Doa Bapa Kami (10), 11 Agustus 2024

Doa Bapa Kami (10)

Vik. Nathanael Marvin, M. Div

 

Matius 6:13, ya, mengatakan, “Janganlah membawa kami ke dalam pencobaan.” Kita sudah hafal doa Bapa kamiKami, kita sudah merenungkannya mungkin di dalam kehidupan kita, dan hari ini kita akan melanjutkan perenungan kita dalam merenungkan tentang permohonan ini, ya. “Jangan membawa kami ke dalam pencobaan,” itu maksudnya apa?

John Owen mengatakan bahwa “pencobaan (temptation) atau godaan adalah sesuatu yang memiliki kekuatan ataupun kemanjuran untuk menarik pikiran dan hati seseorang dari ketaatan yang dituntut Tuhan darinya ke dalam dosa apa pun itu.” John Owen mengatakan bahwa “pencobaan (temptation) atau godaan adalah sesuatu yang memiliki kekuatan ataupun juga kemanjuran untuk menarik pikiran dan hati seseorang dari ketaatan yang dituntut Tuhan darinya ke dalam dosa apa pun itu.” Nah, ini adalah definisi John Owen tentang temptation atau pencobaan atau godaan. Baik kata “pencobaan” maupun “godaan,” ya, dalam bahasa Inggrisnya sama menggunakan kata temptation. Jadi, pencobaan itu apa? Segala sesuatu bisa menjadi pencobaan, bisa menjadi godaan, dan itu memiliki kekuatan maupun kemanjuran yang akhirnya menarik pikiran dan hati kita. Untuk apa? Untuk tidak taat kepada Tuhan, untuk melawan apa yang dituntut Tuhan, dan akhirnya kita melakukan dosa di hadapan Tuhan. Kita melawan Allah.

John Owen mengatakan bahwa temptation itu sendiri itu sebenarnya bukan dosa, ya. Pencobaan ataupun godaan itu bukan dosa, tetapi tujuannya adalah supaya untuk membuat seseorang jatuh ke dalam dosa. Sesuatu ini bisa apa pun, ya, Bapak, Ibu sekalian, baik naturnya baik maupun buruk, ya. Bisa pemberian atau berkat Tuhan pun itu bisa menjadi ”kutuk” kalau”. Kalau akhirnya kita pakai berkat Tuhan, kesehatan, uang, dan segala macamnya, untuk justru melakukan dosa. Terus, terus disebutnya apa? Sepertinya kutuk, karena apa? Karena itu kita jatuh dalam pencobaan, jatuh dalam sesuatu yang akhirnya membuat kita tidak taat kepada Tuhan.

Pencobaan itu segala sesuatu yang bukan Tuhan dan dapat menjadi temptation itu sendiri. Bila kebenarannya demikian, Bapak, Ibu sekalian, maka betapa kita harus hati-hati dan peka terhadap segala sesuatunya, di sekitar hidup kita. Apakah itu bisa menjadi pencobaan atau godaan dalam hidup kita atau tidak? Dan kita perlu mengevaluasi apakah hal-hal tertentu yang akhirnya membuat kita itu mudah untuk jatuh dalam dosa atau mudah untuk melawan Tuhan? Maka rasul Paulus dalam firmannya, tulisannya itu, pernah mengatakan, ya, ”ujilah segala sesuatu.” Nah ini bicara kita melawan pencobaan atau menganalisis apa sih yang bisa menjadi pencobaan dalam hidup kita, maka kita menguji segala sesuatu. Kalau memang sesuatu itu akhirnya menarik kita untuk jatuh ke dalam dosa, kita bisa hindari, ya. Kita bisa lawan juga bersama dengan Tuhan. Tapi kalau sesuatu itu tidak menarik kita untuk jatuh dalam dosa, kita bisa terima atau jalankan. Dan apakah itu menjadi pencobaan bagi orang tertentu atau kita, ya, yang lainnya itu bisa berbeda-beda.

Sesuatu itu punya power dan effectiveness yang berbeda-beda terhadap masing-masing hidup kita. Misalkan, ada orang yang ketika lihat uang, ya, dengar kata uang saja, ya, nilainya yang begitu besar, langsung hatinya jadi uang, matanya jadi hijau, pengen rasanya punya banyak uang, gitu ya. Tapi ada orang yang bicara soal miliaran, biasa aja. ”Apa sih itu miliaran, ya. NggakGak pernah merasakan punya uang miliaran juga nggakgak masalah dalam hidup saya.” Seperti itu, ya. Ada yang bagi orang tertentu itu menjadi temptation, pencobaan, godaan yang besar untuk apa? Cinta akan uang. Tapi ketika ada orang yang mendengar tentang uang atau mendapatkan tentang uang, biasa aja kok. NggakGak jadi temptation.

Baru kemarin saya pelayanan di rumah sakit di Solo. Saya iseng, ya, sudah ngobrol dengan pasiennya. Terus pasiennya memang mengeluh, sudah berapa hari di rumah sakit bosan, katanya, ya. Terus memang dia terkena serangan strok ringan, jadi sempat pelopelok sedikit, tapi nggakgak masalah. Sembuh dalam beberapa hari ketika harus mendapatkan suntikan dokter, berapa kali ya, mungkin 7 kali atau berapa kali. Lalu setelah ngobrol-ngobrol, setelah doa, saya tuh ingin menghibur dia supaya tidak bosan, gitu ya, di rumah sakit, dengan cara apa? Bertanya,. ”Pak, hobinya apa?” Dia mikir sebentar, bingung, mungkin dia nggakgak punya hobi, ya, nggakgak masalah, ya. Kalau nggakgak punya hobi, ya, tapi yang penting jangan sampai nggakgak punya Tuhan, nggakgak punya hati yang mencintai Tuhan. Terus dia pikir, dia sambil bercanda, ”Wah, kayaknya hobi saya tuh cari uang.” ”Golek duit”, itu bahasa Yunaninya, ya. Golek duit. “Oh iya, karena seumur hidup saya kerja, cari uang, cari uang terus.” Mungkin hobinya uang, tapi sambil bercanda., dan itulah ya.

Dan itulah ya, orangOrang bisa berpikir uang itu bisa menjadi sebuah berhala bahkan pencobaan yang begitu besar akhirnya melawan Tuhan. Ada yang punya banyak uang, tidak masalah. Maka Pdt.Pendeta Stephen Tong katakan, “Kalau kamu orang Kristen bisa kaya, kaya lah. Tapi untuk apa? Untuk kemuliaan Tuhan atau untuk cinta akan uang atau untuk memberhalakan uang?” Punya uang tidak salah, tidak punya uang juga nggakgak masalah. Yang penting tidak boleh cinta akan uang. Itu sudah dikatakan oleh rasul Paulus, ”Akar segala kejahatan adalah cinta akan uang.” Maka, kita harus koreksi diri kita, kita itu cinta akan uang atau tidak? Kalau cinta, bahaya. Dosa akar segala kejahatan, gitu ya. Sudah dicobai.

Ada lagi yang ketika lihat makanan, Bapak, Ibu sekalian, ya, wah sudah nggakgak bisa tahan diri, sudah stres, pengin makan makanan tersebut. Dan , dan itu semua bisa berbeda-beda. Ada yang tidak suka makan, nah ini juga aneh, ya. Tidak suka makan, padahal tubuhnya butuh makanan. Nah, itu jadi pencobaan juga, kenapa nggakgak suka makan? Ada yang sangat suka makan dan lain-lain.

Pencobaan atau godaan itu menarik pikiran dan hati seseorang agar tidak taat kepada Tuhan. Nah, itu pencobaan. Natur dari pencobaan adalah menarik seseorang untuk lawan Tuhan, dan semua hal bisa jadi pencobaan. Dan kalau kita mau kaitkan kesamaan dengan berhala, berhala pun bisa dari segala hal. Segala sesuatu bisa jadi berhala, kecuali Tuhan. Tuhan harus jadi nomor 1 dalam hidup kita karena Dia adalah pribadi yang utama. Jadi, letak dari pencobaan atau godaan ini adalah sebelum dosa. Sebelum matang, sebelum dibuahi, itu ada pencobaan, ya. Dan ini harus kita hindari, ya. Sebelum manusia melakukan perbuatan melawan Allah, ada temptation di depannya.

Pencobaan atau godaan itu menarik pikiran dan hati seseorang agar tidak taat kepada Tuhan. Nah, itu pencobaan. Natur dari pencobaan adalah menarik seseorang untuk lawan Tuhan. Dan semua hal bisa jadi pencobaan. Dan kalau kita mau kaitkan kesamaan dengan berhala, berhala pun bisa dari segala hal. Segala sesuatu bisa jadi berhala, kecuali Tuhan. Tuhan memang harus jadi nomor 1 dalam hidup kita karena Dia adalah Pribadi yang utama. Jadi, letak dari pencobaan atau godaan ini adalah sebelum dosa. Sebelum matang, sebelum dibuahi, itu ada pencobaan, ya. Dan ini harus kita hindari, ya.

Sebelum manusia melakukan perbuatan melawan Allah, ada temptation di depannya. Kita ingat Adam dan Hawa, ada godaan. Dari matanya sendiri tergoda untuk melihat buah pengetahuan baik dan jahat. Dari , dari iblis, digoda. Itu belum manusia berdosa, itu yatuh. Ya, belum berdosa. Adam dan hawa itu, waktu digoda itu, belum jatuh dalam dosa, kan? Ya, masih digoda aja, suruh makan. “Oh, iya.” Ada pencobaan. “Menarik kan, buah pengetahuan baik dan jahat?” Mereka belum melawan Tuhan, masih digoda. Tapi godaan dari setan, kepada hawa, terus hawa juga menawarkan kepada adam, ya, buah tersebut. Dan akhirnya membuat mereka betul-betul melawan Tuhan.

Ambil contoh lagi, ya, Bapak Ibu sekalian, ya. Kita lihat contohnya, kita punya perintah: “Ingat dan kuduskanlah hari Sabat.” Bapak, Ibu sekalian, 10 hukum Taurattaurat ini sebenarnya perintah khusus bagi orang Kristen, atau bagi non-Kristen juga? Coba kalau kita ingat ya, hukum pertama sampai keempat, bicara soal relasi dengan Allah. Hukum kelima sampai kesepuluh bicara relasi tentang sesama manusia, ya. Ketika Allah mengatakan “Jangan ada illah lain di hadapan-Ku!”dihadapanku!” Itu perintah hanya untuk orang Kristen, atau untuk orang non-Kristen? Terus ketika Tuhan mengatakan “Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, hormatilah orang tuamuorangtuamu,” itu perintah kepada orang Kristen, ataupun non-Kristen? Lalu, yang pertanyaannya adalah, mungkin bagi kita yang kebingungan adalah, hukum keempat: “Ingat dan kuduskanlah hari Sabat!” Itu perintah kepada orang Kristen atau non-Kristen? Jawabannya adalah, hukum Taurattaurat ini adalah,10 hukum Taurattaurat ini adalah hukum moral yang Tuhan perintahkan kepada semua orang, ya. Semua orang ini harus jalankan 10 hukum Taurat.taurat. Kalau tidak bisa jalankan, kamu tahu bahwa kamu berdosa di hadapandihadapan Tuhan.

Maka waktu kita bisa jalankan hari sabat beribadah, di tengah-tengah orang lain, sepedaaan. Tadi saya lihat di perjalanan, hari Minggu tuh banyak orang olahraga, ya. Kan libur, kan?  Mereka nggak ingat Tuhan, ya. Beribadah, terus ya maksudnya entertainment, dll, banyak. Banyak sekali tawaran atau pencobaan untuk tidak menguduskan hari sabat. ApalagiApa lagi sebagai orang Kristen, ya, yang mengerti bahwa “Oh, kenapa sih hari Minggu jadi hari sabat? Karena kita memperingati hari kebangkitan Yesus Kristus,” ya. Dan kemudian akhirnya banyak sekali orang yang tidak menaati hari itu. Hari di manadimana kita harus polanya, ya, “enam-satu”, kan. Enam hari kerja, satu hari istirahat beribadah kepada Tuhan, ya. Mungkin ada orang di luar Kristen yang menjalankan hal ini, bisa aja. Dia tidak kenal Kristus, tapi dia tahu enam hari kerja, satu hari istirahat. Cuma mereka tidak beribadah. Mereka cari Tuhan, tapi tidak kenal. Itu mungkin ada yang melakukan, sehingga hidupnya rasa nyaman. Karena melakukan hukum moral dari Tuhan.

Nah, hukum Taurat, 10taurat sebelum hukum Taurat yangtaurat yang tertulis, ditulis oleh tangan Allah sendiri itu . Itu harus dijalankan semua orang. Dan juga bagaimana kalau orang tidak punya 10 hukum Taurattaurat yang tertulis? Mereka punya hati nurani. Hati nurani yang bicara dalam diri mereka untuk coba menuruti 10 hukum Taurattaurat, meskipun pada dasarnya mereka tidak bisa taat sepenuhnya di hadapandihadapan Tuhan, karena mereka tidak punya Roh Kudus. Tetapi mereka punya hati nurani yang “Oh iya, nggak boleh bunuh orang. Nggak boleh berzinah. Nggak boleh iri hati.” Itu mereka sudah tahutau kok. Tapi mereka tidak punya pengenalan akan Allah yang sejati. Nah, betapa kita itu harusnya bersyukur, kalau kita sudah mengenal Kristus dan diberi 10 hukum Taurattaurat, yang justru ketika kita jalankan hidup kita itu, akan menikmati berkat Tuhan seumur hidup kita, ya.

Sayang sekali kalau orang Kristen malah tidak jalankan hukum Taurattaurat, ya. Kita diberikan anugerah begitu besar supaya untuk menikmati hukum Taurat, menjalankantaurat. Menjalankan hukum Taurattaurat dan juga mempengaruhi orang untuk menjalankan hukum Taurattaurat, supaya apa? Hidupmu lancar di bumi ini, tidak . Tidak banyak penderitaan akibat dosa atau melawan Tuhan. Nah, misalkan “Ingat dan kuduskanlah hari Tuhan!”, perintah!” Perintah ini, waktu kita ingat dan kuduskan hari sabat, sebenarnya kita sedang taat kepada Tuhan. Kita coba taat kepada Tuhan, tetapi banyak pencobaan atau godaan, yang dapat membuat kita tidak jalankan perintah Tuhan. Misalnya, apa, apa pun.apapun. Kita datang beribadah, terus kemudian tidak jadilah. Tidak mau ibadah karena apa? Karena ada orang yang saya tidak suka, ya, di gereja. Itu baru pencobaan, ya. Tetapi ketika kita katakan “Gara-gara ada orang yang saya tidak suka di gereja, saya tidak mau ibadah!” makaMaka kita sudah jatuh ke dalam pencobaan. Itu jujur. Kita jujur. Saya ada tidak suka sama orang, ya jujur aja. Mungkin itu dosa juga bisa, kan? Tetapi itu dipakai menjadi pencobaan yang lain, membuat kita tidak ke gereja. Tidak ibadah maksudnya. Tidak menguduskan hari sabat. Itu jadi dosanya dobel. Dari dosa, menjadi pencobaan untuk berdosa yang lainnya. Ya, jangan pikir uang yang bisabiisa dilipat gandakan. Dosa pun lipat gandanya banyak, kok, dalam hidup kita, ya. Ketika kita berdosa berkali-kali lipat. MundurMudur banyak sekali, dosa yang kita lakukan di hadapan Tuhan.

Kalau kita betul-betulbetul2 ya, kita nggak bisa rasa, kita tuh betul-betulbetul2 baik. Kita ini orang berdosa. Tapi kita orang yang dibenarkan dalam Kristus. Dibelas kasihaniDibelaskasihani oleh Allah. Gitu ya? Atau “AC-nyaACnya kedinginan.” Ini juga dingin ya, Bapak, Ibu sekalian ya.bapak ibu sekalia,ya. Udah nggak mau ke gereja ini lagi. Itu pencobaan. Kurang hangat katanya ya, gereja harus hangat, gitu ya. Dingin, bisa juga. Hal-hal kecil sepele juga ya. Atau mungkin “Wah, di gereja itu banyak mantan pacar saya. Pusing nanti saya kalau ke gereja itu.” Pindah, nggak mau, padahal gereja itu bagus, misalkan, ya. Sesuai dengan Firman Tuhan, dan benar, mendekati Alkitab, gitu, ya. Tapi karena itu, ya sudah, karenayaudah. Karena pencobaan itu kita lawan Tuhan, gitu ya. Jarak gerejanya jauh, malas, dan yang lain. Hobi, ya, hobi pun. Hobipun bisa menjadi pencobaan bagi hidup kita untuk melawan Tuhan. Bapak ibu sekaian , ppencobaan

Nah, Bapak, Ibu sekalian pencobaan atau godaan ini mirip berhala, tapi sebenarnya bukan berhala. Itu pencobaan, ya. Itu dari siapa? Dari iblis, dari kedagingan, dari dunia yang berdosa. Itu menjadi musuh rohani bagi kita, atau musuh Allah juga. Yaitu apa? Musuh Allah siapa? Penentang Allah? Iblis, penentang Allah adalah kedagingan kita, keberdosaan kita, dan juga dunia, komunitas dunia yang berdosa, yang mau melawan Allah, itu juga adalah musuh Allah. Musuhnya Allah, adalah musuh kita juga. Dan kita harus punya posisi yang jelas, ya. Kita berdiri di mana?dimana? Di pihak mana? Kalau memang Allah memusuhi sesuatu itu, maka kita pun harus ikut Allah. Kalau Allah mengasihi sesuatu itu, kita pun harus mengasihi sesuatu itu. Kalau berhala adalah sesuatu kita jadikan pusat hidup kita, yang bukan Tuhan, ya. Dan mengganti posisi Tuhan, yang seharusnya itu berhala. Sudah betul-betul dosa, lebih parah dari pencobaan.

Yakobus bukan katakan, “Berbahagialah kamu jatuh dalam pencobaan..”, bukan! Tetapi “..masuk atau menghadapi pencobaan-pencobaan yang tidak mungkin dihindari oleh kamu.” Berbahagialah, kenapa? Karena ada keuntungan-keuntungan yang Tuhan berikan. Jadi kita ingat natur pencobaan dan ujian, Bapak, Ibu sekalian. Ujian datangnya dari Tuhan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan iman kita. Pencobaan datangnya dari musuhnya Tuhan tujuannya adalah untuk menghancurkan atau membuat kita melakukan dosa di hadapan Tuhan.

 

Lalu bagaimana kita memahami doa ini? Yaitu “Jangan bawa kami ke dalam pencobaan”?Nah orang Kristen yang sungguh-sungguh, seharusnya kita tidak memiliki berhala, karena Alkitab mengatakan, “kamu tidak bisa menyembah kepada dua tuan.” Kalau Yesus Kristus, ya Yesus Kristus. Kalau kamu punya berhala yang lain ya bagaimana, sebetulnya kamu tidak sungguh-sungguh menyembah Kristus. Nah, orang Kristen tidak mungkin, kalau dia sungguh-sungguh ya, di hadapan Tuhan, dia itu betul-betul tidak mungkin punya berhala, dia punyanya Yesus Kristus. Cuman, bukan berarti orang Kristen itu pasti sempurna tanpa dosa. Nah ada orang Kristen yang betul-betul Kristen tapi akhirnya ya, karena dia tidak mau berjuang untuk taat kepada firman Tuhan, dia sering kali jatuh ke dalam pencobaan dan dia sering kali berdosa di hadapan Tuhan. Orang Kristen yang sungguh-sungguh pun dapat jatuh ke dalam pencobaan dan godaan, ya.

Dalam menghadapi pencobaan atau godaan, belum tentu orang Kristen bisa taat. Kita bisa jatuh. Nah itulah kalau kita sadar bahwa kita ini lemah, maka kita ingin menguatkan diri kita supaya tidak jatuh dalam pencobaan tapi bisa menang terhadap pencobaan. Maka bagaimana cara kita menghadapi dan menang atas pencobaan ini? Menang atas temptation ini? Selain di dalam doktrin anugerah gitu ya, okay semua anugerah Tuhan, ya kalau kita bisa taat kepada Tuhan, anugerah Tuhan. Kalau kita bisa menghindari pencobaan atau menang terhadap pencobaan itu pun adalah anugerah Tuhan. Yaitu semua anugerah Tuhan, kita tahu, hidup kita adalah anugerah Tuhan. Tetapi anugerah bukan meniadakan tanggung jawab manusia. Ya anugerah tidak boleh akhirnya menjadi sebuah hal yang adalah karena anugerah Tuhan ya udah kita santai-santai aja. Tidak berusaha menjaga diri, tidak berusaha gabung kepada komunitas yang baik, supaya kita tidak melawan Tuhan atau jatuh ke dalam pencobaan.

Nah salah satu cara untuk menang terhadap pencobaan adalah isi dari doa Bapa kami, “do not lead us into temptation”. “Jangan bawa kami ke dalam pencobaan.” Harapan kita, Bapak, Ibu, sekalian dalam khotbah ini adalah, kita bisa menghindari pencobaan sebelum pencobaan itu datang. Kalau kita bisa hindari, pencobaan ini datang kita hindari berarti kita sudah menang terhadap pencobaan sebelum berperang terhadap pencobaan. Lalu yang kedua bukan saja menghindari pencobaan andaipun tidak bisa terhindar, pencobaan ini datang ada pun harus kita hadapi, seperti Hawa mendengar suara setan, Adam dan Hawa mendengar suara setan ya, menggoda mereka berdua, andai pun harus mendengar suara setan, kita bisa menang karena kita percaya suara Tuhan. Nah itu adalah harapan kita di dalam khotbah ini ya.

Do not lead us into temptation”, itu maksudnya apa? Apakah berarti Allah yang membawa kita ke dalam pencobaan, Allah berarti suka mencobai kita, ya? Kalau kita renungkan ya betul-betul kalimat ini, “Tuhan, Bapa kami yang di Surga, jangan bawa kami ke dalam pencobaan.” Berarti yang bawa pencobaan itu siapa? Yang bawa kita ke pencobaan itu siapa? Tuhan dong? Ya memang betul ya tapi bukan dalam arti Tuhan itu sengaja, nih ya dapat pencobaan. lalu kita mohon, Tuhan jangan, jangan dorong-dorong saya untuk masuk ke dalam pencobaan sehingga saya tidak taat Tuhan bukan ya. Yakobus 1:13 mengatakan bahwa, “apabila seorang dicobai, janganlah ia berkata pencobaan ini datang dari Allah, sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat dan Ia sendiri tidak mencobai siapa pun.” Apakah Doa Bapa Kami dan Yakobus ini bertentangan satu dengan yang lainnya? Doa Bapa Kami katakan, “Tuhan jangan membawa kami ke dalam pencobaan”. Yakobus katakan Allah tidak mencobai siapa pun, jangan bilang bahwa kalau saya mendapat pencobaan ini, itu berarti asalnya dari Allah. Nggak boleh ngomong seperti itu.

Jadi bagaimana? Allah tidak mencobai kita. Karena apa? Pencobaan itu naturnya adalah untuk merusak kita, membuat kita tidak taat kepada Allah. Dan pencobaan itu betul-betul naturnya jahat ya, untuk kita akhirnya melawan Tuhan. Dan asalnya dari siapa? Dari musuhnya Allah. Itu pencobaan. Kalau Tuhan ngapain kita, Tuhan adalah mengizinkan pencobaan itu kita alami. Seperti Ayub. Ayub itu hidupnya benar, saleh, jujur baik gitu ya. Lalu iblis datang, izin kepada Allah untuk apa? Untuk mencobai Ayub, seizin Tuhan. Meskipun Tuhan sendiri yang pamer ya. Tuhan sendiri kan yang pamer. Kamu lihat nggak iblis itu Ayub, orangnya takut akan Tuhan, saleh, benar. Terus si iblis kan bilang, Ayub itu diberkati Tuhan secara materi, dia kaya, dia punya banyak anak, istrinya baik, sekarang aku ambil semuanya bagaimana? Ya, Iblis mau cobai Ayub. Maka Tuhan katakan “Saya izinkan.”

Nah ini, ketika kita merelasikan Allah dengan pencobaan, Allah itu tidak mencobai kita, Iblis yang mencobai kita, kedagingan yang mencobai kita. Dunia yang berdosa yang mencobai kita. Allah hanya mengatakan bahwa “Aku izinkan. I permit it, I allow it” sebagai bentuk bahwa Allah itu berdaulat. Dan ketika Tuhan mengizinkan pencobaan, Tuhan itu memandang kita seperti dosen yang menguji kita waktu sidang, ya. Saya menyidang kamu, kurang lebih ya. Menguji kamu. Bukan mencobai kamu supaya jatuh, tetapi aku menguji kamu lewat pencobaan ini, kamu bisa mendapatkan keuntungan-keuntungan apa. Nanti kita akan lihat Bapak, Ibu, sekalian, keuntungan-keuntungan yang pada akhirnya Yakobus juga katakan bahwa kamu berbahagialah kalau kamu bisa masuk ke dalam pencobaan-pencobaan. Bukan jatuh lho ya. Menghadapi. Yakobus bukan katakan berbahagialah kamu masuk dalam atau menghadapi pencobaan-pencobaan yang tidak mungkin dihindari oleh kamu. Berbahagialah kenapa? Karena ada keuntungan-keuntungan yang Tuhan berikan.

Jadi kita lihat natur pencobaan dan ujian Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ujian datangnya dari Tuhan, tujuannya adalah untuk meningkatkan iman kita. Pencobaan datangnya dari musuhnya Tuhan, tujuannya adalah untuk menghancurkan atau membuat kita melakukan dosa di hadapan Tuhan.

Lalu bagaimana kita memahami doa ini? Yaitu “jangan bawa kami ke dalam pencobaan”. Nah doa ini mengajarkan bahwa, Allah adalah Allah yang berdaulat dan Maha kuasa, tidakKuasa. Tidak ada hal dalam dunia ini yang terjadi tanpa seizin Tuhan, tanpa sepengendalian Tuhan, ya, apa. Apa pun itu. Baik dosa, penderitaan, maupun perang, ya. Sekarang pun Israel juga makin lagi perang. Itu dalam sekedaulatan Tuhan atau seizin Tuhan. Dan Dia Maha Kuasa! Dia bisa menghentikan perang dengan mudah! Dia bisa membuat bumi ini selesai dengan waktu-Nya sendiri.

 

Tapi kalau terjadi bagaimana respons kita? Respons kita adalah kembali ke Alkitab. Apa sih yang kita bisa kenal tentang Allah yang demikian ketika ada suatu fenomena terjadi? Justru itu membuat kita tuh merasa, “Wah, saya ini nggakenggak tahu apa-apa, ya soal Allah. Allah itu terlalu besar dalam hidup saya. Saya cuman bisa, ya udah yang penting hidup benar, hidup taat, melakukan Firman berdasarkan pertolongan Roh Kudus. Saya nggakenggak bisa apa-apa!” Mau bantu perang gimana? Kadang saya lihat gambar-gambar di media sosial itu begitu mengerikan, ya. Orang, anak-anak kecil terluka akibat perang. Terus ketumpuk, apa, reruntuhan gitu, ya. Anak kecil, gimana? Kita nggakenggak bisa apa-apa kok! Kita Itu mau bantu juga jauh. NggakEnggak ada biaya, nggakenggak ada apa, ya, nggakenggak ada dana dan lain-lain. Ya udah kita cuma bisa doa. Ya udah, kita doakan yang sedang menderita.

 

Nah, Allah kita adalah Allah yang mampu menolong kita untuk jauh dari pencobaan. Bukan jatuh, ya. Allah kita tuh berkuasa, maka kita mau berdoa, “Tuhan jangan izinkan saya itu menghadapi banyak pencobaan. Kalau Tuhan mau hindarkan, hindarkanlah. Lebih baik saya diuji Tuhan aja daripada saya dicobai oleh iblis atau dunia yang berdosa, saya diuji Tuhan.”

 

Nah, Bapak, Ibu sekalian, salah satu pengujian Tuhan, Tuhan berikan sarana apa? Gereja ini. Di gereja ini, harusnya –gereja lah, gereja pada umumnya, komunitas orang Kristen– bukan mau mendorong orang tuh lawan Tuhan. Ya sayang sekali kalau natur gereja akhirnya malah membuat orang tuh jatuh dalam dosa, ya. Karena apa? Hidup kita yang tidak beres! Bikin kita dicobai, “Wah orang ini nggakenggak benar!” Kita jadi marah-marah di gereja, misalkan, ya. Kita kemudian berkata-kata kasar di gereja. “Karena banyak orang yang tidak beres!” misalkan kayak gitu, ya. Tapi natur gereja tuh adalah menguji iman kita: “Saya setia nggakenggak sama Tuhan? Saya kenal nggakenggak Tuhan yang saya sembah?” Itu di dalam komunitas gereja. Jadi gereja itu adalah wadah pengujian iman kita: Apakah kita mau menjalankan Firman di tengah-tengah dunia yang berdosa ini dengan berkomunitas bersama dengan saudara seiman di gereja, kayak gitu, ya.

 

Allah menolong dan mengarahkan kita dapat menghindari pencobaan yang memang dapat dihindari dengan mudahnya oleh kita. Itu maksud dari doa ini. “Tuhan jangan membawa kami ke dalam pencobaan.” maksudnya adalah pencobaan itu ada yang bisa dihindari dan tidak perlu dihadapi. kalau bisa dihindari Kenapa dihadapi? gitu, ya.

 

Seperti Yusuf di rumah Potifar, ya. Yusuf di rumah Potifar hanya ada istri Potifar, ya disebutnya sekarang tante Potifar gitu, ya. Tante Potifar menggoda Yusuf. Dia menghadapi? “Saya kuat, saya kuat.” Sampai masuk kamar, berdua di kamar? “Saya kuat”? NggakEnggak! Dia lari dari pencobaan itu! Si istri Potifar berdosa, sudah pegang-pegang Yusuf gitu, ya. Yusuf lari! NggakEnggak perlu dihadapi itu. Itu peperangan yang pasti kita, pasti Yusuf pun tahu, “Wah saya kalah lah, saya pemuda.” Gitu, ya. Digoda oleh istri Potifar yang suka dandan, gitu ya. Udahlah, kalah. Maka di sini, ya, kita memohon ini dalam arti kalau bisa dihindari, hindari. NggakEnggak perlu kita menghadapi pencobaan yang begitu banyak karena kesalahan atau kebodohan kita.

 

Nah, Allah berdaulat ini dapat mengizinkan pencobaan terjadi dalam hidup kita. Bisa. Tapi Allah juga bisa membuat kita tuh terhindar dari pencobaan. Bukan cuman mengizinkan – ini Allah yang berdaulat, ya – Dia bisa izinkan, “Ayub hadapilah cobaan iblis! Itu ujian dari-Ku” atau Tuhan juga bisa katakan “Ayub, kamu Aku tidak izinkan dicobai oleh iblis. Iblis, diam aja!” Gitu, ya. Bisa. Bisa juga. Allah lebih berkuasa dari iblis kok, ya.

 

MakaPada itu kita bisa merenungkan Bapak, Ibu sekalian, ya, sebenarnya. Sebenarnya apa sih pencobaan atau godaan atau temptation yang begitu besar dalam hidup kita, yang membuat akhirnya kita selalu lawan Tuhan? Kalau bisa dihindari, hindari. Apakah itu mungkin ketersendirian kita? Sendiri di tempat kita, di kamar atau di rumah. Itu membuat kita tuh, “Wah, pengen lawan Tuhan. Pengen nggakenggak taat sama Tuhan.” Kemudian kita coba hindari, ya. Coba kalau bisa hindari, hindari, ya supaya kita tidak melawan Tuhan.

 

Daud jatuh dalam pencobaan seksual. Daud mungkin santai-santai, lihat perempuan mandi gitu, ya. Mungkin kalau bukan Daud yang melihat langsung “Wah!” Langsung tutup mata gitu, ya. Langsung, “Udah deh, nggakenggak lihat!” Tapi Daud lihat-lihat. Mungkin lihat yang pertama belum berdosa kan, nggakenggak sengaja kan? Ya, nggakenggak sengaja lihat perempuan mandi di bawah istananya. Terus dia nggakenggak lari kan? Dia terus diam di situ, nunggu-nunggu, mikir, “Boleh nggakenggak, ya raja kira-kira ambil perempuan itu?” Sambil mikir gitu, ya. “Kira-kira selesai ambil perempuan itu jadi istri saya boleh enggak, ya?” Terus coba cari tahu. Wah, itu sudah jatuh dalam pencobaan.

 

Saul jatuh dalam pencobaan takhta atau kekuasaan. Dia iri sama Daud yang akan jadi raja. Dia ingin bunuh Daud, dia jatuh dalam pencobaan. Pemuda yang kaya raya jatuh dalam pencobaan harta atau uang. Dites sama Tuhan Yesus. “Sekarang kalau kamu mau ikut Aku, jual seluruh harta milikmu!” Ini cuman tes aja                               sebenarnya, ya. “Lalu ikut Aku!” Pemuda yang kaya itu melihat “Wah, harta saya banyak. Jual itu, terus uangnya ke mana? Dibagikan? Saya nggakenggak punya apa-apa lagi.” Karena dia tidak betul-betul beriman atau menghargai Yesus Kristus, sehingga uang lebih penting. Anak bungsu jatuh dalam dosa antinomianisme. Dosa kebebasan. Ya, dicobai nih. “kalau kamu mau hidup bebas, seperti ini, nih.” Akhirnya dia lakukan. anak sulung jatuh dalam dosa kesalehan dengan usaha sendiri. “Saya kalau berusaha begini, pasti saya selamat. Saya berusaha begini pasti lebih rohani.” Menghilangkan anugerah Tuhan.

…tetapi biasanya Bapak, Ibu sekalian ya, kita jatuh dalam pencobaan itu urusannya atau dosa lah, kita jatuh ke dalam dosa biasanya masalahnya masalah ego kita. Iblis, dunia dan kedagingan sebenarnya berusaha untuk memuaskan ego kita, yang pada akhirnya membuat kita berdosa di hadapan Tuhan. Nah ini yang dari unsur dunia yang berdosa. Dan akhirnya yang mendasari kita akhirnya melawan Tuhan itu dosa keegoisan atau kedagingan kita sendiri. Iblis menggoda dari luar. Apakah waktu kita lakukan dosa, iblis yang lakukan dosa? Nggak. Iblis sudah berdosa, sudah jahat sejahat-jahatnya di hadapan Tuhan. Dia nggak ada kesempatan untuk bertobat. Nah iblis menggoda kita. Waktu kita lakukan dosa, apakah kita bisa salahkan iblis? “Iblis sih yang menggoda saya, sehingga saya lakukan dosa ini.” Ya kita bisa tahu bahwa kita lakukan dosa karena peran iblis, tetapi kita tidak bisa salahkan iblis karena saya lakukan dosa ini karena iblis. Nggak! Yang lakukan dosa itu kita. Masing-masing personal di hadapan Tuhan kan. Dosa itu pertama-tama adalah relasi kita melawan Tuhan. Iblis lawan Tuhan, kita lawan Tuhan. Iblis akhirnya menggoda kita untuk melawan Tuhan. Nah ini perbuatan jahat iblis, mencobai kita supaya kita jatuh.

Akhirnya kita yang egois, kita yang tidak memikirkan Tuhan, hidup kita yang tidak terpusat kepada Tuhan. Banyak sekali pencobaan terjadi dalam hidup kita, yang akhirnya kita jatuh dan akhirnya melawan Tuhan. Tetapi biasanya Bapak, Ibu sekalian ya, kita jatuh dalam pencobaan itu urusannya atau dosa lah, kita jatuh ke dalam dosa biasanya urusannya masalah ego kita. Iblis, dunia dan kedagingan sebenarnya berusaha untuk memuaskan ego kita, yang pada akhirnya membuat kita berdosa di hadapan Tuhan. Nah ini yang dari unsur dunia yang berdosa. Dan akhirnya yang mendasari kita akhirnya melawan Tuhan itu sebenarnya dosa keegoisan atau kedagingan kita sendiri. Iblis menggoda dari luar. Apakah waktu kita lakukan dosa, iblis yang lakukan dosa? Nggak. Iblis sudah berdosa, sudah jahat sejahat-jahatnya di hadapan Tuhan. Dia nggak ada kesempatan untuk bertobat. Nah iblis menggoda kita. Waktu kita lakukan dosa, apakah kita bisa salahkan iblis? “Iblis sih yang menggoda saya, sehingga saya lakukan dosa ini.” Ya kita bisa tahu bahwa kita lakukan dosa karena peran iblis, tetapi kita tidak bisa salahkan iblis karena saya lakukan dosa ini karena iblis. Nggak! Yang lakukan dosa itu kita. Masing-masing personal di hadapan Tuhan kan. Dosa itu pertama-tama adalah relasi kita melawan Tuhan. Iblis lawan Tuhan, kita lawan Tuhan. Nah iblis akhirnya menggoda kita untuk melawan Tuhan. Nah ini perbuatan jahat iblis, mencobai kita supaya kita jatuh. Akhirnya kita yang egois, kita yang tidak memikirkan Tuhan, hidup kita yang tidak terpusat kepada Tuhan.

Nah bahasa Yunaninya lagi seperti ini Bapak, Ibu, Saudara sekalian, “buru senenge dewe”. Itu bahasa Yunaninya. “Nggugu karepe dewe, nggolek menangesenenge dewe.” Ini unsur dosa pada mulanya, keegoisan. “Mburu senenge dewe”, mengejar kesenangan diri.sendiri. Ini adalah berhala diri kita. “Nggugu karepe dewe”, berbuat semau sendiri. “Nggolek menange dewe”, mencari menangnya sendiri. Saya sudah bisa bahasa Jawa ya. Nah kenapa orang cinta akan dunia? Cinta akan uang? Ego. Kenapa orang cinta takhtatahta, kekuasaan? Ego, diri lagi kan. Kenapa orang cinta akan seksual? Ego lagi. Semua bicara soal diri, diri dan diri. Semua orang yang berdosa berhalanya diri. Begitu ya, pertama kali adalah berhalanya diri. berhala nya diri. Terus kemudian pencobaan datang, dia jatuh untuk diri lagi kan.

Jadi hidup kita, hidup manusia itu bisa dibedakan dalam 2 klasifikasi saja Bapak, Ibu, Saudara sekalian, apakah hidup manusia itu egosentris atau teosentris. Sudah. Kalau mau bicara soal berapa banyak agama dalam dunia ini, hanya ada 2; teosentris atau egosentris. Kalau mau bicara berapa jenis agama ya, itu hanya 2 saja; religion of worksworld atau religion of faith. Kita agama itu mencari Tuhan, kebenaran, keselamatan karena pekerjaan kita yang jelas benar-benar berdosa, kain kotor, yang nggak bisa diakui oleh Allah. Atau religion of faith, kita mencari Tuhan, kita diselamatkan karena iman yang Tuhan berikan dalam hidup kita. Itu saja. Berapa banyak jenis kepercayaan kita bisa simpulkan, “Oh ini  egosentris. Lalu yang ini adalah teosentris.”

Itu banyak sekali ya Bapak, Ibu, Saudara sekalian, yang bisa menjadi pencobaan selain yang kita anggap netral di zaman sekarang ini juga yaitu apa? Handphone, film misalkan ya. Itu, itu bisa menjadi pencobaan membuat kita melawan Tuhan. Tetapi yang kita perangi, kalau kita ikut seminar kemarin ya Bapak, Ibu sekalian tentang, “The Foolishness of Smart People” itu, yang kita perangi adalah filosofinya. Ya kan, filosofi handphone, filosofi film itu apa, yaitu ingin cepat, mudah, nyaman. Padahal hidup kudus itu bagaimana? Apakah hidup kudus itu apakah bisa hidup cepat, mudah, nyaman? Nggak! Bertentangan semua ya. Bagaimana orang Kristen mau hidup kudus? Menyangkal diri? Wah, wah susah. Memikul salib? Wah, wah lama seumur hidup kita ya kita pikulmemikul salib. Terus mengikut Yesus? Nggak nyaman. Kita harus meneladani kehidupan Yesus Kristus itu tidak mudah.

HP juga Bapak, Ibu sekalian, itu bisa menjadi pencobaan bagi hidup kita untuk melawan Tuhan. Film juga sama. Baru-baru ini sempat diskusi dengan jemaat tentang film ya. Film Indonesia kan belakangan ini lumayan bagus-bagus ya, ada seni nya, ada suatu ya pelajarannya lah. Tidak seperti zaman dulu. Meskipun sekarang pun ada orang-orang yang menghina film-film Indonesia ya. Tapi saya termasuk orang yang mulai suka, menghargai film-film Indonesia ya. TetapiTapi yang rame nya, yang sering kali ditonton orang Indonesia itu sayangnya adalah, yang bagus-bagus itu, yang digemari oleh banyak orang, itu biasanya film-film yang tema nya horor begitu ya atau komedi. Komedi, horor, nah kenapa – kita diskusi sama jemaat ya – orang Indonesia itu kenapa suka film horor. Film horor itu seru, ditonton terus, di bioskop lama tayangnya. Film komedi apalagi ya, sekarang kan sudah ada stand up comedy ya, tinggal para produser film itu ambil saja komedian nya, dijadikan artis. Orang komedian itu pintar semua, kalau disuruh buat khotbah itu mungkin lucu terus, orang bisa ketawa terus. Karena orang seni kan, dia pintar buat teks membuat orang ketawa. Bagaimana membuat orang ketawa itu kan susah banget. Dikumpulin, jadi..

Terus kesimpulannya adalah begini, mungkin film orang-orang di Indonesia itu ternyata masih ingin yang simple-simple, masih ingin yang sederhana-sederhana, yang nyaman buat mereka, yang nggak usah banyak mikir, yang penting dinikmati bisa ketawabisa dinikmati oleh mereka, lega. Stres nya berkurang, ketawa, beres., stres nya berkurang, ketawa, beres.

Bahaya kalau semua orang Kristen ingin nya seperti itu juga. Itu pencobaan juga. Ingin dengar khotbah yang simple-simple, 30 menit beres, 15 menit kalau bisa. Loh kita makan nasi saja 15 menit lho ya, apalagi kalau nasinya tambah. Double, tambah, pesan lagi. Kita di tempat makan saja bisa 1 jam, 2 jam. Kita mau berelasi sama Tuhan mau kita kurangi, mau kita korting terus? Kita mau berelasi sama Tuhan mau kita kurang-kurangi, mau kita korting terus? Kalau mau yang paling susah, paling susah bisa dong kita dengar firman atau dengar penjelasan Alkitab, tapi benar. Itu sesuai dengan kebenaran. Jangan ingin yang nyaman, yang menyukakan hati.

Nah Bapak, Ibu, Saudara sekalian ya, kita perlu hati-hati terhadap segala situasi yang ada di sekitar kita, itu namanya menguji segala sesuatu, apakah itu bisa menjadi pencobaan yang membuat kita jatuh ke dalam dosapencobaan atau tidak. Kalau itu bisa jadi pencobaan, ya sudah kalau bisa dihindari, hindari. Kalau harus dihadapi, kita mau hadapi dengan kuasa Tuhan.

Kira-kira ada yang dapat dihindari nggak pencobaan dalam hidup kita Bapak, Ibu, Saudara sekalian? Cara menghadapi pencobaan itu bagaimana? Nah bersyukur, Allah kita adalah Allah yang baik, Allah yang mengajarkan doa Bapa kami ini melalui Yesus Kristus, “Janganlah membawa kami ke dalam pencobaan”, Tuhan bukan saja memberi kuasa-Nya untuk menghindarkan kita dari pencobaan, tetapi

 

Nah, kira-kira ada yang dapat dihindari, nggak, pencobaan dalam hidup kita, Bapak, Ibu sekalian? Cara menghindari pencobaan itu bagaimana? Nah, bersyukur, Allah kita adalah Allah yang baik. Allah yang mengajarkan doa Bapa kami ini melalui Yesus Kristus: “Janganlah membawa kami ke dalam pencobaan.”

Tuhan bukan saja memberikan kuasa-Nya untuk menghindarkan kita dari pencobaan, tetapi Tuhan juga mau membentuk kita supaya kita dewasa, berhikmat untuk menghindari pencobaan itu sendiri dengan hidup kita. Bukan selalu bergantung pada kuasa Tuhan yang supranatural, tetapi Tuhan mendewasakan kita supaya dengan hikmat yang Tuhan berikan dalam diri kita, kita bisa menghindari pencobaan. Senjata yang ampuh lawan pencobaan, bahkan menghindari pencobaan, bahkan menang terhadap pencobaan adalah firman Tuhan, Alkitab.

Alkitab sudah jelaskan 2 hukum itu yaitu menolong kita jauh atau menghindar dari pencobaan dan juga bisa menang atas pencobaan. Alkitab sudah jelaskan 2 hukum itu, yaitu menolong kita jauh atau menghindar dari pencobaan dan juga bisa menang atas pencobaan. Ya, kita coba, ya, fokuskan kepada hal-hal yang pada umumnya menjadi pencobaan yang begitu besar dalam hidup kita. Harta. Senjata ampuh dari harta itu apa? Supaya kita tidak jatuh ke dalam cinta akan harta, ya. Harta duniawi apa? Tuhan ajarkan apa? Jangan mencuri. Jangan mencuri bisa dikatakan hukum positifnya adalah berbagi. Ya, berbagi. Kita kalau berbagi, Bapak, Ibu sekalian, nggak akan kita tu jadi cinta akan uang. Bukan hanya berbagi, persembahan.

Barusan tadi di mobil, saya coba dengarkan renungan Morning Devotion. Morning Devotion dari Pdt. Billy. Dia jelaskan satu1 hal sangat indah, ya. Bagaimana orang Kristen itu, manusia yang Tuhan sudah ciptakan kalau betul-betul mau menyembah Tuhan, selalu ada unsur pengorbanan. Kalau zaman dulu, ada ritual mengorbankan korban bakaran, sapi, domba itu, kambing untuk kepada Tuhan sebagai ucapan syukur, sebagai penyembahan kepada Tuhan. Setelah Yesus Kristus ada, itu sudah digenapi. Korban yang sempurna sudah selesai di dalam Yesus Kristus. Kita nggak perlu sembelih kambing, domba, sapi lagi untuk membakar sebagai ucapan syukur atau persembahan kepada Tuhan karena Yesus sudah menggenapinya.

Dan akhirnya, bagaimana  kita mempersembahkan sesuatu kepada Tuhan? Jawabannya adalah dengan mempersembahkan diri kita kepada Tuhan sebagai persembahan yang hidup, yang kudus, dan berkenan kepada Tuhan. Itu adalah ibadahmu yang sejati. Ada unsur pengorbanan, pemberian. Itu, ya, ibadah Kristen itu adalah pemberian. Maka, di dalam gereja, kita diberikan kesempatan untuk persembahan. Tapi, persembahannya apa? Diri kita yang utama, bukan uang kita.

Tapi karena kita, diri kita mempersembahkan diri kepada Tuhan dan kita tahu gedung, fasilitas, dan komunitas gereja ini perlu uang, maka kita persembahkan yang menurut orang dunia paling berharga adalah uang. Kita persembahkan uang. Kalau menurut orang dunia yang paling berharga adalah sate babi, mungkin kita persembahkan sate babi gitu, ya. Tapi, menurut dunia yang paling berharga uang. Kita persembahkan uang kita dan tidak ada nominalnya, ya. Terserah! Yang penting kamu mau mengucap syukur kepada Tuhan. Itu persembahan. Kalau mau lagi senjata ampuh supaya kita tidak cinta akan harta, perpuluhan.

Tapi karena kita, diri kita mempersembahkan diri kepada Tuhan dan kita tahu gedung, fasilitas, dan komunitas gereja ini perlu uang, maka kita persembahkan yang menurut orang dunia paling berharga adalah uang. Kita persembahkan uang. Kalau menurut orang dunia yang paling berharga adalah sate babi, mungkin kita persembahkan sate babi gitu, ya. Tapi, menurut dunia yang paling berharga uang. Kita persembahkan uang kita dan tidak ada nominalnya, ya. Terserah! Yang penting kamu mau mengucap syukur kepada Tuhan. Itu persembahan.

Kalau mau lagi senjata ampuh supaya kita tidak cinta akan harta, perpuluhan. Perpuluhan ini kontroversi di dalam kekristenan luar biasa, ya, Bapak, Ibu sekalian, ya. Tapi, intinya, kalau kita bisa perpuluhan, perpuluhan. Bahkan, standar Alkitab, kan, persembahkanlah dirimu dari ujung rambut sampai ujung kaki. Berarti, perpuluhan itu nggak seberapa. “O, kalau saya nggak pengen perpuluhan. Saya pengennya perduapuluhan!” Ya, silakan, Bapak, Ibu sekalian. Kalau bisa perduapuluhan untuk Tuhan, uang yang harta ini saya berikan untuk komunitas gereja. Apa yang dicintai oleh Yesus, saya ingin cintai. Saya berikan. Gitu misalkan, ya. Kita berikan kepada Tuhan. Ini semua butuh uang, kok. Gedung gereja, pembangunan, bantuan bagi hamba Tuhan supaya bisa hidup. Hamba Tuhan ini dibantu, kok. Kita belajar rendah hati. Saya ini dibantu, Bapak, Ibu sekalian. Saya melayani, ya, melayani tanpa pamrih. Full time? Full time. Tanpa pamrih. Tapi, bagaimana saya mau bisa hidup kalau tidak memakai uang persembahan dari umat Kristen? Saya dibantu! Nggak bisa sombong. Hamba Tuhan itu nggak bisa sombong. Dibantu, gitu, ya.

Nah, Bapak, Ibu sekalian, kita mempersembahkan perpuluhan. Saya ─ Bapak, Ibu sekalian, kalau merenungkan perpuluhan, ya ─ waktu kuliah S1 itu sudah magang. Sudah magang, ya, OK semangat, ya, semangat pemuda, persembahan kepada Tuhan. Wah, persembahan sulung. Gaji pertama, saya kasih ke gereja mana punmanapun, ya. Gereja mana pun, gerejamanapun. Gereja tempat saya beribadah pada waktu itu. Udah, sejak itu, wah, sakit, ya. Nggak dapat gaji sebulan. Ya, magang, kan? Terus, kemudian, ya, udah. Gaji, persembahan sulung, kan, konsep persembahan sulung adalah persembahan yang pertama kali. Berkat Tuhan yang besar yang kita rasakan dan itu hanya cuma sekali. Yaitu apa? Dapat pekerjaan sekali. Ya, mungkin bisa ganti-ganti dalam hidup kita. Pernikahan. Satu kali. Makanya, nanti kalau ada yang menikah, Bapak, Ibu sekalian di tempat ini, ada persembahan sulung. Persembahan sulung cuma sekali. Waktu baptisan, boleh persembahan sulung sekali saja. Seumur hidup sekali. Itu yang maksudnya menunjukkan ucapan syukur kita kepada Tuhan.

Nah, sejak itu, Bapak, Ibu sekalian, sebelum saya masuk S2 teologi, udah perpuluhan. Saya bisa katakan bahwa sebelum hamba Tuhan, saya perpuluhan. Tuhan tidak membuat saya kekurangan, kok. Setelah jadi hamba Tuhan sampai sekarang pun perpuluhan. Nggak kurang, bahkan lebih kadang-kadang. Ya udah, takut ada bantuan atau penghasilan yang saya nggak perpuluhin. Jadi, kadang-kadang lebih. Sampai sekarang! Kalau Bapak, Ibu sekalian mau bukti orang sekarang, ya, salah satunya saya, gitu, ya, atau mungkin banyak orang lain. Kalau ada orang bisa perpuluhan sebelum jadi hamba Tuhan, bahkan setelah jadi hamba Tuhan, kenapa saya nggak?enggak? Coba, kenapa saya nggak?enggak? Ini adalah suatu wujud kita senjata ampuh. Saya tidak cinta akan uang. Betul-betul saya tidak cinta akan uang.

Lalu, bicara soal takhta. Ya, takhta. Ini pencobaan yang besar juga. Bagaimana kita supaya tidak jatuh ke dalam dosa ingin kuasa, ingin nama, reputasi, takhta? Yaitu apa? Belajar memiliki hati hamba. Ya, kan? Konsep rendah hati. Susah? Susah! Konsep rendah hati itu bagaimana, sih,Bapak, Ibu, Saudara sekalian?

…yaitu apa? Belajar memiliki hati hamba, ya kan? Konsep rendah hati. Susah? Susah. Konsep rendah hati itu bagaimana, sih, Bapak, Ibu, Saudara sekalian? Seperti Yesus mengosongkan diri-Nya, Dia Allah mau jadi manusia. Kita ini manusia, orang Kristen, kita mau menjadi hamba bagi sesama kita. Mau melayani sesama kita pasti nggakenggak akan jatuh dalam godaan atau dosa mencintai takhtatahkta atau kuasa.

Maka, Bapak, Ibu sekalian, sering kaliseringkali ini bercanda yang spesifik, ya. Spesifik mungkin bercanda, ya. CumaCuman ada satu bercanda di bumi ini, Bapak, Ibu sekalian, ya. Saya pikir-pikir tuh gini. Saya sudah jadi vikaris, tapi kok rasa pendeta, ya? Ini bercanda yang aneh, ya. Ini pikiran yang aneh lah, ya. Tapi, Bapak, Ibu sekalian, anggap saya jadi pendeta, anggap jabatan lebih tinggi lagi, saya harus punya — —jadi pendeta — —tapi hati itu mahasiswa praktik.praktek. Hati itu jemaat. Itu membuat kita rendah hati, kan? Saya pendeta jabatan tinggi. Tapi hati saya hati hamba. Hati yang nggakenggak mau macem-macem. Yang penting setia melayani Tuhan. Itu contoh, ya. Apa? Godaan soal takhta.tahkta.

Yang ketiga adalah wanita atau seksual, ya, ini godaan juga yang besar bagi kita atau pencobaan. Bagaimana senjata ampuh yang Tuhan berikan supaya kita tidak jatuh ke dalam dosa seksual, ya? Selain firmanFirman Tuhan. Semua tuh jawabannya firmanFirman Tuhan. Kita tahu — —apalagi orang reformed, ya. Tetapi Tuhan sendiri menyatakan cara-cara yang jelas, yang mudah, bagaimana supaya kita itu tidak jatuh. Selain apa? Selain tentu Roh Kudus memberikan buah pengendalian diri. Ya, buah pengendalian diri; —oh, ya, kita kendalikan seluruh tubuh kita termasuk seksual kita supaya jangan mencemari pernikahan. Pernikahan itu bisa dicemari sebelum kita menikah. Nah, bagaimana mencemari pernikahan sebelum kita menikah? Yaitu ketika kita berzinah. Ya, kita tidur dengan sembarangan orang. Loh, pernikahan itu harusnya apa? Satu cowok satu cewek, jadi suami istri. Kita sudah tidur dengan bermacam-macam orang, sesama gender, kita sudah mencemari pernikahan yang rancangan Tuhan seharusnya bagi kita. Ya, itu pernikahan, ya. Pernikahan itu bisa dicemari sebelum menikah, di dalam pernikahan, bahkan setelah pernikahan kalau kita tidak jalankan dengan benar.

Tetapi, pernikahan itu sendiri pada dasarnya baik, supaya apa? Supaya kita semakin bertumbuh menjadi manusia yang dewasa, yang takut akan Tuhan. Jadi menikah adalah salah satu solusi supaya kita nggakenggak jatuh dalam dosa seksual. Ya, itu godaannya tidak besar. Ya, godaan seksual di dalam pernikahan, —seharusnya loh, ya. Seharusnya. Meskipun ada saja orang yang sudah menikah masih selingkuh, masih ingin, ya, laki-laki atau perempuan yang lain.

Lalu, godaan seksual akan terhindar dari mana, Bapak, Ibu sekalian? Yaitu ketika seseorang aktif dalam komunitas. Ada seseorang yang mungkin dipanggil selibat atau mungkin dia belum tahu bahwa dia harus selibat. Tapi karena dia aktif pelayanan, dia nggakenggak sembarangan pacaran atau hidupnya nggakenggak hidup bebas, gitu. Karena aktif terus pelayanan. Ya, aktif melayani, berkomunitas. Dia tahu, gitu ya, orang-orang dan dia tahu juga bagaimana mengendalikan diri sehingga itu membuat dia juga bisa hidup lebih baik atau tidak lebih banyak jatuh dalam dosa seksual, gitu ya. Nah, ini kan seperti itu, ya. Atau HPhp dan lain-lainnya itu sudah kita alami dan, ya, yang kita ingat adalah buah Roh Kudus. Buah Roh Kudus adalah pengendalian diri, ya. Dan Allah ingin kita itu mengendalikan apa yang di bawahdibawah kita. Ya, Allah di atas. Ini ordonya. Allah di atas kita, kita harus taat pada-Nya. Terus kemudian manusia di bawah Allah, ya, dan manusia membawahi bumi atau benda seluruh ciptaan Tuhan, ya. Benda mati.

Nah, pencobaan terbesar yang kita alami masing-masing, kita tentu berbeda-beda, ya, Bapak, Ibu sekalian. Itu kita bisa rasakan sendiri. Biasanya ini mungkin analisa saya, —biasanya orang muda, wah, seksual. Orang muda itu uang. Tapi kalau sudah tua, biasanya bicara soal godaan untuk cinta akan kuasa, otoritas. Kalau sudah tua, ya. Nama. Kita cari nama. “Harus hormati saya. Semua harus tunduk sama saya,” misalkan kayak gitu, ya. Nah, itu semua terjadi — —bisa terjadi — —demikian, ya, godaan-godaan tersebut. Tetapi yang penting adalah kita harus tahu bagaimana kita harus menghadapinya.

Janganlah membawa kami ke dalam pencobaan” berarti apa, Bapak, Ibu sekalian? Yang pertama kita bisa lihat ini doa memohon hidup kudus di hadapan Tuhan. “Jagalah aku. Pagarilah aku. Kelilingilah aku, sehingga aku tidak jatuh dalam pencobaan.” Ini seorang teolog mengatakan demikian. Octavius Winslow, ya. Dia katakan, “Waktu kita berdoa, ‘Jangan membawa aku ke dalam pencobaan’, Tuhan, lindungilah aku.” Gitu, ya, “Jangan sampai aku melawan Tuhan, jangan sampai aku hidup tidak kudus, tetapi aku mau hidup kudus di hadapan Tuhan.” Terus Octavius Winslow ini mengatakan, ya, dia mengaitkan permohonan doa ini dengan doa permohonan yang sebelumnya tentang pengampunan. Tentang pengampunan dia mengatakan apa? “Allah sudah memberi kita pengampunan dosa dalam Kristus — ini keras banget, ya — tetapi tidak ada pengampunan untuk berbuat dosa.” Allah sudah memberikan pengampunan dosa dari kehidupan kita, masa lalu, masa sekarang bahkan masa depan sampai kita mati Yesus sudah menghapus hukuman dosa kita di atas kayu salib, seluruh hidup kita, terus kita nyantai-nyantai gitu hidupnya? Terus berbuat dosa terus? Memanfaatkan pengampunan Kristus? Kan pasti. Ya, sudah saya lakukan dosa. Jatuh dalam dosa nggak papa, jatuh dalam pencobaan nggak papa. Nggak!

Dia tambahkan — ini bahasa retorika, ya — yaitu, “Tidak ada pengampunan untuk berbuat dosa.” Wah, tidak ada pengampunan berbuat dosa, dalam arti apa? Kita jatuh dalam dosa tuh kita nggak mau lakukan dosa. Kita harus bertobat. Kita harus berdoa terus, gini, “Janganlah membawa kami ke dalam pencobaan.” Ini berdoa bahwa setiap hari itu sebenarnya ada pencobaan juga. Ini salah satu definisi dari doa ini, setiap hari kita dikepung dengan pencobaan-pencobaan. Mau pergi ke gereja, mungkin pencobaannya lebih banyak, Bapak, Ibu sekalian. Kalau pencobaan anak-anak SD, film hari Minggu, gitu ya. Wah, ada film sama ke gereja, orang tua nyuruh. Wah, nggak mau deh, ke gereja, gitu ya. Hari Minggu jelas setan lebih bekerja mencobai kita supaya apa? Supaya tidak menguduskan hari Sabat. Maka jangan pikir kalau kita santai-santai di ibadah Minggu, terus kayanya mudah, gitu ya. Jangan pikir itu kehebatan kita. Bukan. Itu anugerah Tuhan. Tapi kalau kita alami, kayanya mau datang ke gereja itu susah, nah, berarti kita di jalan yang lumayan bener, ya, karena kita dicobai oleh iblis, gitu. Wah susah nih, dicobain terus, ada masalah, gitu ya, berarti ya setidaknya saya sedang mau jalankan perintah Tuhan kan untuk beribadah di hari Minggu.

Di kantor ada pencobaan, di sekolah ada pencobaan, di jalan pun dicobai dengan orang yang mungkin ngebut-ngebut, gitu ya. Waktu itu saya bersama istri naik motor, ya, terus kemudian jalan di pinggir jalan ada yang teriakin gitu ya, “Woi!gitu. Wah emosi kan? Ada apa sih? Emang gue salah apa? Gitu ya. Oh ternyata dia orang ini di pinggir jalan tuh teriakin truk yang nyebrang, mau numpang truknya, gitu. Oh dia mau, ada, ada saya di sini, gitu ya. Itu bisa dicobai. Apa sih orang itu? Apa, bisa marah kan? Saya nggak salah apa-apa diteriakin. Oh tahunya begitu kita lihat, oh orang itu sedang mau nebeng truk loh. Ada loh perbuatan nebeng truk di Indonesia ini. Nebeng truk, truknya berhenti di depan kita, terus mau nebeng, terus pergi sendiri. Nah, Bapak, Ibu, sekalian kalo nggak ada transport, ya, siapa tahu bisa nebeng truk, ya.

Nah, itu ya, pencobaan tu di mana-mana, di jalan ya, ada hal yang kita tidak suka, kita bisa lawan Tuhan, bisa marah sama Tuhan, ya, di kampus. Dalam pemandangan bumi mana pun, dalam kondisi apa pun kita tidak terbebas dari serbuan pencobaan. Ini banyak sekali pencobaan. Paulus mengatakan bahwa “Pergunakanlah waktu yang ada karena hari-hari ini adalah jahat.” Hari-hari ini jahat karena apa? Selalu ada pencobaan, ya, iblis selalu bekerja. Kerjaan iblis apa sih? Mencobai, itu pekerjaan utama iblis, ya, kalo kita mau tahu biodatanya iblis, ya, pekerjaan utama, bukan kontraktor, bukan apa ya, pencoba terbesar seluruh manusia untuk melawan Tuhan.

Janganlah membawa kami ke dalam pencobaan”, kita harus mengerti bahwa Allah sumber kekuatan kita, dan ini adalah penghiburan kita, Bapak, Ibu sekalian, ya, 1 Kor. 10:13, mari kita baca bersama-sama. 1 Kor. 10:13, ini menjadi sarana kita betul-betul melihat pencobaan dari perspektif Tuhan, ya. Mari kita baca bersama-sama, “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan keluar, sehingga kamu dapat menanggungnya.” Pencobaan yang common, biasa tuh bukan remeh atau kecil, bukan, tapi lebih ke arah pencobaan yang common untuk semua orang. Semua orang bisa mengalami kesedihan, ya, akibat penderitaan apa pun dan itu tidak dialami oleh kita sendiri. Jangan pikir kita yang paling menderita, nggak. Ya, kita itu mengalami semua penderitaan dan Allah itu setia, Dia tidak membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Allah yang berdaulat ketika mengizinkan adanya pencobaan, itu tidak melampaui kekuatan kita, kita bisa hadapinya dan kita bisa menang bersama dengan Kristus. Dan waktu dicobai, Ia akan memberikan jalan keluar, ya supaya kamu dapat menanggungnya.

Nah, anggap Bapak, Ibu sekalian, ya, ada pencobaan yang terus kita hadapi, yang mungkin tidak bisa hilang entah itu penyakit, ya, Paulus juga kan pernah mengalami, suatu pencobaan dari iblis, dia katakan 3 kali dicobai, ya ini entah berkaitan dengan sakit fisiknya ya. Ada yang mengatakan Paulus itu seperti ada tumor di matanya yang membuat mukanya jelek, ya, mukanya tidak enak dipandang waktu ketika khotbah. Dan dia juga ada kesulitanlah karena hal tersebut sehingga dia tulis juga besar-besar kan? Tulis surat-surat itu besar-besar. Ya, sebagai Paulus tentu ingin saya sembuh, bebas, tapi Paulus menyadari bahwa ini mungkin jadi pencobaan yang melekat dalam hidup saya, saya bisa terus down, saya terus bisa melawan Tuhan, tapi Paulus mengatakan satu kalimat yang sangat powerful, dia katakan bahwa “cukuplah kasih karunia bagiku, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa Allah menjadi sempurna”. Itu Paulus tu seperti mendengar suara Tuhan berkata : “Paulus aku sudah cukup memberikan kasih karunia kepadamu. Kamu dapat pencobaan ini , Aku izinkan. Pencobaan yang menetap, dia menderita terus, Aku izinkan. Tetapi kamu ingat ketika kamu lemah, di situ orang bisa melihat kuasa Allah yang sempurna”. Ya, ini udah penghiburan yang besar bagi kita yang mengalami pencobaan setiap hari, setiap detik dalam hidup kita. Mungkin orang cacat, orang yang punya sakit terus, itu pencobaan lho, setiap hari dicobai untuk tidak bersyukur, setiap hari dicobai untuk mengeluh. Tapi kita bisa berkata seperti Paulus merasa Tuhan berkata kepadanya, ya, “cukup kasih karunia Tuhan, aku bersyukur kok, saya terima, semua pencobaan yang ada” gitu ya. “Karena aku bisa menanggungnya bersama dengan Kristus.”

Jadi Bapak, Ibu sekalian, ujian dan pencobaan ada beberapa keuntungan yang Tuhan berikan, yang terakhir, ya. Yang pertama, yang adalah keuntungan dari ujian dan pencobaan adalah supaya kita bisa lebih mengenal karakter Allah. “Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan”, itu Ayub mengatakan demikian. Kalau Ayub tidak pernah merasa diambil apa yang berharga dalam hidupnya, dia nggak  akan pernah memuji Tuhan itu. “Dengan telanjang aku keluar dari perut ibuku, ya, dengan telanjang juga aku mati. Tuhan yang mengambil, Tuhan yang memberi, terpujilah nama Tuhan.” Waktu kita diambil, Bapak, Ibu sekalian, kita belajar mengenal Tuhan. Diambil harta kita, diambil kesehatan kita, diambil keluarga kita, justru kita lebih mengenal Tuhan. Itu maksud Tuhan kenapa memberikan ujian dan mengizinkan pencobaan.

Mazmur 11:5 mengatakan “Tuhan menguji orang benar dan orang fasik, dan Ia membenci orang yang mencintai kekerasan.” Tuhan menguji setiap orang, Tuhan menguji kita juga. Kita itu terbatas dalam mengenal Tuhan, tapi kita bisa mengatakan seperti pemazmur 23 mengatakan, “Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku.” Yesus aja dicobai, ya, Yesus yang adalah Allah, manusia 100%, Allah 100%  Dia benar, di, iblis aja berani mencobai Dia, ya, karena Tuhan izinkan.

“Janganlah membawa kami ke dalam pencobaan,” berarti apa, Bapak, Ibu sekalian? Yang pertama kita bisa lihat ini doa memohon hidup kudus di hadapan Tuhan. “Jagalah aku. Pagarilah aku. Kelilingilah aku, sehingga aku tidak jatuh dalam pencobaan.” Ini seorang teolog mengatakan demikian. Octavius Winslow, ya. Dia katakan, “Waktu kita berdoa, ‘Jangan membawa aku ke dalam pencobaan’, Tuhan, lindungilah aku.” Gitu, ya, “Jangan sampai aku melawan Tuhan, jangan sampai aku hidup tidak kudus, tetapi aku mau hidup kudus di hadapan Tuhan.” Terus Octavius Winslow ini mengatakan, ya, dia mengaitkan permohonan doa ini dengan doa permohonan yang sebelumnya tentang pengampunan. Tentang pengampunan dia mengatakan apa? “Allah sudah memberi kita pengampunan dosa dalam Kristus—ini keras banget, ya—tetapi tidak ada pengampunan untuk berbuat dosa.” Allah sudah memberikan pengampunan dosa dari kehidupan kita, masa lalu, masa sekarang bahkan masa depan sampai kita mati Yesus sudah menghapus hukuman dosa kita di atas kayu salib—seluruh hidup kita, terus kita nyantai-nyantai, gitu, hidupnya? Terus berbuat dosa terus? Memanfaatkan pengampunan Kristus? “Kan, pasti. Ya, sudah saya lakukan dosa. Jatuh dalam dosa enggak papa, jatuh dalam pencobaan enggak papa.” Enggak. Dia tambahkan—ini bahasa retorika, ya—yaitu, “Tidak ada pengampunan untuk berbuat dosa.” Wah, tidak ada pengampunan berbuat dosa, dalam arti apa? Kita jatuh dalam dosa tuh kita enggak mau lakukan dosa. Kita harus bertobat. Kita harus berdoa terus, gini, “Janganlah membawa kami ke dalam pencobaan.” Ini berdoa bahwa setiap hari itu sebenarnya ada pencobaan juga. Ini salah satu definisi dari doa ini, setiap hari kita dikepung dengan pencobaan-pencobaan. Mau pergi ke gereja, mungkin pencobaannya lebih banyak, Bapak, Ibu sekalian. Kalau pencobaan anak-anak SD, film hari Minggu, gitu ya. Wah, ada film sama ke gereja, orang tua nyuruh. Wah, enggak mau deh, ke gereja, gitu ya. Hari Minggu jelas setan lebih bekerja mencobai kita supaya apa? Supaya tidak menguduskan hari sabat. Maka jangan pikir kalau kita santai-santai di ibadah Minggu, terus kayanya mudah, gitu ya. Jangan pikir itu kehebatan kita. Bukan. Itu anugerah Tuhan. Tapi kalau kita alami, kayanya mau datang ke gereja itu susah, nah, berarti kita di jalan yang lumayan bener, ya, karena kita dicobai oleh iblis, gitu.

kayaknya mau dateng ke gereja tuh susah, berarti kita di jalan yang lumayan benar yah, karna kita dicobain oleh iblis, gitu kan. Wah susah nih, dicobain terus, ada masalah, gitu ya, berarti ya setidaknya saya sedang mau jalankan perintah Tuhan kan untuk beribadah di hari minggu. Di kantor ada pencobaan, di sekolah ada pencobaan, di jalan pun dicobai dengan orang yang mungkin ngebut-ngebut, gitu ya. Waktu itu saya bersama istri naik motor, ya, terus kemudian jalan di pinggir jalan ada yang teriakin gitu ya, “woi!” gitu. Wah emosikan? Ada apa sih? Emang gue salah apa? Gitu ya. Oh ternyata dia orang ini dipinggir jalan tuh teriakin truk yang nyebrang, mau numpang truknya, gitu. Oh dia mau, ada, ada saya di sini gitu ya. Itu bisa dicobai. Apa sih orang itu? Apa, bisa marahkan? Saya nggak salah apa-apa diteriakin. Oh tahunya begitu kita lihat, oh orang itu sedang mau nebeng truk loh. Ada loh perbuatan nebeng truk di Indonesia ini. Nebeng truk, truknya berhenti di depan kita, terus mau nebeng, terus pergi sendiri. Nah, Bapak, Ibu, sekalian kalo nggak ada transport, ya, siapa tau bisa nebeng truk, ya. Nah, itu ya, pencobaan tu di mana-mana, di jalan ya, ada hal yang kita tidak suka, kita bisa lawan Tuhan, bisa marah sama Tuhan, ya, di kampus. Dalam pemandangan bumi mana pun, dalam kondisi apa pun kita tidak terbebas dari serbuan pencobaan, ini banyak sekali pencobaan. Paulus mengatakan bahwa “Pergunakanlah waktu yang ada karena hari-hari ini adalah jahat.” Hari-hari ini jahat karena apa? Selalu ada pencobaan, ya, iblis selalu bekerja. Kerjaan iblis apa sih? Mencobai, itu pekerjaan utama iblis, ya, kalo kita mau tau biodatanya iblis, ya, pekerjaan utama, bukan kontraktor, bukan apa ya, pencoba terbesar seluruh manusia untuk melawan Tuhan. Janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, kita harus mengerti bahwa Allah sumber kekuatan kita, dan ini adalah penghiburan kita, Bapak, Ibu sekalian, ya, 1 Korintus 10:13, mari kita baca bersama-sama. 1 Korintus 10:13, ini menjadi sarana kita betul-betul melihat pencobaan dari perspektif Tuhan, ya. Mari kita baca bersama-sama, 2,3 “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan keluar, sehingga kamu dapat menanggungnya.” Pencobaan yang common, biasa tuh bukan remeh atau kecil, bukan, tapi lebih ke arah pencobaan yang common untuk semua orang. Semua orang bisa mengalami kesedihan, ya, akibat penderitaan apapun dan itu tidak dialami oleh kita sendiri. Jangan pikir kita yang paling menderita, enggak. Ya, kita itu mengalami semua penderitaan dan Allah itu setia, Dia tidak membiarkan kamu dicobai pelampaui kekuatanmu. Allah yang berdaulat ketika mengijinkan adanya pencobaan, itu tidak melampaui kekuatan kita, kita bisa hadapinya dan kita bisa menang bersama dengan Kristus dan waktu dicobai, Ia akan memberikan jalan keluar, ya supaya kamu dapat menanggungnya. Nah, anggap Bapak, Ibu sekalian, ya, ada pencobaan yang terus kita hadapi, yang mungkin tidak bisa hilang entah itu penyakit, ya, Paulus jugakan pernah mengalami, e, suatu pencobaan dari iblis, dia katakan 3 kali dicobai, ya ini entah berkaitan dengan sakit fisiknya ya. Ada yang mengatakan Paulus itu seperti ada tumor di matanya yang membuat mukanya jelek, ya, mukanya tidak enak dipandang waktu ketika khotbah dan dia juga ada kesulitanlah karna hal tersebut sehingga dia tulis juga besar-besar kan? Tulis surat-surat itu besar-besar. Ya, sebagai Paulus tentu ingin saya sembuh, bebas, tapi Paulus menyadari bahwa ini mungkin jadi pencobaan yang melekat dalam hidup saya, saya bisa terus down, saya terus bisa melawan Tuhan, tapi Paulus mengatakan satu kalimat yang sangat powerfull, dia katakan bahwa “cukuplah kasih karunia bagiku, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa Allah menjadi sempurna”. Itu Paulus tu seperti mendengar suara Tuhan berkata : “Paulus aku sudah cukup memberikan kasih karunia kepadamu. Kamu dapat pencobaan ini , Aku ijinkan. Pencobaan yang menetap, dia menderita terus, Aku ijinkan. Tetapi kamu ingat ketika kamu lemah, di situ orang bisa melihat kuasa Allah yang sempurna”. Ya, ini udah penghiburan yang besar bagi kita yang mengalami pencobaan setiap hari, setiap detik dalam hidup kita. Mungkin orang cacat, orang yang punya sakit terus, itu pencobaan lho, setiap hari dicobai untuk tidak bersyukur, setiap hari dicobai untuk mengeluh tapi kita bisa berkata seperti Paulus merasa Tuhan berkata kepadanya, ya, cukup kasih karunia Tuhan, aku bersyukur kok, saya terima, semua pencobaan yang ada gitu ya. Karena aku bisa menanggungnya bersama dengan Kristus. Jadi Bapak, Ibu sekalian, ujian dan pencobaan ada beberapa keuntungan yang Tuhan berikan, yang terakhir, ya. Yang pertama, yang adalah keuntungan dari ujian dan pencobaan adalah supaya kita bisa lebih mengenal karakter Allah. Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan, itu Ayub mengatakan demikian. Kalo Ayub tidak pernah merasa diambil apa yang berharga dalam hidupnya, dia nggak  akan pernah memuji Tuhan itu. Dengan telanjang aku keluar dari perut ibuku, ya, dengan telanjang juga aku mati. Tuhan yang mengambil, Tuhan yang memberi, terpujilah nama Tuhan. Waktu kita diambil, Bapak, Ibu sekalian, kita belajar mengenal Tuhan. Diambil harta kita, diambil kesehatan kita, diambil keluarga kita, justru kita lebih mengenal Tuhan, itu maksud Tuhan kenapa memberikan ujian dan mengijinkan pencobaan. Mazmur 11:5 mengatakan “Tuhan menguji orang benar dan orang fasik, dan Ia membenci orang yang mencintai kekerasan.” Tuhan menguji setiap orang, Tuhan menguji kita juga. Kita itu terbatas dalam mengenal Tuhan, tapi kita bisa mengatakan seperti pemazmur 23 mengatakan “Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku.” Yesus aja dicobai, ya, Yesus yang adalah Allah, manusia 100%, Allah 100%  Dia benar, di, iblis aja berani mencobai Dia, ya

Iblis saja berani mencobai Dia ya, karena Tuhan ijinkan. Yang kedua, keuntungannya adalah demi kebaikan atau keuntungan kita sendiri. Yak. 1:12 mengatakan, “Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia.” Jadi lewat ujian dan pencobaan kita diajar untuk kenal diri kita. Kita tuh sudah cinta Tuhan 100% sungguh-sungguh, atau kita masih ada cinta akan uang juga, itu diuji oleh Tuhan. Itu dicobaidi cobai oleh iblis, seberapa besar sih rasa percaya kita kepada Kristus?

Nah, maka Bapak Ibu Saudara, dalam proses pembelajaran selain mendengar satu arah, sebenarnya proses pembelajaran yang baik lainnya adalah bertanya jawab ya, diskusi, karena waktu kita tanya itu menguji pengetahuan dia atau hati dia kan. Yesus betul-betul nggakga Tuhan dan Juruselamatjuru selamat hidupmu? Maka kalau wawancara peserta katekisasi saya selalu bertanya kan “Kamu sudah sungguh-sungguh percaya Tuhan Yesus Kristus atau belum?” Itu diuji, ditanya. “Oh iya.” Ya sudahYasudah, sebatas manusia saya katakan “Iya sudah percaya ya sudahyasudah, memang bisa dibaptis.” Misalkan seperti itu ya. Tapi kalau nggakengga, kita injili dulu, jelaskan dulu. Kita bisa ingat nggakngga janji Tuhan waktu kita sedang dalam penderitaan, mungkin kesusahan, keterhilangan, mungkin tidak ada pekerjaan, tidak ada teman, kita ingat Tuhan nggak?ngga? Atau yang kita ingat adalah segala penderitaan kita, tidak ada penghiburan dari Tuhan. Lewat ujian dan pencobaan itu demi keuntungan kerohanian kita, supaya iman kita dimurnikan, semakin dewasa semakin takut akan Tuhan.

Terakhir, Bapak Ibu sekalian, Yesus pernah menasihatimenasehati soal pencobaan, bagaimana supaya menang atas pencobaan? Kamu harus berjaga-jaga dan berdoalah supaya kamu jangan jatuh dalam pencobaan. Roh penurut, tetapi daging lemah. Berdoa. Berdoa, berdoa itu betul-betul besar kuasanya. Saya sudah beberapa kali ketika saya berdoa, saya perhatikan doa saya apa, terus lihat Tuhan jawab nggak.ga. Oh jawab. Itu, itu betul-betul dijawab. MakanyaMakannya sampai hati-hati ya, jangan doa ini nih nanti Tuhan jawab gimana gitu ya, harus hati-hati dalam berdoa juga atau kita salah berdoa ya, nggak ga dikabulkan kan. Kita malah nggakga ngerti kehendak Tuhan. Tuhan itu pasti menjawab doa kita gitu ya dan doa itu adalah sarana supaya kita mengenal kehendak Tuhan.

Lalu yang kedua, supaya kita tidak jatuh dalam pencobaan selain berdoa adalah terus merenungkan firmanFirman Tuhan, hafal firmanFirman Tuhan. Kita ingat firmanFirman Tuhan apa sihapasih Bapak Ibu sekalian? Minimal Yoh. 3:16 atau minimal hafal doa Bapa kami Kami sudah hafal. Minimal, minimal itu tidak masalah. Tapi kita punya sarana atau senjata untuk keluar firmanFirman Tuhan itu dalam hidup kita.

Yang ketiga, bersekutu dengan sesama orang percaya. Inilah usaha kita untuk bisa menghindari pencobaan. Kita ada persekutuan, kita ada teman mengingatkan kita ketika kita mau jatuh dalam pencobaan. Saya berapa kali selalu mendengar ceritacertita ya bagaimana seorang istri tu suka menasihatimenasehati suami, jangan begini jangan bisnis itu, jangan tertipu orang itu. Dan , dan betul ya, si suami nggak maugamau dengar nasihat istri, si suami ya udahyaudah bisnis itu. Eh, ya rugi, eh ketipu. Suara istri itu harus didengar ya di dengan Bapak, Ibu, Saudara ya. Istri itu penasihat yang baik juga dalam menjalankan kepemimpinan keluarga dari si kepala keluarga atau ayah atau suami. Jadi ada komunikasi sangat bagus dan sering kali kita memang dicobai.

Terakhir, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita sama-sama baca Ams. 4:10-27 mari kita sambil bangkit berdiri. Kita baca Ams. 4:10-27, kita ingin agar dalam kehidupan kita, kita selalu di jalan Tuhan yang benar dan menjauhi pencobaan. Kita bisa menghindari pencobaan dan andai pencobaan itu datang kita bisa menghadapinya dengan kuasa Tuhan. Kita sama-sama membaca Ams. 4:10-27 bersama-sama “Hai anakku, dengarkanlah dan terimalah perkataanku, supaya tahun hidupmu menjadi banyak. Aku mengajarkan jalan hikmat kepadamu, aku memimpin engkau di jalan yang lurus. Bila engkau berjalan langkahmu tidak akan terhambat, bila engkau berlari engkau tidak akan tersandung. Berpeganglah pada didikan, janganlah melepaskannya, peliharalah dia, karena dialah hidupmu. Janganlah menempuh jalan orang fasik, dan janganlah mengikuti jalan orang jahat. Jauhilah jalan itu, janganlah melaluinya, menyimpanglah dari padanya dan jalanlah terus. Karena mereka tidak dapat tidur, bila tidak berbuat jahat; kantuk mereka lenyap, bila mereka tidak membuat orang tersandung; karena mereka makan roti kefasikan, dan minum anggur kelaliman. Tetapi jalan orang benar itu seperti cahaya fajar, yang kian bertambah terang sampai rembang tengah hari. Jalan orang fasik itu seperti kegelapan; mereka tidak tahu apa yang menyebabkan mereka tersandung. Hai anakku, perhatikanlah perkataanku, arahkanlah telingamu kepada ucapanku; janganlah semuanya itu menjauh dari matamu, simpanlah itu di lubuk hatimu. Karena itulah yang menjadi kehidupan bagi mereka yang mendapatkannya dan kesembuhan bagi seluruh tubuh mereka. Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan. Buanglah mulut serong dari padamu dan jauhkanlah bibir yang dolak-dalik dari padamu. Biarlah matamu memandang terus ke depan dan tatapan matamu tetap ke muka. Tempuhlah jalan yang rata dan hendaklah tetap segala jalanmu. Janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, jauhkanlah kakimu dari kejahatan.” Mari kita sama-sama berdoa

Ya Bapa kami yang di surgaSurga kami bersyukur, Yesus Kristus adalah jalan kebenaran dan hidup. Tanpa melalui Kristus kami tidak bisa mengenal Bapa surgawiSurgawi, Allah yang sejati. Kami bersyukur bahwa Engkau senantiasa menginginkan kami untuk hidup di jalan yang benar menghindari pencobaan. Tetapi andaipun Tuhan izinkanijinkan pencobaan terjadi dalamdi hidup kami, kami mau melaluinya bersama dengan Tuhan. Melalui pertolongan Roh Kudus kiranya kami bisa menang atas pencobaan, jangan biarkan kami jatuh dalam pencobaan ya Tuhan, tetapi tolonglah kami terus untuk taat kepada Engkau, mengasihi Engkau, melayani Engkau seumur hidup kami. Dalam nama Tuhan Yesus Kristus, Tuhan dan JuruselamatJuru Selamat kami yang hidup, kami sudah berdoa dan bersyukur. Amin. (HS).