Paulus di Roma
Kis. 28:16-29
Pdt. Dawis Waiman, M. Div
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kita telah melihat bahwa perjalanan Paulus telah sampai di Roma. Sebelumnya, ketika ia menuju ke Roma, kita sudah melihat kalau Paulus mengalami satu bahaya di dalam perjalanan yang ia tempuh; kapalnya mengalami karam. Tetapi seperti yang malaikat janjikan kepada Paulus, bahwa semua orang di dalam kapal itu akan selamat maka semua orang yang ada di dalam kapal itu menjadi selamat karena Tuhan sudah memelihara mereka. Tapi di balik semua peristiwa itu, kita juga melihat bahwa ternyata walaupun karam kapal terjadi kepada Paulus dan orang-orang yang di dalam kapal, tetapi kelihatannya itu juga menjadi satu rencana yang Tuhan sediakan bagi Paulus untuk bersaksi bagi nama Kristus. Kenapa bisa begitu? Karena kalau kita melihat sejarah dari pelayanan Paulus, di mana pun dia pergi, di mana pun dia ada, dia selalu memiliki satu hati yang siap sedia untuk menjadi saksi Kristus.
Bapak, Ibu boleh melihat di dalam Kol. 4, di sini Paulus memberikan satu pemikiran dia kepada diri kita ya. Kol 4:5-6, “Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar, pergunakanlah waktu yang ada. Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang.” Jadi Paulus sepertinya adalah orang yang terus menanamkan di dalam dirinya supaya dia harus menggunakan setiap waktu yang ada, tidak boleh menghambur-hamburkan waktu yang ada dan memperhatikan perkataan yang disampaikan, jangan sampai dia mengucapkan satu perkataan yang hambar dan tidak dipenuhi dengan kasih. Karena apa? Karena bagi Paulus, kesempatan yang datang dalam hidup untuk memberitakan Injil itu tidak datang dua kali. Kita sering kali berpikir bahwa kesempatan melayani Tuhan, kesempatan untuk mengabarkan Injil, kesempatan untuk melakukan hal-hal yang penting bagi Tuhan itu adalah hal yang kita bisa ulur-ulur di dalam waktu kehidupan kita. Tetapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, Alkitab selalu mengajarkan kepada kita, pada waktu kita berbicara mengenai panggilan hidup sebagai orang Kristen itu memiliki satu tujuan yang Tuhan kehendaki dan tujuan yang Tuhan ingin capai dalam kehidupan kita, bukan sesuatu yang boleh kita ulur-ulur dalam hidup kita. Alkitab selalu menyatakan hari ini, saat ini, sekarang ini, di mana pun kita berada, perhatikan kata-kata kita, perhatikan bagaimana kita berelasi dengan orang, perhatikan apa yang kita sampaikan, adakah kata-kata kita dipenuhi dengan kasih akan Kristus atau tidak! Supaya apa? Supaya kita tahu memberi jawab kepada orang yang ada di sekitar kita, yang membutuhkan pertanggungjawaban kita.
Bapak, Ibu boleh perhatikan di dalam setiap tokoh yang ada di dalam Kitab Suci, ada satu hal yang menarik sekali yang Alkitab selalu catat dalam kehidupan mereka. Pada waktu Allah memanggil Abraham, apa yang terjadi? Abraham langsung keluar dari Ur Kasdim. Pada waktu Abraham berhenti di Haran, satu waktu, sampai ayahnya meninggal dan ketika Tuhan memanggil dia kembali, dia langsung pergi, dia tidak menunda-nunda sama sekali. Pada waktu Allah meminta Abraham untuk mengorbankan anaknya, Ishak, di atas gunung Moria, dia langsung pergi keesokan paginya untuk mengorbankan Ishak di atas gunung Moria. Pada waktu Allah meminta Yusuf untuk pergi menikahi Maria, Alkitab mencatat Yusuf seorang yang takut akan Tuhan, dia tidak menunda untuk satu bulan kemudian atau satu tahun kemudian baru menikahi Maria. Saya yakin sudah terlambat. Tapi dia esok harinya langsung datang menghadap Maria dan keluarga lalu menikahi Maria. Saya percaya ini adalah satu ciri dari anak-anak Tuhan yang takut Tuhan. Yesus Kristus pernah berkata, selama hari masih siang, kita harus bekerja, ada waktunya ketika hari menjadi gelap dan tidak ada kesempatan untuk melayani Tuhan.
Tapi kalau mau ditanya seperti ini, kapan waktunya gelap tiba dalam hidup kita? Pernahkah kita berpikir lebih jauh akan hal ini? Kapan waktu malam itu tiba? Kapan disebut waktu malam? Mungkin kita bisa tafsirkan saat kita sakit, saat kita kena stroke, saat kita tidak lagi bisa berbicara, saat kita mengalami koma, saat kita mengalami kematian atau saat kita tidak mau dipakai oleh Tuhan lagi dalam kehidupan kita. Tapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saat itu kapan? Kapan saat itu? Kita suka pikir masih panjang, masih lama, tetapi sebenarnya tidak. Kemarin di Pemuda saya ada bicara satu orang penginjil, dia menulis di dalam satu puisi yang dia tulis berkaitan dengan judul “Esok Hari”. Lalu di dalam puisi itu dia ada banyak berbicara mengenai hal-hal yang berkaitan dengan harapan dari orang itu akan esok hari. Tetapi di akhir dari kesimpulan puisi yang dia tuliskan, faktanya, walaupun dia memiliki keinginan untuk melakukan ini dan itu di esok hari dalam hidup dia, dengan begitu banyak rencana yang dia rencanakan dalam hidupnya, tapi faktanya esok hari dia mati.
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, siapa yang tahu kalau kita masih hidup 10 tahun lagi? Siapa yang masih tahu kalau dia hidup 20, 30 tahun lagi? Atau jangan-jangan kita yang hari ini sehat dan baik-baik, nanti malam kita sudah dipanggil Tuhan. Nggak ada yang tahu akan hal itu. Jadi itu sebabnya pada waktu kita mengerti firman Tuhan, ada satu prinsip yang selalu Tuhan ingatkan bagi diri kita dan orang-orang kudus ingatkan bagi diri kita, setiap kali ada kesempatan, jangan buang waktu itu untuk bersaksi bagi nama Tuhan. Dan saya percaya ini yang menjadi prinsip hidup dari Rasul Paulus sendiri. Ketika dia tiba di satu kota tertentu, ada kesempatan untuk memberitakan Injil, dia pasti menyatakan Kristus. Pada waktu dia ada di dalam keadaan bebas, pada waktu dia ada di dalam keadaan yang di penjara, dia tidak melihat itu sebagai satu halangan bagi diri dia untuk membagikan Injil Kristus dalam hidup dia. Pada waktu dia mengalami satu keadaan yang berbahaya, dia jadikan kesempatan itu menjadi tempat, ladang di mana dia memberitakan tentang kebesaran kuasa dari Tuhan dia, termasuk pada waktu Paulus mengalami karam kapal dan bahkan mungkin salah satu alasan- kalau Bapak, Ibu baca di dalam perjalanan Paulus dari Malta menuju ke Roma di dalam ayat yang ke-11 itu ada dicatat seperti ini: “Mereka menaiki kapal dari Aleksandria yang selama musim dingin berlabuh di pulau itu. Kapal itu memakai lambang Dioskuri.” -kenapa Lukas memasukkan kata “lambang Dioskuri” di dalam kapal itu?
Menarik sekali, kalau kita telusuri Dioskuri itu adalah satu lambang dari dua dewa kembar, yang satu adalah Castor, dan yang satu adalah Pollux. Mereka adalah dua dewa yang digambarkan di dinding kapal itu, ditaruh di situ. Tujuannya untuk apa? Mereka percaya kalau ada 2 dewa itu, maka perjalanan mereka di dalam perjalanan kapal itu akan dipelihara oleh Tuhan. Nah, rata-rata pelaut akan menunjukkan logo itu di dalam kapal mereka. Ada yang menafsirkan kayak gini. Nggak tahu, ya, pada waktu Paulus dan orang-orangnya pergi menuju Roma bersama dengan para prajurit, di tengah jalan ketika mereka mengalami gelombang yang besar yang menghancurkan kapal mereka dan membuat mereka terdampar di pulau Malta itu ada gambar logo Dioskuri atau tidak. Kemungkinan ada, tapi pada waktu logo itu ada di situ, ternyata dewa yang mereka percayai sebagai penolong dan pemelihara mereka di dalam perjalanan laut, ndak bisa menolong dan memelihara mereka. Tapi, pada waktu mereka menuju ke Roma, kembali mereka menaiki satu kapal yang ditulis dengan logo Dioskuri itu juga. Maksudnya apa? Nah, di sini menariknya.
Kita sebagai orang Kristen, kadang-kadang berpikir keadaan di sekitar kita itu menentukan kerohanian kita. Keadaan di sekitar kita itu menentukan berkat kita. Ambil contoh kayak gini. Pernah ada orang yang pernah ngomong sama saya, “Pak Dawis! Kalau Pak Dawis itu pergi makan di satu tempat, Pak Dawis tahu nggak kalau tempat itu pakai jampi-jampi atau hal pelaris seperti itu?” Saya ngomong, “Saya nggak mikirin, sih, Pak!” “Lho, kenapa nggak mikirin? Ya, kalau saya tahu, pak!” “Gimana cara tahunya?” “Kalau pakai pelaris, setelah doa, makanannya menjadi hambar.” Waktu itu, saya pikir ada lucunya juga, ya. Kalau makanan menjadi hambar kalau pakai pelaris setelah didoakan, berarti dia harus cicipi sebelum berdoa dan setelah berdoa, kan, baru tahu makanan itu pakai pelaris atau tidak. Tapi, ada orang yang datang ke dapurnya, dicek dulu mungkin supaya memastikan kalau jualan itu ada pelaris atau tidak. Tapi, mohon tanya, ya. Kalau pakai pelaris, lalu bagaimana? Cari tempat lain untuk makan? Begitu? Karena apa? Karena nanti saya menjadi najis begitu? Karena saya tidak lagi mendapat berkat Tuhan, maka saya ada di bawah kuasa dari si jahat itu? Begitukah?
Menarik sekali di dalam bagian ini, ketika Paulus pergi menuju ke Roma. Dicatat jelas-jelas, ini kapal dipersembahkan bagi dewa kembar itu. Ada logo Dioskuri di situ. Tapi, kenapa Lukas katakan, dia naik ke dalam kapal itu? Mungkin kita bisa pikir nggak ada pilihan. Dia adalah tahanan dari orang Roma untuk dibawa ke Roma untuk supaya bisa naik banding di sana. Tapi, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ada juga yang menafsirkan kayak gini: Kenapa Lukas mencatat ini secara khusus? Karena mau memberi tahu, yang membawa Paulus menuju Roma itu bukan dua dewa itu, tetapi Tuhan.
Jadi, maksudnya adalah pada waktu kita berjalan sebagai orang Kristen, maka kita ndak perlu terlalu khawatir. Orang mau pakai pelaris atau nggak pakai pelaris dalam hidup kita. Orang itu mau pakai suatu kuasa apa di dalam kehidupannya dan kita ndak memakai kuasa itu. Itu nggak terlalu penting! Tapi, kita harus tahu bahwa Allah kita adalah Allah yang di atas semua kuasa yang ada. Kristus adalah Raja di atas segala raja. Kristus adalah Tuhan di atas segala tuhan. Kristus juga adalah Tuhan di atas semua iblis yang ada dan setan yang ada. Nggak ada yang bisa memengaruhi kehidupan dari orang Kristen kalau Tuhan tidak bukakan kesempatan itu bagi iblis untuk mencobai kita. Ini harus menjadi satu hal yang kita mengerti, ya. Kalau kita setiap kali menjalani hidup kita takut, “Oh, ini ada kuasa gelapnya! Saya pergi ke tempat yang lain. Oh, itu ada kuasa gelapnya!” Akhirnya, kita cuma pergi mampir orang-orang yang suci saja kayak gitu, yang sepertinya beribadah kepada Tuhan. Mohon tanya, di mana kesaksian kita? Di mana kesempatan kita untuk menyatakan Kristus dan kuasa Kristus dalam hidup kita? Saya percaya Paulus pada waktu dalam perjalanan itu, itulah menjadi suatu kesempatan untuk dia mengatakan bahwa Kristus adalah Tuhan, Juruselamat, Penguasa dari semua lautan yang ada, dan perjalanan yang mereka tempuh bukan karena kuasa dari dua dewa itu tapi karena kuasa dari Tuhan, Allah-nya Paulus yang menyertai mereka di dalam perjalanan itu.
Itu sebabnya kita bisa lihat di dalam perikop yang sebelumnya. Paulus dengan begitu berani bicara, “Tuhanku mengatakan kita semua pasti selamat, karena itu tidak boleh ada orang yang lompat ke dalam air untuk menyelamatkan diri. Tinggal dalam kapal ini.” Dia yang semula mengalah-mengalah untuk tidak berbenturan dengan pemimpin prajurit dan nakhoda kapal, tetapi ketika mereka semua sudah dalam kondisi yang panik dan tidak tahu lagi mau berbuat apa, dia bangkit berdiri dan dia berkata, “Jangan takut. Tuhanku sudah berkata, kita semua pasti selamat.” Nah, itu menyatakan Injil Tuhan.
Nah, setelah mereka tiba di Roma, apa yang terjadi? Alkitab berkata bahwa Paulus boleh meninggali satu rumah sendiri yang dia sewa sendiri di situ. Lalu pada waktu itu ada seorang prajurit yang ditugaskan untuk menjaga Paulus di sana. Dan pada waktu seorang ditaruh di dalam satu rumah sebagai seorang tahanan dari Roma, biasanya punya kebiasaan seperti ini: tangan dari tahanan itu akan diikat kepada tangan dari prajurit Roma. Tangan yang mana? Biasanya tangan kanan dari tahanan diikat kepada tangan kiri dari prajurit Roma dengan rantai. Kenapa begitu? Karena kalau ada macem-macem dari tahanan itu, prajurit Roma masih punya tangan kanan yang bisa cabut pedang dan segala sesuatu untuk membela diri atau menahan tawanan itu, tapi kalau tangan kanannya terikat dia mungkin akan kesulitan. Makanya dikatakan, “Tangan kanannya diikat dengan rantai dan diikatkan dengan tangan kiri dari prajurit Roma itu”. Selama berapa lama? Dua tahun. Tahu dari mana? Dari ayat yang ke-30 yang tadi kita tidak baca. “Dan Paulus tinggal dua tahun penuh di rumah yang disewanya sendiri itu; ia menerima semua orang yang datang kepadanya.”
Nah, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kenapa dua tahun waktu itu ditulis hanya dalam satu ayat saja? Saya nggak tahu, kenapa hal itu dilakukan oleh Lukas seperti ini. Waktu yang begitu panjang, apakah karena ini bukan sesuatu yang begitu penting? Hanya mau memberitahu kalau Paulus sudah tiba di Roma, lalu kemudian ketika dia di Roma ditaruh satu prajurit yang akan mendampingi dia sepanjang dua tahun itu dan kemudian yang lebih penting adalah dia kemudian menyoroti kesempatan untuk memberitakan Injil kepada orang-orang Yahudi. Kalau saya perhatikan, kelihatannya nggak seperti itu juga. Tetapi karena ini adalah satu ayat saja ditulis dalam Kisah Rasul, maka mungkin kita akan sering kali menganggapnya kurang penting. Tetapi kalau Bapak, Ibu perhatikan di dalam kalimat ini, saat itu Paulus sedang di penjara, ditahan di Roma. Dan Bapak, Ibu kira-kira bisa tahu di dalam Surat-Surat Paulus ada berapa surat yang ditulis dari dalam penjara? Ada empat. Satu adalah, hm? Efesus. Yang kedua? Filipi. Yang ketiga? Kolose. Yang keempat? Filemon. Ini adalah empat kitab yang ditulis oleh Paulus ketika dia ada di dalam penjara Roma. Dan kalau andai kata penjara dan waktunya itu adalah di saat ini, berarti kita akan mendapatkan begitu banyak hal mengenai sikap Paulus, pemikiran dia, harapan dia, iman dia, dan bagaimana dia bereaksi dengan orang-orang yang ada di sekitar dia, khususnya prajurit yang selalu mengikatkan tangannya kepada Paulus.
Ini saya pikir luar biasa sekali, ya, kalau kita memahami hal ini. Kalau kita lihat sekilas dari ayat 16 ini, lalu dengan kalimat terakhir saya—yang tadi saya katakan—Bapak, Ibu ada punya kepekaan lihat ada perbedaan kata nggak? Saya pertama bilang, “Kalau kita baca ayat 16, Paulus tinggal di dalam rumah sendiri bersama seorang prajurit yang mengawalnya”. Kalau dibaca kalimat ini berarti yang menjadi tahanan siapa? Paulus, ya? Yang menjadi orang yang berotoritas di situ untuk menjaga tawanan adalah prajurit itu. Jadi prajurit itu lebih tinggi sepertinya dari pada Paulus pada waktu itu. Tapi, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ada yang menafsirkan seperti ini juga, “Pada waktu prajurit itu tangannya diikatkan kepada Paulus, mungkin tidak dia satu kali 24 jam nggak pernah pulang ke rumah selama dua tahun untuk tinggal bersama Paulus”? Mungkin? Ada yang ngomong tidak. Capek, dong? Ada yang mengatakan, kemungkinan prajurit itu—ya, apa itu gantian itu—shift. Ada shift-shiftnya di dalam penjagaan. Jadi kalau pagi, misalnya satu hari kerja 8 jam. Pagi sampai tengah malam, ya, sampai misalnya atau jam 8 sampai jam 4 sore satu shift. Nanti jam 4 sore sampai jam berapa satu shift lagi. Nanti dari jam malem sampai pagi lagi itu satu shift lagi. Paling tidak satu hari ada tiga prajurit yang diikatkan bersama dengan Paulus. Dan selama dua tahun hal itu dilakukan. Artinya lebih tepat yang mana? Paulus yang ditahan dengan prajurit itu atau prajurit-prajurit itu yang ditahan bersama dengan Paulus?
Saya baca itu, suatu tafsiran ini menarik sekali dan saya sangat tergerak sekali. Yang bener adalah mungkin kalau prajurit itu kita ilustrasikan di dalam kehidupan keluarga, kayak gitu ya, taruhlah suami-suami di sini adalah prajurit itu. Lalu suatu hari dia mau pergi kerja lalu istrinya tanya, “Pah, Papah mau ke mana hari ini?” “Saya mau pergi menjaga orang Kristen yang namanya Paulus.” “Siapa dia?” “Dia katanya adalah Rasul yang menyebarkan iman Kristen” seperti itu. “Kira-kira gimana rasanya ya?” “Saya nggak tahu, tapi nanti setelah saya bersama dengan dia saya akan kasih tahu kamu, ya Mah, dia itu kira-kira seperti apa.” Mungkin akan ngomong seperti itu. Tapi, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, walaupun ini kayaknya sederhana, ya, kayaknya lucu, tapi pernah tidak berpikir seperti ini; semua orang yang ada di sekitar kita, mohon tanya, itu adalah orang-orang yang diikatkan kepada diri kita atau orang-orang itu yang atau kita yang diikatkan kepada orang itu?
Paham maksudnya? Maksudnya kayak gini, kira-kira di dalam 2 tahun prajurit bersama dengan Paulus, mereka akan menemukan apa pada diri Paulus? Yesus Kristus ketika di dalam Injil Yohanes pernah satu kali ketika Yohanes Pembaptis menunjuk “Inilah anak domba Allah yang menghapus dosa dunia”. Dua anak muridnya itu datang kepada Yesus Kristus dan berkata “Kami ingin tahu di mana Engkau tinggal.” Mulai hari itu mereka tinggal bersama dengan diri Yesus. Berarti pada hari itu juga mereka akan tahu semua aktivitas yang dilakukan oleh Yesus Kristus. Ya, kalau setiap prajurit itu sehari 3 prajurit yang menjagai Paulus, seperti itu, dan tiap hari dari pagi sampai malam ada bersama dengan Paulus, mereka pasti tahu apa yang dilakukan oleh Paulus kan? Dan pada waktu mereka hidup bersama dengan Paulus, kira-kira, kira-kira, ya, kehidupan Paulus layak tidak untuk dipelajari? Kehidupan Paulus layak tidak untuk dimengerti dan diikuti? Bangun pagi jam berapa, lalu setelah bangun pagi apa yang dilakukan. Apakah dia berdoa dulu. Apakah dia membaca kitab-kitab suci terlebih dahulu. Adakah kata-kata kotor yang keluar dari diri dia. Adakah kata-kata gerutu, ada kata-kata yang tidak merasa nyaman seperti ada kata-kata frustrasi yang muncul dari mulut dia. Bagaimana dia berdoa. Apa yang dia doakan. Bagaimana dia bertahan di dalam kondisi yang dipenjarakan yang telah yang, yang dia alami akibat orang memfitnah diri dia. Bagaimana dia menerapkan Firman Tuhan dan pengajaran Kristus, cinta kasih Kristus dalam kehidupan dia. Itu semua akan dilihat oleh orang, khususnya prajurit yang bersama-sama dengan dia, yang hidup 2 tahun bersama-sama dengan dia itu.
Misalnya ambil contoh, ya, Bapak, Ibu boleh buka Filipi pasal yang ke 2. Filipi 2:14, “Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan.” Kalau mau lanjut “Supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia.” Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, Filipi ditulis oleh? Paulus kan? Pada waktu Paulus menulis Filipi, dia duduk di meja, diam-diam dia tulis surat Filipi, kayak gitu, lalu dia kasih utusannya untuk pergi ke Filipi menyebarkan surat itu. Kebiasaan waktu itu nggak seperti itu, tapi kebiasaan pada waktu itu adalah seorang memiliki juru tulis, dia akan dikte, mengatakan kepada juru tulisnya, “Tulis ini.” Lalu dia ngomong secara terbuka. Prajuritnya di mana? Sebelahnya kan. Yang menderita itu siapa? Paulus kan? Tapi dia bilang “Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan.” Kira-kira prajurit akan ngomong apa? Ada 2 kemungkinan. Pertama “Iya ya, Paulus bener orang yang kayak gitu, apa yang dia tulis itulah diri dia.” Kedua, mungkin dia akan lihat, Paulus adalah orang yang mengajarkan sesuatu yang baik dan benar, walaupun saya lihat kadang-kadang mungkin dia bisa emosi dan segala macam, tapi dia berusaha menghidupi kehidupan seperti yang dia tuliskan itu.” Luar biasa nggak?
Yang kedua, Bapak, Ibu boleh buka dari surat Efesus, kita lihat kehidupan doanya ya. Efesus pasal yang ke-3 saja. Doa Paulus. Kita baca ayat 14 sampai ayat 21 aja, ya. “Itulah sebabnya aku sujud kepada Bapa, yang dari pada-Nya semua turunan yang di dalam sorga dan di atas bumi menerima namanya. Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih. Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah. Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita, bagi Dialah kemuliaan di dalam jemaat dan di dalam Kristus Yesus turun-temurun sampai selama-lamanya. Amin.” Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, yang membuat Paulus ada di dalam penjara adalah orang Yahudi. Tetapi pada waktu Paulus berdoa, apa yang dia doakan? Supaya siapa yang mengenal cinta kasih Kristus? Saya yakin dia bukan cuma doakan kepada orang-orang yang ada di Efesus, tetapi dia akan mendoakan orang-orang yang merupakan saudara seiman dari diri dia juga, orang-orang Yahudi, nanti kita bisa lihat Rom. 9. Dia ingin orang-orang tersebut mengenal betapa dalamnya kasih Kristus, tingginya, lebarnya, luasnya kasih Kristus itu dan ingin mengerti hikmat Tuhan.
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kira-kira apa yang dilihat prajurit itu dari kehidupan Paulus? Saya percaya mereka akan melihat, “Oh orang ini, walaupun begitu dimusuhi oleh sebangsanya, tapi dia tetap memiliki kasih kepada mereka dan mendoakan mereka.” Kalau mau ditelurusi lagi, Bapak, Ibu masih bisa melihat ada begitu banyak hal yang Paulus katakan. Dia adalah seorang yang selama dua tahun itu saya percaya menjadi berkat yang begitu besar sekali bagi para prajurit yang diikatkan kepada diri dia.
Sekarang saya mau tanya, Bapak, Ibu berani nggak, ada orang yang diikat ke tangan Bapak, Ibu setiap hari ke mana pun Bapak, Ibu pergi untuk bersama dengan engkau? Saya kok agak kurang berani. Tetapi apa yang dikatakan di sini mungkin perlu menjadi satu ujian bagi diri kita untuk menilai kembali apakah hidup saya itu menjadi terang bagi Kristus atau nggak? Apakah hidup saya menyatakan cinta kasih Kristus atau tidak? Apakah ketika orang melihat diri kita, dia akan melihat diri kita sebagai seorang yang ngomongnya Kristen tapi hidupnya penuh dengan kemunafikan, atau dia adalah orang yang betul-betul berusaha untuk menegakkan pengajaran Kristus dalam hidup dia? Siapa kita? Kita suka ngomong kita adalah orang yang percaya kepada Kristus, tapi mohon tanya, pada waktu Bapak, Ibu bertemu dengan para pelayan di restoran, apa yang dilakukan? Pada waktu Bapak, Ibu bertemu teman-teman yang ada di kuliah atau dalam pekerjaan, apa yang Bapak, Ibu lakukan? Pada waktu Bapak, Ibu bertemu dengan orang yang ada di parkiran mobil, apa yang Bapak, Ibu katakan? Pada waktu Bapak, Ibu bertemu dengan orang-orang yang di pinggir jalan atau tetangga rumah, apa yang Bapak, Ibu lakukan? Ingat baik-baik Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, Tuhan menetapkan kita bukan kita diikat kepada mereka tetapi mereka yang diikat kepada diri kita supaya mereka bisa melihat kesaksian hidup kita seperti apa, keluarga kita, dan iman kita melalui apa yang kita katakan, melalui apa yang kita perbuat, apa yang kita responi dalam keadaan yang kita alami dalam hidup kita.
Itu sebabnya pada waktu kita membaca Kis 28:16 ini saya rasa sayang sekali kalau kita lewatkan satu ayat ini begitu saja dengan tahu “Oh Paulus sudah tiba di Roma, sekarang dia ada di rumah sendiri, dia diberi kebebasan untuk tinggal di situ dan dia jadi tahanan selama dua tahun itu.” Saya melihat bukan Paulus yang menjadi tahanan, tetapi prajurit-prajurit itu yang menjadi tahanan Paulus. Mereka “dipaksa”, untuk mengikuti Paulus dan kehidupan Paulus, melihat gaya hidup dia, mendengarkan Injil yang dia tulis di dalam surat-suratnya mengenai Yesus Kristus, melihat sikap dia terhadap kawan sebangsa dan orang-orang percaya selama dua tahun itu.
Lalu setelah peristiwa ini Lukas kemudian mencatat di dalam ayat yang ke 17. Di ayat yang ke 17 dikatakan “Tiga hari kemudian, Paulus memanggil orang-orang terkemuka bangsa Yahudi dan setelah mereka berkumpul Paulus berkata “Saudara-saudaraku…”“ dan seterusnya seperti itu. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ternyata pada waktu Paulus ada di kota itu, dia tidak lupakan saudara sesuku bangsanya. Ini satu hal yang juga menarik ya Bapak, Ibu. Kalau kita perhatikan di dalam Kis. 24-25 terus sebelum dari pasal 24 itu, maka kita akan menemukan Paulus itu sebenarnya sudah tahu satu hal, kalau dia akan ditangkap di Yerusalem, dia akan dipenjarakan di situ dan dia akan diusahakan untuk dibunuh di situ. Dan dia tahu bahwa panggilan dia dari sejak mula dari Tuhan Yesus adalah untuk pergi dan jadikan bangsa-bangsa lain umat Tuhan kan. Bapak, Ibu boleh baca kembali pertobatan dari rasul Paulus. Tuhan sudah berkata kepada Paulus, dan Tuhan berkata kepada Paulus melalui Ananias untuk mengkonfirmasi panggilannya kalau dia adalah rasul yang ditentukan bagi bangsa-bangsa lain. Tapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, mengapa ketika dia dipanggil untuk kepada bangsa lain, saat dia tahu bahwa dia adalah orang yang akan ditangkap di Yerusalem, dihakimi di Yerusalem, difitnah di Yerusalem, dia tetap mau pergi ke Yerusalem? Padahal dia bisa langsung ke pasal 28 loh. Dan dia pergi ke Roma kalau dia langsung lompat ke pasal 28 sebagai orang yang bebas dan bukan tahanan. Tapi kenapa dia pergi ke situ?
Dan selain itu ada kata yang lain yang muncul “Setelah tiga hari.” Saya lihat ini juga satu hal yang menarik, kita bahas yang tiga hari terlebih dulu ya. Kalau kita perhatikan di dalam Kitab Suci, maka kata angka tiga itu bukan sesuatu yang baru muncul satu kali di sini. Ada beberapa tempat di mana angka 3 itu muncul, dari mulai Perjanjian Lama sampai ke dalam Perjanjian Baru. Contohnya di mana? Bapak, Ibu masih ingat peristiwa ketika Tuhan meminta Abraham mempersembahkan Ishak? Tadi saya kutip sedikit, Kejadian pasal 22, boleh buka, ya. Signifikansinya apa? 3 hari. Ayat 1 itu bicara, ”Setelah semuanya itu Allah mencoba Abraham. Ia berfirman kepadanya: “Abraham,” lalu sahutnya: “Ya, Tuhan.” Firman-Nya: “Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana.” Lalu ayat 3, ”Keesokan harinya pagi-pagi bangunlah Abraham, ia memasang pelana keledainya dan memanggil dua orang bujangnya beserta Ishak, anaknya; ia membelah juga kayu untuk korban bakaran itu, lalu berangkatlah ia dan pergi ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya.” Lalu ayat 4, ”Ketika pada hari ketiga Abraham melayangkan pandangnya, kelihatanlah kepadanya tempat itu dari jauh.” Itu 3 hari muncul di situ.
Kalau kita bicara kayak gini, mungkin kita punya pikiran, ”Ah, kebetulan aja kali, ya. Abraham jalan ke arah Moria dan di dalam perjalanan itu membutuhkan waktu 3 hari untuk tiba di tempat itu.” Pada waktu Paulus memanggil anak-anak Tuhan, itu mungkin dia pada waktu itu, kenapa ditulis 3 hari? Mungkin hari itu adalah hari pertama persiapan, nanti kedua ketemu sabat. Jadi, dia nggak bisa kerja kan? Lalu, hari ketiga baru dia memanggil orang-orang tersebut. Mungkin kita bisa ngomong seperti itu. Tapi kalau Bapak, Ibu perhatikan di dalam Kejadian 22 ini, kelihatannya kalau kita hanya stop di sini, kita akan berpikir itu bicara tentang kebetulan hari ketiga di situ, tapi boleh bandingkan dengan Hosea pasal 6. Hosea 6:1-2. “Mari, kita akan berbalik kepada TUHAN, sebab Dialah yang telah menerkam dan yang akan menyembuhkan kita, yang telah memukul dan yang akan membalut kita. Ia akan menghidupkan kita sesudah dua hari, pada hari yang ketiga Ia akan membangkitkan kita, dan kita akan hidup di hadapan-Nya.” Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, hari ketiga Dia akan bangkit dan kita akan hidup di hadapan-Nya. Ada hubungan, nggak? Kalau kita perhatikan dalam peristiwa Kejadian, kita akan menemukan bahwa kematian atau pengorbanan yang Tuhan minta dari Abraham itu adalah sesuatu yang merujuk kepada Anak Tunggal Allah, Yesus Kristus. Ishak yang mau dikorbankan tetapi tidak dikorbankan pada hari yang ketiga itu, yang diganti dengan anak domba, itu menjadi satu tipologi dari penebusan Kristus, kematian, dan kebangkitan Kristus, dan ini dikonfirmasi di dalam Hosea 6, ”Ketika Yesus datang, Dia akan menderita bagi dosa, mati dan bangkit pada hari yang ketiga.”
Lalu kalau Bapak, Ibu bandingkan lagi, misalnya Matius 12:40, ya. Matius 12:40, tanda Yunus, ya. Kita baca dari ayat 38 saja. ”Pada waktu itu berkatalah beberapa ahli Taurat dan orang Farisi kepada Yesus: “Guru, kami ingin melihat suatu tanda dari pada-Mu.” Tetapi jawab-Nya kepada mereka: “Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam.” Tiga hari itu muncul kembali. Nah, dari sini kita bisa simpulkan apa? Pada waktu Alkitab mencatat angka 3 dan diulangi beberapa kali di dalam Kitab Suci, itu ada signifikansi yang mau dinyatakan oleh Allah yang bukan hanya berbicara mengenai kebetulan hari itu hari yang ketiga. Tetapi, hari ketiga secara khusus mau menyatakan bahwa ada intervensi dari Tuhan sendiri di dalam sejarah keselamatan bagi umat manusia. Itu adalah angka 3.
Di dalam Kejadian kita menemukan bahwa itu adalah satu tindakan penyelamatan yang akan dikerjakan oleh Tuhan di dalam Anak Tunggal-Nya, Yesus Kristus. Di dalam Hosea, kita menemukan angka 3, berarti itu adalah saatnya Tuhan bekerja untuk memulihkan umat-Nya, dan Yesus Kristus mengonfirmasi diri-Nyalah yang akan mati dan dikuburkan selama 3 hari untuk menyelamatkan umat-Nya.
Jadi pada waktu kita baca Kisah 28:17, mungkin satu sisi kita bisa membaca “Oh, Paulus preparasi, setelah tiga hari dia utus untuk memanggil umatnya datang, atau orang-orang Israel menghadap diri dia.” Tapi Bapak, Ibu, Saudara, bisa nggak kita tafsirkan: “inilah mungkin saatnya Tuhan bekerja.” Dan kenapa di situ, ketika Tuhan bekerja, Paulus ingin orang Israel, tua-tua dari Israel, datang menghadap diri dia terlebih dahulu. Saya percaya sekali, dasarnya adalah bukan karena Paulus ingin berperang dengan mereka. Kenapa bisa ngomong kayak gitu? Karena ada kemungkinan kita bisa menyimpulkan Paulus ingin berperang dengan mereka, dari ayat 26-27. Dia mengutip kitab Yesaya untuk mengatakan: “Hai engkau, bangsa yang tegar tengkuk”, misalnya. “Mempunyai telinga tidak mau mendengar, tidak mengerti. Punya mata, tidak melihat. Hatimu telah menjadi menebal. Telingamu berat mendengar. Matanya melekat tertutup, supaya jangan mereka melihat dengan mata dan mendengar dengan telinganya, mengerti hatinya Lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka.” Lalu pergilah orang-orang itu dengan hati yang kacau dan ada yang marah, mungkin, ada yang gusar, ada yang bingung, ada yang percaya. Mau perang? Saya percaya, bukan. Tetapi ketika dia memanggil itu, dia mau menyatakan tindakannya memanggil itu, karena dia mengasihi bangsanya. Dan dia tahu cara kerja Allah adalah melalui Israel kepada bangsa-bangsa yang lain.
Itu sebabnya kalau saudara baca kalimat pertama yang keluar, ketika Paulus berbicara kepada umat Israel itu, dia nggak pakai istilah “hai kamu” atau apa. Tetapi dia berkata bahwa “saudara-saudaraku.” Saudara bisa lihat itu di dalam ayat yang ke 17, ya. Paulus berkata “Saudara-saudara, meskipun aku tidak berbuat kesalahan” dan yang lain-lainnya. Jadi kalau kita tanya motifnya apa? Motifnya adalah kasih. Kasih membuat dia berinisiatif untuk memanggil kaum sebangsanya, yang tidak percaya kepada Kristus, yang belum atau yang menolak Mesias. Itu adalah yang membuat dia datang dan memanggil kaum sebangsanya terlebih dahulu. Ya, kita mungkin bisa ngomong “itu kan yang di Yerusalem, yang di Roma belum.” Tetapi dia juga tahu kalau yang di Roma pun akan menolak.
Dan boleh buka dari Roma 9. Roma 9, saya ajak kita baca cukup banyak ayat, hari ini. Karena ini untuk mendukung kebenaran yang tadi saya katakan, ya. Roma 9, “Aku mengatakan kebenaran dalam Kristus, aku tidak berdusta. Suara hatiku turut bersaksi dalam Roh Kudus, bahwa aku sangat berdukacita dan selalu bersedih hati. Bahkan, aku mau terkutuk dan terpisah dari Kristus demi saudara-saudaraku, kaum sebangsaku secara jasmani. Sebab mereka adalah orang Israel, mereka telah diangkat menjadi anak, dan mereka telah menerima kemuliaan, dan perjanjian-perjanjian, dan hukum Taurat, dan ibadah, dan janji-janji. Mereka adalah keturunan bapa-bapa leluhur, yang menurunkan Mesias dalam keadaan-Nya sebagai manusia, yang ada di atas segala sesuatu. Ia adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya. Amin!”
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, apa yang mendorong Paulus begitu gigih untuk datang ke Yerusalem? Kenapa dia, ketika tahu kalau dia akan dikorbankan oleh orang-orang sebangsanya sendiri, tapi tetap mau datang ke situ? Dia ngomong “Bahkan kalau Tuhan ingin aku mati dan tidak masuk surga, tetapi bangsaku, kaum sebangsaku diselamatkan, aku mau pergi ke situ. Aku mau ngalami itu.” Saya nggak ada kata lain yang muncul, kecuali kalau Paulus itu mengasihi bangsa kaum sebangsanya. Ini namanya kasih. Kasih berinisiatif. Kasih itu mengorbankan siapa? Kasih itu mengorbankan siapa? Orang atau diri? Diri sendiri, bukan orang lain. Supaya orang yang tersebut boleh diselamatkan. Supaya orang tersebut boleh dipulihkan. Itu kasih. Dan menarik sekali, ketika Paulus bicara mengenai kasih, kasih itu juga tidak luput dari kebenaran. Karena pada waktu Paulus menjabarkan mengenai apa yang dia lakukan, yang membuat dia ditahan oleh Israel dan dibawa ke Roma, itu karena dia menaruh pengharapan seperti halnya orang-orang lain, dari suku Israel yang menaruh pengharapan kepada Mesias. Bukan yang lain. Jadi Paulus tidak mengajarkan iman yang berbeda daripada para nabi dan para rasul. Tetapi Paulus mengajarkan iman yang konsisten sekali dengan Wahyu yang Tuhan nyatakan di dalam Perjanjian Lama mengenai Mesias. Bapak, Ibu, boleh bandingkan dengan 1 Petrus 1. Di situ dikatakan para nabi pun, di dalam Perjanjian Lama, menyelidiki kapan, apa maksudnya, mengenai penderitaan dan kemuliaan yang akan dialami oleh Yesus Kristus.
Jadi, pada waktu Paulus memberitakan tentang siapa Yesus dan rela untuk mendapatkan dirinya di dalam penjara, karena dia setia kepada pengajaran atau pengharapan dari umat Israel. Dan semua orang tidak akan bisa dikatakan sebagai umat Israel yang sejati kalau dia tidak memiliki pengharapan yang sama seperti Paulus akan seorang Mesias yang akan datang. Tapi, yang jadi masalah di mana? Orang-orang Yahudi tidak berpikir bahwa Mesias itu adalah Yesus Kristus. Orang-orang Yahudi berpikir kalau Mesias itu pasti bukan Yesus, karena? Karena semua hal yang berkaitan dengan Mesias yang mereka mengerti itu bertolak belakang dengan Mesias yang ada, yaitu Yesus. Tapi Paulus ketika berbicara dengan mereka, dia mengkaitkan Mesias yang Alkitab nyatakan dengan Mesias yang ada di dalam historis sejarah manusia. Saudara bisa baca itu di dalam Roma 9:5: “Mereka adalah keturunan bapak leluhur yang menurunkan Mesias dalam keadaan-Nya sebagai manusia, yang ada di atas segala sesuatu.” Kok tahu Dia adalah Mesias? Karena Alkitab bicara! Dan bukti-bukti Dia hidup dalam dunia persis seperti yang Alkitab katakan mengenai Mesias yang akan datang itu. Itu yang Paulus katakan.
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, dari sini kita bisa pelajari apa, ya? Untuk menjadi orang yang bisa meyakinkan orang lain untuk percaya kepada Kristus perlu apa? Gampang nggak? Enggak gampang, ya? Saya tahu iman seseorang itu adalah pemberian Tuhan, anugerah dari Tuhan. Tanpa anugerah, nggak ada orang yang bisa meyakinkan seseorang. Tetapi, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kenapa di dalam Kolose 4 tadi Paulus bilang supaya kita setiap saat bisa mempertanggungjawabkan iman kita? Berarti ada aspek yang harus menjadi hal yang kita kerjakan, kan? Bukan cuma berdoa meminta orang itu menjadi percaya tetapi ada satu hal yang kita harus lakukan untuk orang itu bisa menjadi percaya; yaitu meyakinkan! Tapi pada waktu kita bicara untuk meyakinkan seseorang, gampang nggak? Enggak gampang! Perlu apa? Perlu apa? Mengerti Alkitab dan mengerti bukti-bukti yang mendukung kebenaran dari Alkitab, dari Pribadi Yesus, ya, saya bilang. Atau maksudnya adalah bisa membuktikan kalau orang yang kita katakan Mesias itu adalah seperti yang Alkitab katakan.
Mohon tanya, Bapak, Ibu di sini kalau ada orang Islam, Buddhisme datang, Hinduisme datang, bicara dengan Saudara, “Kasih tahu dong kenapa engkau percaya kepada Kristus? Apa buktinya Dia adalah Tuhan? Apa buktinya Dia adalah Juruselamat? Kami nggak mengakui Dia Tuhan. Kami hanya mengakui Dia adalah seorang nabi.” Bapak, Ibu ngomong apa sama mereka? Saya sedih sekali orang Kristen yang katanya memiliki iman yang benar, bahkan pengetahuan imannya kalah sama Saksi Yehova! Saya sedih sekali waktu saya adakan seminar di, sebenarnya saya, banyak orang yang bicara hal yang baik, tapi ada satu Ibu yang ngomong kayak gini. Dia berdiri, dia ngomong, “Pak! Bapak ngomongnya kok kayak sulit sekali, ya? Allah Tritunggal itu sederhana loh Pak! Saya dari kecil itu bukan orang Kristen, tapi ketika saya di sekolah Kristen ini, saya belajar. Guru saya mengajarkan tentang Tritunggal. Saya pertama nggak bisa ngerti, betul-betul nggak bisa mengerti. Akhirnya guru saya menggunakan ilustrasi. Itu kayak lampu strongking loh.” Ada, ada apa? Ada cahayanya. Ada panasnya. Ada apa lagi? Ya, ada lampu terangnya di situ. “Itu Tritunggal. Ketika saya dijelaskan tentang itu saya langsung paham, oh Tritunggal itu benar.” Bapak, Ibu setuju? Waktu itu, waktu mepet saya nggak mau perdebatin aja, padahal itu ilustrasi yang salah tentang Tritunggal.
Tapi, Bapak, Ibu, kita sering kali berpikir, “Kenapa sih jadi orang Kristen harus susah-susah belajar Firman, ngerti doktrin? Cukup yang dangkal saja. Yang penting saya cukup percaya Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat! Selesai. Cukup. Saksi Yehova datang, mungkin Bapak, Ibu jadi Saksi Yehova. Enggak bisa! Paulus demi, kenapa Paulus dipakai luar biasa oleh Tuhan? Dia adalah salah satu tokoh yang menguasai, menguasai Taurat Perjanjian Lama dari Kejadian sampai Maleakhi. Saya pakai istilah di luar kepala. Saudara bisa baca seluruh surat dia. Bagaimana dia begitu lincah sekali mengkaitkan dari Adam, Abraham, sampai kepada Yesus Kristus. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kita perlu belajar hal ini, ya.
Yang terakhir, saya mau ngomong. Pada waktu dia approach kepada orang-orang Yahudi juga, karena kasihnya dan kebenaran, itu tidak membuat dia sembarangan di dalam berbicara. Kalau Bapak, Ibu perhatikan di dalam Kisah Rasul 28 tadi, kita sebagian besar di sini sudah baca semua, kan? Yang dari peristiwa Paulus ditangkap, ya, sampai akhirnya dia dipenjarakan. Pertanyaannya adalah kayak gini: waktu Bapak, Ibu baca Kisah 28, ada perbedaan nggak dengan peristiwa dari pasal 24, 25 di dalam Kisah Para Rasul? Ada perbedaan yang cukup besar. Kalau kita baca di Kisah Para Rasul, kita menemukan hal yang dialami Paulus sesederhana itu tidak? Dia memberitakan Injil, lalu kemudian orang-orang Yahudi tidak suka, lalu utus prajurit menangkap dia, lalu masukkan ke dalam penjara. Lalu akhirnya Paulus naik banding, lalu pergi ke Roma. Nggak kan? Dia datang ke Yerusalem, dia difitnah di situ, ketika orang-orang datang mengerumun itu dia hampir mati di situ, kalau nggak ada prajurit yang datang berani menerobos masuk ke tengah kerumunan itu, untuk membawa dia pergi dan mengamankan diri dia. Pada waktu dia diperhadapkan dengan Mahkamah Agama dan orang-orang Yahudi, dia difitnah segala sesuatu dan dia berusaha membela dirinya yang menyatakan kalau dia percaya pada hukum Musa, dia tetap percaya pada ibadah dalam Bait Allah, dia tetap percaya bahwa sebagai seorang umat Allah perlu tunduk kepada pemerintahan, dan dia tidak memberontak melawan kerajaan Roma. Dan dia membuktikan kalau diri dia sama sekali nggak ada kesalahan yang layak untuk membuat dia ada di dalam penjara. Tetapi pada waktu dia bertemu dengan orang-orang Yahudi di situ, dia memperlakukan orang-orang itu sebagai Saudara. Dan menariknya adalah, dia hanya menceritakan garis besar peristiwa yang dia alami tanpa masuk ke dalam detail. Tetapi orang tahu bahwa dia dipenjarakan bukan karena kesalahan, tetapi dia dipenjarakan karena pengharapannya kepada Mesias.
Kenapa ini menjadi satu hal yang penting? Karena kita sering kali terpancing dengan pemikiran kalau kebenaran dan bukan kebohongan, itu berarti harus bicara detail. Alkitab nggak pernah memberi prinsip ini kepada kita. Mungkin ada moment kita bicara detail, tetapi bicara dengan hikmat, untuk membangun relasi, untuk menyatukan. Ada hal-hal yang harus kita filter, bukan berarti kita bohong, tetapi saya percaya itu bagian dari hikmat di dalam kita berbicara. Kalau andai kata Paulus langsung bicara, “tahu tidak, perlakuan orang Israel pada saya gimana? Saya hampir mati lho di situ. Mereka memfitnah saya dengan begitu rupa.” Waktu dia sudah bicara panjang lebar, Bapak, Ibu menarik boleh baca ayat ini ya, ayat 21, “akan tetapi mereka berkata kepadanya, kami tidak menerima surat-surat dari Yudea tentang engkau dan juga tidak seorang pun dari Saudara-saudara kita datang memberitakan apa-apa yang jahat mengenai engkau.” Jadi kalau sampai Paulus bicara seperti itu, yang menjadi pemfitnah dan membocorkan segala sesuatu adalah? Paulus kan. Orang belum tentu tahu lho. Dan pembicaraan jadi gimana? Mungkin jadi nggak enak. Tapi ketika Paulus bicara seperti ini, dia tahu mana yang harus dibicarakan, mana yang akan membangun, mana yang tidak membangun. Saya kira itu bagian dari hikmat yang Tuhan ajarkan bagi kita ya.
Jadi kasih itu harus menjadi motivasi kita, tetapi kasih tidak bisa mengesampingkan kebenaran tapi kebenaran juga kita harus dengan hikmat untuk bisa disampaikan. Jangan-jangan apa yang dikatakan sebagai kebenaran justru menghancurkan, bukan membangun. Saya nggak ngajar kita berbohong, tetapi pernah setan mengajar kebenaran untuk menghancurkan Yesus lho, “Eh, Yesus, jika Engkau Anak Allah, bener kan, lompat dari atas Bait Allah ini. Jika Engkau Anak Allah, punya kuasa kan? Ubah batu ini jadi roti. Jika Engkau Anak Allah, Engkau datang untuk menaklukkan dunia kan.” Tapi hati-hati, jangan-jangan ketika kita mengatakan kebenaran kita dipakai iblis untuk merusak pekerjaan Tuhan. Jadi ini menjadi satu hal yang Bapak, Ibu boleh gumulkan baik-baik. Saya bukan ngomong kita boleh berbohong. Saya bukan ngomong mulai hari ini white lies itu ada, saya juga ngomong bukan berarti ketika kita tidak menyatakan semua kita tidak menyatakan kebenaran. Seperti itu ya. Mari kita masuk dalam doa.
Bapa di Surga kami berdoa, bersyukur untuk firman-Mu bagi kami, ada banyak hal yang mungkin kami perlu belajar bertumbuh di dalam hikmat Tuhan yang lebih mendalam lagi, bukan dengan tujuan mengkompromikan iman kami, ketika kami bicara mengenai Kristus, itu adalah hal yang tidak mungkin kami boleh kurangi atau tambahkan di dalam apa yang kami katakan, yang membuat apa yang kami katakan tidak sesuai dengan Kitab Suci, tapi pada waktu kami berelasi untuk membangun suatu hubungan, untuk membawa orang mengenal Kristus, kiranya Engkau juga boleh memimpin kami di dalam berbicara dengan hikmat, untuk membangun relasi dan membawa orang itu datang ke dalam kebenaran kepada Kristus. Pakai hidup kami ya Tuhan, sebagai anak-anak Tuhan, yang bukan mengikatkan diri kami kepada orang lain yang bukan orang percaya, tapi biarlah setiap orang yang ada di sekitar kami, hidup bersama kami, orang tua kami, suami kami, istri kami, anak-anak kami, keluarga besar kami yang ada di sekitar kami, ketika mereka melihat kami, mereka boleh menjadi orang yang percaya kepada Kristus dan hidup di dalam kebenaran Kristus. Dan bukan melihat kami adalah batu sandungan dari kehidupan seorang yang percaya kepada Kristus. Tolong kami ya Tuhan, pimpin gereja-Mu ini bawa mereka hidup di dalam takut Tuhan, di dalam kebenaran dan kasih Kristus. Di dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa, Amin. (HS)