Ef. 4:11
Pdt. Dawis Waiman, M.Div.
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau kita berbicara mengenai orang-orang kudus atau gereja Tuhan, maka Alkitab menyatakan, gereja Tuhan adalah suatu, bukan suatu tempat saja, tetapi pribadi-pribadi yang telah Tuhan tebus dan Tuhan tarik dari dunia dan kumpulkan bersama-sama untuk berbakti di hadapan Tuhan sebagai anak-anak Tuhan atau umat Tuhan Allah. Tetapi pada waktu Tuhan sudah tebus gereja-Nya ini lalu tempatkan di suatu wadah atau suatu tempat untuk saling bersekutu bersama-sama, Alkitab juga menyatakan, Tuhan tidak tinggalkan gereja-Nya itu berjalan begitu saja, tetapi Tuhan memperlengkapi gereja-Nya, orang-orang kudus-Nya itu, untuk suatu pekerjaan pelayanan ataupun pembangunan dari pada Tubuh Kristus. Dan ini adalah hal yang dikatakan di dalam ayat 12, kalau kita baca. Jadi pada waktu Tuhan menempatkan kita dalam gereja, ada suatu tugas tertentu yang Tuhan ingin kita capai di dalam kehidupan kita sebagai orang-orang Kristen. Paling tidak di situ kita harus bertumbuh di dalam suatu kehidupan pelayanan dan juga dalam pembangunan dari pada Tubuh Kristus tersebut. Nah kalau kita tanya, pembangunan itu harus ada, harus terjadi, pekerjaan pelayanan itu harus dilakukan dan harus semakin diperlengkapi, sampai sejauh mana pekerjaan pelayanan itu harus diperlengkapi dan pertumbuhan dari pada Tubuh Kristus itu harus dibangunkan?
Nah di dalam bagian ini Paulus memberitahukan kita ada 2 aspek yang menjadi dasar kita harus capai di dalam pertumbuhan tersebut. Pertama itu adalah kita harus berjuang, bertumbuh, sampai tercapainya suatu kesatuan iman di antara orang-orang yang percaya. Orang yang memiliki suatu kedewasaan di dalam iman itu adalah orang yang sulit sekali untuk mengalami perselisihan dan perpecahan di dalam kehidupannya. Tetapi orang yang memiliki suatu kedewasaan iman dia akan melihat kebenaran dan bersatu di dalam kebenaran, dan dia akan mengesampingkan kepentingan dirinya demi untuk mempertahankan kebenaran dan kesaksian dalam nama Tuhan itu bisa bertahan dalam kehidupan dia, atau dinyatakan di dalam kehidupan dia. Itu yang pertama. Orang percaya harus bertumbuh di dalam kesatuan iman. Dan di dalam kesatuan iman itu menuntut aspek yang kedua, yaitu pada waktu kita bertumbuh, Paulus berkata, kita perlu bertumbuh di dalam pengetahuan yang benar akan Anak Allah. Dari situ kita baru bisa mengalami suatu kedewasaan dalam iman, kalau kita memiliki suatu kedewasaan di dalam iman, dari situ kita baru bisa memiliki suatu kehidupan yang satu di dalam iman di hadapan dari pada Tuhan Allah. Jadi, orang Kristen, Paulus berkata, harus bertumbuh. Terus bertumbuh. Sampai kapan? Sampai dewasa, sampai mengalami kepenuhan di dalam Yesus Kristus. Dan ini adalah hal yang kita juga, saya percaya, hal yang harus kita pentingkan di dalam kehidupan kita. Kalau kita nggak pernah mencapai satu kedewasaan, saya percaya, kita akan sulit memiliki suatu kesatuan. Kita akan selalu diombang-ambingkan oleh berbagai pengajaran, dibingungkan, sehingga kita sendiri nggak bisa bedakan mana yang merupakan firman Tuhan, kebenaran dari pada Tuhan Allah, dan mana yang bukan. Apakah aku saat ini ada di dalam suatu jalur yang benar dalam kesatuan iman yang benar seperti yang Tuhan tuntut ataukah tidak dalam kehidupanku?Nah Saudara, ini adalah hal yang berbahaya sekali.
Untuk bisa bertumbuh di dalam suatu pertumbuhan kedewasaan itu, salah satu aspek adalah bertumbuh dalam pengetahuan firman. Tapi ada aspek yang kedua juga yang dinyatakan oleh Alkitab, yaitu Tuhan akan mendidik kita sendiri secara pribadi untuk mengalami suatu pertumbuhan di dalam iman. Dan pendidikan yang Tuhan berikan itu adalah suatu pendidikan praktik kehidupan yang Tuhan izinkan melalui ujian-ujian yang kita alami dalam kehidupan kita. Saudara, hidup orang percaya, Alkitab bilang, justru bukan suatu kehidupan yang lancar, yang tidak ada masalah, tetapi ketika Tuhan mengasihi manusia, dan kita adalah orang-orang yang menyimpang dari jalan yang benar karena kita ketika sudah ditebus tidak serta-merta dimurnikan 100% kudus tanpa cacat sama sekali, maka itu berarti di dalam perjalanan hidup kita sebagai orang Kristen, ada kalanya kita bisa menyimpang, ada kalanya kita tidak di dalam jalur yang benar sesuai dengan yang Tuhan inginkan. Lalu dalam keadaan ini bagaimana? Tuhan kadang-kadang pukul kita supaya kita kembali. Tuhan kadang-kadang menguji kita, memberikan soal-soal dalam kehidupan kita melalui pilihan-pilihan yang harus kita ambil dan putuskan dalam kehidupan kita untuk melihat apakah kita lebih mengutamakan Tuhan, mementingkan pekerjaan Tuhan, ataukah mengutamakan apa yang menjadi kepentingan dari pada diri kita sendiri. Kesalahan dari pada orang Israel atau Kerajaan Israel adalah mereka melihat kebesaran dari pada dewa bangsa-bangsa lain itu adalah sesuatu yang lebih besar dari pada kebesaran Allah Israel, Allah Abraham, Ishak, dan Yakub. Pada waktu mereka melihat bangsa lain memiliki dewa-dewa yang jauh, jauh lebih besar daripada Yahwe, itu membuat hati mereka tergoda untuk berpaut kepada dewa-dewa itu. Mengapa bisa begitu? Mungkin dalam pemikiran mereka, bangsa lain besar sekali, digdaya, memiliki kekuasaan yang luas sekali, memiliki kekayaan yang besar, dan itu membuat mereka melihat pada diri mereka sendiri lalu mengkomparasi, itu membuat mereka merasa bahwa apa yang ada di hadapan mereka, dewa-dewa bangsa lain itu lebih mengasihi bangsa itu, lebih memiliki kekuatan jauh lebih besar daripada bangsa Israel, sedangkan bangsa Israel itu selalu mengalami kesulitan, lalu dianiaya, mungkin ditekan oleh bangsa-bangsa yang lain yang ada di sekitar mereka. Padahal mereka lupa satu hal, mereka nggak bisa melihat, sebenarnya apa yang mereka alami itu adalah sesuatu hukuman yang Tuhan izinkan terjadi dalam kehidupan mereka, mungkin, karena mereka sudah berdosa di hadapan Tuhan Allah. Bukan karena Allah mereka kurang berkuasa dibandingkan dewa-dewa yang lain. Tapi pada waktu Israel melihat hal ini, ketika mereka Tuhan izinkan ada musuh datang untuk mendidik iman mereka, mungkin, untuk menegur mereka, yang mereka lihat adalah lebih baik saya tidak bertobat kembali kepada apa yang menjadi kehendak-Nya dan meminta pertolongan dari Allah Abraham, Ishak, dan Yakub, Allah Yahwe, tapi mereka lebih suka berpaling kepada allah bangsa-bangsa lain atau kepada bangsa-bangsa lain yang lebih besar daripada musuh yang mengancam mereka, untuk mereka ditolong keluar daripada kesulitan tersebut.
Saya pikir persekutuan di dalam peperangan dunia itu menjadi hal yang lazim sekali. Kalau kita mengalami suatu kesulitan, kita akan mencari bangsa lain untuk mendukung kita melawan suatu musuh tertentu. Dan ini yang dilakukan oleh orang-orang Israel dan raja-raja Israel. Tapi justru dari situ sebenarnya mereka melakukan suatu kesalahan yang besar sekali. Tuhan melihat mereka tidak datang kepada Tuhan dan memohon pertolongan Tuhan, tapi justru pada dewa bangsa-bangsa yang lain. Tuhan melihat peperangan yang terjadi, yang Tuhan izinkan, ancaman dari pada musuh itu sebagai suatu ujian apakah mereka lebih memilih percaya kepada Tuhan Allah nenek moyang mereka ataukah kepada allah dari pada bangsa-bangsa lain. Tetapi mereka putuskan untuk ikut bangsa lain punya allah dan itu membuat mereka lebih dihukum oleh Tuhan Allah sendiri yang akhirnya membuat mereka dibuang dari pada Kerajaan Israel, Tanah Perjanjian yang Tuhan janjikan bagi mereka.
Tapi, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pada waktu kita melihat kehidupan dari pada Tuhan Yesus Kristus, maka kita mendapatkan satu cara hidup yang berbeda sekali daripada cara hidup orang-orang Israel. Kalau kita perhatikan, pada waktu Yesus mulai melayani, Dia mengalami ketenaran dalam kehidupan Dia. Dia mengalami penerimaan dari orang banyak yang datang kepada Dia untuk mendengarkan firman. Dia merasa mungkin, Dia nggak lihat banyak orang yang membutuhkan pertolongan Dia, kesembuhan dari pada Dia datang dan meminta pertolongan dari pada Tuhan Yesus untuk mengalami kesembuhan dalam kehidupan Dia. Tapi pada waktu Yesus melihat diri-Nya mulai tenar, diri-Nya mulai diterima, diri-Nya mulai sepertinya diakui sebagai pribadi yang bisa menolong orang-orang yang banyak itu, di situ kita lihat, kadang-kadang Tuhan, bukan kadang-kadang, Tuhan selalu menyempatkan diri untuk menyendiri dan berdoa. Tapi pada waktu Dia sudah bergumul dan dia berdoa di dalam suatu titik keputusan yang harus Dia ambil, apa yang Dia lakukan? Dia tidak memilih untuk mengikuti ketenaran itu. Dia tidak memilih untuk mengikuti pengakuan orang terhadap diri Dia atau penerimaan orang terhadap diri Dia. Dia tidak memilih untuk mengikuti keinginan orang untuk disembuhkan dari sakit mereka, tapi Dia memilih suatu jalan yang lain, yaitu memberitakan Injil, dan itu adalah suatu jalan salib yang harus Dia tempuh dalam kehidupan Dia. Saya pikir kalau Dia tetap layani orang banyak itu, makin lama makin banyak orang datang kepada Dia, makin lama Dia punya massa yang besar, makin lama makin orang Farisi mungkin nggak bisa berani macam-macam terhadap diri Dia, makin lama Dia makin memiliki kekuasaan yang besar. Tapi Yesus tinggalkan itu semua, Dia tidak pedulikan orang yang datang kepada Dia mencari untuk mendapatkan kesembuhan dari pada Yesus, tapi Dia lebih memilih untuk memberitakan Injil, dan di dalam pemberitaan Injil itu ada satu kandungan Dia harus menderita, disalibkan, mati demi untuk manusia yang berdosa, untuk menggenapi apa yang menjadi rencana dari pada Tuhan Allah.
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya lihat ini adalah satu pilihan yang Kristus lakukan senantiasa dalam hidup-Nya sampai Ia mengalami kematian di atas kayu salib. Tapi apa yang terjadi ketika Yesus mengambil keputusan yang melakukan jalur apa yang Bapa-Nya di Sorga inginkan, dibandingkan dengan orang Israel yang memilih untuk mengikuti jalur yang tidak Tuhan kehendaki dalam kehidupan mereka. Israel dibuang, tetapi Tuhan Yesus, ketika Dia harus menderita, mengalami kematian, Alkitab mencatat, nama Bapa-Nya dimuliakan, diri Dia juga dimuliakan oleh Bapa, dan melalui kematian Dia banyak orang yang berdosa boleh mendapatkan suatu penebusan dari pada dosa dan suatu pemulihan relasi dengan Allah Bapa yang ada di Sorga. Itu adalah karya yang Kristus sendiri lakukan di dalam kehidupan kita. Jadi, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, sebagai anak Tuhan, Tuhan pasti akan pimpin kita masuk ke dalam suatu ujian. Ujian untuk apa? Ujian untuk supaya kita belajar untuk bertumbuh di dalam rohani kita, iman kita, dan karakter kita yang serupa dengan Kristus. Dan di dalam ujian-ujian itu, justru titik-titik krusial di dalam pengambilan keputusan yang harus kita lakukan, itu menjadi unsur yang penting. Kita nggak bisa sembarangan di dalam mengambil suatu keputusan, dan kita perlu gumulkan itu baik-baik, apakah itu adalah hal yang menyenangkan Tuhan ataukah tidak menyenangkan Tuhan dalam kehidupan kita ini.
Dan Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ada satu hal yang penting lagi. Pada waktu Tuhan memberikan ujian dalam kehidupan kita, jangan pernah pikir ujian Tuhan yang diberikan itu adalah sesuatu yang melampaui batasan kekuatan dari pada tingkat pertumbuhan rohani kita. Kadang-kadang di dalam kita mengalami ujian, kita seakan-akan merasa itu adalah sesuatu beban yang begitu berat sekali, yang menimpa diriku, yang aku tidak kuat untuk lakukan atau jalani dalam kehidupanku. Tapi kalau kita lihat dalam 1 Korintus 10:10-13, di situ kita bisa mengerti, pada waktu Tuhan berkata “pencobaan-pencobaan yang kamu alami itu adalah pencobaan biasa yang tidak akan melampaui kekuatanmu,” itu berarti, ketika Tuhan membimbing kita di dalam suatu pertumbuhan rohani yang Tuhan kehendaki, Tuhan tidak pernah memberikan ujian yang di luar batas kemampuan kita tapi Tuhan akan memberikan ujian yang sesuai dengan kemampuan kita, supaya kita belajar dari hal yang kecil untuk bertumbuh makin dewasa lagi. Lalu setelah kita mengalami tingkat pertumbuhan rohani yang lebih dewasa, Tuhan akan memberikan ujian yang setara dengan tingkat pertumbuhan rohani kita tadi untuk kita mengalami ujian yang lebih tinggi lagi atau mengalami pertumbuhan yang lebih dewasa lagi dalam kehidupan kita. Jadi, pada waktu Tuhan memberikan ujian, dia sangat mengerti sekali kapasitas dari setiap anak-anak-Nya itu seperti apa, Dia sangat mengerti sekali, tingkat pertumbuhan rohani dari setiap anak-anak itu sepert apa. Makanya ketika kita mengalami suatu pergumulan dalam kehidupan kita, yang dilakukan oleh anak Tuhan yang satu terhadap anak Tuhan yang lain bukan menghakimi mereka, tetapi belajar untuk mengerti apa yang menjadi kesusahan dan menolong mereka untuk bertumbuh di dalam pertumbuhan kedewasaan rohani itu. Karena tingkat pertumbuhan masing-masing orang itu berbeda satu dengan yang lain. Dan Tuhan Allah sendiri ketika mengizinkan suatu ujian dalam kehidupan kita, dia memberikan sesuai dengan pertumbuhan dari pada kerohanian atau kelas rohani kita itu sampai sejauh mana.
Nah, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau Tuhan ingin kita bertumbuh di dalam kerohanian, menuju kedewasaan, kalau Tuhan memimpin kita punya kehidupan untuk menuju kepada suatu ujian-ujian untuk membawa kita semakin tumbuh di dalam karakter Kristus, pertanyaan saya adalah, sikap kita di dalam meresponi itu apa? Adakah kerinduan dalam hati kita untuk juga turut masuk ke dalam jalur yang Tuhan pimpin untuk menguji iman kita, atau kita berusaha melarikan diri, menyimpang dari pada jalur yang Tuhan pimpin tersebut? Saya berdoa kiranya kita belajar untuk menundukkan diri, memiliki suatu kerelaan hati ketika kita melihat sesuatu yang kita harus jalani. Kita nggak suka, mungkin. Itu adalah hal-hal yang bertolak belakang dengan karakter kita, kenyamanan kita, kesenangan kita, atau cita-cita kita, ambisi kita, harapan kita, tapi kalau Tuhan ajak kita masuk ke dalam bagian itu, saya harap kita mulai belajar menundukkan diri dengan aktif untuk tunduk di bawah pimpinan Tuhan untuk kita melalui jalur ujian yang Tuhan ingin kita lalui itu dalam kehidupan kita. Saudara, ini hal yang sangat serius sekali. Kalau kita mengerti sungguh-sungguh Tuhan ingin kita bertumbuh di dalam iman dan itu adalah sesuatu yang Tuhan kerjakan dalam kehidupan dari pada orang-orang percaya. Nah, yang kedua adalah melalui tadi yang saya sebutkan pertama, yaitu melalui pengenalan kita yang semakin ditumbuhkan akan kebenaran firman Tuhan sehingga kita mencapai suatu pemahaman yang murni akan firman, yang sesuai dengan apa yang Tuhan kehendaki dalam kehidupan kita.
Nah, pada waktu kita melihat aspek yang kedua ini, pertumbuhan pengenalan akan Tuhan, maka kita harus kembali mengerti firman Tuhan itu menjadi satu-satunya sarana utama, terbesar, yang Roh Kudus pakai untuk memberikan pertumbuhan dalam kehidupan iman kita. Jangan pikir kita bisa mengalami suatu pertumbuhan dalam iman, semakin dewasa, melalui sesuatu yang bersifat superanatural yang Tuhan ijinkan terjadi dalam kehidupan kita, mungkin ada bagian itu untuk sebagai penegasan atau peneguhan terhadap apa yang sudah kita percayai sebelumnya, tapi kalau kita sendiri tidak memiliki suatu kepercayaan akan firman Tuhan, mungkin kita juga akan jadi orang Israel yang senantiasa akhirnya mengalami hukuman Tuhan dan menyedihkan hati Tuhan, walaupun Tuhan lakukan begitu banyak karya superanatural, mukjizat dihadapan mata mereka. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, firman Tuhan menjadi dasar utama dimana Allah gunakan, atau Roh Kudus gunakan, untuk mempertumbuhkan iman kita menuju pada suatu kedewasaan. Itu sebabnya kalau kita mengerti firman itu menjadi sesuatu sarana utama, maka apa yang menjadi kehidupan kita sebagai orang percaya juga harusnya mencerminkan bahwa firman Tuhan itu adalah sarana utama untuk pertumbuhan iman kita. Makanya di dalam 1 Petrus 2:2-3, Petrus berkata kita orang-orang percaya harus menjadi orang yang seperti seorang bayi yang baru lahir, yang merindukan susu yang murni, yang selalu ingin dipuaskan oleh susu yang rohani dalam kehidupan kita. Nah, pada waktu Petrus berkata ‘kamu harus menjadi seperti seorang bayi yang baru lahir yang selalu dipuaskan oleh susu yang murni dan rohani tersebut,’ apakah itu berarti kita sebagai orang percaya tidak perlu tumbuh dewasa? Makin dewasa kita harus menjadi seperti bayi yang kecil yang tidak bisa berbuat apa-apa, yang sikapnya seperti bayi yang bisa nangis seperti itu, ini bukan bagian ini yang Petrus ingin angkat, tapi yang Petrus maksudkan ‘engkau seperti bayi yang kecil, yang baru lahir’ itu berarti engkau harus memiliki suatu kerinduan seperti bayi yang baru lahir, hanya ingin dipuaskan oleh firman Tuhan yang murni dalam kehidupan kita, bukan yang lain. Saudara, saya percaya makin dewasa seseorang di dalam iman, maka dia punya kehidupan makin ingin mengerti kebenaran. Makin seseorang itu kurang dewasa di dalam iman, dia merasa pengetahuan yang dia miliki akan firman Tuhan itu sudah cukup, nggak perlu terlalu jauh lagi di dalam dia mengerti firman. Tapi makin dewasa seseorang, dia mulai ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri dia, dia ingin menyelidiki firman secara lebih mendalam lagi, dia ingin mengetahui,“apakah yang aku tahu sekarang ini itu adalah sesuatu kebenaran yang Tuhan sudah nyatakan bagi saya atau justru adalah sesuatu yang menyimpang dari kebenaran yang Tuhan sudah nyatakan dalam kehidupan saya? Dan saya ingin mengenal Tuhan secara lebih baik lagi dan saya tidak ingin salah di dalam pengenalan itu. Saya ingin sesuatu yang betul-betul murni, seperti yang Tuhan sudah nyatakan dalam kehidupan saya.”Dan itu yang selalu ingin dikejar dalam kehidupan orang percaya.
Saudara, apa yang membuat itu ingin dimiliki oleh orang percaya? Sebenarnya di dalam 1 Petrus 2:3, Petrus sudah memberikan jawaban itu bagi kita ya, “Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan. Jika kamu benar-benar telah mengecap kebaikan Tuhan.” apa yang membuat kita ingin merindukan suatu pertumbuhan air susu yang, atau firman yang murni? Petrus berkata “kalau engkau telah mengecap kebaikan Tuhan,” berarti apa? Kalau kita nggak pernah mengecap kebaikan Tuhan, kita nggak akan punya kerinduan untuk bertumbuh di dalam firman dan kebenaran. Hanya orang-orang yang telah mengecap kebaikan Tuhan, dia akan mengalami pertumbuhan di dalam kebenaran dan firman Tuhan dan merindukan itu dalam kehidupan dia. Lalu siapa orang yang telah mengecap kebaikan Tuhan itu? Nah, ini juga saya percaya, semua orang yang telah dilahirbarukan, mengalami kelahiran baru, pasti pernah mengecap kebaikan Tuhan dalam kehidupan dia, karena apa? Karena Alkitab mengajarkan, semua orang yang mengecap kelahiran baru, dia pasti sadar satu hal yang penting sekali, yaitu “saya orang berdosa, saya harus dihukum kekal oleh Tuhan Allah, tetapi karena Kristus yang mati, yang tidak seharusnya Dia mati, tetapi Dia mati bagi dosa saya, itu membuat saya tidak perlu lagi dihukum selama-lamanya di dalam kekekalan dan saya justru dikaruniakan suatu kehidupan yang kekal dan satu relasi yang dipulihkan dengan Allah Bapa untuk bisa menjalankan apa yang menjadi kehendak dari pada Allah Bapa.” Bagi orang dunia atau mungkin orang Kristen yang belum lahir baru itu hal yang aneh, hal yang nggak berarti, apa istimewanya seperti itu? Tapi bagi kita, itu adalah hal yang sangat berharga sekali yang menyatakan betapa baiknya Tuhan di dalam kehidupan kita atau bagi diri kita, sehingga tidak mungkin kita bisa mengecewakan diri Dia atau mau mengecewakan dan mau membuat Dia bersedih karena dosa kita, atau karena keinginan kita untuk berjalan diluar dari pada jalur pimpinan Tuhan dalam kehidupan kita.Saudara, anak Tuhan yang telah lahir baru yang pernah mengecap kebaikan Tuhan, Petrus berkata “akan merindukan firman yang murni, yang rohani dalam kehidupan dia,” berarti ada firman yang bersifat jasmani ya. ini firman yang bersifat rohani di dalam kehidupan dari pada diri dia.
Nah, untuk bisa bertumbuh ini bagaimana? Nah, inilah yang Paulus kemudian catat di dalam ayat yang ke-11, pasal 4 dari pada surat Efesus, Paulus berkata untuk kita mengalami pertumbuhan itu, maka Tuhan memberikan orang-orang dengan karunia khusus ada di dalam gereja Tuhan. orang-orang yang Tuhan berikan dengan jabatan khusus, yaitu rasul, nabi, penginjil, gembala dan guru untuk ada di dalam gereja untuk mendidik orang-orang yang percaya, atau umat Tuhan untuk semakin bertumbuh di dalam pengenalan akan firman, atau Tuhan yang semakin dewasa dalam kehidupan di kita. Nah, hari ini saya akan mengajak kita melihat satu per satu dari pada orang-orang ini. Siapa mereka? lalu bagaimana keberadaan mereka di dalam gereja saat ini?
Yang pertama adalah Rasul, siapa rasul itu? Kalau kita berbicara mengenai rasul yang Kitab Suci nyatakan bagi kita, maka kita akan mendapatkan kalau rasul itu adalah bukan sembarangan orang yang ada di dalam gereja yang boleh mengaku bahwa dirinya rasul, atau ditunjuk, atau ditahbiskan oleh gereja atau orang lain yang merupakan orang Kristen yang ada di dalam gereja Tuhan, tapi rasul itu adalah orang yang memiliki kekhususan.Kekhususannya itu apa? Yaitu orang yang dipanggil secara pribadi oleh Tuhan Yesus Kristus, orang yang ditunjuk secara pribadi oleh Tuhan Yesus untuk melayani Dia di dalam kehidupan bergereja, atau untuk menjadi alat mengabarkan injil untuk membawa orang mengenal kepada Yesus Kristus. Nah di dalam dia melayani Kristus, memberitakan mengenai Kristus, yang ditunjuk langsung oleh Kristus untuk bisa membawa orang mengenal Kristus dan percaya kepada Kristus, makanya ada unsur ke-2 yang penting sekali dari pada seorang rasul. Seorang rasul, Kitab Suci katakan, adalah orang yang sendirinya sendiri harus mengalami kebangkitan Kristus atau melihat kebangkitan Kristus dalam kehidupan dia. Saudara, ini Paulus sendiri katakan di dalam surat Galatia dan di dalam surat 1 Kor.9. di dalam Gal. 1:1, Paulus berkata, “aku adalah seorang rasul,” dan ‘rasul’ yang Paulus pakai untuk menunjuk diri dia, itu bukan sesuatu yang hanya memiliki pengertian orang yang diutus. Kalau kita melihat pada orang Kristen yang didoakan oleh para hamba Tuhan setempat atau umat Tuhan setempat, penatua-tua setempat untuk pergi dan melayani, kita bisa berkata ‘dia adalah orang yang diutus oleh gereja atau dia adalah rasul yang diutus oleh gereja,’ ini satu pengertian. Tapi pada waktu Paulus berkata aku adalah seorang rasul, rasul itu bukan sesuatu yang diutus oleh manusia, atau sesuatu jabatan yang diberikan oleh seorang manusia, tapi Paulus berkata “aku adalah rasul bukan karena manusia, melainkan oleh Yesus Kristus dan Allah Bapa yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati.” Jadi, jabatan dia adalah sesuatu yang diberikan oleh Kristus sendiri, suatu kedudukan yang diangkat oleh Kristus sendiri untuk melayani diri Dia dan gereja Dia. Dan rasul ini siapa? Di dalam 1 Korintus 9:1, Paulus berkata, salah satu syaratnya adalah dia harus melihat kebangkitan dari pada Tuhan Yesus Kristus, kita buka ya, 1 Kor 9:1, Paulus berkata; “bukankah aku rasul?” dasarnya apa? “bukankah aku orang bebas? Bukankah aku telah melihat Yesus, Tuhan kita? Bukankah kamu adalah buah pekerjaanku dalam Tuhan?” jadi, apa syarat seorang rasul? Dia harus melihat Kristus yang sudah bangkit dari kematian. Baru di situ, dia memiliki suatu kualifikasi untuk menjadi saksi Kristus untuk menjadi orang yang memberitakan injil dari pada Kristus atau di sebut sebagai seorang yang memiliki kedudukan rasul di dalam gereja Tuhan.
Jadi, Bapak-Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, bolehkah seorang menobatkan orang lain menjadi seorang rasul? Jawabannya pasti nda bisa. Bolehkah gereja menabhiskan seseorang dan menunjuk seorang untuk menjadi rasul yang melayani dalam gereja? Jawabannya pasti nda bisa dan nda boleh dilakukan oleh gereja Tuhan, karena Tuhan Yesus sendiri yang menunjuk. Nah, pada waktu seseorang itu mendapatkan posisi sebagai seorang rasul, maka dia akan disertai oleh Tuhan Allah dengan suatu otoritas untk bisa mengajar firman Tuhan dengan suatu kebenaran yang mutlak dan tidak bersalah. Saudara, ini hal yang harus kita pegang baik-baik, rasul adalah orang yang mewakili Tuhan untuk mengajarkan firman dan kebenaran dan kebenaran itu adalah sesuatu kebenaran yang tidak bisa bersalah sama sekali karena Tuhan memimpin dia dan Tuhan menuntun dia untuk mengatakan kebenaran dan Tuhan menjaga dia dari kelemahan-kelemahan yang di miliki dia ketika dia mengajarkan firman ataupun menulis dari pada firman Tuhan. Makanya, di dalam surat Petrus, Petrus berkata,“apa yang aku tulis, nubuat itu, atau rasul-rasul yang lain tulis, itu bukan sesuatu yang dihasilkan oleh dorongan manusia.”Karena itu ketika seseorang membaca firman Tuhan, Alkitab, dia nggak bisa sembarangan membaca dan sembarangan mengartikan firman Tuhan. Dia harus menonton penuntunan dari pada Roh Kudus untuk bisa mengerti kebenaran firman tersebut, karena itu adalah bersumber dari pada Tuhan Allah sendiri. Dan ini membuat juga kita bisa melihat pada waktu rasul mengajar, dia punya otoritas untk menuntun orang yang diajar, meneladani apa yang dia ajarkan tersebut dan meneladani kehidupan yang dilakukan oleh rasul di dalam kehidupan dia, yang dia contohkan bagi jemaat. Saudara, rasul punya otoritas mengajar, rasul punya otoritas untuk menuntun jemaat untuk mentaat apa yang dia ajarkan, rasul memiliki otoritas untuk menuntut jemaat untuk meneladani kehidupan yang dia lakukan di dalam hidup dia tengah-tengah dunia ini di dalam pelayanannya kepada Tuhan Yesus.Lalu kehidupan kita bagaimana? Saya percaya kita memang bukan rasul dan setelah rasul tidak ada rasul yang lain. Tapi, pada waktu kita menjadi orang Kristen, saya harap kerinduan kita untuk memberikan suatu kehidupan yang bisa diteladani oleh orang lain itu adalah hal yang kita perlu rindukan dan miliki.
Saudara, waktu kita menjadi orang Kristen, mengikut Tuhan, rindukah kita melihat ada orang lain bisa percaya kepada Kristus melalui kehidupan kita? Rindukah kita melihat kehidupan kita itu bisa menjadi suatu teladan yang baik bagi orang lain untuk membawa dia mengenal Kristus dan beribadah kepada Tuhan Yesus? Rindukah kita memiliki suatu kehidupan untuk bisa membuat orang lain melihat bahwa di dalam Kristus ada kebenaran, ada suatu moralitas yang baik ada karakter yang suci yang membuat orang kemudia meninggikan Tuhan Allah kita ketika dia melihat kehidupan kita? Adakah kerinduan pada waktu kita membawa orang beribadah pada Tuhan, orang yang kita bawa bisa diberkati dengan kehidupan kita yang memberkati mereka, sehingga mereka boleh bertumbuh di dalam iman melalui kehidupan kita yang takut akan Tuhan? Saya harap itu adalah sesuatu yang kita inginkan, sesuatu yang kita rindukan dalam kehidupan kita untuk bisa menjadi orang yang bisa menjadi teladan bagi orang lain di dalam mengikut Tuhan. Nah saya lihat, ini adalah hal yang jarang sekali ada di dalam gereja ya. Yang kita tahu adalah kita sendiri, bawa diri kita sendiri untuk berbakti kepada Tuhan. Yang kita adalah di dalam gereja banyak kekurangan dalam pelayanan. Yang kita tahu adalah ngomong pelayanan itu kurangnya di sini dan di situ. Tapi pada waktu kita diminta: ‘Kamu tahu itu? Ayo layani Tuhan. Ayo terlibat. Ayo kita sama-sama berjuang untuk pekerjaan Tuhan!’ Banyak orang Kristen kemudian menarik diri, katanya, “Aku belum siap,”atau, “Aku belum mau terikat dengan suatu pelayanan gereja.”
Saudara, saya harap, kita menjadi orang yang bertumbuh, bertumbuh untuk memikirkan keberadaan kita di dalam tubuh Kristus, itu adalah untuk memperlengkapi pelayanan gereja. Keberadaan kita di dalam tubuh Kristus, itu adalah untuk membangun tubuh Kristus itu. Itu berarti kita perlu memiliki keterlibatan aktif di dalam gereja Tuhan, bukan sesuatu yang bersifat pasif. Apakah ketika rasul, satu per satu, mati, masih ada rasul lain? Alkitab bilang: nggak ada. Dasarnya apa? Dasarnya sebenarnya, pada waktu berkata, “Dia harus menjadi saksi kebangkitan Kristus, dan dipanggil sendiri oleh Yesus Kristus.” – itu sudah jadi satu dasar yang kuat. Tapi mungkin ada orang yang bisa mengklaim diri, ‘Saya juga dipanggil Tuhan, setelah semua rasul Perjanjian Baru mati. Saya juga adalah orang yang pernah melihat kebangkitan Kristus, Tuhan kasih saya penglihatan itu.’ Lalu apakah itu berarti masih ada rasul yang berikutnya di dalam dunia ini, setelah semua rasul yang dalam Kitab Suci itu mengalami kematian? Nah ada satu bagian Kitab Suci yang kita bisa pakai untuk mengatakan.Setelah Paulus dipanggil oleh Tuhan, maka tidak ada rasul lain yang dipanggil oleh Tuhan setelah Paulus dipanggil oleh Yesus Kristus. Itu dikatakan di dalam 1 Korintus 15, “Sesudah itu Ia menampakkan diri kepada lebih dari lima ratus saudara sekaligus; kebanyakan dari mereka masih hidup sampai sekarang, tetapi beberapa di antaranya telah meninggal. Selanjutnya Ia menampakkan diri kepada Yakobus, kemudian kepada semua rasul. Dan yang paling akhir dari semuanya Ia menampakkan diri juga kepadaku, sama seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya.”Jadi siapa Paulus? Rasul. Rasul yang ke berapa? Paulus bilang, “Aku adalah rasul yang terakhir karena Tuhan menampakkan diri kepada aku yang terakhir ini, setelah ini nggak ada lagi orang yang Tuhan tampakkan diri setelah Dia mengalami kebangkitan dari kematian.”Jadi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pada waktu kita melihat ada orang yang berani mengklaim diri rasul pada zaman sekarang, dengan otoritas seorang rasul, itu pasti adalah bukan pengajaran Kitab Suci, itu adalah sesuatu yang salah. Karena rasul nggak ada lagi, setelah pasca kematian daripada semua rasul yang ada di dalam zaman Perjanjian Baru itu. Itu yang pertama.
Yang kedua adalah, nabi. Siapa itu nabi? Nah pada waktu kita berbicara mengenai nabi di dalam Efesus 4:11, nabi itu jangan disalah mengerti sebagai nabi yang ada di dalam Perjanjian Lama. Nabi yang dimaksud Paulus di dalam Efesus 4:11, itu adalah nabi yang ada di dalam gereja Tuhan pada zaman gereja mula-mula. Nah ini menjadi satu hal yang kita bisa lihat di dalam Kitab Suci. Pada waktu di dalam Kisah Rasul, kita bisa lihat, ada orang-orang yang selain daripada rasul yang melayani, dan juga ada orang-orang yang disebut sebagai nabi-nabi Tuhan yang ada di dalam gereja Tuhan. Nah nabi ini nggak harus laki-laki. Kalau rasul 12 itu adalah semuanya laki-laki. Tapi ketika berbicara mengenai nabi, Alkitab berkata, ada nabi yang perempuan, misalnya siapa? Anak daripada Filipus, 4 perempuan itu adalah orang-orang yang memiliki karunia untuk bernubuat. Mereka bisa berbicara mengenai suatu firman yang Tuhan nyatakan bagi diri mereka. Lalu ada juga orang yang bernama Agabus, Agabus siapa? Dia adalah nabi Tuhan, dikatakan. Dia yang pernah menubuatkan atau menyatakan bahwa akan terjadi suatu kelaparan yang hebat, yang berdampak kepada, atau kekeringan yang hebat yang berdampak kepada gereja Tuhan. Nah pada waktu Paulus sendiri ingin pergi ke Yerusalem, datanglah Agabus kepada Paulus lalu berkata, “Ini ikat pinggangku,” dia ikat sendiri tangannya, lalu dia berkata, “Kau Paulus akan diikat seperti ini lalu akan dibawa kepada bangsa lain dan diserahkan kepada bangsa lain.” Nah ini adalah seorang nabi yang ada di dalam gereja Tuhan.
Tapi pada waktu kita berbicara mengenai nabi dan rasul. Adakah perbedaan antara nabi dan rasul yang ada di dalam Perjanjian Baru dengan nabi dan rasul yang ada di dalam Perjanjian Lama? Ketika bicara mengenai nabi Perjanjian Lama, maka nabi Perjanjian Lama, itu adalah orang-orang yang diberikan suatu otoritas dari Tuhan Allah, yang mutlak benar, untuk menulis Kitab Suci, untuk menantikan berbicara mengenai Kristus yang akan datang, ataupun hal-hal yang terjadi pada orang-orang Israel untuk membawa mereka mengerti apa yang menjadi kehendak Tuhan Allah. Dan pada waktu kita berbicara mengenai rasul dalam Perjanjian Baru, maka rasul dalam Perjanjian Baru juga merupakan orang yang memiliki hak otoritas untuk menulis Kitab Suci, menggantikan nabi yang ada dalam Perjanjian Lama. Tapi bagaimana dengan nabi dalam Perjanjian Baru? Nah nabi dalam Perjanjian Baru, itu adalah nabi yang memiliki otoritas yang lebih rendah daripada rasul, yang ada di dalam gereja mula-mula. Mereka adalah orang yang mengerti teologi, mereka adalah orang yang mengerti firman Tuhan, dan mereka adalah orang yang mengajar firman kepada gereja, untuk membawa orang-orang Kristen mengenal kebenaran firman Tuhan. Tetapi, pada waktu mereka mengajar, mereka mengajar apa yang rasul ajarkan kepada gereja. Jadi, pada waktu seorang dipanggil menjadi nabi di dalam Perjanjian Baru, atau di gereja mula-mula, dia mendapatkan penyataan Allah untuk mengerti kebenaran firman, tapi penyataan Allah untuk mengerti kebenaran firman itu adalah sesuatu yang tidak pernah lari daripada apa yang rasul ajarkan di dalam gereja. Dan mereka menolong rasul untuk mendidik orang-orang Kristen untuk mengerti kebenaran firman Tuhan.
Nah Saudara, itu berarti apa? Otoritasnya ada di tangan siapa? Nabi atau rasul? Rasul. Ada satu bagian ayat yang bicara seperti ini ya, di dalam 1 Korintus 14:26-38.Jadi Saudara, di dalam Jemaat Korintus, ada orang-orang yang dikatakan mengklaim bahwa dirinya itu adalah nabi Tuhan dan orang-orang yang memiliki karunia yang lain. Lalu pada waktu mereka mengklaim diri mereka adalah nabi Tuhan yang mendapatkan penyataan dari Allah, maka yang terjadi adalah kekacauan di dalam jemaat, masing-masing orang ingin bicara, masing-masing orang ingin menonjolkan diri, masing-masing orang nggak mau teratur di dalam menyampaikan firman Tuhan. Lalu Paulus bilang apa, “Kalau engkau adalah nabi Tuhan, yang mendapatkan penyataan daripada Tuhan Allah sendiri, engkau pasti punya penguasaan terhadap karunia yang Tuhan berikan kepada dirimu.” Berarti, kalau kita mendapatkan satu karunia, lalu karunia itu menyebabkan kita kehilangan kontrol diri dan pengendalian diri, itu pasti bukan dari Tuhan Allah. Karena karunia nabi tunduk kepada nabi. Itu berarti, kalau seseorang mendapatkan penyataan, dia nggak bisa langsung ngomong begitu saja, tapi dia harus bergilir satu dengan yang lain, dan membatasi diri hanya sampai 3 orang. Kalau 1 lagi bicara, yang kedua diam, yang ketiga diam. Setelah satu yang bicara selesai, baru yang kedua boleh bicara. Setelah yang kedua bicara selesai, baru yang ketiga boleh bicara. Setelah tiga selesai bagaimana? Ya Stop! Boleh nggak semuanya bicara? Paulus bilang nggak boleh sama sekali. Nah ini bicara mengenai pengontrol atau penguasaan diri. Nah ini juga yang menjadi salah satu dasar kenapa kita bisa bicara: praktek bicara ‘bahasa roh’ dalam gereja saat ini bukan suatu yang berasal dari Tuhan Allah, karena semuanya berbicara pada waktu yang sama, secara serempak, dan semuanya mungkin tidak punya suatu penguasaan terhadap diri sendiri, maka itu pasti bukan dari Roh Kudus. Dan pada waktu Paulus berbicara mengenai hal ini, Paulus bilang apa di dalam ayat yang ke -37 dan 38. Coba baca lagi 37-38, Paulus bilang apa? “Kalau seorang menganggap dirinya nabi atau orang yang mendapat karunia rohani, ia harus sadar bahwa apa yang kukatakan kepadamu adalah perintah Tuhan,” kalau tidak? “Jangan anggap orang itu adalah orang yang memiliki Roh Kudus atau orang yang takut Tuhan.” Begini. Otoritasnya ada di siapa? Rasul. Karunia rohani harus tunduk pada pengajaran rasul tidak? Harus. Bagaimana dengan nabi? Orang yang mengaku dirinya nabi, harus tunduk tidak kepada apa yang rasul katakan? Harus. Jadi siapa yang lebih tinggi otoritasnya? Rasul.
Satu lagi bagian ya. Kenapa rasul lebih tinggi otoritasnya daripada nabi, kita baca ayat yang ke-29, “Tentang nabi-nabi–baiklah dua atau tiga orang di antaranya berkata-kata dan yang lain menanggapi apa yang mereka katakan.” “Menanggapi apa yang mereka katakan” – itu apa? Sharing, kaya gitu? Sudah ngomong, yang lain menanggapi? Begitu? Bukan. Bahasa aslinya adalah:“dan yang lain mempertimbangkan apa yang mereka katakan,” atau “yang lain menilai apa yang mereka katakan.” Maksudnya apa? Maksudnya adalah, ketika seorang mengklaim dirinya sebagai seorang nabi, lalu mereka mengatakan mereka sedang membicarakan atau mengatakan apa yang menjadi penyataan Allah melalui diri mereka, anak-anak Tuhan nggak boleh terima begitu saja. Mereka harus uji yang dikatakan oleh nabi itu adalah penyataan Allah atau tidak. Lalu yang mereka uji itu dasarnya apa? Apa yang menjadi dasar untuk menentukan apa yang dikatakan itu penyataan Allah atau bukan? Jawabannya adalah pengajaran rasul. Dan istilah mempertimbangkan – itu berarti ketika seseorang mengklaim sebagai seorang nabi yang menyampaikan firman Tuhan, jangan pikir mereka semua adalah nabi, ada hal-hal yang mereka sampaikan justru bukan dari Allah, dan itu adalah suatu kesalahan, dan jemaat Tuhan harus bisa mengerti mana yang benar mana yang salah.Pada waktu Saudara dengar firman, bisakah Saudara membedakan firman yang benar dan yang salah, atau semuanya benar? Dan satu karunia yang Tuhan berikan bagi anak Allah adalah bisa membedakan apakah firman yang dikhotbahkan dari mimbar Tuhan adalah firman yang sesuai dengan yang diajarkan oleh rasul atau tidak, atau nabi Perjanjian Lama atau tidak; kalau bukan, jangan terima itu sebagai suatu kebenaran. Dan ini bukan dosa, ini bukan kesalahan, ini bukan sifat membangkang Tuhan, atau membuat kita akan mengalami kutukan dari Tuhan Allah, tapi justru kita diminta untuk menguji oleh Tuhan Allah sendiri, kalau tidak, kita mungkin hidup di dalam kutukan kalau kita menerima semuanya sebagai sesuatu yang benar tanpa melewati suatu ujian terlebih dahulu berdasarkan ajaran dari pada para rasul dan nabi Perjanjian Lama.
Jadi siapa nabi? Nabi adalah orang yang penting di dalam gereja, orang yang ditunjuk oleh Allah sendiri mungkin, dipanggil oleh Allah, untuk bisa melayani dalam gereja, untuk membantu rasul di dalam melayani gereja dan mempertumbuhkan gereja. Tapi otoritas nabi tidak mungkin setara dengan rasul Perjanjian Baru, mereka selalu dibawah rasul; dan ketika mereka mengajar, mereka harus menundukkan diri dibawah pengajaran rasul; kalau mereka berani mengajar sesuatu yang berbeda dari pengajaran rasul maka mereka pasti bukan nabi yang diutus oleh Tuhan Allah. Pertanyaannya sekarang, kalau pengajaran rasul itu sudah diberikan kepada gereja secara komplit, lengkap, sempurna, masih perlu nabi lagi tidak di dalam gereja? Nggak kan, kalau nggak perlu kenapa pada zaman Perjanjian Baru ada nabi dalam gereja? Sebabnya karena Alkitab belum sekomplit, rasul pergi ke suatu tempat, menngajar, lalu pergi, lalu Tuhan utus nabi mungkin di situ untuk membantu mengajar, menjelaskan apa yang rasul ajarkan. Tapi kalau semua pengertian firman yang kita perlukan dalam gereja sudah diberikan oleh Tuhan Allah, Alkitab memang mengatakan seluruh Kitab Suci ini adalah tulisan yang difirmankan Allah yang bermanfaat untuk mengajar, menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan mendidik orang dalam kebenaran, itu berarti semua yang dibutuhkan itu sudah komplit Tuhan Allah berikan, berarti kita tidak butuh lagi seorang nabi di dalam gereja. Lalu yang kita butuhkan apa? Yang kita butuhkan adalah penginjil, gembala, dan pengajar, itu yang kita perlukan dalam gereja Tuhan. Makanya di dalam pengajaran Reformed itu mengatakan ketika kita melihat pada jabatan gereja di dalam Efesus 4:11 maka ada jabatan yang bersifat permanen, ada jabatan yang bersifat sementara. Jabatan yang bersifat sementara itu adalah jabatan rasul dan nabi, tetapi jabatan yang bersifat permanen yang selalu ada di dalam gereja itu adalah jabatan seorang penginjil dan seorang gembala pengajar, itu ada di dalam gereja senantiasa.
Nah siapa penginjil? Penginjil itu adalah orang yang pergi memberitakan Kristus di tempat yang tidak pernah mendengar Kristus, lalu membawa orang datang kepada Kristus, itu penginjil. Jadi definisi penginjil ada orang yang berkata seperti ini, “Oh, penginjil itu adalah orang-orang tertentu yang ditunjuk oleh rasul yang ada di Perjanjian Baru untuk mendampingi rasul di dalam pelayanan penginjilan atau untuk melakukan pelayanan penginjilan,” dan orang-orang itu siapa? “Dia adalah seperti Timotius yang pelayanan penginjilan misalnya,” lalu ketika Timotius mati bagaimana? “Maka penginjil itu nggak ada lagi dalam gereja, karena yang bisa menunjuk penginji itu adalah rasul, yang mendampingi rasul,” atau “dia adalah orang yang menulis keempat Kitab Injil, Injil Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes, setelah mereka menulis maka penginjil itu tidak ada lagi dalam gereja.” Tapi Saudara, kalau kita mengerti definisi penginjil itu adalah orang yang pergi memberitakan injil kepada tempat atau orang lain yang tidak pernah mendengar Kristus sebelumnya dan membawa mereka mengenal Kristus dan datang kepada Yesus Kristus, maka penginjil itu bukan suatu jabatan yang berakhir ketika rasul berakhir, tapi jabatan yang senantiasa ada di dalam gereja Tuhan. Orang yang pergi ke suatu daerah tertentu, misalnya misionaris ke dalam suatu tempat tertentu yang tidak pernah mengenal Kristus itu siapa, lalu di situ dia memberitakan injil, lalu dari situ ada orang-orang yang datang dan bertobat kepada Kristus, lalu di situ ada gereja, maka dia adalah seorang penginjil. Kalau kita ada dalam suatu gereja yang sudah established di sini lalu ada orang yang suka membberitakan mengenai Kristus, lalu ketika mereka mendengar tentang Kristus dan datang ke dalam gereja maka orang itu adalah penginjil. Jadi penginjil itu adalah setiap orang yang mau pergi melayani dalam pemberitaan injil untuk membawa orang mengenal kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat dalam kehidupan dari pada diri mereka.
Nah Saudara, ada satu hal yang kita perlu perhatikan di sini, ada orang yang punya konsep penginjil itu adalah orang yang hanya beritakan tentang Kristus lalu stop di situ, setelah orang percaya, selesai, bukan tanggung jawabku lagi. Betul tidak? Alkitab bilang seorang penginjil memberitakan Kristus lalu membangun gereja. Kalau dia membangun gereja, itu berarti tanggung jawab dia bukan hanya menghafal beberapa khotbah penginjilan tetapi dia juga harus mengerti firman, pengajaran, dan mendidik orang di dalam pengertian firman, sampai gereja Tuhan itu bisa bertumbuh. Nah kalau begitu apa bedanya seorang penginjil dengan seorang penggembala atau guru, lalu penggembala atau guru ini siapa? Apakah ini adalah dua jabatan yang terpisah atau satu jabatan yang bersama-sama ada di dalam diri seseorang? Memang ini menjadi suatu perdebatan yang ada di dalam gereja Tuhan ya, atau orang-orang theolog. Ada orang yang berkata ini adalah dua jabatan yang berbeda yang dimiliki oleh orang yang berbeda di dalam gereja; ada orang yang dipanggil menjadi pendeta, ada orang yang dipanggil menjadi guru. Tapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ada juga orang yang mengatakan, “Coba perhatikan cara yang [Alkitab] versi bahasa Inggris bilang ya, atau BIS, Bahasa Indonesia Sehari-hari itu lebih jelas dalam mengartikan kata ini ya, atau menerjemahkan ayat 11.” Kata-katanya harus seperti ini ya, “Dan Ia lah yang memberikan sebagian rasul-rasul, sebagian nabi-nabi, sebagian pemberita-pemberita injil, dan sebagian gembala dan pengajar,” itu yang dipakai. Perhatikan nggak istilah ‘sebagian’-nya? ‘Sebagian’-nya ada di depan siapa? Di dalam mengerti ini mereka berkata, “Coba perhatikan, kalau seandainya jabatan gembala dan pengajar itu dimiliki oleh dua orang, perkataannya harusnya seperti ini: “sebagian rasul, sebagian nabi, sebagian penginjil, sebagian gembala, sebagian pengajar,” tetapi yang Paulus gunakan adalah sebagian rasul, sebagian nabi, sebagian penginjil, sebagian gembala pengajar.”” Nah ini membuat ketika para penafsir melihat bagian ini, mereka mengatakan, “Kelihatannya gembala pengajar itu satu orang, bukan dua orang yang terpisah atau dua kelompok orang.” Berarti ketika seseorang itu dipanggil menjadi seorang gembala, atau pastur, maka dia juga memiliki karunia untuk mengajar dan tanggung jawab untuk mengajar jemaat. Tapi karunia untuk menggembalakan dan mengajar ini adalah dua karunia yang mungkin nggak seimbang di dalam diri seseorang; ada orang yang lebih menonjol dalam karunia menggembalakan daripada karunia mengajar, tapi ada orang yang lebih menonjol karunia mengajar daripada menggembalakan, tetapi itu ada di dalam diri seseorang. Kalau kita mau lihat itu sebagai dua hal yang terpisah, maka karunia mengajar itu adalah bagian di dalam karunia menggembalakan, tetap seperti itu. Jadi pada waktu kita melihat pelayanan dalam gereja, maka ada orang yang Tuhan berikan sebagai orang yang memiliki satu sifat untuk bisa menjadi pastor atau menggembalakan tetapi bukan berarti dia kemudian boleh mengabaikan pengajaran di dalam gereja Tuhan. Dia menggembalakan harus dengan tetap mengutamakan firman Tuhan di dalam gereja.
Jadi pastor itu seperti apa, atau pendeta itu seperti apa? Bayangan Bapak, Ibu, Saudara, itu seperti apa? Orang yang sabar? Orang yang bisa menemani minum kopi di sore hari? Orang yang enak diajak kongkow-kongkow, orang yang enak diajak bergaul, yang menyenangkan saya, begitu? Kalau Bapak, Ibu, perhatikan gembala di dalam Perjanjian Lama dan Kisah [Para Rasul] 20 ayat 28 dan seterusnya, gembala nggak se-‘baik’ itu. Gembala bukan hanya bisa menemani kongkow-kongkow, tapi gembala punya tanggung jawab menjaga domba-domba dari musuh-musuh; dan menjaga domba-domba dari musuh itu berarti dia harus bisa membedakan mana lawan dalam gereja, kalau itu ada lawan masuk dalam gereja, serigala berbulu domba, dia harus bisa mengenali itu dan dia harus bisa lawan itu. jaga domba, umat Tuhan itu supaya tidak disesatkan oleh pengajar-pengajar palsu. Pada waktu dia melihat ada jemaat yang tidak mengalami pertumbuhan lalu bagaimana? Nah ini satu hal yang seringkali saya dimusuhi ya. Pada waktu seorang pendeta mulai menegur, banyak orang nggak suka, tetapi itu menjadi salah satu tanggung jawab supaya bisa mengingatkan kembali jemaat untuk kembali di jalur Tuhan dan bukan di jalur masing-masing. Saudara, gembala memang harus sabar, tetapi saya juga percaya gembala bisa strenght lho, untuk ingatkan orang yang berdosa atau melawan suatu pengajaran yang salah di dalam gereja Tuhan. Ini adalah tanggung jawab yang Tuhan berikan.
Coba perhatikan ya, yang sementara itu apa? Rasul dan nabi. Yang permanen adalah? Penginjil dan gembala pengajar. Ada paralelisme-nya nggak? Bisa nggak lihat? Rasul dan nabi dalam gereja nggak ada lagi, tetapi fungsi rasul dan nabi itu nggak pernah hilang. Siapa yang menggantikan fungsi rasul? Penginjil. Rasul adalah orang yang Tuhan panggil untuk pergi memberitakan injil ke tempat-tempat yang belum mendengarkan injil lalu membangun gereja di situ; lalu itu dilakukan oleh seorang penginjil di dalam gereja saat ini. Lalu nabi seperti apa? Nabi adalah orang yang lebih bersifat stay di dalam sebuah gereja, rasul pergi kemana-mana tapi nabi mengajar apa yang menjadi pengajaran rasul di dalam gereja Tuhan, dan itu digantikan oleh siapa? Gembala pengajar yang ada di dalam gereja Tuhan. Ini yang menjadi kebenaran firman yang Tuhan katakan. Dan semua yang melayani dalam gereja harus punya satu tujuan: membawa jemaat ke arah Kristus dan menjadikan Kristus Tuhan dalam kehidupan dari pada gereja atau masing-masing jemaat Tuhan. Saya tidak berhak membawa Bapak, Ibu, Saudara untuk mengikut saya kalau saya sendiri tidak mengikut Kristus; tapi kalau saya mengikut Kristus lalu saya mengajak Bapak, Ibu, Saudara untuk mengikut saya dan menolak itu, Bapak, Ibu, Saudara bukan menolak saya tetapi menolak Kristus. Saya harap ini menjadi satu kebenaran yang kita belajar sama-sama, untuk menundukkan diri di bawah kebenaran firman Tuhan. Mari kita sama-sama bertumbuh di dalam iman dan kebenaran. Tuhan sudah berikan orang-orang dengan suatu jabatan tertentu dan karunia tertentu dalam gereja untuk memperhatikan iman kita itu seperti apa, kedewasaan iman kita dan pertumbuhan kita di dalam kebenaran Kristus. Kiranya Tuhan boleh menolong kita semua. Mari kita masuk dalam doa.
Kami kembali bersyukur untuk firman yang boleh Engkau beritakan pagi ini. Kami sungguh bersyukur Bapa, Engkau boleh karuniakan orang-orang yang memiliki jabatan-jabatan khusus yang ada di dalam gereja untuk memperhatikan apa yang menjadi pertumbuhan kerohania kami, iman kami, untuk menjadi orang yang dewasa di dalam iman dan memiliki suatu kehidupan yang mengarah pada Kristus. Tolong pimpin kami ya Bapa. Tolong berikan kepada kami kehidupan yang menghargai karunia-Mu ini dan tidak menyia-nyiakan karunia-Mu ini dalam kehidupan kami, sehingga kami boleh sungguh-sungguh mmenjadi anak Allah yang hidup di dalam jalur pimpinan Tuhan senantiasa. Dalam nama Tuhan Yesus Kristus kami bersyukur dan berdoa. Amin.
[Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah]