Mrk 4:35-41
Kita membuka, Saudara, dari Markus 4:35-41. Yang bawa Alkitab dan yang bawa gadget ada Alkitab jangan ditutup-tutup ya, kita akan go through dari ayat ke ayat. Yang pertama, Saudara, 35, pria membaca, “Pada hari itu, waktu hari sudah petang, Yesus berkata kepada mereka: “Marilah kita bertolak ke seberang.”” Sambil saya jelaskan ya Saudara. Di dalam pelayanan Tuhan Yesus, Dia punya pelayanan itu dibagi dua, Saudara ya.Kalau ini adalah Kanaan, Tanah Perjanjian, yang di selatan ini namanya Yudea, yang di utara ini disebut Israel. Ini ibukotanya Samaria, yang Yudea ibukotanya Yerusalem. Di dalam pelayanan Tuhan Yesus karena Dia hidup di dunia tiga tahun setengah, kebanyakan di utara, yang di utara ini ada Danau Galilea. Danau Galilea ini dapat air daripada pegunungan yang ada di Siria yang disebut Dataran Tinggi Golan. Itu diatasnya ada es, Saudara. Jadi kalau es itu mencair, itu airnya ke Danau Galilea.Nah Saudara bisa lihat ya, nanti dari sana nanti akan terus mengalir ke Sungai Yordan. Nanti Sungai Yordan berakhirnya di sini, namanya Laut Mati. Sampai di sini, nggak ada tempat yang lebih rendah di seluruh dunia kecuali di sini jadi airnya sudah di sana ya sudah mantep di situ. Jadi kalau Tuhan Yesus pelayanan di utara, maka ada kantor pusat, itu namanya Kota Kapernaum, ya. Kapernaum adalah kota yang di pinggir danau. Jadi kalau setelah Yesus khotbah, menyembuhkan, dan sebagainya, Dia sering kali menggunakan perahu untuk bertolak, istilahnya beristirahat. Mengambil waktu untuk berdoa, dan sebagainya.
Jadi cerita ini, Saudara, yang tadi kita baca, Yesus baru menyampaikan firman sepanjang hari lalu Dia mengajak murid-muridNya bertolak, jadi melewati danau ya, untuk istilahnya pindah ke tempat yang lain, karena kantornya di sekitar situ, Saudara. Jadi kalau dikatakan Dia berada di Danau Galilea, atau di Tiberias, itu sama, namanya sama. Jadi itu adalah satu danau yang betul-betul, ya terkenal, ya, lebih kecil dari Danau Toba sih sebetulnya. Jadi kalau dikatakan Dia bertolak, artinya Dia itu baru selesai menyampaikan firman maka mereka beristirahat sebentar, bertolak daripada kantor pusat namanya Kapernaum, ya. Saya ulangi, “Pada hari itu waktu hari sudah petang,” ya ini udah selesai khotbah. Hari sudah petang. Yesus berkata kepada mereka, “Marilah kita bertolak ke seberang.” Jadi kalau ini adalah Danau Galilea, Saudara, di utara ini, di atasnya itu ada penghubungan, namanya Golan Height, Dataran Tinggi Golan. Itu direbut sama Israel, ya, dan itu tidak dikembalikan kepada Siria sampai hari ini. Kenapa? Karena itu sumber air minum. Itu sumber. Nah, dari gunung itu, Saudara, kalau sudah mulai petang itu suka ada angin yang cukup kencang. Jadi ceritanya, ini sampai ada badai, badai itu kan karena angin, ya, maka laut itu kan bergelombang. Nah itu ceritanya di situ.
Sekarang ayat 36, wanita, “Mereka meninggalkan orang banyak itu lalu bertolak dan membawa Yesus beserta dengan mereka dalam perahu di mana Yesus telah duduk dan perahu-perahu lain juga menyertai Dia.” Jadi murid-Nya kan 12, ya, selain murid yang 12, ada murid lingkaran yang kedua yang mengikuti Yesus. Jadi beberapa perahu. Perahu di mana Yesus ada, ada 12 murid. Ada perahu-perahu yang lain, mereka juga murid tapi bukan yang 12. Jadi kalau kita katakan, murid Yesus lingkaran pertama 12, lingkaran kedua 70, lingkaran ketiga 120. Maka dikatakan, perahu-perahu yang lain mengikuti Dia, karena mereka juga disciples, ya. Yesus ngirimmurid-Nya 12 orang, 70 orang, begitu kan? Jadi ada lingkar satu, lingkar dua, dan sebagainya. Nanti waktu Dia naik ke sorga, lebih banyak lagi orang yang menyaksikan Dia naik. Nah itu juga murid.Maka yang 12 murid ini Saudara, waktu Yesus sudah bangkit dan ke sorga, 12 ini yang menjadi rasul, karena kepada 12 ini diutus langsung.
Kalau disebut rasul, namanya, bahasa inggrisnya apostle. Dalam bahasa aslinya itu, Yunaninya, disebut apostolos, itu artinya yang diutus. The sent one. Kenapa mereka disebut rasul? Karena mereka secara langsung diutus, ‘pergilah kamu, beritakanlah injil’, dan sebagainya. Jadi setelah 12 orang meninggal, nggak bisa disebut rasulnya, Rasul Dawis, nggak bisa Saudara, rasul Stephen Tong, nggak bisa, karena rasul itu diutus langsung. Oleh siapa? Oleh Tuhan Yesus. Itu jabatan nggak boleh dipakai sama yang lain. Fungsi rasul tetap ada pada setiap orang yang namanya hamba Tuhan tapi jabatan itu nggak boleh. Nggak boleh kayak misalnya, Rasul Ravi Zacharias, itu tidak boleh dipakai. Rasul itu cuma 12, yang lain setelah menyerahkan diri jadi hamba Tuhan, mungkin diutus sebagai gembala, sebagai penginjil, sebagai guru, bukan jabatan rasul. Yang khusus ada dua ya, nabi dan rasul. Nah itu jabatan langsung, karena langsung dipanggil. Kalau nabi itu bukan keturunan. Maka Yesaya, Yeremia itu orang-orang khusus yang dipanggil. Lalu rasul itu diutus secara langsung, ya. Jabatan rasul sama nabi ini jabatan yang sangat sangat penting di dalam PL dan PB, dan rasul punya posisi itu lebih tinggi daripada nabi karena rasul sudah melihat penggenapan daripada janji Allah untuk mengirimkan Mesias. Nabi, mereka menyampaikan rencana Mesias itu datang, mereka belum pernah bertemu. Yang rasul ini bersama-sama. Maka dikatakan gereja didirikan di atas pengajaran rasul dan nabi, bukan nabi dan rasul, Saudara, rasul dan nabi. Jadi rasul punya pengajaran, baru nabi yang di bawahnya. Oke?
Sekarang yang ke 37, pria membaca, “Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air.” Kalau kita berada di laut atau di danau sampai terjadinya ombak, Saudara ya, itu karena angin. Sekali lagi, mereka yang di dalam perahu bersama Tuhan Yesus itu bukan orang yang modelnya seperti saya dan saudara yang jarang-jarang kita ke laut, Saudara. Laut sih kita tahu, ya. Mereka itu kan nelayan. Seperti, saya seorang pilot, saya tahu cuaca buruk atau tidak buruk, kapan musimnya, itu tahu. Nggak usah mereka, para murid juga tahu, oh ini musim angin ini akan terjadi begini, begini, mereka sudah tahu. Angin barat, angin timur, mereka udah tahu. Kalau angin barat bagaimana, kalau angin timur bagaimana, jam berapa, bulan apa itu mereka sudah tahu. Maka mereka tahu kalau akan terjadi taufan. Itu udah ada tanda-tanda sebetulnya. Jadi pada waktu mereka melihat ombak, mereka itu ketakutan, padahal yang ketakutan ini bukan orang yang nggak pernah melaut, Saudara, mereka itu nelayan. Jadi waktu mereka melihat air sudah masuk, ya, zaman dulu itu bukan kapal yang ada mesin, saudara, mereka bergantung layar. Ini kan 2000 tahun yang lalu, belum ada kayak sekarang ada mesin yang kayak gitu, jadi mereka sangat bergantung kepada layar. Sekarang kalo air sudah masuk, wah itu udah sebentar lagi bisa tenggelam, Saudara. Nah itu yang mereka takut. Mereka tenggelam itu ya, bukan sesuatu yang baru buat mereka mengalami hal seperti begini. Tapi kita melihat bagaimana murid-murid itu takut sekali.
“Lalu mengamuklah taufan,” berarti ini taufan ya, bukan angin biasa, “yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air.” Belum tenggelam, mulai penuh ya. Ombak begitu tinggi, lalu air masuk. Saudara pernah nggak nonton di TV mengenai tsunami di Aceh?Itu ombak itu bisa 20 meter ke atas ya. Lalu waktu dia balik itu nggak ada rebound kayak kita main basket tuh, begini-begini kan membal. Langsung jrub langsung gitu. Kalau namanya taufan atau hurricane atau angin ribut yang kita sebut ya, itu bisa betul-betul muter Saudara itu, ya. Kalau dia berputar itu artinya itu kapal itu bisa terbalik-balik semuanya. Maka mereka itu ada satu ketakutan. Ketakutan mereka itu adalah ketakutan karena kematian. Jadi ketakutan yang paling kita takuti itu satu saudara, kita itu takut mati. Yang bersama mereka itu Tuhan Yesus, dan Tuhan Yesus waktu naik ke perahu itu sudah melakukan mukjizat yang mereka lihat dengan mata kepala. Lima roti dan dua ikan, ya, orang yang buta diberikan penglihatan, orang yang bisu bisa, mereka itu melihat, 12 orang itu melihat dengan mata kepala mereka palingkenceng. Waktu ada bahaya begini, mereka tuh sebetulnya tidak mengenal siapakah Kristus. Jadi Saudara, ya, maka kalau ketakutan itu tiba kepada kita karena alam, karena ekonomi, karena politik, inget ya, Petrus itu ketakutan waktu ditanya sama seorang hamba, “Engkaukah murid orang ini?” Itu kan masalah politik. Jadi ketakutan tiba kepada Saudara dan saya bisa masalah politik, bisa masalah agama, bisa masalah sosial, bisa masalah alam, ini kan alam.Ketakutan itu menggeser iman, Saudara. Ketakutan itu menggeser iman.
Kalau kita tanya, ya, apakah murid-murid itu nggak tau Yesus itu siapa? Mereka itu melihat dengan mata kepala. Kita malah cuma baca Alkitab. Mereka itu bersama-sama. Bersama-sama dengan Tuhan, yang Tuhan katakan mereka dengar, yang Tuhan lakukan mukjizat mereka lihat, yang buta bener-bener melihat, bukan setelah melihat minggu depan dia buta lagi, ndaSaudara, betul-betul dia melihat. Jadi mereka punya pengenalan akan Tuhan Yesus, ya, itu masih tertutup, Saudara. Jadi, kalau kita melihat di dalam ketakutan mereka, itu bukan karena mereka nggak tahu siapa Yesus. Pengetahuan mereka ada, namanya cognitive knowledge. Tapi belum tentu itu menjadi iman. Karena pengetahuan itu kan melalui kita observasi, kita belajar, itu kan pengetahuan. Saya yakin pengetahuannya murid-murid dengan Saudara dan saya, kita pengetahuan karena kita belajar firman, mendengar khotbah, membaca buku. Mereka itu pengetahuan yang lebih real karena mereka bersama-sama, tapi iman mereka dengan Saudara, itu berbeda. Maka Yesus mengatakan kepada Tomas, dikatakan apa Saudara? “Berbahagialah orang yang tidak melihat tetapi percaya,” karena Tomas itu melihat baru percaya. Yang melihat baru percaya, itu kelasnya bukan yang kelas utama di dalam hal beriman. Nah ini murid-murid-Nya, sudah melihat, mendengar, bersama-sama, dan sebagainya ya, mereka secara pengalaman tuh luar biasa tetapi belum tentu pengalaman itu menuntun mereka lebih beriman.
Nah ini yang dikatakan oleh Alkitab: Iman timbul dari mendengar. Jadi tidak dijamin dengan kita melihat mukjizat kita pasti beriman, Saudara. Tidak dijamin. Alkitab mengatakanfaith comes by hearing. Jadi kalau kita menyediakan telinga untuk mendengar, kita menyediakan mata untuk membaca, kita menyediakan hati untuk mau belajar, maka di situ potensi untuk kita mengenal Tuhan akan terus tambah. Kita punya pengenalan akan Tuhan, ya, walaupun kita sekolah teologia, kita punya buku segudang berapa juta jilid, ya, itu tidak akan mampu menampung pengertian Allah itu siapa, karena Allah itu tidak dibatasi oleh otak saya yang paling berat juga 2 kg. Itu nggak bisa dibatasi, Saudara, karena Allah mau menyatakan diri untuk kita mengenal, itu sebatas yang Dia nyatakan di dalam Alkitab. Yang Dia tidak nyatakan di Alkitab berarti Dia tidak mau nyatakan kepada kita. Dan banyak yang kita belum tahu. Jadi pengenalan akan Allah, ya, itu begitu besar, Saudara. Kita tidak bisa mengatakan, oh saya udah di gereja 20 tahun pasti sudah kenal Alkitab. Kita baca 1000 kali alkitab, kita belum pernah bisa memahami 100%. Karena apa? Karena terbatasnya otak manusia dan begitu dalamnya pengertian akan Tuhan. Maka dengan satu sifat kerendahan hati, kita terus belajar. Khotbah seperti ini saya yakin kalau Saudara Kristen di sekolah minggu udah dengarkan cerita ini berkali-kali kita bikin alat peraga, perahu-perahuan, kita warna-warnain kalau kita masih kecil, iya kan? Tetapi, kebenarannya itu, Saudara, ya, kalau digali itu nggak ada habis-habisnya. Betul-betul kebenaran itu adalah kebenaran bersifat kekal. Kalau kebenaran itu bersifat kekal, itu tidak akan lekang atau musnah dimakan oleh waktu.
Walaupun ceritanya ini adalah perahu zaman dulu yang kagak ada mesinnya, ya, masalahnya bukan di perahunya, Saudara,daripada pribadi Kristus itu lho yang adalah Allah dan selalu melampaui waktu. Maka Alkitab itu tidak bisa dikatakan kuno. Secara cerita kuno. Secara kebenaran, sampai kapan pun itu akan tetap menjadi kebenaran yang membawa kita untuk mengenal Dia. Tidak ada pengenalan akan Tuhan itu di luar Alkitab, Saudara. Nggak ada. Maka orang-orang yang sangat setia, ya, kepada Tuhan, mereka menulis buku, misalnya Johanes Calvin. Mereka itu adalah orang yang mendalami Alkitab dengan sungguh. Maka kesetiaan mereka kepada Firman, sampai punya satu integrasi dalam pengertian Firman. Maka tulisan-tulisan mereka itu sangat memberikan satu kebangunan, Saudara, karena bukan pengalaman yang dia bagikan, tapi kebenaran yang dia terima. Kelimpahan daripada kebenaran itu membuat orang lain yang baca bukunya, kalau seorang hamba Tuhan sangat mencintai firman dan mendalami firman, maka yang dia khotbahkan itu menjadi satu kelimpahan di dalam jiwa kita, menjadi sesuatu yang memuaskan seperti perempuan Samaria itu pergi ke sumur mau ambil air. Yang dia bawa ember kosong. Sebetulnya yang kosong itu bukan embernya. Embernya kosong secara fisik, hatinya lebih kosong.
Maka waktu kita melihat di sini, bagaimana respon murid-murid-Nya ya, Saudara lihat ya, “Lalu mengamuklah taufan,” ayat 37, “yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air.” Mulai penuh dengan air. Nah, ketakutan itu timbul karena sesuatu yang membahayakan diri. Sekali lagi Saudara, ketakutan itu timbul dalam diri kita karena sesuatu yang membahayakan keselamatan diri kita. Padahal yang bersama mereka itu bukan cuma nahkoda yang ulung, Allah yang mencipta laut, dan Allah yang baru saja melakukan mujizat di mana mereka melihat, ya. Maka tidak ada satu jaminan, karena saya menerima satu mukjizat, bahwa saya akan beriman kepada Tuhan, itu belum tentu. Ada nggak orang yang karena mujizat percaya Tuhan? Ada. Tetapi itu tidak bisa menjadi satu jaminan. Kalau saya nda lihat saya ndak akan percaya. Mujizat itu cuma menjadi satu tanda. Disebut dalam bahasa inggris begini, sign and wonders. Sign and wonders itu adalah mukjizat, miracle namanya. Miracle itu membuktikan bahwa Dia itu Allah. Tapi iman itu, Saudara, ya, betul-betul anugerah, bukan cuma saya tahu Allah, tapi Tuhan memberikan kepada saya anugerah untuk percaya kepada Dia. Nah itu betul-betul sesuatu yang luar biasa.
Saya ingat sekali waktu saya ke Jogja, sudah cukup lama Saudara, ya. Salah satu teman Pak Susilo, dia adalah seorang pemborong, Bapak masih ingat nggak? Ya, mungkin usianya sekarang 60 berapa gitu ya, dia mengatakan begini, “Bu Maria, saya paling sering dibawa Pak Sosilo untuk dengerin khotbah Pak Tong, KKR, atau STRI, seminar,” waktu itu dia bicara ya, dia bilang gini, “saya itu tidak pernah bisa percaya kepada Tuhan Yesus. Saya coba hadiri KKR, saya hadiri seminar, saya nggak pernah bisa percaya.” Karena dia pernah mendengar ‘iman timbul dari mendengar’ kan. Trus saya lihat orang ini ya, pikirannya itu skeptik Saudara, jadi negatif terhadap segala hal. Saya tanya, “Pak,” saya masuk dari pengetahuan yang bersifat umum, semua agama mengakui yaitu dosa, saya tanya, “Pak, kenapa kalau orang Islam itu setiap tahun puasa sebulan?” Jadi saya kasih introduction-nya kepada dia ya, dia diam, “karena mereka sadar mereka itu orang berdosa dan mereka percaya melalui mereka puasa sebulan dosanya mereka itu diampuni.” Istilahnya kalau dalam bulan puasa saya ada ‘bolong’ nanti saya bayar itu di bulan berikutnya. Yang kedua saya tanya, “kenapa orang Hindu itu mereka mati-matian mau mandi di Sungai Gangga?” Padahal sungai itu bukan sungai yang bersih, ada anjing mati ya dibuang ke sungai itu aja, ada kucing mati, berarti kan kotor sekali tapi mereka percaya sungai itu menyucikan mereka. Kenapa mereka perlu disucikan? Karena mereka sadar mereka berdosa. Dosa itu kan perlu dihapus, dosa itu kan perlu disucikan sama seperti hutang perlu dilunasi, seperti itu kan. Lalu saya tanya, “kenapa orang Buddha,” maksudnya kepada orang chinese ya, “kenapa orang Buddha itu ada yang tidak mau makan daging termasuk telur?” Karena mereka mau menyucikan diri dengan jalan vegetarian.
Lalu yang terakhir, yang keempat saya katakan, waktu itu Megawati yang menjadi presiden, saya tanya, “Kalau ada orang Indonesia pergi ke Malaysia melakukan pelanggaran dimana Malaysia itu menuntut hukuman mati kalau kita bawa dadah, heroin gitu, dan ganja,” kita musti isi kan di kartu imigrasi: ‘jikalau anda membawa ini itu hukumannya adalah hukuman mati’ lalu kita tanda tangan kan kita nggak bawa, apa mau ketahuan anjing pelacak kalau kita bawa? Itu pasti hukuman mati di Malaysia, hukumannya gantung, kalau di Indonesia kan hukum tembak. Saya tanya, “Pak, kalau salah satu orang Indonesia ketangkap di Malaysia karena bawa ganja lalu hukumnya Malaysia itu adalah hukuman gantung, bisa nggak pengacara-pengacara dari Yogyakarta, dari Jakarta pergi ke Kuala Lumpur untuk membela dan membebaskan dia?” Dia jawab, “Nggak.” Kenapa? Karena kita melanggar hukum di negara Malaysia bukan di Indonesia, berarti yang berlaku hukum negara sana. Saya tanya, “semua manusia sadar kalau berdosa kan?” Iya. “Dosa kita kepada siapa Pak?” Waktu saya berdosa, saya berdosa kepada siapa? Saya bukan berdosa kepada peraturan pemerintah daerah, dosa itu yang pertama kali adalah relasinya vertikal. Maka waktu dosa dikatakan i sinned against God. Baru orang secara horisontal lihat kena dampaknya. Misalnya saya korupsi, saya melanggar kesuciannya Tuhan karena saya manusia dicipta diberi sifat suci, waktu saya mulai mencuri maka sifat itu saya langgar karena saya adalah peta teladan Allah kan. Lalu secara horisontal, orang yang saya korupsi rugi kan, maka dosa itu bersifat vertikal.
Saya tanya, “kalau kita melanggar hukum Malaysia nggak mungkin pakai pengacara dari Indonesia, bagaimana caranya agama dan pemimpin agama beresin dosa saya dimana pelanggaran saya itu kepada Tuhan bukan kepada negara ini, kan musti Tuhan punya hukum yang berlaku.” Tuhan mengatakan apa? Upah dosa itu maut. Saya tanya, “lawyer mana bisa bantu kita?” Terus dia diam. Lalu saya katakan, “kenapa Allah harus mengirim Anak-Nya yang tunggal? Karena tidak ada yang bisa membebaskan saya dan Saudara dari akibat dosa itu. Karena Alkitab mengatakan upah dosa adalah maut, satu kali Tuhan berkata itu berlaku, kalau lalu Dia berkata tidak berlaku maka Dia tidak adil, kalau orang berdosa nggak dihukum ya nggak ada keadilan. Tapi Allah yang adil adalah Allah yang kasih maka Dia menjadi manusia di dalam inkarnasi supaya bisa mati, kalau Dia Allah bagaimana Dia mati kan roh?” Terus dia diam, lalu kalimat terakhir dia bilang begini, “Bu Maria, mama saya sudah umur 90, mama saya itu tuli,” maksudnya begini, iman kan timbul dari pendengaran tapi mama saya tuli, bagaimana dia beriman? Saya katakan kalau iman itu adalah dasar kemauannya manusia bukan anugerah Tuhan, mana mungkin kita percaya? Semua orang yang nggak tuli kalau pendengarannya tidak dibuka oleh Tuhan bisa nggak mengerti? Semua orang yang mendengar injil belum tentu percaya tetapi orang yang percaya kepada Tuhan Yesus pernah dengar injil. Dengerinnya kapan? Nggak tahu, apakah dengar melalui baca buku, baca traktat, atau ada orang ngomong, atau pernah ikut kebaktian, atau pernah retreat atau pernah KKR. Saya katakan sekali lagi, injil diberitakan ke seluruh dunia dalam berbagai bahasa, apalagi sekarang zamannya teknologi informasi ya, kita nggak punya alasan nggak dengar Saudara, kita tinggal klik aja itu mau bahas apa bisa. Injil diberitakan ke seluruh dunia tetapi tidak semua orang yang dengar injil itu menjadi Kristen. Sekarang setiap orang Kristen yang sungguh-sungguh bertobat itu pernah dengar injil, berarti ada pendengaran di dalam diri kita yang dibuat menjadi efektif. Yang membuat pendengaran kita efektif itu bukannya saya, bukannya pendeta, nah itu namanya pekerjaan Roh Kudus, itu yang disebut lahir baru. Nah istilah ini beda dengan Karismatik, karena kalau Karismatik “Wah dia sudah lahir baru lho,” darimana? “Dia sudah nggak pernah rokok, dia sudah nggak pernah mencuri,” nah itu dia lahir baru. Di dalam istilah yang ada di dalam kita sebagai Gereja Reformed Injili, yang namanya perubahan-perubahan di dalam tindakan kita dari mulai iman itu namanya penyucian yang berlangsung secara progresif, namanyaprogressive sanctification. Progressive sanctification itu berjalan setelah ada justification, pembenaran, karena yang namanya keselamatan, dibenarkan karena kita beriman, itu 100% bukan pekerjaannya pendeta Stephen Tong atau penginjil Dawis apalagi saya Saudara, itu adalah pekerjaan Tuhan.
Saya bicara mendengar efektif ya, bukan berarti Saudara tuli atau nggak tuli, Saudara semua nggak ada yang tuli pada hari ini, tetapi apakah firman Tuhan ini efektif didengar oleh Saudara dan saya, yang membuat kita klik itu bukan lain dari Roh Kudus. Ada orang dengar firman Tuhan yang dikhotbahkan oleh Pak Tong, semua dengarnya temanya sama ya, itu semua penerimaannya beda-beda Saudara. Makanya kita boleh percaya kepada Tuhan, boleh ada hamba Tuhan memberitakan firman itu anugerah, boleh ada saya hari ini datang itu anugerah Tuhan kepada saya untuk melayani, bukan kehebatan saya. Kadang kalau kita tidak menempatkan kedaulatan Tuhan yang paling utama, kita akan jatuh kepada ‘saya cukup berjasa,’ lalu saya mulai sombong secara rohani. Nggak ada Saudara, setiap kesempatan itu adalah anugerah Tuhan. Kemarin di Salatiga khotbah Pak Tong begitu jelas padahal dia begitu lemas karena Kamisnya itu dia nggak bisa tidur sama sekali maka untuk KKR anak dia agak capek sekali, beliau ini sangat menurun secara kondisinya karena diabetes jadi kakinya itu, otot-ototnya agak lemes Saudara. Tapi kita lihat waktu di Salatiga ya, waktu open air dia khotbah ya, itu begitu jelas, artinya orang Kristen itu apa sih, begitu jelas. Selesai KPIN kemarin saya sudah baca di grup KPIN banyak yang tanya mau beli khotbah ini di mana, dalam hati saya kamu jawab aja itu khotbah akan masuk Reformed21, siap-siap aja dengar, itu semuanya akan masuk ke situ, jadi tidak dijual satu persatu maksudnya. Maka kita melihat Saudara, Tuhan memberikan kesempatan ya, di kota Salatiga informasi yang saya dapat dari 400 ribu penduduk 200 ribu Kristen, yang datang semalam saya nggak tahu berapa ribu. Yang datang adalah orang yang mendapat berkat karena mendengar langsung sebelum diputar di TV, kalau di TV kita Cuma lihat Pak Tong di TV, ini kita lihat dia berdiri di mimbar. Itu nggak semua, mereka sama-sama di Salatiga, mungkin mereka tinggalnya di sebelah lapangan tapi mereka nggak dapat. Dan mungkin yang diberkati siapa? Itu tentara-tentara yang jaga, bisa juga. Dan lagi yang diberkati siapa? Mungkin juga mereka yang di dalam mobil karena sopir, karena banyak yang sewa mobil untuk kesana dan sebagainya mungkin juga, kita nggak tahu. Pada waktu pendengaran kita nge-klik Saudara ya, itu betul-betul anugerah.
Maka pada waktu Saudara melihat di dalam Alkitab, murid-murid melihat, mendengar segala sesuatu yang Yesus lakukan, mereka tidak lebih beriman kepada Tuhan. Responnya dari mana? Kita melihat, waktu mereka takut ya, caranya mereka membangunkan Yesus yang sedang tidur di buritan itu sama dengan kita yang betul-betul lagi kalang-kabut. Ayo kita baca ayat berikutnya, 38 ya, wanita baca, “Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: “Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?” Perhatikan kalimat ini: “Engkau tidak peduli kalau kita binasa?” Yang bersama mereka itu adalah Allah yang adalah sumber hidup, coba lihat kalimatnya: “Engkau tidak peduli kalau kita binasa?” Yang ngomong itu adalah kawakan-kawakan dari pada nelayan, yang bicara itu semua nelayan, ketemu angin ribut bukan untuk pertama kali. Kalau Tuhan Yesus tidak ada di dalam juga mereka bisa mengatasi karena angin ribut mereka ke pinggir dulu atau apa, tanda-tandanya juga mereka sudah lihat, nggak tiba-tiba itu angin datang, dari arah mana, itu pasti ada tandanya, nggak mungkin mendadak langsung datang, pasti ada tandanya. Nggak mungkin ombak itu muncul tiba-tiba, kalau ombak itu muncul tiba-tiba berapa banyak nelayan yang di tengah laut di Samudera Pasifik bisa mati itu karam. Wah Romeo aja tahu, ini ada angin nih kita mesti cari pulau yang terdekat, tandanya ada. Saudara melihat burung mulai terbang lalu tahu oh ini di negara mana ada musim apa, yang peka kepada alam itu binatang, semut, nanti kalau mau hujan nih laron terbang-terbang, iya kan? Laron itu nggak pernah belajar geologi Saudara, nggak pernah masuk fakultas atau dia belajar geografi waktu SMA, nggak, dia sudah tahu ini akan musim hujan. Binatang itu sudah bisa melihat tanda-tanda Saudara. Maka Yesus mengatakan angkatan ini terlalu bebal tidak bisa melihat tanda-tanda, kamu bisa melihat tanda zaman tidak bisa melihat kedatangan Kerajaan Allah. Ya itu, lihat ya kalimat itu selalu Yesus katakan di dalam bentuk yang sangat ironis.
Dia mengatakan, “Engkau tidak peduli kalau kita binasa?” jadi di dalam pikiran murid itu apa Saudara? “Ini kita sudah bakal mati punya nih sebentar lagi, siapa yang bisa melawan ini ombak, kita di perahunya perahu kayu, kita juga nggak punya mesin, kita juga nggak bisa mendayung dengan cepat” karena tenaga manusia kan. Dalam pikirannya apa? “Kandas sudah kita semua!” Jadi yang mereka dengar firman Tuhan ya, Dia juga baru aja selesai khotbah. Suatu saat Saudara ya, ini ada konser di GKI Bungur, dulu Pak Tong belum bikin Aula Simfonia jadi pakai GKI Bungur konser, JOS konser. Lalu gereja itu punya tempat parkir itu di basement, di bawah. Ada satu orang, ini jemaat GRII saya lihat, dia mau keluar duluan karena rumah dia di Bintaro kan jauh. Bayangin ya itu mobil di depan belum keluar, dia mau nyelap-nyelip jadi kan serempet kiri serempet kanan kan. Saudara tahu nggak tukang parkirnya bilang apa? “Hei, lu baru dari gereja, baru dengar firman, kelakuannya begini!” See? Tukang parkir. Waktu dia ngomong begitu itu saya dengar, logikanya kan benar kan? Baru juga kebaktian, yaelah masih hangat pantat baru berdiri gitu kan, masak nggak bisa sabar tunggu mobil yang di depan keluar dulu dong, itu belum trus serempet-serempet. Waktu saya lihat wajahnya, “Wih ini suka kebaktian juga di pusat kadang-kadang,” entah dia terburu-buru atau apa kan bisa minta tolong dong, iya nggak? Diumumin dong: mobil nomor ini mohon digeser, atau kalau memang betul-betulemergency, taksi dong kalau memang musti ke rumah sakit, titip kunci mobilnya sama orang yang kita kenal. Bener-bener Saudara. Saya dengar tukang parkir itu bilang, “Lu baru kebaktian lu tabrakin mobil orang, lalu apa gunanya kamu dengar firman di dalam?” Nah itu.
Nah ini murid-murid baru dengar firman kan? Bukan dengar firman kebaktian yang sejam, sepanjang hari! Saudara bisa bayangin ya, ini waktu Yesus khotbah di bukit, Matius 5, 6, dan 7, itu dari pagi sampai sore, sampai mereka itu tidak ada makanan. Yesus bilang, “ada bawa roti nggak?” Jadi firman Tuhan itu masih hangat, lalu angin ribut, lalu mereka mengatakan, “Kamu tidak peduli kalau kita binasa?” Berarti kan saya pasti mati punya kan, ini semua akan mati kebalik-balik. Yang diajak ngomong itu Yesus yang adalah Allah, yang adalah Pencipta hidup, coba Saudara bisa bayangkan bagaimana kalau Saudara dan saya sebagai guru lalu anak kita sudah diajari matematika segitu bagus tapi 2+2 nggak bisa, kita akan cekik gitu kayaknya ya. Masak 2+2 nggak bisa, gitu kan? Kira-kira begitulah ironisnya ya. Ini nih mereka katakan begini, “Guru,” itu rame-rame dong pastinya. Orang kalau dalam keadaan ketakutan bangunkan orang bagaimana? Hayoo, digubrak-gubrak kan? Saudara, digubrak-gubrak itu kaget sekali kan. Saking stress gitu kan, “Engkau tidak peduli kalau kita binasa?” Itu kalimat itu sudah nggak ada sopan-sopannya Saudara dalam keadaan begitu. Kalau Saudara orang yang asli bonek, waduh sudah menggelegar ya, mungkin sudah siram sama air sekalian biar bangun gitu kan, gubrak-gubrak gitu ya: “Engkau tidak peduli kalau kita binasa?” Maka kita harus perhatikan disini, hidup Saudara dan saya itu nggak mungkin selalu seperti orang yang berlayar di lautan yang teduh, nggak ada Saudara. Laut itu ada kalanya teduh, ada kalanya berombak, ada kalanya taufan, ada kalanya juga curam, macam-macam, demikian hidup kita. seringkali orang anggap kayak gini ya, kalau Yesus di dalam perahu kita tenang. Justru Dia di dalam perahu ada angin ribut, iya kan? Saudara pernah dengar kan‘Yesus di dalam perahu pasti kita aman, sukses, lancar, sakit sembuh,’ gitu kan? Justru Yesus di dalam perahu mereka mau mati, betul kan?
OK sekarang perumpamaan ini maksudnya apa? Kita teruskan, sekarang ayat yang ke-39, pria baca, “Iapun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: “Diam! Tenanglah!” Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali.” Kalau begitu Saudara bagaimana? Gila itu, nggak punya otak itu, lagi tidur, ini bisa sakit jantung, cuma dibangunin, udah marah-marah dulu kan ya? Yesus tidak ba bi bu be bo Saudara, Dia bangun langsung Dia bicara kepada angin. Kenapa Dia bicara kepada angin? Karena yang membuat laut atau danau itu bergelombang itu angin, iya kan? Kalau nggak ada dia tenang, maka Dia katakan,“diam.” Mereka melihat dengan kepala mereka sendiri, yaitu mata yang ada di kepala mereka lihat, yang berbicara ini mempunyai kuasa atas alam. Sekali lagi Saudara, Yesus menunjukkan kepada mereka seberapa yang Yesus mau nyatakan siapakah diriNya.Kalau orang yang sakit, sembuh, mereka percaya ini lebih hebat dari dukun gitu kan? Kalau yang nggak ada makanan bisa ada makanan sisa 12 bakul ini lebih hebat dari orang yang bisa melakukan, katakanlah bikin bakery.Waktu Yesus mengatakan pada angin diam mereka tercengang, mereka pikir “OK, pegang dayung di kiri, di kanan, maju ke depan ke kiri,” iya Dia bangun Saudara, tenang. Biasakan kita pikir kan kalau kita lagi jatuh, boro-boro kita berdoa ya, kita sudah pikir strategi A, B, C, D ya. Saya ingat sekali waktu kerusuhan, nanti kalau ada perusuh masuk kita lompat dari pagar belakang. Hebat Saudara lho ibu-ibu bisa lompat pagar. Jadi mereka latihan lompat pagar di belakang rumah saya Saudara kalau di serang lompat ke sini lompat ke sana padahal hari-hari jalan aja juga jarang karena naik mobil kan. Bener itu di dalam keadaan kepepet itu bisa lakukan segala hal Saudara sampai lompat pagar. Yang lompat pagar bukan pemuda tapi ibu-ibu, coba bayangin. Saya bilang waduh kenapa bisa jadi begini banyak sandal di dekat tembok saya, latihan. Karena waktu itu saya di kantor Tanah Abang jadi mahasiswa UPH masuk ke rumah saya, padahal saya kagak ada di sana kan, besok paginya baru kami balik ke rumah kami sambil lihat kenapa jadi begini, mereka sudah siap-siap, kalau ada sirine kita musti lompat tembok gitu ya, luar biasa Saudara.Saudara bisa bayangkan di sini begitu takutnya mereka, kepada apa? Kematian, sampai dia katakan apa? “Engkau tidak perduli kalau kita binasa?” Yesus nggak omelin itu murid-murid Dia, Dia berdiri langsung Dia berkata kepada angin, “Diam”, ya.
Saudara lihat ayat 40, wanita, “Lalu Ia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” Saya tanya Saudara, apa hubungan takut sama percaya? Dia tidak tegur orang lain yang nggak ikutin, Dia tegurnya 12 murid yang gubrak-gubrak Dia tadi, “Bangun bangun bangun”, gitu kan. Dia tanya begini, “kenapa kamu takut?,” pertama ya, baru kedua apa? “Kenapa kamu tidak percaya?” Kita rada-rada mikir lah ya, jangan kebaktian cuma dengerin terus pulang nggak usah, sekarang pikir apa hubungan takut sama percaya? Ini kalimat dikeluarkan lagi oleh Tuhan Yesus di Yohanes 14, “Janganlah gelisahhatimu; percayalah kepada Allah,percayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu.” Saya tanya Saudara, apa hubungannya gelisah sama percaya? Janganlah gelisahhatimu; percayalah kepada Allah,percayalah juga kepada-Ku. Saya tanya apa hubungannya gelisah sama percaya? Percayanya kepada siapa? Kitakan sekarang banyak ya, percaya kepada dirikan? Pasti kamu bisa, pasti kamu, berarti percaya kepada diri kan? Di dalam Yohanes 14:1 dikatakan gini “Percayalah kepada Allah,percayalah juga kepada-Ku.” Ini Yohanes 14 Saudara, ini kata-kata perpisahan, Yohanes 11 kan Lazarus dibangkitkan lalu masuk ke dalam Yohanes 12, masih ingat? Maria memberikan minyak Narwastu, 13 Yesus dikaki murid-Nya kan, 14 Dia berkata janganlah gelisah hatimu, 15 Dia berkata Akulah pokok anggur yang benar, 16 Dia mengatakan akanada Roh Kudus, 17 sudah di Getsemani, 18 sudah penyaliban, 19 sudah mulai kebangkitan, 20 perjalanan ke Emaus, 21 Dia panggil Petrus, “apakah engkau mengasihi Aku?” Apa hubungannya takut sama percaya? Apa hubungannya gelisah sama percaya kepada?
Coba Saudara ngobrol, nggak apa-apa ya, ini bukan ulangan, ini khotbah yang di dalamnya ada pengajaran, supaya apa? Hidup Saudara dan saya sebagai orang Kristen atau bukan orang Kristen itu nggak lepas dari hal-hal yang pernah dialami oleh, kita pasti pernah takut, coba kalau dokter bilang kamu ada kanker, siapa yang nggak takut. Siapa yang nggak takut kalau dokter bilang ini ada 3 kemungkinan, harus dibiopsi, kemungkinan pertama infeksi, kedua mungkin TBC, ketiga kanker, saya tanya Saudara pilih yang mana? Anda pilih yang mana kalau ada 3 kemungkinan itu? Terus kamu doa, Tuhan karena aku sakit aku minta nomor berapa 1,2 atau 3? Nggak mau semuanya, pintar dia. Ada jemaat Saudara yak arena dia sama sekali nda bisa kentut, sakit sekali, bisa kentut itu anugerah ya. Saudara jangan ini lho jangan menghina anugerah Tuhan, Saudara nggak bisa kentut ususnya sakit banget. Akhirnya dia ke Singapura, langsung dokter bilang difoto lalu di CT Scan. Singkat cerita CT Scan, ada penebalan betul-betul di dinding usus dekat rectum 2,5 cm, ini nggak bisa kentut, ini judulnya cuma nggak bisa kentut Saudara. Saudara, aneh ya? Nggak lho Saudara. Begitu dibilang begini saya udah ambil jaringan itu dan ini akan masuk patologi, kemungkinannya 3: infeksi maka ada inflamasi ya lalu yang kedua mungkin ada TBC, saya baru TBC bukan cuma di paru-paru ada di usus, di ginjal, dimana-mana, yang ketiga limpfoma/cancer. Apa mau dia ketemu saya, karena mereka mau balik ke Batam saya dari Batam mau pulang, hari Rabu lalu. Hasilnya begini, fotonya ini ini, dia udah lemes sekali karena puasa kan, “Kalau boleh ya bu aku yang nomor satu lah ya infeksi.” Lihat kan dari 3 ini, nomor 1. Saudara coba bayangin, mereka ini pengurus GRII Batam, bukan orang baru.Waktu dokter diagnosa, ini belum keputusan kan hasilnya baru besok, itu ketakutannya luar biasa kalau boleh itu pun dengan nada dia pengen nangis gitu Saudara, lemes, sedih sekali. “Terus besok gimana?” “Iya besok disuruh foto dari patologi.” “Oh Bapak kalau bukan pergi ke rumah sakit privat ya, nda ada hasil besok untuk rumah sakit pemerintah bisa kapan itu keluar hasil patologi, diakan banyak yang musti diperiksa”, “Oh gitu ya.” “Iya.” “Tapi besok saya ada janji Bu di Tanjung Pinang.” “Pak ini urusan hidup dan mati jangan pikiran janji, bisnis, banyak duit kalo mati nda ada guna.” “Oh gitu ya.” “Bapak musti datang berdua, supaya tahu dong tindakannya apa.” “Iya kalau saya datang dokternya Sabtu nda ada.” “Tapi dia akan langung kasih obat, karena kalau dia nda dapat hasil, dia nggak akan kasih obat apa-apa, dia cuma kasih pain killer aja supaya kamu jangan sakit. Begitu tahu dia bisa langsung kasih obat.” Dia pikir pikir pikir, akhirnya mereka datang, dokter bilang apa? Infeksi, itu puji Tuhannya, Puuuuuuujiiiiiiii Tuhannnnnnn, ampe panjang Saudara.
Saudara musti mengerti perasaan murid-muridNya, dikatakan apa? “Mengapa kamu takut,” yang pertama.Kedua apa? “Mengapa kamu tidak percaya.” Lihat Saudara ya, mengapa kamu takut, mengapa kamu tidak percaya, kalimat ini diulangi lagi Tuhan Yesus sebelum Dia naik ke sorga, “Janganlah gelisah hatimu, percayalah kepada Allah, percaya juga kepada-Ku ”, itu Yohanes 14:1. Saya kalau kebaktian penghiburan suka pakai ayat ini kenapa Saudara? Karena segala sesuatu di dalam dunia kalau itu menjadi satu sandaran Saudara dan saya misalnya ini saya punya hidup bisa berlangsung, anak-anak sekolah bisa dibayar karena saya punya beberapa apartemen, apartemen itu kan punya beberapa fondasi maka apartemen itu menjadi andalan saya untuk saya bisa hidup hari lepas hari iya kan? Tapi kalau fondasi ini bergeser karena gempa bumi bagaimanapun bagusnya apartemen saya itu pasti retak kalau nda roboh ya retak iya kan? Sapa lagi yang mau tinggal di situ, berarti saya kuatir kan, aduh jangan sampe di Jogja ada gempa bumi kayak yang dulu, kenapa? Saya cuma pemasukan dari apartemen, disewa-sewain, kalo ini ancur nah saya ndaada pemasukan, saya takutkan, takut apa? Takut miskin, iyakan? Ada ketakutan, tapi ketakutan itu mengeser iman Saudara. Yang kedua, kalau saya adalah seorang olahragawan kayak si Ronaldo katanya nggak bisa bertanding karena cedera maka timnya dia takut kalah karena untuk seorang olahragawan yang pentingkan kesehatan dia, misalkan ini sepak bola lah kalau kakinya patah bagaimana main berarti andalannya nggak ada kan? Kalau saya adalah seorang banker, saya sangat takut kalau terjadi apa? Krisis ekonomikan, bisa dilikuidasi itu bank. Jadi segala sesuatu yang di dunia ini ya, itu tidak bisa memberikan satu jaminan security yang selama-lamanya. Saudara sekarang seorang teknik, ilmu apa komputer, itu akan berkembang terus. Saudara seorang dokter, terus Saudara nggak belajar lagi sekarang orang operasi nggak pakesurgeon, robot. Saudara seorang onkologi, sekarang mereka sudah tidak kembangkan kemo, mereka kembangkan imunoterapi. Lah kalau saya dokter nggak mau ikuti perkembangan, nggak bisa, pasien langsung cari yang lain, sekarang orang operasi mereka nggak pakai buka kepala, kemajuankan. Maka nggak ada sesuatu yang di dunia kagak berubah Saudara, yang tidak berubah cuma satu: Tuhan.
Saudara, kemarinkan Pak Tong mengatakan apa, 60 tahun yang lalu orang Cina itu miskin banget, beberapa tahun yang lalu Pak Tong bawa beberapa hamba Tuhan ya, kami ke Xi’an city, Xi’an yang banyak terakota tuh di bawahnya masih banyak kakek-kakek pake sepeda, sepeda zaman dahulu, sepeda onta Saudara yang ada tengahnya terus bajunya juga masih baju zaman dahulu, baju biru gitu ya. Kalau hari ini Negara Cina bisa pinjamin duit kepada Negara Amerika, Saudara bisa bayangin, dunia itu berubah kan? Yang dulunya dihina-hina, orang Cina katanya cuma bisa punya anak katanya, sekarang duit itu di tangan mereka. Bahkan seluruh dunia punya pabrik itu di Cina. Cina itu supply¸Saudara mau sebut nggak merek apa, sama pabriknya ada di Cina. Nah termasuk barang-barang yang mewah, memang mereka nggak jual pasaran ya, ada kelasnya Saudara ya, itu semua, ada di sana.
Maka pada waktu dikatakan, kamu jangan gelisah tapi percaya, tapi percaya, kenapa Saudara? Jelas objeknya itu adalah Allah maka dikatakan janganlah gelisah hatimu, percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada kepadaku. Gini ya, misalnya ini Allah Bapa, jalan menuju kepada Allah Bapa itu hanya melalui Kristus maka dikatakan begini, “Janganlah gelisahhatimu; percayalah kepada Allah,percayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal.“ Jalan menuju ke sini harus melalui ini, kan waktu Yesus ngomong begitu Dia adalah Allah yang sedang menjalankan apa? Tugas penyelamatan , melalui iman kepada Kristus kita punya akses masuk kepada Allah Bapa, maka kalau kita punya fondasi iman itu adalah Allah yang tidak berubah lalu kita hidup di Jogja, di Indonesia, yang politik bisa berubah sampai 5 tahun, menteri pendidikan bisa merubah peraturan dari sekolah jam 7 sampai jam 1 sampai jadi jam 5, misalnya ya. Segala sesuatu bisa berubah, yang tidak pernah berubah itu apa? Nah itu di situ dikatakan, “Janganlah gelisahhatimu; percayalahkepada Allah, percayalah juga kepada-Ku.”
Percaya kepada Tuhan bukan cuma sugesti Saudara, maka percaya kepada Tuhan itu perlu pengenalan akan Tuhan yang benar, di situlah iman kita dibangun. Bilang kita Kristen karena Bapak saya Kristen, Engkong saya Kristen, jadi kamu itu punya relasi dengan Tuhan secara pribadi, maka itu menjadi dasar apapun keadaan di atas nih ya, ekonomi, politik, militer, segala sesuatu bisa berubah, yang tidak pernah berubah itu Tuhan. Itu yang memberikan kepada kita yang namanya damai sejahtera yang kekal. Maka pada waktu film-film itu diputar ya, entah film-filmnya gladiator zamannya Romawi, entah itu orang-orang Romawi yang gila-gila itu yang kaisarnya ya nanti kalau mereka mau pesta-pesta sampai minum anggur yang jadi kembang api itu orang-orang Kristen yang ketawa-ketawa dan sebagainya. Nggak ada orang Kristen yang,“Ah ngapain jadi orang Kristen kalau begini susah, ah udahan,” gitu ya?Nggak lho mereka karena mereka tahu yang mereka percaya. Kalau kita saban minggu ke gereja, kita nggak kenal apa yang kita percaya, walaupun ekonomi Indonesia bagus, politik Indonesia, si Jokowi jadi presiden ya lalu Ahok menjadi gubernur dan menjadi contoh buat gubernur lain, ada BPJS dan semua-semuanya, kemo dibayar, pasang stem jantung juga pakai BPJS, mereka mendapat manfaatnya, kita nggak akan pernah hilang rasa takut Saudara karena ketakutan kita itu bukan sekedar sesuatu yang fisik sebenarnya ada sesuatu yang lebih esensi di dalam. Jadi dikatakan kalau gelisah menguasai kita berarti di dalam diri kita tidak ada iman, kalau di dalam diri kita ada iman kepada Tuhan dengan objek iman yang kita kenal dengan jelas maka ketakutan itu bukan nggak ada Saudara, bisa di atasi.
Iman, Saudara itu ya, itu overcome, melampaui caranya, karena kalau dikatakan begini saya beriman kepada Allah, Allahkan di dalam kekekalan, saya ada di Jogja, jadi relasi itu bukan cuma tembus antara provider-nya Telkomsel dengan provider-nya Singapura namanya Singtel, bukan, ini provider-nya langsung kepada Allah.Itukan melewati angkasa semua, lewat semua. Nah kalau kita sekarang ada di Jogja beriman kepada Allah yang kekal, apa sih yang terjadi di dunia yang nggak di bawah mata Tuhan, di situ kita kuat. Saya lagi lihat-lihat oh iya ya, penganiayaan orang Kristen zaman Romawi dengan penganiayaannya si ISIS di Siriah, di Irak, nggak ada apa-apanya, kalau kata dipotong leher begitu pembulu darah utama kita terpotong, kita langsung mati karena pembuluh darah utama dari jantung ke atas tuh dua, satu ke depan sini, satu ke atas. Orang Romawi menyiksa orang Kristen, lebih sadis lagi Saudara! Itu aja orang Kristennya nggak ada yang pada menyerah. Sekarang orang Kristen meninggalkan iman karena apa? Karena jatuh cinta sama si doi lah yang ganteng, atau yang cantik, walaupun dia apalah agamanya, tetap karena cinta itu lebih penting. Banyak sekali orang itu meninggalkan iman karena apa? Karena sekularisme, karena pluralisme, karena… macem-macem Saudara, semua hal yang sepele-sepele. Nah di sini penting. Jangan kita berpikir gini ya, “Oh, sekarang Pak Tong masih ada, GRII jemaatnya banyak.” Saudara dan saya ya, kalau tidak pelihara iman kita, pengenalan benar akan Tuhan, kita pasti digeser. Yang menggeser iman para murid itu kan ombak, ya kan? Angin. Yang menggeser iman kita apa? Yang menggeser iman kita itu materalisme. Berapa banyak orang Kristen karena materi, mereka pindah. Pindah apa? Pindah iman. Untuk dapat izin usaha lebih mudah, berapa banyak? Berapa banyak orang yang dari kecil dididik di Sekolah Minggu, waktu sudah mulai SMA kerja, pasangannya ateis. Saya sudah saksikan sendiri di Singapore. Berapa sih kurangnya khotbah Pak Tong, dia sudah selesai sekolah dari NTU, sekarang pindah gereja. Kenapa? Pacar saya di sana. Dari mana? Dari China. Saya bilang begini ya, bukan cuma di Singapore, Saudara, saya sudah lihat yang di Palangkaraya. Mereka orang-orang Dayak kan, Kristen kan? Mereka sekolah di Palangkaraya, kos kan? Kos di mana? Jatuhnya sama siapa, orang-orang Banjar. Orang Dayak itu bagus-bagus, modelnya kaya Chinese, tapi bukan orang Chinese. Orang Melayu juga bagus-bagus, putih-putih Saudara. Banyak, Saudara. Saya nih udah keliling KKR Regional, Nias, mana-mana… saya lihat. Kekristenan, ya, kalau Saudara dan saya tidak punya pengenalan yang benar akan Tuhan, pasti rontok. Pasti rontok. Nggak usah generasi berapa, ini generasi kita nih, modelnya Andre dan yang lain-lain, gampang mereka rontok, apalagi sekarang sudah ada gadget. Kalau nggak rontok, Saudara, karena komunikasi itu tidak ada dasar, mereka kenalan dari mana? Internet lah, yang nggak jelas semuanya gitu kan? Bangun relasi itu semua semu. Nggak ada. Dan itu tidak bisa melewati pernikahan yang langgeng, sampai maut memisahkan, udah pada bubar, yang laki atau yang perempuan.
Maka dikatakan, “Kenapa kamu takut?” Nah, sekarang kita tanya, ‘What kind of fear do you have?’ Saudara mungkin nggak mau ngomong, jaim kan? “Masa sih saya pengurus di MRII Jogja ada ketakutan gini,” kita kelihatannya supaya rohani, atau rohana. Tapi Tuhan tahu. Tahunya apa, Saudara? Ini menjadi satu peringatan. Karenafear, takut itu akan menggeser iman. Bukan cuma pemuda, termasuk orang-orang yang sudah di atasnya. Berapa banyak orang Kristen ya, pada waktu suatu saat dikatakan: dokter sudah angkat tangan. Lalu keluarga mengatakan apa? ‘Kita cari alternatif.’ Ya kan? Yang ngomong begitu siapa? Majelis. Jangan bilang pemuda, yang memang juga masih belajar ya. Termasuk. Banyak Saudara! Bicara di depan mata saya sendiri. ‘Iya bu, gimana dong? Abis dokter sudah bilang, sudah nggak bisa lagi.’ Dia kanker liver. ‘Sudah muntah darah tapi, saudara-saudaranya bapak ini suruh ke orang pinter.’ Bukan orang pinter lho, orang goblok lah ya itu ya. Dukun maksudnya kan? Terus saya langsung aja tanya, ‘Bapak mau tetap beriman kepada Tuhan tapi bapak dipanggil oleh Tuhan, atau bapak mau hidup 50 tahun lagi, bapak selama-lamanya kagak ketemu Tuhan Yesus.’ Nangis dia. Saya udah nggak pake bertele-tele, Saudara ya. “You mau beriman, atau tidak?” Ini buat camkan, lalu saya tanya, “Masih ada dosa, nggak, yang membuat bapak belum siap? Siap nggak ketemu Tuhan?” Udah langsung saya tantang. “Ini masa-masa seperti ini, nggak usah pikir ke alternatif, waktu dengan anak-anak kumpul, yang mau direkam, direkam.” Nah saya katakan, “Saya pasti ketemu Tuhan, bapak juga. Mau waktunya kapan? Mungkin saya duluan. Bisa aja saya pulang dari sini, saya ketabrak atau apa, atau kejedok tembok, ya bisa aja kan? Karena waktu kita bukan di tangan kita,”terus setelah itu dia bilang, “Mam, anak-anak panggil mam, semua,” Anaknya ada 3. Yang pertama dinasehatin, kedua dinasehatin… pokoknya dinasehatin, mereka berpeluk-pelukkan, rekonsiliasi lah. Lalu dikatakan, “Rumah ini bukan untuk kamu ya, untuk mama.” Jadi dia sudah langsung ngomong kan. Saya bilang, “Beresin semua surat.” Setelah dia bicara, dia bilang, “Mam, aku mau masuk Rumah Sakit deh.” Udah agak nge–degel kan, nggak enak, supaya bisa diinfus. Begitu masuk Rumah Sakit, langsung tensi drop, drop, drop, sampai rata. Tenang sekali. Saya katakan, “You pegang tangan Tuhan, ya.”
Saya sekali lagi katakan ya, Yesus mengatakan kalimat ini tuh menegur, “Mengapa kamu takut?” ada yang takut nggak dapat jodoh, lalu salah-salah pilih. Ada yang takut, banyak Saudara macam-macam, ya, lalu melakukan tindakan nyontek. Ada yang takut miskin, dia korupsi. Macem-macem… ketakutan itu segala sesuatu, Saudara. Dan selama kita hidup, tidak pernah ada sesuatu yang menjadikan satu jaminan. Kita harus hati-hati di dalam segala hal, karena mulainya itu daripada kompromi. Maka dikatakan, “Mengapa kamu takut?” baru dikatakan apa? “Mengapa kamu tidak percaya?”
Saya kasih kesimpulan ya, dalam Bahasa Inggris, Saudara bisa catet, “The threat of faith,” ancaman terhadap iman, “is not knowledge.” Begini lho, “Iya, dia kok sekarang jadi Ustad,” misalnya, “dulu dia majelis lho di GRII Jogja. Pimpin katekisasi, KKR Regional, kok dia sekarang jadi Ustad?”The problem is not knowledge. Misalnya gini, nggak pernah baca Alkitab, oh nggak pernah ikut progsif dong? Nothing to do with knowledge, okay? Ancaman terhadap iman itu bukan pengetahuan. Pengetahuan teologia kah? Pengetahuan akan ini, atau pengalaman? No, nothing to do with them. The threat of faith is doubt, ragu-ragu ya, and fear. Kalau ini tiba kepada Saudara ya,anytime…you langsung berdoa. Jadi ancaman terhadap iman kita sampai iman kita tergeser ya, bukan pengetahuan: karena kurang baca Alkitab, kurang dengar seminar, bukan. Because of doubt, doubt itu ragu-ragu, and fear. Di situlah starting point saya kompromi. Maka dikatakan apa, “Mengapa kamu takut?” baru yang kedua, “Kamu tidak percaya?”
Saya tutup ya, Saudara, ya. Cerita ini, ya, bahwa laut menjadi tenang, sebetulnya bagian ini itu mau menunjuk kepada Kitab Yunus. Nanti di rumah baca ya, saya nggak ada waktu. Yunus… kalau diterusin, ntar Saudara sampai jam 10 lewat. Yunus pasal pertama, masih ingat? Dia disuruh pergi ke Niniwe, Yunus pergi ke Tarsis. Singkat kata, di tengah-tengah lautan, Mediterranian Sea, laut Mediterranian yang luas, itu kapal terombang-ambing kaya cerita yang ini kan. Ini laut, kalau Yesus kan danau. Lalu apa yang terjadi? Awak kapal lihat Yunus tidur, iya kan? Yesus tidur, Yunus juga tidur kan? Yunus tidur karena tidak mau menaati Tuhan, Yesus tidur baru menyelesaikan pelayanan. Beda ya? Oke. Lalu ditanya, ‘Jadi gimana nih? Kita nih semua mati, barang-barang sudah dibuang, bagaimana?’ Yunus bilang, ‘Lemparin saya, pasti laut tenang. Gara-gara saya melawan Tuhan, ini laut bergelombang. Lemparin!’ Itu orang-orang di kapal tuh nggak ada yang percaya Tuhan. Mereka doa dewa laut lah, dewa langit, dewa angin. Mereka percaya kepada allah yang bersifat territorial kan? Yunus mengatakan, ‘Gara-gara saya ini.’ Lalu mereka pikir, ‘Yunus punya Allah… itu Allah yang satu menguasai semuanya: langit, bumi, laut, dan daratan, semua. Berarti dia lebih powerful karena Allahnya.’ Yunus bilang, ‘Lu lemparin saya aja, pasti tenang.’ Yunus kan mau mati. Setelah mereka dayung, supaya Yunus nggak mati kan? Mereka coba dayung, nggak bisa, makin ke tengah. Akhirnya mereka bilang, ‘Kita nggak bisa, kita pasti mati.’ ‘Lemparin saya, pasti dia tenang.’ Jadi mereka, sebelum lempar mereka doa, ‘Janganlah tanggungkan darah orang ini kepada kita karena dia mati.’ Pasti mati kan? Dibuang kan? Padahal Tuhan sudah sediain ikan. Iya kan?
Singkat kata begini, setelah dibuang, si Yunus, lautnya apa? Tenang kan? Itu menyatakan apa? Allah kan? Di dalam Perjanjian Baru, cerita mengenai ini di dalam diri Yesus. Jadi perumpamaan ini menunjukkan apa? Yesus itu siapa? Allah. Karena Allah yang menenangkan laut waktu Yunus dibuang kan? Sekarang yang bersama Yesus itu siapa? Dia itu Allah. Maka waktu Dia mengatakan, “Kenapa kamu takut?” Tidak percayanya mereka karena mereka tidak punya pengenalan bahwa Yesus itu adalah Allah. Padahal Dia sudah melakukan mukjizat segitu banyak. Pada waktu Kejadian pertama, ayat pertama, ini Saudara bisa di rumah ya. Itu keadaannya kan chaos,berantakan. Dia katakan apa? “Hari pertama jadilah ini… hari kedua jadilah ini…” Jadi waktu Yesus menenangkan angin, Dia membuktikan kepada 12 murid: Saya adalah Allah. Maka imannya mereka harusnya mempunyai apa? Pengenalan objek: Siapakah Kristus? Tapi mereka itu nggak mudeng, kalau orang Jogja bilang. Mereka baru punya satu pengertian yang terbuka setelah Yesus bangkit, naik ke Sorga, dan hari Pentakosta. Maka Roh Kudus itu memberikan kepada mereka apa? ‘Oh iya Dia pernah ngomong ini.. oh iya pernah dengar firman.’ Jadi Roh Kudus itu memberikan apa? Pengertian. Dan dengan pengertian yang benar terhadap Tuhan yang menyatakan diri ya, kalau Yesus tidak menyatakan diri kita nggak tahu lho, Dia adalah Tuhan. Dia menyatakan diri. Waktu Dia mengatakan kepada angin: Tenang! Langsung penulis Alkitabconnect: ini dalam kisah Yunus juga laut langsung bergelora, itu laut Mediterania, ini danau. Laut lebih mati lagi, Saudara, iya kan? Maka waktu Dia melakukan demikian, dia mengatakan apa? He is God, Akulah Tuhan. Dia tenang, ‘Tenang!’ langsung anginnya diam, danaunya tenang.
Nah ini pertanyaan mereka ya, terakhir, mari kita baca, setelah melihat semuanya itu, bagaimana sikap mereka? 41, “Mereka menjadi sangat takut dan berkata seorang kepada yang lain: “Siapa gerangan orang ini, sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya?”’ berarti mereka punya pengenalan akan Tuhan bagaimana? Nggak ada. Firman – bukannya dengar di TV atau VCD, langsung Yesus khotbah. Mukjizat? Langsung ada di situ. Mereka bilang apa, ‘Siapa orang ini? Angin aja taat!’ berarti mereka itu tidak mengenal. Yang membuat kita suka ragu-ragu dan kita akhirnya imannya nggak maju, kenapa? Kita tidak kenal Tuhan. Nih, mereka tanya. Nanti di rumah Saudara baca ya, Yunus 1. Setelah Yunus dibuang ke dalam laut, Nahkoda kapal takut, lalu mereka bagaimana? Mereka percaya kepada Allah Yunus. Waktu mereka melihat miracle, mukjizat, mereka percaya. Yang kedua, Saudara catet, ini ada di dalam Kitab Keluaran ya. Keluaran 14:31. Nggak usah dibaca, Saudara, catat saja, Keluaran 14:31. Setelah Israel lewat Laut Merah, sampai di ujung sana nih, lalu dikejarrrr sama orang Firaun ya, sama kudanya. Sampai di tengah, tentara Mesir sama Firaun, air itu dikembalikan. Lalu bangsa Israel melihat apa? Semua orang Mesir mati di laut, mereka melihat keajaiban Tuhan ya, respon mereka bagaimana? Mereka percaya kepada Allah.
Kebalikannya dari murid, setelah lihat mukjizat, nggak percaya. Iya kan? Nah kembali kepada Saudara dan saya. Apa hubungannya takut dengan percaya? Iman kita nggak akan tumbuh sekalipun saban hari Saudara dengar firman kalau kita tidak betul-betul mempunyai iman pengenalan yang benar akan siapakah Tuhan Yesus. Ya? Jangan bilang kalau orang Reformed itu nggak bakal membelot ke gereja mana! Saya sudah lihat dengan mata kepala saya sendiri, orang Reformed, yang benar-benar Reformed, yang pinter, sudah pindah ke mana-mana, Saudara. Yang di Singapore. Itu nggak jamin. Maka kita punya faith di dalam objek yang benar, yang kedua di dalam apa, ketaatan kita kepada Dia. Kiranya Tuhan yang mengaruniakan kita iman, memberikan kita juga pengenalan yang terus tumbuh. Kenapa saban minggu kita dengar firman Tuhan, karena satu-satunya yang membawa kita untuk mengenal Tuhan cuma firman. Saudara nggak bisa baca di buku Ben-Hur, Saudara nggak bisa baca di buku cerita yang lain, apalagi sinetron, nggak bakalan, hanya di dalam firman. Mengapa kamu takut? Yang kedua, mengapa kamu tidak percaya? Lihat ya ini ya.. kalau ada sesuatu keragu-raguan, nggak usah salahin si A, si B, lihat kepada diri kita, kita berkata apa? Tuhan tambahkanlah iman saya. Takut itu normal. Nggak ada orang yang nggak takut, iya kan? Tuhan tambahkanlah iman saya. Nah pengertian kita akan firman itu harus dibangun, termasuk hamba Tuhan. Bukan cuma logika kan? Bagaimana kita berjalan dengan Tuhan. Mari kita berdoa.
Bapa yang bertakhta di dalam Kerajaan Sorga, kami sangat berterima kasih karena Engkau menyatakan diri kepada murid dan pada hari ini kebenaran ini tiba kepada kami bahwa Engkau adalah Allah. Bukan hanya mukjizat kesembuhan, atau mukjizat-mukjizat yang lain, tetapi Engkau adalah Allah di atas alam, bahkan Engkau adalah Allah yang menyelamatkan kami. Berilah kepada kami pengenalan yang benar, kerelaan untuk menaati, dan hidup kami bagaimanapun banyak pergumulan. Kami rindu Tuhan, menambahkan iman supaya melewati berbagai gelombang yang Tuhan izinkan, kami masih bisa melihat Tuhan. Kami berdoa ya Tuhan, biarlah kekaguman kami akan Tuhan tiap hari akan bertambah. Dan pengenalan kami akan semakin dalam. Kami bersyukur untuk ibadah yang Tuhan pimpin pada hari ini. Di dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa, Amin.
[Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah]