Penghiburan Tuhan, 15 September 2024

Penghiburan Tuhan
Mat. 11:28-30

Vik. Nathanael Marvin, M. Div

 

Bapak, Ibu sekalian, siapa di sini yang tidak pernah panik? Kita semua pernah mengalami pengalaman panik. Di mana kepanikan merupakan suatu reaksi emosional yang besar terhadap situasi yang tidak kita rasakan sebagai suatu ancaman atau bahaya di dalam kehidupan kita. Di dalam kondisi panik kita ada rasa takut, ada rasa cemas, ada gelisah. Dan bahkan ketika kita panik, kita tidak bisa berpikir secara rasional, kita mengambil keputusan terburu-buru dan sering kali impulsif dan tidak terencana kehidupan kita. Ketika seseorang panik, mengalami kepanikan yang begitu besar, dia bisa susah nafas; nafasnya terengap-engap, terus kemudian detak jantung lebih cepat, merasa sedih, merasa hilang kendali, tidak bisa apa-apa dan ketakutan.

Dalam arti tertentu, panik bisa diartikan sebagai tanda kurangnya iman ataupun kebergantungan kepada Tuhan. Memang Bapak, Ibu, Saudara sekalian, tidak semua panik berarti kita tidak beriman kepada Tuhan. Orang beriman pun tetap bisa mengalami kepanikan. Orang beriman pun adalah orang yang berdosa. Orang yang sudah dibenarkan dalam Kristus pun, kita tetap memiliki natur yang berdosa, tetapi kita memiliki natur yang baru di dalam Yesus Kristus. Kita juga bisa panik ketika terjadi kondisi yang di luar kita, yang membuat kita bisa ketakutan atau bahaya. Jadi bukan saja kepanikan timbul dari internal kita, natur yang berdosa, yang tidak bergantung kepada Tuhan atau kurang iman, tetapi juga karena dunia ini sudah jatuh ke dalam dosa dan kita bisa panik terhadap situasi maupun kondisi yang berdosa, yang terjadi di luar kita.

Siapa sih yang tidak akan panik ketika terjadi kerusuhan? Kebakaran? Atau mungkin anaknya meninggalkan Tuhan? Orang tuanya takut akan Tuhan, anaknya meninggalkan Tuhan, siapa yang tidak panik? Siapa yang tidak panik bila ada yang menyetir kendaraan terus yang nyetir itu ngantuk-ngantuk? Kita semua panik pasti ya. Masa nggak panik, “Tenang! Semua dalam kedaulatan Tuhan.”? Tidak! Kita akan panik dan akan membangunkan orang yang menyetir dengan ngantuk-ngantuk. Siapa sih yang tidak panik kalau betul-betul situasi itu berbahaya dan mengancam nyawa. Akan tetapi, pada taraf tertentu kita harus belajar peka, apakah kepanikan yang kita alami, kecemasan, ketakutan itu berdasarkan karena kita yang kurang mengenal Tuhan, kurang beriman, atau memang realita dunia yang berdosa yang bisa membuat kita panik. Apakah kita terlalu bergantung kepada diri atau kita justru tidak melihat Tuhan di dalam kehidupan kita sehingga kita panik.

Nah ketika kita lupa Tuhan mengendalikan segala sesuatu, kita bisa panik. Nah di sinilah teologi Reformed menjadi pertolongan atas kita yang mengalami kepanikan, yaitu Reformed menekankan Allah itu berdaulat atas segala sesuatu, Allah pegang kendali terhadap segala sesuatu, dan Allah itu akan memimpin dan memelihara orang-orang yang mengasihi Dia. Allah turut bekerja bagi orang-orang yang mengasihi Dia. Turut bekerja dalam segala sesuatu kepada orang-orang yang mengasihi Dia, kepada orang-orang yang dapat anugerah untuk bisa beriman dan mengasihi kepada Tuhan sendiri. Kalau kita sudah mengasihi Allah, kita dapat melihat segala sesuatu di dalam terang Tuhan, perspektif Tuhan, kita tidak panik. Kita bisa panik tetapi kita juga bisa mendapatkan solusi, ketenangan dari Allah sendiri. Dan kita bisa bertumbuh di dalam Tuhan. Bahkan ketika kita dalam kondisi berletih lesu dan berbeban berat, Bapak, Ibu sekalian, ada janji Yesus Kristus yang barusan kita baca, bahwa Dia pasti memberi kelegaan kepada kita. Yesus akan memberi kelegaan kepada siapa pun yang datang, yang berdoa kepada Yesus Kristus.

Saya pernah bertemu dengan beberapa orang yang panikan, atau orang yang sering panik atau orang yang mudah panik. Yang satu orang, dia panik terhadap masa depannya, maksudnya dalam hal ekonomi atau finansial. “Kecukupan sehari-hari bagaimana ya masa depan nanti, kalau saya tidak dapat pekerjaan atau pekerjaan saya ini rugi dan lain-lain.” Dia kepikiran terus, kalau tidak berhasil bagaimana, kalau nggak ada uang bagaimana. Atau juga bicara soal keamanan dirinya ya; takut perjalanan yang jauh, nanti kecelakaan bagaimana. Seperti itu ya. Ada orang yang lain, yang panik akan masa depannya, khususnya dalam hal prestasi. Kalau nggak lulus kuliah bagaimana. Kalau tidak dapat memberikan yang terbaik, “Padahal saya orang Kristen. Kok orang non-Kristen kelihatan lebih pintar dari saya.” Nah itu bisa panik juga ya. Padahal kita tahu itu adalah anugerah umum, talenta yang Tuhan berikan secara umum. Ada orang tidak Kristen pun bisa lebih pintar daripada kita. Itu menunjukkan anugerah Tuhan begitu besar atas hidup orang yang bukan Kristen sekalipun. Tapi, kita juga ada batasnya, kita juga ada anugerah yang cukup yang Tuhan berikan kepada kita sebagai orang Kristen yaitu di dalam anugerah umum. Kok, orang Karismatik-misalkan, ya, orang Kristen Karismatik-kelihatannya hidupnya lebih lancar, anak-anaknya baik, takut akan Tuhan, harmonis suami-istri. Kita yang katanya teologi Reformed, kita mengerti kebenaran firman Tuhan sering bertengkar, di dalam keluarga sering cekcok. Bagaimana, ya, mengatasi semuanya ini? Kok, orang non-Kristen kayaknya hidupnya lebih prestasi, lebih baik, lebih bertumbuh? Itu kita bisa khawatir. Kita bisa panik. Kenapa, ya? Ya, itu adalah hal yang realita terjadi dalam kehidupan diri kita dan kita butuh firman Tuhan untuk bisa melihat semuanya dengan bijaksana dari Tuhan, mengoreksi hidup kita jika ada yang salah, jika ada yang berdosa di hadapan Tuhan dan kita bertobat di hadapan Tuhan.

Lalu, dalam konteks pelayanan, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ya, GRII Joglosemar sedang menghadapi kepanikan dalam melayani TKN, ya, SKP. Tim Kebangunan Nasional STEMI mengadakan Seminar Kebangunan Pemuda untuk kota Solo, Jogja, dan Semarang. Jogja pertama, nanti 18 September. Kemudian, Semarang dulu 1 Oktober. Lalu, Solo paling terakhir, 24 Oktober. Semua panitia gentar. Gimana ngumpulin para pemuda dalam jumlah yang banyak, 1.000-an, 1.500? Itu juga kita bisa panik, ya. Lho, pelayanan ada kepanikan. Tetapi, kita bisa lihat, ya, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, pelayanan itu bukan saja beban yang berat yang membuat kita lelah, tetapi pelayanan itu membentuk kita juga semakin dewasa dan semakin memiliki mental yang kuat di dalam Tuhan dan juga Tuhan memberikan sukacita. Jangan lupa. Jangan lupa, Tuhan memberikan sukacita dan Tuhan menginginkan kita menjadi pelayan yang bukan letih, lesu, dan berbeban berat, melainkan pelayan yang bersukacita dalam melayani Tuhan. Dan di sini, kita mendapatkan jawabannya. Kita bisa datang kepada Kristus.

Kepanikan bisa melanda setiap orang. Bukan hanya soal kekhawatiran di masa depan, tetapi juga adalah kondisi di luar kita yang memang berdosa. Misalnya, ya, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, di pandemi COVID-19 waktu zaman dulu itu, wah, semua orang bisa panik sekali. Mulai dari Maret 2020 begitu banyak yang panik, kemudian 2023 mulai reda, 2024 mulai lupa, mulai lupa pernah pandemi COVID. Terus kemudian, mungkin Tuhan agak iseng, ya. Tuhan kirim lagi cacar monyet, baru datang di Jakarta. Terus, ada yang panik berlebihan? Ada. Bisa juga ada yang cuek. Gitu, ya. Tetapi, ada juga yang beriman dan hati-hati akan kesehatan. Istri saya pernah sambil bercanda, ya, kasih nasehat ke saya yang mau berenang. “Hati-hati! Nanti kena monkey pox!” Cacar monyet. Kalau berenang, itu sangat mudah, ya, tertular dan saya bilang, ”Tenang saja, monkey pox baru mendarat di Jakarta, belum sampai Solo.” Tenang saja, kita serahkan semua kepada Tuhan. Kita yang penting aktivitas dan menyerahkan hidup kepada Tuhan.

Kepanikan bisa timbul dari berbagai hal, Bapak, Ibu, Saudara sekalian. Dari penyakit, lah, dari penderitaan, dari situasi, dari berita-berita yang buruk yang terjadi. Dan dosa pada dasarnya membuat kita panik sekali dan merasa tidak aman hidup dalam dunia ini. Bahkan, upah dosa adalah maut. Seharusnya itu membuat kita panik dan akhirnya mencari Kristus. Mencari selamat saja. Jadi, Tuhan juga bisa pakai kepanikan kita untuk bergantung kepada Kristus. Dunia berdosa membawa kita kepada keletihan dan beban yang berat. Ini terjadi dalam kehidupan sehari-hari, tetapi kita tahu bagaimana mengatasinya karena kita memiliki undangan yang begitu agung dari  Yesus Kristus. Ya, ada obat bagi kepanikan kita, yaitu apa? Penghiburan dari Allah Tritunggal. Penghiburan dari atas. Penghiburan dari Yesus Kristus.

Nah, penghiburan dari Allah memberikan banyak sekali dampak yang dirindukan bagi jiwa yang berdosa maupun jiwa yang sedang panik, jiwa yang sedang cemas, jiwa yang sedang takut. Kita bisa fokus pada satu hal, yaitu apa yang dijanjikan oleh Yesus Kristus yaitu penghiburan yang luar biasa. “Aku itu memberikan kamu kelegaan.” Bukan saja Allah kita adalah Allah yang memberikan kita perintah, tugas, beban, tetapi Dia juga adalah Allah yang memberikan berkat, istirahat untuk kita bisa lakukan firman Tuhan.

Yesus mengajak, “Marilah kepada-Ku yang letih lesu dan berbeban berat. Aku memberikan kelegaan kepadamu.” Kelegaan ini bisa kita katakan sebagai ketenangan jiwa. Ketenangan. Kita tenang hidup di dunia ini, meskipun ada dosa. Bukan berarti kita setuju kepada dosa, melainkan kita tahu siapa yang memelihara kita dan kita tahu siapa yang membuat kita mampu menghadapi godaan dosa ataupun ancaman dan bahaya di sekitar kita. Kita memperoleh shalom dari Tuhan. Bukankah Yesus ketika bangkit dari kematian, Dia mengatakan kepada para murid-Nya, “Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu.” Kita sudah mendapatkan damai sejahtera dari Kristus. Dia sudah berikan kepada kita. Tetapi, karena dosa, karena kelemahan kita, sering kali kita tidak menyadari bahwa shalom atau ketenangan jiwa itu Yesus sudah berikan kepada kita. Apalagi, kita orang-orang Kristen. Kita memiliki hak yang istimewa di mana kita punya Kristus sebagai penopang hidup kita. Orang non-Kristen tidak memiliki Kristus. Orang Kristen memiliki Kristus dalam hati mereka, orang non Kristen tidak memiliki Kristus. Bukankah ini adalah suatu anugerah yang besar? Kita dimiliki Kristus, ya, kita pun memiliki Kristus.

Kristus pokok anggur, kita carangnya. Kita memperoleh kekuatan dan ketenangan dari Kristus sehingga kita bisa bertumbuh dan berbuah. Namun balik lagi, bukan berarti ketika kita mengerti hal ini atau jadi orang Kristen, kita langsung lepas dari kepanikan, ya, lepas dari gejolak. Orang-orang Kristen ya juga tetap rentan karena kita tetap manusia yang berdosa. Nanti ketika kita masuk surga barulah semuanya itu menjadi sempurna, kita bisa taat kepada Tuhan, 100% di surga nanti. Kita bisa alami penderitaan dan kesedihan dan kita tahu jawabannya ke mana  kita datang. Ya, pertama-tama datang pada Kristus. Kita bisa berdoa kepada Yesus Kristus yang adalah Allah yang Maha kuat. Yesus tuh kuat, Yesus tuh raja kita, Yesus itu adalah Pencipta kita. Dia adalah Allah kita.

Nah, Bapak, Ibu sekalian, apa sih artinya ketenangan jiwa kalau kita pikir-pikir lagi. Shalom itu apa? Damai sejahtera itu apa? Apakah tenang karena dia cuek? Ya, memang orangnya cuek, nggak peduli gitu ya jadi hidupnya tenang saja, bukan. Ya, ketenangan jiwa biasanya orang akan mengalaminya ketika ada beberapa hal yang dia alami atau terima dari Tuhan. Yaitu pertama, ketika dia bebas dari rasa takut. Takut yang betul-betul ketakutan, ya, entah itu upah dosa dalam maut membuat ketakutan, kecemasan atau kita juga berjalan dalam dunia ini di jalan yang salah, jalan yang sesat juga takut. Nah, inilah yang dijanjikan oleh Kristus, yaitu jalan kebenaran dan kehidupan yang limpah di dalam Tuhan. Itu memberikan kita damai sejahtera, kita tidak di jalan yang salah, kita memiliki hidup yang dari Tuhan sendiri, dan kita juga memiliki kebenaran yang Tuhan berikan melalui Alkitab.

Banyak orang takut, ya, dan banyak orang takut juga sama orang yang penuh kuasa. Ya, ambil contoh zaman dulu ketika Hitler berkuasa, banyak orang takut sama Hitler, tapi hidup Hitler pun penuh ketakutan karena dia banyak musuh juga. Dia sangat banyak musuh dan jangan pikir orang yang punya uang banyak, punya kuasa atau hidupnya tuh betul-betul powerful, ya, itu bebas dari rasa takut. Mereka juga banyak ketakutan dan kita tahu Hitler juga bunuh diri dengan menembak kepalanya di bunker, lalu juga istrinya, ya, istrinya Hitler menelan kapsul sianida atau racun, ya, dan akhirnya pun ketakutan karena menghadapi hidup di dunia ini. Itu kalo tidak dari Tuhan, ya, tidak karena anugerah atau kedamaian dari Tuhan kita bisa seperti itu juga, ya, mengalami ketakutan yang luar biasa.

Banyak artis-artis, orang kaya, ya, bunuh diri juga, ya, karena ketakutan. Ketakutan dicuri atau kalah kompetisi dengan yang lainnya, ketakutan macam-macam dan lainnya. Nah, ketenangan jiwa berarti bebas dari rasa takut. Nah, ini yang Tuhan Yesus berikan. Kasih itu melampaui ketakutan. Kita takut apa Bapak, Ibu, Saudara sekalian? Kita harus takut apa dan seharusnya kita takut terhadap apa? Tapi ketika kita menemukan jawabannya di dalam Kristus, kita bisa tenang, ya, kita bisa berani untuk taat dan bergantung pada Tuhan. Lalu ketenangan jiwa juga biasanya adalah penyediaan kepada setiap kebutuhan. Ya, kalau kita, kebutuhan kita tidak tersedia, kita panik, ya, kita nggak dapet uang, nggak punya uang misalnya, nggak bisa beli makanan, nggak bisa tidur, nggak bisa beli minuman, ya, kita langsung panik kok. Kebutuhan utama untuk bisa hidup itu tidak ada. Ya, secara jasmani orang akhirnya  mencari kebutuhan hidupnya, supaya dia rasa tenang. Tetapi banyak orang melupakan hal-hal rohani dalam kehidupannya, sehingga dia melupakan Tuhan, padahal yang harus dia cari adalah Allah, Kristus, yang bisa memberikan ketenangan di dalam kerohaniannya.

Kebutuhan jiwa yang terdalam hanya ada di dalam Yesus Kristus. Lalu yang ketiga juga, ya, bicara soal ketenangan jiwa itu juga pemenuhan setiap kerinduan. Biasanya orang kalau punya cita-cita, kalau tercapai cita-citanya baru tenang, tapi kalau tidak, wah dia gelisah terus, ya, dia sulit untuk tidur, fokus, hidup tenang, karena kerinduannya tidak terpenuhi. Tetapi kerinduan itu, balik lagi, apakah sifatnya egois atau berpusat pada kita? Kalau egois kita harus ubah. Ubah cita-cita kita, ubah kehendak kita, ubah kerinduan kita, kalau kita memang egois. Tapi kalau kehendak Tuhan kita mau ikuti, ya, supaya dipenuhi oleh Tuhan sendiri. Jadi ketenangan jiwa bicara soal keinginan atau kerinduan yang terkabul, ini kita bisa lepas dari kegelisahan. Dan di sini, kita dapatkan kelegaan.

Kita juga harus melihat, instropeksi diri kita bagaimana di hadapan Tuhan ketika kita merasa gelisah atau tidak mendapatkan ketenangan jiwa. Nah sebaliknya, dari ketenangan jiwa adalah jiwa yang panik ini ya, Bapak, Ibu, Saudara sekalian kita bisa hidup dalam rasa takut, kita merasa kebutuhan kita tidak tercukupi padahal secara taraf umum tercukupi. Kita tetap merasa tidak cukup, rasa takut dan akhirnya juga kita rasa hidup itu tidak pernah puas. Ini bahaya sekali jikalau kita tidak memiliki hati yang tenang, jiwa yang kuat di dalam Kristus, hidup kita akan dalam rasa takut, cemas, dalam rasa kebutuhan yang selalu ingin dipuaskan dan juga kerinduan yang selalu ingin dipenuhi.

Nah salah satu contoh, Bapak, Ibu, Saudara, ajaran yang membuat kita letih lesu dan berbeban berat berkaitan dengan keselamatan adalah legalisme dan armenianisme. Legalisme mengatakan bahwa “Saya selamat karena perbuatan saya, saya kudus karena saya berbuat baik ini dan itu.” Padahal kita tahu bahwa manusia berdosa bisa apa sih di hadapan Tuhan? Bisa berbuat hidup kudus bagaimana di hadapan Tuhan kalau Tuhan tidak menopang dia? Akhirnya dia berusaha mencari keselamatan, Armenian juga ya, keselamatan itu usaha manusia selain anugerah Tuhan. Kalau dia gagal berarti kehilangan keselamatan. Hidupnya panik, janji Tuhan itu ditentukan oleh perbuatan dan konsepnya dia. Ini sangat membuat kegelisahan, keselamatan berdasarkan kekuatan sendiri, hidup kudus berdasarkan kekuatan sendiri. Padahal baik keselamatan itu 100% karya Tuhan, ini adalah monergisme ya, hanya satu karya Tuhan. Tetapi baik pengudusan, nah ini bukan berarti tidak boleh berusaha ya, kita tetap harus berusaha. Kalau bicara tentang pengudusan, baru sinergisme, ada dua pihak yang bekerja anugerah Allah 100%, usaha kita juga harus 100% untuk belajar menaati Tuhan. Tetapi keselamatan itu monergisme, hanya satu saja yang bekerja yaitu Roh Kudus memberi keselamatan kepada kita.

Ada tiga alasan juga, Bapak, Ibu, Saudara, yang membuat jiwa manusia itu seharusnya bergoncang. Yaitu pertama-tama kita tahu manusia berdosa itu sudah terputus dari sumber hidup, dengan Allah, jiwanya itu kosong. Jiwanya ini sudah mati yang menunggu kematian kekal. Maka, jiwa yang kosong itu Blaise Pascal mengatakan bahwa ada satu bagian dalam jiwa manusia, bagian kosong yang hanya bisa dipenuhi dengan Allah barulah dia puas, barulah dia akan memiliki kehidupan kekal yaitu mengenal Allah yang sejati dan mengenal Yesus Kristus. Selama tidak dapat anugerah Tuhan, selama jiwa ini kosong, dia akan gelisah terus tetapi dia menutupinya dengan berhala-berhala yang lain. Itu manusia berdosa.

Lalu juga jiwa yang gelisah dengan alasan yang benar gitu ya, itu bukan saja ketika tidak ada Yesus Kristus dalam hatinya, tetapi ketika dia melawan perintah Tuhan. Kita ada guilty feeling, ada rasa bersalah, hati nurani menuduh kita bahwa kamu melakukan salah, kamu itu bohong, kamu itu jahat. Itu hati nurani berkata karena kita tidak mau taat kepada Allah, ketidaktaatan kepada Allah berarti pemberontakan kepada kepemimpinan yang tertinggi, maka kita akan dihukum atau dihakimi. Lalu juga yang ketiga, kenapa sih kita memiliki jiwa yang bergoncang, yang bergejolak gitu secara kebenaran firman Tuhan? Satu karena jiwa kita tidak ada Kristus, dua karena tidak taat kepada firman Tuhan, dan yang ketiga adalah, andai kita sudah percaya kepada Kristus, andai kita sudah mau berjuang taat kepada Tuhan, kita tidak menyerahkan beban sepenuhnya kepada Kristus. Kita orang Kristen, kita mau taat firman Tuhan, tapi terus letih lesu, terus capek, terus takut, terus cemas, kenapa? Karena kita tidak menyerahkan semua itu kepada Kristus, kita masih pegang sendiri, ada tanggung jawab kita, ada kesombongan diri kita, kita masih lihat kepada diri. Banyak orang gagal menyerahkan, maka gagal memperoleh ketenangan.

Nah ilustrasinya Bapak, Ibu, Saudara, Pdt. Dawis pernah bercerita ya di PA, itu tentang kecemasan, bagaimana kita menyerahkan semua kekhawatiran kita kepada Tuhan, itu ibarat seperti kita naik pesawat terbang, ada ruang pilot dengan juga penumpang. Antara ruang pilot dengan penumpang dipisahkan satu tembok yang kita juga tidak bisa terhubung kecuali si pilot itu mau berkomunikasi dengan penumpangnya. Ketika ada guncangan kita takut, kita khawatir, penumpang bisa ngapain untuk bisa menyelamatkan pesawatnya? Kasih nasihat firman Tuhan gitu ke pilot? “Pilot, dengarkanlah firman Tuhan, damai sejahtera bagimu”, misalkan gitu. Pilot tetap heboh, tetap susah nggak bisa apa-apa juga, dia berjuang sebisa dia untuk mengendalikan pesawat. Jadi, penumpang tidak bisa apa-apa, cuma pilot yang bisa menyelamatkan pesawat tersebut.

Nah, demikian kita juga, kita ketika berhadapan dengan situasi tertentu di hadapan Tuhan, kita bisa menyerahkan semuanya itu kepada Tuhan. Tuhan yang melakukan sisanya. Ya, ini, kan, kalimat anak SD, ya, di buku anak SD. ‘You need to do the best. And God will do the rest.’ Kita yang penting lakukan terbaik sebisa kita apa sebagai penumpang. Yang bisa menyelamatkan pesawat terbang itu adalah pilot. Ya, itu Tuhan, ya. Tuhan yang bisa mengatur segala sesuatunya bagi kita. Atau juga ada ilustrasi, ya, Bapak, Ibu, Saudara sekalian. Seseorang yang tua sedang memanggul kayu yang begitu berat sambil jalan. Terus ada supir truk lewat, memanggil si orang tua ini, “Halo, Pak Tua. Ya, silakan naik ke belakang truk saya ini. Kamu bisa duduk dengan tenang dan bisa menyimpan beban kamu di sana. Ya, beban kayu itu sendiri.” Terus Pak Tua ini sangat senang, ya, “Iya, saya mau ikut supaya bisa cepat sampai ke tujuan.”

Nah, kemudian dia naiklah sambil memikul kayu yang berat tersebut. Terus dia duduk di situ, dengan sambil memikul kayu tersebut. Gitu, ya. Sama-sama berat, ya. Cuma bedanya satu jalan, satu duduk. Nah, itu namanya tidak menyerahkan sepenuhnya. Alkitab berkali-kali memerintahkan kepada kita, “Serahkanlah seluruh kekhawatiranmu kepada Tuhan. Sebab Dia memelihara kamu.” Serahkanlah. Serahkanlah. Bukan berarti kita tidak bertanggung jawab. Bukan berarti kita diam, ya. Tetapi kita lakukan apa yang kita bisa, lalu serahkan semua kepada Tuhan.

Nah, orang yang jiwanya bergoncang ini alasannya adalah karena memang ada dosa, ya. Ada ketidaktenangan karena kita memang manusia yang sudah jatuh dalam dosa. Kita jauh dari Tuhan dan jauh dari Tuhan berarti malapetaka yang besar. Padahal hati Yesus Kristus selalu terbuka untuk kita. Nah, mari kita lihat Yes. 59:1-2 kita baca bersama-sama, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ya. Yes. 59:1-2. Kita buka suara, kita baca bersama-sama Yes. 59:1-2, “Sesungguhnya, tangan Tuhan tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu.” Ya, kita diingatkan bahwa kita ini manusia yang lemah dan sering kali kita cemas atau panik karena kita tidak bergantung pada Tuhan, tidak beriman kepada Tuhan. Dan juga kita tidak melihat situasi yang berdosa di sekitar kita dengan cara pandang Tuhan, sehingga kita akhirnya salah ambil keputusan, sehingga akhirnya kita semakin cemas, semakin takut, dan tidak berbuat apa-apa. Kita butuh Tuhan. Yang panjang sabar, yang penuh kasih, yang membuka tangan-Nya untuk kita meminta kekuatan daripada-Nya.

Lalu dalam Mat. 11:28-30 kita lihat, ya. Di sini ada penghiburan yang Yesus berikan kepada kita. Kita bisa lihat dua penghiburan. Jadi, ayat ini biasanya saya pakai juga ketika pelayanan di rumah sakit. Ya, Mat. 11:28-30, ya. Dengan letih lesu dan berbeban berat datang pada Kristus, berarti doa kepada Yesus Kristus. Ini memanggil supaya kita datang kepada-Nya. Nah, kita pikir, ya, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ini adalah panggilan yang bukan universal. Saya sendiri pun ketika baca Alkitab, sering kali ini adalah panggilan untuk orang Kristen. Ada penjelasan untuk semua orang. Tetapi panggilan Yesus ini, “Marilah datang kepada-Ku yang lebih lesu dan berbeban berat. Aku akan memberikan kelegaran kepadamu.”, ini ternyata ada penafsir yang mengatakan bahwa ini panggilan untuk semua orang. Baik orang Kristen maupun non-Kristen, Yesus pun bisa memberikan kekuatan. Terlepas dia percaya sama Kristus atau nggak, Yesus bisa berikan kekuatan. Ya, Roh Kudus bekerja dalam hati kita. Tapi Roh Kudus juga bekerja pada orang yang tidak mengenal Kristus. Masa Roh Kudus tidak bekerja dalam hati secara umum, memelihara kehidupan mereka? Roh Kudus juga ada anugerah umum kepada orang yang di luar Yesus Kristus.

Nah, baik orang Kristen yang sudah jauh dari Kristus atau tidak tinggal bersama dengan Kristus, juga orang yang belum tahu siapakah dan di mana Kristus itu, Yesus memberi panggilan ini. Panggilan penghiburan sekaligus panggilan yang sangat terhormat. Karena dipanggil oleh Allah alam semesta. Kalau kita dipanggil oleh orang yang berotoritas—Presiden saja kita rasakan terhormat, gitu ya, kita akan mendengarkan dia. Ini kita dipanggil oleh Yesus Kristus untuk datang kepada-Nya.

Nah, konteks ayat ini diucapkan Yesus, ketika Yesus sedang bersyukur pada Bapa, ya, kepada Allah yang berdaulat, yang memberikan hikmat kepada orang yang meminta hikmat, dan orang berhikmat yang akan meresponi kata-kata penghiburan dari Yesus Kristus. Ya, penghiburan. Ayat 28, ini adalah suatu penghiburan yang pertama yang berdatang kepada-Ku. Ya, bukan suatu paksaan, suatu ajakan yang lemah lembut, ketenangan dalam kasih Allah akan Yesus berikan. Ini bicara soal pengampunan dan penerimaan.

Di sini Yesus mengajak orang untuk memiliki jiwa yang tenang di dalam Kristus. Kamu sedang letih lesu berbeban berat? Kamu bisa datang kepada Kristus untuk diterima oleh Kristus dan diberikan ketenangan. Yesus memberikan undangan yang paling dibutuhkan oleh manusia yang berdosa, ya. “Come to me! All who labor and are heavy laden.” Ini menunjuk kepada semua yang menderita penyakit yang dibebani oleh tekanan moral dan mental, tetapi signifikansi yang lebih dalam adalah mereka yang lelah, atau dibebani dengan dosa dan cacat spiritual.

Jadi ini undangan untuk semua orang, ya. Kita ada dosa. Kita manusia berdosa. Kita letih karena dosa kita. Sebagai orang Kristen kita bisa demikian. Kita benci dosa, ya. Kita letih, kita malas kalau berdosa. Kita menyesal, sedih, ketika jatuh dalam dosa, datang pada Kristus. Jangan cari usaha sendiri. Dengan cara-cara saya saja, saya bisa lepas dari dosa ini. Kita butuh kekuatan dari Kristus, dan Yesus memberi kelegaan atau istirahat. Nah, ini adalah suatu janji Tuhan yang terus menerus Tuhan berikan kepada kita, ketika kita datang kepada Kristus, Yesus memberikan kelegaan. Yesus meyakinkan mereka bahwa Dia akan memberikan mereka istirahat, karena memang Yesus adalah hari sabatnya orang Kristen. Yesus adalah Tuhan atas segala hari sabat. Hari sabat, dan kita bisa memperoleh ketenangan di dalam Yesus Kristus. Ini penghiburan yang pertama. Ayo datang, dekat-dekat dengan Kristus. Dia penolong, penguasa kita. Kita sudah tenang, ya. Doa sungguh-sungguh kepada Dia.

Lalu penghiburan yang kedua, ketika Yesus mengundang kita datang, Yesus memberikan apa? Ini yang mungkin bagi kita bingung, ya. “Pikullah kuk yang Kupasang, dan belajarlah pada-Ku.” Jadi waktu Yesus mengundang kita datang, Yesus bukan cuman, ya, menghibur, menguatkan, mendoakan kita, memeluk kita, tapi justru dikasih tugas: kuk, ya. “Kuk yang Kupasang, dan kamu belajar dari pada-Ku.” Terjemahan lainnya adalah “Jadilah murid-Ku, dan serahkanlah dirimu kepada-Ku.” Ini penghiburan, yang bagi kita, agak sulit kita mengerti. Kenapa? Waktu kita mau lega, atau istirahat, kita nggak mau tugas. Kita nggak mau beban di punggung kita. Sudah waktunya istirahat, ya, malah dikasih tugas. Tetapi di sini Yesus memberikan sebuah berkat, ya. Ketika kita diberikan tugas oleh Kristus, Yesus katakan “Kehendak Tuhan adalah makanan-Ku,” ya. “Makanan-Ku adalah melakukan Dia yang sudah mengutus Aku,” ya.

Jadi bagi Yesus Kristus, ketika kita jalankan tugas kita, tanggung jawab kita, justru kita dapat kekuatan. Itu hidup yang benar. Kalau kita sudah takut akan Tuhan, hidup benar, kita akan diberikan kekuatan oleh Kristus, diberikan penyertaan dan berkat Tuhan. Bagi Yesus, memikul perintah Tuhan adalah sumber kekuatan rohani. Maka Yesus, ketika mengundang kita datang, “Nih, pikullah kuk yang kupasang!” Kamu kerjakan yang kamu bisa! Jangan salah! Jangan menipu diri! Jangan pikir kamu sudah taat Tuhan, padahal sebenarnya tidak taat. Kamu betul-betul, sungguh-sungguh, mau taat sama Tuhan, mau rendah hati dengan Tuhan. Tuhan katakan “Aku memberikan kelegaan kepadamu!”

Jadi, kuk di sini, ya Bapak, Ibu, Saudara, melambangkan ketundukan. Melambangkan pelayanan kepada Tuhan, tapi juga bisa melambangkan suatu penderitaan atau kesusahan ketika kita taat kepada Tuhan. Kita rela menanggungnya. Kita rela susah, yang penting taat kepada Firman Tuhan. Kita rela merendahkan diri, ya, demi Yesus ditinggikan. Di sinilah Yesus mengajarkan kita untuk tetap pegang tugas-tugas kita yang seharusnya kita kerjakan, ya.

Seperti seorang ibu menggendong bayinya, ya. Dia tidak akan merasakan terlalu berat, ya. Dia mengasihi bayinya, beban itu ya beban yang benar. Beban yang baik, beban yang harus dia kerjakan, agar bayi yang dia kasihi bisa hidup. Demikian kita jalankan firman Tuhan itu suatu hal yang, beban yang enak. Harus dikerjakan demi kebaikan bersama, dan demi memuliakan nama Tuhan. Dan kita juga diminta untuk melihat teladan Yesus Kristus. “Belajarlah daripada-Ku.” Karena apa? Karena Yesus itu rendah hati dan lembut, dan kita bisa menemukan ketenangan di dalam Yesus Kristus. Gitu, ya? Jadi, ini lah yang Yesus janjikan, penghiburan. Suatu undangan, suatu perintah, dan juga suatu teladan yang Yesus kerjakan dalam seluruh kehidupan-Nya di bumi ini. Kita bisa tenang di dalam Yesus Kristus. Kita bisa pikirkan “Kuk apa yang sedang kita pikul?” Bapak, Ibu, Saudara sekalian. “Apa yang beban, yang sedang kerjakan?” Jangan lupa, bahwa Yesus juga memikul kuk itu bersama-sama dengan kita. Yesus memberikan kekuatan dan menguatkan kita bersama-sama.

Bapak, Ibu sekalian, ada satu lagu ya, Abide with me, karangan Henry Francis Lyte tahun 1847, di situ kalimatnya “tinggal sertaku. Ya hari telah senja, gelap makin turun Tuhan tinggallah.” Jadi ada satu hymne satu lagu yang diinpirasikan dari dua murid Yesus, yang setelah Yesus mati, dan kemudian Yesus bangkit menampakkan diri-Nya. Mereka pikir Yesus mati saja, Yesus tidak bangkit mereka kembali ke Emaus, dan di situ ada perbincangan antara Yesus dengan mereka dan mereka mengundang Yesus. Ini mereka yang mengundang Yesus. “Tinggallah bersama-sama dengan kami sebab hari telah menjelang malam dan matahari hampir terbenam.” Bukan saja kita itu diundang oleh Yesus, kita pun mau agar Yesus terus tinggal dalam hati kita. Yesus mengundang kita, kita pun mengundang Yesus Kristus untuk bisa tinggal terus dalam hati kita. Bukan berarti Yesus pergi, tinggal, pergi, tinggal, bukan, tetapi Yesus tetap ada dalam hati kita, kita yang mau hidup dalam hati Dia. Kita terima dan percaya Yesus, Yesus tinggal dalam hati kita. Kita juga mau agar Yesus terus menguatkan kita, memimpin kita, dan kita pun mau ikut terhadap pimpinan Yesus Kristus. Dan dia, Henry Francis Lyte, seorang pendeta yang tidak dikenal, dia berjuang 23 tahun di sebuah gereja miskin di desa pemancingan di Inggris gitu ya dan dia menukis lagu ini ketika dia sekarat dan hampir meninggal. Dia tulis sebagai wujud bahwa ini pengharapan untuk orang Kristen. Dia sedang sakit tuberkolosis dan sakit asma, dan itu adalah suatu malam yang gelap bagi hidupnya, dan itu adalah kegelapan semakin dalam, dan dia sangat merasa sendiri. Tetapi dia tahu bahwa dia tidak sendirian karena di masa-masa gelap dia, Yesus beserta dengan dia. Tuhan kita bersama kita. Ini adalah pertolongan yang luar biasa. Seorang yang tidak pernah berubah, dia menuntun jalan kita dan Yesus tidak pernah meninggalkan kita, atau mengabaikan kita.

Jadi Bapak, Ibu sekalian, kunci dari ketenangan jiwa, atau shalom adalah pertama-tama adalah dari Yesus Kristus sendiri. Jiwa manusia itu diisi oleh Pribadi Yesus Kristus. Jiwa manusia itu membutuhkan Pribadi yang sempurna. Dan Yesus Kristus itu mau tinggal di dalam kita yang percaya kepada-Nya. Dan kemudian yang kedua, kita menyerahkan hidup kita kepada Kristus, betul-betul sepenuhnya, kita mau ikut pimpinan Dia, sebab Dia yang memelihara kita. Itu betul-betul kita serahkan ya, hidup kita ini memang dari Tuhan dan untuk Tuhan. Roma 12:1 mengatakan, “persembahkanlah tubuhmu sebagai persembahan yang kudus yang hidup yang berkenan kepada Allah, itu adalah ibadahmu yang sejati.” Jadi percaya Kristus, serahkan hidup kepada Dia, karena Dia adalah pemimpin seluruh kehidupan kita dan juga kita mau terus menerus mengenal dan bergantung kepada Yesus Kristus yang adalah sumber penghiburan kita. Yesus adalah Juruselamat yang penuh kasih, Dia Juruselamat bagi orang berdosa, Yesus juga memberikan penghiburan yang tak akan membuat kita menyesal ketika kita datang kepada-Nya. Ketika kita datang kepada-Nya, Yesus berikan kekuatan. Dan Yesus adalah Allah sebagai sumber segala berkat dan sukacita.

Bapak, Ibu sekalian, penghiburan ini adalah penghiburan yang nyata di dalam kehidupan kita, ya Tuhan menyediakan kita Alkitab untuk kita bisa baca, renungkan, dan lakukan. Tuhan juga menyediakan kita saudara seiman untuk bisa memberi tahu kita tentang nasihat kebenaran firman Tuhan, atau membentuk kita untuk serupa dengan Kristus. Tuhan juga menyediakan kita untuk bisa mengakses ya atau berbicara kepada Allah di dalam Yesus Kristus. Penghiburan dari Allah itu setiap hari ada. Dosa setiap hari ada. Itu membuat kita letih lesu dan berbeban berat. Tetapi penghiburan dari Allah juga setiap hari ada bagi hidup kita. Ya Yesus mengundang datanglah kepada-Ku ya. Berbicaralah kepada-Ku, tinggal dekat bersama Aku dan kamu akan jalan di dalam jalan-Ku yang pasti. Jalan yang aman, jalan yang tenang, ya itu datanglah dekat pada-Ku.

Mari kita baca Yoh. 14:27, ini adalah janji Yesus Kristus kepada para murid yang sedang ketakutan, yang sedang ketakutan, yang sedang gelisah dan bimbang karena Yesus mati kan, Dia disalib di atas kayu salib menanggung hukuman dosa, dan Yesus ketika bangkit dari kematian, menjanjikan hal ini dan memberikan hal ini kepada kita. Mari kita baca bersama-sama, Yoh. 14:27 satu dua tiga, “Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu: dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.”

Yesus katakan, “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu.” “Kuberikan”, ya. Ketika Yesus naik ke surga, Yesus memberikan damai sejahtera. “Kutinggalkan bagimu”, ya. “Damai sejahtera-Ku”, ya. Damai sejahtera Yesus dari mana? Dari diri Dia sebagai Allah dan Dia juga memberikan siapa untuk bisa memberikan damai sejahtera, yaitu Roh damai sejahtera? Yaitu Roh Kudus. Ketika Yesus naik ke surga, Yesus memberikan Roh Kudus-Nya, memberikan damai sejahtera-Nya bagi para murid. “Dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu.” Dunia tidak bisa memberikan Roh Kudus. Dunia tidak bisa memberikan damai sejahtera yang dari Allah sendiri. Makanya damai sejahtera itu datang dari Kristus. Yesus utus Roh Kudus kepada para murid-Nya.

Oleh karena itu, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, jangan lupakan tindakan sederhana ini, ya. Undangan Yesus masih berlaku sampai sekarang, sampai selama-lamanya bagi kita, yaitu marilah datang kepada Yesus Kristus, berdoa kepada-Nya, tinggal di dalam-Nya, karena Yesus sudah memberikan anugerah atau teladan bagi kita semua untuk bisa hidup serupa dengan Dia. Dan Mari kita baca bersama-sama Mat. 6:25–34. Mari kita sambil bangkit berdiri, Bapak, Ibu, Saudara sekalian. Mat. 6:25–34, kita baca bersama-sama. Itu juga adalah perkataan dari Yesus Kristus, ya. Mat. 6: 25–34, kita baca bersama-sama ayat ini.

“Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting daripada makanan dan tubuh itu lebih penting daripada pakaian? Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.” Mari kita berdoa bersama-sama.

Allah Bapa kami yang di sorga, kami mengucap syukur kami boleh dipilih oleh Tuhan untuk menerima segala anugerah, segala berkat, segala damai sejahtera yang boleh diberikan Yesus Kristus melalui pengorbanan-Nya di atas kayu salib. Terima kasih Tuhan, kami yang tidak layak, kami yang sudah berdosa kepada Tuhan, kami yang sudah melawan Tuhan, boleh diberikan anugerah yang begitu besar: kemurahan hati Tuhan yang begitu limpah dalam hidup kami. Ampunilah Tuhan dosa-dosa kami. Dan ajar kami untuk semakin peka terhadap kehendak Tuhan maupun juga semakin peka melihat hidup kami di hadapan Tuhan. Dan kami juga memohon supaya ketika kami menghabiskan waktu-waktu hidup kami di dalam dunia ini yang satu kali saja, yang sementara saja, kami bisa menghabiskannya dengan damai sejahtera dari Yesus Kristus. Kami bukan menjadi orang yang kurang iman, menjadi orang yang sombong atau tidak bergantung kepada Tuhan, melainkan di dalam setiap kehidupan kami, kami sadar kami ini adalah manusia yang lemah, yang berdosa, dan butuh pertolongan dari Tuhan sendiri. Kiranya Tuhan boleh terus memberkati setiap kami, memimpin, dan memelihara hidup kami. Dan kami pun bisa terus tinggal di dalam Yesus Kristus sebagai Tuhan yang begitu baik dalam kehidupan kami. Pimpin hidup kami, Tuhan. Kiranya Tuhan boleh dipermuliakan melalui hidup kami. Dan tolonglah kami untuk bisa terus mengasihi Tuhan maupun mengasihi sesama kami, manusia. Dalam nama Tuhan Yesus, Penebus dan Juruselamat kami yang hidup, kami sudah berdoa dan mengucap syukur. Amin. (HS)