1 Kor. 11:23-34
Pdt. Dawis Waiman, M.Div.
Bapak-Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, di dalam gereja Tuhan, gereja memiliki 2 upacara yang penting, yang harus dilakukan oleh setiap gereja, yaitu pertama adalah baptisan kudus dan yang kedua itu adalah perjamuan kudus. Apa yang membuat gereja menjalankan 2 perintah sakramen ini?Saya percaya ini adalah sesuatu yang diperintahkan sendiri oleh Tuhan kita Yesus Kristus ketika Dia ada di dalam dunia dan bukan hanya Dia sendiri memerintahkan itu untuk dilakukan oleh gereja, tetapi juga Kristus sendiri memberikan contoh dari pada 2 hal ini untuk Dia lakukan dalam kehidupan Dia pada waktu Dia ada dan ditunjukan bagi gereja. Itu sebabnya, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pada waktu kita melihat pada 2 sakramen ini, baik itu baptisan kudus maupun perjamuan kudus, maka ini menjadi suatu tanda, kita bisa katakan, suatu indikator untuk menyatakan apakah kita adalah orang-orang yang sungguh-sungguh hidup di dalam ketaatan mengikuti Tuhan Yesus atau tidak. Saudara, kenapa ini menjadi suatu indikator untuk melihat komitmen kita di dalam ketaatan kita kepada Tuhan Yesus?Sekali lagi karena ini adalah perintah Tuhan sendiri secara langsung. Saya percaya setiap kita anak-anak Tuhan ingin memiliki suatu kehidupan yang mau mentaati Tuhan, mencari kehendak Allah dalam kehidupan kita, kita sering sekali bergumul bertanya kepada Tuhan ‘apa yang menjadi kehendak-Mu dalam kehidupanku, ya Tuhan? apa yang harus aku lakukan dalam kehidupanku?” Tapi Saudara, ketahuilah, ketika kita berbicara mengenai perjamuan kudus dan baptisan kudus, ini adalah kehendak Allah yang sebenarnya kita nggak perlu pergumulkan lagi dalam kehidupan kita, karena Tuhan sendiri sudah secara begitu jelas sekali menyatakan kita harus lakukan itu dalam kehidupan kita. Pertama, pada waktu Yesus mau terangkat ke Sorga, Tuhan Yesus berkata kepada murid-muridnya ; “pergilah dan jadikanlah seluruh bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus.” Nah, ini adalah suatu perintah yang harus dijalankan oleh semua orang Kristen dan bukan hanya orang-orang tertentu yang dipanggil Tuhan menjadi hamba Tuhan saja. Lalu, yang kedua adalah pada malam sebelum Dia disalibkan, Yesus berkata sambil mengambil roti dan cawan, lalu Dia berkata; “perbuatlah ini untuk suatu peringatan, untuk mengingat akan Aku.” Jadi, ini adalah dua hal yang kemudian di dalam gereja menjadi sesuatu upacara yang dilakukan senantiasa di dalam gereja untuk memperingati akan Kristus dan penebusan yang sudah Kristus lakukan dalam penghidupan kita, lalu membaptis orang sebagai suatu tanda untuk membawa mereka masuk ke dalam tubuh Kristus.
Saudara, apa yang menjadi hal penting di dalam perjamuan kudus atau makna dari perjamuan kudus ini? Nah ini yang akan saya ajak kita melihat pada pagi hari ini. Saya akan ajak kita lihat ada 3 poin yang berkaitan dengan perjamuan kudus yang kita makan dalam satu perjamuan dengan Tuhan. Pertama adalah sesuatu yang berbicara mengenai masa lalu, pada waktu kita menerima perjamuan kudus, maka makna apa yang dimunculkan dalam perjamuan kudus itu? Tuhan Yesus berkata; “pada waktu engkau melakukan itu, lakukanlah itu sebagai suatu peringatan akan Aku.” Berarti pada waktu kita melakukan perjamuan kudus, maka perjamuan itu adalah sesuatu sarana yang Tuhan pakai, baik itu roti maupun anggur, untuk mengingat kembali akan hari penebusan yang Kristus lakukan bagi kita di kayu salib. Ada satu tradisi di dalam kehidupan orang-orang Israel, yaitu mereka merayakan suatu perayaan Paskah dalam kehidupan mereka.Pada waktu Yesus membuat perjamuan kudus itu, itu adalah suatu hari dimana Dia menghadiri perayaan Paskah yang dilakukan oleh umat Yahudi. Perayaan Paskah ini berbicara mengenai apa? Yaitu untuk memperingati hari dimana Tuhan Allah membawa orang Israel keluar daripada perbudakan di Mesir melalui 10 tulah. Jadi, pada waktu itu Tuhan memberikan tulah pertama, kedua, ketiga, sampai akhirnya ketika masuk ke dalam tulah kesepuluh, Tuhan berkata kepada orang Israel; “kamu harus siapkan seekor domba, masing-masing dalam satu keluarga, kalau keluarga ini tidak mampu, maka dia bisa bergabung dengan keluarga lain, lalu sama-sama siapkan domba yang tidak bercacat, domba jantan yang berusia 1 tahun; lalu kemudian mereka harus amati, betul-betul sempurna dan tidak ada cacat sama sekali; lalu setelah waktu yang ditetapkan mereka harus ambil domba ini, lalu disembelih, darahnya ditampung, lalu darahnya diaduk dan dioleskan di ambang pintu dari pada rumah mereka masing-masing.”Dan akibat dari tindakan ini, maka setiap anak sulung, baik itu orang Mesir maupun orang Israel yang seharusnya mati kena tulah yang ke-10 itu, orang Israel tidak mengalami kematian anak sulung tetapi justru hanya orang Mesir yang mengalami kematian anak sulung. Akibat peristiwa itu mereka kemudian di izinkan oleh Firaun, sebenarnya bukan izinkan ya, diusir oleh Firaun keluar dari pada Mesir dan pergi menuju Tanah Perjanjian yang Tuhan sudah janjikan dalam kehidupan mereka atau kepada bapa leluhur mereka, yaitu Abraham.
Saudara, akibat dari peristiwa ini maka setiap tahun, di dalam tanggal tertentu, orang-orang Israel harus merayakan hari Pesakh atau hari Passover, atau kita sebut sebagai hari Paskah.Suatu hari dimana mereka kemudian ketika melakukan itu, mereka makan roti yang tidak beragi, mereka makan daging domba disitu lalu mereka makan minum cawan di situ, sebagai satu tanda peringatan akan hari dimana bangsa Israel dibawa keluar dari Mesir oleh Tuhan Allah. Tetapi saudara, pada waktu malam itu, sebelum Yesus Kristus di salibkan. Yesus juga bukan seorang yang tidak menjalankan tradisi ini, selama Dia ada di dalam dunia Dia mengikuti perjamuan Paskah itu atau Passover di dalam kehidupan Dia. Tetapi pada malam terakhir ketika Dia akan disalibkan, Dia mengadakan suatu perubahan yang besar terhadap peristiwa passover yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi. Dia kemudian mengambil roti yang ada itu, memecah-mecahkannya lalu berkata, “Inilah tubuh-Ku yang dipecah-pecahkan bagimu, lakukan ini untuk peringatan bagi Aku.” Lalu Dia mengambil cawan yang ada di situ, lalu berkata,“Inilah cawan perjanjian yang dimateraikan dengan darah-Ku, perbuatlah ini untuk memperingati akan Aku.” Dan Saudara, itu menunjukan bahwa, di dalam kehidupan orang-orang Kristen ada suatu perubahan yang besar, kalau orang-orang Yahudi setiap kali masuk ke dalam hari raya Passover, mereka selalu melihat kembali akan peristiwa Allah mengeluarkan mereka dari pada perbudakan di Mesir, sampai hari ini mereka tetap lakukan itu untuk mengingatkan itu. Nah ini adalah suatu hal yang sangat tragis sekali, karena mereka melewatkan peristiwa yang sesungguhnya yaitu Yesus yang mati sebagai Domba Paskah bagi dosa-dosa mereka.
Tapi kita sebagai orang-orang Kristen, ketika melihat kembali ke belakang, kita tidak melihat lagi pada peristiwa anak domba yang disembelih, lalu darahnya itu dioleskan diambang pintu seperti orang-orang Israel;kita tidak lagi melihat pada suatu peristiwa dimana orang Israel itu dibawa keluar dari perbudakan Mesir melalui apa yang Tuhan kerjakan di dalam 10 tulah tersebut; tapi kita diajak untuk melihat pada peristiwa salib daripada Yesus Kristus, dimana Dia ditinggikan di kayu salib, tubuh-Nya dipecahkan untuk menebus dosa kita, darah-Nya dialirkan untuk menebus dosa kita. Itu menjadi satu peringatan yang harus kita selalu kenang dan ingat kembali ketika kita menjalankan perjamuan kudus dalam hidup kita. Itu sebabnya Saudara, berita injil yang dikabarkan melalui salib, itu adalah satu berita yang menyatakan kemuliaan Tuhan dan kuasa Tuhan untuk menebus dosa manusia. Itu sebab Saudara, dalam berita injil, pada waktu kita memakan roti dan meminum perjamuan itu, seharusnya kita mengingat kembali, mengenang kembali peristiwa penyelamatan dan penebusan yang Allah lakukan melalui Yesus Kristus di dalam kehidupan kita. Sesuatu usaha yang tidak mungkin kita bisa peroleh dengan kemampuan diri kita sendiri. Manusia boleh berkembang, berkemband dalam hal apa? Saya lihat secara teknologi, manusia boleh berkembang, secara kebudayaan manusia boleh berkembang, tapi ada satu hal yang manusia tidak pernah berkembang menuju sesuatu yang baik, yaitu dosa yang mereka lakukan dalam kehidupan mereka. itu sebabnya kalau Bapak-Ibu perhatikan, bagaimana pun teknologi berkembang dengan pesat sekali, kebudayan sepertinya kelihatannya baik dan bertumbuh dengan baik. Manusia tidak ada satu pun yang bisa menyelamatkan hidup mereka dari kematian. Sepertinya seolah-olah teknologi bisa memperpanjang usia manusia, tapi sesungguhnya manusia tidak pernah bisa memiliki perpanjangan usia karena kita ada di dalam hukum dosa dan dosa yang membawa kita kepada hukuman yang kekal. Saudara, manusia tidak ada satu pun yang sanggup untuk menjalankan diri, dengan kemampuan dan kekuatan, dan kita butuh injil, kita butuh penebusan Kristus dalam kehidupan kita, dan ini yang Tuhan ingin kita ingat selalu setiap kali kita melakukan perjamuan kudus dalam kehidupan kita. Jadi, pada waktu perjamuan kudus kita ambil, kita terima, itu menjadi satu titik kontak akan penebusan yang dan penyelamatan yang dilakukan oleh Kristus, Allah dalam kehidupan kita dan kuasa, keselamatan dari pada orang-orang pilihan Allah dalam dunia ini.
Saudara, ini adalah hal yang penting sekali, tapi Saudara, pada waktu kita makan perjamuan kudus ini, kita harus menjaga, jangan sampai kita jatuh dalam suatu kehidupan dosa, perjamuan kudus adalah untuk mengingat akan penebusan Kristus, kematian Kristus dalam kayu salib, bukan untuk mengutamakan pada perjamuan itu sendiri. Ini adalah kesalahan yang dilakukan oleh jemaat Korintus, pada waktu mereka makan perjamuan, pada waktu mereka berkumpul, lalu makan perjamuan, ada satu kebiasaan di dalam jemaat gereja mula-mula adalah perjamuan kudus itu dibarengi dengan perjamuan dalam pertemuan ibadah mereka, tapi Saudara, pada waktu mereka makan perjamuan ini, mereka mulai melakukan suatu dosa dalam kehidupan dari pada jemaat. Waktu itu mereka yang kaya, mungkin mau membawa makanan yang banyak, yang enak, yang baik, lalu orang yang miskin nggak bisa membawa makanan, lalu hadir tanpa membawa makanan mungkin. Yang kaya bisa membawa anggur untuk diminum, tapi pada waktu mereka hadir di dalam pertemuan itu, lalu yang kaya ini kemudian melihat ada orang-orang yang mungkin belum datang, yang terlambat datang atau yang tidak membawa apa-apa datang, timbul suatu hati yang tidak suka akan keberadaan orang-orang itu dan tidak rela untuk makanan mereka disantap oleh orang-orang tersebut, lalu apa yang mereka lakukan? Ketika mereka menanti, mungkin satu sisi ada rasa lapar dalam diri mereka, mereka tidak menunggu orang yang datang terlambat untuk makan, tapi mereka sudah makan dulu. Tapi ada orang-orang juga yang jatuh di dalam suatu kerakusan, mereka menghabiskan semua makanan yang dibawa tanpa memperdulikan orang yang datang yang belum makan, dan bahkan diantara mereka sendiri ada yang mabok akibat anggur yang dibawa tersebut. Nah Saudara, akibat ini apa? Akibat dari tindakan mereka, mereka bukan menyatakan suatu perjamuan yang kudus di hadapan Tuhan ketika mereka ada di meja perjamuan, tapi justru mereka sedang melakukan dosa di hadapan Tuhan dalam kehidupan mereka. Mereka harusnya menyataan suatu kesatuan, tapi justru dari tindakan mereka, mereka menyatakan bukan penebusan Kristus atas dosa, tapi mereka menyatakan suatu kehidupan yang pecah, kehidupan yang membenci satu dengan yang lain, melalui tindakan mereka yang tidak memperdulikan orang-orang miskin yang tidak mendapatkan makanan pada waktu itu. Jadi Saudara, perjamuan kudus bagi jemaat Korintus, menjadi satu tempat bukan untuk menyatakan Kristus yang mati bagi dosa, mengingat kembali peristiwa penebusan Kristus di Kalvari, tetapi justru menjadi satu tempat untuk menyatakan tindakan berdosa dan kehidupan berdosa perpecahan di dalam tubuh Kristus itu sendiri. Itu adalah hal yang membahayakan, sesuatu yang sangat menghina kekudusan dari Tuhan Allah dalam kehidupan jemaat Korintus. Dan saya percaya, ini juga yang menjadi dasar kenapa di dalam pertemuan-pertemuan gereja, kita tidak lagi mengadakan perjamuan kasih untuk orang semua menyantap makanan tapi hanya memfokuskan diri untuk perjamuan kudus yaitu roti yang kecil itu dengan secawan anggur yang kecil.
Saudara, di dalam pertemuan gereja mula-mula, ada satu kebiasaan kalau Saudara baca dari Kisah [Para Rasul] pasal 2, setiap kali jemaat mula-mula itu berkumpul setiap harinya, maka di situ mereka makan bersama, lalu setelah itu mereka memecahkan roti bersama. Ini dilakukan setiap hari.Lalu mereka membagi-bagikan uang mereka atau menjual sebagian harta mereka untuk dapat uang dan dibelikan makanan untuk bisa makan bersama dan menolong orang lain yang ada di dalam jemaat itu. Saya percaya ini adalah suatu peristiwa yang tidak terlalu jauh daripada peristiwa Hari Pentakosta, dimana orang-orang yang dari berbagai wilayah datang ke Yerusalem untuk beribadah kepada Tuhan Allah. Lalu ketika mereka datang dari jauh, orang Yahudi memiliki kebiasaan untuk menampung mereka di rumah mereka. Dan di antara hari itu ada orang-orang Kristen dan melalui Khotbah daripada Petrus, 3000 orang yang bertobat, dan daripada pertobatan itu, mungkin dari antara mereka yang hadir ada yang tidak pulang ke tempat mereka masing-masing. Lalu mereka ditampung dalam rumah-rumah orang Kristen, lalu di situ mereka mulai mengadakan persekutuan, Ibadah untuk kepada Tuhan, dan dari situ ada perjamuan-perjamuan, dan di dalam perjamuan itu, ada perjamuan kudus juga yang dilakukan. Tetapi peristiwa yang semula dilakukan secara rutin tiap hari, ketika kita baca di dalam Kisah 20, itu mulai menjadi peristiwa yang dilakukan satu minggu satu kali, yaitu pada hari pertama, pertemuan minggu itu. Kita buka saja ya, Kisah Para Rasul 20:7, “Pada hari pertama dalam minggu itu, ketika kami berkumpul untuk memecah-mecahkan roti, Paulus berbicara dengan saudara-saudara di situ, karena ia bermaksud untuk berangkat pada keesokan harinya. Pembicaraan itu berlangsung sampai tengah malam.” Sesuatu yang dilakukan setiap hari, kemudian beralih menjadi satu minggu satu kali. Pada setiap hari pertama minggu itu, menunjukkan Hari Minggu, orang-orang Kristen sudah memiliki kebiasaan untuk beribadah kepada Tuhan Allah, dari Kisah Rasul dan pada waktu para Rasul masih hidup dalam dunia ini. Jadi mereka mengerti, kebaktian itu bukan lagi dilakukan hari Sabat, hari yang ke-7, tetapi justru hari Sabat itu adalah hari pertama minggu itu, yaitu Hari Minggu, dimana kita bersama-sama sampai hari ini berkumpul untuk berbakti kepada Tuhan Allah. Dan saat itu, mereka melakukan perjamuan kudus dengan memecah-mecahkan roti.
Tapi Saudara, selain dari perjamuan itu, mereka juga sambil menyantap makanan, biasanya, di dalam perjamuan itu. Sampai akhirnya peristiwa di Korintus – itu menjadi satu peristiwa yang mungkin membuat gereja mulai belajar: Lebih baik di dalam perjamuan, kita hanya menyediakan roti dan anggur saja untuk memperingatkan kematian Kristus di dalam kehidupan kita di dunia ini. Bukan lagi menjadi suatu santapan, karena apa? Paulus itu di dalam Korintus berkata, “Kalau kamu lapar, tidakkah bisa kamu makan dulu di rumah, baru setelah itu kamu datang ke dalam perjamuan itu, sehingga di dalam kedatanganmu, kamu tidak menjadi orang yang rakus, yang tidak mempedulikan orang lain, dan kamu bisa tahan lapar, kalau sampai ada Saudara yang mungkin datang, yang terlambat, yang belum makan, kamu menanti mereka sampai mereka datang, baru makan bersama-sama.” Saudara, mungkin ini menjadi suatu dasar untuk gereja, dan saya percaya juga, kenapa sampai hari ini kita hanya melakukan roti yang kecil itu dan anggur yang sedikit itu di dalam perjamuan kudus kita? Karena budaya makan itu bukan perintah Tuhan, tapi itu adalah suatu budaya. Tetapi perjamuan kudus, roti dan anggur yang kita lakukan itu adalah perintah Tuhan untuk kita senantiasa lakukan di dalam kehidupan kita.Jadi perjamuan kudus adalah suatu peringatan akan pengudusan yang Kristus lakukan dalam kehidupan kita di dalam 2000 tahun yang lalu. Bukan suatu meja untuk kita bisa berbuat dosa di dalam kehidupan kita, atau tetap hidup di dalam dosa dalam kehidupan kita karena Kristus sudah mati bagi dosa kita. Nah Saudara, ini juga yang membuat kita bisa berkata, pada waktu kita menerima perjamuan kudus, bukan manfaat-manfaat untuk kepentingan diri kita yang diutamakan, tapi kita harus mengingat kembali akan apa yang Kristus lakukan bagi kita, orang yang tidak layak untuk mendapatkan keselamatan atau penebusan sebenarnya daripada dosa kita.Saudara, hal pertama makna perjamuan kudus adalah sesuatu untuk mengingat akan masa lalu yang Kristus lakukan bagi kehidupan kita.
Yang ke-2 adalah, makna perjamuan kudus juga adalah sesuatu yang memiliki dampak pada hari ini, bukan sesuatu yang hanya berbicara mengenai masa lalu tapi hari ini juga perjamuan kudus memiliki signifikan dalam kehidupan rohani kita sebagai anak-anak Tuhan. Di dalam bagian ini, Paulus berkata, “Lakukanlah ini untuk memberitakan kematian-Ku, sampai Yesus datang kembali.” Saudara, “Lakukanlah ini untuk memperingati Kristus, sampai Ia datang kembali” – itu berarti pada waktu kita melakukan perjamuan kudus, dari sisi kita, mungkin kita adalah orang yang mengingat kembali ke masa lalu, tetapi juga pada waktu kita melakukan perjamuan kudus, itu mengandung 2 aspek lain. Kita memproklamirkan akan kematian Kristus di kayu salib bagi orang lain yang melihat kita memakan perjamuan kudus. Selain itu, kita juga menjadi orang yang memberitakan Yesus bukan hanya mati tapi Dia juga adalah Kristus yang bangkit dari kematian, lalu sekarang naik ke Surga duduk di sebelah kanan Allah Bapa. Dan Dia akan datang kembali. Saudara, jadi ini adalah suatu berita yang besar sekali daripada kehidupan orang Kristen ketika kita menyantap perjamuan kudus. Suatu berita proklamasi bagi manusia berdosa akan apa yang Kristus lakukan untuk menebus dosa daripada manusia berdosa. Dan satu lagi, untuk mengingatkan kita, bahwa ketika kita menerima perjamuan kudus sebenernya kita sedang bersekutu di hadapan Kristus sendiri, yaitu Tuhan Allah kita. Saudara, ada faktor persekutuan yang ada di dalam perjamuan kudus, faktor persekutuan di dalam kematian, faktor persekutuan di dalam kebangkitan, tapi juga faktor persekutuan di mana kita duduk bersama menghadap Tuhan melalui perjamuan kudus, atau kita ada di hadirat Tuhan ketika kita menerima perjamuan kudus melalui roti dan anggur tersebut yang kita makan dan minum.
Saudara, saya percaya, ketika seseorang diundang oleh orang yang penting, misalnya menerima undangan kenegaraan, apa yang dia lakukan? Saya percaya dia nggak akan hidup sembarangan, dia tidak akan menerima undangan itu secara sembarangan. Ia akan memperhatikan bagaimana penampilan dia, pakaian dia, rambut dia, sepatu dia, dan dandanan dia, mungkin sikap sopan santun dia, supaya pada waktu dia menghadap Presiden, dia tidak dipermalukan atau tidak mempermalukan diri dia. Itu akan menjadi satu perhatian daripada orang yang diundang secara kenegaraan, sampai pakaian pun mungkin ditentukan harus pakai apa. Maka di dalam perumpaan tentang perjamuan kawin, ada satu perumpamaan ketika ada orang yang diundang datang, ada orang yang tidak memakai pakaian perjamuan, orang itu akan diusir oleh Tuhan dari perjamuan tersebut. Saudara, kita perlu perhatikan apa yang kita pakai, ini berarti, pada waktu kita masuk ke dalam meja perjamuan, pada waktu kita hadapi hadirat daripada Tuhan Allah sendiri, kita tidak bisa sembarangan di dalam memakan perjamuan itu dan minum daripada cawan perjamuan itu. Saudara akan lihat, pada waktu orang-orang Korintus, makan dan minum secara sembarangan mereka dihukum oleh Tuhan Allah. Berarti di dalam kita makan dan minum perjamuan kudus itu, ada faktor kehadiran dari dalam diri kita di hadapan daripada Yesus Kristus. Kenapa saya katakan, kehadiran diri kita di hadapan daripada Kristus? Karena di dalam Kisah Para Rasul 3:21, Petrus berkata, “Sampai hari ini, Kristus tidak ada di dalam dunia, tetapi Dia ada di Surga dan tetap ada disitu sampai hariNya tiba.” Kita buka aja. Kis 3:21, kita baca bersama ya, “Kristus itu harus tinggal di sorga sampai waktu pemulihan segala sesuatu, seperti yang difirmankan Allah dengan perantaraan nabi-nabi-Nya yang kudus di zaman dahulu.”
Kristus di mana sekarang? Di Sorga. Dia yang adalah Allah dan manusia, yang memiliki tubuh manusia, sekarang ada di Sorga. Sehingga pada waktu kita menerima perjamuan kudus, apa yang terjadi pada diri kita? Secara rohani, Calvin berkata, kita akan diangkat bersama-sama dan berada di sorga dan menerima perjamuan kudus di hadirat daripada Tuhan Yesus Kristus. Nah ini yang membuat ketika Calvin melihat Zwingli mengatakan perjamuan kudus itu hanya sekedar simbol saja untuk memperingati hari kematian daripada Kristus, Calvin tidak setuju, karena perjamuan kudus bukan hanya sebagai satu simbol akan kematian Kristus di kayu salib, tapi ada makna rohani di balik itu, sesuatu yang bersifat misteri, tetapi itu dialami oleh setiap orang percaya ketika kita menerima perjamuan kudus. Maka ada orang-orang Kristen, di Korintus, ketika mereka sembarangan menerima perjamuan kudus, mereka dihukum oleh Allah, dengan ada sebagian yang, banyak di antara mereka yang lemah tubuh, yang sakit dan bahkan tidak sedikit yang mengalami kematian pada waktu menerima perjamuan kudus. Dan ini juga yang membuat, ketika Calvin melihat konsep perjamuan kudus dari Katolik Roma, maka Calvin menolak pandangan tersebut. Ia tidak setuju akan konsep transubstansiasi. Transubstansiasi itu berbicara mengenai roti yang dimakan dan anggur yang diminum, memang bentuknya masih roti dan anggur, tetapi sebenarnya ketika seorang pastor itu memberkati roti dan anggur itu, mengucap syukur atas roti dan anggur itu, maka secara substansi, roti itu berubah menjadi tubuh Kristus yang sesungguhnya, dan anggur itu berubah menjadi darah Kristus yang sesungguhnya. Sehingga waktu kita makan itu sepertinya roti, tetapi sebenarnya itu adalah tubuh Kristus dan waktu kita minum anggur, sepertinya cawan, sebenernya adalah darah Kristus. Saudara, ini Calvin tolak. Kenapa dia tolak? Karena pada waktu dikatakan roti itu berubah menjadi tubuh Kristus yang sesungguhnya, dan anggur itu berubah menjadi darah Kristus yang sesungguhnya, maka itu berarti kita sedang membuat tubuh Kristus yang di Sorga, turun kembali ke dalam dunia dan mati kembali, dengan kita mengkonsumsi roti dan anggur tersebut, dan tubuh itu dipecah-pecahkan. Ini adalah suatu yang sangat berdosa, dan sangat menghina Tuhan, karena kita berarti, kita sedang menurunkan Kristus kembali dan menyalibkan Dia kembali di kayu salib. Karena itu Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, Calvin menolak baik itu pandangan Zwingli yang mengatakan itu sebagai tanda, simbol, maupun pandangan Katolik yang mengatakan itu berubah secara substansi. Tapi pada waktu kita menerima Perjamuan Kudus, kita bersama-sama diangkat secara rohani ke Sorga dan makan itu di hadirat dari Tuhan Yesus Kristus.
Hal lain dari perjamuan kudus yang berdampak pada masa kini adalah pada waktu kita menerima perjamuan kudus, perjamuan kudus menjadi sarana pertumbuhan iman kita, atau rohani. Saudara, Paulus berkata di sini, “pada waktu engkau makan roti dan minum cawan itu” apa yang harus kita lakukan? Di dalam ayat 28,29 dikatakan, “Karena itu hendaklah tiap-tiap orang menguji dirinya sendiri dan baru sesudah itu ia makan roti dan minum dari cawan itu. Karena barangsiapa makan dan minum tanpa mengakui tubuh Tuhan, ia mendatangkan hukuman atas dirinya.” Saudara, pada waktu kita makan roti dan minum cawan, Paulus meminta kita untuk menguji kondisi rohani kita itu seperti apa, apakah kita adalah orang yang layak untuk menerima atau tidak layak untuk menerima? Apakah kita adalah orang yang kudus atau masih hidup di dalam suatu kehidupan yang berdosa dalam kehidupan kita? Apakah kita sungguh-sungguh orang yang beriman kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat atau kita hanya mempermainkan Tuhan dalam kehidupan kita sebagai orang yang mengatakan diri Kristen tapi kita menyangkali kuasa kematian dan kebangkitan Kristus di dalam kehidupan kita? Saudara, perjamuan kudus adalah suatu perjamuan yang bukan diperuntukkan bagi semua orang, perjamuan kudus bukan satu perjamuan yang diperuntukkan bagi orang Kristen dan non-Kristen, tetapi saya percaya perjamuan kudus adalah satu perjamuan yang harus dilakukan dan diterima oleh orang-orang Kristen yang percaya Tuhan, karena apa? Ada konsep persekutuan dalam kematian dan kebangkitan Kristus, dan ada satu tindakan dari Allah sendiri yang intervensi dalam jemaat Tuhan yang tidak menguduskan diri ketika mereka menerima perjamuan kudus. Dan kalau kita biarkan orang-orang yang tidak percaya makan perjamuan kudus berarti kita membiarkan orang-orang itu menghina kematian dan kebangkitan Kristus untuk dosa sedangkan mereka masih hidup di dalam dosa dan ketidakpercayaan mereka. Makanya Paulus di sini mengatakan kita perlu menguji iman kita, kita perlu menguji rohani kita di hadapan Tuhan sebelum kita menerima perjamuan itu, apakah kita memiliki kekudusan hidup?
Saudara, karena itu gereja ketika melihat pentingnya hal ini, adanya konsep persekutuan di hadapan Tuhan, adanya hukuman disiplin dari Tuhan bagi orang-orang yang tidak menjalankan perjamuan kudus dengan baik, gereja kemudian memutuskan ketika seseorang tetap hidup di dalam dosa di tengah-tengah gereja, walaupun dia datang sebagai orang Kristen dan mengatakan dirinya sebagai orang Kristen maka konsekuensinya adalah mereka akan mendapatkan disiplin rohani yaitu tidak menjalankan perjamuan kudus. Salah satu disiplin rohani bagi orang Kristen yang terus berdosa, mereka tidak layak menerima perjamuan kudus. Tapi Saudara, mungkin ada orang yang berkata, “Ya saya tidak terima di MRII Jogja saya juga bisa pergi ke gereja yang lain kan? Di sana tidak ada yang tahu kalau saya adalah orang yang berdosa dan di sana saya bisa tetap jaga muka saya sebagai orang Kristen dan saya bisa menerima perjamuan kudus di gereja-gereja yang lain.” Saudara, apakah ini adalah sesuatu yang kita bisa lakukan untuk mempermainkan Tuhan? Mungkin kita bisa permainkan gereja setempat, mungkin kita bisa mempermainkan hamba Tuhan yang ada di situ dan majelis atau pengurus yang ada di situ yang tahu kehidupan kita, tetapi Saudara, kita tidak mungkin bisa lari dari keadilan Tuhan Allah. Pada waktu gereja menjatuhkan disiplin bagi seseorang, jangan dikira itu hanya sebagai sesuatu konsekuensi yang bersifat sementara yang ada di dalam dunia untuk scope yang lokal di dalam gereja tertentu. Pada waktu gereja menjatuhkan disiplin bagi seseorang karena dia hidup dalam dosa maka tahu tidak disiplin itu juga berjalan di Sorga, di hadapan Tuhan, bagi orang tersebut? Kalau gereja melepas mereka maka Tuhan juga akan melepas mereka. Itu adalah hal yang sangat serius sekali. Karena itu pada waktu seseorang mungkin melihat diri dia masih hidup dalam dosa tapi diri dia masih bisa mempermainkan perjamuan kudus, kekudusan dari pada Tuhan Allah, jangan kira dia bisa melarikan diri. Dia mungkin bisa larikan diri dari hamba Tuhan, pengurus setempat atau gereja setempat tapi dia tidak mungkin bisa melarikan diri dari pada Tuhan Allah. Makanya di dalam jemaat Korintus Tuhan memberikan hukuman melalui kematian yang ada di tengah-tengah mereka ataupun kelemahan tubuh yang ada di dalam jemaat, satu hal yang mengerikan sekali Saudara. Tetapi bagi anak-anak Tuhan, kita percaya, itu adalah suatu disiplin untuk membuat kita tidak jatuh di dalam dosa dan hidup di dalam dosa.
Saudara, karena itu pada waktu kita menerima perjamuan kudus, kita perlu menguji hati, menguji kerohanian kita, tetapi di sisi lain kita juga jangan sampai menjadi orang-orang yang berkata, “Aku benar-benar tidak layak, karena itu aku tidak bisa menerima perjamuan kudus dalam kehidupanku karena aku berdosa di hadapan Tuhan.” Kalau Saudara jatuh dalam pemikiran seperti ini maka mungkin Saudara sedang melihat perbuatan kita menjadi unsur yang penting di dalam pengudusan dan kelayakan untuk berdiri di hadapan Tuhan. Padahal Tuhan berkata tidak ada seorangpun yang benar, yang kudus, yang layak di hadapan-Nya, semua orang Kristen bisa menjadi Kristen karena kita sadar kita tidak layak di hadapan Tuhan dan kita adalah orang berdosa. Karena itu di dalam faktor ‘menguji rohani’ kita perlu menguji apakah kita tidak layak di hadapan Tuhan karena kita berdosa dan kita datang kepada Kristus untuk menebus dan menyelamatkan kita dari dosa? Saudara, kita bukan orang yang ditebus untuk berdosa tapi kita adalah orang yang tetap tidak layak di hadapan Tuhan dan tanpa Kristus kita tidak mungkin bisa berdiri di hadapan Allah dan berbagian di dalam perjamuan kudus. Karena itu doa, perendahan diri, dan mempercayakan hidup di dalam tangan Kristus untuk menebus kita itu menjadi faktor yang utama yang harus ada di dalam kita menguji hati kita untuk menerima perjamuan kudus.
Aspek masa kini yang ketiga dari perjamuan kudus, ketika kita menyantap itu sedang memproklamirkan bahwa kita adalah satu tubuh dengan Kristus atau satu keluarga di dalam Tuhan. Saudara, orang Chinese itu punya kebiasaan, nggak tahu orang Jawa ya, biasanya setiap ada kesempatan, misalnya tahun baru imlek, kita kumpul sekeluarga untuk makan, atau ada momen-momen tertentu ada keluarga inti yang biasanya makan. Saya sendiri setiap kebaktian Minggu selesai, biasanya kita makan sama-sama keluarga. Kenapa kita lakukan itu? Mungkin di dalam kita melakukan perkumpulan itu bersama dengan keluarga kita makan kita menyatakan suatu kehidupan yang akrab antara satu sama lain, kita menyatakan suatu kehidupan yang hangat antara orang Kristen yang satu dengan yang lain atau keluarga itu yang saling bersekutu satu sama lain. Pada waktu orang Kristen duduk di meja yang sama, makan roti yang sama, minum anggur yang sama, mungkin sekarang kita lihat rotinya satu-satu ya, kalau dulu itu satu roti yang dipecah untuk bersama-sama dan satu anggur yang dibagi untuk orang banyak minum, sehingga dalam itu ada konsep satu kesatuan tubuh, kesatuan keluarga ketika orang Kristen makan bersama di dalam perjamuan Tuhan. Nah ini menyatakan yang duduk di sebelah kita itu bukan orang lain tapi sama-sama adalah saudara kita di dalam iman kepada Kristus. Saudara, ini adalah hal yang Tuhan ingin nyatakan melalui kehidupan kita kepada dunia; orang yang berbeda, kita sudah khotbahkan ini di dalam Surat Efesus, orang yang latar belakang beda, pendidikan berbeda, bangsa yang berbeda bisa bersatu di dalam Tubuh Kristus untuk menyantap perjamuan Tuhan, ini adalah satu hal yang indah sekali yang harusnya kita nyatakan kepada dunia ketika kita menerima perjamuan kudus.
Saudara, terakhir perjamuan kudus memiliki makna yang ke depan, dan makna ke depan ini berbicara mengenai satu penantian, pengharapan akan kedatangan Kristus yang kedua kali dan kita ada bersama-sama dengan Kristus menyantap perjamuan itu di meja Tuhan. Itu sebabnya pada waktu kita makan perjamuan dan minum cawan, maka kita bukan hanya melihat yang ke belakang, kita bukan hanya lihat dampaknya yang sekarang, tetapi perjamuan itu memberi kekuatan dan dorongan bagi kita untuk menantikan janji Tuhan bahwa di dalam Kristus kita akan bersama-sama dengan Dia di dalam Sorga dan menikmati kekekalan bersama-sama dengan Kristus. Ini adalah hal yang indah sekali Saudara. Kita buka Matius saja untuk melihat hal ini, Matius 26:26-29, “Dan ketika mereka sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada murid-murid-Nya dan berkata: “Ambillah, makanlah, inilah tubuh-Ku.” Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka dan berkata: “Minumlah, kamu semua, dari cawan ini. Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa. Akan tetapi Aku berkata kepadamu: mulai dari sekarang Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur ini sampai pada hari Aku meminumnya, yaitu yang baru, bersama-sama dengan kamu dalam Kerajaan Bapa-Ku.”” Jadi Saudara, ada aspek masa depan yang akan kita alami, suatu pengharapan dan kekuatan yang senantiasa memperbaharui iman kita dan menguatkan iman kita untuk menantikan kebersamaan kita dengan Kristus yang pasti itu. Ini yang menjadi hal yang perlu kita miliki, kita gumulkan, kita renungkan, dan kita imani setiap kali kita menerima perjamuan kudus. Saya akan akhiri khotbah saya di sini. Mari kita masuk dalam doa.
Kami bersyukur Bapa untuk firman dan kebenaran firman yang boleh Engkau nyatakan bagi kami. Kami bersyukur Bapa untuk segala sesuatu yang telah Engkau kerjakan bagi kami melalui Anak Tunggal-Mu Tuhan Yesus Kristus. Kami sungguh bersyukur untuk penebusan dosa yang Engkau telah karuniakan bagi kami melalui Anak Tunggal-Mu, kami mengucap syukur juga karena penebusan yang Kristus telah lakukan bagi kami maka kami boleh dikaruniakan satu kehidupan yang disebut sebagai anak-anak Allah dan satu kehidupan yang layak untuk berdiri di hadirat Tuhan dan beribadah kepada Tuhan Allah. Kami sungguh bersyukur ya Tuhan, dan kiranya setiap firman yang Engkau karuniakan bagi kami dan perjamuan kudus yang akan kami nikmati saat ini, itu boleh memberikan kekuatan bagi kami, mendorong pertumbuhan iman kami, dan membawa satu pengharapan yang senantiasa ada untuk menantikan hari dimana Engkau persatukan diri kami dengan diri Engkau di Sorga. Sekali lagi kami bersyukur dan mohon kiranya Engkau boleh pimpin dan sertai perjamuan yang akan kami lakukan ini. Dalam nama Tuhan Yesus Kristus kami bersyukur, kami berdoa. Amin.
[Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah]