Ef. 4:2-4
Pdt. Dawis Waiman, M.Div.
Saudara, Kekristenan adalah satu kehidupan yang nyata atau real dalam dunia ini. Perubahan yang terjadi dalam iman Kristen, itu adalah satu perubahan yang bukan bersumber dari kekuatan diri kita sendiri tapi justru bersumber daripada kekuatan Allah dan Roh Kudus yang bekerja di dalam kehidupan kita. Selain daripada kebenaran yang Tuhan ajarkan, Tuhan juga berikan kemampuan dalam diri setiap orang Kristen untuk memiliki kehidupan yang serupa dengan apa yang Kitab Suci ajarkan mengenai kehidupan Kristen itu seharusnya seperti apa. Karena itu di dalam kehidupan anak-anak Tuhan, kita harus meninggalkan hal-hal yang bersifat superficial, kita harus meninggalkan hal-hal yang bersifat munafik dalam kehidupan kita. Apa yang kita nyatakan di luar, haruslah sesuai dengan apa yang ada di dalam hati kita. Baru dari situ, kita bisa mendapatkan perkenanan daripada Tuhan Allah, karena kita sungguh-sungguh hidup sebagai orang yang diubahkan secara keseluruhan oleh Tuhan Allah dari hati, yang kita nyatakan di luar daripada kehidupan kita. Itu sebabnya sebagai orang Kristen, kualitas hidup kita itu tidak boleh sama seperti orang dunia. Bagi orang Kristen, kita pasti akan memiliki kualitas hidup yang melampaui kualitas daripada kehidupan orang-orang dunia yang belum mengenal Tuhan dalam kehidupan mereka. Dan Paulus pada bagian ini menyatakan bahwa kualitas-kualitas apa yang menjadi ciri khas atau karakter yang dimiliki oleh anak-anak Tuhan. Kalau kita adalah anak-anak Tuhan, kita sungguh-sungguh adalah anak Tuhan yang sudah mendapatkan anugerah daripada Tuhan, maka, Paulus berkata, hal pertama kita pasti memiliki karakter rendah hati. Orang yang memiliki sikap yang rendah hati, bukan sombong, orang yang selalu menjaga kerendahan hati di dalam kehidupannya, ini akan dimiliki oleh anak-anak Allah. Saudara, kapan kita bersikap rendah hati? Paulus berkata, bukan pada waktu tertentu, bukan pada waktu kita kebaktian di gereja, bukan pada waktu kita melayani di gereja, berhadapan dengan orang Kristen di gereja di Hari Minggu, tapi di dalam segala waktu. Kapan itu? Senin sampai Minggu, segala hal yang kita hadapi dalam hidup kita. Hari-hari yang kita lalui, detik-detik waktu yang kita lalui, kita harus selalu menyatakan satu kehidupan yang rendah hati.
Dan Saudara, kenapa? Karena ini menjadi sikap, sifat, atau karakter daripada Kristus sendiri di dalam kehidupan-Nya atau di dalam Pribadi Kristus sendiri. Alkitab banyak sekali menyatakan kebenaran ini. Misalnya saya ambil contoh, pada waktu Yesus menghadapi sesuatu kehidupan yang memulai pelayanannya pertama kali, Alkitab mencatat apa? Pada waktu Dia memulai pelayananNya, ada iblis yang datang mencobai Kristus. Tapi pada waktu iblis datang mencobai Kristus, bagaimana reaksi Yesus ketika menghadapi pencobaan itu? Pada waktu iblis berkata, “Jika Engkau Anak Allah…, jika Engkau Anak Allah… dan jika Engkau Anak Allah…” Itu berarti, ‘Kalau Engkau Anak Allah,’ iblis berkata, ‘Kau pasti punya kuasa yang besar, Kau pasti punya kemampuan untuk melindungi diri-Mu sendiri, untuk melakukan segala sesuatu demi untuk kepentingan diri-Mu sendiri.’ Tapi pada waktu Yesus mendengar cobaan itu, Alkitab berkata, Dia sama sekali tidak pernah mengandalkan kemampuan dan kuasa Diri-Nya untuk kepentingan Diri-Nya sendiri tapi Dia justru menggunakan firman Tuhan, mengandalkan kebenaran firman untuk menghadapi pencobaan yang Dia hadapi di padang gurun tersebut. Saudara, ini adalah saya percaya, sebagai Pribadi Allah, yang punya kuasa yang besar, ketika inkarnasi jadi manusia, yang sama seperti diri kita, Dia menyatakan atau memperlihatkan satu teladan hidup bagaimana seorang manusia ciptaan Tuhan harus hidup mengandalkan kebenaran firman dan kuasa Tuhan untuk menolong hidup dia menghadapi pencobaan. Bukan menghadapi pencobaan dengan kekuatan dan kemampuan diri kita sendiri! Pasti kita gagal!
Selain daripada itu, Tuhan Yesus juga pada waktu ingin memilih rasul, 12 rasul itu, Alkitab mencatat di dalam Injil Lukas: Sebelum Dia memilih 12 rasul menjadi murid Dia, Dia naik ke bukit, Dia berdoa seharian, sepanjang hari, setengah hari itu, sampai kemudian setelah siang hari, setelah Dia berdoa, baru Dia memilih 12 orang murid menjadi murid pengikut Dia. Saudara, ini menunjukkan bahwa setiap keputusan Kristus yang crucial, yang penting, yang berkaitan dengan satu perubahan hidup, mungkin, masa depan, Dia selalu serahkan itu dan bergumul di hadapan Tuhan Allah dan meminta Tuhan Allah memimpin kehidupan Dia. Dia nggak berusaha dengan hikmat-Nya sendiri untuk melakukan itu tapi Dia mengajak kita melihat: kita perlu berdoa di hadapan Tuhan dan meminta pimpinan Tuhan dalam kehidupan kita. Saudara, doa itu harusnya menjadi satu sifat atau pernyataan tentang kerendahan hati di hadapan Tuhan, bukan sebagai sesuatu yang menyatakan kesombongan hati di hadapan Tuhan ataupun di hadapan manusia. Kadang-kadang, kita melihat doa nggak selalu menyatakan sikap kerendahan hati. Tapi doa yang benar, itu adalah satu sikap hati yang merendahkan diri di hadapan Tuhan dan meminta pimpinan Tuhan untuk memimpin kehidupan kita dan menyertai perencanaan yang kita rancangkan sesuai dengan kehendak Tuhan dan bukan kehendak kita yang jadi. Itu adalah doa yang sesungguhnya.
Selain itu, Alkitab juga menyatakan, Yesus bukan hanya mengajar saja tentang kerendahan hati, tapi Yesus sendiri, selain menerapkan kerendahan hati untuk DiriNya sendiri, Yesus sendiri menjadi contoh bagaimana Dia merendahkan diri untuk melayani orang lain. Siapa Kristus? Alkitab berkata, Dia adalah Allah. Filipi berkata, Dia adalah Allah yang setara dengan Bapa. Dia betul-betul adalah Allah yang setara, Allah yang sejati. Tapi pada waktu Dia datang ke dalam dunia, menjadi manusia, saya lihat menjadi manusia saja, itu adalah satu sikap rendah hati luar biasa, karena Dia nggak perlu jadi manusia. Tapi kemudian ketika Dia jadi manusia, apa yang Dia lakukan? Saudara, kalau Saudara menjadi bos besar, punya kekayaan yang besar, punya uang yang banyak, punya jabatan yang tinggi, punya penghormatan dalam masyarakat, Saudara mau nggak di rumah ada pembantu di rumah, lalu Saudara layani dia, beri dia makan, sediakan nasi bagi dia? Saya pikir itu bukan sesuatu yang akan kita lakukan, karena kita bayar orang itu untuk menjadi pelayan kita dan bukan kita yang melayani orang tersebut. Tapi apa yang dilakukan oleh Kristus? Ketika Dia inkarnasi menjadi manusia, Alkitab mencatat, selain daripada Dia melayani ciptaan-Nya, memperhatikan apa yang menjadi kebutuhannya, ketika Dia mau masuk ke dalam hari-hari penghakiman-Nya, setelah itu menjadi dekat, Dia kemudian ambil kain lenan, Dia ambil satu baskom air, lalu Dia keliling satu persatu daripada murid-muridNya, Dia membasuh kaki dari murid-muridNya, menyeka kakinya itu, satu per satu. Saudara, satu sikap yang sangat rendah hati sekali. Walaupun gereja sekarang mungkin ada yang menerapkan cara ini, dan menjadikan cara ini sebagai satu tradisi di dalam gereja. Tapi cara ini, atau tradisi ini sebenarnya bukan sesuatu yang hanya dilakukan pada waktu-waktu tertentu saja. Ini adalah satu sikap kerendahan hati yang harus kita lakukan seumur hidup kita dan selalu kita lakukan kepada orang lain. Melayani orang lain, tidak menganggap kesetaraan kita, yang dengan orang-orang yang penting, sebagai hal yang berharga, untuk tidak melayani orang lain dan ingin dilayani. Tetapi orang yang rendah hati, dia akan merendahkan diri, dia akan melihat apa yang menjadi kebaikan orang lain, lalu dia akan melayani mereka untuk kebaikan orang tersebut.Saudara, Tuhan Yesus sendiri, sudah menjadikan hidup Dia sebagai teladan di dalam hal ini. Dia tidak melihat kekayaan, kemuliaanNya yang besar, karunia yang begitu besar, kuasaNya yang begitu besar, yang tidak terbatas itu, sebagai penghalang untuk merendahkan diri dan melayani manusia atau murid-muridNya dan menjadi contoh melayani mereka di dalam kehidupan Dia. Ini adalah sebuah sikap yang rendah hati.
Saudara, selama kita merasa bahwa kita adalah orang yang penting, saya yakin kita tidak akan mengalami sesuatu sikap yang rendah hati. Selama kita merasa diri kita penting, yang akan terjadi dalam kehidupan kita adalah kita menjadi masalah bagi orang lain. Kita akan membuat masalah dalam kehidupan kita, padahal Alkitab berkata apa? Apakah kita punya signifikansi yang penting dalam kehidupan kita? Saudara saya boleh tanya: Siapa diri Saudara? Apakah Saudara seorang yang penting atau tidak? Apakah Saudara merasa diri Saudara berharga daripada orang lain? Kalau Saudara merasa diri Saudara lebih berharga, lebih penting dari orang lain, itu berarti Saudara akan menuntut orang lain untuk mendengarkan Saudara, terhadap orang lain untuk melayani Saudara, dan bukan Saudara yang melayani orang lain. Kalau itu yang terjadi, saya yakin yang ada adalah masalah, bukan kesatuan, bukan damai, bukan kebaikan bagi satu kehidupan daripada orang lain, tetapi kebaikan bagi kehidupan daripada Saudara sendiri.Alkitab mencatat: kita itu bukan siapa-siapa di hadapan Allah, dan kita memang bukan siapa-siapa, karena Allah mencipta kita dari debu tanah. Saudara, kalau kita ingin banggakan diri, apa yang kita bisa banggakan dalam hidup kita? Mau banggakan kepintaran? Kepintaran dari siapa? Dari Tuhan! Mau banggakan kekayaan? Kekayaan dari siapa? Dari Tuhan. kalau Tuhan ambil hidup kita dan kesehatan kita, semua harta kita pasti habis. Saudara, saya kadang lihat orang-orang tertentu yang Tuhan kasih lihat, kayanya bukan main, mungkin seumur hidup bekerja demi untuk mengejar kekayaan itu. Tapi saya juga lihat rapuhnya bukan main kehidupan daripada orang tersebut. Begitu Tuhan kasih satu penyakit kecil saja, misalnya kanker, seluruh harta yang dia kumpulkan seumur hidup dia itu, habis untuk ngobatin penyakit dia dan dia juga nggak bisa disembuhkan.
Saudara, mau kita sombongkan apa? Kekayaan kita? Kemampuan kita mencari uang? Kemampuan kita menjaga kesehatan kita? Nggak ada. Semua itu adalah karunia Tuhan dalam kehidupan kita, termasuk di dalamnya adalah kehidupan kekal, sesuatu yang menyatakan hidup selama-lamanya, satu harta yang sangat berharga sekali, yang nggak mungkin bisa dibayar oleh apapun yang kita mliki dalam dunia ini. Itupun Alkitab katakan, dikaruniakan Tuhan bagi diri kita. Kalau begini, apa yang menjadi hal yang berarti? Adakah sesuatu yang penting dalam hidup kita, yang kita perlu banggakan, tinggikan daripada orang lain, atau bahkan di hadapan Tuhan? Saya yakin nggak ada sama sekali. Karena itu, Saudara, pada waktu kita mulai menyadari siapa kita sesungguhnya, nilai diri kita di hadapan Tuhan secara benar, secara tepat, saya yakin yang muncul bukan kesombongan tapi justru kerendahan hati di hadapan Tuhan dan kerendahan hati untuk mau melayani dan mendahulukan kepentingan orang daripada kepentingan diri kita sendiri. Ini adalah sikap pertama yang Tuhan nyatakan dalam kehidupan pelayanan Dia bagi kita di tengah-tengah dunia ini, dan ini juga adalah sikap yang harusnya ada di dalam diri setiap anak-anak Tuhan, karena kita adalah orang-orang yang ditebus untuk menjadi anak Tuhan, sedangkan Kristus adalah Anak Tuhan yang sejati, satu-satunya yang Tunggal itu, dan karenanya kita perlu bertumbuh menuju karakter Kristus dalam kehidupan kita. Itu yang pertama.
Yang kedua, karakter yang Alkitab katakan adalah kelemah lembutan. Saudara, Yesus sendiri berkata, “Aku adalah lemah lembut dan rendah hati, belajarlah dari pada-Ku sifat ini.” Pada waktu kita bicara mengenai kelemah lembutan, saya percaya ini adalah satu sikap yang melembutkan hati, tidak mengeraskan hati di hadapan Tuhan Allah dan kebenaran dari pada Tuhan. Tetapi di sisi lain, kita juga memiliki suatu kekuatan yang besar untuk mempertahankan kebenaran yang kita hidupi, yang kita ketahui itu adalah kebenaran dari pada Tuhan Allah, dan kita tidak mau menyerah terhadap kondisi atau keadaan dan lingkungan yang ada di sekitar kita. Jadi pada waktu kita melihat kebenaran, kita melihat keadaan dari pada sekitar kita, kita melihat pada diri kita sendiri seperti apa dan itu adalah sesuatu yang tidak sesuai dengan kebenaran Firman, apa yang kita lakukan? Kita yang rendah hati, yang lemah lembut itu, harusnya kemudian menjadikan Firman sebagai satu kebenaran yang kita hidupi dalam kehidupan kita, bukan mengeraskan hati dan mencari segala macam alasan demi untuk bisa membenarkan diri dan tidak mentaati firman Tuhan. Saya percaya anak-anak Tuhan yang sungguh-sungguh ditebus oleh Kristus, yang sungguh-sungguh memiliki kerendahan hati, dia akan memiliki kelembutan hati. Dan ketika dia memiliki kelembutan hati, dia tidak akan membiarkan diri dia dihanyutkan oleh dosa atau perbuatan yang bertentangan dengan kebenaran, karena dia tidak rela kebenaran tidak hidup di dalam kehidupan dari pada diri dia.
Saudara, ini juga menjadi sifat Kristus yang Dia nyatakan, bukan hanya dikatakan. Saya percaya pada waktu Dia inkarnasi, selain dari pada kerendahan hati yang Kristus nyatakan, tetapi di dalam inkarnasi itu Dia memiliki kelembutan hati untuk mau tunduk dan taat pada apa yang menjadi kehendak Bapa-Nya. Pada waktu Setan berkata, “Ayo sembah aku satu kali maka Engkau akan memiliki seluruh dunia ini, semua manusia akan tunduk kepada Engkau,” seharusnya kalau Kristus adalah orang yang melihat ini adalah cara yang mementingkan diri, Dia tidak perlu melembutkan hati dengan cara menderita naik ke kayu salib demi untuk menaklukkan seluruh dunia, mungkin waktu itu Dia tergoda untuk menyembah iblis itu. Tetapi Dia tidak lakukan itu, Dia memilih untuk mentaati Tuhan, Dia merendahkan diri, Dia menanggung cercaan, hinaan, hujatan, ludahan dari orang, demi untuk bisa menggenapi apa yang menjadi rencana Bapa-Nya untuk bisa memenangkan sekelompok manusia demi untuk bisa menjadi umat Allah yang diperbaiki relasinya dengan Bapa, yang dipulihkan relasinya sehingga bisa bersekutu dengan Allah kembali. Saudara, bahkan pada waktu Dia naik ke atas kayu salib sekalipun, ketika Dia dihina dan diludahi oleh orang, ditertawakan oleh orang-orang di bawah, Alkitab mencatat Dia tetap memiliki kelemah lembutan untuk mendoakan orang-orang tersebut. Saudara, ini adalah sifat dari pada Kristus yang pada waktu orang hina Dia, kalau itu adalah menjadi kehendak Allah, Dia merelakan diri Dia untuk taat kepada kehendak Allah tersebut.Tetapi saat orang-orang mulai menyalah mengertikan diri Dia dan menganggap diri Dia mengajarkan sesuatu yang dari Setan, memiliki kuasa dari Belzebul, padahal Dia tidak seperti itu, Alkitab mencatat Dia sama sekali tidak pernah mundur dari pada kebenaran dan Dia menghadapi orang-orang tersebut, apapun yang menjadi jabatan orang tersebut. Orang Farisi, ahli Taurat, itu adalah kelompok tertinggi dalam masyarakat Israel, mereka adalah kelompok Sanhedrin, pemimpin agama sekaligus pemimpin tokoh masyarakat, dan Yesus menghadapi dia dengan berani. Pada waktu Pilatus ingin menghakimi diri Dia, dan berkata, “Aku berkuasa atas hidup dan mati-Mu,” Yesus berkata, “Engkau tidak berkuasa atas hidup dan mati-Ku kalau bukan Bapa yang memberikan kuasa itu atas engkau.” Saudara, ini semua adalah kebenaran. Yesus ketika melihat kebenaran itu terancam, Dia tidak relakan kebenaran itu terancam, Dia tidak rela nama Tuhan tidak dimuliakan melalui sikap hidup Dia.
Kadang-kadang saya lihat orang Kristen suka berlindung di dalam satu statement yang mengatakan “Tuhan berkuasa untuk membela nama-Nya sendiri.” Saudara, Tuhan berkuasa tidak untuk membela nama-Nya sendiri? Iya, sangat berkuasa sekali. Alkitab mencatat ketika umat Allah tidak berkuasa untuk menjaga nama Tuhan, Tuhan bisa menjaga nama-Nya sendiri. Saya ambil contoh misalnya, pada waktu Israel berperang melawan Filistin. Pada waktu itu Israel kalah dalam melawan bangsa Filistin tersebut, lalu orang-orang Israel berkata, “Ayo kita ambil Tabut Perjanjian, kita bawa Tabut Perjanjian itu untuk pergi berperang melawan bangsa itu.” Lalu pada waktu mereka melawan, mereka menang tidak? Alkitab bilang kalah, kenapa? Karena mereka mengira dengan kehadiran Tabut Perjanjian di dalam medan peperangan itu berarti Tuhan hadir, memang nggak salah sih, Tuhan menyatakan kehadiran-Nya melalui Tabut Perjanjian tersebut, tetapi ketika bangsa Israel mulai menyempitkan kehadiran Tuhan dengan kehadiran Tabut Perjanjian itu berarti mereka mencuri kemuliaan Tuhan. Lalu akibatnya apa? Pada waktu Tuhan melihat hati yang tidak benar, pengenalan akan Tuhan Allah yang salah dalam kehidupan orang Israel, Tuhan serahkan Tabut Perjanjian itu untuk direbut oleh bangsa lain. Saudara, Israel kalah, dimana kemuliaan Tuhan? Kalau kita lihat Timur Tengah punya konsep, ketika bangsa yang satu melawan bangsa yang lain itu berarti dewa bangsa yang satu sedang melawan dewa bangsa yang lain, dan kalau bangsa itu kalah itu berarti dewa bangsa itu kalah dibandingkan dewa bangsa lain. Pada waktu Allah melihat Israel yang memiliki pemahaman akan Allah yang salah, berperang melawan bangsa lain, Dia tidak perlu ragu-ragu untuk membiarkan bangsa Israel kalah. Saudara, kalau kita mungkin akan jaga muka kita bagaimanapun caranya ya untuk bisa tidak dipermalukan. Tapi dalam hal ini ketika Allah melihat umat-Nya sendiri salah mengerti kebenaran, Dia biarkan umat-Nya itu dikalahkan bangsa Filistin.
Apakah itu berarti Dia kalah melawan dewa bangsa Filistin? Alkitab bilang tidak, bukan kalah tetapi Dia membiarkan umat-Nya kalah, Dia membiarkan umat-Nya dijajah oleh bangsa lain supaya mendidik mereka, supaya menghukum mereka tidak melakukan dosa lagi dalam kehidupan mereka. Dan ketika Tabut Perjanjian itu dibawa pergi kepada bangsa itu lalu ditempatkan di dalam kuil dari bangsa itu, seakan-akan dewa mereka lebih berkuasa daripada Allah orang Israel, Alkitab mencatat keesokan harinya dewa dari bangsa Filistin itu jatuh dan tertelungkup di hadapan Tabut Perjanjian. Sampai akhirnya bangsa Filistin itu kemudian mengalami penyakit, Tuhan memberikan kutukan dan membuat mereka sadar jangan-jangan ini menyatakan Allah Israel tidak pernah kalah. Dan akhirnya demi untuk mencobai, menguji betul tidak pemikiran mereka, mereka memberikan binatang lembu yang sedang menyusui untuk menarik Tabut Perjanjian pergi dari tanah Filistin. Kalau seandainya Allah Israel yang menyebabkan dewa mereka dan kutukan itu dialami oleh mereka, maka Tuhan Allah Israel akan memimpin membawa Tabut Perjanjian itu kembali kepada Israel. Tapi kalau tidak, maka yang normal adalah lembu betina yang sedang menyusui akan mencari anaknya bukan pergi menuju ke arah yang berlawanan. Tapi pada waktu itu terjadi, ketika orang Filistin menguji kebenaran itu, mereka melihat lembu itu membawa Tabut Perjanjian terus jalan tanpa menyimpang ke kanan-kiri langsung menuju kepada tanah orang Israel. Saudara, Tuhan sanggup menjaga nama-Nya sendiri, Tuhan sanggup untuk memelihara nama-Nya dan tidak membiarkan manusia itu mempermainkan diri Dia. Dan banyak sekali Alkitab menyatakan kebenaran ini. Sehingga kadang-kadang saya lihat ini menjadi sesuatu kebenaran yang digunakan oleh orang Kristen sendiri untuk melindungi diri untuk melakukan sesuatu membela nama Tuhan atau menjaga kemuliaan nama Tuhan melalui kehidupan dia. Seakan-akan kita punya Allah maha kuasa, maha besar, dan sanggup memelihara diri, dan kita tidak perlu berbuat apa-apa. Padahal Alkitab berkata kita dipanggil untuk membela nama Tuhan kita, kita dipanggil untuk menghidupi kebenaran dari pada firman Tuhan, kita dipanggil untuk menjaga dan tidak membiarkan orang lain yang tidak mengenal Allah menghina dan mencemarkan nama Tuhan Allah kita sendiri.
Saudara, saya harap kita punya kelembutan hati untuk hal ini. Ketika kita melihat ada orang lain yang berdosa, kita tidak biarkan orang itu berdosa, kita menyatakan kebenaran yang sesungguhnya. Pada waktu mungkin kita berdagang atau melakukan sesuatu pekerjaan dan studi, kita melihat cara-cara orang yang tidak mengenal Allah itu, sesuatu yang melanggar firman Tuhan, apa yang kita lakukan? Apakah kita mengikuti atau kita diam saja di dalam melihat keadaan itu, yang berarti kitapun seperti menyetujui apa yang mereka lakukan sebagai suatu kebenaran. Saudara, pada waktu orang lain mulai menghina iman kita, mempertanyakan apa yang menjadi kebenaran iman kita, kita memiliki kemampuan tidak untuk menyatakan, membela iman kita di hadapan mereka dengan kasih dan bukan dengan kekerasan? Saudara, Tuhan ingin nama Dia tidak dicemarkan oleh manusia, Tuhan ingin nama Dia itu dimuliakan oleh semua manusia dan Tuhan memanggil kita sebagai umat percaya untuk menyatakan kemuliaan nama Tuhan di tengah-tengah dunia ini. Kalau kita hidup dalam satu sikap sepertinya Tuhan melakukan segala sesuatu, kita bisa berpangku tangan, bagaimana nama Tuhan bisa dinyatakan kemuliaan melalui kehidupan daripada orang-orang Kristen? Saudara, saya harap kita punya sikap hati seperti ini. Saya harap kita melihat kepentingan Tuhan itu adalah jauh lebih penting daripada kepentingan diri kita. Sekali lagi saya katakan, selama kita melihat diri kita penting, maka nama Tuhan nggak mungkin dimuliakan melalui kehidupan kita. Kecuali kalau kita belajar untuk menganggap diri kita tidak lebih penting daripada Tuhan, tidak lebih penting daripada orang lain, mungkin dari situ kita bisa membawa kemuliaan bagi nama Tuhan dalam kehidupan kita.Sikap lemah lembut, sikap yang tidak mau melihat firman Tuhan gagal terjadi dalam kehidupan kita. Ada orang-orang yang mungkin begitu ketat, begitu kritis untuk melihat kehidupan orang-orang Kristen yang lainnya tidak taat kepada firman Tuhan, lalu mulai menghakimi mereka satu per satu, tapi dia sendiri tidak kritis dan ketat terhadap diri dia sendiri. Saya harap kita menjadi orang yang belajar untuk ketat pada diri kita, untuk menjaga firman, untuk tidak membiarkan firman gagal di dalam kehidupan kita. Dari situ baru kita bisa membawa kemuliaan bagi nama Tuhan. Ini yang kedua.
Yang ketiga adalah, Tuhan melalui Paulus meminta kita untuk hidup di dalam karakter yang sabar. Saudara, kita diminta untuk memiliki satu kesabaran, kemampuan untuk menahan diri di dalam satu waktu yang lama, di dalam menghadapi kehidupan yang tidak baik dalam kehidupan kita. Ini adalah arti dari pada sabar. Dan Saudara, di dalam dua minggu lalu kita sudah melihat, di dalam kehidupan manusia, Alkitab menyatakan, ada 3 hal yang menjadi sumber penderitaan manusia yang kita bisa simpulkan secara umum. Pertama adalah keadaan yang ada di sekitar kita. Kedua adalah manusia yang lain yang ada di sekitar kita. Dan ketiga adalah, mungkin dari pada Tuhan Allah, atau mungkin bisa juga ada yang keempat dari iblis, tapi saya nggak angkat ini, saya cuma angkat 3 hal ini. Di dalam kehidupan kita ada kondisi-kondisi tertentu yang bisa menimpa hidup kita, yang tidak baik dalam kehidupan kita. Mungkin resesi ekonomi membuat kita sulit dan menderita, mungkin penyakit membuat kita susah, mungkin bencana alam, mungkin orang yang kita cintai meninggalkan diri kita atau mati dipanggil oleh Tuhan, atau mungkin karena kita nggak bisa memiliki anak, atau segala sesuatu yang lain yang merupakan keadaan yang tidak baik bisa menimpa kehidupan kita. Saudara, orang yang hidup di dalam dunia yang berdosa, jangan harap ada satu keadaan yang baik yang terjadi dalam hidup dia. Yang benar itu adalah, kita pasti mengalami keadaan yang tidak baik. Ini adalah realita. Kalau sampai kita masih bisa hidup dalam keadaan yang baik, itu bukan karena keadaan itu baik, bukan karena orang yang ada di sekitar kita baik, tapi karena anugerah Tuhan itu terlampau besar, yang menjaga supaya kita masih bisa menjalani kehidupan yang baik dalam dunia ini. Yang benar itu adalah, kalau kita menderita sakit, itu adalah hal yang normal. Kalau kita menderita dalam pekerjaan kita, itu adalah hal yang normal. Kalau kita disakiti oleh orang lain, itu adalah hal yang normal dalam hidup kita. Tapi kalau kita tidak disakiti orang, pekerjaan kita lancar, kehidupan kita sepertinya nggak ada masalah, itu adalah anugerah Tuhan. Saya harap kita mulai belajar melihat hal ini.
Nah pada waktu kita dipanggil menjadi orang Kristen, itu sebabnyaTuhan melalui Paulus berkata, kamu harus belajar bersabar. Bersabar menghadapi siapa? Pertama, bersabar menghadapi kondisi yang tidak baik yang menimpa kehidupan kita. Karena apa? Karena memang hidup kita akan mengalami hal yang tidak baik dari keadaan yang ada di sekitar kita. Itu hal yang normal. Kalau begitu pada waktu kita mengerti kebenaran ini, saya harap kebenaran ini menjadi sesuatu yang lebih menguatkan diri kita di dalam menghadapi hal yang tidak baik, keadaan yang tidak baik dalam kehidupan kita. Belajar bersabar, dan dalam waktu berapa lama? Alkitab nggak berkata, dan memang Tuhan nggak pernah mengatakan berapa lama kita harus diuji di dalam kesabaran tersebut. Tapi justru aspek waktu di sini menjadi unsur yang penting untuk menyatakan kita orang yang sabar atau tidak sabar di dalam menghadapi suatu keadaan. Saudara, jangan biarkan keadaan mengalahkan kita, jangan biarkan dunia mengalahkan kita, atau kondisi mengalahkan kita. Jangan biarkan ketika kondisi menyelimuti kita, kita seperti orang yang kehilangan kendali, orang yang tidak lagi memiliki peraturan yang menjaga hidup kita, sehingga kita mulai memanfaatkan segala cara, bahkan itu kalau perlu merupakan sesuatu yang tidak menyenangkan Tuhan, demi untuk terhindar atau terlepas dari pada kondisi yang tidak baik dalam hidup kita. Saya senang sekali di dalam khotbah Pendeta Sutjipto kemarin, dia berkata, memberikan satu ilustrasi yang baik sekali ya. Dia berkata seperti ini, kalau Bapak Ibu masih inget ya. Mau nggak anak kita disekolahkan di dalam sebuah sekolah yang tanpa ujian? SD nggak usah ujian, SMP nggak usah ujian, SMA nggak usah ujian. Sampai kuliah nggak usah ujian. Mau nggak? Orang tua pasti ngomong nggak mau. Anak-anak bagaimana? Mungkin anak-anak ngomong, “Iya, mau. Menyenangkan sekali,” dia bilang. Tapi orang yang ngerti ngomong, “Aku nggak akan pekerjakan orang itu jadi pegawai aku.” Kalau dia dokter, orang akan ngomong, “Aku nggak akan pergi berobat ke situ, ke orang itu.” Karena apa? Selama dia nggak mengalami ujian, dia nggak akan pernah bisa teruji apakah dia menguasai bidang dia tersebut. Selama orang nggak pernah mengalami ujian, dia nggak mungkin bisa mengalami kenaikan kelas dalam hidup dia. Dan Tuhan Allah kita adalah Tuhan Allah seperti ini. Tuhan Allah kita menggunakan keadaan yang ada di sekitar kita, atau yang kedua adalah manusia yang ada di sekitar kita, untuk menguji iman kita, menguji kedewasaan iman kita, supaya pada waktu kita mengalami ujian itu kita menjadi orang yang naik kelas, makin dewasa di dalam iman.Tapi Saudara, Saudara mau jadi yang seperti apa? Saudara ingin naik kelas, belajar meninggalkan hal-hal yang merupakan hal yang berdosa yang mengikat diri kita, membelenggu diri kita terus, atau melepaskan itu dan kita naik kelas pada keadaan yang lebih dewasa di dalam iman kita? Saudara, Tuhan menggunakan keadaan untuk menguji kesabaran kita supaya kita belajar bertumbuh, memiliki kesabaran seperti kesabaran Kristus. Tuhan menggunakan orang-orang yang ada di sekitar kita untuk menguji kesabaran kita, supaya melalui tindakan mereka itu kita semakin dipertajam karakter kita menuju Kristus. Alam gampang kita hindari, kita terima, manusia lebih sulit tingkatannya untuk kita hadapi. Tapi Tuhan ingin kita bertumbuh di dalam hal itu.
Nah satu lagi Saudara, hal yang penting mengenai kesabaran adalah, Tuhan ingin kita belajar bersabar menerima keadaan yang Tuhan izinkan terjadi dalam hidup kita tanpa mempertanyakan kebenaran keadaan tersebut. Saudara, satu ayat yang saya sangat senangi, yang sering sekali saya kutip adalah Roma 8:28. “Tuhan turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi orang yang percaya kepada Tuhan atau mengasihi Tuhan.” Saudara, ini adalah satu kebenaran firman. Dari ayat ini ada 2 hal yang Tuhan ingin kita lihat. Pertama adalah, Tuhan tidak pernah lepas tangan dari segala peristiwa yang terjadi dalam hidup kita. Kedua adalah, Tuhan tidak pernah merencanakan sesuatu yang buruk atau jahat dalam kehidupan dari pada anak-anak-Nya. Ini dua poin yang penting sekali. Poin pertama menyatakan, setiap anak Tuhan ada di dalam providensi dari pada Tuhan Allah. Bahkan providensi Allah itu bukan hanya scope-nya kecil dalam kehidupan dari anak-anak Tuhan saja, tetapi juga segala sesuatu peristiwa yang terjadi di sekitar anak Tuhan dalam dunia ini, baik itu orang atau pun alam dan keadaan, bahkan iblis sekali pun, itu adalah sesuatu yang ada di dalam pimpinan Tuhan dan pemeliharaan Tuhan ,dan tidak pernah lepas dari pada kendali Tuhan. Dan itu semua Tuhan pakai untuk mendidik kita agar kita bertumbuh menjadi orang yang lebih baik, atau anak Tuhan yang menyerupai karakter Kristus dalam kehidupan kita, atau orang yang dewasa di dalam iman. Saudara, ini adalah kebenaran yang Alkitab nyatakan sendiri. Karena itu pada waktu kita hidup di dalam kesulitan akibat keadaan, pada waktu kita hidup dalam kesulitan akibat kejahatan orang lain atau perbuatan orang lain kepada diri kita, dan pada waktu kita mengalami semua itu, kita melihat pada Roma 8:28, reaksi kita bagaimana harusnya? Saya percaya kita bisa berkata, menggantikan kata yang di sini, yang dikatakan oleh Paulus, “hendaklah kamu bersabar dalam menghadapi itu” dengan kata “hendaklah kamu mengabaikan semua hal tersebut.” Saudara, orang mau buat jahat terhadap kita, jangan perhitungkan kejahatannya itu sebagai sesuatu yang mungkin membuat kita harus membalaskan itu kembali. Alkitab nggak pernah mengajarkan itu bagi kita, tapi justru Alkitab mengajarkan yang sebaliknya, kita perlu belajar berbuat baik kepada orang yang jahat kepada kita. Nah ini berarti kita belajar menundukkan diri kita di bawah kehendak Allah, yang terjadi dalam segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita. Kalau kita melihat apa yang terjadi dalam hidup kita itu tidak ada di bawah kehendak Allah, mungkin yang akan muncul adalah kita melawan, membalas, karena kita merasa Allah nggak sanggup menjaga kita dan apa yang dia lakukan bukan karena kehendak Allah, sehingga itu semua adalah sesuatu yang kita perlu balas. Tapi kalau kita mengetahui semua itu adalah dalam rencana Tuhan yang bekerja untuk kepentingan kita, saya yakin sekali, yang muncul bukan sikap membenci dan membalas, tetapi yang muncul adalah kesabaran untuk menanggung itu, untuk menerima keadaaan itu. Berapa lama? Nggak tahu. Tapi kita belajar bersabar untuk melewati apa yang Tuhan rencanakan, pimpin dalam kehidupan kita supaya kita sungguh-sungguh menjadi orang yang serupa dengan Kristus.
Di dalam Filipi 2 Paulus ada berkata seperti ini ketika dia membahas mengenai kenosis atau Allah, Kristus yang mengosongkan diri dari kesetaraan Dia dengan Allah menjadi manusia. Lalu dari situ, ada satu ayat yang muncul, Paulus berkata, “Hendaklah kamu memiliki pikiran dan perasaan yang serupa dengan Kristus.” Saudara, Tuhan ingin membentuk kita untuk memiliki pikiran dan perasaan serupa dengan Kristus, melalui semua peristiwa yang terjadi dalam hidup kita. Nah, saya mungkin pernah berkata, apakah Kristus adalah satu Pribadi yang mulia? Apakah kita melihat Kristus dan sikap Dia, perilaku Dia, kerendahan hati, kesabaran Dia itu adalah sesuatu yang mulia? Saya yakin kita nggak akan ragukan semua itu dalam hidup kita. Kita akan langsung setuju Yesus memang mulia, semua karakter Dia adalah karakter yang mulia sekali, tapi pertanyaannya adalah Saudara, maukah kita memiliki karakter itu? Kalau kita ingin memiliki karakter seperti karakter Kristus, maka kita harus melewati proses yang Tuhan pimpin dan ijinkan terjadi dalam kehidupan kita, baru kita bisa menuju kepada karakter Kristus itu dalam hidup kita, tanpa itu kita nggak akan memiliki karakter itu karena Yesus sendiri melewati semua proses itu dan Dia memiliki karakter itu. Saudara, sabar, sabar terhadap keadaan, sabar terhadap orang-orang yang ada di sekitar kita, sabar terhadap pendidikan Tuhan sendiri yang Tuhan berikan dalam kehidupan kita tanpa mempertanyakan itu adalah sesuatu yang baik atau tidak baik dalam hidup kita, itu yang menjadi makna kesabaran.
Lalu setelah poin ini, apakah Paulus berhenti disana? Paulus tidak berhenti disana, Paulus kemudia berkata, “Hendaklah engkau menunjukkan kasihmu dalam hal saling membantu.” Saudara, ada satu sifat lagi yang Paulus ingin kita miliki dan nyatakan yaitu kasih. Kalau kita hanya berbicara mengenai kesabaran, mungkin kesabaran itu mengakibatkan kita cuma pasih menanggung keadaan yang tidak baik, mengalah di dalam menghadapi keadaan yang buruk dalam kehidupan kita, menahan keadaan yang tidak baik akibat dari perbuatan orang lain kepada diri kita, tapi Paulus bilang nggak bisa sampai disitu, kamu harus belajar mengasihi mereka, menunjukan kasihmu kepada orang lain dan saling membantu. Maksudnya adalah apa? Pada waktu kita menghadapi tindakan yang tidak baik dalam kehidupan kita, kita perlu belajar untuk membalas itu dengan suatu kebaikan. Tapi pada waktu kita membalas itu dengan suatu kebaikan, jangan lupa kasih harus menyertai kebaikan dan kebenaran yang kita katakan. Kalau tidak, kita akan menjadi orang yang menghakimi orang lain. Saudara, selama kita merasa diri kita lebih baik dari orang lain, lebih benar, lebih mengetahui banyak hal, kita akan memiliki kecondongan untuk menghakimi orang tersebut dan merendahkan orang itu. Tapi kalau kita menyertai pengetahuan kita, kebenaran yang kita miliki, dengan cinta kasih kepada orang lain, maka keadaannya menjadi berbeda. Saya yakin kita akan menjadi seperti seorang tua atau seorang ibu yang melihat anak kita yang masih kecil. Pada waktu seorang anak kecil itu ingin mengetahui sesuatu, saya percaya orang tua pasti mengalami ini semua, apapun ditanyain bahkan sampai berulang-ulang ditanyain, pada waktu kita ngalami ini bagaimana sebagai orang tua, marah gak? Kesel gak? Mungkin ada bagian keselnya juga ya, tapi kadang-kadang kita akan ajarin kasih tahu “Oh ini, ini,” dan kita nggak jemu-jemu untuk menasehati mereka, kenapa? Kita ingin mereka bertumbuh dalam pengetahuan mereka untuk menjadi seperti apa yang kita ketahui, atau bahkan melampaui pengetahuan kita.
Yesus berkata seorang murid nggak mungkin melampaui gurunya dan gurunya itu adalah Yesus Kristus sendiri. Dan Yesus di dalam pelayanan, Dia melayani dengan kasih untuk membawa orang yang lebih rendah yang tidak mengerti, yang berdosa untuk bertumbuh di dalam kekudusan, pengertiannya, perasaannya untuk serupa dengan diri Dia. Nah Saudara, kalau kita memliki kasih kepada orang lain, menyertai kebenaran kita dengan kasih, maka yang kita lakukan adalah bukan menghakimi orang, tapi kita akan membawa bagaimana caranya untuk membantu dia, menolong dia untuk bertumbuh di dalam iman untuk menjadi setara dengan kita atau bahkan melampaui diri kita, tapi jangan biarkan kita kalah ya dari orang lain. Saya kadang-kadang lihat orang Kristen ketika bawa orang ke gereja, dia sendiri tidak menjadikan diri dia contoh bagi orang yang dia bawa ke gereja untuk mengikut Tuhan, bahkan mungkin orang yang dia bawa untuk mengikut Tuhan, jaun melampaui iman dia sendiri, lalu dia merasa puas diri. Saudara, kita tidak bisa seperti itu. Kita harus terus mengejar pertumbuhan dalam iman, kita jangan dalam hal ini saja, jangan izinkan orang lain menyusul diri kita, bukan dalam pengertian iri hati dan membenci lalu membuat orang tidak mengerti lebih dari diri kita, tapi orang itu bertumbuh kita juga harus mengejar bertumbuh, jangan biarkan orang melampaui diri kita dalam pengertian kita akan Tuhan. Saudara, hidup di dalam kasih kepada orang lain yang buat jahat sama kita, berat nggak? Sangat berat sekali, saya percaya berat sekali, sesuatu yang nggak mudah.Tapi Saudara, kalau itu adalah sesuatu yang berat, yang tidak mudah, kita sertai dengan ada panggilan tujuan yang mulia di balik itu. Kita tahu kita ditebus untuk tujuan itu, kita tahu Tuhan kita sendiri melewati proses itu sehingga Dia dipermuliakan oleh Allah Bapa dan kita ingin di proses melalui seperti itu dan Tuhan ingin kita diproses melalui keadaan itu untuk dipermuliakan seperti Allah Anak itu. Bagaiman sesuatu yang berat itu kita lihat dalam hidup kita? Saya yakin berat , tetapi di dalamnya ada suatu kerelaan hati untuk menjalani itu dan itu membuat kita lebih ringan di dalam menghadapi keadaan yang sulit yang berat itu, karena ada hal yang kekal, pengharapan yang tidak akan pernah berubah yang Tuhan sudah janjikan kita pasti miliki itu akan kita terima dan sudah terima di dalam Kristus. Itu memberi kita kekuatan bagi kita untuk malalui itu semua.
Nah Saudara, selain daripada itu untuk mendidik kebaikan kita, ada dua hal lagi yang saya ingin nyatakan kepada kita, kenapa kita harus melalui hal yang berat itu dalam kehidupan kita? Mengapa kita nggak bisa menghindari sesuatu yang berat itu dalam kehidupan kita di tengah-tengah dunia ini? Pertama adalah untuk menyatakan kepada dunia bahwa kita bukan dari dunia. Saudara, siapa orang Kristen? Alkitab selalu katakan orang Kristen adalah pribadi-pribadi yang ada karena tindakan supranatural Tuhan dalam kehidupan kita, bukan sesuatu yang kita bisa capai dengan usaha kita sendiri, tapi itu adalah intervensi Tuhan dalam kehidupan manusia yang berdosa, tindakan Tuhan untuk melahir barukan, mencipta barukan manusia yang berdosa untuk menjadi umat Allah yang diberikan hati yang baru dalam hidup kita. Pada waktu kita memiliki sifat yang rendah hati, lemah lembut, lalu sabar dan kasih yang saling menolong satu dengan yang lain, saya percaya aspek yang akan muncul sebagai akibat daripada sikap ini adalah kesatuan dan juga damai sejatera yang ada di dalam kehidupan anak-anak Allah dan kalau ini semua adalah suatu tindakan yang Tuhan berikan dalam hati setiap anak Tuhan, karena ini adalah karakter Kristus sendiri atau roh Kristus yang ada di dalam kehidupan dari anak-anak Tuhan, maka kita pasti akan bertumbuh kepada hal-hal ini sehingga akibat yang adanya kesatuan dan damai sejahtera dalam kehidupan bergereja dan dari sini dunia mulai melihat, ini tidak mungkin sesuatu yang bisa dicapai oleh manusia, ini pasti tindakan Allah sendiri dalam kehidupan orang Kristen untuk menyatakan adanya kesatuan dan damai sejahtera. Dan Saudara, itu ingin Tuhan kita munculkan di dalam kehidupan kita sebagai orang Kristen. Sehingga, orang dunia aware Kristen bukan dari dunia, Kristen dari Allah.
Lalu yang kedua adalah untuk menyatakan cinta kasih Tuhan Allah yang tidak kelihatan kepada dunia yang kelihatan ini. Saudara, jangan orang bisa mengenal Tuhan dan cinta kasih Tuhan kalau mereka tidak pernah bisa melihat kehidupan orang yang mengaku sudah menerima cinta kasih Tuhan yang menyatakan cinta kasih itu kepada orang dunia dan Tuhan panggil kita untuk tugas ini, ini adalah hal yang mulia sekali. Saudara, Tuhan ingin memakai kita untuk membuat orang-orang dunia mengenal Kristus melalui kehidupan kita, Tuhan ingin orang-orang dunia melihat damai sejatera yang Kristus berikan melalui hidup kita. Tuhan ingin pakai kita untuk membuat orang dunia melihat, ada sesuatu perbaikan relasi, pengampunan dosa antara kita dengan Tuhan Allah yang kudus dan suci itu. Lalu bagaimana mereka bisa melihat itu semua, kita melihat dari mana? Kita memiliki Kitab Suci dimana Kristus sendiri menyatakan itu kepada dunia, melalu Kitab Suci-Nya. Lalu dunia melihat darimana? Saya harap kebenaran firman itu hidup dalam kehidupan kita sehingga orang-orang dunia bisa melihat firman yang hidup dalam hidup kita, cinta kasih Kristus yang hidup dalam hidup kita, keadilan Kristus yang hidup dalam hidup kita, damai sejahtera Kristus yang hidup dalam kehidupan kita dan perdamaian yang diberikan Kritstus hidup dalam kehidupan kita, baru dari situ mata mereka terbuka mungkin untuk melihat kepada Tuhan Allah yang tidak kelihatan dan kebenaran Kristus yang tidak kelihatan tersebut. Saudara, saya lihat sekali, ini adalah hal yang mulia sekali. Suatu panggilan yang berat, tapi saya percaya dibalik panggilan yang berat ada sesuatu yang sangat mulia tersembunyi di dalamnya. Kalau Saudara dipanggil dan dipercayakan hal-hal yang ringan, saya yakin Saudara juga akan hasilkan hal-hal yang sepele dan ringan, tapi kalau Saudara dipercayakan sesuatu yang berat, berarti Saudara dipercayakan sesuatu yang lebih berharga dan bernilai untuk Saudara kerjakan dalam hidup Saudara dan Tuhan ingin itu terjadi dalam kehidupan orang percaya. Kiranya firman Tuhan ini boleh menyertai kita dan kehidupan sebagai anak-anak Tuhan yang memiliki karakter Kristus sungguh-sungguh kita belajar untuk hidupi dalam kehidupan kita sehingga melalui itu nama Tuhan kita dimuliakan. Mari kita berdoa.
Kembali kami bersyukur Bapa, untuk firman yang boleh Engkau berikan bagi kami. Kembali kami bersyukur Bapa, untuk setiap kebenaran yang boleh Engkau nyatakan dalam kehidupan kami.Dan kembali kami memohon ya Bapa, di dalam segala kelemahan kami, Engkau boleh memproses kami , membentuk kami untuk menjadi serupa dengan Kristus dan biarkan kami boleh diberikan hati yang boleh menundukkan diri dan taat untuk dibentuk dan dididik oleh Tuhan sendiri, sehingga kami boleh semakin menjadi serupa Kristus dan kami boleh menjadi alat Tuhan untuk menyatakan nama Tuhan, kebenaran Tuhan dan cinta kasih Tuhan kepada dunia ini. Sekali lagi kami bersyukur ya Bapa, untuk kebaktian pagi hari ini, kiranya Engkau boleh pimpin dan berkati kehidupan kami masing-masing sebagai anak-anak-Mu dalam dunia ini, dalam nama Tuhan Yesus Kristus kami bersyukur dan berdoa. Amin.
[Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah]