomong kita boleh naif, ya. Kita tetap menjaga kesehatan kita, menjaga nyawa kita itu baik, tapi saya juga mau ngomong kayak gini, “Kalau Tuhan ingin kita selesai, bagaimana pun cara Bapak, Ibu, Saudara menjaga diri, tetap ceritanya adalah The End, selesai.” Nggak mungkin kita bisa melarikan diri juga kok. Itu adalah kebenaran yang Kitab Suci nyatakan bagi diri kita, ya. Tuhan menjaga kita.
Yang kedua adalah Tuhan menyediakan apa yang menjadi kebutuhan dari anak-anak-Nya. Nah, bicara tentang penyediaan kebutuhan, banyak sekali cerita di dalam pelayaran dari Paulus bagaimana Tuhan menyediakan kebutuhannya. Kalau Bapak, Ibu, komparasi dengan Injil yang ada di Perjanjian Baru, yang Yesus ajarkan kepada murid-murid-Nya, Yesus pernah berkata seperti ini, “Seorang yang diutus oleh Tuhan ketika pergi dan tiba di satu kota tertentu, dan disambut di dalam kota itu, maka biarlah dia tinggal di rumah itu dan tidak pergi ke mana-mana lagi sampai tugas pelayanan dia selesai.” Biar orang itu yang akan memelihara dia. Itu adalah tanda dari pemeliharaan Tuhan dan janji Tuhan bagi orang yang melayani Tuhan. Tapi di dalam bagian ini apa? Kalau Saudara baca dari pasal yang ke-27, maka ketika Paulus pergi ingin berlayar, menarik sekali kepala pasukan itu, yang ketika berhadapan dengan seorang Paulus yang adalah penjahat itu atau penjahat politik itu, dia bisa izinkan Paulus bertemu dengan teman-temannya secara bebas lho. Lalu kemudian teman-teman Paulus itu memberikan kebutuhan yang Paulus perlukan sepanjang perjalanan dia di dalam kapal itu. Dan dia kembali lagi, dan dia berlayar. Seperti itu.
Lalu, pada waktu mereka semua sudah membuang barang-barang yang ada di dalam kapal, persediaan yang ada di dalam kapal karena ombak yang begitu besar yang membuat kapal itu akan tenggelam, seperti itu, ketika mereka sampai di Malta apa yang terjadi? Mereka mendapatkan hospitality. Mereka mendapatkan keramahan dari orang-orang Malta. Mereka mendapatkan pemeliharaan dari orang-orang Malta. Kemungkinan mereka diberikan satu persediaan makanan dari Gubernurnya yang adalah Publius itu. 276 orang bisa tinggal di Malta sampai ada kapal berikutnya yang datang untuk membawa mereka pergi dari pulau itu. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kok bisa? Saya lihat itu adalah bagian dari pemeliharaan Tuhan bagi anak-anak-Nya yang sedang menjalankan tugasnya. Tetapi ketika anak-Nya menjalankan tugasnya, Bapak, Ibu boleh perhatikan juga bahwa keberadaan anak Tuhan itu bukan cuma diberkati untuk diri dia saja tetapi untuk orang-orang yang ada di sekitarnya juga. Makanya 276 itu juga terpelihara.
Lalu ketika mereka berjalan dan tiba di Roma, apa yang terjadi? Bapak, Ibu bisa baca juga di dalam ayat yang ke-10, sebelum mereka berangkat, “Mereka sangat menghormati kami dan ketika kami bertolak, mereka menyediakan segala sesuatu yang kami perlukan.” Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kenapa bisa seperti itu ya? Kalau kita bandingkan dengan pasal 27, yang memberi itu siapa? Orang-orang Kristen. Wajar nggak orang-orang Kristen itu memberi segala kebutuhan yang para pelayan Tuhan perlukan? Saya kira sangat wajar sekali. Alkitab berkata bahwa salah satu ciri dari anak Tuhan adalah punya hati yang besar, hati yang baik untuk menerima para pelayan Tuhan dan mencukupkan kebutuhan mereka. Itu ciri anak Tuhan.
Tetapi menariknya adalah di sini orang-orang yang ada di Malta, sebelum Paulus pergi, itu kemudian menyediakan segala kebutuhan. Dan bahkan ketika mereka tiba di Malta itu memelihara hidup mereka. Ada yang menafsirkan seperti ini, kok bisa seperti itu ya, berarti yang namanya kebaikan itu bukan hanya ada pada anak Tuhan dong. Di luar anak Tuhan juga ada kebaikan. Yang namanya melakukan satu kebenaran itu bukan hanya anak Tuhan dong. Yang di luar dari anak Tuhan juga melakukan kebenaran dalam hidup mereka. Buktinya apa? Orang di Malta juga melakukan hal itu. Jadi kalau kita bicara hanya anak Tuhan yang ngerti kebenaran yang diselamatkan, betul nggak? Kayaknya nggak juga gitu ya karena Malta juga melakukan hal itu. Tapi hal ini kita bisa mengerti dari anugerah umum Tuhan. Di dalam anugerah umum Tuhan, kalau kita bandingkan dengan Roma pasal 2, di situ Paulus katakan orang-orang tidak percaya Tuhan taruh di dalam hatinya hukum Tuhan, hukum kasih Tuhan atau hukum Taurat Tuhan. Dan ini membuat walaupun mereka tidak memiliki Taurat seperti yang dimiliki orang Yahudi ataupun orang Kristen, mereka turut melakukan hukum itu. Dan atas dasar hukum itulah mereka kemudian akan dihakimi oleh Tuhan.
Jadi pada waktu kita bicara tentang orang Malta ini, mengapa mereka menyambut Paulus dengan kebaikan, bukan makan mereka? Karena ada hukum Tuhan di dalam hati mereka yang membuat mereka mengerti di dalam relasi dengan orang lain mereka perlu melakukan kebaikan. Walaupun mereka mungkin tidak sadar satu hal bahwa kebaikan itu tidak sempurna, tetapi mereka turut bisa melakukan kebaikan itu dan itu sebabnya mereka butuh Paulus yang datang ke sana untuk memberitakan Injil kepada orang-orang yang ada di Malta ini.
Saya kira saya bahas dua poin ini dulu, nanti kita berikutnya baru bahas poin yang selanjutnya karena waktu kita tidak cukup ya. Jadi kenapa kita tidak perlu takut untuk melayani Tuhan? Karena Tuhan pasti menjaga, memelihara dan menyediakan apa yang menjadi kebutuhan kita. Tuhan tidak akan membiarkan anak-anak-Nya berada di dalam kekurangan. Amin? Itu adalah janji Tuhan. Tuhan memang tidak menjanjikan kita berkelimpahan, tetapi Tuhan menjanjikan kita cukup. Saya ngutip nggak apa apa ya, lucu di dalam KTB pemuda kemarin, “Saya nggak muluk-muluk deh yang penting Tuhan, cukup”. “Maksudnya gimana cukup?”, “Ya kalau saya mau beli HP ya ada uangnya”. Saya ngomong waktu itu, “Itu bukan cukup dong itu berlebihan dong”. Vikaris Lukman nyeletuk “Iya HP nya mungkin harganya berapa puluh juta”. Pokoknya semua yang kita perlukan, yang penting, berapa pun harganya, ada. Itu bukan cukup ya itu berkelebihan.
Cukup artinya apa? Cukup artinya apa? Ingat ayat kalau dalam kelebihan aku belajar menghargai, dalam kekurangan aku mencukupkan diri, itu cukup nggak? Cukup. Yesus pernah berkata “Manusia tidak hidup dari roti saja, tapi dari segala Firman yang keluar dari mulut Kristus Yesus”. Waktu Israel di padang gurun kenapa Tuhan suruh ambil manna itu cukup untuk satu hari? Kok nggak boleh dua hari? Hanya Sabat yang boleh ambil dua hari, tapi sebelum Sabat hanya satu hari. Di Perjanjian Baru ngomong “Supaya mereka belajar mencukupkan diri bukan hanya dari roti tapi dari Firman Tuhan”. Maksudnya apa? Maksudnya gini, waktu kita bicara cukup, cukup itu bukan semua kebutuhan saya terpenuhi tapi cukup itu bicara mengenai hidup saya terpelihara. Kalau saya bisa hidup, dan manusia bukan hidup dari segala materi yang kita miliki, kalau saya bisa hidup, kebutuhan dasar yang saya perlukan untuk hidup, itu adalah cukup yang Tuhan berikan, janjikan. Walaupun Tuhan berkata Dia akan memberkati lebih, seperti itu ya. Walaupun cukup tetapi Tuhan punya berkat biasanya lebih bagi kita. Tapi dasar sekali lagi, anak Tuhan dipelihara dari hari demi hari dengan kecukupan, Tuhan tidak pernah akan biarkan kita dalam kondisi yang kelaparan. Amin? Tuhan kiranya memberkati kita. Mari kita masuk dalam doa.
Kami bersyukur sekali ya Tuhan untuk firman-Mu, untuk kebenaran yang boleh Engkau bukakan bagi kami sehingga kami boleh dipersiapkan untuk menjalani kehidupan kami di tengah-tengah dunia yang begitu berdosa dan ada begitu banyak tantangan yang kami alami dalam hidup kami. Tolong kami ya Tuhan ketika kami menjalani hidup kami biarlah firman Tuhan yang telah kami dengarkan, yang kami pelajari, yang telah Engkau berikan bagi kami sungguh boleh melimpahi kami dengan prinsip yang membuat kami boleh belajar untuk berjalan dan punya satu pegangan atau ketenangan dalam hidup ini karena ada Firman yang menopang kami dan ada iman yang percaya kalau Tuhan menopang dan memelihara hidup kami. Sehingga hidup kami bukan hanya memikirkan apa yang menjadi kebutuhan fisik saja, tetapi kami boleh menyadari ada panggilan lain, yaitu untuk menjadi saksi Kristus di tengah-tengah dunia ini. Tolong kami ya Bapa, di dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa. Amin. (HS)