Ef. 2:14-18
Saudara, di dalam ayat yang sebelumnya, kita telah melihat, misalnya dalam ayat 14, lalu ayat 15, di situ Paulus mengangkat sesuatu peristiwa pendamaian yang terjadi di antara manusia, atau di antara orang-orang Yahudi dengan orang-orang non-Yahudi Kristen. Jadi, pertama-tama ketika Paulus menulis mengenai persatuan, atau dipersatukan dengan Kristus, aspek yang Paulus angkat, itu adalah, aspek horizontal, sesuatu persatuan yagn terjadi di antara manusia dengan manusia. Tetapi setelah Paulus mengangkat aspek horizontal, perdamaian di antara manusia, Paulus kemudian mengangkat aspek vertikalnya: yaitu perdamaian antara manusia dengan Allah, melalui Yesus Kristus.
Nah ketika kita melihat bagian ini, ada orang-orang yang melihatnya, kemudian mengartikan: Kalau Paulus pertama mendamaikan secara horizontal, melihat aspek horizontal, itu yang dinyatakan pertama, baru aspek vertical, maka itu berarti bahwa sebenarnya Paulus sedang lebih mengutamakan karya daripada gereja, pekerjaan daripada gereja, tugas pendamaian dilakukan oleh gereja lebih penting dan lebih utama daripada penebusan atau pendamaian yang dilakukan oleh Kristus bagi orang-orang yang berdosa sehingga, gereja punya peran untuk membawa kedamaian bagi dunia ini, itu adalah lebih utama. Tetapi Saudara, saya percaya, ini bukan menjadi apa yang Paulus tekankan di dalam bagian ini. Pada waktu Paulus mengangkat mengenai kehidupan non-Yahudi, lalu diperdamaikan dengan kehidupan Yahudi dalam gereja, ingat dalam ayat 11-13, itu semua menyatakan satu ingatan atau satu memori untuk mengingat kembali akan keadaan daripada orang-orang non-Yahudi atau kita sebelum kita ada di dalam gereja atau di dalam Kristus dan diperdamaikan dengan Kristus. Paulus ingin kita melihat kembali akan keadaan kita yang terpisah dari Allah, tanpa Allah, tanpa janji daripada Tuhan Allah. Dan sekarang kita yang “jauh” tersebut, ada “dekat” di dalam Allah, melalui Kristus itu.
Ini menunjukkan bahwa bukan sesuatu yang menjadi peran gereja yang utama untuk membawa perdamaian tetapi Paulus ingin kita bisa melihat kembali akan keadaan masa lalu kita, supaya kita bisa melihat secara jelas akan kondisi rohani kita, akan kondisi kita yang tanpa perdamaian dengan Tuhan Allah, yang terpisah daripada Tuhan Allah, dan sekarang kita mengalami satu perubahan besar ketika kita ada di dalam Kristus. Dahulu kita “jauh”, sekarang kita menjadi “dekat”; dahulu kita berada di luar, sekarang sekarang kita berada di dalam dan kita bisa beribadah kepada Tuhan yang benar, Tuhan yang hidup. Sehingga melalui kejadian itu, ketika kita diciptabarukan, menjadi manusia baru, kita bisa menjadi satu manusia yang beribadah kepada Tuhan Allah, dan mendapatkan satu kehidupan kekal, janji Tuhan di dalam kehidupan kita. Jadi bukan bicara mengenai peran gereja yang lebih penting dari peristiwa keselamatan yang Tuhan kerjakan bagi gereja tetapi itu mengingatkan kembali, untuk membuat kita mengenang dan melihat betapa besar karya keselamatan yang Kristus lakukan di dalam kehidupan kita untuk menjadikan kita sebagai orang-orang yang percaya, manusia baru.
Nah ini Paulus katakan di dalam ayat 15, “untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya.” Itu sebabnya, Saudara, kalau kita perhatikan alur daripada tulisan Paulus, Paulus berkata seperti ini ya: pertama Paulus berkata, “dan itu sebabnya,” setelah Paulus pertama mengatakan, “Dahulu kamu adalah orang-orang yang tidak bisa berelasi dengan orang-orang Yahudi. Kamu adalah orang-orang yang terpisah.” Lalu setelah menjelaskan keadaan yang terpisah ini, Paulus kemudian mengajak mereka untuk melihat, atau kita untuk melihat keadaan kita yang sudah dipulihkan di dalam Kristus dan menjadi satu. Tetapi ketika Paulus menjelaskan keadaan kita, yang pertama, di luar, kemudian derajat di satu, yang di dalam itu, Paulus tidak berhenti di posisi ini. Paulus kemudian melanjutkan di dalam ayat yang ke-16, yang menyatakan bahwa, “untuk [itulah Dia] memperdamaikan keduanya, di dalam satu tubuh, dengan Allah oleh salib”. Jadi, pertama-tama, Paulus melihat, sesuatu yang bersifat horizontal. Lalu setelah itu, Paulus tidak berhenti di dalam hal yang bersifat horizontal ini. Paulus mengajak kita melihat kepada apa yang dikerjakan Allah di dalam Kristus secara vertikal. Nah ini maksudnya apa? Maksudnya adalah tanpa adanya satunya pemulihan relasi secara vertikal, yang ada di antara manusia, maka tidak mungkin ada terjadinya pendamaian secara horizontal di dalam dunia ini. Gereja kalau ingin mengadakan pendamaikan, dengan mengabaikan keselamatan di dalam Kristus atau pendamaian di dalam Kristus, maka itu menjadi sesuatu tindakan yang mustahil. Itu menjadi satu tindakan yang tidak mungkin bisa terjadi. Karena tanpa peristiwa yang vertikal ini diselesaikan, tidak mungkin ada sesuatu solusi atau sesuatu pendamaian secara horizontal, kecuali sesuatu yang hanya dipermukaan saja, yang kelihatannya damai, kelihatannya baik, kelihatan tidak ada ketegangan dan perselisihan satu dengan yang lain. Tetapi tidak pernah masuk sampai kepada akarnya. Ini yang Paulus angkat. Itu sebabnya di dalam ayat 15, Paulus berkata, “sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera.”
Saudara, apa yang membuat orang-orang non-Yahudi tidak bisa masuk ke dalam kehidupan orang-orang Yahudi yang katanya “dekat” dengan Allah? Jawabannya karena ada hukum Tuhan yang membuat mereka terpisah. Apa yang membuat orang-orang Yahudi tidak bisa berdamai dengan orang-orang non-Yahudi? Karena ada hukum Tuhan yang menjaga mereka untuk tidak bisa mengakomodir apa yang menjadi kehidupan daripada orang-orang non-Yahudi. Itu berarti di antara mereka berdua ada hukum yang memisahkan, ada sesuatu yang berkaitan dengan Allah yang membuat mereka harus terpisah satu dengan yang lain. Dan, Paulus berkata, Tuhan sudah hancurkan pemisah ini, hukum ini sudah dibatalkan, sehingga perdamaian itu bisa terjadi antara kedua pihak ini. Nah ini yang dikerjakan oleh Tuhan di dalam kehidupan daripada orang-orang Yahudi dan orang-orang non-Yahudi. Itu sebabnya kita berkata, relasi antara manusia dengan Allah, itu adalah yang menjadi dasar bagi relasi antara manusia dengan manusia. Kedamaian kita, perdamaian yang kita miliki dengan Allah, itu menjadi dasar kita berdamai dengan sesama manusia yang lain di dalam kehidupan kita. Nah apa yang membuat kita bisa diperdamaikan? Jawabannya, Paulus bilang, karena salib, atau karena kita sudah ditempatkan, oleh salib, itu di dalam satu tubuh, yaitu gereja. Itu yang bisa memperdamaikan kita dan membuat kita sebagai orang yang mengasihi satu dengan yang lain di dalam Kristus, dalam kehidupan kita.
Jadi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau kita melihat perpecahan, kita melihat perselisihan, kita melihat pada keributan yang terjadi di antara manusia, maka jawabannya yang paling mendasar adalah disebabkan karena manusia itu terpisah daripada Tuhan Allah. Karena manusia tidak mempunyai relasi yang baik dengan Tuhan Allah, maka baru timbul permasalahan di dalam dunia ini. Nah ini kita bisa lihat di dalam Roma 1 ya, mari kita buka Roma 1:18. Di ini ada beberapa hal yang penting yang kita bisa lihat dari ayat 18-32. Di dalam ayat 24, itu Paulus mengatakan apa sebab manusia hidup dalam keinginan hati akan kecemaran dan saling mencemarkan tubuh? Lalu jawabannya di dalam 23, “Mereka menggantikan kemuliaan Allah yang tidak fana dengan gambaran yang mirip dengan manusia yang fana, burung-burung, binatang-binatang yang berkaki empat, atau binatang-binatang yang menjalar.” Lalu pertanyaan berikutnya adalah: “Apa sebab di antara manusia, mereka hidup di bawah hawa nafsu yang memalukan, sehingga istri-istri menggantikan persetubuhan yang wajar dengan yang tidak wajar, suami-suami meninggalkan persetubuhan yang wajar dengan istri mereka dan menyala-nyala dalam berahi mereka seorang terhadap yang lain, sehingga mereka melakukan kemesuman, laki-laki dengan laki-laki”? Sebabnya kenapa? Jawabnya ada di dalam ayat 25, di situ dikatakan, “Karena mereka menggantikan kebenaran Allah dengan dusta dan memuja dan menyembah makhluk dengan melupakan Penciptanya yang harus dipuji selama-lamanya.” Lalu di dalam ayat 28-30, itu masalah yang berikutnya: “Apa sebab manusia itu penuh dengan satu pikiran yang terkutuk, satu pikiran yang jahat, satu tindakan kelaliman, satu keserakahan, satu kebusukan, sesuatu tindakan yang penuh dengan kedengkian, pembunuhan, perselisihan, dan yang lain-lainnya?” Jawabnya ada di dalam ayat 28a, “Karena mereka tidak merasa perlu untuk mengakui Allah, maka Allah menyerahkan mereka kepada pikiran-pikiran yang terkutuk.”
Jadi dari tiga contoh Paulus angkat ini, dari satu kehidupan yang dipenuhi atau dicemari hawa nafsu yang tidak baik, dalam kehidupan persetubuhan atau seks yang tidak wajar, lalu kehidupan yang penuh dengan kejahatan – dari pikiran dan keinginan sampai perbuatan yang mereka lakukan, Paulus katakan, penyebabnya cuma satu, karena apa? Karena mereka menolak Allah, karena mereka tidak mau mengakui Allah dalam kehidupan mereka. ‘Tapi kita hidup percaya kepada Allah kok!’ Karena mereka, bukan cuma percaya, tetapi sebenarnya ketika mereka beribadah kepada Allah, mulut mereka bicara ada Allah tetapi mereka sebenarnya tidak pernah mengakui kebenaran Allah dalam kehidupan mereka. Itu yang membuat ketika Firman Tuhan diberitakan tidak ada sikap hati yang mau nunduk kepada Firman Tuhan, itu sama dengan mereka tidak mau mengakui kebenaran Tuhan di dalam kehidupan mereka. Nah itu sama dengan mereka sebenarnya tidak memiliki Allah dalam kehidupan mereka. Nah akibatnya adalah relasi secara horisontal yang rusak antara satu dengan yang lain. Jadi keterpisahan manusia dengan Allah, itu menjadi sumber permasalahan yang ada di antara manusia. Tapi mungkin Bapak, Ibu, Saudara berkata, “Tapi kami kan sudah diperdamaikan dengan Kristus. Kalau itu bicara dengan, mengenai orang-orang yang tidak diperdamaikan di dalam Kristus, itu adalah sesuatu yang berbicara mengenai manusia yang berdosa, manusia di luar Kristus, bukan orang Kristen, tetapi kami kan adalah orang Kristen, kami adalah orang yang percaya kepada Kristus, kami adalah orang yang sudah ditebus di dalam Kristus, kami sudah diperdamaikan dengan Allah, lalu kenapa kami masih ada masalah di dalam kehidupan kami, mengapa kami masih ada perselisihan, kenapa kami masih ada hal-hal yang berkaitan dengan pemusuhan di antara orang-orang Kristen sendiri?”
Saudara, ini adalah hal yang penting sekali, pemasalahannya adalah karena seringkali kita walaupun kita telah percaya kepada Kristus, sebenarnya masih ada hal-hal yang kita sembunyikan di dalam hati kita yang paling dalam, yang kita tidak rela untuk dibukakan dan dipaparkan di bawah terang firman Tuhan. Masih ada hal-hal dalam kehidupan kita yang masih kita sembunyikan, kita anggap ini adalah sesuatu yang saya tidak ingin Tuhan bentuk, ini masih sesuatu yang penting bagi saya, saya tidak rela membuang ini dalam kehidupan saya, saya masih mau pegang ini secara erat dalam hidup saya sehingga saya tidak rela Tuhan punya firman mengubah ini dan saya harus merela, menyakiti diri saya demi untuk taat kepada kebenaran firman Tuhan. Saudara ini adalah hal yang serius sekali. Kita dalam kehidupan kita, manusia itu adalah manusia yang kompleks, sehingga dalam kehidupan kita banyak aspek-aspek lain dalam kehidupan kita, seperti terbagi-bagi satu dengan yang lain seperti itu. Ada aspek-aspek tertentu dalam hidup kita yang kita bisa tundukan di bawah Kristus dan seakan-akan ketika kita tundukan di bawah Kristus maka itu menjadikan kita sepertinya anak Tuhan yang baik. Dan tetapi ada bagian lain daripada hidup kita yang kita sembunyikan dan kita tidak mau tampilkan dan kita tidak pernah mau ekspos itu di bawah kebenaran firman Tuhan dan kita tidak rela firman Tuhan mempenetrasi masuk lalu mengubah kehidupan kita dalam bagian itu.
Lalu ketika melihat kondisi seperti ini apa yang kita lakukan? Seringkali adalah kita hanya berfokus pada sesuatu yang baik, ketaatan yang kita bisa lakukan dalam kehidupan kita. Lalu yang ini bagaimana? Kita abaikan, kita anggap tidak ada, dan kita menampilkan diri kita sebagai orang Kristen yang baik yang taat Tuhan dan beribadah serta percaya kepada Tuhan. Tapi saudara Tuhan tidak senaif itu, Tuhan tahu apa yang ada tersembunyi dalam hati kita. Kalau Dia melihat kita adalah anak Tuhan, Dia pasti tidak akan membiarkan kebusukan dosa itu tersimpan terus di dalam hati kita, Dia akan bongkar itu. Itu sebabnya di dalam injil, itu ada kalimat ‘apakah bangkai itu akan tersembunyi terus?’ ‘Apakah sesuatu yang tersembunyi tidak akan diletakan di atas gantang lalu diberitakan ke semua orang bisa melihat hal itu?’ Tuhan akan lakukan itu, kalau Tuhan masih biarkan kita menyembunyikan itu, bukan berarti itu tidak perlu diselesaikan mungkin Tuhan masih bebelas kasih bagi kita, atau mungkin Tuhan sedang membiarkan kita untuk tidak dibentuk. Tapi Saudara, kalau Tuhan ingin membentuk kita, kalau kita sungguh-sungguh mendapat kasih Tuhan, maka saya yakin, apa yang tersembunyi itu akan dipenetrasi oleh firman dan dibongkarkan. Dan pada waktu itu dibongkarkan mungkin akan timbul rasa malu, mungkin akan timbul sakit hati di situ, tetapi Saudara ingat baik-baik, dihadapan Tuhan tidak boleh ada satu bagian daripada diri kita yang tidak dibentuk oleh Tuhan, karena ketika Tuhan berkata, ”Aku adalah Raja, Aku adalah Tuan atas hidupmu, engkau adalah milik-Ku” itu berarti seluruh bagian kita, seluruh aspek dari hidup kita harus ditundukan di bawah Kristus, itu yang benar.
Nah ini adalah hal yang seringkali terjadi dalam kehidupan orang Kristen. Kenapa satu orang dengan yang lain akhirnya saling bentrokan satu sama lain kenapa keluarga bisa saling bentrokan satu sama lain? Kenapa masing-masing seakan-akan tidak ada sesuatu yang, keinginan untuk tunduk di bawah Kristus? Karena dasarnya mereka tidak mau membuat diri mereka, bagian itu dalam hati mereka dibongkarkan dan dibentuk oleh Kristus. Maka terdapat sesuatu perselisihan atau ketidak damaian di antara jemaat sendiri. Nah Saudara, kalau kita adalah orang-orang yang betul-betul memaparkan hati kita sepenuhnya dihadapan Tuhan, membongkar seluruh hati kita, membuat Tuhan ingin membentuk kita semuanya dan membiarkan diri kita dibentuk oleh Tuhan, saya yakin maka kita akan menjadi orang yang sepenuhnya menyatakan kedamaian Kristus dalam kehidupan kita, kita akan menjadi orang Kristen yang bersatu dan disitu kita menyatakan kita adalah manusia baru yang sungguh-sungguh telah diperdamaikan di dalam Yesus Kristus. Ini adalah hal yang kita perlu perhatikan. Tanpa kita diperdamaikan dengan Allah, ada bagian dari diri kita yang tidak mau diperdamaikan dengan Allah, maka itu berarti kita tidak mungkin bisa dipedamaikan dengan sesama kita secara sepenuhnya dalam kehidupan kita.
Nah kalau ini terjadi dan terus kita pegang dalam hati kita dan kita tidak rela dibentuk oleh Tuhan, apa akibatnya? Saya pikir kita akan menjadi seorang Farisi. Saudara, orang Farisi adalah orang yang seakan-akan taat kepada Tuhan Allah, tetapi dari sisi mana mereka melihat diri mereka taat. Dari sisi dimana mereka bisa melakukan firman Tuhan dan firman Tuhan itu tidak merugikan diri mereka, mereka taat, dan mereka berkata, “saya adalah umat Tuhan, saya adalah tokoh agama, saya adalah anak-anak Tuhan yang diperkenan Tuhan Allah.” Tetapi ketika Kristus membongkar yang tersembunyi itu, mereka nda mau itu dipaparkan atau dibongkar oleh Kristus. Akibatnya apa? Mereka justru melawan Kristus dan membunuh Kristus. Jadi Saudara, pada waktu kita masih menyembunyikan ada satu dosa yang begitu mendalam yang berakar yang mengikat kita, jangan sekali-sekali mengabaikan itu lalu berfokus hanya kepada apa yang kita bisa lakukan. Itu namanya munafik, orang munafik adalah orang yang hanya berfokus pada apa yang dia bisa lakukan, apa yang berkaitan dengan kepentingan dia, tapi dia melupakan apa yang, atau mengabaikan apa yang dia tidak bisa lakukan, lalu dia mulai menuntut orang lain untuk bisa lebih baik daripada diri dia, seakan-akan dia yang paling baik. Itu bukan sesuatu yang diajarkan oleh Kitab Suci. Dan kalau ini terjadi, itu berarti kita sebenarnya belum rela untuk sepenuhnya tunduk di bawah Kristus. Kalau ini terjadi, apakah kita belum memiliki suatu hak untuk mengatakan saya adalah anak-anak Tuhan, saya adalah orang yang sudah dibeli lunas oleh Kristus, saya adalah milik Kristus di dalam kehidupan saya. Saya pikir itu bukan sesuatu yang bisa kita katakan di dalam kehidupan kita, kalau memang kita tidak rela untuk membuat sepenuhnya diri kita tunduk di bawah Kristus. Jadi kita, saya harap melalui Firman ini, kita boleh menginstropeksi diri kembali, kita boleh membuka hati kita, dan memaparkannya itu di hadapan Firman Tuhan, untuk diproses oleh Allah dan dibentuk oleh Allah dalam kehidupan kita.
Nah Saudara, Tuhan Allah memperdamaikan kita di dalam Kristus atau melalui Kristus. Apa maksud dari pada ‘memperdamaikan’ itu? Di dalam bagian ini, di dalam Efesus 2:16, disitu dikatakan sesuatu yang menarik sekali. Kalau kita perhatikan bahasa aslinya, pada waktu Paulus berkata, “dan untuk memperdamaikan keduanya, di dalam satu tubuh, dengan Allah oleh salib, dengan melenyapkan perseteruan pada salib itu,” maka istilah ‘memperdamaikan’ di sini itu menggunakan satu Bahasa Yunani yang agak berbeda daripada Bahasa Yunani yang lain dalam istilah mendamaikan. Kalau di bagian-bagian yang lain seperti Roma 5:10, 2 Korintus 5:18,19, dan 20, maka kata ‘diperdamaikan’ di situ dalam Bahasa Yunaninya, hanya berupa kata ‘katallassō’ isitilahnya adalah diperdamaikan atau berubah dari satu keadaan menjadi keadaan yang lain. Tetapi ketika kita membaca Efesus 2:16, maka ‘memperdamaikan’ itu atau ‘diperdamaikan’ itu berbicara mengenai ‘apokatallassō.’ Jadi didepannya ada satu kata prefix atau awalan ‘apo’ di situ, yang kalau kita melihat di dalam terjemahannya itu memiliki arti satu penekanan, yaitu “to reconcile completely” atau untuk memperdamaikan secara sepenuhnya, seutuhnya, itu yang dilakukan oleh Tuhan Allah. Tapi ada kata ‘apo’ itu “dari” didepannya, sehingga kalau kita hanya berbicara mengenai satu istilah perdamaian ‘katallassō,’ maka katallassō atau perdamaian itu bicara mengenai satu perubahan dari keadaan yang bermusuhan menjadi keadaan yang bersahabat, suatu perubahan dari yang semula kita tidak mau memandang muka orang itu, kita memalingkan muka dari orang itu lalu sekarang kita memandang muka orang tersebut dalam kehidupan kita, satu tindakan Allah yang sempurna yang dilakukan oleh Allah yang di atas dan tidak pernah dilakukan oleh manusia. Tapi ketika kita masuk ke kata ‘apokatallassō’ maka istilah ini memiliki arti itu mengembalikan kepada sesuatu yang sebelumnya sudah ada.
Jadi maksudnya apa mengembalikan sesuatu yang sebelumnya sudah ada? Paulus mau mengajak kita melihat pada kondisi semula sebelum manusia jatuh di dalam dosa. Pada waktu Allah mencipta manusia pertama, Adam; Allah mencipta manusia itu dalam kondisi yang baik, dalam kondisi yang suci atau kudus, dalam kondisi yang bisa berelasi dengan Tuhan Allah atau berelasi tujuannya adalah untuk memuliakan Tuhan, dan berelasi dan menikmati Tuhan dalam kehidupan kita. Tetapi ketika seseorang itu jatuh dalam dosa, sering kali kita melihat dosa itu dalam pengertian apa? Ayo manusia dosa, dosa artinya apa? Melanggar hukum Tuhan, itu cuma satu definisi, artinya apa lagi? Melawan Allah, terus? Tidak mencapai sasaran. Itu definisi dari pada dosa. Tetapi sering kali orang Kristen itu melupakan satu hal, pada waktu seseorang berdosa maka sebenarnya dia dalam kondisi yang membalikkan badannya dari pada Tuhan, semula dia berjalan menuju kepada Allah atau Kristus lalu ketika dia berdosa dia membalikkan badannya dan berjalan menuju ke arah yang lain, itu berarti dia meninggalkan Tuhan, dia tidak mempedulikan Tuhan, dia merusak relasinya dengan Tuhan. Ini definisi dosa yang sering kali dilupakan oleh orang Kristen, sehingga pada waktu kita berkata saya sudah diperdamaikan oleh Allah di dalam Kristus maka di dalam konsep kita adalah: “Oh saya sudah diperdamaikan dengan Allah,” berarti apa? “Saya yang jauh, sekarang sudah dekat dengan Allah; saya yang semula di luar, yang tidak diselamatkan sekarang saya sudah diselamatkan; saya yang dulunya jahat, sekarang saya harus melakukan hal-hal yang baik di dalam kehidupan saya, perbuatan saya menjadi sesuatu yang penting yang menentukan bagaimana saya sudah diselematkan di dalam Kristus atau sudah diampuni dosa saya karena saya harus hidup sebagai orang-orang yang diampuni dosanya sehingga perbuatan menjadi sesuatu yang penting; saya tidak taat, sekarang saya harus taat kepada perintah Tuhan di dalam kehidupan saya; saya yang semula tidak suka hukum Tuhan sekarang saya berusaha sekuat tenaga untuk mendekatkan diri saya kepada standar dari pada hukum Tuhan dalam hidup saya.” Kalau ini yang menjadi pengertian kita di dalam Allah memperdamaikan kita dengan diri Dia melalui Kristus, maka saya harus katakan bahwa itu berarti kita punya pengertian pengampunan atau perdamaian itu masih sebagian saja.
Hal yang paling mendasar, hal yang paling vital yang harus kita perhatikan adalah ketika seseorang itu berdosa di hadapan Allah, dia sudah merusak relasinya yang sebelumnya baik dengan Allah menjadi sesuatu yang tidak baik dengan Allah. Nah ini adalah hal yang sangat vital sekali, hal yang sangat mendasar sekali dari arti dari pada seseorang itu berdosa di hadapan Tuhan. Nah Saudara, kalau kita mengerti pengertian ini, dosa berarti rusaknya relasi dengan Allah dan sekarang Paulus berkata, firman Tuhan berkata, “engkau sudah diperdamaikan kembali di dalam Kristus dengan Allah,” itu maksudnya apa? Relasi kita yang rusak kembali sudah dipulihkan dan kondisi ini dilakukan untuk memulihkan kita seperti sedia kala sebelum manusia itu jatuh di dalam dosa. Kita seharusnya memiliki relasi yang baik seperti Adam sebelum dia jatuh di dalam dosa dengan Tuhan Allah. Saudara, kalau kita bertanya kenapa ya orang Kristen yang katanya telah ditebus oleh Kristus, yang telah percaya kepada Kristus tetapi masih kalau ditanya siapakah Kristus yang engkau percayai itu, mereka masih dalam suatu kebingungan, mereka masih di dalam suatu ketidak mengertian, mereka masih di dalam suatu kehidupan yang sulit untuk percaya atau mempercayakan dirinya sepenuhnya kepada Tuhan, Yesus Kristus kepada mereka? Kalau kita tanya kira-kira kenapa ya mereka seperti itu, kemungkinan besar jawabnnya adalah karena mereka tidak mengerti perdamaian Allah itu bukan hanya bicara mengenai satu pemulihan perbuatan dari tidak baik menjadi baik, pendamaian Allah itu bukan sesuatu yang hanya bicara membuat kita sebelumnya berada di dalam neraka sekarang berada di dalam sorga tetapi karena pendamaian itu juga tidak dimengerti sebagai sesuatu pemulihan persekutuan yang ada di antara manusia dengan Allah.
Saudara, ini yang sering kali membuat saya suka berpikir, kenapa ya orang Kristen itu sulit sekali untuk diajak berdoa? Kenapa ya orang Kristen itu ketika diajak baca firman itu sulit sekali? Kenapa ya ketika mereka beribadah seakan-akan itu menjadi sesuatu yang memberatkan harus bangun pagi dan beribadah kepada Tuhan Allah? Kemungkinan karena kita tidak mengerti relasi yang dipulihkan ini sehingga kita anggap yang penting saya sudah damai dan sikap damai itu dinyatakan dalam hidup saya tanpa saya perlu berhubungan dengan Tuhan Allah, tetapi itu bukan maksud dari pada firman Tuhan. Saudara, ada banyak sekali tokoh yang bicara mengenai esensi penting dari pada persekutuan yang dipulihkan kembali. Saya akan kutip beberapa hal tetapi sebelumnya saya akan kutip dari 1 Yohanes 1 mengenai keadaan ini, mari kita buka I Yohanes 1:3, “Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamupun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus.” Untuk apa Yesus datang? Untuk apa Dia menjadi Firman yang hidup dalam dunia ini, dalam tubuh? Yohanes bilang, untuk memperbaiki persekutuan kita dengan Bapa. Lalu setelah kita diperbaiki persekutuan kita dengan Bapa, kitapun menjadi satu alat untuk membawa orang dan memperbaiki persekutuan mereka dengan Bapa, itu tujuannya.
Nah Saudara, itu berarti persekutuan itu adalah hal yang penting sekali, relasi yang dipulihkan itu adalah sesuatu yang penting sekali. Mungkin Bapak, Ibu, pernah mendengarkan istilah ‘doa itu adalah nafas hidup bagi Kristen yang sejati’ atau ‘doa itu adalah nafas kehidupan dari pada orang Kristen.’ Mungkin Bapak, Ibu, pernah mendengar istilah seperti ini: ‘doa itu adalah sesuatu yang sama seperti detak nadi dan tarikan nafas bagi tubuh manusia.’ Mungkin ita juga pernah mendengar perkataan bahwa ‘seperti halnya penjahit harus setiap hari menjahit pakaian dan seperti halnya tukang sepatu yang setiap hari harus memperbaiki sepatu demikian pula seorang Kristen seharusnya berdoa di hadapan Tuhan.’ Ini semua bicara mengenai satu unsur yang sangat esensi dan yang sangat vital sekali; pakaian dan sepatu itu bicara mengenai kebutuhan pokok dari pada manusia, nafas hidup, detak jantung itu adalah sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan seorang manusia dan pada waktu kita itu tidak berdoa, kita itu berarti kita dalam kondisi yang mati, kita dalam kondisi yang tidak berelasi dengan Tuhan Allah. Saya dalam beberapa minggu lalu berkata seperti ini mungkinkah seorang ateis itu berdoa kepada Tuhan, kalau dia sendiri tidak percaya ada Tuhan dalam kehidupan dia mana mungkin dia akan berdoa kepada Tuhan dan meminta sesuatu kepada Tuhan. Nah kalau kita adalah orang yang sudah diperbaiki relasinya dengan Tuhan, itu berarti kita disadarkan akan hal yang kekal, ada Allah yang kekal, ada Allah yang memelihara hidup kita, ada Allah yang menjadi sumber dalam kehidupan kita, segala sesuatu yang kita perlukan, dan mungkinkah kita tidak berelasi dengan Dia kembali di dalam doa, di dalam membaca firman untuk merenungkan apa yang menjadi kebenaran firman untuk kita hidupi dalam hidup kita? Kalau kita tidak suka membaca firman, jangan heran kalau kita sulit sekali percaya kepada Tuhan karena ini adalah dua hal yang berkaitan erat sekali. Tanpa pengenalan seseorang tidak mungkin mempercayakan dirinya kepada Tuhan Allah.
Tapi dari mana muncul pengenalan akan Tuhan? Dari relasi, dari saya belajar mengenai Tuhan, saya mengenali karakter-Nya, saya berusaha untuk mempercayai karakter-Nya, saya berpegang pada perkataan-Nya, saya menjalani perkataan-Nya itu dalam kehidupan saya. Pada waktu saya lakukan itu maka saya mulai mengenal ternyata apa yang Tuhan janjikan itu adalah suatu kebenaran, ternyata apa yang Dia katakan itu adalah sesuatu yang bisa kita pegang dan percayai, ternyata ketika Dia mengatakan Dia akan melindungi kita ternyata Dia sungguh-sungguh melindungi kita dalam hidup kita, maka itu membuat satu iman, satu percaya yang semakin besar dalam kehidupan kita untuk percaya kepada Tuhan. Nah itu semua hanya bisa terjadi dengan berelasi, kita tidak bisa berkata aku baca firman tetapi aku mengabaikan firman, saya pikir kalau kita lakukan itu sama halnya dengan Paulus yang berkata kepada Timotius, “diantara jemaat ada orang-orang yang beribadah kepada Tuhan tetapi sebenarnya mereka memungkiri kuasa dari pada ibadah itu dalam kehidupan mereka.” Mereka dengar firman, mereka bisa seakan-akan mengiyakan firman tetapi sebenarnya mereka tidak mau menundukkan diri di bawah kebenaran firman, itu sama dengan mereka tidak percaya kepada firman dan keberanan yang diberitakan oleh Tuhan bagi hidup kita. Saudara, jadi pada waktu Tuhan memperdamaikan kita di dalam Kristus maka itu berarti bahwa relasi kita yang semula rusak, yang semula jauh dari Tuhan, yang semula tidak mengingini Tuhan, yang semula tidak mendekatkan diri, sekarang harusnya menjadi dekat, mendekatkan diri, mengingini Tuhan, menghendaki untuk mengenal Tuhan dalam kehidupan kita dan mempercayakan kehidupan kita ke dalam Tuhan, itu yang harus terjadi di dalam kehidupan orang Kristen yang sudah diperdamaikan.
Lalu hal berikutnya adalah bagaimana Tuhan mendamaikan kita dengan diriNya? Nah disini Paulus berkata Tuhan mendamaikan dengan diri Dia dengan satu cara, melalui satu Pribadi, yaitu Yesus Kristus. Di dalam ayat 16 ini kita tidak terlalu melihat kata itu ya, dan hanya dikatakan, “dan untuk memperdamaikan keduanya” tapi kalau Saudara baca bahasa Inggrisnya disitu dikatakan “and that He might reconciled,” “dan supaya atau agar Dia dapat memperdamaikan keduanya.” Dia itu siapa? Dia itu adalah Kristus. Jadi ketika kita ingin diperdamaikan dengan Tuhan Allah maka satu-satunya jalan untuk bisa diperdamaikan, Paulus mau katakan, itu adalah bukan melalui perbuatan, bukan melalui ibadah yang kita lakukan, bukan melalui doa-doa yang kita lakukan tetapi dengan kita datang kepada Kristus maka kita bisa diperdamaikan dengan Tuhan Allah. Karena itu Paulus di dalam Surat Timotius berkata seperti ini “karena Allah itu Esa maka Esa pula Dia yang menjadi Pengantara antara manusia dengan Allah, yaitu manusia Kristus Yesus.” Saudara, diluar Kristus tidak ada kemungkinan manusia itu bisa diperdamaikan dengan Tuhan Allah, satu-satunya jalan adalah di dalam Kristus.
Lalu pertanyaannya bagaimana cara Kristus memperdamaikan kita? Paulus bilang melalui penumpahan darah, nda ada cara lain, melalui nyawa yang harus dikorbankan dan dibayar dan dipersembahkan kepada Tuhan Allah, baru disitu sesuatu yang rusak bisa dipulihkan kembali. Kenapa begitu? Pertama karena ketika seseorang itu berdosa atau bermusuhan dengan orang lain kalau masih ada penghalang diantara mereka maka tidak mungkin relasi itu bisa diperbaiki, kalau relasi itu mau diperbaiki maka caranya bagaimana? Harus menyingkirkan penghalang ini, penghalang bagi si A untuk bisa berelasi dengan si B harus disingkirkan dan penghalang dari si B terhadap si A itu harus disingkirkan, baru kedua pihak ini bisa bersatu satu dengan yang lain. Kalau kita ingin berelasi kembali dengan Tuhan Allah maka apa yang harus dilakukan? Maka Allah harus mengerjakan sesuatu pada diriNya dan Allah harus mengerjakan sesuatu pada diri kita terlebih dahulu baru kedua ini bisa dipersatukan. Dan siapa yang bisa mengerjakan ini? Hanya manusia Kristus Yesus. Lalu kenapa manusia Kristus Yesus harus mengorbankan nyawaNya demi untuk bisa memperbaiki relasi ini? Saudara, apakah Allah cukup mengatakan “Aku mengampuni engkau” maka engkau akan diampuni dan pasti diampuni dan dosa sudah selesai? Cukupkan Allah melakukan itu? Bolehkah Allah lakukan itu? Saya pikir satu sisi Allah boleh lakukan itu ya, pada waktu seseorang berdosa pada orang lain lalu orang lain itu ngomong “aku mengampuni engkau” berarti relasinya baik kan? Tapi Saudara, coba ditanya pada waktu Allah mengatakan dosamu sudah diampuni, pada waktu seseorang mengatakan “aku menerima engkau kembali,” ada nggak harga yang dibayar? Apakah relasi pulih begitu saja?
Saya ambil contoh kayak gini ya, saya bawa mobil, karena kurang hati-hati dan konsentrasi akhirnya saya nabrak satu mobil pengurus, lalu saya datang kepada pengurus bilang, “Pak, Pak, maaf ya saya tadi kurang perhatian waktu bawa mobil akhirnya saya nabrak mobil Bapak. Gimana Pak, saya ganti rugi ya, saya perbaiki saya bawa ke bengkel?” Karena pengurus baik hati dan tidak sampai hati dengan saya maka pengurus bilang, “Nda usah lah, nggak apa, anggaplah nggak ada, silahkan pergi nggak usah diperbaiki.” Lalu saya cuma cukup berkata, “terima kasih ya Pak, maafkan saya ya Pak,” lalu pengurus bilang, “Ya, ya, nggak apa, nggak harus minta maaf ini masalah kecil kok, saya sudah maafin kok.” Selesai nggak masalahnya? Bagi saya selesai, bagi pengurus yang mobilnya ditabrak selesai nggak? Nggak kan, dia harus lakukan apa? Untuk memulihkan kembali keadaan mobilnya dia harus keluarin uang untuk bawa ke bengkel perbaiki mobilnya. Pada waktu kita berkata dihadapan Tuhan, “Tuhan, bukankah Engkau maha kuasa, bukankah Engkau sanggup mengampuni dan mendamaikan saya? Kalau saya minta ampun kepada Engkau maka urusan sudah selesai, Engkau tinggal keluarkan satu kata ‘dosamu sudah diampuni’ maka dosaku diampuni,” kayak orang yang sakit kusta lalu Tuhan berkata “dosamu sudah diampuni” maka dia sembuh dan dia baik, seperti orang yang lumpuh “dosamu sudah diampuni” berarti dosanya sudah diampuni, dengan bukti bahwa dia bisa bangkit dan berjalan. Bagi orang itu iya, tetapi bagi Allah itu bukan sesuatu yang sudah selesai.
Itu sebabnya Saudara ketika Allah mau memperdamaikan diri kita dengan diri Dia karena dosa yang kita lakukan, Allah harus menanggung dosa itu sendiri, Allah harus menimpakan dosa yang dimiliki oleh manusia kepada diriNya sendiri, baru dosa itu bisa diselesaikan. Itu sebabnya Yesus harus datang ke dalam dunia, Yesus harus menjadi manusia, Yesus harus mati diatas kayu salib, dan ketika Dia mati diatas kayu salib maka semua dosa kita itu ditimpakan kepada Kristus, semua kejahatan kita itu ditimpakan kepada Kristus. Siapa Kristus? Dia adalah Allah, Dia juga adalah manusia. Kenapa Dia harus Allah? Karena kita sudah berdosa kepada Allah, karena Allah ingin mengampuni dosa kita dan Allah tahu kita tidak mungkin bisa mengampuni dosa kita atau memperbaiki relasi kita dengan Tuhan Allah sehingga inisiatif itu, kehendak itu harus ada dari sisi Allah. Kenapa Allah? Karena kalau Allah tidak menanggung itu bagi diri Dia sendiri tidak mungkin ada perdamaikan bagi manusia yang berdosa. Saudara, apakah ada cara lain dimana manusia bisa datang kepada Allah? Alkitab bilang itu tidak ada. Satu-satunya jalan itu adalah melalui Kristus, dan satu-satunya cara itu adalah dengan Kristus mengalirkan darahNya demi untuk menebus dosa kita.
Saya pikir kalau kita bicara mengenai hal ini maka itu bicara mengenai satu rencana yang begitu agung, yang begitu indah yang Tuhan sudah paparkan dari sejarah yang berlangsung selama ribuan tahun di dalam dunia ini. Kita mau pakai cara siapa? Ingat baik-baik kita berdosa kepada siapa? Kalau kita berdosa dan bersalah kepada seseorang, untuk memperbaiki diri pasti kita harus mengikuti apa yang menjadi syarat yang orang itu tentukan bagi diri kita, kalau kita mengabaikan itu tidak mungkin terjadi rekonsiliasi antara kita dengan orang tersebut. Kalau kita ingin diperbaiki atau direkonsiliasi dengan Tuhan Allah kita perlu menurut syarat yang Tuhan sudah tentukan, dan syarat itu adalah sesuatu yang tidak pernah berubah sejak kejatuhan manusia yang pertama dalam dosa dimana Tuhan berkata, “Anakmu akan meremukkan kepala ular itu dan ular itu akan meremukkan tumit dari pada anak itu,” lalu Tuhan mengkorbankan seekor binatang dan mengalirkan darahnya lalu mengenakan kulit binatang itu sebagai pakaian kepada Adam dan Hawa. Saudara, ini adalah cara Tuhan. Kalau kita ingin diperdamaikan, datanglah kepada Kristus dan dari situ kita bisa diperdamaikan melalui kematian Kristus diatas kayu salib dan dari situ baru kita bisa diperdamaikan dengan manusia yang lain dalam kehidupan kita.
Saya ingatkan kembali, jangan sembunyikan sesuatu di hadapan Allah, bongkar itu, biarkan Allah membentuk kita dan memperdamaikan kita sepenuhnya, walaupun Tuhan sudah memperdamaikan kita sepenuhnya tapi kadangkala kita masih ada menyimpan sesuatu. Dan bukti dari pada kita sudah diperdamaikan sepenuhnya adalah kita mau membongkar diri sepenuhnya untuk tunduk dibawah Tuhan Allah dan terang firman Tuhan. Kiranya firman ini boleh memberkati kita, mari kita masuk di dalam doa.
Kami sekali lagi bersyukur Bapa untuk firmanMu hari ini. Kami sekali lagi bersyukur Bapa, untuk satu kasih dan perdamaian yang boleh Engkau kerjakan dalam kehidupan kami. Kami sekali lagi bersyukur Bapa, karena tanpa kasih dan perdamaian yang Kau kerjakan dan Engkau tanggung sendiri diatas kayu salib tidak mungkin ada perdamaian antara kami dengan diriMu karena kami adalah orang yang telah berdosa, orang yang telah melawan Engkau, orang yang telah merusak relasi dengan Engkau. Dan kami juga bersyukur Bapa dan berterima kasih karena di dalam Kristus kami boleh dipulihkan kembali di dalam relasi ini. Kiranya Engkau boleh menolong kami dalam kehidupan kami boleh memiliki satu kehidupan yang menyatakan relasi kami yang sudah dipulihkan dengan Engkau sendiri. Kembali kami serahkan setiap pribadi kami ke dalam tanganMu, kiranya Engkau boleh memberkati dan memimpin kehidupan kami. Dalam nama Tuhan Yesus Kristus kami telah berdoa. Amin.
[Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah]