Ef. 4:8-10
Pdt. Dawis Waiman, M.Div.
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, apa yang membuat Kristus itu layak disebut sebagai Kepala dari pada Gereja? Apa yang membuat Kristus itu memiliki hak untuk memberikan suatu pemberian-pemberian bagi Tubuh Kristus atau bagi Gereja-Nya? Dan apa yang membuat diri-Nya itu dapat mencapai posisi sebagai Kepala dan sebagai yang harus ditunduk, ditaati di dalam kehidupan dari pada anak-anak Tuhan maupun dari pada orang-orang dunia ini? Nah Alkitab berkata, jawabannya itu ada di dalam pasal 4 ayat 8 sampai ayat 10 yang barusan kita baca. Yang pertama adalah, kenapa Yesus pantas untuk dihormati? Kenapa Dia pantas untuk naik ke tempat yang tinggi? Kenapa Dia pantas untuk memberikan pemberian-pemberian? Karena apa yang terjadi pada Kristus itu adalah sesuatu yang sudah dinubuatkan Allah seribu tahun sebelum Yesus Kristus datang ke dalam dunia ini. Maksudnya adalah, kenaikan Kristus ke tempat yang tinggi untuk bisa memberikan pemberian-pemberian bagi Tubuh Kristus atau Gereja-Nya itu adalah sesuatu yang sudah Allah rencanakan sejak dalam kekekalan. Saudara, ini yang menjadi sesuatu yang kita perlu mengerti, baik dalam rencana Allah, ataupun di dalam rencana manusia sendiri. Pada waktu kita merencanakan segala sesuatu dalam kehidupan kita, dan saya percaya manusia adalah orang yang tidak mungkin tidak berencana dalam kehidupan mereka, tetapi pada waktu kita merencanakan sesuatu dalam kehidupan kita, maka rencana kita itu adalah sesuatu yang berbeda dari pada cara Allah di dalam merencanakan sesuatu. Manusia ketika di dalam merencanakan sesuatu, maka manusia itu mengalami satu proses dalam perencanaan itu. Maksudnya adalah, rencana bukan sesuatu yang senantiasa ada di dalam diri kita, tetapi rencana itu adalah sesuatu yang mungkin sebelumnya tidak ada, bisa kemudian muncul dan ada, baru ada. Dan ketika rencana itu ada dalam kehidupan kita, rencana itu juga bukan sesuatu yang sempurna seketika, tetapi rencana itu akan berproses, membutuhkan waktu untuk berpikir, untuk mendapatkan masukan, sehingga semakin lama semakin matang atau semakin baik di dalam kehidupan kita. Ini yang dilakukan oleh manusia ketika manusia memiliki satu rencana dalam hidup. Sehingga pada waktu dia berencana, rencana yang semula dia pikir baik, itu bisa berubah suatu waktu tertentu karena ketika dia menjalaninya, atau ketika dia mendapatkan pandangan, masukan dari orang lain, dia sadar, apa yang aku pikir baik itu ternyata tidak sebaik yang aku pikirkan, ada hal-hal lain yang perlu diperbaiki supaya rencana itu lebih matang lagi ketika dijalankan. Dan pada waktu kita melihat pada keadaan kita dalam berencana, kita tidak bisa pakai cara ini untuk melihat rencana Tuhan Allah. Pada waktu kita mengira rencana kita itu sebelumnya tidak ada, bisa sekarang menjadi ada, itu bukan sesuatu yang ada pada diri Allah. Allah punya rencana bukan sesuatu yang sebelumnya tidak ada lalu kemudian ada, karena Allah tidak dibatasi oleh waktu atau berada di dalam waktu.
Saya harap ini menjadi satu kebenaran yang kita pahami walaupun mungkin agak sulit untuk membayangkannya, tapi saya percaya kita perlu mengetahui kebenaran ini dan perbedaan antara Allah di dalam berencana dengan manusia di dalam berencana sehingga kita mengerti pada waktu kita mengalami kesulitan atau mengalami suatu kebutuhan untuk mendapatkan penuntun, kita harus lari kepada siapa untuk mendapatkan penuntun terhadap kebenaran tersebut. Saudara, pada waktu kita melihat rencana manusia, ada perbedaan yang besar sekali. Allah punya rencana dan manusia punya rencana itu adalah sesuatu yang tidak bisa disamakan, walaupun ada bagian dari hidup manusia yang juga berencana, karena Allah mencipta manusia sesuai dengan gambar Allah. Rencana Allah bagaimana? Alkitab berkata, rencana Allah senantiasa ada pada diri Allah, dan ada satu hal yang tidak pernah berubah, satu yang bersifat kekal, sesuatu yang sempurna, dan sesuatu yang tidak perlu masukan atau proses untuk menuju kepada hal yang lebih baik lagi. Ini yang menjadi rencana Allah. Jadi pada waktu Allah mencipta langit dan bumi, kapan rencana Allah mencipta langit bumi itu ada? Ya sudah ada sejak dalam kekekalan. Ketika Allah merencanakan satu penebusan pada Kristus, kapan rencana itu ada dalam diri Allah? Ya pasti dalam kekekalan sebelum Allah mencipta manusia, sebelum manusia jatuh di dalam dosa. Ini yang berbicara mengenai maksud dari pada rencana Allah itu adalah kekal, dan maksud dari pada rencana Allah itu adalah yang merupakan rencana yang sempurna. Sempurna berarti ketika Allah sudah merencanakan segala sesuatunya, dan rencana itu sudah ada dalam diri Allah yang kekal itu, maka rencana itu adalah satu rencana yang tidak perlu ada masukan apa pun untuk lebih menyempurnakan atau berubah karena suatu keadaan tertentu yang terjadi di dalam ciptaan-Nya yang tidak sesuai dengan apa yang Dia harapkan sebelumnya. Apa yang dia katakan, pasti terjadi. Dan apa yang Dia katakan sesuatu yang dikatakan jauh sebelum hal itu terjadi. Dan apa yang Dia katakan yang jauh sebelumnya sesuatu itu yang terjadi, itu adalah sesuatu yang Dia bisa pastikan untuk terjadi seperti apa yang Dia kehendaki. Nah ini yang dikatakan di dalam Efesus 4:8-10. Kematian Kristus di kayu salib, penurunan Dia ke dalam posisi yang rendah, kenaikan Dia ke tempat yang tinggi, itu adalah hal yang sudah Allah rencanakan sebelumnya, dan itu semua persis terjadi seperti apa yang Allah rencanakan. Ini bedanya Allah di dalam merencanakan segala sesuatu dengan manusia di dalam merencanakan segala sesuatu dalam kehidupan kita.
Kalau kita mengerti hal ini dengan baik, tadi saya sudah katakan, kalau kita mengerti bahwa rencana itu adalah sempurna, adalah yang paling bijaksana, adalah sesuatu yang tidak perlu ada perubahan karena rencana itu sudah sempurna sekali, itu berarti pada waktu kita menyusun suatu rencana tertentu, waktu kita ingin memutuskan satu langkah tertentu dalam hidup kita, hal yang paling utama adalah, kita cari ke mana? Nasihat itu kita cari di mana? Saudara, banyak orang yang berusaha mencari kepada dukun, banyak orang berusaha mencari kepada orang-orang peramal untuk mengetahui masa depan dia seperti apa karena dia tidak tahu sebenarnya hari depannya itu seperti apa. Banyak orang yang mencari tahu pada orang-orang yang dianggap bijaksana, yang baik di dalam dunia ini. Kalau cari dukun, cari peramal, saya yakin itu sesuatu yang kita nggak boleh, tapi cari pada orang yang memiliki pengetahuan yang baik, yang limpah, yang bijaksana, itu adalah sesuatu yang saya percaya boleh. Tetapi Saudara, apakah yang menjadi tujuan utama kita meminta nasihat itu kepada orang tersebut? Saya yakin, yang pertama kita harus tuju ketika kita ingin mendapatkan satu nasihat dan petunjuk tertentu adalah, kembali pada firman Tuhan. Karena apa? Dialah yang paling sempurna. Apa yang Dia katakan itu pasti terjadi, dan apa yang dikatakan itu adalah sesuatu yang tidak mungkin gagal. Apa yang Dia katakan itu adalah sesuatu yang betul-betul benar untuk bisa ditaati dan pasti benar dan tidak perlu takut itu akan mengalami satu kesalahan. Karena Dia adalah Allah yang sempurna, sedangkan kita masih bisa berubah, pertimbangan kita begitu terbatas didasarkan pada keadaan yang begitu terbatas dalam kehidupan kita sehingga kita tidak bisa mencakup segala sesuatunya. Tetapi Allah ketika mempertimbangkan segala sesuatu, pertimbangan itu pasti mencakup segala sesuatu yang ada di dalam ciptaan-Nya tersebut. Dan ini yang membuat kita harus belajar untuk mendapatkan Allah atau melihat kembali pada apa yang Allah nyatakan untuk kita bisa jalani kehidupan kita. Saya harap ini menjadi satu kebenaran yang kita hidupi sendiri. Makanya di dalam iman Kristen sering kali kita diajarkan, kita perlu melakukan saat teduh dalam kehidupan kita. Kita perlu membaca firman Tuhan dalam hidup kita, karena itu memang adalah satu-satunya penuntun yang mutlak, yang tidak boleh digantikan oleh apa pun juga di dalam dunia ini. Ini adalah satu kebenaran dari pada Tuhan Allah sendiri yang sudah Tuhan nyatakan bagi diri kita. Ini yang pertama yang kita bisa mengerti. Pada waktu Paulus berkata, “Tatkala Ia naik ke tempat tinggi Ia membawa tawanan-tawanan, Ia memberikan pemberian-pemberian kepada manusia.” Sesuatu nubuat yang sudah dinyatakan di dalam Mazmur 68:18, seribu tahun sebelum Yesus Kristus lahir ke dalam dunia ini.
Saudara, hal kedua adalah, ketika Paulus menyatakan mengenai kebenaran mengenai Kristus ini, maka kebenaran mengenai Kristus ini adalah sesuatu yang bukan hanya berbicara bahwa Yesus adalah seorang manusia yang datang lalu dengan satu usaha dan ketaatan yang Dia tunjukkan dalam hidup Dia, suatu usaha yang betul-betul berusaha setia kepada perintah Tuhan, maka Dia kemudian mendapatkan anugerah Allah, penghormatan Allah untuk naik ke tempat yang tinggi. Saudara, ketika Paulus mengutip Mazmur 68, Paulus selain mau mengatakan bahwa Dia adalah memang yang layak untuk naik ke tempat tinggi karena Allah sudah menubuatkan itu bagi diri Dia, tapi Paulus juga mau mengatakan, Dia yang layak untuk naik ke tempat tinggi itu adalah memang yang datang dari atas, turun ke dalam dunia, atau istilah lainnya adalah, Dia memang adalah Allah. Dia bukan hanya sebagai seorang manusia yang kemudian dengan usaha dan kebaikan yang Dia lakukan dalam hidup Dia kemudian Allah melihat Dia sebagai orang yang benar, lalu kebenaran itu dihormati dan dihargai Allah dan diterima Allah, lalu Dia diposisikan di tempat yang tinggi. Tapi Paulus mau ajak kita lihat, ketika Daud menulis Mazmur 68, Daud sendiri mengerti, bahwa yang turun itu dan memenangkan peperangan itu adalah bukan hanya sekedar manusia biasa, tetapi Dia adalah Allah sendiri yang telah turun dan memimpin dan membebaskan manusia dari pada musuh-musuhnya atau dari pada lawan-lawannya. Saudara, Yesus dikatakan dalam Mazmur 68, Dia adalah Allah Jehovah yang datang ke dalam dunia untuk menyelamatkan umat-Nya. Dan kenapa bisa dikatakan seperti ini? Karena di dalam pemikiran Daud, ketika dia menulis Mazmur 68 untuk merefleksikan kembali kemenangan yang dia alami di dalam peperangan, maka Daud di situ mengingat kembali semua peperangan dan keberhasilan yang dia lakukan di dalam kehidupannya. Itu bukan sesuatu yang adalah didasarkan usaha dan kemampuan dia, tetapi itu semua karena Allah yang datang untuk menolong dirinya di dalam peperangan itu. Makanya di dalam Mazmur 68 ketika Saudara baca, Saudara akan menemukan, ketika Daud berbicara mengenai kemenangan itu, dia mengingat kembali pada peristiwa bagaimana Allah membebaskan Israel dari perbudakan di Mesir. Itu semua diceritakan oleh Daud selama mereka ada di Mesir, dibawa keluar dari Mesir, berada di padang gurun, itu semua adalah hal yang dikerjakan Allah bagi umat-Nya. Sehingga pada waktu Daud mengalami kemenangan itu, dia sadar satu hal, pada waktu dia naik ke tempat yang tinggi, sebenarnya bukan dia yang layak untuk naik ke tempat tinggi tersebut, tetapi Allah sendiri yang layak untuk naik ke tempat yang tinggi itu. Ketika dia menaklukkan musuh-musuhnya, Daud sadar bukan dia yang mampu menaklukkan musuh, tetapi Allah yag menaklukkan musuh itu bagi diri dia. Dan ketika dia membebaskan tawanan, dia sadar bahwa Allah yang membebaskan, bukan diri dia yang mampu untuk membebaskan itu.
Saudara, saya harap kita punya pengertian ini dalam kehidupan kita sebagai orang Kristen. Kita pada waktu mengingat Allah, jangan hanya mengingat pada waktu kita dalam keadaan yang susah. Kadang-kadang susah itu adalah satu berkat yang Tuhan berikan dalam kehidupan kita supaya kita sadar kita itu begitu rapuh, begitu terbatas, begitu tidak mampu untuk menolong diri kita keluar dari kesulitan kita, sehingga kita hanya bisa melihat kepada Allah dan memohon pertolongan diri Dia. Tapi ingatan akan Allah itu bukan sesuatu yang hanya ada pada waktu kita menderita dan dalam keadaan sulit, tapi juga kita perlu ingat pada waktu kita dalam keberhasilan seperti yang dilakukan oleh Daud. Suatu yang mungkin sulit kita lakukan atau sering kali kita lupakan, tetapi anak Tuhan perlu mengingat bahwa keberhasilan, kesuksesan, kebahagiaan, pencapaian yang ia peroleh, itu adalah semua dikarenakan Allah yang bekerja dan memberkati dirinya untuk mencapai itu semua. Karena itu Saudara, yang membedakan orang yang mengerti itu adalah berkat Tuhan dengan yang itu adalah kutuk adalah, kalau ketika dia mendapatkan berkat itu ia ingat Tuhan, kalau dia tidak ingat Tuhan, itu mungkin ujian bagi orang itu supaya dia bisa melihat, dia lebih utamakan berkatnya atau sendiri lebih mengutamakan Tuhan Allah di dalam kehidupan dia tersebut.
Saudara, Yesus itu bukan hanya sekedar manusia. Alkitab mencatat, Yesus itu adalah Yehovah sendiri yang turun ke dalam dunia ini, Yehovah yang telah mencipta langit dan bumi, Yehovah yang telah mencipta manusia dan segala isinya, Ia sendiri yang turun dalam dunia ini; sehingga pada waktu kita melihat pada diri Yesus, Paulus mau ajak kita melihat melampaui kemampuan dari pada manusia sezaman dari pada Yesus Kristus, atau semua manusia pada umumnya yang ada di dalam dosa ketika melihat pada diri Yesus Kristus. Paulus ingin kita melihat Yesus itu melampaui dari pada kemampuan orang-orang Nazaret untuk melihat diri Yesus Kristus. Saudara, kita sering kali mengecam orang-oang Nazaret sebagai orang-orang yang begitu buta sekali ketika melihat Kristus ada di depan mata mereka tapi mereka tetap tidak bisa menerima Yesus adalah Tuhan Allah, tapi Saudara, memang apa yang mereka nyatakan itu satu sisi adalah satu kebutaan, tapi di sisi lain apa yang mereka katakan, saya percaya, itu adalah satu kebenaran juga. Karena apa? Ketika Yesus datang ke dalam dunia ini, Dia betul-betul datang sebagai seorang manusia sejati, selain dari pada diri Allah yang sejati. Dia lahir seperti seorang manusia biasa, tidak ada bedanya dengan bayi-bayi yang lain yang tidak mampu untuk menyelamatkan dirinya sendiri, tidak mampu untuk melindungi dirinya sendiri, tidak mampu untuk menyuapkan makanan ke dalam mulutnya sendiri, tidak mampu langsung berbicara, dan juga tidak mampu langsung melakukan mujizat dalam kehidupan Dia. Saya sering kali membayangkan ketika Yesus berusia sebelum 12 tahun, apa yang Dia lakukan? Atau 12 tahun sampai 30 tahun, sebelum 30 tahun apa yang dia lakukan? Apakah Dia seperti yang pernah dicatat membuat burung, lalu ditiup, lalu jadi hidup, seperti itu, atau Dia bisa berbicara?
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pada waktu kita membaca injil Markus, peristiwa Yesus ditolak di kampung halamannya sendiri, Nazaret, saya sadar satu hal, pada waktu Yesus hidup sebagai anak-anak, Dia betul-betul anak-anak seperti diri kita. Dia nggak lakukan mujizat apa pun. Dan mujizat itu mungkin dilakukan setelah Dia dibaptis dan Roh Kudus turun atas kehidupan Dia. Dari mana kita tahu? Pada waktu orang-orang Nazaret melihat Yesus, mereka bertanya-tanya, “hikmat dari mana yang miliki tersebut?” Lalu bukan hanya itu, “mujizat-mujizat itu kok bisa Dia lakukan di dalam pelayanan Dia?” Kalau mereka bertanya, “kok bisa Dia lakukan dalam pelayanan-Nya,” itu berarti selama Yesus hidup 30 tahun bersama diri mereka, mungkin Yesus tidak pernah lakukan mujizat satu kali pun. Saudara, karena itu ketika mereka melihat Yesus, mereka tidak bisa menerima Yesus itu, bahkan mungkin sebagai seorang nabi, karena bagi mereka, Yesus hanya seorang tukang kayu, Yesus yang saudara-saudaranya ada bersama-sama dengan mereka, dan mereka tumbuh dan besar bersama. Mungkin Dia hanya seorang yang baik, manusia yang baik, tapi tidak lebih dari pada itu. Nabi pun sulit untuk mereka terima. Tapi Saudara, ada orang yang lain melihat Yesus sebagai seperti orang-orang Farisi dan ahli Taurat. “Siapa Yesus?” Mereka berkata, “Yesus itu hanyalah manusia yang berusaha untuk meninggikan diri-Nya setara dengan Allah. Dia adalah seperti manusia, Dia adalah nabi, mungkin nabi. Dia memberitakan satu kebenaran firman Tuhan, tetapi ada satu hal yang kami tidak bisa terima,” yaitu apa? “Dia adalah manusia yang sudah berani-beraninya memposisikan diri sebagai Tuhan Allah.” Akibat itu membuat orang-orang Farisi dan ahli Taurat membunuh Yesus Kristus. Saudara, tapi ada juga kelompok yang ketiga, ketika melihat Yesus Kristus, mereka datang berbondong-bondong pada Yesus, untuk apa? Bukan karena mereka mengenal Kristus, bukan karena mereka mengetahui siapa identitas sejati dari pada Kristus yang bukan hanya sekedar manusia biasa, tetapi Dia juga adalah Allah Yehovah sendiri yang datang ke dalam dunia untuk menyelamatkan manusia, tapi mereka datang karena ada kepentingan diri dibalik dari pada tindakan mereka untuk mengikut Kristus, karena mereka tahu kalau mereka mengikut Kristus kebutuhan-kebutuhan hidup mereka secara fisik atau pun perut mereka itu bisa dipenuhi oleh Yesus Kristus.
Saudara, manusia melihat Kristus dari perspektif ini. Mungkin Dia hanyalah seroang manusia biasa. Mungkin Dia hanyalah seorang nabi yang memiliki pengajaran yang begitu mulia, begitu baik sekali, sesuatu yang benar-benar perlu diteladani. Mungkin Dia adalah seorang yang bisa mencukupkan kebutuhan dari pada kehidupan kita. Tapi Saudara, pada waktu Paulus mengutip Mazmur 68:18, Paulus mau menunjukan bahwa Dia bukan hanya sekedar nabi, bahwa Dia bukan hanya sekedar manusia biasa, tapi Dia adalah Nabi di atas semua nabi atau Sumber dari pada semua nabi, dan Dia adalah Allah sendiri yang datang ke dalam dunia untuk menebus dan menyelamatkan kita, karena itu Dia layak untuk naik ke tempat yang paling tinggi tersebut. Tidak ada satu manusia pun yang dikatakan [Surat] Roma yang layak untuk naik ke tempat yang tinggi itu, kecuali Yesus Kristus sendiri, karena Dia memang layak, pantas, karena memang Dialah yang memiliki kedudukan dan posisi itu sebelumnya dan itu dikembalikan kepada diri Dia setelah Dia menebus manusia dari pada dosa. Jadi, Saudara, siapa Kristus? Kristus adalah Allah yang sejati, yang datang ke dalam dunia, turun ke dalam dunia, inkarnasi menjadi manusia. Karena itu, Dia layak menaikkan diri-Nya ke tempat yang tinggi dan setelah itu memberikan pemberian-pemberian kepada gereja-Nya. Kita perlu mengembalikan kemuliaan ini kepada Tuhan Allah.
Lalu setelah ini, kita perlu melihat suatu hal yang menjadi suatu perdebatan yang cukup panjang di dalam gereja Tuhan. pada waktu Yesus kembali ke tempat yang tinggi tersebut, dikatakan bahwa disini ‘Ia naik dan membawa tawanan-tawanan,’ yang jadi pertanyaan adalah siapa yang dimaksud dengan ‘tawanan-tawanan’ yang dibawa oleh Kristus ke tempat yang tinggi tersebut? Saudara, di sini ada beberapa pengertian penafsiran, nanti saya akan jelaskan satu per satu. Dan pertama saya akan berbicara mengenai ada satu pandangan orang ketika mereka melihat Yesus membawa tawanan-tawanan itu, maka disitu mereka kemudian berkata tawanan-tawanan itu adalah orang-orang yang ada di dalam Perjanjian Lama, lalu ketika mereka mati, setelah mereka hidup satu waktu tertentu dan mereka mati sebelum Kristus datang ke dalam dunia untuk mati di kayu salib untuk menebus dosa manusia, maka mereka kemudian harus dikumpulkan ke dalam satu tempat tertentu yang namanya hades, dalam bahasa Yunani, atau yang namanya Sheol dalam bahasa Ibrani. Ini bukan neraka, tapi ini adalah satu tempat tertentu dimana menampung orang-orang yang percaya kepada Tuhan, yang mati di dalam Tuhan atau pun orang-orang yang tidak percaya kepada Tuhan dan mati di dalam Perjanjian Lama. Jadi, menurut mereka, pada waktu Yesus naik ke tempat yang tinggi itu, sebelumnya Dia turun ke dalam bumi yang paling bawah. Kemana itu? Ke hades, tempat orang-orang itu mati. Untuk apa Dia turun ke dalam tempat orang-orang mati? Untuk membebaskan orang-orang percaya Perjanjian Lama, yang dikurung di hades seperti sebuah penjara yang dimana mereka tidak mungkin keluar dari tempat itu sebelum Kristus mati di kayu salib untuk menebus dosa manusia.
Apa yang menjadi dasar pemikiran ini? Mereka melihat kembali kepada peristiwa kehidupan dari pada raja-raja Israel sebelumnya. Pada waktu mereka melihat kepada kehidupan raja-raja Israel, mereka kemudian melihat di dalam zaman itu yang namanya peperangan itu adalah sesuatu yang biasa terjadi, lalu di dalam peperangan itu kadang-kadang Israel kalah melawan musuhnya, tapi kadang-kadang Israel juga menang melawan musuhnya tersebut. pada waktu raja Israel berhasil mengalahkan musuh-musuhnya, yang sebelumnya mengalahkan diri mereka, maka yang dilakukan oleh raja Israel adalah mereka bukan hanya membawa tawanan, mengalahkan musuh itu, tapi mereka juga kemudian membawa tawanan-tawanan, yaitu orang-orang Israel yang sebelumnya dibelenggu oleh musuh-musuh itu, kembali ke Tanah Perjanjian Tuhan. Lalu pada waktu mereka kembali ke Tanah Perjanjian Tuhan, mereka bukan hanya membawa tawanan itu juga, tapi mereka membawa barang-barang rampasan dari pada bangsa musuh yang mereka kalahkan tersebut. Dan ketika mereka kembali, apa yang mereka lakukan? Dikatakan kemudian mereka naik ke bukit Sion, yaitu bukit kemenangan Tuhan Allah, lalu di situ mereka membawa tawanan itu bersama mereka yaitu orang-orang Israel, umat Allah yang sebelumnya telah ditawan oleh musuh dan raja kemudian membagikan membagikan pemberian-pemberian kepada orang-orang Israel. Saudara, pada waktu mereka melihat peristiwa ini, maka kemudian mereka berkata pada waktu Paulus mengutip ‘tatkala Dia naik ke tempat tinggi, Dia membawa tawanan-tawanan’ itu berarti pada waktu Yesus sendiri memenangkan peperangan melawan musuh-Nya, melawan setan dalam kehidupan Dia, melawan apa yang menjadi kuasa yang membelenggu dari pada manusia melawan dosa, maka kemudian Yesus naik ke tempat bukit itu, ke tempat yang tinggi, tapi pada waktu Yesus naik ke bukit itu, Dia membawa tawanan-tawanan yang merupakan orang-orang kudus Perjanjian Lama untuk pergi bersama-sama dengan Dia ke tempat yang tinggi tersebut, yang kudus itu. Nah, Saudara, adakah dukungan Alkitab yang menyatakan pengajaran ini?
Mereka mengutip salah satu bagian yang penting adalah dari Surat 1 Petrus 3:18-19 , “Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh, dan di dalam Roh itu juga Ia pergi memberitakan Injil kepad roh-roh yang di dalam penjara.” Saudara, ayat ini menurut mereka berbicara mengenai Yesus yang sebelumnya hidup lalu kemudian Dia mati disalibkan. Pada waktu Yesus mati disalibkan, menurut kelompok ini adalah tubuh-Nya mengalami kematian, tetapi Roh-Nya atau jiwa-Nya tidak mengalami kematian. Tahu dari mana? Dari sini ada istilah Roh yang huruf besar dan juga roh yang huruf kecil. Roh yang huruf besar itu berbicara mengenai siapa? Yaitu Roh Yesus Kristus, yang ketika Dia mati di kayu salib, Dia tidak mengalami kematian tetapi Roh-Nya masih hidup setelah Dia mengalami kematian. Tubuh-Nya boleh dikuburkan di dalam kuburan, tetapi Roh-Nya tidak dikuburkan di dalam kuburan tersebut, Dia tetap memiliki suatu kesadaran dan pada waktu Dia meninggalkan Tubuh-Nya itu, ketika Dia mati di kayu salib, lalu yang menjadi pertanyaan adalah yang mereka angkat, kemana Roh Yesus Kristus selama 3 hari tersebut? Setelah mati hari pertama, hari kedua, hari ketiga Dia bangkit dari kematian, selama 3 hari itu Roh Yesus kemana? Nah, menurut kelompok ini, dengan mengutip pasal 3:18-19, mereka kemudia berkata ; “bukankah di sini, dikatakan roh itu kemudian pergi memberitakan injil kepada roh-roh yang di dalam penjara.” Nah roh-roh di dalam penjara itu siapa? Roh-roh yang ada di dalam hades tersebut. Saudara, jadi, pada waktu mereka berakata ‘Yesus mati kemana?’ Ia turun ke hades, ke tempat orang-oran yang sudah mati, yaitu tempat orang-orang Perjanjian Lama yang dikurung.
Untuk apa Dia pergi ke tempat yang orang-orang Perjanjian Lama tersebut yang di kurung disana? Nah, di sini ada 2 tafsiran: pertama adalah untuk memberitakan injil kepada orang orang yang ada di dalam kurungan tersebut, atau orang-orang yang ada dalam pemberontakan melawan Tuhan pada zaman itu. Saudara, di dalam hades itu ada 2 bagian yang tadi saya katakan. Bagian pertama adalah tempat dimana orang yang percaya dalam Tuhan itu berada, itu hades bagian atas. Tapi, hades bagian bawah, itu adalah tempat dimana orang-orang yang tidak mengenal Tuhan, mati atau menolak Tuhan itu berada dan dikuburkan disitu. Pada waktu Yesus Kristus datang ke dalam dunia, mati di kayu salib dan pada waktu Roh-Nya itu berpisah dari tubuh-Nya, mereka berkata roh Kristus itu turun ke dalam dunia, ke bagian hades yang bawah, tempatnya orang-orang tidak percaya, tempat malaikat-malaikat yang sebagian dibelenggu di sana, lalu apa yang Yesus katakan? Yesus memberitakan Injil kepada orang-orang atau roh-roh dari pada orang-orang tersebut. maksudnya adalah untuk memberikan kesempatan kedua agar orang-orang yang sudah mati itu percaya dan kemudian diselamatkan di dalam Kristus. Saudara, ini yang pandangan pertama. Tapi Alkitab juga menyatakan menurut pandangan yang kedua adalah sebenarnya pada waktu Yesus turun ke dalam dunia orang mati tersebut atau hades, istilah ‘memberitakan injil’ itu berbeda dari pada istilah ‘memberitakan injil’ dalam pengertian memberitakan kesempatan kedua penebusan bagi orang yang berdosa. Tetapi, Istilah memberitakan injil di situ adalah lebih tepat dimengerti sebagai memproklamirkan kemenangan dari pada Kristus di kayu salib terhadap musuh-musuh-Nya. Orang ketika melihat salib, seringkali dalam satu pengertian ‘Dia adalah orang yang lemah, Dia adalah orang yang gagal di dalam menjalankan misi-Nya, Ia tidak bisa mewujudkan apa yang menjadi rencana dari pada Yesus Kristus, sehingga Dia harus mati di atas kayu salib tanpa berdaya sama sekali.’ Tetapi, Alkitab mencatat di dalam Kolose, pada waktu Dia mati di kayu salib, Dia bukan gagal, justru kematian Dia itu adalah suatu kematian yang menyatakan kemenangan Dia terhadap dosa dan kemenangan Dia atas kuasa iblis; dan pada waktu Dia memenangkan peperangan itu melawan iblis dan kuasa dosa, saat itulah Dia turunkan ke tempat hades untuk memproklamirkan Dia sudah mengalami kemenangan itu. Lalu apa yang Dia lakukan kemudian? Dia membawa tawanan-tawanan yang merupakan orang-orang kudus Perjanjian Lama, yang mati sebelum kedatangan Kristus untuk bersama-sama pergi ke Surga dan tinggal bersama dengan Bapa. Saudara, selama Yesus belum datang ke dalam dunia ini, menurut pandangan ini, orang-orang Perjanjian Lama tidak mungkin masuk ke Surga, tapi, dia akan di kurung dalam satu tawanan atau penjara di dalam hades tersebut. Sampai kapan? Yesus Kristus datang setelah Dia mengalami kematian di kayu salib.
Saudara, apakah kita bisa menerima kedua pandangan ini atau tafsiran ini mengenai Yesus turun ke dalam dunia orang mati dan membawa tawanan-tawanan di situ bersama-sama dengan diri Dia? Saya percaya ini bukan suatu kebenaran, sesuatu yang diajarkan oleh Kitab Suci. Pertama adalah, pada waktu dikatakan Yesus turun ke dalam dunia untuk memberitakan injil atau kesempatan kedua bagi orang-orang yang ada di dalam hades untuk percaya dan diselamatkan, itu sama sekali tidak ada dukungan Alkitab untuk mendukung hal tersebut. Alkitab menyatakan ketika manusia mati, maka di situlah titik akhir daripada kehidupan dia, dimana dia akan dihakimi, perbuatan-perbuatannya itu akan menentukan apakah dia layak diterima oleh Tuhan atau tidak dan dia ditentukan untuk masuk ke dalam dunia orang mati, di situ tidak ada satu kesempatan lagi bagi dia untuk bisa kembali ke Surga dan tinggal bersama dengan Tuhan Allah. Dimana kita bisa lihat kebenaran itu? Pertama ada di dalam Lukas 16:26, ini mengenai suatu kisah yang Yesus ceritakan mengenai orang kaya dan Lazarus yang miskin, Lukas 16:26, pada waktu Yesus mengajar orang-orang Yahudi, maka Dia berkata mengenai suatu cerita; ada seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus dan setiap hari dia bersukaria dalam kemewahan, tapi di depan rumahnya, ironisnya adalah seorang miskin yang bernama Lazarus, yang selalu di dalam kekurangan dan tidak pernah dipenuhi kebutuhannya oleh orang kaya ini atau diperhatikan oleh orang kaya ini. Dan suatu hari, ketika Lazarus mati, maka disitu dikatakan malaikat Tuhan membawa jiwa dari pada Lazarus ke pangkuan Abraham. Tapi, ketika orang kaya itu mati, maka di situ dikatakan; dia turun ke dalam dunia orang mati atau hades di situ. Lalu, apa yang terjadi? Di dalam ayat berikutnya dikatakan orang kaya ini begitu menderita sekali di hades, dia begitu kesusahan, dia betul-betul membutuhkan air, yaitu adalah sesuatu yang bisa melegakan kekeringan itu dan dahaga yang dia miliki. Lalu dia berkata kepada Abraham; “tolong berikan aku air, minta Lazarus itu berikan aku setetes air!” lalu di dalam ayat selanjutnya, yaitu ayat 25 & 26, Abraham kemudian berkata ; “Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang Ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita. Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang.” Artinya apa Saudara? Satu di hades, dunia orang mati dan mendapatkan hukuman. Satu orang ketika mati ada di pangkuan Abraham atau di Surga. Lalu, diantara itu ada jurang pemisah yang begitu lebar dan tidak ada seorang pun yang bisa nyebrang dari hades ke pangkuan Abraham dan dari pangkuan Abraham ke hades. Maksudnya apa? Mereka nggak mungkin pindah dari neraka ke Surga, itu maksud dari ayat ini.
Lalu, yang kedua adalah dalam Ibrani 9:27, Ibrani 9:27, kenapa nggak ada kesempatan? Penulis Ibrani berkata di dalam Ibrani 9:27, Ibrani 9:27 kita baca bersama-sama ya; “dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi.” Manusia ditentukan untuk mati berapa kali? Setelah mati langsung dihakimi, bukan diberikan kesempatan, tetapi dijatuhkan hukum mati. Kita bisa bandingkan Ibrani 10:26-27; “sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengatahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu. Tetapi yang ada ialah kematian yang mengerikan akan penghakiman dan api yang dasyat yang akan menghanguskan semua orang durhaka.” Saudara, penulis Ibrani berkata, kalau kita adalah orang-orang yang sebelumnya sudah mengerti kebenaran di dalam Kristus. Lalu, ketika kita sudah mengerti kebenaran itu, mengalami kematian dan di dalam kematian itu kita tetap menolak kebenaran yang kita sudah dengar di dalam Kristus itu, maka tidak ada lagi kesempatan kedua bagi orang tersebut. Nah, ini juga yang menjadi dasar saya bisa katakan, kalau Saudara mengerti kebenaran tapi tetap hidup di dalam suatu kehidupan yang menolak kebenaran dan tidak mau tunduk di dalam kebenaran, kita sebenarnya orang yang tidak ada pengharapan sama sekali dan kita sedang mempermainkan Tuhan Allah dan kebenaran dari pada Tuhan Allah. Jangan pikir kita bisa tetap menjadi anak Allah dalam mengerti kebenaran tanpa perlu melakukan kebenaran atau tundukan diri kita dibawah kebenaran dari pada firman Tuhan. kita perlu belajar menundukan diri dan mempercayai serta mentaati, dari situ kita bisa baru dikatakan sebagai anak-anak Allah. Saudara, pada waktu manusia mati, kitab suci mengatakan ada jurang pemisah yang begitu besar. Pada waktu manusia mati, dikatakan saat itu pasti dia akan dihakimi berdasarkan apa? Kebenaran yang dia miliki. Pada waktu manusia mati Kitab Suci mengatakan dia akan dihakimi berdasarkan perintah Tuhan atau hukum Taurat yang ada di dalam hatinya atau berdasarkan perbuatan-perbuatan dia, apakah itu mentaati Tuhan, hukum Tuhan atau tidak. Kalau tidak, dia akan dihakimi di dalam kekekalan. Dan memang tidak ada satu manusiapun dengan usahanya sendiri dan kemampuannya sendiri yang sanggup untuk membuat diri dia benar di hadapan Tuhan Allah melalui perbuatan dia. Saudara, di dalam Pembinaan Pemuda kemarin saya ada kasih satu contoh: Jangan kira kalau kita melakukan satu dosa, kita hanya melakukan satu dosa kecil yang tidak memiliki dampak apa-apa yang fatal dalam kehidupan kita. Ketika kita memelihara satu dosa kecil saja dalam kehidupan kita, itu berarti kita sudah melanggar seluruh dosa, atau hukum daripada Tuhan Allah. Kita sudah melakukan satu dosa yang begitu besar sekali di hadapan Tuhan dan kita sudah melanggar kekudusan daripada Tuhan Allah sendiri atau melanggar panggilan kita untuk hidup kudus di hadapan Tuhan Allah. Itu adalah satu penghinaan besar bagi Tuhan Allah yang tidak mungkin mendapatkan pengampunan daripada Tuhan Allah kalau kita tetap hidup di dalam dosa, kecuali kita datang kepada Kristus untuk mendapatkan pengampunan itu.
Saudara, contohnya apa? Saya katakan kemarin, di dalam 10 hukum yang menjadi dasar Tuhan menghakimi manusia, adakah dosa yang paling ringan di situ? Dan apakah dosa yang paling berat di situ? Hmm? 10 hukum itu sama rata semua? Memang di hadapan Tuhan sama rata, yaitu orang yang melanggar 10 hukum akhirnya akan dihukum oleh Tuhan Allah. Tapi di hadapan manusia ketika dia berelasi dengan manusia dan melanggar 10 hukum, apakah semuanya mendapatkan hukuman yang sama? Setimpal? Nggak kan? Yang paling ringan yang mana? Yang melakukan dosa tapi nggak dihukum, ngomong kaya gitu, oleh manusia, yang mana? Hukum pertama? Mati. Hukum kedua? Mati. Hukum ketiga? Tahu nggak hukum pertama? “Jangan ada allah lain di hadapan-Ku!” – langgar, mati, kan? “Jangan membuat patung dalam wujud apa pun!” – langgar, mati. “Jangan menyebut nama Tuhan Allahmu dengan sembarangan!” – langgar, mati. “Ingat dan kuduskanlah hari Sabat!” – langgar, mati. Kita yang hidup zaman sekarang nggak ada hukuman mati tuh enak sekali ya. Orang dulu itu mati lho, nggak datang ke ibadah kepada Tuhan di hari Sabat. “Hormati orang tuamu!” – kalau langgar? Mati. Kalau membunuh? Berzinah? Mati juga. Lalu “Jangan mencuri!” – mencuri, mati nggak? Belum tentu. Berbohong? Nggak juga. Mengingini? Tapi kalau saya mengingini, saya nggak berbohong – konsekuensinya lebih besar yang mana? Yang saya mengingini dengan saya berbohong – konsekuensi hukumannya lebih besar yang mana? Bohong, kan? Saya berbohong dengan saya mencuri, konsekuensinya mana yang lebih besar? Mencuri. Jadi ada derajat di dalam 10 hukum itu. Yang paling ringan adalah mengingini. Lalu Saudara kemudian berkata, ‘Oh kalau “mengingini” itu yang paling ringan, maka nggak apa-apa dong kalau mengingini. Kalau saya mengingini sesuatu, nggak ada orang yang tahu kan? Cuma saya sama Tuhan Allah, kan? Kalau saya ingini perempuan lain, cuma saya dan Tuhan Allah yang tahu, nggak ada orang yang tahu. Kalau saya ingini barang milik orang lain, cuma saya yang tahu dan Tuhan Allah yang tahu, nggak ada orang yang tahu dan nggak merugikan siapa-siapa kan?’
Saudara, Alkitab berkata, ketika kita pelihara dosa yang paling kecil ini, “mengingini” saja, dan tetap memelihara dosa itu, jangan harap kita akan dibebaskan atau mendapatkan satu pengampunan daripada Tuhan Allah. Tapi dari dosa yang kecil ini, “mengingini”, sebenarnya itu membuat kita akan melanggar seluruh hukum yang lain daripada Tuhan Allah, yang berdampak di dalam kematian kekal, kalau kita tidak bertobat. Contohnya siapa? Daud. Daud, kenapa jatuh dalam dosa dengan Betsyeba? Karena apa? Pertama, melihat dan mengingini. Hari pertama lihat, ‘Oh cantik juga ya. Besok coba lihat lagi ah, mungkin kan dia mandi lagi di situ.’ Lihat lagi, ‘Oh ya dia datang. Bagus juga ya?’ Lalu apa? Mulai dari situ timbul keinginan untuk mau bersetubuh dengan Betsyeba. Pada waktu keinginan muncul, akibatnya apa? Dia kemudian mulai apa – panggil Betsyeba untuk bersetubuh dengan dia. Jadi dia langgar dosa ke-7, “Jangan berzinah!” Apakah ini hanya dosa Daud? Nggak, kan? Setelah dia mengingini, dia berzinah sama Betsyeba, dia kemudian apa? Berbohong. Bohongnya bagaimana? Menyuruh Uria, suaminya itu, pergi ke medan pertempuran, seolah-olah dia adalah orang yang penting di situ dalam medan pertama, lalu setelah dia mati dia akan dianggap seorang pahlawan. Lalu selain berbohong, dia langgar lagi yang lain nggak? Membunuh orang. Dia mencuri nggak? Mencuri istri orang. Makanya di dalam Matius itu, sampai dia mati pun, sudah dia mati lama sekali – 1000 tahun, di situ masih ditulis, “dia menikah dengan istri Uria, lalu melahirkan anak” – di situ “Salomo”. Nggak pernah dikatakan dia menikah dengan Betsyeba di situ, dia selalu dikatakan “mencuri istri orang”. “Hormati orang tua” – langgar nggak? Yang mana? Ketika ada penasehat yang menasihatkan dia, dia anggap itu tidak ada. Melanggar Tuhan? Ada allah lain, yaitu nafsunya sendiri terhadap perempuan itu, itu menggantikan posisi Tuhan Allah dalam kehidupan dia. Jadi pada waktu Daud melanggar dosa “mengingini” saja, dia sudah melanggar seluruh perintah Tuhan yang lain nggak? Dia melanggar seluruh perintah Tuhan yang lain, untung dia mendapatkan suatu karunia Tuhan, di mana nabi Natan diutus kepada dia untuk menegur tindakan dia.
Dan Saudara, apa yang membedakan anak Tuhan dari bukan anak Tuhan ketika mendapatkan teguran itu? Anak Tuhan, ketika mendapatkan teguran, dia langsung bertobat dan tidak berdalih. Ngomong “aku berdosa, dan aku harus tinggalkan dosa ini.” Bukan anak Tuhan – dia akan berdalih, untuk memikirkan ini menguntungkan diriku atau tidak menguntungkan diriku. Salah satu contoh adalah Herodes. Pada waktu Herodes mendengar perkataan daripada Yohanes Pembaptis, dia ada satu kesukaan di dalam hatinya dan ketenangan. Dia tahu bahwa Yohanes Pembaptis memberitakan kebenaran firman. Dan dia tahu bahwa Yohanes Pembaptis adalah nabi Tuhan yang datang untuk memberitakan firman dan kebenaran. Tapi setiap kali dia mengingat Herodias, teguran Yohanes Pembaptis terhadap tindakan dia untuk mencuri istri saudaranya sendiri, dia merasa sakit hati dan benci sekali. Sampai satu titik, ketika dia ada di dalam dilema antara percaya Yohanes punya pemberitaan atau membenci diri dia, sampai ketika satu titik tiba, ketika anak daripada Herodes itu menari dan memuaskan hati Herodes, lalu ditanya, “Apa yang kau mau minta? Aku akan berikan segala sesuatunya pada engkau, bahkan setengah daripada kerajaanku sendiri.” Jangan sembarangan berjanji ya, sesuatu yang kita nggak bisa genapi, atau sesuatu yang bahkan mungkin berakibatkan fatal, jangan sembarangan ngomong seperti itu. Herodes, kemudian anaknya itu cepat-cepat datangnya kepada mamanya, Herodias, lalu tanya, “Mau minta apa?” Herodias bilang, “Itu kepala Yohanes Pembaptis.” Lalu ketika dia datang kepada Herodes, dia berkata, “Aku minta kepala Yohanes Pembaptis.” Di situ dikatakan, Herodes sikapnya bagaimana? Di situ dikatakan Herodes sikapnya bagaimana? Dia lebih memikirkan muka dia daripada kebenaran atau keadilan; dia lebih memilih “saya bunuh Yohanes Pembaptis daripada saya dipermalukan,” akhirnya dia bunuh Yohanes Pembaptis. Saudara, pada waktu kita ada di dalam dilema antara hidup di dalam dosa, mengingini dosa, dengan kebenaran firman Tuhan, Saudara pilih yang mana? Pada waktu ada orang yang datang kepada Saudara, menegur Saudara terhadap dosa Saudara, Saudara pilih yang mana? Menjaga muka? Kalau Saudara menjaga muka, Saudara pasti membuang orang itu dan kebenaran firman. Tetapi kalau Saudara berani menerima kenyataan itu, mungkin Saudara akan bertobat dan meninggalkan dosa, dan Saudara dikembalikan kepada Tuhan Yesus dalam jalan yang benar. Anak Tuhan pasti langsung bertobat tanpa mencari alasan, tapi yang bukan anak Tuhan dia akan mencari-cari alasan untuk melindungi muka dia dan tidak dipermalukan di hadapan umum, dan demi itu dia menyingkirkan kebenaran dari pada firman Tuhan.
Ini bukan hanya dilakukan oleh Herodes, Saudara ketika membaca Saul, Raja Saul-pun melakukan hal yang sama. Ketika dia memenangkan peperangan, dia diminta untuk membunuh Agag dan semua orang-orang yang menjadi pengikut Agag, lalu membunuh semua hewan peliharaan itu, tetapi karena rakyat inginkan domba-domba yang baik tidak dibunuh, lalu rakyat menginginkan Agag tidak dibunuh, lalu Saul berkata, “Ya sudah nggak apa-apa, mereka boleh kita bawa sebagai tawanan.” Pada waktu nabi Sammuel datang menegur Raja Saul, yang dia katakan apa? “Ya aku berdosa, aku tidak taat Tuhan, tetapi tolong jaga mukaku ya, jangan hina aku di hadapan rakyat yang banyak, tolong kau datang bersama-sama dengan aku kembali kepada rakyat, aku akan bertobat, aku akan dengarkan perintahmu, aku akan lakukan apa yang Tuhan katakan, tapi tolong jangan buat aku malu di hadapan orang banyak.” Tapi Saudara, Tuhan berkata sekali kasih kesempatan itu engkau langgar, sebenarnya bukan sekali ya, sudah beberapa kali dikasih kesempatan, kau langgar tidak ada lagi kesempatan untuk kembali kepada jalan yang benar; Tuhan tidak izinkan Saul bertobat kembali. Saudara, jangan kira kita punya banyak kesempatan pertobatan, jangan kira kita bisa lakukan dosa sesuka dan semau kita sendiri lalu mengatur waktu kita sendiri kapan mau bertobat kembali kepada Tuhan atau belum. Waktu itu bukan di tangan kita, kemampuan bertobat itu bukan di tangan kita, hak untuk menerima kita itu bukan di tangan kita, tapi itu semua ada di tangan Tuhan Allah. Tuhan yang menentukan “engkau mendapatkan belas kasih-Ku atau tidak, kalau engkau terus hidup dalam dosa kenapa Aku harus berikan belas kasih-Ku bagi engkau?” Itu menjadi sesuatu otoritas kedaulatan Tuhan yang bukan menjadi bagian dari pada keputusan menusia yang bisa mempengaruhi Tuhan Allah untuk memberikan pertobatan itu atau pengampunan itu bagi manusia, itu semuanya adalah karena kasih karunia Tuhan; karena itu jangan sembarangan di dalam hidup dalam dosa, cepat tinggalkan dosa dan kembali kepada jalan yang benar, jangan pikir hidup kita itu ada di dalam tangan kita sepenuhnya 24 jam atau seumur hidup kita bisa atur waktu sesuka kita sendiri; Saudara, nggak bisa seperti itu. Termasuk mengerti firman, itu juga adalah karunia dari pada Tuhan Allah yang bukan karena kita mau belajar sungguh-sungguh. Orang Farisi belajar sungguh-sungguh, mati-matian belajar Alkitab, tetapi mereka ketika Yesus Kristus datang sama sekali tidak mengenali bahwa Yesus itulah yang dikatakan oleh Alkitab, itu adalah karunia dari pada Tuhan Allah.
Nah Saudara, pada waktu Yesus mati apakah Dia turun ke hades untuk memberitakan suatu pengampunan bagi orang-orang yang ada di hades itu atau suatu kesempatan kedua untuk mereka bertobat? Alkitab bilang tidak, Alkitab bilang setelah mereka menolak Kristus atau kebenaran, mati, mereka akan dihakimi di dalam neraka dan berada di dalam neraka seumur hidup mereka dan tidak ada kesempatan untuk masuk ke Sorga kembali. Makanya kita sebagai orang Kristen, ketika melihat ada saudara kita mati yang kita lakukan bukan mendoakan mereka. Kelihatannya kejam ya, kelihatannya nggak menghormati, kelihatannya tidak punya empati sama keluarga yang ditinggal, mungkin seperti itu. Tapi Saudara, apa signifikansi mendoakan orang yang sudah mati? Signifikansinya apa, ada nggak? Untuk kepentingan orang itu ada nggak? Alkitab bilang nggak ada, karena apa? Di dalam Tuhan dia sudah di Sorga, tempat yang paling bahagia, nggak ada perjalanan lagi yang dia perlu tempuh dalam dunia ini untuk bisa mencapai ke Sorga. Pak Andi Halim waktu itu bicara orang mati itu adalah orang yang sudah menyelesaikan tugas dia, yang masih belum menyelesaikan tugas itu adalah kita yang masih hidup dalam dunia ini, sehingga yang perlu didoakan itu siapa, yang mati atau yang masih hidup? Sebenarnya yang masih hidup yang perlu didoakan, yang sudah mati tidak perlu didoakan lagi kan; karena yang sudah mati kalau masuk neraka ya sudah nggak bisa buat apa-apa; yang sudah mati di dalam Tuhan sudah masuk Sorga perlu didoakan apa lagi, perjalanan yang lancar sampai ke Sorga? Nggak perlu karena dia sudah di situ. Lalu signifikansi doakan orang mati apa? Ada, untuk diri orang itu yang berdoa [tertawa], untuk meyakinkan diri dia mungkin, memuaskan kedagingan dia. Paulus berkata kalau engkau mentaati cara-cara dunia di dalam beribadah, apakah itu melalui puasa, menyiksa tubuh, beribadah kepada orang mati atau kepada malaikat, maka itu sebenarnya suatu ibadah yang sepertinya kelihatan baik, yang kelihatan saleh, yang kelihatan murni, tulus, tetapi sesungguhnya adalah mereka hanya memuaskan kedagingan mereka yang ingin mendapatkan kepuasan itu. Saudara kalau berdoa pada orang mati rasanya apa? Lebih lega gitu daripada kalau saya datang lalu diam saja? Saudara waktu doa ke temmpat misalnya persemayaman, Saudara berdiri di depan makam, lalu [memperagakan sikap doa], kesannya bagaimana? Lebih dihormati keluarga gitu ya, O orang ini kelihatannya memperhatikan jiwa dari pada orangtua saya, lebih dihargai daripada Saudara datang, kemudian duduk, ketawa-ketawa, pasang muka serius sedikit kepada keluarga sehabis itu ngobrol nggak pedulikan sama sekali yang lain, atau lihat dalam peti mati sebentar. Mana yang lebih baik, berdiri sebentar tapi nggak lihat sambil doa atau langsung duduk? Rasanya lebih diterima kalau saya berdoa di situ daripada saya langsung duduk, lalu lakukan itu untuk kepuasan siapa? Saya pikir lebih banyak kepada diri kita dan kedagingan kita, bukan karena kita mentaati firman Tuhan dan kebenaran. Saudara, orang yang sudah mati dalam Tuhan kita perlu percaya telah ada di dalam kekekalan bersama-sama dengan Tuhan karena Alkitab sudah nyatakan itu. Dan kita tidak perlu lagi mengkhawatirkan mereka. Dan kalau orang yang diluar Tuhan meninggal, dia akan masuk ke dalam neraka dan akan selama-lamanya di situ Alkitab katakan, dan kita juga tidak bisa mengkhawatirkan mereka karena nggak ada gunanya mengkhawatirkan mereka dan tidak bisa kembali, justru mungkin mereka yang mengkhawatirkan kita di dalam dunia ini karena kita hidup di dalam dosa dan tidak mau kembali kepada Tuhan Yesus dan taat kepada Tuhan dalam hidup kita, ini orang kaya yang mati. Jadi apa yang ditafsir orang, pertama, Yesus turun ke dalam dunia orang mati untuk memberitakan injil kepada orang-orang yang mati, itu bukan satu tindakan untuk memberikan kesempatan kedua bagi orang-orang yang sudah mati untuk bisa bertobat dan masuk ke dalam Sorga karena Alkitab tidak pernah mengajarkan ini.
Lalu tafsiran kedua bagaimana? Yesus turun ke dalam dunia orang mati bukan untuk beritakan injil dan memberikan kesempatan kedua tetapi untuk memproklamirkan kemenangan Kristus atas kuasa iblis, atas kuasa dosa, atas kuasa kematian, lalu membawa orang-orang yang ada di dalam hades atau orang-orang percaya untuk kembali bersama-sama dengan Kristus di Sorga. Apakah kita bisa menerima pengajaran atau tafsiran ini? Kalau tafsiran pertama mungkin aplikasinya adalah ada pendeta yang khotbah kepada orang mati, itu pasti nggak mungkin ya. Kalau yang kedua bagaimana, apakah Yesus ketika mati Dia turun ke hades untuk meproklamirkan kemenangan Dia? Ini juga saya lihat sesuatu yang sulit untuk kita terima karena ada hal-hal yang merupakan keterbatasan dari tafsir ini atau kesulitan tafsir ini yang sebetulnya tidak komplit atau kurang sempurna. Dalam hal apa? Kalau Yesus turun ke dalam hades memberitakan kemenangan Dia, seharusnya Yesus turun ke hades dan memberitakan kemenangan kepada siapa? Orang-orang percaya atau orang-orang berdosa yang mati diluar Tuhan? Mungkin kepada yang berdosa, tapi yang ditanyakan adalah orang-orang berdosa yang mati diluar Tuhan itu siapa, apakah semuanya atau kelompok tertentu dan zaman tertentu? Kalau saya adalah Yesus, saya lakukan sesuatu, saya menang, saya datang kembali, semua musuh saya akan saya umumkan bahwa saya menang atau saya cuma datang ke kelompok tertentu lalu ngomong, “Saya menang lho,” yang lain nggak tahu semua? Kapada siapa? Pasti semua kan? Artinya Yesus turun ke hades lalu memproklamirkan kemenangan Dia atas Setan dan atas kuasa dosa kepada semua orang yang ada di hades bagian bawah, itu yang harus dilakukan. Tapi di dalam 1 Petrus 3:20 di situ dikatakan Yesus beritakan itu kepada siapa? Yaitu roh-roh mereka yang dahulu pada waktu Nuh tidak taat kepada Allah ketika Allah tetap menanti dengan sabar waktu Nuh sedang mempersiapkan bahteranya, dimana hanya sedikit, yaitu 8 orang, yang diselamatkan dari air bah itu. Jadi Yesus di sini dikatakan hanya datang kepada sekelompok orang yang merupaka orang-orang yang hidup sezaman dengan Nuh dan tidak mau bertobat oleh pemberitaan Nuh. Lalu pertanyaannya adalah hades itu isinya siapa? Apakah cuma sekelompok orang ini atau semua orang yang menolak Yesus atau menolak kebenaran Allah? Dari Adam sampai Nuh atau sampai Yesus mati? Pasti sampai Yesus mati kan, berarti neraka itu banyak orang bukan cuma kelompok orang zaman Nuh saja, tetapi di sini dikatakan Yesus hanya pergi kepada kelompok Nuh itu. Nah ini yang membuat kita tidak bisa menerima sepenuhnya tafsiran bahwa Yesus datang ke dalam hades untuk memproklamirkan kemenangan Dia, karena kalau Dia harus memproklamirkan berarti Dia harus proklamirkan kepada semua orang yang ada di dalam hades tersebut.
Lalu Saudara, bagaimana kita mengerti Yesus turun ke dunia orang mati itu membebaskan tawanan, Yesus turun ke posisi yang rendah di dalam dunia? Lalu bagaimana kita mengerti apakah 1 Petrus 3 ini berbicara mengenai Yesus turun ke hades atau tidak? Sebenarnya 1 Petrus 3 itu bukan berbicara mengenai Yesus turun ke hades pada waktu Dia mati di kayu salib, selama 3 hari itu. Ada banyak sekali ayat-ayat yang menyatakan Yesus tidak turun ke hades itu, tapi saya mau katakan, pada waktu dikatakan Yesus memproklamirkan injil kepada roh-roh yang hidup sezaman dengan Nuh, itu hanya ingin menyatakan bahwa Yesus saat itu melalui Nuh memberitakan kebenaran injil kepada orang-orang yang hidup sezaman Nuh tetapi yang sekarang ada di dalam penjara hades. Bisa paham ya ini? Yang memberitakan kepada roh-roh yang sudah mati di dalam penjara itu bukan Roh Kristus ketika Dia mati di kayu salib tetapi adalah Roh Kristus yang sudah ada pada zaman Nuh yang memberitakan kebenaran itu melalui Nuh bagi orang-orang yang sekarang ada di dalam hades, bisa ikuti? Bingung ya? Saya pelan-pelan saja Apakah Yesus turun ke hades? Alkitab bilang tidak, Yesus tidak turun ke hades. Yesus juga tidak proklamirkan injil-Nya kepada orang-orang yang ada di dalam hades. Kalau Dia tidak proklamirkan injil-Nya kepada orang-orang yang ada di dalam hades, lalu apa maksud Yesus itu dalam Roh memberitakan injil kepada roh-roh dari orang-orang yang hidup sezaman dengan Nuh? Pengertiannya ada di dalam 1 Petrus 1:11, mungkin ini bisa lebih mudah untuk membantu kita mengerti, “Dan mereka meneliti saat yang mana dan yang bagaimana yang dimaksudkan oleh Roh Kristus, yang ada di dalam mereka, yaitu Roh yang sebelumnya memberi kesaksian tentang segala penderitaan yang akan menimpa Kristus dan tentang segala kemuliaan yang menyusul sesudah itu.” ‘Mereka’ itu siapa? Saya baca dari ayat 8 saja ya, “Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia [Yesus], namun kamu mengasihi-Nya. Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihat-Nya. Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan, karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu. Keselamatan itulah yang diselidiki dan diteliti oleh nabi-nabi, yang telah bernubuat tentang kasih karunia yang diuntukkan bagimu. Dan mereka..,” mereka itu siapa? “Nabi-nabi yang meneliti saat yang mana dan bagaimana yang dimaksudkan oleh Roh Kristus yang ada di dalam mereka, yaitu Roh yang sebelumnya memberi kesaksian tentang segala penderitaan yang akan menimpa Kristus dan tentang segala kemuliaan yang menyusul sesudah itu.”
Saudara masih ingat kalimat saya di depan? Yesus itu siapa? Nabi, nabi dalam hal apa kita mengertinya? Dia adalah yang menyampaikan firman Tuhan kepada umat-Nya. Tetapi ketika dikatakan Dia adalah yang menyampaikan firman kepada umat-Nya maka Dia tidak bisa disamakan dengan semua nabi yang lain dalam Perjanjian Lama, nabi lain dalam Perjanjian Lama memang menyampaikan firman kepada umat Tuhan juga tetapi ketika mereka menyampaikan firman kepada umat Tuhan, firman yang mereka peroleh adalah firman yang mereka peroleh dari Yesus Kristus. Ini maksud dari 1 Petrus 1:11. Kenapa mereka bisa beritakan mengenai kebenaran, mengenai Mesias dala Perjanjian Lama yang akan datang, yang mati di kayu salib, lalu segala ciri-ciri yang dimiliki oleh Mesias, kebangkitan Dia, kenaikan Dia ke Sorga itu dikatakan semua, karena di dalam diri mereka ada Roh Kristus yang memberitahukan itu. Nah itu yang kemudian mereka sampaikan kepada orang-orang percaya di dalam Perjanjian Lama. Saudara, nabi bernubuat berdasarkan dorongan dari Roh Kristus yang ada di dalam diri mereka. Jadi Yesus itu adalah satu Pribadi yang baru ada setelah Dia lahir sebagai seorang bayi melalui perawan Maria, atau Dia adalah satu Pribadi yang sudah ada sebelum Dia lahir ke dalam dunia ini? Alkitab bilang sebelum Dia lahir ke dalam dunia Dia sudah ada, dari mana? Dari perkataan Yesus kepada orang-orang Yahudi, “Sebelum Abraham ada, Aku sudah ada.” Jadi Dia sudah ada di dalam Perjanjian Lama, bahkan sebelum Perjanjian Lama dan sebelum zaman orang-orang Perjanjian Lama, bahkan sebelum langit dan bumi ada Dia sudah ada bersama dengan Bapa. Ini Pribadi Kristus. Dan Dialah yang memberikan semua kebenaran mengenai diri Dia dan penebusan yang akan Dia lakukan bagi manusia berdosa melalui nabi-nabi dalam Perjanjian Lama. Karena itu saya mau tanya, orang-orang Perjanjian Lama itu mendengar injil tidak? Dengar. Apa beda orang Perjanjian Lama mendengar injil dengan kita mendengar injil sekarang? Mereka mengharapkan kedatangan Kristus yang belum datang, kita melihat kepada kedatangan Kristus yang sudah datang; sama-sama berharap kepada Kristus yang sama, cuma yang satu sebelum, yang satu sesudah. Jadi mereka ada di dalam Kristus sama seperti kita ada di dalam Kristus. Nah ini maksudnya. Pada waktu Petrus berkata, “Roh Kristus datang untuk memberitakan kepada roh-roh pada zaman Nuh,” itu bukan berarti Yesus turun ke dalam dunia orang mati, hades, lalu memberitakan kepada roh-roh yang ada di dalam dunia orang mati, tidak, tetapi Yesus sudah memberitakan kebenaran mengenai diri Dia kepada orang-orang yang hidup pada zaman Nuh melalui Nuh; tapi sekarang, pada zaman Petrus, orang-orang itu sudah mati dan ada di dalam hades, itu maksudnya. Bisa paham ya?
Ini yang membuat kita menolak pengertian bahwa Yesus turun ke dalam dunia orang mati, hades, lalu memproklamirkan injil, karena itu sudah dilakukan pada zaman Nuh, dan ketika mereka mati di dalam ketidakpercayaan mereka melalui penghakiman air bah yang menimpa mereka, mereka akan tetap di dalam hades atau neraka sampai selama-lamanya. Tapi orang benar bagaimana, yang ada di dalam Kristus? Alkitab bilang orang yang ada di dalam Kristus itu adalah orang yang sudah diselamatkan. Bagaimana dengan orang yang ada di Perjanjian Lama, yang mati di dalam Kristus, nasib mereka bagaimana? Mereka juga dikumpulkan bersama dengan Kristus sama seperti orang di dalam Perjanjian Baru yang mati di dalam Kristus. Kok bisa begitu, dasarnya apa? Ada beberapa ayat yang kita bisa pakai ya. Misalnya Kejadian 5:24, “Dan Henokh hidup bergaul dengan Allah, lalu ia tidak ada lagi, sebab ia telah diangkat oleh Allah.” Kemana Henokh pergi? Sorga kan, otomatis, bukan ke hades ya. Lalu Mazmur 23:6, “Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku,” siapa yang ngomong? Daud ya, “seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa.” Jadi waktu Daud hidup saja di rumah Tuhan atau setelah matipun di rumah Tuhan? ‘Sepanjang masa’ berarti senantiasa ada di dalam rumah Tuhan. Kemudian Pengkhotbah 12:7, “dan debu kembali menjadi tanah seperti semula dan roh kembali kepada Allah yang mengaruniakannya.” Pada waktu manusia mati, rohnya kemana? Kembali kepada Allah. Satu lagi Matius 22:31-32, jawaban Yesus kepada orang Saduki yang mempertanyakan soal kebangkitan. Pada waktu mereka bertanya, “Adakah kebangkitan?” Lalu Yesus bilang apa? Yesus bilang coba baca Perjanjian Lama, di situ dikatakan Allah selalu menyataka diri-Nya melalui 3 nama, yaitu “Akulah Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub. Ia bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup. Orang banyak yang mendengar itu takjub akan pengajaran-Nya.” Jadi kenapa Allah di dalam Perjanjian Lama selalu bilang “Aku adalah Allah Abraham, Ishak, dan Yakub” kepada orang-orang Israel atau kepada nabi? Kalau seandainya Allah itu adalah Allah orang mati, harusnya dikatakan “Akulah Allah almarhum Abraham, almarhum Ishak, almarhum Yakub,” tapi Allah nggak ngomong seperti itu, “Aku adalah Allah Abraham, Ishak, dan Yakub,” maksudnya adalah “Aku senantiasa menjadi Allah Abraham, Ishak dan Yakub, dan mereka senantiasa menjadi umat-Ku.” Berarti Dia adalah Allah orang hidup dan bukan Allah orang mati. Itu juga bisa dimengerti karena ketika mereka mati di dalam Allah, di dalam Kristus, mereka ada bersama-sama dengan Allah sampai ketika kalimat ini diomongin mereka tetap ada di hadapan Allah. Saudara, orang yang mati di dalam Perjanjian Lama itu mati di dalam Tuhan, kalau mereka percaya kepada Tuhan, dan ada bersama-sama dengan Tuhan di Sorga, bukan di dalam hades atau tempat penantian itu sebelum Kristus datang mati di atas kayu salib.
Dan ada bagian lain yang berkata, sebenarnya juga bisa dikatakan sebagai satu ayat yang menyatakan Yesus tidak ke hades. Pada waktu Yesus mati disalib, lalu orang yang ada di sisi salib Yesus berkata, “Tuan, tolong ingat aku pada hari kebangkitan,” Yesus bilang apa? “Bukan nanti tetapi sekarang juga, hari ini juga, kau bersama-sama dengan Aku di Firdaus.” Firdausnya dimana? Di Sorga. Apakah Yesus kemudian antar dia dulu ke Sorga lalu Dia turun ke dunia orang mati? Nggak kan. Atau Dia tunggu, “kamu pergi dulu ya, Aku ke dunia orang mati 3 hari nanti kita ketemu di Sorga,” nggak, “hari ini juga engkau bersama-sama dengan Aku di Firdaus.” Itu berarti kematian Kristus bukan ke hades tetapi Roh Yesus itu ke Sorga bersama dengan Bapa, dan Dia akan kembali ketika Dia bangkit dari pada kematian. Saudara, Yesus datang ke dalam dunia, ketika Dia turun, turun ke dalam dunia itu bukan berbicara menngenai turun ke dalam dunia orang mati. Turun ke tempat yang rendah itu berbicara mengenai Yesus inkarnasi ke dalam dunia menjadi seperti manusia, lalu ketika Dia inkarnasi menjadi manusia Dia turun merendahkan diri-Nya lagi sampai mati di kayu salib, sehingga pada waktu Dia sudah mati di kayu salib menyatakan kemenangan Dia atas dosa, iblis, dan kematian, Dia bangkit dari pada kematian untuk menyatakan kemenangan itu Dia membawa orang-orang yang ada di dalam belenggu dosa, tawanan itu, yang sebelumnya tidak mungkin bisa membebaskan diri, bersama-sama dengan Dia untuk tinggal di Sorga. Ini yang menjadi pemahaman dari Efesus 4:8-10. Jadi layakkah Yesus menerima segala penghormatan dari pada diri kita? Saya bilang Dia sangat layak sekali untuk menerima penghormatan dari pada diri kita, karena apa? Karena Dia adalah Allah yang mencipta kita, Dia bukan hanya Allah yang mencipta kita tapi Dia adalah Allah yang juga menebus kita dari pada dosa dan membawa kita ke Sorga; lalu Dia bukan hanya menebus kita dari pada dosa kita tapi Dia juga adalah Allah yang memberikan karunia-karunia pemberian-Nya kepada jemaat, setiap orang, untuk bisa hidup melayani Dia di dalam dunia ini. Karena itu Dia sangat layak sekali untuk mendapatkan penghormatan kita dan ketaatan kita sebagai orang yang sudah ditebus oleh Kristus, yang dipilih oleh Bapa di dalam kekekalan. Ini yang Paulus ingin kita lihat. Kita seharusnya memiliki suatu hidup yang betul-betul menjadikan Dia sebagai Tuhan satu-satunya dan tidak ada duanya di dalam kehidupan kita, karena memang Dia adalah Tuhan Allah yang sejati, satu-satunya, dan tidak ada duanya di dalam dunia ini. Kiranya Tuhan boleh memberkati diri kita. Mari kita masuk ke dalam doa.
Kami kembali bersyukur untuk firman-Mu, untuk kebenaran-Mu, untuk pemahaman yang boleh Engkau karuniakan bagi diri kami. Kami sungguh bersyukur memiliki Allah yang adalah bukan hanya Pencipta kami, tapi yang adalah juga penopang, pemelihara hidup kami, dan pembela kami, dan Allah yang maju berperang untuk kami melawan musuh-musuh kami, karena musuh itu adalah sesuatu yang tidak mungkin mampu kami hadapi dengan kekuatan kami sendiri. Kami sungguh bersyukur ya Bapa di dalam Kristus Engkau boleh karuniakan kehidupan yang kekal, keselamatan, kehidupan yang baru, tapi juga suatu kehidupan yang diperuntukkan untuk mentaati Tuhan seumur hidup kami. Kiranya setiap kebenaran firman ini boleh menjadi suatu kebenaran yang kami hidupi, ya Bapa, sebagai anak-anak Tuhan yang telah Engkau tebus melalui darah Anak Tunggal-Mu Yesus Kristus. Dalam nama Tuhan Yesus Kristus kami bersyukur dan berdoa. Amin.
[Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah]