Ef 2:14-18
Saudara di dalam ayat-ayat sebelumnya kita telah melihat bahwa permasalahan manusia itu adalah satu akibat dari pada adanya permusuhan yang terjadi antara manusia dengan Tuhan Allah, adanya perselisihan, kedengkian, iri hati, tipu muslihat, kecemburuan, kesombongan, ketidakadilan, dan semua hal dosa yang kita bisa sebutkan yang ada di antara manusia itu semuanya adalah diakibatkan karena relasi manusia dengan Tuhan Allah itu telah rusak sebelumnya. Tetapi Alkitab juga mencatat bahwa ketika Kristus datang, ketika Kristus mati di kayu salib maka semua perselisihan yang ada di dalam manusia itu, itu diperdamaikan oleh Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus oleh salib tersebut. Nah Saudara, ini membuat kita mengerti satu hal kayu salib itu merupakan sesuatu yang penting sekali, kematian Kristus itu adalah hal yang harus kita utamakan di dalam setiap pemberitaan yang kita katakan di dalam berita injil. Sebabnya kenapa? Karena dua hal: Ketika Yesus mati di kayu salib maka Alkitab mencatat tirai yang memisahkan ruang maha suci dengan ruangan suci itu terobek dari atas ke bawah sehingga yang menjadi pemisah antara manusia untuk datang ke hadapan Allah yang Maha Suci itu sudah tidak ada lagi penghalang karena Yesus Kristus, semua manusia bisa berdamai dengan Allah yang suci, bisa mendapatkan kedamaian dari pada Allah yang suci di dalam Yesus Kristus. Dan yang kedua adalah tembok pemisah antara orang-orang Yahudi dan orang-orang non-Yahudi, yang semula menjadi penghalang bagi mereka untuk datang dan beribadah kepada Allah itu sudah dirobohkan semua. Kalau saya mau ibaratkan, itu seperti kita beribadah pada pagi ini, kalau itu semula adalah satu ibadah yang dikhususkan bagi orang Yahudi maka tempat kita bukan ada di dalam ruangan ini tetapi tempat kita ada di jalan sana, di luar dan kita sama sekali tidak boleh masuk dan berbagian di dalam ibadah kepada Tuhan Allah. Akan tetapi ketika Yesus mati di kayu salib, maka Alkitab mencatat tembok pemisah itu, hukum-hukum Tuhan yang menghalangi kita untuk masuk dan berbagian di dalam umat Allah, itu semua sudah dirobohkan sehingga kita sekarang bisa ada di dalam rumah Allah mewarisi satu kehidupan yang kekal bersama-sama dengan orang Yahudi dan juga memiliki Allah di dalam kehidupan kita.
Jadi Alkitab mencatat semula memang ada dua kelompok: satu kelompok Yahudi dan satu kelompok orang non-Yahudi; satu kelompok yang dikatakan kelompok orang-orang yang dekat dengan Allah dan satu orang yang jauh dari pada Allah dan kita adalah orang yang jauh dari pada Allah sebelumnya. Tapi ketika Kristus mati, maka kita dipersatukan, kita tidak lagi bersumber dari carang yang ada di pokok anggur yang lain tetapi kita sekarang sudah dicangkokkan kepada pokok anggur yang sama yang sebelumnya yang menjadi carang atau pokok anggur dari pada orang-orang Yahudi tetapi kita sudah ada di sana juga bersama-sama dengan mereka. Nah itu sebabnya Paulus di sini berkata, kita bukan lagi dua tetapi kita sekarang telah menjadi satu, satu Tubuh yaitu di dalam gereja baik orang-orang Yahudi dan orang-orang non-Yahudi itu ada di dalam satu gereja bersama-sama beribadah kepada Tuhan. Sesuatu yang belum pernah tercapai dan mampu dicapai oleh seorang manusiapun di dalam dunia ini tetapi itu semua hanya bisa tercapai karena Kristus di kayu salib, kuncinya cuma satu kematian Kristus di atas kayu salib. Lalu kalau kita bertanya kenapa kematian Kristus yang membuat mempersatukan ini, kenapa kematian-kematian lain tidak bisa mempersatukan, kenapa satu-satunya itu, apa istimewanya? Maka dari sini kita bisa melihat Saudara bahwa semua orang yang lain ketika mati dalam dosa, mereka mati di dalam dosa, ketika seseorang disalibkan Alkitab tidak pernah mencatat ada seorang yang disalibkan karena dia tidak berdosa tetapi ada kejahatan yang dia pernah lakukan sebelumnya dalam kehidupannya akan tetapi Yesus adalah satu-satunya yang disalibkan tanpa kejahatan, tanpa dosa sama sekali.
Di dalam Sekolah Minggu punya persiapan kemarin ada satu pembahasan yang menarik sekali, kemarin di dalam persiapan itu kita membahas mengenai hukum yang kesembilan, hukum yang kesembilan bunyinya apa? Jangan bersaksi dusta. Nah Saudara, pada waktu kita membahas hukum yang kesembilan jangan bersaksi dusta maka hukum Allah selalu kita lihat di dalam dua aspek ya, kita jangan lihat hanya dari sisi negatifnya saja, jangan, larangan, untuk pasif tidak melakukan tetapi aspek yang lain adalah aspek positif, aspek aktif yang harus kita lakukan di dalam hukum tersebut. Pada waktu kita tidak bersaksi dusta itu berarti itu kita adalah orang yang melakukan sesuatu yang baik kepada orang lain, berkata benar, berkata jujur seperti itu, berkata membangun orang lain. Nah pada waktu kita membahas masalah ini timbul satu kesadaran bahwa ternyata tidak mudah ya mentaati hukum kesembilan. Ternyata menjadi orang yang jujur, yang tulus di dalam perkataan dan tidak pernah menghilangkan kasih itu adalah sesuatu yang sulit. Lalu di situ timbul suatu contoh misalnya bagaimana kalau kita diperhadapkan pada suatu kondisi dimana mungkin saat itu saudara kita itu sedang terancam bahaya maut, kalau kita berkata secara jujur dimana posisi mereka maka saat itu kemungkinan besar akan mati dibunuh? Atau ketika kita berada di rumah lalu ada perampok datang lalu menanyakan dimana berangkasmu kalau tidak kamu mati, kira-kira apa yang menjadi jawaban kita? Pada waktu kita mendengar ancaman tersebut, tidak sebenarnya nda perlu terlalu dilematis ya ada hal yang lebih sederhana yang mungkin juga sesuatu yang berkaitan dengan perintah kesembilan tetapi kita juga sulit sekali untuk melakukan di dalam kehidupan kita. Contohnya adalah pada waktu kita melakukan kesalahan lalu ada orang yang melihat kita bersalah, setelah dia melihat kita bersalah, dia bertanya: “Kenapa kamu lakukan kesalahan itu, kamu sudah salah?”, kira-kira apa jawaban kita? Saudara akan jawab, “Ya saya memang salah” lalu “titik” di situ nda ada embel-embel lain atau Saudara akan memberikan alasan-alasan supaya kesalahan kita yang kita lakukan itu terlihat tidak bersalah atau kurang bersalah. Kadang sulit sekali ya, pada waktu kita berada di dalam suatu kehidupan yang dilematis memang itu susah sekali untuk kita berkata jujur, berkata benar, berkata membangun, tetapi sebenarnya hal-hal yang sepele dalam hidup kita juga sulit sekali untuk memiliki satu kehidupan yang bisa selalu menjaga perkataan yang membangun dan benar serta tulus tanpa mengabaikan kecerdikan dan ketulusan.
Saudara, nah ini yang membuat kita menyadari kita itu adalah orang yang berdosa tetapi Kristus berbeda sekali. Kalau Saudara perhatikan riwayat hidup Yesus dari kitab Matius sampai kitab dari pada Yohanes maka Saudara akan menemukan Yesus banyak sekali menghadapi dilema, Yesus banyak sekali menghadapi cobaan, Yesus banyak sekali menghadapi peristiwa-peristiwa dimana orang berusaha menjebak diriNya dan menjatuhkan Dia serta membuat dia mati terbunuh. Tetapi pada waktu mereka berusaha menjebak Yesus, memposisikan Yesus dalam suatu kondisi yang begitu dilematis sekali, sesuatu kondisi yang bagi kita mungkin kalau kita ada di posisi Yesus, kita nda bisa melakukan hal yang lain kecuali kesalahan dan kebohongan yang kita keluarkan, tetapi Yesus ndapernah berbohong sama sekali, Dia cerdik, Dia betul-betul menggunakan apa yang suatu kebijakan yang tidak dimiliki manusia yang lain tetapi Dia juga tidak pernah tidak tulus di dalam menjawab atau menghadapi situasi tersebut sehingga kita katakan Dia adalah orang yang tidak berbohong, Dia adalah orang yang berkata jujur dan setiap perkataanNya adalah perkataan yang membangun orang lain.
Saudara, kenapa kita mengambil contoh ini? Kenapa kita menjadikan hukum kesembilan sebagai satu contoh mengenai satu sikap atau hidup yang tidak berdosa dari pada Yesus Kristus? Karena ini berkaitan dengan Yakobus 3:2.Di dalam Yakobus 3:2 itu dikatakan, “Sebab kita semua bersalah dalam banyak hal; barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya.” Ini satu perkataan yang begitu kuat sekali, Yakobus bilang siapa yang bisa ngomong kalau kalian berkata kamu tidak berdosa atau saya tidak berdosa, saya mau tanya adakah perkataan bohong yang pernah keluar dari mulutmu, adakah perkataan yang menghancurkan orang, menghakimi orang, meng-gosipi orang merusak nama baik orang yang pernah kita katakan di dalam kehidupan kita? Kalau itu semua pernah kita lakukan, itu berarti kita bukan orang yang sempurna, kita adalah orang yang berdosa, kita adalah orang yang bersalah banyak hal dalam kehidupan kita. Saudara, misalnya ambil contoh, seorang suami pernahkah tidak berbohong kepada isteri? Saya yakin itu bukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh seorang suami tapi pasti ada kebohongan yang pernah dikatakan karena kita adalah memang ada orang-orang yang memang tidak sempurna.
Tetapi Yesus Kristus ketika kita menyelidiki kehidupan yang Dia lakukan, maka di situ kita mendapatkan bahwa Dia adalah orang yang betul-betul ketat di dalam menjaga perkataanNya, Dia adalah orang yang tidak pernah gagal di dalam perkataan Dia, Dia selalu berkata jujur dengan ketulusan dan kondisi yang membangun orang lain itu berarti Yesus adalah orang yang sempurna, Dia adalah orang yang tidak berdosa, Dia sanggup mengendalikan seluruh tubuh Dia karena lidah itu seperti kemudi yang kecil pada sebuah kapal yang besar, sebuah lidah yang mengatur dari pada gerak kuda walaupun kecil tetapi dia bisa mengendalikan seluruh tubuh dari pada kuda atau kapal yang begitu besar sekali. Nah ini yang terjadi di dalam kehidupan Kristus, itu sebabnya ketika Kristus mati, kematian Dia berbeda dari kematian semua manusia yang lain. Ketika Yesus Kristus disalibkan maka penyaliban Dia itu adalah berbeda dari semua orang yang disalibkan bersama-sama dengan Kristus atau sebelum dan setelah dari pada Yesus Kristus karena Dia benar-benar suci, Dia adalah benar-benar sempurna, Dia adalah benar-benar tulus, Dia adalah benar-benar baik dalam kehidupan Dia bukan menurut standar manusia tetapi menurut standar dari pada Tuhan Allah.
Nah kalau begitu kenapa Dia harus mati, kalau Dia begitu baik kenapa Dia harus dikorbankan? Jawabannya cuma satu, karena kasih Allah dalam kehidupan kita untuk kemuliaan bagi nama Allah Bapa sendiri. Saudara, ketika Kristus mati di kayu salib, itu karena Dia ingin kita ditebus dari dosa, karena Dia ingin kita diselamatkan dari pada kematian dan hukuman kekal, sehingga ketika Dia mati, Dia yang tidak layak itu mati dan kita yang tidak layak untuk memperoleh kehidupan yang kekal, itu layak untuk memperoleh kehidupan yang kekal di dalam Yesus Kristus. Ini adalah sesuatu berita yang seharusnya membawa sukacita yang besar. Saya tidak tahu apakah yang dirasakan oleh Bapak, Ibu, Saudara ketika mendengar berita ini, sesuatu yang mungkin begitu umum sekali, yang begitu biasa sekali, begitu rutin sekali kita dengar dalam kebaktian Minggu walaupun mungkin ada geraja yang sudah jarang mengangkat kematian Kristus untuk menebus dosa manusia tetapi kalau kita mendengar ini, Yesus mati untuk menebus dosa kita, kira-kira apa yang kita alami? Saya berdoa supaya perasaan kesegaran akan berita ini, satu perasaan akan sukacita, satu perasaan akan ucapan syukur itu selalu ada dalam kehidupan kita sehingga kita berkata, “Puji Tuhan karena Dia sudah mati bagi saya, Dia sudah menebus saya, Dia sudah beranugerah untuk menyelamatkan saya yang berdosa, yang tidak layak sebenarnya untuk ditebus, mendapatkan kasih karunia dari pada Tuhan Allah itu.” Saudara ini yang dilakukan oleh Kristus bagi hidup kita untuk memperdamaikan kita dengan Allah Bapa yang suci sehingga kita tidak perlu mendapatkan hukuman lagi dalam hidupan kita yang kekal.
Lalu pertanyaan berikutnya adalah, yang seringkali mungkin kita abaikan, bagaimana berita mengenai kematian Kristus yang mendamaikan kita dengan Allah yang suci itu sampai kepada kita atau menjadi milik kita? Nah ini Paulus jawab di dalam ayat yang ke-17 yang tadi kita baca, di situ dikatakan, Ia datang dan memberitakan damai sejahtera kepada kamu yang “jauh” dan damai sejahtera kepada mereka yang “dekat”. Saudara, di sini dikatakan, Ia datang untuk memberitakan damai sejahtera kepada kamu yang “jauh” dan kepada mereka yang “dekat”. Ia ini siapa? Nah di dalam kita mengerti hal ini maka ada 2 pandangan yang berbicara mengenai poin ini untuk menjelaskan siapa yang dimaksud dengan Ia datang untuk memberitakan damai sejahtera itu. Padangan pertama itu mengatakan, Ia datang memberitakan damai sejahtera itu adalah berbicara Yesus sendiri pada waktu Dia inkarnasi sebagai seorang manusia dalam dunia ini, Dia memberitakan damai sejahtera itu kepada orang-orang yang dekat yaitu orang-orang Yahudi dan kepada orang-orang yang jauh yaitu orang-orang non-Yahudi. Dan Saudara bisa baca di dalam keempat injil katanya, di situ Yesus melayani orang-orang Yahudi dan orang-orang non-Yahudi. Tetapi Saudara padangan kedua mengatakan seperti ini, ketika dikatakan Ia datang memberitakan, Ia itu siapa? Ia itu Kristus tetapi Ia atau Kristus memberitakan Injil melalui para rasul, melalui gereja, melalui pribadi-pribadi yang merupakan hamba-hambaNya. Yesus tidak sendiri datang dan memberitakan Injil dan jauh kemudian tetapi Dia melalui gereja Tuhan memberitakan damai sejahtera itu kepada orang-orang yang jauh setelah Roh Kudus dicurahkan pada hari pentakosta.
Nah Saudara dari kedua pandangan ini kira-kira kita lihat yang mana yang lebih tepat? Saya lihat yang kedua itu lebih tepat untuk mengartikan ayat ini, Ia datang untuk memberitakan damai sejahtera tersebut? Kenapa lebih tepat? Karena di dalam pelayanan Yesus Kristus di tengah-tengah dunia ini ada kalimat-kalimat yang bisa kita ambil atau bisa kita kutip untuk mendukung sebenarnya Yesus Kristus tidak menfokuskan pelayananNya kepada orang-orang non-Yahudi atau yang jauh tersebut. Misalnya pada waktu Yesus berhadapan dengan orang lalu Dia berkata seperti ini, “Aku tidak diutus kepada domba-domba yang ada di luar Israel, tetapi Aku diutus kepada domba-domba yang hilang dari Israel.” Pada waktu perempuan Siro-Fenisia datang kepada Dia lalu memohon kepada Yesus untuk menyembuhkan anaknya yang kerasukan, saat itu Yesus berkata, “Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak lalu memberikannya atau melemparkannya kepada anjing.” Dan pada waktu Yesus Kristus mengutus murid-muridNya untuk pergi pelayanan penginjilan maka Yesus berkata, “Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke kota dari orang Samaria.” Jadi ini semua kalimat kalau kita simpulkan maka pelayanan Yesus Kristus dala dunia ini adalah satu pelayanan yang difokuskan atau ditujukan hanya bagi orang-orang Yahudi. Kalau begitu Yesus tidak pernah berikan pelayanan atau berikan kabar baik pada orang-orang non-Yahudi? Tidak sesederhana itu ya Saudara.
Walaupun Yesus mengatakan Dia berfokus pada orang-orang Yahudi, Dia melayani orang-orang Yahudi dan tidak melayani orang-orang non-Yahudi tetapi di dalam pengajaran Kristus ada pengajaran-pengajaran yang mengindikasikan ada hal yang besar yang akan terjadi ketika Kristus mati di kayu salib. Nah ini dikatakan misalnya di dalam Yohanes 10:16, “Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala.” Siapa domba yang lain itu? Kita ngerti dalam konteks ini itu bicara mengenai orang-orang non-Yahudi. Lalu pada waktu Filipus dan Andreas datang kepada Kristus karena mereka dihampiri oleh beberapa orang Yunani yang ingin bertemu Yesus Kristus, lalu kemudian Filipus datang kepada Andreas untuk membawa kepada Yesus Kristus, dan pada waktu mereka datang kepada Yesus Kristus lalu mengutarakan apa yang menjadi keinginan dari pada orang-orang Yunani tersebut untuk bertemu dengan Dia di ayat 24 pasal 12 Yohanes itu Yesus berkata seperti ini, “Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.” Jadi Saudara, ayat ini bicara mengenai apa? Ada satu indikasi, ada satu nubuatan mengenai satu peristiwa besar yang akan terjadi ketika Kristus mati di kayu salib. Pada waktu itu Yesus sudah mengindikasikan kematian Dia di kayu salib akan menjadi satu daya tarik yang besar untuk membawa orang-orang non-Yahudi, seperti kita juga, untuk datang kepada Kristus dan menjadi satu bagian atau satu kawanan dengan domba dari pada Yesus Kristus atau orang-orang Yahudi. Saudara, ini juga didukung oleh satu perkataan Yesus di dalam Yohanes 14:12, disitu dikatakan “ketika engkau percaya kepadaKu maka engkau akan melakukan pekerjaan yang jauh lebih besar dari apa yang Aku lakukan dalam hidupKu,” ini bukan berarti kita bisa melakukan satu pekerjaan yang melampaui Kristus tetapi kita mengerjakan hal-hal yang belum Kristus kerjakan dalam dunia tapi Dia sudah katakan itu terlebih dahulu bagi kita, terutama di dalam memberitakan injil sampai kepada orang-orang non-Yahudi, sampai kepada ujung dunia.
Jadi Saudara, dari sini kita bisa simpulkan bagaimana pelayanan Kristus dalam dunia ketika Dia hidup inkarnasi sebagai seorang manusia. Dia memang melayani, tetapi Dia memfokuskan pelayananNya hanya kepada orang-orang Yahudi. Lalu bagaimana dengan orang-orang non-Yahudi, apakah mereka adalah orang-orang yang bisa datang kepada Kristus karena karangan dari para rasul, karena keinginan dari para rasul yang tidak sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Yesus Kristus? Alkitab juga berkata tidak, tetapi memang ini adalah satu rencana yang sudah direncanakan oleh Allah sejak di dalam kekekalan, dunia belum dijadikan. Pada waktu itu Allah sudah memiliki satu rencana untuk memberitakan injil, kabar baik itu, membawa damai sejahtera bagi orang Yahudi dan orang non-Yahudi. Jadi jangan berpikir bahwa kita adalah orang kelas 2, Kristen kelas 2 dalam kehidupan kita. Kita adalah orang Kristen yang setara dengan Yahudi yang Kristen. Kita adalah orang Kristen yang bukan sebuah rencana cadangan yang kemudian Allah tambahkan karena Allah melihat orang-orang Yahudi menolak diri Dia atau menolak Yesus Kristus yang Dia utus untuk menebus mereka, tetapi kita adalah ada di dalam rencana Allah sejak semula dan kita adalah memang orang-orang yang didudukkan setara dalam satu Tubuh yaitu gereja bersama-sama dengan orang Yahudi Kristen di dalam dunia ini dan juga di dalam kekekalan nanti. Jadi Saudara, jangan kita merasa kita adalah orang yang lebih minder, kurang, kita adalah anak tiri kayak gitu, anak tetapi kurang disayang tidak seperti orang-orang Yahudi yang lebih disayang dan lebih diutamakan. Tapi Alkitab berkata ini adalah sesuatu yang Tuhan sudah rencanakan dari semula untuk menyatukan kedua hal ini.
Saudara, damai sejahtera ada di dalam Kristus, dan damai sejahtera itu bagaimana tiba kepada kita? Damai sejahtera itu tiba kepada kita karena Kristus melalui para rasul, melalui gereja Tuhan, melalui hamba-hambaNya itu kemudian memberitakan mengenai damai sejahtera itu kepada dunia atau orang-orang yang berdosa. Nah prinsip ini sebenarnya sudah dikatakan oleh Petrus di dalam 1 Petrus 1:10-11, “Keselamatan itulah yang diselidiki dan diteliti oleh nabi-nabi, yang telah bernubuat tentang kasih karunia yang diuntukkan bagimu. Dan mereka meneliti,” mereka ini siapa? Nabi-nabi, ini contohnya memang nabi-nabi ya tetapi prinsipnya sama,“dan mereka meneliti saat yang mana dan yang bagaimana yang dimaksudkan oleh Roh Kristus, yang ada di dalam mereka, yaitu Roh yang sebelumnya memberi kesaksian tentang segala penderitaan yang akan menimpa Kristus dan tentang segala kemuliaan yang menyusul sesudah itu.” Kenapa nabi bisa beritakan kasih karunia? Apa yang menjadi berita utama para nabi? Yaitu kasih karunia Allah, bukan perbuatan untuk taat Hukum dan itu menyelamatkan, tetapi kasih karunia Allah yang menyelamatkan. Lalu apa yang mendorong mereka untuk memberitakan kasih karunia? Petrus bilang karena di dalam diri mereka ada Roh Kristus yang menyatakan kebenaran itu kepada mereka untuk disampaikan kepada bangsa Israel. Jadi dari situ mereka meneliti apa yang dimaksud oleh Tuhan dengan kasih karunia itu dan kapan itu diberikan, bagaimana itu diberikan, dan itu yang diberitakan oleh para nabi. Itu sebabnya ketika kita membaca Perjanjian Lama ada berita-berita mengenai Mesias yang akan datang untuk mengampuni dosa, ada berita-berita dimana Allah menuntut orang Israel untuk datang dan percaya kepada Kristus dan korban persembahan itu sesuatu yang tidak penting dan tidak berguna, yang penting adalah ketaatan untuk mendengar apa yang menjadi berita dari pada Allah dalam kehidupan mereka. Dan ini juga memberikan satu dasar kenapa Allah membawa mereka keluar dari perbudakan dulu baru memberikan Hukum Allah atau 10 Perintah Allah dan bukan memberikan 10 Perintah Allah sebelum mereka keluar dari pada perbudakan di Mesir tersebut.
Jadi Saudara, Allah datang melalui gereja. Kristus memberitakan injil melalui gereja Tuhan atau para rasul dan hamba-hambaNya yang ada di dalam dunia ini. Saudara juga bisa melihat ini di dalam catatan yang Lukas berikan di Injil Lukas maupun di dalam Kisah [Para] Rasul. Pada waktu Saudara melihat Kisah [Para] Rasul, maka di dalam pasal pertama ayat yang pertama itu ada dikatakan Lukas menulis kepada Teofilus di dalam suratnya yang pertama tujuannya untuk apa? Untuk memberitakan mengenai siapa Kristus, apa yang Dia kerjakan semasa Dia hidup di dalam dunia, sampai pada hari kebangkitan Dia. Lalu apa yang menjadi tujuan Lukas menulis Kisah [Para] Rasul? Disitu bertujuan untuk menceritakan bagaimana Kristus bekerja melalui gereja sampai hari ini dan sampai akhir zaman nanti, bahwa Kristus sebenarnya tidak pernah meninggalkan gereja tetapi ketika umat Allah, gereja Tuhan, para rasul melayani pemberitaan firman saat itu Kristus sedang memberitakan firman atau injil kabar baik itu, damai sejahtera kepada manusia,
Nah ini Petrus katakan ketika dia sedang berjalan-jalan ke bait Allah. Pada waktu dia berjalan ke bait Allah disitu dia bertemu dengan seorang lumpuh yang duduk di Pintu Gerbang Indah bait Allah tersebut. Orang yang lumpuh sejak lahir, dia adalah orang yang tidak mungkin bisa berjalan. Lalu pada waktu Petrus melewati orang ini, seperti kebiasaan orang lumpuh menghadapi orang-orang yang berkunjung ke bait Allah dia menatap Petrus dengan satu pengharapan untuk bisa diberikan bantuan uang kepada dia. Pada waktu Petrus melihat orang lumpuh ini dengan satu tatapan yang begitu memelas dan membutuhkan bantuan dari pada Petrus, Petrus berkata satu hal kepada orang lumpuh ini, “Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang aku punyai akan kuberikan kepada engkau,” lalu Petrus berkata, “demi nama Yesus Kristus orang Nazaret itu, berjalanlah.” Dan pada waktu Petrus mengangkat orang itu dari duduknya maka seketika itu kakinya menjadi kuat, dia bisa berlari, dia bisa melompat-lompat dan dia seketika memuji Tuhan Allah. Saudara, ketika kita membaca bagian ini, masih banyak yang lain ya, kita mendapatkan satu pengertian: walaupun Kristus sudah naik ke Sorga, walaupun Kristus tidak ada di dalam dunia saat ini dan tidak ada di dalam dunia bersama-sama dengan para rasul yang melayani di dalam Kisah Para Rasul, itu bukan berarti Kristus tidak menyertai mereka, dan itu tidak berarti Kristus tidak berada bersama-sama dengan mereka. Dia tetap ada dan Dia bekerja melalui hamba-hambaNya yang mau setia dan taat menjalankan apa yang menjadi perintah Tuhan.
Jadi kematian Kristus itu adalah satu fakta. Orang banyak berkata “Yesus tidak sungguh-sungguh mati,” tetapi Kitab Suci berkata dan kita orang Kristen harus berkata Kristus sungguh mati dan itu adalah satu fakta.Buktinya apa? Buktinya adalah kesatuan yang ada antara orang-orang Yahudi dengan orang non-Yahudi, kesatuan antara orang-orang yang sebelumnya bertentangan di dalam dunia ini, yang tidak mungkin diperdamaikan bisa berdamai, kesatuan antara perbedaan suku dan ras yang ada dalam dunia ini yang semula mungkin saling membenci, saling mencurigai satu sama lain bisa duduk bersama-sama untuk beribadah kepada Tuhan Allah yang sama di dalam Yesus Kristus. Ini adalah fakta bukti bahwa Kristus sungguh-sungguh sudah mati di kayu salib untuk memperdamaikan kita yang berdosa dengan Tuhan Allah yang suci. Dan yang kedua adalah kalau kita adalah orang yang memiliki Tuhan, kalau kita adalah gereja yang menyatakan Tuhan Yesus ada bersama-sama dengan kita, jangan lupakan satu tugas penting yang harus kita lakukan yaitu menjadi alat Tuhan untuk membawa berita damai sejahtera kepada orang lain yang belum mendengar. Saudara, damai sejahtera itu bukan kelakuan kita yang baik kepada mereka, damai sejahtera itu bukan aksi sosial yang kita lakukan untuk membuat orang menerima keberadaan kita atau menolong orang miskin saja, tapi damai sejahtera yang penting itu adalah berita kabar baik yang Kristus sudah genapi dalam Kitab Suci melalui kematian Dia diatas kayu salib untuk menebus dosa kita. Ini adalah hal yang utama yang penting sekali yang harus kita lakukan di dalam kehidupan kita.
Kemudian kita lanjutkan. Kalau begitu apa yang menjadi kebutuhan paling dasar dan utama dalam kehidupan manusia? Kalau kita mengerti kematian Kristus maka kita tidak akan berkata kebutuhan paling dasar, paling utama, dan paling penting itu adalah kekayaan, kebahagiaan diri, hidup kesenangan ataupun pasangan hidup dalam kehidupan kita atau anak-anak kita atau keluarga kita. Kita tidak akan menganggap itu sebagai satu keutamaan dalam kehidupan kita yang harus kita kejar dan kita dahului dan kita betul-betul miliki dalam kehidupan kita. Tapi damai bersama Allah itu yang paling mendasar dan paling penting serta paling utama. Kenapa damai bersama Allah yang paling utama? Ada 2 sebab, pertama karena Allah sendiri melihat damai antara diri Dia dengan manusia itu adalah hal yang penting dan harus terjadi. Kenapa Kristus mati di kayu salib, kenapa Dia rela memberikan AnakNya inkarnasi menjadi manusia? Kenapa Kristus mau meninggalkan kedudukan yang begitu mulia di Sorga, yang begitu dihargai, tidak perlu susah-susah turun ke dalam dunia untuk menjadi manusia, tunduk di bawah Hukum, ditolak oleh milikNya sendiri, dan tidak diakui, lalu sampai dilemparkan ke kayu salib lalu mati di atas kayu salib? Kenapa Dia lakukan itu semua? Karena Dia anggap damai antara manusia berdosa dengan Allah yang suci itu adalah hal yang penting. Saudara, kalau Allah melihat damai itu bukan sesuatu yang penting, relasi yang dipulihkan itu bukan sesuatu yang penting, saya berkata gampang sekali, Dia musnahkan semua manusia seperti Sodom dan Gomora dimusnahkan oleh Tuhan Allah lalu Dia bangkitkan satu keturunan yang baru yang suci, yang tidak berdosa dan tidak dapat berdosa, dan hidup taat sepenuhnya bagi Dia dihadapan Tuhan Allah, seperti halnya malaikat yang di Sorga yang Tuhan ciptakan tanpa dosa dengan ketaatan penuh total kepada Tuhan Allah. Itu Dia bisa lakukan dalam kehidupan kita. Tetapi Alkitab bilang tidak. Dia rela untuk datang. Dia rela untuk menderita. Dia rela untuk mengalami pencobaan seperti yang kita alami. Dia rela untuk menderita supaya kita mengerti Dia menderita, Dia mengerti penderitaan kita, supaya kita bisa diperdamaikan dengan Kristus, dengan Allah di Sorga melalui salib Kristus. Ini yang pertama.
Yang kedua adalah, karena kita sendiri manusia yang berdosa, sebenarnya adalah orang-orang yang sangat membutuhkan damai sejahtera dalam hidup kita, walaupun kita sering kali tidak menganggap itu sesuatu yang penting dan perlu dalam kehidupan kita. Saudara, di dalam Yesaya 57:19-21 ada kalimat yang baik sekali daripada Tuhan Allah untuk menggambarkan mengenai keadaan daripada manusia yang berdosa: “Aku akan menciptakan puji-pujian. Damai, damai sejahtera bagi mereka yang jauh dan bagi mereka yang dekat–firman TUHAN–Aku akan menyembuhkan dia! Tetapi orang-orang fasik adalah seperti laut yang berombak-ombak sebab tidak dapat tetap tenang, dan arusnya menimbulkan sampah dan lumpur. Tiada damai bagi orang-orang fasik itu, firman Allahku.”
Saudara, di dalam kita membaca Yesaya ini, maka kita mendapatkan satu hal yang penting dari Tuhan Allah untuk menggambarkan kondisi hati daripada orang-orang yang berdosa yang memiliki relasi yang rusak dengan Tuhan Allah. Pada waktu Yesaya mendapatkan satu kebenaran firman dari Tuhan Allah, Yesaya mencatat, Allah mengkomparasikan atau menganalogikan keadaan hati daripada orang yang tidak percaya itu seperti gelombang laut. Maksudnya apa? Mereka tidak pernah tenang. Mereka selalu bergejolak di dalam hati, tidak ada kedamaian di dalam hati mereka. Kalau kita tanya, kenapa laut bergelombang, jawabannya kenapa? Laut ndak pernah tenang, kan? Selalu ada gelombang, ombak yang memukul pantai. Sebabnya kenapa? Ada 2 sebab, ya. Pertama, karena laut kan perbatasan dengan cakrawala, udara yang di atas. Dan cakrawala kita, atmosfer kita itu, itu bergerak, dan ini menimbulkan angin. Lalu angin yang bertiup di permukaan laut itu mendorong air itu ke atas. Tetapi, daya tarik gravitasi bumi itu menarik air itu ke bawah, sehingga satu gerakan tarikan ke atas satu tarikan ke bawah itu mengakibatkan terjadinya getaran. Nah, getaran yang berjalan, itu namanya gelombang. Maka timbul gelombang di dalam laut itu. Yang penyebab kedua itu adalah karena daya tarik gravitasi bulan dan daya tarik gravitasi daripada bumi. Jadi, bulan mengitari bumi, pada waktu dia mengitari bumi maka dia menarik air itu mengikuti gravitasi bulan, tetapi gravitasi bumi menarik itu ke bawah lagi, sehingga terjadi gelombang pasang surut. Nah, ini yang menjadi penyebab timbulnya gelombang di dalam laut ini. Dan Saudara, kadang-kadang juga ada angin yang begitu besar sekali, badai yang meniup, lalu mengakibatkan tanah-tanah yang ada di dasar laut, kotoran-kotoran yang ada di dasar laut itu kemudian terangkat dan terhempas ke luar oleh arus yang begitu kuat, karena tiupan angin yang begitu besar tersebut.
Nah, Saudara, keadaan hati daripada orang berdosa itu adalah seperti ini. Pada waktu manusia hidup, dicipta oleh Tuhan Allah dalam kondisi yang bersih, yang tidak berdosa, maka di situ hanya ada satu kekuatan daripada Tuhan Allah. Satu kekuatan saja yang bekerja dalam diri manusia, dan kekuatan itu adalah kekuatan Tuhan Allah. Nah, pada waktu manusia ada di bawah pimpinan daripada kekuatan Tuhan Allah ini, maka di situ kita akan, kita bisa menemukan kehidupan manusia begitu menyenangkan sekali, tidak ada penyakit, tidak ada kesusahan, mereka bisa betul-betul menikmati Tuhan dalam kehidupan mereka. Mereka bisa bersekutu dengan Tuhan, mereka bisa hidup di dalam sesuatu kehidupan yang tidak ada cemas dan kekhawatiran dalam kehidupan mereka. Akan tetapi, ketika mereka yang hidup baik, tenang, menyenangkan, dan dalam satu kebebasan itu kemudian mulai mendengarkan perkataan iblis dan bujukan iblis, maka saat itu, Alkitab berkata, mereka mulai jatuh, atau mereka jatuh ke dalam dosa. Ada kekuatan kedua yang mulai mencengkeram mereka, menguasai mereka, dan menarik mereka daripada kekuatan Tuhan Allah. NahSaudara, tadi kalau kita ibaratkan gelombang laut, dan walaupun kita bilang ada 2 sumber yang atas itu, yaitu sumber daripada angin ataupun daripada bulan, tetapi kita bisa simpulkan sebenarnya ada 2 kekuatan yang menyebabkan gelombang itu, air itu bergejolak, yaitu sumber daripada angin atau bulan, dan sumber daripada gaya gravitasi bumi ini. Nah, kehidupan orang-orang yang jatuh dalam dosa ada dalam suatu daya tarik antara kekuatan dari atas dan kekuatan dari bawah. Kekuatan dari atas itu apa? Dari Tuhan. Waktu manusia jatuh dalam dosa, ingatan mengenai keadaan yang baik di Taman Eden itu sebenarnya tidak pernah hilang.
Saudara, semua orang tahu, keadaan yang benar itu seperti apa. Semua orang tahu kehidupan baik itu seperti apa. Semua orang tahu kehidupan berkeluarga itu harusnya setia sama pasangan, itu adalah sesuatu yang benar, karena apa? Karena kehidupan di Taman Eden terlebih dahulu, yang dahulu itu, terus ada di dalam ingatan mereka. Ada satu memori, ada satu suara yang dalam hati mereka yang terus mengingatkan mereka akan keadaan tersebut. Tetapi di sisi lain, ketika mereka hidup dalam dosa, ada satu kekuatan dari bawah, yaitu kekuatan hawa nafsu, kekuatan daripada iri hati, kedengkian, kebencian, keegoisan, itu berusaha menarik mereka ke arah yang lain atau kedagingan kita. Nah ini mnegakibatkan ada tarik-menarik daripada 2 kekuatan ini yang membuat kita merasa tidak ada damai dalam kehidupan kita. Kita merasa ada sesuatu yang masalah di dalam diri kita. Saudara, bukan hanya itu, kadang kala iblis bekerja. Kadang kala masalah datang dalam hidup kita. Kadang kala, badai menimpa hidup kita, lalu yang terjadi ada penyakit, ada kesusahan, ada kebangkrutan, ada orang-orang yang kita cintai yang diambil daripada kehidupannya tengah-tengah dunia ini. Itu mengakibatkan apa? Saya pikir itu mengakibatkan sesuatu kesusahan yang besar sekali, satu perasaan frustasi dalam kehidupan kita, satu perasaan tidak ada damai dan tidak ada keamanan di dalam diri kita. Dan ini adalah kondisi hati daripada orang berdosa. Saudara, mungkin kita bisa sibuk di dalam pekerjaan. Mungkin mereka bisa begitu banyak aktivitas yang mereka lakukan sehingga mereka melupakan kondisi ini, atau menutupi kondisi ini, hati mereka. Tetapi itu nda bertahan lama. Saya yakin nda akan bertahan lama. Pada waktu mereka tenang, sendiri, merenungkan hidup mereka, suara hati itu akan mengulang dan muncul lagi, dan mengingatkan akan kondisi mereka yang tidak tenang dan yang membuat mereka merasa mereka ada sedang bermusuhan dengan Tuhan Allah. Ini yang menjadikan mereka hidup dalam kegelisahan.
Saya ambil contoh kayak gini, Saudara pernah merasa tidak, hati yang sumpek, jenuh, capek, lalu ingin sesuatu yang baru? “Ayo kita jalan-jalan yuk, bosen di sini. Begitu padat pekerjaan yang kita lakukan, lebih baik kita berekreasi lalu mencari suasana yang baru dan bersenang-senang.” Saya bukan berkata kita tidak boleh bersenang-senang. Saya juga tidak berkata bahwa itu adalah sesuatu yang salah. Tetapi, kalau kita melihat kesenangan, lalu jalan-jalan, rekreasi, dan yang lain-lain itu adalah jalan keluar terhadap permasalahan yang kita hadapi, maka kita punya pemikiran bahwa permasalahan yang kita hadapi itu adalah satu permasalahan yang diakibatkan oleh lingkungan sekitar kita, keadaan sekeliling kita, orang-orang yang ada di sekitar kita, pekerjaan kita yang begitu melelahkan yang membuat kita tidak ada damai dalam hati. Saudara, ini salah. Itu yang membuat kita mencari damai, ketenangan di luar sana. Tapi coba lihat ke dalam, refleksikan diri, renungkan keadaan hati kita dan diri kita, apa yang membuat kita bermasalah, jawabannya satu: karena hubungan kita dengan Tuhan Allah itu sudah rusak. Itu yang harusnya kita miliki di dalam kehidupan kita ketika kita menghadapi gelombang yang ada di dalam hidup kita ini, ya.
Jadi Saudara, di dalam Mazmur pasal 3 dan 4, ada satu contoh yang pemazmur berikan kepada kita, kemarin saya ada kutip sedikit di dalam pembinaan pemuda. Di dalam kehidupan kita di tengah-tengah gelombang kesusahan ini, biasanya kita akan hidup di dalam sesuatu kekhawatiran yang membuat diri kita itu tidak bisa tenang dalam kehidupan kita, misalnya ambil contoh, sulit tidur. Kenapa kita sulit tidur? Ada penyakit sih, memang, mungkin ya penyakit. Tapi ada juga sesuatu yang diakibatkan karena kegelisahan di dalam hati yang kita berusaha tutupi, tetapi kemudian tidak bisa kita tutupi dan itu tertampil keluar di dalam satu keadaan di mana kita sulit tidur dalam kehidupan kita. Mungkin juga karena kita khawatir, kita takut akan segala sesuatu, keadaan yang ada di sekeliling kita sehingga kita tidak bisa beristirahat dengan tenang dalam hidup kita. Nah, ketika Daud menulis Mazmur pasal 3 dan 4, Alkitab bilang, saat itu dia sedang di dalam satu pelarian diri terhadap pemberontakan Absalom. Banyak orang-orang yang berusaha mengepung dia dan membunuh diri dia. Lalu dalam kondisi ini bagaimana dia? Alkitab bilang satu hal yang menarik sekali, “aku bisa tidur dengan nyenyak”. Kita buka aja, Mazmur pasal 3. Mazmur 3:6 dan 7. “Aku membaringkan diri, lalu tidur; aku bangun, sebab Tuhan menopang aku! Aku tidak takut kepada puluhan ribu orang yang siap mengepung aku.” Lalu ayat, pasal 4:9.”Dengan tenteram aku mau membaringkan diri, lalu segera tidur, sebab hanya Engkaulah, ya TUHAN, yang membiarkan aku diam dengan aman.” Saudara, kalau kita tahu ada kerusuhan di luar misalnya, kira-kira kita bisa tidur nggak dalam rumah? Atau kita pergi berjalan-jalan, rekreasi, kita bisa tidur nyenyak nggak tinggalin rumah kita dalam keadaan kosong? Bisa nggak? Sulit ya? Tapi Daud dalam kondisi yang mengancam hidup dia, dia bisa berkata, ‘aku bisa tidur dengan nyenyak dan aku yakin aku bangun keesokan paginya’, karena apa? Dia memiliki satu relasi yang dekat dengan Tuhan Allah.
Saudara, poin terakhir yang saya mau angkat adalah, siapa orang-orang yang jauh dan siapa orang-orang yang dekat itu? Bagaimana kita mengetahui orang itu berada di dalam kondisi yang jauh atau dekat, atau diri kita ada dalam posisi yang jauh atau dekat? Ada orang-orang yang mengatakan, jauh dan dekat itu adalah sesuatu yang berkaitan dengan posisi, dengan status, atau keadaan orang tersebut. Maksudnya apa? “Coba lihat hidup dia. Kalo dia adalah seorang yang peminum, pezinah, pencuri, perampok, yang ada di dalam penjara, seorang yang ditawan karena kejahatan dia, narkoba, obat-obatan atau minum-minuman keras, dia adalah orang yang jauh dari Tuhan Allah. Tetapi orang yang dekat adalah orang yang suka ke gereja, orang yang bisa berbakti kepada Tuhan, orang yang suka menolong orang lain, orang yang punya belas kasihan yang besar, orang yang suka mendukung orang-orang miskin dalam kehidupan dia, dia pasti orang yang dekat dengan Tuhan.”
Tapi Saudara, ada satu hal yang penting yang harus kita ingat baik-baik, Alkitab tidak pernah melihat jauh dekat seseorang itu berdasarkan posisi atau status atau keadaan orang tersebut. Di dalam Alkitab ada keadaan di mana orang yang kelihatannnya begitu dekat dengan Tuhan, tapi sebenarnya mereka tidak berada jauh, orang-orang yang jauh daripada Tuhan Allah. Misalnya Paulus, siapa dia? Alkitab di dalam Filipi 3, dia mengaku sendiri, berkata ‘aku adalah orang Ibrani asli. Aku adalah keturunan Benyamin asli. Aku adalah orang yang disunat di hari kedelapan. Menurut ketaatan kepada Taurat, aku tidak bercacat sama sekali dalam kehidupanku. Aku giat menjalankan hukum Tuhan.’ Saudara kalau lihat orang seperti ini dalam gereja, kita akan berkata apa? Kemungkinan kita akan berkata langsung, dia orang yang dekat dengan Tuhan. Tapi maaf tanya, apakah Paulus dekat dengan Tuhan? Dia dekat, tapi dia tidak di dalam Kerajaan Allah. Saudara, dekat saja tidak cukup. Dia adalah orang yang harus ada di dalam Kerajaan Allah, baru dia memiliki damai sejahtera. Lalu, “dekat” ini membuat posisinya bagaimana? Sebenarnya dia juga berada dalam posisi yang “jauh”, yang tidak berbeda dengan seorang penjahat seperti kepala penjara Filipi. Siapa dia? Orang yang mungkin keras, yang keras, yang hidupnya dengan satu prinsip: “Kalau terjadi sesuatu, kegagalan dalam pekerjaanku, aku siap bunuh diri.” Lalu apakah kehidupan Paulus berbeda dari orang ini? Secara kelihatan mata, mungkin berbeda, secara kelakukan dan secara satu kehidupan moral, mungkin berbeda. Tetapi di hadapan Allah, sebenarnya Paulus bukan orang yang “dekat”, tetapi Paulus adalah orang yang jauh, seperti hal nya kepala penjara itu, atau orang-orang yang jahat, atau orang-orang yang disalibkan mati di kayu salib. Dia adalah posisi orang yang jauh daripada Tuhan Allah.
Saudara, “dekat” atau “jauh” itu bukan sesuatu yang bersifat posisi atau apa yang kita lakukan. Tetapi, “dekat” atau “jauh” itu berkaitan dengan relationaldalam kehidupan kita. Dan ini bisa dilihat dari 2 hal. Tadi saya ada kutip Mazmur 3 dan 4. Pertama, dari sikap hidup kita, bagaimana kita hidup di dalam satu kekhawatiran atau satu kehidupan yang tenang. Satu kehidupan yang bisa berserah kepada Tuhan atau satu kehidupan yang tidak bisa berserah kepada Tuhan. Saudara, dan itu semua terlihat di dalam kehidupan kita. Saudara, mau menyangkali itu, mungkin? Saudara tidak ada masalah, mungkin, tidak ada persoalan dalam hidupmu, semuanya baik-baik kok, saya damai kok. Tapi Saudara, adakah Saudara hidup mengalami sakit maag? Adakah Saudara hidup di dalam satu kehidupan yang tadi: tidak bisa tidur? Ada penyakit yang dinamakan: neurosis, atau repression, sesuatu tindakan yang menekan hal yang ada di bawah alam bawah sadar, masuk, yang kejadian langsung masuk ke dalam alam bawah sadar, supaya kita bisa melupakan. Nah ini semua bukan sesuatu yang berkaitan dengan kejiwaan atau penyakit fisik, tetapi akibat daripada tekanan itu, maka itu tampak di dalam kehidupan fisik kita, kondisi kesehatan daripada diri kita.Memang ada orang yang sakit maag, ya karena sakit maag ya. Tapi kan, ada juga yang stress, seperti itu. kita yang mana? Apa yang membuat kita tidak bisa tidur? Apa yang membuat kita tidak nyaman, tenang, dan akhirnya pengaruh kepada maag kita? Kekhawatiran apa yang kita sembunyikan, yang kita berusaha tutupi dan hindari? Ada tidak kepercayaan kita kepada Tuhan Allah dalam hidup kita? Saudara, kalau itu ada, relasi yang baik dengan Tuhan Allah, saya yakin itu akan menolong kehidupan kita, dan bagaimana kita bersikap dalam hidup kita ini.
Lalu yang kedua adalah, relasi berarti berkaitan dengan pengenalan akan Tuhan Allah. Saudara, orang yang ada di dalam Kerajaan Allah, adalah orang yang mengenal siapa Allah yang dia sembah melalui Yesus Kristus, atau secara langsung. Dia mengenal Yesus Kristus yang dia sembah, dan dia Tuhankan, yang telah menyelamatkan diri dia. Nah itu membuat dia mengenal Tuhan Allah dengan baik. Kita sudah mengenal Tuhan Allah belum? Tandanya apa kita mengenal Tuhan Allah? Ada orang yang berkata, “Aku sudah ada di dalam Tuhan.” Buktinya apa? “Aku percaya Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat.” Buktinya apa? “Saya baca Alkitab sampai ratusan kali selesai, dan saya menghafal banyak sekali ayat-ayat Alkitab. Bahkan saya membaca buku-buku teologi melampaui semua orang Kristen yang lain, bahkan mungkin pendeta, dan saya adalah orang… itu yang membuat saya berkata: Saya yakin, saya adalah orang yang ada di dalam Kerajaan Allah.” Saudara, saya ngomong belum tentu ya. Banyaknya kita membaca Alkitab dan menghafal ayat Alkitab, itu tidak menjamin kita ada di dalam Kerajaan Allah. Perkataan yang mengatakan bahwa: Saya percaya Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat hidup saya – itu tidak menjamin Saudara ada di dalam Kerajaan Allah. Tetapi bagaimana Saudara mengenal Allah melalui kehidupan pergaulan Saudara dengan Allah yang dicerminkan dalam kehidupan sehari-hari, itu menandakan Saudara mengenal Allah atau tidak.
Saya sebenarnya mau tayangkan ada 2 kesaksian ya, dari orang yang datang konseling karena ada satu permasalahan. Itu bisa ditampilin ngga ya? komputer mati ya? Saya bacain ajalah ya.
Ada satu perempuan, seorang istri yang datang kepada seorang Konselor. Lalu ketika dia datang, keluhan, dia dibawa oleh suaminya, keluhannya adalah: dia hidup di dalam satu ketakutan yang begitu luar biasa sekali. Ketakutan yang tidak masuk akal sama sekail. Dia mendengar suara-suara, dia melihat sesuatu, sampai akhirnya dia sendiri merasa ketakutan dan cemas. Kalau mau tidur, dia ngga bisa tidur, dia harus menggunakan pakaian tertentu, atau tutup kepala tertentu, baru dia bisa tidur. Akibat dari ketakutannya yang begitu luar biasa ini, itu membuat dia sampai tidak mau kemana-mana, hanya mau di rumah, tidak mau pergi ke gereja atau melakukan aktivitas yang dia biasa lakukan dalam kehidupan dia. Tapi ketika Konselor ini cross-check kepada suaminya, ‘Kamu juga mengalami hal itu, tidak?’ Suaminya ngomong, ‘Tidak sama sekali. Saya tidak pernah melakukan dan melihat, atau apa yang dikhawatirkan dan ditakutkan oleh istriku tersebut.’ Karena itu mereka datang konseling. Nah di dalam keadaan seperti ini, maka Konselor itu teringat satu hal, satu ayat daripada Daniel 11:32. Di situ dikatakan, “Umat yang mengenal Allahnya, akan tetap kuat dan akan bertindak.”
Saudara, “Umat yang mengenal Tuhan Allahnya akan tetap kuat dan bertindak.” Nah ini membuat Konselor ini kemudian berpikir, ‘Kalau begitu ada kemungkinan besar, perempuan ini atau si istri sebenarnya tidak memiliki relasi dengan Tuhan Allah secara baik. Dia tidak mengenal Allah secara baik. Pada waktu dia ditanya, ‘Kamu sudah percaya Kristus belum?’ dia berkata, ‘Iya, saya sudah percaya Yesus, Dia adalah Tuhan dan Juruselamat saya.’ Tapi stop di situ, dia tidak menceritakan bagaimana pergumulan dia bersama dengan Tuhan, bagaimana dia jatuh bangun bersama Tuhan, bagaimanx a dia berusaha untuk mentaati perintah Tuhan dalam kehidupan dia, bagaimana dia ingin berusaha menyenangkan Tuhan dalam kehidupan dia. Itu tidak ada sama sekali. Akhirnya, di d qalam kondisi ini, Konselor ini kemudian mengatakan seperti ini, ‘Saya minta kalian untuk membaca Injil Markus, karena Injiil Markus berkaitan dengan Yesus yang menaklukkan kuasa daripada roh jahat, itu banyak sekali di situ. Lalu ketika kalian membaca Injil Markus ini, tolong catat apa yang Saudara dapatkan daripada Injli itu, refleksi Saudara bagaimana. Saya tidak mau Saudara memberikan sesuatu yang hanya merupakan catatan sejarah saja. Tetapi apa yang Saudara dapatkan daripada bacaan di dalam Markus tersebut. Tolong dicatat dan berikan pada saya!” Lalu di sini ada catatannya, ya. Ada suami, ada istri. Saya ingin Saudara coba dengarkan dan Saudara nilai ya. Mereka, ketika baca Injil Markus, mereka sampai kepada Markus 2, coba buka dulu ya, Markus 2, perikop pertama: Orang lumpuh disembuhkan. Sudah tahu ya ceritanya ya? Mungkin kita ngga usah bacalah. Kemudian perikop kedua: Lewi pemungut cukai mengikut Yesus. Sudah tahu ya, Yesus memanggil Lewi pemungut cukai lalu makan bersama dengan dia di dalam rumahnya.
Lalu yang ketiga: Hal Berpuasa, dan yang keempat: Murid-murid memetik gandum pada hari Sabat. Pada waktu si suami membaca ini, lalu dia mulai menulis kaya gini, ayat yang paling banyak bercerita dari pasal ini adalah ayat 17, “Bukan orang yang sehat yang memerlukan dokter, melainkan yang sakit.”Yesus telah datang bukan untuk memanggil orang yang benar, melaikan para pendosa. Yesaya 53:6 menyebutkan bahwa, ‘Kita semua sesat seperti domba, kita masing-masing mengambil jalan sendiri-sendiri. Dan Tuhan telah memikul sendiri kejahatan kita semua.’ Bagi saya, hal itu memberikan kepastian tentang pengampunan. Saya adalah seorang pendosa, kita semua pendosa, Kristus datang bagi kita semua. Bukan karena kita benar, melainkan karena dosa-dosa kita. Apabila saya memang sungguh-sungguh benar, maka saya tidak membutuhkan Kristus, saya membutuhkan Dia, aspek paling nyata dari besaran cinta Tuhan terlihat di sini, di sini Tuhan seakan-akan mengatakan, aku tahu kamu penuh dosa, tetapi aku sangat mengasihimu, sehingga bagian dari diriku sendiri yaitu putraku, Dia akan mati bagimu, sedemikian besar kuasaku sehingga aku kuasa membangkitkannya dari kematian. Percayalah kepadaku, dan percaya kepadaNya maka kamu akan mendapatkan kehidupan kekal. Apabila kasih Allah kepada saya sebesar itu, meskipun saya berdosa, bagaimana saya dapat meragukanNya, bagaimana saya dapat menikmati segala uap kehidupan yang hendak dicicipkan kepada saya, kedamaian batin yang diberikannya semua bunga di musim semi, rerumputan yang hijau, matahari dan hujan, kehidupan bersama Kristus, benar-benar menakjubkan. Tuhan, bantulah saya sehingga saya dapat membagikan karunia ini kepada sesame. Ini suaminya. Lalu kita bandingkan dengan istrinya ya, istrinya bilang kaya gini, Saudara bisa komparasi saat Saudara saat teduh ya, baca Alkitab.
Di Kapernaum, Yesus mengampuni seorang lumpuh, segala dosanya, Yesus menyuruh orang tersebut untuk mengangkat tempat tidurnya dan berjalan pulang, dan orang itu melakukannya, hingga para ahli taurat keheranan. Setelah Yesus berbicara kepada orang banyak, Dia pergi ke rumah orang Lewi, di sini Yesus beserta murid makan dan minum bersama dengan para pemungut cukai. Hal itu membuat para ahli taurat bertanya-tanya, mengapa Yesus mau melakukan hal itu? Yesus mengatakan, bahwa mereka yang sakit memerlukan tabib, dan Ia datang supaya para pendosa dapat bertobat. Saya yakin, bahwa Yesus merasa, orang-orang di rumah Lewi membutuhkannya. Nama lain dari Lewi adalah Matius, dan Dia menjadi salah seorang murid Yesus. Yohanes dan kaum Farisi ingin mengetahui mengapa para murid tidak berpuasa seperti mereka, mereka mendapat jawaban bahwa puasa orang Yahudi merupakan suatu kebiasaan atau ritual, dan para murid tidak berpuasa karena mereka merasa hal itu akan menghilangkan kesenangan dari Iman mereka. Namun dikatakannya pula bahwa akan tiba waktunya ketika para murid nantinya harus berpuasa.
Suadara, dua refleksi, saya mau tanya yang mana yang baik? Yang kedua atau yang pertama? Yang pertama, kenapa yang pertama? Kedua salah ya? Salah tidak perkataan istrnya? Tidak kan? Semuanya sesuai dengan Kitab Suci tapi masalahnya dimana? Istrinya cuma menjadi pencatat sejarah yang baik dan melihat Yesus Kristus sebagai pelaku sejarah atau ada di dalam sejarah dan tidak ada relasi personal dengan diri dia. Tetapi suami melihat apa yang dilakukan Kristus di dalam sejarah itu. itu ditarik ke dalam diri dia, dan dia merefleksikan kepada diri dia, siapakah diri dia itu. Pada waktu dia melihat orang erdosa, orang Farisi, orang pemungut cukai, yang berdosa yang diterima oleh Tuhan Allah. Dia menepatkan diri dia, bukan sebagai komentator, tapi sebagai orang yang berdosa seperti pemungut cukai itu yang membutuhkan pengampunan dosa daripada Kristus, sedangkan istrinya hanya komentar tok. Dia merasa dirinya benar, mungkin, dia baik, dia menganalisa, dia menulis dan dia tidak pernah menjadikan firman Allah itu menjadi milik dia dan dia sebenarnya tidak pernah mengenal Allah itu siapa. Saudara, kita perlu mengenal Allah dan dari pengenalan kita akan Allah melalui Kristus itu akan memberikan satu kekuatan di dalam kehidupan kita. Kekuatan untuk hidup bagi Allah, kekuatan untuk hidup menghadapi keadaan yang tidak menentu seperti gelombang yang ada di sekitar kita, dan kekuatan untuk menghadapi serangan dari pada iblis yang berusaha menjatuhkan kita.
Daud di dalam Mazmur ke-4 berkata ketika dia memiliki relasi dengan Allah, sebagai orang yang dibenarkan Allah, dia memiliki satu confident untuk menghampiri Allah dan dia memiliki suatu kehidupan yang percaya bahwa Allah sanggup memelihara hidup dia, karena apa? Dia mengenal Allah yang dia sembah adalah Allah yang sanggup memelihara hidup dia. Saudara, kalau kita berkata Tuhan sanggup memelihara, Dia maha kuasa, tetapi kita hidup dalam suatu ketakutan itu bukan berarti kita mengenal Dia sebagai Allah yang maha kuasa dan sanggup memelihara kita. Nah ini membuat pengalaman bersama Tuhan di [masa] lalu itu penting sekali, apa yang kita alami sebelumnya itu menguatkan iman kita. Melalui firman kita belajar mengenai Allah, lalu melalui hidup kita belajar mentaati Tuhan dan situasi di sekitar kita itu menguji kita akan pengenalan kita akan Tuhan dan ketaatan kita akan Tuhan, dari situ timbul relasi kita dengan Tuhan Allah. Nah ini kalau kita jalani dengan baik akan memberi kekuatan kita untuk menghadapi hidup di depan dan pengharapan yang besar di dalam Kristus. Kiranya Tuhan boleh menolong kita di dalam firman Tuhan hari ini. Mari kita masuk ke dalam doa.
Kembali kami bersyukur Bapa untuk kebenaran firman yang boleh Engkau berikan bagi kami. Kiranya apa yang Engkau kerjakan bagi kami itu boleh menjadi sesuatu yang merupakan milik kami sendiri. Kiranya penebusan Kristus boleh menjadi bagian dalam hidup kami. Kiranya damai sejahtera yang Kristus berikan itu boleh ada di dalam hati kami, dan kiranya kehidupan yang sudah diperdamaikan dengan Allah melalui kehidupan yang berelasi dengan Tuhan dan mengenal Tuhan itu boleh kami nyatakan dalam kehidupan kami. Tolong kami ya Tuhan supaya kami adalah orang-orang yang dekat dengan Engkau dalam pengertian bahwa kami ada di dalam KerajaanMu, bukan dekat tetapi kami hanya ada di dalam pintu masuk yang belum masuk ke dalam KerajaanMu. Tolong kami dan pimpin kehidupan kami dan iman kami masing-masing ya Tuhan. Dalam nama Tuhan Yesus Kristus kami telah berdoa. Amin.
[Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah]