Ef. 4:11-16
Pdt. Dawis Waiman, M.Div.
Saudara, ayat 11 yang kita baca itu adalah suatu yang sebenarnya tidak bisa terlepas daripada ayat yang ke-7, dimana Paulus berkata; “Tetapi kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus.” Jadi, pada waktu Paulus berkata Yesus yang telah turun ke tempat yang paling rendah, kemudian naik ke tempat yang paling tinggi, setelah Dia naik ke tempat yang paling tinggi itu, memberikan pemberian-pemberian kasih karunia kepada gereja-Nya, Paulus kemudian berkata diantara pemberian-pemberian kasih karunia yang diberikan kepada gereja-Nya, ada pemberian-pemberian yang khusus diberikan kepada gereja, yaitu orang-orang dengan jabatan-jabatan tertentu, orang-orang yang memiliki posisi tertentu dan karunia tertentu untuk mengajar gereja Tuhan; mereka adalah orang-orang yang disebut sebagai rasul, nabi, penginjil, gembala dan pengajar yang diberikan kepada gereja. Saya bukan berkata bahwa sampai hari ini ada seluruh jabatan itu, tapi untuk saat ini jika mari kita lihat di dalam konteks gereja mula-mula bahwa ada orang-orang seperti ini yang Tuhan berikan kepada gereja untuk membekali atau memperlengkapi gereja Tuhan. Tapi, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pada waktu kita berkata ada orang-orang yang memiliki karunia yang diberikan kepada gereja, tujuan memberikan karunia itu kepada gereja untuk apa? Saya percaya di dalam Efesus kita sudah banyak sekali bahas. Ada satu hal, kita ingin untuk bisa bagaimana hidup dalam satu kesatuan, saling membangun satu dengan yang lain melalui karunia-karunia yang diberikan oleh Tuhan kepada orang-orang Kristen yang ada di dalam gereja. Tapi, bagaimana dengan karunia ini yang hanya diberikan kepada orang-orang tertentu yang memiliki karunia untuk bisa mengajar, mendidik, daripada gereja Tuhan, tujuannya untuk apa? Nah, ini dikatakan oleh Paulus di dalam ayat 12 ya, kalau kita baca; “untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus.” Jadi, di dalam gereja ada orang-orang tertentu yang Tuhan kasihkan satu tanggung jawab, satu beban, satu kemampuan untuk bisa mendidik, melengkapi, membangun dari pada Tubuh Kristus atau Gereja Tuhan dan membuat orang-orang kudus itu siap untuk melayani di dalam gereja Tuhan, atau di dalam dunia ini.
Nah, Bapak-Ibu, Saudara dikasihi Tuhan, apakah ini menjadi sesuatu yang penting? Saya percaya ini adalah hal yang sangat esensi sekali yang harus ada di dalam sebuah gereja. Kalau kita bertanya apa yang menjadi fokus dari pada pelayanan gereja yang seharusnya ada? Bagaimana kita bisa melihat orang-orang Kristen itu menjadi orang-orang Kristen yang dewasa dalam iman, orang-orang Kristen yang memiliki suatu kerinduan untuk membangung Tubuh Kristus, orang-orang Kristen yang memiliki suatu kerinduan untuk memiliki kesatuan dalam iman, orang-orang Kristen yang memiliki kerinduan untuk bertumbuh di dalam kepenuhan Kristus, dan juga memiliki perkataan kebenaran tetapi dikatakan di dalam kasih, dan juga memiliki pertumbuhan dalam segala hal dalam kehidupan kita menuju kepada Yesus Kristus? Kalau kita ingin melihat orang-orang Kristen yang bisa bertumbuh, dewasa di dalam iman, caranya bagaimana? Maka Paulus berkata disini, memberikan suatu prinsip bagi kita yang berbeda sekali saya pikir dengan kebanyakan pengertian dari pada orang-orang Kristen saat ini. Kalau kita ingin orang datang ke dalam gereja, ingin aktif di dalam gereja, ingin bisa melayani di dalam gereja, maka yang umumnya kita temukan itu adalah kasih mereka tanggung jawab di dalam pelayanan atau kasih mereka pekerjaan tugas tertentu di dalam gereja sehingga mereka kemudian terikat di dalam gereja, tidak bisa lari lagi, ada tanggung jawab, lalu ada orang-orang yang melihat dan integritas mereka mungkin itu juga dipertaruhkan dengan tanggung jawab yang mereka miliki sehingga mereka stay dalam gereja, mereka aktif dalam gereja, mereka melayani di dalam gereja tersebut tanpa perlu mementingkan apa yang menjadi firman Tuhan atau kedewasaan rohani atau kondisi iman daripada orang yang melayani tersebut.
Bapak-Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, Paulus di dalam bagian ini sangat bebeda sekali. Paulus berkata kalau kita ingin jemaat melayani, aktif, hal pertama adalah bukan kasih tanggung jawab pelayanan. Kalau kita ingin jemaat Tuhan itu memberitakan injil, hal-hal pertama yang dilakukan gereja bukan melatih mereka untuk penginjilan dulu. Kalau kita ingin jemaat bisa bersemangat di dalam beribadah kepada Tuhan dengan suatu api yang membakar hati mereka dengan suatu kekudusan hidup, hal pertama bukan memberikan musik-musik yang membuat mereka terdorong secara emosi. Tapi yang dikatakan oleh Paulus disini adalah kalau engkau ingin jemaat gereja itu bertumbuh menjadi orang yang dewasa di dalam iman, maka kedewasaan itu atau kesempurnaan di dalam iman itu bisa dicapai melalui 2 hal yang harus dilakukan oleh gereja; pertama adalah gereja harus memperlengkapi jemaat Tuhan dengan firman yang benar, dari situ ketika firman diberitakan kepada jemaat maka jemaat mulai akan bertumbuh di dalam pengenalan akan Kristus, jemaat mulai memahami bagaimana kehidupan kita sebagai orang Kristen itu harusnya seperti apa dan mereka mulai bertumbuh di dalam suatu kedewasaan di dalam iman mereka. Tapi selain dari pada bertumbuh dalam kedewasaan iman, pengenalan dalam Kristus, bertumbuh dalam segala aspek menuju kepada Kristus tersebut, gereja juga memiliki fungsi kedua yang harus dijalankan, yaitu adalah ketika dia membawa orang-orang yang belum percaya menjadi orang yang percaya di dalam Yesus Kristus, maka tujuan gereja adalah atau fungsi gereja, harus membuat mereka menjadi satu, bukan terpecah-pecah di dalam gereja. Jadi, kalau pelayanan gereja itu hanya membawa orang ke dalam gereja saja, tidak pernah memperlengkapi mereka dengan kebenaran firman, itu bukan menjadi tanggung jawab gereja yang Paulus katakan.Kalau kita hanya melihat orang datang ke dalam gereja, lalu ketika gereja itu banyak tetapi di dalam mereka tidak ada kesatuan, saling berselisih satu dengan yang lain, itu berarti gereja tidak menjalankan fungsinya di dalam dunia ini yang paling utama.
Bapak-Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, gereja perlu mendidik orang-orang Kristen di dalam iman, gereja perlu membentuk atau mengajarkan jemaat untuk ketika kita bertumbuh menjadi orang yang dewasa di dalam iman, maka kedewasaan itu bukan mengakibatkan perpecahan justru kedewasaan itu mengakibatkan kesatuan diantara orang-orang percaya yang ada di dalam gereja Tuhan; tapi kalau gereja tidak pernah mementingkan pemberitaan firman, kalau gereja tidak pernah membekali, memperlengkapi jemaat Tuhan untuk melayani Tuhan dan bertumbuh di dalam kesempurnaan kepada Kristus, hal yang terjadi adalah apa yang Paulus sudah catat di dalam ayat 14, “Sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan.” Apa akibatnya kalau kita adalah orang yang tidak mementingkan atau gereja tidak mementingkan firman? Apa yang terjadi akibat kalau gereja tidak pernah berpikir untuk membekali jemaat-Nya dengan hal-hal yang bersifat kebenaran dari pada Tuhan sendiri? Saudara, yang terjadi adalah, saya yakin, rohani dari orang-orang Kristen yang hadir dalam gereja akan tetap selalu menjadi rohani anak-anak. Kalau dia rohani anak-anak bagaimana? Dia tidak mungkin bisa membedakan mana pengajaran benar, mana pengajaran yang salah, akibatnya, setiap ada hal atau orang yang mengatakan “ini firman Tuhan seperti ini loh,”orang lain mengatakan “nggak, firman Tuhan yang benar seperti ini, bukan yang seperti itu.” Kita akan hidup di dalam satu kebimbangan, kita nggak bisa membedakan mana firman yang sesuai dengan Alkitab, yang sesungguhnya adalah dari Tuhan, atau sekedar kutipan-kutipan orang tentang firman tapi sebenarnya itu bukan firman sama sekali. Sehingga, kita akan terjebak di dalam permainan, kelicikan dari pada manusia di dalam dunia ini.
Saudara, itu sebabnya, gereja yang baik, gereja yang benar, itu harus mementingkan pengajaran firman kepada jemaat yang ada di dalam gereja, nah ini juga yang membuat ketika Tuhan Yesus naik ke tempat yang tinggi itu, khususnya di dalam surat Efesus, Paulus mengatakan, Tuhan memberikan jabatan-jabatan yang utama, yang penting, yang harus ada dalam gereja yang memiliki karunia untuk mengajarkan firman kepada jemaat, dan mereka itu adalah rasul, nabi, penginjil, gembala, dan guru-guru yang Tuhan tempatkan di dalam jemaat tersebut. Dan Bapak-Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau ini menjadi hal yang Tuhan utamakan, Tuhan pentingkan ada di dalam gereja Tuhan, saya percaya, kita sebagai orang-orang Kristen akan memiliki suatu pengertian: kita tidak bisa menjauhkan diri kita dari gereja lokal, kita harus membawa diri kita untuk selalu dekat dan berada di dalam gereja lokal karena di dalam gereja lokal itulah Tuhan sudah memberikan orang-orang tertentu dengan jabatan dan karunia tertentu untuk bisa mendidik dan memperlengkapi kita dengan kebenaran firman, dan itu kita nggak akan dapatkan di luar dari pada gereja.Dan Saudara, hal yang berikutnya adalah ketika kita melihat yang diutamakan Tuhan adalah kebenaran firman, maka yang kita perlu tuntut di dalam kehidupan kita sebagai orang-orang Kristen itu adalah pertumbuhan di dalam kebenaran firman yang kita pahami. Kita bukan hanya menuntut pemuasan emosi. Kita nggak boleh hanya menuntut suatu kehidupan untuk menyenangkan orang lain untuk diterima, untuk bisa diakui dalam gereja. Tapi setiap kita orang Kristen harus menuntut apa yang saya ketahui tentang Tuhan Yesus itu sudah seperti yang Tuhan kehendaki di dalam firman-Nya ini atau belum? Apakah saya sudah mengalami pertumbuhan dalam pengenalan saya kepada Tuhan, apakah relasi saya dengan Tuhan itu adalah suatu relasi yang rapuh seperti orang dalam rumah tangga, suami – istri ada di situ, hadir di dalam keluarga, tapi tidak pernah berbicara satu sama lain, tidak pernah membicarakan hal-hal yang berkualitas; sepertinya suami-istri, tapi relasi mereka hampir tidak ada sama sekali, setiap kali bicara langsung ribut satu sama lain. Apakah seperti itu? Saya ada di dalam gereja, saya seperti orang Kristen, tapi sebenarnya saya tidak punya relasi yang baik dengan Tuhan Allah kita.
Saudara, saya percaya kalau Tuhan mengkhendaki gereja bertumbuh, gereja menjadi dewasa dalam iman, maka kita sebagai orang Kristen juga akan mementingkan pertumbuhan di dalam relasi kita dengan Tuhan Allah kita itu seperti apa. Ini adalah hal yang utama. Kenapa iman Kristen itu dikatakan sebagai iman. Jarang, kadang-kadang orang suka berkata, ‘Kekristenan itu bukan agama, tapi Kekristenan itu adalah sesuatu…’ apa? Setuju nggak kalau Kekristenan itu agama? Satu sisi ada setujunya ya, kita kebaktian minggu, dalam Minggu ada ritual keagamaan, ada pujian, ada liturgi, seperti itu. Tapi apakah Kekristenan itu hanya berbicara mengenai ritual-ritual yang kita lakukan dalam kebaktian umum? Nggak, kan? Lalu apa yang menjadi poin utama di dalam Kekristenan? Alkitab selalu mengajarkan, kita menjadi orang Kristen karena iman kepada Kristus. Kalau kita berbicara mengenai iman kepada Yesus Kristus, maka yang ada di balik iman, itu pasti relasi. Tanpa ada relasi dengan Tuhan, tanpa kita mengenal siapa Allah yang kita sembah dan ikuti, tidak mungkin kita bisa beriman kepada Dia. Ini yang Tuhan tuntut kita untuk bertumbuh, untuk bertumbuh menjadi orang Kristen yang semakin sempurna, semakin sempurna, semakin baik di dalam relasi kita dengan Tuhan Allah kita, khususnya di dalam kepada Tuhan Yesus, yang adalah Raja yang memerintah dalam kehidupan kita.
Tapi Saudara, tadi saya bilang, dan di sini Paulus berkata, orang Kristen harus adalah orang yang bertumbuh menuju kepada kesempurnaan di dalam iman, kedewasaan di dalam iman. Tapi kalau Bapak, Ibu masih ingat, 2 minggu yang lalu kita bicara apa? Orang Kristen adalah orang yang tidak lagi perlu mengalami penghukuman dalam kehidupan kita. Orang Kristen adalah orang yang kematian, di mana, ketika dia percaya kepada Yesus Kristus, di kayu salib, maka kematian daripada Yesus Kristus di kayu salib, itu adalah suatu kematian korban yang sudah sempurna dalam diri kita, sehingga tidak ada lagi penghukuman yang diberikan bagi orang-orang yang ada di dalam Yesus Kristus. Nah kalau kita ada di dalam suatu kesempurnaan, seperti yang ada di dalam Ibrani 10:14 tersebut, lalu kenapa di sini dikatakan, bahwa orang Kristen harus menuju kepada kesempurnaan? Kalau kita adalah orang yang masih menuju di dalam kesempurnaan atau kepada kesempurnaan? Bukankah itu berarti kita belum sempurna? Kalau kita belum sempurna, masih ada hal-hal yang kurang, dapatkah kita yang belum sempurna ini bisa berdiri di hadapan Allah yang sempurna? Alkitab berkata di dalam Matius 5:48 – Hendaklah engkau sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna. Kalau kita adalah orang yang ingin berdiri di hadapan Allah yang sempurna, kita harus menjadi orang yang sempurna di hadapan Allah yang sempurna. Kalau kita masih dalam proses pertumbuhan, apakah kita adalah orang yang dalam kesempurnaan itu?
Nah Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, di dalam hal ini, pada waktu kita berbicara mengenai kesempurnaan hidup sebagai orang Kristen, maka Alkitab ada memberikan 3 definisi sempurna bagi diri kita. Pertama adalah, kesempurnaan yang bersifat status di hadapan Tuhan Allah, atau posisi di hadapan Tuhan Allah, yang tadi saya kutip di dalam Ibrani 10:14. Kita buka sekali lagi ya, Ibrani 10:14, “Sebab oleh satu korban saja Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan.” Saudara, penulis Ibrani berkata, pada waktu Kristus mati di kayu salib, maka kematian Kristus itu adalah suatu kematian yang sempurna. Kematian yang telah memuaskan apa yang menjadi tuntutan keadilan daripada Allah dalam kehidupan kita. Sehingga pada waktu kita ada di dalam Yesus Kristus, kita percaya kepada Yesus Kristus, melalui karya daripada Roh Kudus, maka di situ Allah memberikan, atau Kristus memberikan kepada kita, atau Roh Kudus membuat kebenaran yang dimiliki oleh Kristus, penerimaan yang dimiliki oleh Kristus di hadapan Bapa, itu menjadi milik kita. Sehingga pada waktu kita ada di dalam Yesus Kristus, maka Allah akan melihat diri kita itu sebagai orang yang sempurna di dalam kebenaran, orang yang tidak ada lagi cacat dosa yang tersisa dalam kehidupan kita. Karena apa? Karena Kristus sepanjang kehidupan Dia di dalam dunia ini, Dia adalah orang yang betul-betul sempurna, orang yang betul-betul benar, orang yang betul-betul tanpa cacat dan dosa. Dan dengan kebenaran dan tanpa cacat akan dosa inilah, Dia kemudian membawa Diri-Nya sebagai persembahan yang hidup di hadapan Tuhan Allah, dan memberikan diri-Nya mati di kayu salib. Itu membuat ketika kita percaya kepada Kristus, kita beriman kepada Yesus Kristus, maka Roh Kudus membuat setiap kebenaran daripada Kristus itu menjadi milik kita. Sehingga pada waktu kebenaran itu menjadi milik kita, Allah tidak lagi melihat kita itu sebagai orang yang berdosa dan harus dihukum, tapi justru adalah orang yang benar. Kalau seandainya masih ada cacat sedikitpun di dalam kehidupan kita, maka Tuhan pasti tidak akan melihat kita sebagai orang yang benar dan layak menerima kehidupan kekal. Yang kita layak terima itu adalah hukuman kekal. Makanya ini dikatakan sebagai suatu kebenaran yang bersifat status di hadapan Tuhan Allah.
Kenapa status? Karena pada waktu berbicara mengenai keberadaan kita yang sempurna di hadapan Allah, penulis Ibrani tidak bilang kesempurnaan itu juga ada di dalam kehidupan saat ini, ketika kita hidup dalam dunia. Maksudnya adalah, kita tidak lagi menjadi orang yang tidak bisa berdosa. Siapa orang Kristen yang tidak bisa berdosa yang masih hidup dalam dunia ini? Saya percaya setiap kita yang menjalani hidup akan menyadari satu hal yang sangat mendasar sekali, yaitu kita adalah orang-orang yang berdosa, bukan orang yang benar, karena kita masih jatuh dalam dosa. Bahkan Paulus sendiri, yang dikatakan sebagai rasul yang bekerja paling giat untuk Tuhan, melampaui semua rasul yang lain, itu berkata di dalam Roma pasal 7, ketika dia melihat kepada dirinya, maka dia berkata, “Aku adalah manusia yang celaka. Aku bukan manusia yang benar, tapi aku adalah manusia yang berdosa. Yang aku lakukan, itu berbeda dari apa yang aku inginkan untuk lakukan. Aku tahu yang benar, tapi ketika aku menggumuli sesuatu, yang aku lakukan justru hal yang tidak sesuai dengan kebenaran yang aku ketahui. Aku sungguh-sungguh adalah manusia yang celaka. Tapi terpujilah nama Tuhan, yaitu Yesus Kristus, karena di dalam Kristus aku mendapatkan pembenaran tersebut.”Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya percaya, ketika kita menjadi orang Kristen, makin kita menjadi orang Kristen yang rohani, kalau kita merasa diri kita adalah orang yang rohani, maka celakalah kita. Tapi kalau kita menjadi orang Kristen, makin kita menjadi orang Kristen yang rohani, tapi kita makin merasa diri kita adalah orang yang berdosa di hadapan Tuhan Allah, maka di situlah Tuhan berkata, “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Tuhan, karena dialah yang empunya Kerajaan Sorga.” Saudara, menjadi orang Kristen, hal pertama yang harus disadari adalah, kita bukan orang benar tapi kita adalah orang yang berdosa. Bahkan rasul sendiri pun, yang paling dekat dengan Allah, seharusnya, itu mengaku, “Aku adalah orang yang paling berdosa, di antara semua orang yang berdosa.” Dia adalah orang yang paling dekat dengan Allah tapi dia adalah orang yang paling sadar, dia adalah orang yang paling jauh dan tidak layak di hadapan Tuhan Allah. Nah ini membuat pada waktu kita melihat Ibrani 10:14, kita tidak bisa berkata: kesempurnaan yang kita miliki dalam Kristus, itu adalah kesempurnaan yang tanpa dosa ketika kita hidup di dalam dunia ini. Tetapi itu adalah kesempurnaan yang merupakan status kita di hadapan Allah, di mana Allah melihat keberadaan kita yang tanpa cacat sama sekali. Tapi di dalam kehidupan kita, di tengah-tengah dunia ini, kita masih bisa jatuh di dalam dosa. Itu yang pertama, itu namanya kesempurnaan di dalam status, atau posisi kita di hadapan Tuhan Allah.
Tapi di sisi lain, Alkitab juga berkata, ada kesempurnaan kedua. Kesempurnaan kedua ini adalah suatu kesempurnaan yang terjadi setelah kita mengalami kematian dalam hidup kita. Atau suatu kesempurnaan yang diberikan menjadi milik kita ketika Kristus datang kedua kali kalau kita masih hidup di dalam dunia ini. Atau istilahnya adalah kesempurnaan akhir. Saudara, Alkitab mengatakan, pada waktu kita ada di dalam Kristus, dan kita mati di dalam Kristus, maka kita menjadi orang-orang yang kemudian dimuliakan di dalam Kristus itu. Nah ini bicara mengenai kesempurnaan akhirnya diterima oleh semua orang Kristen.Kita buka Ibrani 12:23, “Dan kepada jemaat anak-anak sulung, yang namanya terdaftar di sorga, dan kepada Allah, yang menghakimi semua orang, dan kepada roh-roh orang-orang benar yang telah menjadi sempurna.”Siapa orang yang merupakan “roh-roh benar yang telah menjadi sempurna” itu? Kalau Bapak, Ibu baca, Saudara baca dari ayat 21-23, kita akan mendapatkan, orang-orang yang merupakan roh-roh orang benar itu, itu adalah orang-orang yang bukan hidup di dalam dunia ini. Ayat 21, “Dan sangat mengerikan pemandangan itu, sehingga Musa berkata: “Aku sangat ketakutan dan sangat gemetar,”” ini waktu Musa berada di Gunung Sinai ya; lalu ayat 22, “Tetapi kamu sudah datang ke Bukit Sion, ke kota Allah yang hidup, Yerusalem sorgawi dan kepada beribu-ribu malaikat, suatu kumpulan yang meriah,” baru di situ ayat 23, “dan kepada jemaat anak-anak sulung, yang namanya terdaftar di sorga, dan kepada Allah, yang menghakimi semua orang, dan kepada roh-roh orang-orang benar yang telah menjadi sempurna.” Ini bicara mengenai suatu penglihatan yang terjadi, dimana Musa melihat kalau di Sorga itu ada orang-orang kudus yang sudah menjadi sempurna, mereka adalah orang-orang yang sudah mati di dalam Kristus, dan mereka adalah orang-orang yang diperhitungkan sebagai orang yang benar dan orang yang sudah dimuliakan. Ini dicatat di dalam 1 Korintus 15 juga, pada waktu kita hidup dalam dunia ini, ketika Kristus datang kedua kali maka yang akan terjadi adalah orang yang sudah mati dibangkitkan terlebih dahulu dan diberikan tubuh kemuliaan yang sempurna, baru kita yang masih hidup kemudian ditransformasi dengan sekejab mata dengan suatu tubuh yang mulia dalam kehidupan kita yang sempurna itu. Nah ini yang akan dialami oleh orang-orang Kristen, semua orang Kristen tidak terkecuali satupun akan mengalami kesempurnaan akhir dalam kehidupan kita, itu pasti terjadi dalam kehidupan kita.
Tapi dari antara dua ini, Paulus juga ada berkata ada kesempurnaan lain yang bukan berbicara mengenai kesempurnaan posisi atau kesempurnaan status dengan kesempurnaan akhir. Kalau kita berbicara mengenai kesempurnaan status maka itu adalah berbicara mengenai kesempurnaan kita sebagai orang Kristen di hadapan Allah pada waktu kita menjadi orang Kristen; kalau kita berbicara mengenai kesempurnaan akhir itu adalah suatu kesempurnaan dimana kita akan terima ketika kita mengalami kematian dalam hidup kita atau pada waktu Yesus Kristus datang kedua kali. Dan kedua kesempurnaan ini adalah dua kesempurnaan yang walaupun berbeda dalam posisinya tetapi ini adalah dua kesempurnaan yang dikerjakan Allah dalam kehidupan kita, dan tidak ada bagian sama sekali dri pihak manusia untuk bisa mendapatkan kesempurnaan tersebut. Semuanya adalah pemberian dari pada Tuhan Allah dalam kehidupan orang-orang yang berdosa, yang merupakan orang pilihan, yang membawa kita ada di dalam Yesus Kristus dan diberikan kesempurnaan yang mulia itu. Tetapi, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, Paulus juga berkata diantara dua kesempurnaan yang akan dialami oleh orang Kristen, ada satu kesempurnaan lagi yang ada di tengah-tengah atau diantara dua kesempurnaan ini, yaitu adalah kesempurnaan yang menuntut kita untuk terus bertumbuh di dalam iman kepada Kristus atau menuju kepada Yesus Kristus. Nah ini yang dikatakan oleh Paulus di dalam Efesus pasal 4 yang kita baca tadi. Kenapa Tuhan memberikan orang-orang yang memiliki jabatan tertentu yang khusus, yang memiliki karunia untuk mengajar? Kenapa Tuhan memberikan pekerja-pekerja seperti ini? Untuk memperlengkapi jemaat. Kenapa jemaat harus diperlengkapi? Supaya jemaat bisa bertumbuh di dalam kesempurnaan menuju kepada kesempurnaan Kristus atau orang yang dewasa di dalam iman kepada Yesus Kristus tersebut. Ini adalah kesempurnaan yang ketiga.
Tapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau kita berbicara kesempurnaan pertama dikerjakan oleh Tuhan, kesempurnaan kedua dikerjakan oleh Tuhan, kesempurnaan yang ketiga, diantara yang pertama dan terakhir, dikerjakan oleh siapa? Oleh siapa, manusia atau Tuhan? Saya bilang tetap dikerjakan oleh Tuhan. Manusia tidak ada satupun yang dapat membuat orang lain menjadi lebih sempurna. Saya nggak punya kuasa untuk membuat Bapak, Ibu, Saudara menjadi orang yang dewasa di dalam iman. Saya tidak memiliki kuasa untuk membuat Bapak, Ibu, Saudara taat kepada Tuhan dan memiliki pertumbuhan dan pengenalan akan Tuhan, tetapi semua itu hanya bisa dikerjakan oleh Roh Kudus dalam kehidupan dari pada orang-orang percaya. Saya ketika menyampaikan firman, Bapak, Ibu bisa mengerti firman, lalu Bapak, Ibu bertumbuh di dalam iman kepada Tuhan dan pengenalan akan Tuhan, Bapak, Ibu menjadi orang yang lebih dewasa di dalam iman, itu bukan karena kemampuan saya yang membuat Bapak, Ibu bisa mengerti, tetapi itu adalah Roh Kudus yang menggunakan saya untuk menyampaikan firman yang mengubah kehidupan Bapak, Ibu, Saudara untuk hidup taat dan semakin dewasa di dalam iman, bukan karena kemampuan saya. Kita hanya bisa memberitakan firman, kita hanya bisa mengajarkan kebenaran kepada orang-orang Kristen, tetapi pertumbuhan itu tidak pernah diperoleh dari para pekerja yang melayani. Ini dicatat oleh Paulus sendiri di dalam 1 Korintus 3:4-6, “Karena jika yang seorang berkata: “Aku dari golongan Paulus,” dan yang lain berkata: “Aku dari golongan Apolos,” bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi yang bukan rohani? Jadi, apakah Apolos? Apakah Paulus? Pelayan-pelayan Tuhan yang olehnya kamu menjadi percaya, masing-masing menurut jalan yang diberikan Tuhan kepadanya. Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan.” Saudara, tanggung jawab para pekerja dalam gereja paling hanya menanam, paling hanya menyiram, tetapi tidak pernah bisa memberikan pertumbuhan bagi jemaat Tuhan, itu semua adalah pekerjaan Roh Kudus di dalam diri dari pada masing-masing orang percaya. Jadi pertumbuhan adalah dari Tuhan, pengenalan yang makin bertumbuh itu adalah dari Tuhan, bukan dari kemampuan manusia untuk mengalami itu semua.
Tapi Saudara, kalau itu dari Tuhan, apa yang Kitab Suci ajarkan menjadi sarana untuk Tuhan pakai buat mempertumbuhkan iman kita? Adakah sarana itu? Saya lihat ada beberapa sarana yang Tuhan pakai, pertama adalah melalui ujian atau pencobaan. Firman sudah diberitakan, pada waktu firman diberitakan kita sudah memiliki pengetahuan akan firman itu, tetapi pengetahuan itu apakah sudah menjadi satu relasi? Apakah pengetahuan itu sudah menjadi sesuatu yang kita pahami dalam kehidupan kita? Apakah pengetahuan yang kita miliki itu sudah menjadi suatu iman dalam hidup kita? Jawabannya belum tentu. Kapan itu menjadi sesuatu yang riil, yang nyata, yang sungguh-sungguh menjadi milik kita? Yakobus bilang pada waktu Tuhan memberikan ujian dalam kehidupan kita, waktu itulah kita baru mulai bertumbuh di dalam iman menuju kepada kesempurnaan. Kita buka Yakobus 1:2-4, “Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun.” Jadi ujian tujuannya adalah untuk kita menjadi lebih sempurna. Dan pada waktu Tuhan memberi ujian itu, jangan pikir itu hanya seperti ujian waktu kita sekolah yang ada soal lalu kita jawab, tetapi ujian yang Tuhan berikan itu adalah ujian kehidupan, ujian kehidupan itu seringkali, atau bisa, bukan merupakan sesuatu yang menyenangkan.
Petrus di dalam 1 Petrus 5 itu berkata kadangkala ketika Tuhan memberi ujian maka ujian yang Tuhan berikan itu akan membawa kita masuk ke dalam penderitaan, kesusahan hidup, tapi justru pada waktu kita sudah melewati kesusahan hidup itu maka kita menjadi orang Kristen yang lebih sempurna dalam kehidupan kita. Itu cara Tuhan di dalam mendidik iman kita. Jadi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau kita berkata kita tahu kebenaran, lalu Tuhan kasih ujian, maksudnya apa? Kasih yang susah-susah, kasih penderitaan dalam hidup ini? Mungkin salah satunya itu, tapi belum tentu harus seperti itu terus, mungkin Tuhan seringkali menempatkan kita itu di dalam persimpangan-persimpangan jalan. Setiap orang pasti harus mengambil suatu keputusan dalam hidup dia, tidak ada orang yang tidak memiliki pengambilan keputusan. Setiap kita pasti diperhadapkan pada satu titik dalam kehidupan kita, kita harus memilih mau jalan yang A atau ke jalan yang B? Lalu pada waktu kita memilih mau jalan A dan B, apa yang menjadi dasar pertimbangan kita untuk memilih A atau B? Apakah kita hanya melihat dari aspek uang yang banyak? Apakah kita hanya melihat dari aspek kenyamanan hidup? Apakah kita hanya melihat dari aspek kalau saya ambil jalan yang satu ini saya akan menjadi orang yang dihormati, punya posisi yang tinggi, yang dihargai oleh manusia dan itu memberikan suatu keuntungan dalam kehidupan kita? Apakah keputusan kita itu hanya berdasarkan pada untung-rugi saja pada waktu kita mau ambil suatu keputusan, atau kita mengambil keputusan berdasarkan apakah ini menyenangkan Tuhan atau tidak?Apakah ini membuat iman saya lebih bergantung pada Tuhan atau tidak? Saudara, kalau kita memilih berdasarkan hanya untung rugi, saya yakin kita tidak akan bertumbuh di dalam kedewasaan rohani. Dan apa yang kita ketahui, yang sudah kita pahami, kita pelajari, kita dengarkan melalui pemberitaan firman itu nggak pernah menjadi satu benih yang kemudian berakar dan berbuah, bertumbuh dan berbuah di dalam kehidupan kita. Tapi kalau kita anak Tuhan, saya percaya, Tuhan kadang-kadang menempatkan di dalam, kita di dalam suatu posisi yang kita sendiri nggak bisa milih mau bagaimana tetap harus jalani itu, dan itu sesuatu yang kita nggak suka sama sekali, tapi Tuhan tetap pimpin kita masuk ke dalam situ, dan akhirnya kita tetap dibentuk.Tapi Saudara, saya percaya juga, anak-anak Tuhan nggak harus selalu diperlakukan seperti itu. Di dalam kita masuk ke dalam suatu persimpangan, kita mau melatih rohani kita, kita ingin makin dikuatkan dalam iman, kita ingin makin didewasakan dalam iman dan pengenalan kita akan Tuhan. Karena itu dalam keputusan kita, pada waktu kita harus memilih antara satu di antara dua, kita akan memilih apakah keputusanku ini akan membuat saya semakin bergantung kepada Tuhan atau justru menjauhkan diri saya dari pada Tuhan Allah.
Bapak Ibu Saudara yang terkasih, Tuhan bisa menggunakan ujian sebagai sarana untuk mendewasakan rohani kita. Dan ujian itu mungkin ada kandungan penderitaan di dalam situ. Tapi ada unsur yang kedua, yang Tuhan juga gunakan untuk mendidik kita, mempertumbuhkan rohani kita, yaitu melalui apa? Firman. Ini dicatat di dalam 2 Timotius 3:16. Hafal? “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang di dalam kebenaran.” Saya sangat senang sekali terjemahan BIS ya, Bahasa Indonesia Sehari-hari, dan saya pikir itu lebih tepat dari LAI dalam menerjemahkan. Kalau LAI menerjemahkan sebagai “segala tulisan yang diilhamkan Allah,” tapi BIS nulisnya apa? “Alkitab adalah firman Allah.” Semua yang tercatat di sini adalah firman Allah yang bermanfaat untuk mendidik, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk apa? Mendidik orang di dalam kebenaran. Itu yang dikatakan oleh BIS. Saudara, ini menjadi sarana kita untuk bertumbuh dalam rohani. Dan Roh Kudus akan gunakan firman Tuhan untuk membentuk kedewasaan iman kita. Jangan harap Tuhan bisa membentuk, Roh Kudus akan membentuk kita dewasa di dalam iman tanpa ada firman Tuhan, karena cara yang Tuhan sudah berikan prinsipnya adalah, kalau kita tidak ada firman, maka kita tidak mungkin bertumbuh dalam kebenaran, dan Roh Kudus tidak bisa membimbing kita masuk ke dalam kebenaran dan kedewasaan tanpa ada firman yang kita terima. Hanya ada firman. Kalau ada firman yang benar, baru kita bisa mengalami pertumbuhan menuju kepada kesempurnaan dalam iman dan kedewasaan.
Saya harap ini menjadi satu hal yang kita gumulkan baik-baik, betapa pentingnya firman Tuhan. Betapa pentingnya Tuhan melihat gereja harus diperlengkapi dan didewasakan. Dan cara Tuhan untuk memperlengkapi dan mendewasakan gereja itu adalah memberikan orang-orang yang bisa mengerti firman dan mengajarkan firman ke dalam gereja. Makanya tadi saya katakan, kita sebagai orang Kristen, bagaimana sikap kita ketika melihat hal ini? Apakah kita melihat satu ibadah bersama sebagai sesuatu yang utama dan penting atau tidak? Apakah kita melihat bergabungnya kita di dalam sebuah gereja lokal itu sebagai sesuatu yang berharga dan bernilai atau tidak? Apakah kita melihat kita hanya perlu menjadi orang Kristen bayi yang tidak perlu bertumbuh di dalam iman dan pengenalan akan Kristus, atau kita perlu menuntut diri kita untuk bersekutu dan bertumbuh di dalam iman dan mempelajari firman dengan baik dalam kehidupan kita? Saudara, ingat baik-baik, dalam bagian ini saya bukan mau bicara bahwa Tuhan tidak mengajarkan kita untuk penginjilan dan saya bukan mengajarkan kita tidak perlu penginjilan. Tetapi, penginjilan tok itu tidak akan mempertumbuhkan iman seseorang. Membawa orang kepada Kristus iya, tapi akan membuat orang itu tetap menjadi bayi rohani kalau dia tidak pernah dididik dengan firman yang benar. Makanya di dalam gereja hal yang utama adalah kita memperlengkapi jemaat dengan firman yang benar, sehingga ketika jemaat bertumbuh di dalam kebenaran firman menjadi orang yang makin dewasa dalam iman, apa yang terjadi? Apa yang terjadi kalau kita dewasa di dalam iman? Yang Paulus katakan di bagian pasal 4 tadi. Kita baca sama-sama ya, sebagai terakhir. Ayat 13 kita baca, saya baca dari ayat 12 dulu. “untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan, tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala. Dari pada-Nyalah seluruh tubuh, yang rapi tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih.”
Kalau kita orang yang diperlengkapi dengan sempurna, kalau kita adalah orang yang sudah diberikan firman dan diajarkan firman, apa yang akan terjadi? Pertama, dia akan bertumbuh menjadi orang yang dewasa. Dia akan menjadi orang Kristen yang satu di dalam Tubuh, dia tidak akan mengutamakan perpecahan, tapi dia akan mengutamakan kesatuan dalam iman kepada Tuhan, lalu dia akan menjadi orang yang semakin dipenuhi oleh Kristus dalam hidup dia. Dia akan menjadi orang yang berkata-kata kebenaran tapi di dalam kasih. Nah berkata-kata kebenaran di dalam kasih maksudnya apa? Saya percaya satu sisi itu berarti kita menyatakan kebenaran firman, tetapi bukan bertujuan untuk menghakimi, tapi dengan tujuan untuk orang mengenal kebenaran dan cinta kasih Kristus. Tapi juga bisa dimengerti ketika kita menjadi orang yang dewasa di dalam iman, maka itu akan mendorong kerinduan dalam hati kita untuk pergi menginjili dan memberitakan kebenaran bagi orang yang belum percaya. Dan kita akan bertumbuh dalam segala hal menuju kepada Kristus. Tapi kalau ini diabaikan semua, yang namanya memperlengkapi jemaat dengan kebenaran dan kesempurnaan firman itu diabaikan semua, saya yakin semua yang dicatat dari ayat 13 sampai ayat 16 itu tidak akan terjadi. Saudara, betapa pentingnya gereja untuk membekali kebenaran. Betapa pentingnya kita perlu bertumbuh di dalam kebenaran firman, karena itu akan menjadikan kita dewasa. Kalau kita sudah dewasa, maka hal-hal yang dituntut dari orang-orang rohani yang dewasa itu pasti dijalankan dan semuanya akan beres. Saya harap ini menjadi satu kebenaran yang kita pegang baik-baik dan kita berusaha bertumbuh di dalamnya. Mari kita masuk dalam doa.
Kami berdoa, bersyukur untuk firman yang boleh Engkau beritakan bagi kami. Kami bersyukur, Bapa, karena Engkau boleh menyatakan bahwa apa yang menjadi perhatian utama Engkau dalam kehidupan bergereja adalah bagaimana gereja harus memperlengkapi kami untuk pelayanan, untuk memperlengkapi kami bagi pertumbuhan tubuh Kristus, sehingga ketika kami menuju kepada suatu kedewasaan dalam iman, maka kami boleh menjadi orang-orang yang dapat menjalankan apa yang menjadi kehendak Tuhan dalam kehidupan kami dan rencana Tuhan boleh terjadi dalam kehidupan kami. Tolong pimpin kami, ya Bapa, masing-masing kami. Mungkin selama ini kami sering kali melalaikan apa yang menjadi kehendak Tuhan dalam kehidupan kami. Mungkin itu dikarenakan pengenalan kami akan Kristus, kedewasaan kami dalam iman itu masih jauh sekali dari apa yang Engkau harapkan. Kami mohon kiranya Engkau boleh berbelas kasih, karena kami tahu bahwa semua pertumbuhan itu bersumber dari pada Tuhan Allah sendiri. Karena itu kami mohon, ya Bapa, kiranya Engkau boleh anugerahkan pertumbuhan dalam iman kami, di dalam pengenalan kami akan Tuhan, di dalam kedewasaan iman kami, dalam kehidupan yang sungguh-sungguh merindukan suatu kehidupan yang menuju kepada Kristus di dalam segala hal dan hidup di dalam suatu kesatuan yang tidak diombang-ambingkan oleh rupa-rupa pengajaran yang jauh dari pada kebenaran firman Tuhan. Sekali lagi, ya Bapa, kiranya Engkau boleh berbelas kasih bagi gerejamu ini, dan kiranya Engkau boleh berikan karunia iman dan pertumbuhan iman, kedewasaan rohani bagi kami semua sehingga apa yang menjadi kehendak-Mu di sorga boleh jadi di dalam dunia ini, di dalam gereja ini, dalam diri setiap dari pada anak-anak-Mu yang ada di tempat ini maupun yang ada di dunia ini. Dalam nama Tuhan Yesus Kristus kami bersyukur dan berdoa. Amin.
[Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah]