Bait Allah yang Kudus, 13 November 2016

Ef. 2:20-22


Saudara, di dalam pertemuan kita sebelumnya kita telah melihat bahwa sebagai anak-anak Tuhan, sebagai gereja Tuhan, kita adalah orang-orang atau gereja yang telah diberikan karunia-karunia istimewa oleh Tuhan. Dan kita juga sudah membahas satu persatu dari pada karunia yang Tuhan telah karuniakan bagi kehidupan kita atau di dalam kehidupan kita itu. Dan sekarang kita sudah masuk ke dalam ayat yang ke-20 sampai ayat yang ke-22. Dan Saudara, kalau kita perhatikan ayat 20-22 itu memiliki sesuatu yang berkaitan dengan ayat sebelumnya. Di dalam ayat sebelumnya kita juga sudah melihat bahwa sebagai orang-orang Kristen atau gereja Tuhan kita adalah orang-orang yang telah dikaruniakan juga menjadi sekawan sewarga negara dari pada Kerajaan Tuhan Allah, lalu di situ juga kita dikaruniakan  sebagai orang-orang yang ada di dalam anggota-anggota dari pada keluarga Allah. Tetapi di dalam bagian yang berikut ini Paulus tidak menggambarkan kita sebagai kawan sewarga, Paulus juga tidak menggambarkan kita sebagai anggota keluarga, tetapi Paulus menggambarkan gereja atau orang Kristen itu adalah bait Allah, rumah Allah, atau bangunan dimana Allah tinggal di dalamnya. Saudara, walau kita mungkin seringkali mendengar mengenai orang Kristen adalah bait Allah tetapi yang kadang-kadang kita mengerti adalah sesuatu yang hanya berkaitan dengan kekudusan hidup kita, bagaimana kita menjaga diri kita dan tubuh kita ini dengan baik karena tubuh kita adalah bait Allah dan kita tidak bisa perlakukan itu dengan sembarangan. Tetapi Saudara, pada waktu kita meneliti kembali apa yang Kitab Suci nyatakan tentang orang Kristen atau gereja adalah bangunan dari pada bait Allah saya lihat ada hal-hal atau aspek-aspek yang lain yang tidak hanya berbicara mengenai kekudusan dan bagaimana kita menjaga kehidupan kita dan tubuh kita dengan saja, tetapi di dalamnya juga mengandung aspek yang lain yaitu aspek kesatuan.

 

Saudara, di dalam kita berbicara mengenai orang Kristen adalah kawan sewarga atau adalah warga negara dari Kerajaan Allah atau orang Kristen adalah anggota dari pada keluarga Allah atau anak-anak Allah, memang disitu juga mengandung suatu aspek kesatuan, setiap orang yang merupakan warga negara Kerajaan Allah kita adalah satu warga negara Kerajaan Allah dan juga setiap orang yang dikatakan sebagai anggota dari pada keluarga Allah dia adalah disebut sebagai anak-anak Allah, dia bukan lagi orang A atau orang B atau orang C, tetapi kita adalah anak-anak Allah yang disatukan di dalam Kristus menjadi anggota dari pada keluarga Allah itu. Jadi ada aspek kesatuan baik di dalam kewarganegaraan maupun anggota keluarga dan juga di dalam aspek bait Allah, tetapi Saudara tetap ada perbedaan yang sangat berbeda sekali diantara ketiga dari pada gambaran Paulus mengenai gereja tersebut, yaitu berkaitan dengan kedekatan relasi atau ikatan yang ada di dalam masing-masing gambaran tersebut. Saudara pada waktu berbicara, “kita adalah kawan sewarga dari pada Kerajaan Allah,” saya tahu kita adalah seperti orang Indonesia yang adalah warga negara Indonesia. Pada waktu kita misalnya bertemu dengan orang Indonesia yang lain di luar negeri kita merasa langsung dekat satu dengan yang lain, karena apa? Kita satu, warga negara Indonesia. Tetapi sebagai warga negara yang satu itu dapatkah kita berkata kita memiliki relasi yang erat antara seorang dengan yang lain? Saya percaya anggota-anggota keluarga di dalam gereja ini saja yang adalah satu warga negara yaitu warga negara Indonesia walaupun dekat tetapi tidak akan sedekat dia di dalam keluarganya sendiri. Jadi walaupun dekat, ada ikatan relasi diantara keluarga yang satu dengan keluarga yang lain sebagai warga negara yang sama tetapi ikatan kedekatan itu tidak bisa menandingi derajat kedekatan yang ada di dalam masing-masing keluarga yang ada di dalam warga negara tersebut. Nah ini adalah satu bagian dari pada derajat perbedaan antara ikatan dan kedekatan antara dua gambaran yang pertama, warga negara dan yang kedua adalah anggota keluarga Allah atau anak-anak Allah.

 

Tapi Saudara, pada waktu Paulus mengajak kita melihat kepada gereja yang adalah bait Allah atau rumah Allah, bagaimana kita melihat kedekatan itu atau kesatuan ini? Apakah aspek kesatuan itu adalah satu kesatuan yang memiliki derajat lebih rendah daripada kesatuan yang ada di dalam kewarganegaraan atau di dalam keanggotaan dari pada keluarga Allah? Karena bangunan, batu yang tersusun sepertinya adalah sesuatu benda yang mati yang diletakkan satu demi satu oleh tukang bangunan lalu dsitu direkatkan dengan semen sehingga pada waktu kita meng-komparasikan antara warga negara maupun anggota keluarga Allah dengan bait Allah atau bangunan, ini adalah sepertinya mengkontraskan antara yang hidup, yang makhluk yang bergerak dengan sebuah benda mati atau bangunan. Jadi kadang-kadang mungkin kita bisa terpancing “Paulus ini sedang meng-anti klimaks-kan kah dari pada ikatan relasi yang ada di dalam kewarganegaraan maupun di dalam keanggotaan dari pada keluarga Allah”? Saya percaya Paulus tidak bertujuan seperti itu tetapi saya sangat percaya sekali yang dimaksud oleh Paulus itu adalah untuk menunjukkan satu ikatan yang jauh lebih erat dan jauh lebih dekat dibandingkan ikatan kesatuan yang ada di dalam anggota keluarga.

 

Saudara, bangunan yang dimaksud oleh Paulus disini itu bukanlah satu bangunan yang mati. Alkitab menyatakan bangunan bait Allah atau gereja dari pada Tuhan Allah yang dibangun itu itu adalah terdiri dari orang-orang yang percaya di dalamnya. Kita bisa lihat dari bagian ini, misalnya pada waktu kita membaca ayat yang ke-21 Paulus bilang, “di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan itu,” ‘tumbuh’ itu adalah suatu istilah dimana bangunan itu bukan bangunan yang mati, bukan hanya seperti batu-batu dari pada bangunan yang kita bangun ketika kita membangun rumah, tapi di dalam bagian ini Paulus berkata kalau bangunan itu bisa bertumbuh itu berarti bangunan itu pasti hidup, bangunan itu bisa bergerak, bangunan itu bukan bangunan yang terdiri dari pada benda mati. Nah Saudara, selain dari pada Paulus, Petrus juga berbicara mengenai hal yang sama. Ketika Petrus menggunakan gambaran gereja adalah batu hidup, batu itu digambarkan sebagai batu yang hidup bukan batu yang mati. Kita buka 1 Petrus 2:5, disini Petrus berkata, “Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah.” Jadi Saudara, gereja itu apa? Paulus ibaratkan sebagai bangunan dari pada bait Allah. Gereja itu apa? Petrus gambarkan sebagai batu yang hidup yang digunakan untuk membangun rumah Allah itu.

 

Berarti kita adalah orang-orang atau gereja terdiri dari pada makhluk-makhluk yang hidup, lalu kenapa Paulus mengkaitkan atau menggambarkan gereja dengan sebuah bangunan? Tujuannya adalah Paulus ingin memberikan gambaran mengenai kesatuan rohani, keeratan dari pada kesatuan rohani yang ada diantara orang Kristen yang satu dengan orang Kristen yang lain, atau gereja yang satu dengan gereja yang lain yang melampaui ikatan keeratan, persatuan yang ada diantara warga negara maupun diantara anggota-anggota dari pada keluarga Allah. Saudara, saya lihat ini adalah hal yang perlu kita lihat dan perlu kita mengerti sebagai orang-orang Kristen. Banyak kasus dalam kehidupan orang Kristen, permasalahan yang ada diantara orang Kristen yang satu dengan orang Kristen yang lain kemungkinan besar adalah karena mereka tidak mengerti mengenai pentingnya atau signifikansi dan arti dari pada keeratan kesatuan yang ada di dalam bangunan bait Allah tersebut. Saudara, kita bisa lihat dimana letak derajat ikatan itu yang lebih besar di dalam bangunan daripada di dalam keluarga? Pada waktu Saudara melihat kehidupan keluarga dari orang-orang, termasuk orang Kristen sendiri seringkali yang menyedihkan ya, kita bisa melihat walaupun relasi keluarga mereka adalah satu relasi yang tidak bisa dipungkiri, tidak bisa dihapuskan, tidak bisa dihilangkan, tidak bisa tidak diakui walaupun dari mulut mungkin dia tidak mau mengakui itu tetapi orang lain tetap akan berkata, “Mereka adalah saudara, mereka adalah orang-orang yang merupakan saudara sekandung.” Tapi Saudara, pada waktu kita berbicara mengenai orang-orang yang sekandung ini, yang sedarah daging, yang memiliki ikatan saudara, bagaimana relasi diantara mereka sendiri? Memang ada yang baik antara satu dengan yang lain, tetapi Saudara, tidak dipungkiri banyak juga yang tidak baik. Kita sendiri mungkin bisa melihat teman-teman kita yang antara seorang dengan yang lain, saling bermusuhan satu dengan yang lain. Yang ngaku tidak mempedulikan yang miskin, mereka tidak peduli bagaimana kehidupan daripada keluarga saudaranya tersebut. Mau rusak, mau susah, mau apa, ya itu urusan mereka, kami – urusan kami sendiri. Saat individualis satu dengan yang lain, memiliki karakter yang berbeda antara satu dengan yang lain, yang tidak ada hubungannya dengan yang lainnya, sebagai anggota keluarga.

 

Saudara, memang secara nama, secara ikatan daging, mereka adalah satu. Tetapi kenyataannya adalah, pada waktu kita melihat pada relasi yang ada di antara mereka, relasi mereka tidak harus selalu erat, tidak pasti selalu erat. Tetapi ada sesuatu relasi yang longgar, yang bahkan mungkin menjauh terhadap satu dengan yang lain, dan tidak mendekati satu dengan yang lain. Tapi Saudara, bila kita melihat orang-orang percaya, itu adalah orang-orang yang digambarkan sebagai bukan warga negara saja, tetapi digambarkan sebagai bangunan daripada bait Allah. saya percaya, gambaran ini tidak bisa kita terapkan di dalam kehidupan daripada orang Kristen. Kalau kita membicarakan orang Kristen adalah hanya anggota Keluarga Allah, mungkin ini yang menyebabkan antara orang Kristen yang satu dengan yang lain, bisa saling mengakui: ‘Engkau Saudaraku seiman tetapi itu bukan berarti saya boleh dekat dengan engkau, saya boleh saling bergantung antara yang satu dengan yang lain. Saya boleh hidup bersama sebagai anggota keluarga Allah, tetapi belum tentu saya harus berdamai dengan engkau dan saya boleh memperbaiki relasi yang rusak sebelumnya yang ada di antara kita.

 

Saudara, kalau kita hanya melihat anggota keluarga saja sebagai gambaran daripada gereja, mungkin dalam pemikiran kita, kita bisa menerapkan cara kehidupan orang dunia akan keluarga, yang tidak baik dalam relasi atau di dalam keluarga sendiri yang tidak baik di dalam relasi, dalam kehidupan rohani kita sebagai anak-anak Tuhan. Dan ini adalah hal yang tidak katakan oleh Kitab Suci. Paulus ketika menggambarkan, gereja itu adalah bangunan daripada bait Allah. Di dalam istilah “bangunan bait Allah” itu, Paulus menggunakan satu istilah lagi yang sangat penting sekali, yaitu dikatakan dalam terjemahan LAI – “yang rapi tersusun.” Kita baca dari ayat yang ke-21, “Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapi tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan.” ‘Rapi tersusun’ artinya apa? Di dalam bahasa Inggris, itu dikatakan sebagai “fitly framed together” – artinya apa? Masing-masing daripada orang Kristen, atau masing-masing daripada batu hidup itu, atau masing-masing daripada bangunan itu, itu adalah bangunan yang ditempatkan atau batu yang ditempatkan pada posisinya yang pas, yang tepat di mana tempat itu tidak mungkin bisa digantikan oleh posisi yang lain, atau batu yang lain, atau bangunan yang lain. Saudara, setiap kita ditempatkan pada tempat yang tepat. Setiap kita memiliki posisinya sendiri, dan setiap kita tidak bisa digantikan oleh gereja yang lain atau pribadi orang Kristen yang lain atau bangunan yang lain di situ. Atau kalau Saudara ingin lebih mudah membayangkan,kita pernah main puzzle kan? Waktu kita main puzzle, masing-masing puzzle itu punya bentuknya yang berbeda antara yang satu dengan yang lain. Lalu pada waktu kita susun satu per satu daripada puzzle itu, kita tidak mungkin bisa sembarangan di dalam menempatkan posisi daripada kepingan-kepinganpuzzle itu. Tapi kita harus menempatkan sesuai dengan posisinya sendiri. Dan ketika itu ditempatkan di posisinya sendiri, maka dia akan tepat ada di situ, fitly framed together di dalam gambar daripada puzzle tersebut. Tapi bagaimana kalau 1 daripada kepingan puzzle itu tidak ada, hilang, akibatnya apa? Akibatnya adalah puzzle itu tidak menjadi puzzle. Gambaran yang ada, bangunan yang digambarkan di dalam puzzle itu menjadi tidak sempurna, atau tidak utuh.

 

Nah Saudara, ini yang ingin digambarkan, gambaran ini yang ingin ditunjukkan atau dinyatakan oleh Paulus dari relasi ikatan kesatuan yang ada di dalam kehidupan orang Kristen, satu dengan yang lain. Saudara, kita adalah orang-orang yang sudah Tuhan panggil, lalu Tuhan tempatkan di tempat yang tepat, di posisi yang tepat, masing-masing memiliki perannya masing-masing di dalam gereja Tuhan. Ada relasi ikatan yang kuat di situ, di mana bahkan kita sendiri memiliki karakteristik tertentu sebagai anak Allah yang harus seperti itu di dalam posisi itu. Kalau tidak, itu berarti kita berada di luar daripada bangunan dari kerajaan Allah atau bangunan daripada bait Allah. Di dalam Matius 5, di situ di dalam Khotbah di Bukit Tuhan Yesus ada berkata mengenai ucapan bahagia, ataupun mengenai karakteristik daripada orang-orang Kristen. Saudara, ketika Saudara membaca “Khotbah di Bukit”, jangan kira itu adalah satu pilihan yang kita bisa lakukan dan boleh tidak lakukan dalam kehidupan kita. Itu bukan pilihan, choices – yang di mana kita kalau sreg, maka saya lakukan, cocok dengan saya, saya lakukan, yang tidak cocok saya boleh tidak lakukan. Tapi itu adalah karakteristik dari semua orang-orang percaya. Setiap orang percaya, setiap orang yang ada di dalam bangunan daripada bait Allah, pasti memiliki karakteristik itu di dalam kehidupan mereka. Nah kalau mereka adalah satu di dalam karakteristik, mungkinkah mereka tidak erat antara satu dengan yang lain? Mungkinkah mereka tidak terikat dengan baik antara satu dengan yang lain? Saya percaya ini adalah satu ikatan yang erat sekali, satu ikatan yang tidak boleh dipecahkan. Nanti kita akan lihat lebih jelas, tetapi paling tidak di sini kita tahu, ini adalah kesatuan yang jauh lebih erat derajatnya daripada kesatuan yang ada di dalam relasi anggota keluarga atau anak-anak Allah, yang digambarkan oleh Paulus sebelumnya.

 

Saudara, tapi di sisi lain, selain daripada adanya kedekatan relasi yang begitu erat sekali, yang tidak bisa dipisahkan sebenarnya, itu ada unsur lain yang berkaitan dengan karunia istimewa yang Tuhan karuniakan bagi kita. Pada waktu kita membahas di dalam karunia istimewa sebelumnya, ada satu aspek atau satu poin yang berbicara mengenai akses masuk kita kepada Tuhan Allah. Siapa orang-orang yang bisa datang ke dalam Kerajaan Allah? Hanya orang-orang yang merupakan warga negara dari kerajaan ini. Siapa yang bisa memiliki akses masuk berbicara kepada Tuhan Allah? Adalah orang-orang yang dikatakan sebagai anak-anak daripada Allah. Jadi, dari sisi aspek akses ini pun, relasi, bagaimana kita datang kepada Allah? Di antara 2 gambaran itu, tetap ada satu derajat perbedaan. Di mana anak Allah memiliki derajat akses yang lebih besar daripada derajat akses yang dimiliki oleh warga negara. Tapi Saudara, pada waktu kita melihat Paulus berkata gereja adalah ‘bangunan daripada bait Allah,’artinya apa? Saya tetap lihat ini adalah satu kebenaran yang jauh lebih indah dari hanya menggambarkan gereja itu anak Allah, sebagai anak yang memiliki akses langsung kepada Bapa, itu sudah satu karunia istimewa yang besar sekali, di mana kita bisa semau kita datang kepada Bapa, berbicara kepada Bapa kita dan satu relasi yang dekat sekali sebagai relasi ayah dan anak. Tapi Saudara, tetap ada batasan di dalam gambaran antara Allah adalah Bapa dan kita adalah anak. Yaitu apa? Selama kita adalah anak dan Dia adalah Bapa, dan kita memilih akses kepada Bapa, itu berarti kita ada di dunia. ‘Saya mau datang kepada Bapa.’ Kalau saya mau datang kepada Bapa – iya bisa di dalam Kristus langsung. Tapi waktu saya mau datang kepada Bapa, itu berarti saya harus mendekatkan diri saya kepada Bapa atau menghampiri Bapa dalam kehidupan saya. Tapi Saudara, ketika Paulus berkata, “Gereja adalah bangunan Allah.” artinya apa? Gereja atau orang Kristen, itu adalah tempat kediaman Allah. Kita ini adalah rumah Allah. Allah tinggal di dalam diri kita. Kalau kita mau menggunakan gambaran daripada Kemah Suci, yang ada dalam Perjanjian Lama, maka orang-orang Kristen adalah orang-orang yang ada di dalam bait-Nya, bagian yang dalam, yaitu ruang Maha Suci itu dan senantiasa kita berada di dalam ruangan yang Maha Suci itu. Itu berarti senantiasa Tuhan ada beserta dengan kita, dan Dia memiliki relasi yang personal dengan kita anak-anak-Nya itu, karena kita adalah rumah-Nya.

 

Nah Saudara, itu berarti Tuhan adalah, ada selalu bersama dengan anak-anakNya, atau gereja, atau orang Kristen. Dia ada di tengah-tengah kita, Dia bukan ada di tempat lain, tetapi tinggal di dalam diri kita.Saudara, ini adalah satu kebenaran yang luar biasa sekali saya lihat, sebagai seorang yang menjadi orang percaya atau gereja Tuhan. Saya pikir ini adalah satu karunia yang benar-benar istimewa sekali. Saudara nda usah susah-susah mencari Tuhan, Tuhan tinggal bersama-sama dengan kita kok, bahkan Tuhan tinggal di dalam diri kita. Lalu apa yang menjadi signifikansi daripada kebenaran ini, pada waktu kita berkata kita adalah bangunan Allah dan Tuhan tinggal di dalam kita? Saya pikir ini juga berkaitan dengan banyak hal sekali ya. Pertama adalah, kalau kita adalah bangunan Allah, kalau kita adalah bait Allah, kalau kita adalah anggota daripada Kerajaan Allah, satu hal yang penting, yang pertama adalah, kita sebagai anggota itu atau bangunan itu tidak mungkin bisa memisahkan diri daripada bangunan itu.

 

Jangan pikir Saudara bisa berkata, “Aku tidak perlu terikat dengan orang Kristen yang lain. Aku bisa hidup secara individualis dan tidak tergantung dengan orang Kristen yang lain. Aku bisa mengurus urusanku sendiri. Aku bisa hidup sendiri. Aku bisa, tidak perlu bergabung dengan sebuah jemaat lokal,” kalau kita bahas di dalam minggu lalu. Itu tidak mungkin terjadi. Kalau kita melakukan keputusan seperti ini dan mengambil tindakan seperti ini, itu berarti kita sedang memisahkan diri daripada bangunan bait Allah itu. Tapi kalau bangunan itu adalah sesuatu yang dibentuk oleh Allah sendiri, itu berarti bangunan itu tidak mungkin tidak jadi. Bangunan itu pasti jadi sesuai dengan kehendak Allah, dan kita yang memisahkan diri itu, berarti kita yang membuang diri kita dan tidak ada di dalam bangunan itu. Itu sebabnya Saudara, ketika Tuhan Yesus berbicara dengan orang-orang Yahudi, orang-orang Yahudi datang kepada Dia dan mengatakan ketika mereka melihat Yesus memiliki kuasa yang besar untuk mengusir setan, lalu mereka berkata, “Iya, Ia punya kuasa yang besar untuk mengusir setan, tapi sebenernya Dia mengusir setan dengan kuasa Beelzebul,”lalu Yesus berkata kepada mereka, “Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa, dan setiap kota atau rumah tangga yang terpecah-pecah tidak dapat bertahan.” Jadi Saudara, sebagai bangunan yang rapi tersusun itu, bait Allah itu, kita harus mengerti bahwa kita adalah orang-orang yang ditempatkan di situ di tempatnya masing-masing. Dan itu berarti kita juga tidak boleh menjadi provokator-provokator di dalam gereja yang memecah gereja. Saudara, kerajaan itu ndak mungkin bisa terpecah. Kalau kerajaan itu terpecah pasti kerajaan itu tidak akan terbentuk dan Tuhan Allah yang adalah raja dari kerajaan itu pasti tidak mengizinkan hal itu terjadi. Jadi, yang saya mau katakan adalah, bukan hanya kita tidak boleh saling bermusuhan, bukan hanya kita tidak boleh menjadi duri dalam daging dalam gereja yang menjadi penghasut dan perusak gereja, tetapi kita tidak dapat menjadi orang itu di dalam kehidupan gereja yang adalah bangunan daripada bait Allah. Saudara, ini adalah satu kebenaran yang saya rasa, banyak orang Kristen yang tahu dia adalah bait Allah. Tetapi di dalam kedekatan, keeratan, relasi ini, kita tidak terlalu ngeh dampaknya dalam kehidupan rohani antara yang satu dengan yang lain itu seperti apa. Nah saya harap, kita ketika mengerti kebenaran ini, kita boleh kembali kepada kebenaran itu. Apa yang menjadi kebenaran Allah di dalam gereja-Nya, di dalam kehidupan orang Kristen, di dalam relasi antara orang Kristen satu dengan yang lain, sehingga kita boleh betul-betul merupakan bagian dari bangunan bait Allah yang sedang Tuhan bangun tersebut.

 

Yang kedua adalah, selain daripada keterpecahan, signifikansi lain adalah, yang mungkin kita sering kali bisa mengerti atau sudah sering kali dengar yaitu berkaitan, kalau kita adalah bait Allah, bangunan Allah, di mana Tuhan Allah tinggal sendiri di dalam diri kita, itu berarti kita adalah bangunan yang kudus. Itu berarti kita adalah bangunan yang suci, yang tidak mungkin akan membiarkan diri kita dirusak oleh dosa atau jatuh di dalam dosa. Itu sebabnya, Saudara, di dalam 1 Korintus 6:19 Paulus ketika melihat jemaat Korintus yang hidup di dalam percabulan, di mana mereka hidup di dalam perzinahan dengan orang-orang yang tidak percaya, mereka merusak keintiman relasi, kekudusan di dalam relasi hubungan keluarga yang ada di dalam diri mereka dan kehidupan keluarga mereka, Paulus erkata, “Saudara tahu tidak, ketika engkau bersatu dengan orang-orang itu yang tidak percaya, itu berarti engkau mempersatukan diri mereka dengan orang-orang itu di mana kerohanianmu pasti akan merosot, engkau pasti akan meninggalkan Tuhan, engkau tidak menyatukan dirimu dengan Tuhan atau dengan orang kudus tapi engkau menyatukan dirimu dengan orang dunia.” Saudara, lalu Paulus berkata, “Tidak tahukah engkau, bahwa tubuhmu itu adalah bait Roh Kudus atau bait Allah?” Jadi pada waktu kita berkata, “Aku adalah bangunan Allah, gereja adalah bangunan Allah. Orang Kristen adalah bangunan Allah yang kudus,” inget satu hal baik-baik, jaga tubuh itu dengan baik.

 

Saudara, kenapa Yesus Kristus inkarnasi jadi manusia? Satu sisi mungkin kita bisa berkata, bahwa inkarnasi itu berkaitan dengan, yang berdosa adalah manusia, sebabnya itu kalau Tuhan ingin menyelamatkan manusia, Dia harus menjadi seperti manusia. Dan Dia bukan ingin menyelamatkan malaikat yang jatuh, karena itu Dia tidak menjadi malaikat tetapi Dia menjadi manusia karena Dia ingin menyelamatkan manusia berdosa. Tapi di sisi lain, Saudara, ketika Allah menjadi manusia, itu ada satu hal lain yang perlu kita mengerti, yaitu Allah melihat tubuh ini adalah sesuatu yang berharga. Tubuh ini adalah sesuatu yang penting yang harus kita pelihara. Karena apa? Allah sendiri tidak sungkan-sungkan untuk menjadi manusia yang memiliki tubuh yang sama seperti tubuh kita ini. Jadi kita nda boleh rusak itu. Apalagi Alkitab berkata, ketika akhir zaman nanti, ketika Yesus Kristus datang kedua kali, Dia akan mengembalikan tubuh kita ini dengan suatu tubuh kemuliaan. Dia tidak akan biarkan kita hanya hidup dalam wujud roh saja tanpa tubuh, tetapi dia akan menciptakan tubuh yang baru untuk kita bisa miliki di dalam kehidupan yang akan datang, dan Tuhan berkuasa untuk melakukan ini. Saudara, kalau Saudara perhatikan, tubuh ikan, tubuh pohon, tubuh sapi, tubuh kambing, tubuh bebek, tubuh burung, semuanya memiliki daging yang beda. Struktur yang, apa itu istilahnya, serat-serat yang beda di dalam daging itu, atau urat-urat yang beda antara yang satu dengan yang lain. Dan Tuhan memiliki kuasa untuk melakukan itu, mencipta itu semua. Lalu itu apakah Dia tidak berkuasa untuk memberikan tubuh yang baru kepada diri kita? Saya percaya Tuhan memiliki kuasa untuk mengembalikan tubuh yang baru kepada kita untuk kita bisa miliki dalam kehidupan kita pada akhir zaman nanti. Jadi Saudara, pentingkah tubuh? Itu penting sekali. Jaga tubuh baik-baik, karena ini adalah sesuatu daripada pertumbuhan rohani yang Tuhan tuntut daripada kehidupan anak-anak-Nya, yaitu orang-orang percaya.

 

Selain itu, kita juga perlu menjaga perkataan kita. Sebagai orang-orang yang kudus, sebagai orang-orang yang memiliki lidah yang sudah dikuduskan, yang memiliki Allah di dalam diri kita, mungkinkah kita berbicara sesuatu yang tidak baik, sesuatu yang merugikan orang lain,sesuatu yang tidak membangun orang lain? Itu pasti ndamungkin terjadi. Jadi Saudara, kalau Saudara ingin lihat signifikansi daripada gambaran gereja adalah bait Allah, saya percaya banyak sekali hal-hal yang kita bisa tarik daripada itu termasuk di dalam dirinya mungkin. Apakah orang Kristen bisa dirasuki setan atau tidak? Saudara, saya tetap percaya, kita adalah orang-orang yang memiliki Roh yang jauh lebih besar daripada roh setan, dan di mana setan seharusnya tidak bisa menguasai kita dan menundukkan kita di bawah kekuasaannya kalau kita sungguh-sungguh adalah anak Allah dan Allah berdiam di dalam diri kita sebagai orang percaya.

 

Saudara, selain daripada hal ini, Paulus juga berkata, ketika gereja digambarkan sebagai bangunan daripada bait Allah, Paulus berkata, bangunan bait Allah itu adalah satu bangunan yang belum selesai dibangun, tapi bangunan bait Allah itu masih tumbuh. Berarti, bangunan bait Allah itu adalah bangunan yang masih dalam proses pembangunan yang Tuhan kerjakan. Saudara, itu berarti ketika kita menjalani hidup kita di dalam dunia ini, jangan kira bahwa sejarah manusia yang terjadi dalam dunia ini adalah satu sejarah yang tidak ada kaitannya dengan kekekalan. Tapi sejarah yang terjadi di dalam dunia ini memiliki kaitan yang erat sekali dengan kekekalan atau rencana daripada Tuhan Allah sendiri di dalam menggenapkan daripada rencana itu. Kalau kita melepaskan diri dari kekekalan, kalau kita menolak Allah, kalau kita tidak mengakui Kitab Suci sebagai satu firman Tuhan yang adalah terang dari Tuhan untuk menuntun kita berjalan di dalam sejarah ini, maka saya percaya kita akan jatuh di dalam satu kehidupan yang gelap dan tidak ada terang yangmenerangi kehidupan kita, dan kita akan berputar-putar hidup di dalam suatu kehidupan yang bingung, yang tanpa arah, yang bisa kehilangan pengharapan di dalamnya. Tadi di dalam video clip daripada KKR Natal di situ pak Tong bilang apa? Ada tulisan “tiap manusia lahir, ada kelahiran di dalam dunia ini, tetapi juga selalu ada kematian di dalam dunia ini,” ada kelahiran ada yang mati, ada yang datang ada yang pergi. Saudara, kalau kita melihat hanya daripada realita yang ada di hadapan kita lalu kita mulai melihat yang lahir bisa menjadi orang yang baik, yang lahir bisa menjadi orang yang jahat, yang lahir bisa menjadi orang yang kaya, yang lahir bisa menjadi orang yang miskin yang lahir bisa menjadi orang yang sehat, yang lahir bisa menjadi orang yang sakit-sakitan atau lumpuh atau menderita sekali dalam kehidupannya, tapi semuanya akhirnya mati, memiliki akhir yang sama dari antara orang yang satu dengan orang yang lain, kira-kira apa yang kita lihat? Kira-kira adakah sesuatu yang bisa kita harapkan, yang bisa kita kejar dalam kehidupan kita yang kita bisa capai? Saya pikir kalau kita betul-betul melihat keadaan ini maka kita akan jatuh ke dalam suatu perkataan seperti Pengkhotbah berkata,“segala sesuatu adalah sia-sia di bawah kolong langit ini,”kenapa? Semuanya berakhir sama kok, mau dia mati-matian mengejar sesuatu dan memperoleh itu, dia pun ndak akan bisa menikmati lagi, dia akan mati kok seperti orang yang tidak memiliki apa-apa dan pergi tanpa bisa membawa apa-apa di dalam kehidupan dia.

 

Tapi Saudara, pada waktu kita melihat Paulus berkata “gereja adalah bangunan Allah yang sedang dalam proses pertumbuhan,” itu berarti di dalam jalannya sejarah manusia di dalam dunia ini, ada sejarah lain yang sedang dikerjakan oleh Tuhan, Allah, yaitu sejarah Allah sendiri untuk membangun kerajaan-Nya atau membangun bait-Nya yang kudus tersebut. Dimulai sejak kapan? Dimulai sejak Allah mencipta Adam dan Hawa, diakhiri kapan? Sampai akhirnya kita tidak tahu tetapi Alkitab memberikan satu atau sedikit petunjuk kepada kita, waktunya kita memang tidak tahu tetapi di dalam surat Roma, Paulus berkata “sampai tergenapi jumlah yang penuh dari bangsa-bangsa lain telah masuk,” baru saat itu seluruh Israel akan diselamatkan. Jadi Saudara, kita adalah orang-orang non-Yahudi, itu adalah orang-orang yang ada di dalam rencana Allah sejak semula dan kita adalah orang-orang yang harus ada di dalam bangunan itu menempati posisi kita, baru seluruh Israel bisa diselamatkan dan waktu itulah akhir daripada pekerjaan pembangunan Allah atau rumah Tuhan yang dikerjakan oleh Tuhan Allah.

 

Saudara ingat baik-baik, Paulus di dalam 1 Korintus 3 berkata, “orang-orang Kristen, hamba-hamba Tuhan yang ada di dalam gerejanya itu, itu hanyalah pekerja-pekerja,” kita adalah orang-orang yang memiliki tugas kita sendiri dan tanggungjawab kita sendiri untuk melayani di bidang kita tersebut. Tetapi yang memberikan pertumbuhan itu hanya satu Pribadi, yaitu Tuhan, Allah sendiri. Pada waktu kita berbagian di dalam sejarah pembentukan Tuhan di dalam membangun gereja itu, kita harus memiliki kesadaran yang kuat sekali bahwa kita tidak memiliki jasa apa-apa kalau kita bekerja di luar cara Allah bekerja, kita hanyalah orang-orang yang bisa melayani sesuai dengan tanggung jawab kita, tetapi kita tidak pernah bisa memiliki peran untuk membangun gereja itu, hanya Tuhan, Allah yang bisa membangun, hanya Tuhan, Allah yang bisa mempertumbuhkan daripada gereja-Nya atau membangun bait Allah itu. Sehingga Saudara, sebagai orang percaya, sebagai orang yang memiliki tanggung jawab untuk melayani, sebagai orang yang dipanggil untuk menjadi saksi di tengah-tengah dunia ini, kita mengerti satu hal, kita, Pertama, ketika melayani harus melayani sesuai dengan cara Tuhan Allah.Ketika melayani tidak ada sesuatu pun yang kita bisa banggakan dalam kehidupan kita atau kita sombongkan dalam kehidupan kita. Paulus berkata, “Apakah Apolos? Apakah Paulus?Kita hanya pekerja, yang satu menanam, yang satu menyiram, tetapi hanya Allahlah yang memberi pertumbuhan kepada gereja-Nya itu.”

 

Jadi Saudara, ingat baik-baik, kembali kepada Tuhan Allah, kembali kepada cara daripada Tuhan Allah.Banyak orang yang seringkali berpikir bahwa dia bisa membantu perkembangan daripada gereja Tuhan atau Kerajaan Tuhan atau bangunan Tuhan di dalam dunia ini. Lalu bagaimana caranya dia membantu perkembangan itu?Yaitu dengan memberikan hal-hal umpan yang menarik, misalnya membujuk orang menjadi orang Kristen, yang lain memberikan uang atau sembako untuk mendukung keluarga mereka dengan harapan mereka akan datang ke gereja untuk menjadi orang  Kristen, yang lain lagi mungkin menggunakan daya tarik-daya tarik dunia untuk membawa orang sebanyak mungkin bisa datang ke gereja karena di dalam gereja ada hiburan yang rohani. Lalu yang lain lagi mungki berkata bahwa kita perlu memberikan iming-iming kepada mereka, iming-iming itu apa? Yang mereka butuhkan, yang mereka kejar, yang mereka sungguh-sungguh inginkan dalam kehidupan mereka, yaitu apa? Misalnya kesehatan, kekayaan, materi, kita janjikan itu,“Kalau engkau anak Tuhan, engkau pasti diberkati oleh semua itu, maka engkau akan kaya, engkau akan menjadi orang yang hidup dengan baik dan sukses dalam dunia ini.” Saudara, secara jumlah mungkin kita bisa tambah dalam gereja, secara jumlah mungkin kita bisa buat menjadi gereja yang besar, tapi Saudara, secara kehidupan rohani kita nggak mungkin bisa membuat mereka menjadi orang yang rohani atau membuat mereka menjadi orang-orang yang sungguh-sungguh memiliki iman di dalam Kristus, kecuali satu hal, kita kembali kepada cara Allah di dalam mempertobatkan orang, memenangkan orang dan membangun gereja-Nya, yaitu apa? Dengan memberitakan injil Allah yang sederhana, yaitu mengenai kematian Kristus untuk mati bagi dosa kita, dikuburkan, hari ketiga bangkit dari kematian, lalu sekarang duduk di sisi kanan Allah untuk menjadi Mediator kita, Pendoa Syafaat bagi kita orang-orang berdosa dengan Tuhan Allah yang suci.

 

Saudara, Allah membangun gereja-Nya dengan berita injil daripada Tuhan Allah, suatu berita injil yang sederhana.Maksudnya, kita sebagai orang-orang Kristen jangan menambahkan sesuatu kepada berita injil itu atau mengurangkan sesuatu keepada berita injil tersebut, seakan-akan kalau kita menambahkan sesuatu, kita bisa menolong Allah untuk membangun bait-Nya atau kita mengurangkan sesuatu karena kita merasa ini berita terlalu keras, terlau tidak bisa diterima oleh orang, terlalu fanatik mungkin seperti itu sehingga orang mungkin akan kesulitan datang kepada Tuhan Allah lalu berbagian didalam bait Allah itu atau bangunan daripada Tuhan Allah itu. Saudara, Alkitab bilan tidak, itu bukan bagian kita, kita nggak bisa kerjakan itu semua, hanya Allah yang bisa memberikan pertumbuhan, bisa melahir barukan seseorang, bisa menempatkan dia di posisi yang tepat di dalam bangunan daripada bait Allah itu. Ingat Saudara, sejarah dunia berjalan tetapi di balik sejarah dunia ada sejarah Tuhan Allah yang turut bekerja, campur tangan untuk membangun bait-Nya tersebut. Itu berarti jalannya dunia ini bukan sesuatu yang bersfifat sirkular, bukanlah sesuatu yang bersifat berulang terus-menerus tanpa arah dan tanpa tujuan dan tanpa arti sama sekali, tetapi sejarah yang diajarkan oleh Kitab Suci adalah sejarah yang bersifat linier, memiliki titik awal dan juga memiliki titik akhir, yang akan berakhir seperti tujuan yang Tuhan kehendaki.Dan Saudara, Saudara ada di dalam situ atau tidak? Saudara berbagian disitu, dan Saudara kalau ada disitu dan Saudara bisa melihat kebenaran ini, saya yakin hidup Saudara akan jauh lebih penuh dengan sukacita, ucapan syukur daripada kekhawatiran tengah-tengah dunia ini. Kiranya Tuhan boleh menolong kita melalui renungan hari ini, firman Tuhan dan kita akan lanjutkan minggu depan mengenai bagian ini juga tetapi di dalam poin yang berbeda ya. Mari kita masuk di dalam doa.

Kami kembali, ya Bapa, bersyukur untuk firman yang boleh Engkau kabarkan bagi kami. Kami kembali bersyukur untuk kebenaran yang boleh Engkau nyatakan bagi kami. Kami kembali bersyukur, ya Bapa, akan rencanaMu, akan karyaMu dala gerejaMu, dan akan kehadiranMu di tengah-tengah gerejaMu atau di dalam diri kami karena kami adalah baitMu yang kudus. Kiranya setiap kebenaran ini boleh menjadi satu kebenaran yang kami hidupi ya Bapa sehingga kami boleh menjadi orang-orang Kristen atau gerejaMu yang sungguh-sungguh merupakan bangunan Allah yang Engkau sendiri bangun dan bentuk sesuai dengan kehendakMu dan harapanMu. Terima kasih ya Bapa untuk belas kasihMu ini. Dalam nama Tuhan Yesus Kristus kami mengucap syukur dan berdoa. Amin.

[Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah]