Ef 3:12
Pdt. Dawis Waiman, M.Div.
Saudara, kalau kita tanya sejarah itu apa, apakah sejarah itu, maka kalau kita datang kepada sejarawan, maka mereka akan berkata, sejarah itu adalah studi yang berkenaan mengenai paling tidak raja-raja, ratu-ratu, presiden, orang-orang yang terkenal, para penemu, jenderal-jenderal, atau bangsa-bangsa, peperangan yang terjadi, perjanjian damai, dan geografis yang ada di dalam dunia ini. Sejarah adalah berbicara mengenai tokoh-tokoh ini, orang-orang penting ini, keadaan daripada negara ini, di dalam suatu kekacauan yang terjadi, tetapi mereka berusaha untuk mencari makna yang ada di balik kekacauan-kekacauan yang terjadi tersebut. Tetapi pada waktu kita datang kepada ada dua tokoh sejarawan yang terkenal sekali, Oswald Spengler, dan juga satunya lagi adalah Arnold Toynbee, maka mereka menemukan sejarah itu adalah sesuatu yang berbicara mengenai satu kelahiran, lalu pertumbuhan, perkembangan, lalu kemudian penuaan dan akhirnya kematian yang terjadi. Sesuatu yang mirip dengan apa yang ditemukan oleh orang-orang Yunani ribuan tahun yang sebelumnya. Tetapi ada satu perbedaan. Menurut Oswald Spengler dan Arnold Toynbee, sejarah itu bisa menuju kepada sesuatu yang baik, tetapi sebaik-baiknya perkembangan daripada suatu bangsa, suatu hari bangsa itu akan masuk ke dalam satu penurunan dan berlalu. Nah ini yang menjadi pandangan daripada dua tokoh sejarawan yang penting sekali di dalam dunia ini. Lalu kalau kita kembali kepada Alkitab, apa yang kita temukan mengenai sejarah daripada dunia ini? Ketika mereka, orang dunia, berusaha mencari apa yang menjadi makna di tengah-tengah kekacauan yang terjadi di tengah dalam dunia ini, Kitab Suci menyatakan ada sesuatu yang berbeda sekali. Paulus bilang, di dalam Kitab Suci, pada waktu kita melihat kepada gereja maka gereja itu menjadi titik fokus dari sejarah dunia. Pada waktu kita melihat kepada gereja, maka kita bisa menemukan apa yang menjadi tujuan Tuhan dan rencana Tuhan yang terjadi di dalam sejarah dunia ini.
Saudara, ini yang dikatakan di dalam Efesus 3:10-11, “Supaya sekarang kita oleh jemaat diberitahukan pelbagai ragam hikmat, kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa di sorga,” dan seterusnya. Ini berarti bahwa segala sesuatu, kebenaran mengenai Allah, kebenaran mengenai dunia ini, kebenaran mengenai arah daripada dunia ini, itu adalah satu rahasia yang Tuhan bukakan bagi dunia melalui gereja. Nah Saudara, John Stott berkata seperti ini, ya, sejarah sekuler berfokus pada raja-raja, ratu-ratu, presiden-presiden, politik-politik, jenderal-jenderal, dan juga very important person atau orang-orang penting, VIP tersebut, tapi Alkitab berfokus pada sekelompok orang yang dipanggil dengan sebutan orang-orang kudus yang sering merupakan orang-orang kecil, orang-orang yang tidak penting, orang-orang yang tidak terlalu memiliki pengaruh namun pada waktu yang bersamaan, mereka juga disebut sebagai umat Allah. Dan mereka, walaupun tidak diketahui atau dikenal oleh dunia ini, tetapi mereka adalah orang-orang yang dikenal dengan sangat baik oleh Tuhan Allah. Sejarah sekuler itu fokus pada peperangan, pada pertempuran, pada perjanjian damai, tetapi semua itu kemudian diikuti oleh peperangan yang lebih banyak, diikuti oleh satu kehidupan pertempuran yang lebih banyak dan perjanjian damai yang lebih banyak lagi. Tapi pada waktu kita melihat kepada Alkitab, Alkitab berbicara mengenai satu fokus pada peperangan yang berbicara mengenai peperangan antara baik dan jahat, Alkitab berbicara mengenai kemenangan yang pasti diterima oleh Kristus atas kuasa daripada kegelapan. Alkitab berbicara mengenai perjanjian yang diikat di dalam Kristus, yaitu perjanjian damai yang disahkan dan dimateraikan oleh darah Yesus Kristus. Dan Alkitab berbicara mengenai proklamasi atau pemberitaan daripada Injil, pengampunan dosa bagi orang-orang yang berdosa yang datang ke dalam Yesus Kristus.
Selain itu, John Stott juga berkata, sejarah sekuler berkonsentrasi atau berfokus pada perubahan daripada peta dunia. Kenapa pada peta dunia? Karena bangsa yang satu itu berusaha menguasai bangsa yang lain. Mereka mengalahkan bangsa lain, berperang, ketika mereka mengalahkan bangsa lain maka luas wilayah daripada kerajaan mereka, pemerintahan mereka, itu bertambah atau berkurang. Sehingga pada waktu sejarah, meneliti sejarah, maka mereka kemudian mencatat, “oh bangsa ini luasnya makin besar, Oh bangsa ini tanah wilayah kekuasaannya makin kecil,”tetapi pada waktu kita kembali kepada Alkitab, kita menemukan, Alkitab berfokus pada sesuatu yang berbeda. Pada gereja. Gereja ini apa? Gereja adalah satu kumpulan daripada manusia yang terdiri dari multibangsa. Saudara, di dunia adanya kelompok-kelompok, bangsa-bangsa yang merasa superior di atas bangsa-bangsa yang lain. Tetapi pada waktu kita masuk ke dalam gereja, kita menemukan multibangsa ini, dari suku yang berbeda, bisa satu duduk di dalam gereja yang sama. Lalu berbicara mengenai satu kekuasaan yang wilayahnya tidak terbatas, yang tidak punya wilayah kekuasaan, yang mengklaim bahwa seluruh dunia ini adalah milik daripada Kristus, yang berada di bawah pemerintahan daripada Raja Yesus Kristus, dan kerajaanNya adalah kerajaan yang memerintah sampai selama-lamanya dan tidak berkesudahan. Ini adalah realita. Saudara pada waktu melihat sejarah dunia, Saudara pada waktu melihat sejarah yang Alkitab nyatakan, Saudara nda mungkin akan bisa mengerti sejarah dunia tanpa kembali kepada Alkitab karena apa yang dicatat oleh Alkitab itu adalah satu realita yang sungguh-sungguh terjadi di dalam dunia ini. Satu realita yang Tuhan bukakan bagi kita untuk bisa melihat apa yang terjadi dalam sejarah dunia, kenapa seperti ini. Walaupun mungkin kita tidak terlalu jelas, tetapi paling tidak kita mengerti, semua kejahatan itu karena manusia sudah jatuh ke dalam dosa. Semua peperangan itu bukan karena Allah menghendaki peperangan, tapi kejahatan yang dalam hati manusia yang ingin menguasai, ingin menaklukkan, merasa lebih hebat dari bangsa lain, yang ingin mengalahkan mereka dan memperbudak mereka, itu yang membuat terjadinya peperangan di dalam dunia ini.
Nah Saudara, kalau kita tidak mengerti apa yang Alkitab nyatakan dan bukakan, saya yakin kita akan jatuh di dalam pengertian yang kabur, yang samar-samar, yang berusaha mencari arti daripada peristiwa-peristiwa dalam sejarah ini, tetapi kita tidak bisa menemukan arti tersebut daripada sejarah yang kita gali di tengah-tengah dunia ini. Itu sebabnya di dalam ayat 9 Paulus berbicara di dalam pasal yang ketiga itu, untuk menyatakan apa yang menjadi isi tugas penyelenggaraan, rahasia yang telah berabad-abad tersembunyi dalam Allah yang menciptakan segala sesuatu. Paulus dipanggil untuk memberitakan apa yang tersembunyi dalam diri Allah. Rahasia itu yang telah berabad-abad tersembunyi. Tetapi Saudara, rahasia ini adalah satu rahasia yang Alkitab katakan hanya diberikan kepada gereja, adalah sesuatu rahasia yang tidak diberikan kepada dunia ataupun kepada malaikat penguasa pemerintahan yang ada di sorga. Saudara, ini adalah satu berita penting sekali. Tetapi berita yang begitu penting sekali Tuhan percayakan ke dalam gereja. Hanya ke dalam gereja saja. Jadi malaikat-malaikat di sorga, mereka ndak memahami apa yang menjadi rencana Tuhan. Setan-setan tidak mengetahui apa yang menjadi rencana Tuhan untuk mempersatukan orang-orang Yahudi dan orang-orang non-Yahudi di dalam satu Tubuh, yaitu Yesus Kristus melalui salib daripada Yesus Kristus. Ini adalah berita yang hanya diberikan kepada gereja. Dan gereja adalah satu Tubuh daripada Kristus di mana Tuhan nyatakan secara langsung kebenaran ini melalui nabi-Nya, melalui rasul yang Dia panggil, terutama rasul Paulus tersebut, sehingga kita bisa memahami rencana kekal Allah di dalam gereja atau di dalam kehidupan daripada diri kita. Kalau pemerintah-pemerintah, penguasa-penguasa di sorga, yang merupakan malaikat-malaikat dan setan itu, bagaimana mereka mengerti? Paulus berkata, mereka kalau mau mengerti, mereka tidak mungkin bisa mengerti dengan usaha dan kemampuan mereka dan kecerdasan mereka sendiri. Dan Allah juga tidak pernah membukakan semua kebenaran itu bagi mereka. Nah ini bicara mengenai keterbatasan dari dunia roh atau malaikat dan setan yang ada di dalam dunia ini. Kita jangan pikir mereka maha tahu. Mereka ndak maha tahu. Tapi mereka juga harus belajar dan meneliti, dan terutama dalam poin ini, mereka harus melihat kepada gereja dan mengetahui dari gereja mengenai kebenaran yang Tuhan kerjakan di dalam dunia ini, di dalam Yesus Kristus tersebut.
Jadi Saudara, ini adalah hal yang menyatakan satu kebesaran daripada karunia Tuhan di tengah-tengah dunia ini. Pada waktu kita melihat kepada gereja yang dipersatukan tersebut di dalam Yesus Ktistus, maka kita bisa melihat cinta kasih Tuhan sungguh-sungguh ada di tengah-tengah dunia ini. Manusia berdosa yang selama ini tidak bisa dipersatukan satu dengan yang lain bisa sungguh-sungguh dipersatukan di dalam tubuh Kristus, kenapa? Karena ini adalah suatu gambaran damai yang Tuhan karuniakan di dalam orang yang ada di dalam Kristus, yang tidak mungkin bisa dicapai oleh orang-orang dunia walaupun mereka mengejar damai itu dengan kekuatan mereka sepenuhnya, tetapi hanya bisa dicapai oleh Yesus Kristus. Tetapi ada hal yang lebih penting lagi, pada waktu kita melihat ada kesatuan di dalam gereja antara Yahudi dan non-Yahudi, multi-bangsa tersebut, atau multikultural tersebut, maka kita bisa melihat ini adalah satu tanda atau jaminan bagi gereja untuk bisa dipersatukan dengan Kristus sungguh-sungguh di dalam kekekalan nanti. Kenapa begitu? Karena setan berusaha menghancurkan pekerjaan Tuhan ditengah-tengah dunia ini, tetapi ketika terjadi persatuan di antara Yahudi dan non-Yahudi, itu menyatakan kuasa setan gagal di dalam melawan kuasa Tuhan, untuk mempersatukan kedua bangsa ini dan ini membuat ketika kita melihat pada gereja yang sampai hari ini.Kuasa setan tidak bisa memecah itu, walaupun ada bagian-bagian yang dimana orang-orang Kristen mau dipakai setan untuk memecah gereja, tetapi tetap gereja ada di dalam pemeliharaan Tuhan, sampai kapan? Sampai kedatangan Kristus yang kedua kali, dan dari situ kita bisa melihat kuasa Tuhan akan menjamin, menjaga keutuhan dari Tubuh-Nya, memperkembangkan keutuhan dari Tubuh-Nya sampai Yesus Kristus datang kedua kali dan kita masuk ke dalam kekekalan. Saudara, jadi ini adalah hal-hal yang kita bisa lihat daripada gereja, mereka bisa pelajari daripada gereja, atau dunia bisa ketahui daripada gereja.Kalau mereka ingin mengetahui rencana Tuhan dari penciptaan sampai akhir zaman, kalau mereka ingin mengetahui akan kasih Kristus, apa yang menjadi rencana Kristus datang dalam dunia ini, mereka nda bisa datang ke setan, mereka nda bisa datang ke malaikat, mereka nda bisa datang kepada buku-buku dalam dunia, mereka harus datang ke dalam gereja orang-orang percaya, dari situ baru mereka bisa menemukan segala kebenaran yang Tuhan telah nyatakan, bukakan bagi manusia yang berdosa.
Nah Saudara, itu sebabnya, kita bisa katakan gereja adalah titik fokus daripada sejarah dunia ini. Namun pada waktu kita berkata”gereja adalah titik fokus dari sejarah dunia ini,” kita nda boleh jatuh ke dalam sikap sombong dan tinggi hati. Kita nda boleh kemudian berkata, “wah kalau begitu gereja menjadi sentralitas dari segala sesuatu, gereja adalah suatu tubuh yang begitu penting sekali, orang-orang Kristen begitu utama sekali ditengah-tengah dunia ini,” sehingga mereka merasa di atas daripada bangsa-bangsa yang lain. Ini adalah hal yang salah, karena pada waktu kita berkata, “gereja adalah titik fokus dari sejarah dunia,” kita jangan lupa, bisa jadi titik fokus itu, itu karena gereja ada di dalam titik fokus daripada karya Kristus bagi dunia ini atau bagi manusia yang berdosa.Hanya karena Kristus mau datang ke dalam dunia, hanya karena Kristus telah melihat orang-orang berdosa, yang telah dipilih oleh Bapa dan diberikan kepada diri-Nya, hanya karena Kristus mau menebus dosa-dosa daripada orang-orang berdosa ini atau kita, maka kita bisa jadi titik fokus daripada sejarah dunia ini. Tanpa Kristus maka gereja tidak mungkin bisa berperan di dalam sejarah ini.Kalau gereja sampai membuang Yesus Kristus dalam dunia ini maka dia tidak lagi menjadi gereja, maka dia tidak mungkin lagi menjadi terang bagi dunia ini, maka gereja tidak mungkin lagi menjadi garam bagi dunia ini.Jadi sentralitasnya tetap pada Kristus, yang harus ditinggikan oleh gereja adalah Kristus dan karya daripada penebusan yang Dia lakukan di dalam dunia ini bagi diri kita.
Nah ini yang pada waktu Paulus melihat kepada kebenaran ini lalu membandingkan kepada dirinya dan dia meresa dirinya dipanggil oleh Tuhan sebagai rasul Yesus Kristus untuk memberitakan kabar ini kepada dunia. Paulus melihat ini adalah satu karunia yang begitu terhormat sekali, begitu berharga sekali yang dia harus betul-betul pelihara dengan baik, yang dia harus taati dengan baik dan jalankan itu dalam kehidupan dia.Dan dia juga melihat dia hanyalah sekedar sebagai saluran daripada anugerah Allah bagi manusia yang berdosa. Saudara, kita bukan yang menjadi intinya tapi kita hanya ‘saluran’ itu, seperti selang, kita bukan airnya, kita adalah yang membawa anugerah itu kepada manusia yang berdosa di tengah-tengah dunia ini. Nah karenanya Saudara, gereja itu adalah suatu tempat atau rumah atau pribadi yang Tuhan percayakan harta iman yang benar-benar berharga sekali, yang benar-benar mulia sekali, yaitu Yesus Kristus sendiri atau injil di dalam kehidupan daripada diri kita. Nah ini adalah hal yang perlu kita bagikan kepada orang-orang yang ada di dalam dunia ini.
Saudara, kita jangan lupa kalau kita mendapatkan suatu kehormatan yang besar sekali dalam kehidupan kita, jangan lupa tanggung jawab yang ada di balik daripada kehormatan itu juga tidak kalah besarnya. Saudara kalau dipercayakan sesuatu yang kecil, maka tanggung jawab Saudara akan kecil, tetapi pada waktu kepercayaan itu makin tambah, makin tambah, misalnya gaji Saudara makin besar, makin besar, posisi Saudara dalam perusahaan itu makin besar, makin tinggi dan makin tinggi, pasti tuntutan perusahaan itu terhadap tanggung jawab Saudara, terhadap pekerjaan Saudara makin lama makin besar. Pada waktu Alkitab berkata kita adalah satu-satunya, yang dipercayakan di dalam dunia ini akan harta rohani yang begitu limpah dan berharga sekali yang Tuhan sudah sembunyikan berabad-abad, tapi kemudian itu hanya dibukakan bagi gereja, tidak pada yang lainnya, tidak pada dunia, tidak bagi manusia berdosa yang lain, hanya bagi gereja, itu berarti tanggung jawab kita sangat besar sekali. Karenanya, Petrus di dalam 1 Petrus 4:17 berkata pada waktu penghakiman Tuhan tiba, penghakiman itu tidak dimulai daripada orang-orang dunia tapi penghakiman Allah itu akan dimulai daripada gereja Tuhan, pertama-tama dari rumah Tuhan. Pada waktu Yakobus berbicara mengenai guru, maka di situ Yakobus berkata, “jangan banyak orang menjadi guru,” bukan kita tidak boleh menjadi guru, tetapi kita perlu pertanggung-jawabkan apa yang kita ajarkan, jangan sembarangan mengajar sesuatu karena guru akan dituntut lebih besar pertanggungjawabannya daripada orang-orang yang diajar oleh dia. Nah ini akan menyatakan guru akan dituntut, orang-orang yang diajar juga akan dituntut. Saudara jangan pikir, sebagai orang yang menerima saja Saudara bisa menerima begitu saja tanpa difilter.Ketika kita menerima tanpa difilter maka itu menjadi tanggung jawab kita untuk dipertanggung-jawabkan di hadapan Tuhan Allah pada hari penghakiman nanti.
Jadi Saudara, gereja memiliki responsibility yang begitu besar, begitu berat sekali di tengah-tengah dunia ini, tapi pada waktu kita melihat pada tanggung jawab yang begitu berat sekali, bagaimana sikap kita, bagaimana respon kita di tengah-tengah dunia ini? Saya percaya kita harus menjadi seperti Paulus di dalam meresponi kebenaran tersebut, yaitu melihat itu sebagai hal yang terhormat dan melihat itu sebagai sesuatu yang merupakan tanggung jawab yang kita perlu salurkan kepada bangsa-bangsa yang lain, melalui kehidupan kita ini.Barang siapa menahan kebenaran itu maka kita juga akan ditahan berkatnya daripada Tuhan Allah, barang siapa menyalurkan berkat itu kebenaran itu bagi bangsa lain atau manusia yang lain yang belum pernah mendengarnya, Tuhan akan memberkati orang tersebut. Saudara, ini adalah konsekuensi dibalik daripada satu tanggung jawab besar yang Tuhan percayakan bagi kehidupan kita. Saudara masih ingat di dalam perumpamaan talenta, 5, 2, dan 1. 5 mengusahakan 5, jadi 10; 2 mengusahakan 2, jadi 4; 1 tidak mengusahakan sama sekali.Ini bicara mengenai di dalam kita melayani Tuhannda boleh ada persaingan, yang penting adalah kita bertanggung jawab terhadap talenta yang Tuhan karuniakan bagi kita masing-masing.Nda usah lihat kiri-kanan, mereka bisa bekerja lebih besar dari kita, mereka lebih besar dari kita mungkin tapi kalau mereka tidak mencapai, mereka akan dituntut berdasarkan apa yang mereka tidak capai, kita pun akan dituntut hal yang sama dalam kehidupan kita, karena itu jangan komparasi, kerjakan, gali talenta itu dan kerjakan dengan sebaik mungkin dan bertanggung jawab di hadapan Tuhan, masing-masing di hadapan Tuhan Allah. Tapi pada waktu si 1 talenta itu tidak mengusahakan talentanya dengan baik, Tuhan kemudia memanggil dia, lalu berkata apa? Hamba yang jahat ini, talentanya diberikan kepada yang banyak talenta, lalu yang tidak memiliki talenta ini dihukum oleh Tuhan Allah. Lalu di situ ada satu kalimat yang Tuhan Yesus katakan, “siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi. Siapa yang tidak mempunyai, daripadanya akan diambil.” Saudara, bukan bicara mengenai keselamatan kita itu bisa hilang, tetapi saya mau kaitkan ini keselamatan dalam pengertian ketika kita bisa membagikan kasih kepada orang lain, itu berarti kita mendapatkan kasih terlebih dahulu, orang yang ndabisa memberi suatu harta bagi orang miskin, berarti dia seumur hidup adalah orang yang miskin walaupun hartanya banyak, dia belum pernah mendapatkan suatu kelimpahan di dalam hatinya, bagaimana dia bisa bagikan kepada orang lain?
Makanya di dalam perumpamaan mengenai hal pengampunan itu Tuhan Yesus berkata ada seorang, misalnya, berhutang 10 juta dollar lalu dia mendapatkan pengampunan dari raja. Walaupun dia mengatakan, “aku berusaha bayar,” raja tahu dia nggak mungkin bisa bayar, bagaimana bisa bayar, seumur hidup pun nggak mungkin bayar hutang sebanyak itu. Akhirnya minta pengampunan, raja itu berikan pengampunan yang lebih besar dari harapan dia. Dia ingin penghapusan itu banyak, raja bilang, “nggak, saya hapus semua hutangmu itu dan aku berikan pengampunan ini bagi diri engkau.” Tetapi pada waktu dia keluar, bertemu dengan sahabatnya yang hanya mungkin berhutang beberapa ratus dollar, dia langsung tangkap orang itu, dia masukkan ke penjara, dia siksa orang itu sampai orang itu bayar lunas. Lalu teman dari orang ini ketika melihat tindakan itu datang kepada raja, “tahu nggak, hamba yang sudah kamu ampuni 10 juta dollar itu dia sekarang menyiksa orang yang merupakan temannya sendiri yang hanya hutang begitu kecil, sampai orang itu bayar dan lunas.” Raja ini begitu marah, panggil orang itu datang, lalu dia bilang, “hai hambaku, kenapa kamu berlaku dengan kejam sekali pada orang yang berhutang kecil, bukankah aku sudah mengampuni hutangmu yang 10 juta dollah itu? Kenapa hanya beberapa ratus dollar kamu nggak bisa ampuni dan hapuskan itu? Maka sekarang engkau akan kumasukkan ke dalam penjara dan dihukum.”
Saudara, kalau kita adalah orang yang sudah mendapatkan pengampunan Tuhan, kita pasti bisa membagikan pengampunan itu. Kalau kita sudah mendapatkan kasih Tuhan, kita pasti bisa membagikan kasih itu dalam kehidupan kita, itu maksudnya. Tetapi kalau kita tidak bisa bagikan kasih itu, bukan hanya kasih itu diambil tetapi memang kita tidak pernah mendapatkan kasih dan pengampunan itu sebelumnya dalam kehidupan kita. Nah ini yang dimaksudkan oleh Yesus Kristus pada waktu berbicara mengenai talenta dan juga mengenai pengampunan tersebut. Saudara, bagaimana kita melihat kepada kesempatan pelayanan yang ada di depan mata kita? Pada waktu kita melihat kesempatan untuk mengajar firman Tuhan, apa respon kita? Pada waktu kita melihat kesempatan untuk bisa menyanyi memuji Tuhan melalui talenta, karunia kita, apa respon kita? Pada waktu kita melihat ada satu kesempatan untuk bisa berkunjung bagi orang-orang yang kekurangan atau dalam kesulitan, menghibur mereka, memberi kekuatan, apa yang menjadi respon kita? Pada waktu kita melihat pada waktu yang Tuhan berikan, karunia itu bagi kehidupan kita, misalnya kesempatan untuk membagikan injil bagi dunia ini, apa yang menjadi respon kita? Saudara, apakah kita melihat semua itu sebagai suatu hal yang merupakan tanggung jawab yang berat dan membebankan hidup kita atau kita melihat itu sebagai suatu kesempatan yang terhormat, yang perlu kita ambil dan kita pegang dan kita lakukan baik-baik dalam kehidupan kita? Sayang sekali Saudara, di dalam gereja kesempatan pelayanan masih besar tetapi untuk bisa melibatkan orang mereka biasanya lebih suka berpikir bebannya daripada sukacita dan kehormatan yang ada di balik tanggung jawab tersebut. Nah ini adalah hal yang saya harap kita perlu gumulkan kembali sebagai orang-orang yang sudah ditebus oleh Kristus ketika melihat setiap kesempatan pelayanan yanng Tuhan percayakan ada di depan mata kita, bagaimana kita bisa memegang itu dan lakukan itu dengan sebaik mungkin dalam kehidupan kita.
Saudara, dari pada kebenaran ini, bahwa Kristus adalah yang menjadi sentral, gereja adalah titik fokus dari sejarah di dalam dunia ini, Paulus kemudian masuk ke dalam ayat yang ke-12. Di dalam ayat 12 dikatakan, “di dalam Dia kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepadaNya.” Saudara, saya lihat ini adalah hal yang bersifat aplikatif, praktika di dalam kehidupan orang Kristen. Di situ dikatakan “kita beroleh keberanian dan jalan masuk,” setelah apa? Setelah kita mengetahui pekerjaan Kristus dalam kehidupan gereja, setelah kita tahu bahwa rencana penebusan Kristus itu adalah sesuatu yang sudah disusun dari dalam kekekalan, satu hal yang berharga dan begitu berarti sekali dalam kehidupan kita, baru di situ Paulus berkata sekarang kita memiliki keberanian, jalan masuk ke dalam hadirat Tuhan. Ini berarti antara doktrin, pengajaran dengan praktika itu adalah hal yang berkaitan erat sekali. Saudara jangan pikir doktrin dengan praktika itu adalah dua hal yang bisa dipisahkan di dalam kehidupan kita. Ada orang-orang yang berkata seperti ini ya, “bagianku adalah bicara mengenai doktrin, bagianku adalah bicara mengenai teologi dan perdebatan yang ada di dalam teologi, aku mencintai itu sehingga aku menghabiskan seluruh waktuku demi untuk mempelajari teologi dan doktrin dan berbicara mengenai teologi dan doktrin.” Tapi Saudara, di dalam dia berbicara kita nda lihat suatu perubahan hidup di dalam kehidupan dia, kita nggak lihat suatu sukacita dalam hatinya untuk mennghampiri Tuhan, kita nggak lihat ada suatu kasih dalam kehidupannya untuk mengasihi saudara yang lain, kita nda lihat suatu kerinduan dalam hatinya untuk mau datang kepada Tuhan untuk berdoa di hadapan Tuhan, kita nda lihat ada satu aspek perubahan yang terjadi di dalam kehidupannya melalui doktrin yang dia ketahui melalui setiap aspek yang ada dalam kehidupan dia. Saudara, ini adalah orang yang di salah satu pihak yang hanya bicara mengenai doktrin, “yang harus dipraktekkan nda perlu, nda penting, yang penting saya tahu mengenai firman Tuhan.” Memang Saudara, doktrin itu penting, iman harus disertai dengan pengetahuan dan bagian dari pada intelektual yang Tuhan karuniakan dan cipta dalam kehidupan kita, tapi itu bukan berarti kita bisa mengabaikan praktika.
Tapi di sisi lain ada orang-orang yang berkata, “kami hanya berfokus dalam praktek, praktika hidup, aplikasi dari pada pelayanan. Orang-orang kelompok pertama adalah orang-orang yang hanya bicara mengenai pengetahuan tetapi kami yang bicara mengenai praktek saja, kami nda butuh doktrin sama sekali.” Saudara tahu nggak, ketika orang kelompok kedua ini bicara hal ini dia sebenarnya sedang jatuh dalam kesalahan yang sama seperti kelompok pertama, sama-sama berat sebelah dan tidak memikirkan suatu keseimbangan antara doktrin dan kehidupan Kristen itu seperti apa. Saudara, di dalam 2 Timotius 2:15 Paulus bicara seperti ini, “Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu.” “Usahakanlah” itu di dalam bahasa Yunani adalah ”spoudazō.” “spoudazō” di dalam LAI diterjemahkan sebagai “usahakanlah” tapi dalam terjemahan Bahasa Inggris itu lebih tepat adalah “be zealous.” “Be zealous” artinya apa? Ada yang bilang “berapi-apilah bagi Tuhan.” Berapi-apilah, semangatlah, terbakarlah bagi Tuhan supaya engkau layak di hadapan Tuhan. Pertanyaannya adalah dalam hal apa kita harus berapi-api dan terbakar supaya kita bisa layak di hadapan Tuhan? Apa yang harus kita lakukan? Baca dong, apa? “Berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu.” Jadi Saudara, Paulus sedang berbicara kepada Timotius dan orang-orang yang ada di dalam jemaat yang Timotius layani untuk mempercayakan perkataan kebenaran itu kepada mereka yang bisa mengajar, tapi disini Paulus berkata, “engkau harus berapi-api menjaga perkataan kebenaran itu dan memberitakan perkataan kebenaran itu, baru engkau bisa layak di hadapan Tuhan.” Berarti kalau kita ingin layak di hadapan Tuhan, pengajaran nda boleh diabaikan, nda boleh disingkirkan dan dianggap tidak penting, doktrin harus disampaikan kepada jemaat, umat Tuhan, supaya mereka bisa mengetahui kebenaran Tuhan dalam kehidupan mereka, dan itu membuat kita bisa layak di hadapan Tuhan.
Dan Saudara, bukan hanya itu, ketika kita kembali kepada Surat dari pada Para Rasul Saudara bisa temukan mereka nda hanya bicara praktika, praktika, praktika, tetapi Surat-surat mereka selalu terbagi antara doktrin dan praktika, selalu berkaitan. Misalnya di dalam scope yang lebih kecil, Surat Efesus, Saudara pada waktu membaca pasal 1,2,3,4, Saudara akan mendapatkan doktrin yang begitu ketat sekali, yang begitu limpah dan kaya sekali. Tapi begitu Saudara masuk ke-5 dan ke-6, kita akan menemukan bagaimana praktika hidup orang Kristen yang didasarkan dengan doktrin yang sudah dibahas di dalam pasal 1 sampai pasal yang ke-4. Itu berarti apa? Kalau Saudara ingin memiliki satu kehidupan yang limpah, yang kaya di hadapan Tuhan, Saudara nggak bisa bilang, ‘Saya hanya bagian praktek, saya hanya bagian daripada doktrin.’ Saudara akan memiliki kehidupan yang miskin di hadapan Tuhan Allah. Kalau ingin limpah, ingin kaya, ingin diberkati dengan sepenuhnya, tekuni semua kebenaran tersebut dalam kehidupan kita. Kalau kita bicara mengenai scopeEfesus, itu berarti ada 6 pasal di situ. Kalau Paulus berkata, ‘Engkau harus berapi-api dengan memberitakan dan berterus terang mengajarkan firman kebenaran itu seutuhnya.’ Berarti, kita boleh milih: saya hanya pasal 1-4, atau pasal 5-6 saja. Tidak bisa kan? Itu berarti kita memilih-milih kebenaran. Lalu kita tidak berterus terang memberitakan perbuatan kebenaran itu seutuhnya, semuanya, bagaimana kita bisa menjadi orang yang berkenan di hadapan Tuhan? Maka ada satu pengkhotbah berkata, ‘Ketika kita memilih, sebenarnya kita bukan sedang masuk ke dalam satu berkat, tapi kita mungkin sedang menantikan hukuman dan kutukan daripada Tuhan Allah. Saudara, ini adalah hal yang saya harap menjadi satu penekanan dalam kehidupan kita, perhatian utama dalam kehidupan kita, membandingkan, menjaga keseimbangan antara kebenaran doktrin, pengetahuan firman dengan satu kehidupan yang mentaati atau meresponi daripada doktrin yang kita kenal atau kita ketahui dalam hidup kita.
Nah di dalam bagian ini, ayat 12 pasal yang ke-3, surat Efesus, Paulus berkata, “Karena kita mengetahui semua doktrin itu, itu yang membuat kita memiliki kebenaran untuk masuk ke hadapan Tuhan.” Berarti, kalau Saudara tidak mengenal doktrin itu dengan baik, mungkinkah kita akan memiliki keberanian untuk masuk ke dalam hadirat Tuhan? Saya yakin seumur hidup kita akan hidup dalam satu keraguan, bahwa kita adalah orang percaya yang sudah dikaruniakan satu keselamatan, satu akses kepada Tuhan secara langsung. Bagaimana kita bisa memiliki keberanian? Tidak mungkin kita bisa memiliki keberanian itu, tidak mungkin kita memiliki satu kepercayaan diri untuk bisa menghadap Tuhan kalau kita tidak mengerti apa yang Tuhan sudah kerjakan dalam kehidupan kita sebelumnya. Jadi ini adalah hal yang kita tidak boleh abaikan sama sekali, belajar firman, mengerti firman sebaik mungkin, seketat mungkin seperti yang Tuhan kehendaki untuk kita ketahui dalam kehidupan kita.
Nah Saudara, saya lanjutkan, Paulus berkata, ‘Kita memiliki keberanian untuk menghampiri Tuhan Allah.’ Kita memiliki satu jalan masuk, kita memiliki satu kepercayaan diri untuk datang kepada-Nya. Sebelum kita bahas ini, ada satu hal yang ingin saya sampaikan. Kepercayaan diri itu selalu merupakan hasil dari sebuah proses. Misalnya ambil contoh seperti ini, Saudara bisa naik sepeda? Jago nggak? Yakin kalau dikasih sepeda langsung bisa jalan, begitu? Bisa nggak? Kenapa bisa begitu yakin? Tapi ada orang ya, dikasih sepeda, pegang duduk sepeda, cuma taunya dorong-dorong, gayuhnya sedikit-sedikit, yang pendek-pendek jaraknya. Kenapa bisa begitu ya? Kenapa ada yang begitu percaya diri, ada yang begitu takut? Pasti adalah yang percaya diri karena dia sudah melalui proses belajar kan, proses melalui kesulitan itu, sehingga dia bisa. Dari awal mula mungkin dipegangin, lalu sekali-kali dilepasin, ‘Eh, saya bisa ya?’ Dari jarak pendek, makin lama makin panjang, makin panjang, makin panjang, sehingga dia tidak perlu dipegang lagi, dia bisa ngayuh seperti itu, dan bisa ngebut, cepat lagi. Ada satu kepercayaan diri, karena dia sudah melalui proses pelatihan tersebut, disiplin itu dalam kehidupan dia. Tapi yang nggak terlatih, nggak belajar, dia nggak mungkin bisa punya keyakinan untuk melakukan hal itu dalam kehidupan dia. Jadi Saudara, kepercayaan diri adalah sesuatu hasil dari sebuah proses. Tanpa itu kita tidak mungkin bisa capai.
Nah kenapa saya kaitkan ini? Karena ketika kita berbicara mengenai akses kita kepada Tuhan Allah, yang lebih nyata adalah dalam kehidupan orang Kristen, pertama memang berbicara mengenai keselamatan yang kekal, yang kita bisa dapat di dalam Tuhan, tidak perlu ada perantara lain, Kristus satu-satunya perantara tersebut. Tetapi juga berbicara mengenai akses kita di dalam dunia ini kepada Tuhan, yaitu melalui doa. Pada waktu kita berdoa di hadapan Tuhan, Alkitab bilang, ‘Kita bisa sungguh-sungguh yakin dan berani dan percaya diri langsung datang kepada Tuhan, tidak perlu takut ditolak, tidak perlu takut diusir dari hadapan Tuhan atau tidak diterima permohonan kita. Kita bisa minta itu dengan jelas, langsung kepada Tuhan, karena apa? Pertama, kita memiliki Kristus. Kedua, kita memiliki disiplin di dalam berdoa.
Saya bahas pertama dulu ya. Pada waktu kita menghampiri Kristus, Alkitab berkata, eh (dikoreksi) menghampiri Bapa, Alkitab berkata, ‘Kita tidak mungkin bisa menghampiri Bapa atau Allah yang suci, tanpa melalui Yesus Kristus, satu-satunya yang membuat kita bisa memiliki confidence untuk berdoa dan diterima oleh Tuhan, karena kita menaikkan doa kita di dalam nama Tuhan Yesus. Nah saya agak heran dengan orang-orang Kristen yang kalau berdoa itu nggak suka mengakhiri “dalam nama Yesus Kristus”. Saya nggak tahu kenapa, mungkin karena bagi mereka, doa itu adalah sesuatu yang universal, umum, semua orang bisa lakukan. Begitu dia pejamkan mata, dia berdoa, dia berbicara, dia langsung memanggil nama Tuhan, dia langsung menyebut nama Tuhan dan sedang berbicara kepada Tuhan Allah. Makanya dia, doa itu adalah hal yang mudah, yang cukup diakhiri dengan “Amin” dan memanggil nama Tuhan Allah dan tidak perlu ada nama Yesus yang disertai di dalam doa tersebut. Atau ada orang yang juga berkata, mungkin karena ketika dia menjadi anak Tuhan, maka dia adalah orang yang sudah dikenal oleh Bapa-nya di sorga. Karena itu, ketika dia berdoa, dia kemudian nggak perlu bicara “dalam nama Kristus Yesus” tapi doanya pasti didengar oleh Bapa. Karena apa? Pribadi, identitasnya adalah identitas sebagai anak Tuhan. Makanya nggak perlu berbicara mengenai “dalam nama Yesus” lagi ketika mereka berdoa. Hanya Saudara, saya tetap percaya, “dalam nama Yesus” itu adalah komponen yang penting sekali, yang harus ada di dalam doa kita. Kenapa begitu penting? Karena Alkitab bicara, dari Perjanjian Lama sampai Perjanjian baru, secara konsisten sekali, “Tidak ada seorang pun yang bisa menghadap Allah kalau dia tidak memiliki perantara.” Misalnya dalam Perjanjian Baru, Yesus berkata, “Akulah jalan, kebenaran, dan hidup, tidak ada seorang pun yang dapat sampai kepada Bapa tanpa melalui Aku.” Misalnya di dalam 1 Timotius 2:5, Yesus berkata, “Karena Allah itu Esa, maka Esa pula yang menjadi perantara antara Allah dengan manusia itu, manusia Kristus Yesus. Di dalam Yohanes, Yesus berkata, “Barangsiapa berdoa di dalam Nama-Ku, maka dia akan mendapatkan.” Jadi nama itu begitu penting sekali. Tapi Perjanjian Lama bagaimana? Saudara jangan lupa, di dalam Perjanjian Lama, ketika orang mau menghadap Tuhan, Alkitab berkata, orang nggak bisa menghadap secara sembarangan. Allah ketika manusia ingin menghadap, Allah bilang kepada Musa, ‘Kamu harus bangun Kemah Suci, kamu harus bangun Bait Allah.’ Lalu Kemah Suci itu bagaimana dibangun? Tuhan kasih semua detailnya kepada Musa di atas gunung Sinai. Semuanya dikasih. ‘Kamu harus bangun selebar ini, sepanjang ini, setinggi ini, dengan kain apa, bahan apa, bagaimana bentuk tabut perjanjian.’ Semuanya dikasih secara detail sekali. Bahkan Tuhan siapkan 2 orang yang benar, memiliki satu karunia di dalam bidang itu untuk mendampingi Musa membangun Kemah Suci tersebut.
Saudara, ini bicara mengenai kalau Tuhan memiliki satu visi keinginan, Saudara nggak usah takut kemampuan untuk bisa melakukan itu, Tuhan pasti karuniakan itu bagi Saudara. Yang penting Saudara melihat itu adalah visi yang Tuhan berikan dalam kehidupan Saudara atau tidak. Tapi di sisi lain, ketika kita ingin beribadah kepada Tuhan Allah, Tuhan berkata, ‘Kamu harus punya rumah, rumah itu bagaimana? Tidak bisa sembarangan. Kamu harus bangun seperti yang Aku inginkan.’ Nanti dalam Perjanjian Baru, rumah itu adalah kita, bukan gereja bangunan ini. Tapi dalam Perjanjian Lama juga Alkitab berkata, ketika kita masuk ke dalam kemah itu, bisa nggak kita langsung masuk ke dalam situ? Nggak kan? Kita harus bawa apa? Korban bakaran, korban penebus salah, korban pengampunan dosa, korban… banyak sekali korban yang Alkitab katakan, yang harus kita bawa ke hadapan Tuhan. Bahkan di dalam ruangan Maha Suci pun, kalau kita mau masuk, Imam besar harus hanya satu kali satu tahun dengan bawa korban darah, baru dia bisa masuk ke dalam ruangan tersebut.Saudara, pertanyaannya adalah, dapatkah kita menghadap Tuhan dengan semau kita sendiri? Dapatkah kita menghadap Tuhan dengan suka-suka kita, dengan sekedar apa yang kita rasakan secara sepihak tanpa perlu mengetahui kebenaran dan duduk di bawah kebenaran yang Tuhan ajarkan. Alkitab bilang, nggak bisa.
Saudara sedang beribadah kepada siapa? Tuhan atau diri? Saudara sedang ingin menyenangkan siapa dalam ibadah, Tuhan atau diri? Kalau Saudara dalam beribadah, Saudara sedang menyenangkan Tuhan, sedang beribadah kepada Tuhan, sedang sujud kepada Tuhan, menghormati Dia, Saudara harus menggunakan cara Dia dan bukan cara kita. Misalnya ambil contoh kayak gini, Saudara datang kerumah saya, berkunjung, boleh nggakSaudara langsung datang masuk misalnya, pakai sepatu jalan sana jalan sini, masuk kamar sini masuk kamar sana, lihat sini lihat sana, kemudian sampai belakang. Saya sih nggak keberatan sih, tapi mungkin ada orang yang keberatan. Pasti nggak bisa kan? Dia pasti ketika datang, dia harus ikuti aturan rumah itu, bukan aturan rumah dia, yang dia bawa masuk ke dalam rumah orang. Pada waktu kita datang kepada Tuhan, kita harus ikut aturan Tuhan karena kita masuk rumah Tuhan, bukan rumah kita. Makanya di dalam ibadah nda bisa sembarangan.Maka Tuhan di dalam hukum Taurat, itu Sepuluh Perintah Allah, ada berikan hukum yang kedua, yaitu jangan menyembah, membentuk patung dalam wujud apapun lalu sujud menyembah kepadanya. Itu adalah cara ibadah, pengaturan cara kita menghampiri Tuhan Allah itu seperti apa, yang nda boleh sembarangan. Di dalam Korintus, dengan hormat dengan tertib bukan dengan kacau balau misalnya, itu adalah bicara mengenai cara ibadah yang harus sesuai dengan apa yang menjadi kehendak Tuhan.Termasuk di dalamnya Yakobus 1:27, “kalau engkau mau memiliki ibadah yang murni maka engkau harus datang kepada fakir miskin, janda-janda yang kekurangan dan hidup terpisah daripada dunia. Itu baru ibadahmu.” Saudara, di dalam Ibrani bilang, “ibadah yang sejati itu adalah di dalam Kristus.” Ini semua adalah satu aturan yang sudah Tuhan berikan dalam Perjanjian Lama. Lalu kalau kita berkata, saya bisa datang kepada Tuhan semau saya sendiri, suka-suka saya, nggak usah di atur dalam satu liturgi tertentu misalnya, mungkinkah kita bisa menghampiri Tuhan? Jawabannya pasti nggak mungkin.
Dan di dalam Perjanjian Lama dikatakan ketika kita bawa korban, korban itu adalah gambaran daripada Kristus, penggenapan yang digenapi oleh Kristus, makanya kita sampai hari ini nda perlu lagi melakukan persembahan korban binatang dalam ibadah kita, karena semuanya sudah digenapi oleh Yesus Kristus. Nah Saudara, kalau begitu pada waktu kita menghampiri Tuhan, Kristus boleh dibuang? Pasti nggak boleh, makanya di dalam Alkitab dikatakan kita berdoa meminta sesuatu, mintalah di dalam nama Yesus Kristus. Dan waktu kita berdoa jangan berpikir, “Oh sekarang saya menjadi anak Allah,” tapi ingatlah kenapa saya menjadi anak Allah, karena Yesus Kristus. Kenapa kita nda mau katakan itu dan saksikan itu kepada manusia? Apakah karena kita terlalu toleransi dengan iman mereka, kita takut menyakiti mereka, sehingga kita berkompromi untuk berbicara hanya mediator satu-satunya Yesus Kristus yang bisa membuat doa kita diterima oleh Tuhan? Saudara, kita hormati orang, orang belum tentu hormati kita. Pluralisme yang baik adalah kalau kita bisa menghormati masing-masing iman di dalam satu bangsa.Kita nda memaksakan, tetapi juga tidak dipaksakan untuk tunduk di bawah apa yang menjadi peraturan agama orang lain, sama-sama menjalankan itu dihadapan Tuhan dan bertanggungjawab di dalam iman masing-masing dan menghormati satu dengan yang lain. Itu baru pluralis yang baik, yang benar.
Nah saya kembali kesini ya, kalau kita ingin menghadap Tuhan, Tuhan sudah berikan satu dasar utama yang sangat mendasar sekali yang nda boleh diabaikan: datanglah kepada Tuhan melalui Yesus Kristus. Itu satu-satunya dasar yang kita harus pegang. Makanya kalau kita nda belajar doktrin bagaimana kita bisa datang kepada Tuhan dengan satu prinsip yang benar? Itu nda mungkin sama sekali. Yang kedua adalah pada waktu kita menghampiri Tuhan dalam kondisi baik mungkin kita bisa menghampiri dengan satu keyakinan, dengan satu kepastian, tapi Saudara, bagaimana kalau kita dalam kondisi yang berdosa,apakah kita ada satu confidence untuk datang kepada Tuhan?Nda usah dosa ya, kadang-kadang kita berlutut saja mau berdoa, rasanya itu nggak terlalu yakin yang kita mau minta itu akan didengarkan oleh Tuhan. Mungkin ada orang seperti ini. Nah Saudara, pada waktu kita melakukan doa, untuk bisa memiliki satu confidence untuk hadap Tuhan, maka yang perlu kita lakukan adalah kita perlu dengan satu ketekunan berdoa di hadapan Tuhan. Belajar, tekun, disipilin, berdoa meminta Tuhan dengan satu keyakinan di hadapan Tuhan, tapi dengan sikap hati bukan memaksa ya. Tapi dengan keyakinan bahwa Tuhan mendengar doa kita dan Tuhan tahu yang terbaik di dalam menjawab doa kita. Itu perlu latihan. Saudara kalau nggak pernah disiplin di dalam berdoa bagaimana Saudara bisa memiliki satu confidence untuk mau datang kepada Tuhan Allah? Ini kaitan dengan tadi yang saya bilang, confidence muncul setelah satu proses latihan, disiplin. Kita nda serta merta memiliki relasi yang baik, Tuhan sudah bukakan jalan itu, tapi sebagai anak dengan Bapak kadang-kadang relasi bisa rusak lho. Itu harus dibangun di antara dua pribadi. Nah kita mau membangun itu atau tidak?
Lalu yang ketiga adalah, pada waktu kita menghampiri Tuhan jangan tergantung dari perasaan dan mood kita. Tadi saya ada singgung sedikit pada waktu kita berlutut, Saudara kadang rasanya bagaimana? Bisa sukacita bicara dihadapan Tuhan dengan plong? Mungkin kadang berat, sulit mau bicara, males, seperti itu. Tapi pada waktu kita mengalami itu, jangan tergantung mood, kita perlu memaksa diri untuk berdoa, dan berdoa sesuai dengan apa yang Tuhan inginkan. Pada waktu ada suatu suara tuduhan yang mengatakan, “Kamu ngga perlulah doa. Ngapain doa, Tuhan itu apa dengar?” misalnya. Atau “ah capek ah. Maleslah,” dan yang lain-lain, Saudara ingat, doa adalah peperangan. Kita di dalam berdoa ada kuasa iblis yang pasti ingin menghalangi kita menghampiri Tuhan Allah. Satu sarana yang Tuhan sudah buka baik-baik bagi kita, jalan masuk kepada Tuhan, dia pasti nggak senang dan ia pasti ingin cut itu. Karena itu saya bilang, jangan tergantung mood dan perasaan kita, tapi kita harus lawan itu dengan yakin. Berdasarkan apa lawannya? Firman Tuhan.
Nah, kita berikutnya yang keempat, pada waktu kita mengalami kesulitan, kebimbangan karena dosa mungkin, Saudara perlu ingat apa yang Tuhan katakan kepada diri kita. Pada waktu kita merasa nda yakin untuk menghampiri Tuhan karena kita sudah jatuh dalam dosa dan nda layak sama sekali, ingatAlkitab berkata apa? “Kalau kamu percaya kepada Yesus Kristus, kamu pasti sudah diampuni dosanya. Dan kita memiliki satu jalan masuk secara langsung kepada Tuhan Allah.” Pegang itu, yakini itu, katakan kepada diri,“dosaku sudah diampuni. Kristus sudah mengampuni dosaku. Aku memang orang berdosa. Tidak ada orang yang tidak berdosa, tetapi kalau aku sungguh-sungguh datang kepada Tuhan, meminta pengampunan dosa daripada Tuhan. Tuhan pasti ampuni dosaku.” Katakan itu pada diri sendiri, sampai akhirnya kita betul-betul mendapatkan satu keyakikan kembali bahwa kita adalah anak Allah yang memiliki hak akses masuk kepada Tuhan Allah. Dan pada waktu sukacita muncul dalam hati kita, jangan di tahan, langsung ucapkan syukur kepada Tuhan. Karena kebenaran tersebut yang Tuhan sudah berikan karuniakan pengertian dalam hati kita. Saudara ini adalah cara-cara kita untuk melatih diri dalam displin kita berdoa. Nah ingat sekali lagi, tanpa Saudara berdisiplin, Saudara nggak akan mempunyai confidence untuk menghampiri Tuhan Allah. Karena itu kita perlu kembali kepada firman, kembali apa yang menjadi tekanan.
Doktrin harus disertai dengan aplikasi. Saudara sudah tahu kebenaran? Tahu. Tuhan sekarang ingin lihat, engkau sudah sungguh-sungguh tahu kebenaran itu atau belum, melalui apa? Menjalankan itu dalam kehidupan kita. Kiranya Tuhan boleh menolong kita masing-masing. Mari kita masuk dalam doa.
Kami saat ini kembali bersyukur Bapa, untuk setiap kebenaran firman yang boleh Engkau karuniakan bagi kami. Satu kehidupan yang dikaruniakan dengan harta iman yang begitu limpah sekali di dalam Yesus Kristus, yang menjadi satu karunia bagi kami dalam kehidupan kekal maupun kehidupan kami di tengah-tengah dunia untuk bisa datang kepada Engkau sebagai Allah kami yang mencipta, memiliki kami, dan yang menopang kehidupan kami, dan yang paling mengerti apa yang menjadi kebutuhan kami dalam kehidupan ini. Kami sungguh bersyukur ya Bapa, tanpa itu kami pasti jalan di dalam suatu kebimbangan, suatu kekhawatiran, suatu ketakutan di tengah-tengah kehidupan yang tidak menentu ini, tetapi karena kami memiliki hak istimewa ini, karunia istimewa ini, kami boleh mendapatkan suatu ketenangan dalam hidup kami karena kami ada bersama dengan Kristus dan di dalam Kristus. Tolong kami masing-masing ya Bapa, untuk belajar menghidupi apa yang menjadi kebenaran firmanMu ini. Dalam nama Yesus Kristus, yaitu Tuhan dan Juruselamat kami yang hidup, kami telah berdoa. Amin.
[Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah]