Ef. 4:17-19
Pdt. Dawis Waiman, M.Div.
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ayat 17-19 dari pasal 4 Efesus, ini mengajak kita untuk melihat apa yang menjadi keadaan dari orang-orang non-Kristen, atau orang-orang Yahudi yang bukan Kristen dalam kehidupan mereka. Paulus berkata, ketika kita melihat pada kehidupan orang-orang Yahudi dan non-Yahudi itu, maka kita akan menemukan, kalau mereka adalah orang-orang yang memiliki pengertian yang gelap di dalam kehidupan mereka. Apa yang menjadi sebab mereka memiliki pengertian yang gelap dalam kehidupan mereka. Di dalam surat Korintus, kita bisa menemukan Paulus berkata: sebabnya adalah karena ada selubung yang menutupi hati mereka dan pikiran mereka sehingga ketika mereka melihat kepada kebenaran yang ada di depan mata mereka, mereka tidak bisa melihat kepada kebenaran itu, mereka tidak bisa mengerti kepada kebenaran tersebut, dan itu membuat mereka tidak bisa mempercayai kebenaran itu dalam hidup mereka.
Jadi, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, Paulus berkata, ketika orang-orang Yahudi yang mengatakan dirinya adalah orang-orang yang memiliki firman Tuhan, orang-orang yang dinyatakan wahyu Tuhan dan diberikan Kitab Suci, orang-orang yang memiliki hukum-hukum dan janji-janji Tuhan itu membaca Kitab Suci yang ada di dalam Perjanjian lama, maka mereka akan melihat, mereka tidak memiliki kemampuan untuk bisa melihat bahwa di dalam Kitab Suci Perjanjian Lama itu berbicara mengenai diri daripada Yesus Kristus, berbicara mengenai suatu Perjanjian Baru yang Tuhan adakan dengan umat Allah. Nah ini yang membuat ketika Yesus Kristus datang ke dalam dunia ini, mereka bukannya datang dan percaya kepada Kristus yang adalah Mesias, yang sudah dijanjikan dalam Perjanjian Lama. Melainkan yang justru terjadi adalah mereka meninggikan Yesus di atas kayu salib, membunuh Dia di atas kayu salib karena mereka menganggap Yesus bukan Mesias, Yesus bukan Juruselamat yang dijanjikan oleh Tuhan Allah. Yesus adalah manusia yang berani-beraninya meninggikan diri setara dengan Tuhan Allah. Ada selubung yang menutupi mata dari pada orang-orang Yahudi. Dan ketika kita membaca bagian ini, maka kita menemukan Paulus berkata: selubung itu juga ternyata bukan hanya menutupi mata orang-orang Yahudi tetapi juga mata dari orang-orang non-Yahudi yang tidak percaya kepada Yesus Kristus. Jadi bagi orang-orang Yahudi dan non-Yahudi, yang menggambarkan ini adalah seluruh kelompok manusia yang ada di dalam dunia ini, ketika mereka mendengar Injil, mereka biasanya tidak akan berespon terhadap Injil, karena apa? Mereka memiliki pengertian yang gelap, karena ada selubung yang menutupi mata mereka untuk bisa melihat kebenaran tersebut. Dan di bagian lain daripada Kitab Suci, yaitu di dalam 2 Korintus itu dikatakan, Paulus berkata seperti ini: Kalau andaikata, ketika mereka mendengar Injil, lalu mereka tetap tertutup juga, mereka tetap tidak mau percaya kepada Kristus, sebabnya karena mereka telah diperuntukkan untuk kebinasaan karena mereka sudah hidup tidak percaya dan pikiran mereka telah dibutakakan oleh ilah daripada zaman ini.
Jadi pada waktu kita melihat, apa yang menjadi sebab seseorang itu memiliki selubung ini? Paulus memberikan 2 jawaban. pertama adalah mata mereka telah tertutup oleh ilah zaman ini. Mereka sudah begitu tergoda untuk melihat kepada dunia ini dan lalu memperhambakan diri mereka kepada dunia ini. Itu adalah sebab yang pertama. Sebab yang kedua, Paulus berkata, ada sesuatu yang lebih mendalam, yang harusnya kita juga perlu mengerti dalam kehidupan kita sebagai orang Kristen. Apa yang membuat mereka tidak bisa dating kepada Kristus? Pertama, karena dosa mereka. Tapi yang kedua adalah, Kitab Suci selalu menyatakan, itu karena mereka tidak mendapatkan anugrah Tuhan yang membuka selubung itu daripada pikiran dan hati mereka, sehingga mereka bisa melihat keberdosaan mereka, sehingga mereka bisa melihat bahwa diri mereka adalah orang yang harus dihukum oleh Tuhan dan mereka sungguh-sungguh membutuhkan satu-satunya jalan keselamatan yaitu Yesus Kristus dalam kehidupan mereka. Jadi Alkitab tidak hanya membiarkan kejahatan manusia itu bisa berlangsung sesuka hati manusia saja, bahkan bisa melawan dari apa yang menjadi kehendak daripada Tuhan Allah. Tapi Alkitab selalu menyatakan, setiap kejahatan yang dilakukan oleh manusia, sejahat apapun itu, bahkan iblis sekalipun di dalam merancangkan suatu kelakukan atau rencana untuk melawan Tuhan Allah, rencana mereka dan kejahatan yang mereka lakukan tidak mungkin bisa keluar dari pada kuasa Tuhan atau kontrol dari pada Tuhan di dalam kehidupan yang mereka lakukan atau kejahatan yang mereka lakukan tersebut. Saya bukan berkata bahwa Tuhan berbagian di dalam kejahatan dari iblis ataupun dari orang-orang yang berdosa. Tetapi saya mau katakan, kejahatan yang mereka rancangkan, yang mereka lakukan tidak pernah mungkin bisa melawan kuasa dari pada Tuhan dan tidak mungkin bisa melawan rencana dan rancangan dari pada kehendak Tuhan untuk tetap terjadi di dalam kehidupan dunia ini ataupun di dalam kehidupan manusia.
Apa yang membuat mereka tidak bisa datang kepada Kristus, kepada Injil? Di dalam Perjanjian Lama, dan Perjanjian Baru, secara konsisten sekali berkata: sebabnya karena walau mereka memiliki mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, tetapi Tuhan tetap membiarkan mereka tertidur dengan nyenyak sehingga mereka tidak bisa melihat apa-apa dan mereka tidak bisa mendengar apa-apa. Saya percaya ini adalah suatu ayat yang bukan sebagai suatu ayat untuk kita pakai demi untuk membenarkan diri kita dan kehidupan kita di dalam dosa. Orang berdosa mungkin akan melihat, “Oh, saya tidak bisa datang kepada Tuhan karena Tuhan tidak berbelas kasih bagi saya, karena Tuhan tidak membuka hati saya, karena Tuhan tidak memberikan anugrah bagi saya, karena itu Dia adalah Allah yang jahat, saya tidak mungkin bisa datang kepada Dia, untuk bisa percaya kepada Dia, karena Dia tidak ingin saya datang kepada Dia. Saya percaya ini hanya perkataan dari orang-orang yang ingin melawan Tuhan Allah dalam kehidupan mereka. Bukan orang yang mengerti akan kedaulatan Allah dalam kehidupan mereka dan tanggung jawab manusia di dalam kehidupan mereka.
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pada waktu kita mengerti kedaulatan Allah itu, atas semua ciptaanNya, dan kalau kita sungguh-sungguh mengerti keberdosaan kita di hadapan Tuhan Allah, yang harusnya mendapatkan hukuman dari Tuhan Allah. Dan kalau kita mengerti bahwa setiap orang yang datang kepada Kristus, tidak mungkin akan ditolak oleh Yesus Kristus, saya percaya kita tidak akan berkata seperti tadi: “Engkau tidak mau memilih saya, Engkau tidak mau memberikan anugrah keselamatan bagi saya, karena itu saya tidak mungkin bisa datang kepada Engkau. Dan kalaupun saya mau, Engkau menolak saya.” Tetapi yang kita akan lakukan adalah: makin mendekatkan diri kepada Tuhan, makin mensyukuri anugrah Tuhan dalam kehidupan kita, bukan makin menarik diri dan menjauhkan diri dari pada Tuhan Allah. Jadi, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kita butuh karunia Tuhan dan anugrah Tuhan untuk menyingkirkan selubung yang menutupi hati kita. Tetapi ketika selubung itu tidak disingkirkan dalam kehidupan kita, jangan pikir itu adalah kesalahan dari Tuhan terhadap hidup kita, tetapi itu adalah sesuatu yang berkaitan dengan dosa yang kita lakukan di hadapan Tuhan, kekerasan hati yang kita miliki di hadapan Tuhan, yang tetap tidak mau menundukkan diri dan mengakui dia adalah Tuhan, dan hanya di dalam Kristus ada satu-satunya jalan keselamatan dari orang yang berdosa.
Pengertian orang berdosa, Paulus katakan: sudah menjadi gelap ketika mereka jatuh di dalam dosa. Ini artinya apa? Ini artinya adalah: kemampuan manusia yang paling tinggi, yang paling berharga, yang paling bernilai penting oleh seorang manusia, yaitu pikiran kita, itu telah gagal untuk bisa mengerti apa yang menjadi kebenaran daripada firman Tuhan dan jalan Tuhan dalam kehidupan kita. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, jangan sombong! Jangan merasa diri orang yang begitu pintar sehingga kita tidak butuh firman untuk menuntun kehidupan kita. Jangan merasa kalau kita bisa hidup tanpa Tuhan dalam kehidupan kita. Alkitab bilang: kemampuan kita yang paling baik, yang paling kita banggakan, kecerdasan kita yang begitu tinggi sekali sekalipun, tetap tidak mungkin akan bisa membawa kita kepada Tuhan Allah, kalau kita tidak mendapatkan anugrah daripada Tuhan Allah. Ini membuat kita harus bisa melihat bahwa kerusakan yang paling parah akibat daripada manusia jatuh ke dalam dosa, itu adalah pencemaran terhadap pikiran manusia. Saudara, pikiran kita sudah tercemar oleh dosa, pikiran kita itu yang begitu terbatas sudah dirusak oleh dosa. Ini adalah realita yang Kitab Suci sendiri nyatakan. Makanya Alkitab ketika berbicara mengenai manusia berdosa, Alkitab berkata: kita itu bukan orang pintar, kita itu adalah orang bodoh di hadapan Tuhan Allah. Kita itu adalah orang bebal di hadapan Tuhan Allah, ketika kita belum berada di dalam Yesus Kristus. Maksud bebal itu apa? Maksud bodoh itu apa? Bodoh itu berbicara mengenai suatu kondisi di mana kita pikir kita sudah melakukan sesuatu yang baik, yang terbaik, tapi padahal itu bukan yang terbaik yang sebenarnya bisa kita capai. Karena kita tidak bisa melihat yang terbaik itu. Makanya pada waktu kita hidup dalam dunia, kita pikir jalan kita sudah benar, tapi sebenarnya belum seperti apa yang Tuhan pandang benar. Atau belum sepenuhnya benar dalam kehidupan kita, tapi kita tidak bisa mengerti itu.
Saya ambil contoh seperti ini, ada orang yang punya intelek yang tinggi, berpendidikan tinggi, tapi ketika mereka ingin mendapatkan kesuksesan dalam kehidupan mereka, kadang-kadang mereka, yang terjadi, mereka bukan datang kepada Tuhan dan mencari Tuhan tapi justru mereka datang mencari tempat-tempat yang angker, tempat-tempat yang bersejarah seperti itu untuk meditasi dan berdoa di situ minta berkat dari pada roh-roh yang ada di situ dan bukan dari Tuhan Allah. Ada orang juga yang berpikir seperti ini, makin tinggi pendidikan seseorang, tetap tidak bisa melepaskan dari cintanya kepada uang. Sehingga pada waktu dia begitu menginginkan kekayaan dalam hidup dia, yang dia lakukan adalah mengejar kekayaan itu, walaupun itu membuat diri dia berperilaku seperti seekor binatang sekalipun, itu nggak ada masalah, yang penting apa? Aku mendapatkan kekayaan itu. Dia tidak melihat nyawa manusia itu seharga dengan diri dia, dia tidak melihat jiwa manusia itu juga harus dihormati sama seperti diri dia yang harus dihormati, yang penting, aku demi mendapatkan kekayaan itu, aku bisa berlaku seperti seekor binatang.
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ini adalah sebagian dari contoh yang saya bisa katakan, bagaimana manusia punya pikiran itu sudah demikian gelap sekali. Tapi pada waktu mereka mengejar itu semua, jangan pikir mereka akan sadar, ini salah. Yang mereka akan pikirkan adalah ini benar, ini adalah hal yang paling bijak, ini adalah sesuatu yang bisa membahagiakan diri saya, ini adalah sesuatu yang penting dalam kehidupan saya, tanpa mereka mengerti ada hal lain yang lebih membahagiakan, yang bisa sungguh-sungguh memberikan kebahagian itu, dan ada hal lain yang sungguh-sungguh merupakan kebenaran, yang sebenarnya harusnya mereka pegang itu baik-baik dan percayai itu, dan bukan apa yang mereka lakukan dalam kehidupan mereka saat ini. Termasuk di dalamnya adalah, bagaimana kita bisa diselamatkan di dalam Tuhan. Saudara, orang yang pikirannya gelap, kalau Saudara suka menginjili, Saudara akan menemukan. Walaupun Saudara sudah memaparkan kepada mereka bahwa mereka adalah orang berdosa, mereka mengakui mereka orang berdosa, mereka mengakui bahwa perbuatan mereka tidak mungkin ada bagian yang benar seperti itu, yang secara sempurna di hadapan Tuhan Allah, pada waktu mereka kita tantang untuk percaya kepada Kristus, mereka akan tetap berpikir: saya tetap tidak butuh Kristus, saya tetap bisa, saya yakin perbuatan saya tetap bisa membenarkan saya di hadapan Tuhan Allah. Akibatnya adalah, mereka tetap di dalam pemikiran mereka, pemahaman mereka, bahwa perbuatan itu bisa menyelamatkan kehidupan mereka.
Saya seringkali menghadapi keadaan seperti ini, ketika saya menginjili, sudah begitu baik menjelaskan, bahkan mereka sendiri mengakui dari mulut mereka, saya orang berdosa, tidak mungkin bisa benar secara sempurna di hadapan Tuhan Allah. Tetapi dalam pikiran mereka, tetap berpikir: Saya bisa membenarkan diri saya dan berdiri di hadapan Allah sebagai orang yang benar melalui perbuatan dan kebaikan yang saya lakukan dalam kehidupan saya. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, mengapa ini semua bisa terjadi? Karena pikiran manusia, pengertian manusia sudah gelap dan jauh dari pada kebenaran atau terang Tuhan, ini yang membuat hal itu terjadi. Dan keadaan ini bukan sesuatu yang terjadi pada zaman Paulus saja, keadaan ini adalah keadaan manusia yang sudah dicatat Kitab Suci sejak dari Adam jatuh dalam dosa, kemudian pada zaman Nuh, pada zaman Paulus, bahkan sampai pada zaman kita saat ini, manusia seperti ini keadaannya. Itu mau menunjukkan bahwa apa yang dicatat oleh Kitab Suci bukan sesuatu yang ketinggalan zaman tetapi masih merupakan sesuatu yang relevan sampai hari ini kita bisa gunakan itu, kita bisa mendapatkan kebenaran dari situ, kita bisa mengerti apa yang menjadi keadaan manusia dari pada Kitab Suci ini karena ini adalah firman Tuhan.
Dan saya percaya sekali, kita sebagai orang yang sudah ditebus oleh Kristus sekalipun, kita sebagai orang yang sudah mengatakan “diri saya adalah orang Kristen” sekalipun, tetap perlu mengenali keadaan kita sebelum kita ada di dalam Kristus; ini tetap perlu terus menerus diingatkan keadaan ini yang merupakan keadaan masa lalu dari pada kehidupan kita yang ada di luar Kristus sebelumnya, walaupun kita nggak menyukai sekalipun untuk diingatkan keadaan itu. Saya tanya ya, suka nggak diingatkan akan kesalahan kita, akan dosa kita? Saya yakin kita nggak suka. Saya pribadi juga suka nggak suka untuk diingatkan akan kesalahan. Tetapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, Alkitab nggak bicara seperti itu. Alkitab justru berkata dosa itu, kelakuan kita di masa lalu itu sesuatu yang harus terus diulangi, diulangi, diingatkan dan diingatkan terus dalam kehidupan kita. baik itu Paulus lakukan itu, baik itu Alkitab lakukan itu, bahkan Tuhan Yesus sendiri ketika datang dan melayani tetap penekanannya adalah engkau manusia berdosa, saya manusia berdosa, saya membutuhkan penebusan dari Kristus; jangan kembali ke dalam kehidupanmu yang lama itu; itu selalu diulang-ulang dan selalu diingatkan, mengapa ya? Bukankah lebih baik kalau kita berbicara sesuatu yang lebih baik? Bukankah lebih baik kalau kita berbicara sesuatu yang lebih positif? Bukankah lebih baik kalau kita berbicara sesuatu yang tidak selalu menyinggung masa lalu kita, dosa yang kita lakukan di hadapan Tuhan Allah, itu lebih baik tidak? Saya yakin memang ada bagian itu, tetapi kalau kita selalu ingin berbicara yang positif, melupakan keadaan kita yang semula, akan dosa kita itu, dan kita tidak diingatkan akan kondisi manusia lama kita di hadapan Tuhan Allah dan manusia yang berada di luar Tuhan, maka kita ada di dalam suatu keadaan yang bahaya.
Saya tetap melihat, mengingatkan kembali keadaan manusia berdosa kepada hidup kita, mengingatkan kembali diri kita yang sudah ditebus oleh Tuhan Yesus pada keadaan lalu kita yang ada di luar Tuhan itu punya unsur yang penting sekali. Yang pertama adalah untuk mengingatkan kalau kita ini adalah orang yang suka lupa. Kita suka lupa keadaan kita yang lalu, kita suka lupa bahwa kita ini adalah bukan orang yang baik sebenarnya. Kita suka lupa kalau kita ini adalah orang yang berdosa, orang yang bisa jatuh di dalam dosa, orang yang sebelumnya melawan Tuhan Allah dan tidak mau setia kepada Tuhan Allah. Makanya kita perlu diingatkan kembali akan anugerah ini dalam kehidupan kita, keadaan ini dalam kehidupan kita. Yang kedua adalah sebabnya karena pada waktu kita mengerti natur kita, keadaan kita yang sebelumnya ada di luar Kristus itu, saya yakin itu akan membawa kita semakin menghargai apa yang menjadi pekerjaan Tuhan di dalam Kristus bagi kehidupan kita. Dan bahkan itu akan membuat kita makin melihat kasih Allah yang tidak terbatas itu yang telah diberikan dalam kehidupan kita dan memunculkan satu pertanyaan dalam hati kita yang tidak pernah mungkin kita bisa jawab, kecuali karena kasihNya, yaitu kenapa saya yang berdosa ini, saya yang harus dihukum oleh Tuhan Allah ini kemudian mendapatkan penebusan dari Kristus dan kasih karunia dari Tuhan Allah pada waktu saya masih dalam kondisi seperti itu?
Tadi kita ada nyanyi lagu Yesus kucinta-Mu, saya pikir ini lagu ayat di bait-baitnya itu begitu baik sekali ya. Apa yang membuat kita mau lebih mencintai Yesus? Karena aku adalah milikMu dan aku membenci dosa karena kasih-Mu, dan Engkau adalah Juruselamatku. Kenapa aku mau lebih cinta kepada-Mu? Karena Engkau mencintai aku terlebih dahulu, dosaku tertebus dengan darah-Mu. Lalu kenapa aku mau lebih mencintai Engkau? Karena hidup atau mati aku adalah milik-Mu. Saudara, ini lagu yang bicara respon yang benar kepada Tuhan melalui cinta yang kita nyatakan kepada Tuhan, itu nggak mungkin terlepas dari pengertian akan kondisi kita sebelumnya sebagai orang yang dibuang Tuhan, dan tidak mungkin bisa terlepas dari apa yang menjadi kebenaran Tuhan dan tindakan Tuhan untuk menyelamatkan kita dari keadaan kita yang berdosa. Bahkan kita bisa katakan seperti ini ya, orang yang paling mengerti cinta kasih dan anugerah Tuhan dalam kehidupannya itu adalah orang yang memiliki perasaan berdosa yang paling mendalam. Saya ulangi ya, orang yang paling mengerti keadaan cinta kasih Tuhan yang telah Tuhan berikan dalam kehidupan dia, anugerah Tuhan yang Tuhan berikan dalam kehidupan dia, kemurahan Tuhan yang Tuhan berikan dalam kehidupan dia, kebaikan Tuhan yang Tuhan berikan dalam kehidupan dia, itu adalah orang yang paling mengerti dia adalah orang yang paling berdosa. Dan sebaliknya juga terjadi, orang yang paling ringan di dalam memandang kepada perbuatan dosa dan keberdosaan dari diri dia sendiri, itu adalah orang yang akan memandang ringan mengenai keselamatan yang diberikan oleh Kristus, memandang ringan mengenai kehidupan yang harus kudus di hadapan Tuhan, dan memandang ringan suatu kehidupan yang harus membayar harga bagi Tuhan Allah. Jelas sekali Alkitab bilang, kalau kita nggak pernah bisa melihat diri kita secara benar, kita merasa diri kita baik, makin kita merasa diri kita baik makin kita merasa kita tidak butuh Kristus; makin kita merasa diri kita begitu berdosa dan tidak mampu menjadi orang yang benar di hadapan Tuhan, makin di situ kita akan mendekatkan diri kepada Kristus dan membutuhkan Kristus dan tidak mau lepas dari pada cinta kasih Kristus dalam kehidupan kita. Dan ini juga berdampak terhadap bagaimana kita hidup di dalam kehidupan kita sebagai orang Kristen. Jadi itu punya suatu hubungan yang erat sekali, relasi yang erat sekali.
Tapi ada alasan yang ketiga. Kalau alasan yang pertama adalah karena kita pelupa, alasan kedua itu karena kita bisa lebih melihat kebaikan Kristus dan menghargai penebusan Kristus dalam kehidupan kita. Alasan yang ketiga kenapa kita harus mengerti keadaan manusia yang berdosa atau manusia lama kita yang ada di luar dari Kristus, saya percaya sekali itu berkaitan dengan aspek penginjilan. Siapa orang berdosa? Siapa orang Kristen? Alkitab berkata orang berdosa adalah orang yang pengertian mereka gelap, yang membuat mereka tidak bisa datang kepada Kristus. Orang Kristen itu adalah orang yang diberikan suatu anugerah sehingga memiliki pengertian yang terang akan kebenaran. Lalu kenapa Tuhan tempatkan orang Kristen ada di dalam dunia yang dilingkupi oleh kegelapan ini? Tujuannya untuk apa? Supaya kita bisa hidup sama seperti mereka? Saya percaya sekali di dalam setiap budaya ada keunggulan-keunggulan di situ, ada kebaikan, ada kebenaran di situ, dan pada waktu kita hidup di dalam budaya sebagai orang Indonesia, atau orang Jawa, atau orang Chinese, orang Batak, dan yang lain-lain, kita pasti hidup di dalam tradisi atau budaya dimana kita dibesarkan di dalam suku tersebut atau ras tersebut. Tapi pertanyaan saya adalah, pada waktu kita dibesarkan sebagai orang Jawa di dalam budaya Jawa, pada waktu kita dibesarkan sebagai orang Chinese di dalam budaya Chinese, pada waktu kita dibesarkan sebagai orang Batak di dalam budaya Batak, orang Kalimantan di dalam budaya Kalimantan, orang Dayak di dalam budaya Dayak, orang Toraja di dalam budaya Toraja, saya mau tanya, mereka bisa melihat nggak “Toraja yang satu ini, Chinese yang satu ini, Batak yang satu ini, ataupun Jawa yang satu ini, walaupun mereka ada sama dengan kita tapi mereka berbeda dari kita”? Ini bicara mengenai tujuan Tuhan menempatkan kita di dalam dunia ini. Kalau mereka nggak melihat ada perbedaan dari kehidupan kita yang baru dengan kehidupan kita yang lama, maka itu mungkin berarti bahwa hidup kita tetap hidup yang lama, sama dengan hidup lama atau hidup berdosa dari orang-orang yang ada di sekitar kita. Tapi kalau kehidupan kita berbeda dari mereka maka di situlah peran kita sebagai setiap orang Kristen yang ada di dalam dunia ini untuk bisa menyaksikan Injil Kristus kepada orang-orang yang ada di dalam kegelapan itu menjadi digenapi. Tuhan menempatkan kita di dalam dunia supaya bisa menyatakan terang itu, supaya bisa menjadi saksi Kristus akan kebenaran Kristus bagi orang yang berada di dalam kegelapan tersebut supaya mereka pun bisa melihat kepada terang itu.
Nah Saudara, di sisi lain, bukan cuma untuk membawa mereka melihat kepada terang yang ada di dalam Kristus tetapi juga ini akan menentukan cara kita di dalam meng-approach mereka, cara kita di dalam mendekati mereka atau menjangkau orang-orang yang memiliki pengertian yang gelap yang di luar Kristus tersebut. Saya percaya kalau kita sungguh-sungguh mengerti bahwa pengertian yang gelap itu adalah sesuatu yang hanya bisa disingkirkan oleh kasih karunia dari pada Yesus Kristus dalam kehidupan mereka, maka kita akan melihat metodenya itu bukan dengan cara membuat suatu musik yang menarik jiwa, menggerakkan perasaan untuk membuat orang datang kepada Tuhan; caranya itu bukan dengan membuat suatu ibadah yang user-friendly. Saya senang sekali ada satu buku itu bilang “ibadah yang benar itu seperti apa? Ibadah yang benar itu bukan sesuatu yang bersifat user-friendly.” maksud user-friendly itu dalam pengertian: Oh orang dunia harus bisa merasa nyaman ketika datang ke dalam gereja, orang dunia merasa bahwa ini adalah bahasa mereka, orang dunia kalau merasa begitu penat sudah kerja dari Senin sampai Sabtu, dan mereka menginginkan sesuatu yang menghibur diri, yang bisa menyenangkan hati, yang membuat diri tidak merasa tertekan oleh firman Tuhan yang berat, maka berikan mereka ibadah yang ringan, user-friendly. Saya percaya itu bukan menjadi sesuatu yang akan kita gunakan demi untuk menjangkau orang, karena ibadah itu apa? Ibadah kepada Tuhan Allah yang sejati itu hanya bisa dilakukan oleh anak-anak Tuhan yang sudah ditebus oleh Kristus, ibadah pada Tuhan Allah yang sejati itu hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang sudah dibenarkan dan diadopsi di dalam Kristus; tanpa pembenaran dari Kristus nggak mungkin ada satu orangpun yang bisa berdiri di hadapan Allah, dan ibadah yang sejati itu adalah ibadah yang bersifat vertikal, bukan bersifat horisontal.
Bapak-Ibu kalau datang kebaktian, maafkan saya bbukan ngomong untuk membenarkan kedinginan yang ada di dalam gereja ya, tapi kalau Bapak-Ibu datang ke dalam kebaktian dengan harapan disukai orang, disenangi orang, lalu disambut oleh seseorang, lalu mungkin diberikan senyuman yang penuh dengan kasih dan pelayanan dari pada orang bagi Bapak-Ibu, mungkin kita belum sungguh-sungguh mengerti makna ibadah itu seperti apa. Karena ibadah yang benar itu adalah ibadah yang ditujukan kepada Tuhan Allah, ibadah yang menyenangkan Tuhan, bukan menuntut untuk orang memperhatikan diri kita tapi bagaimana kita mempersembahkan diri kita yang hidup ini sebagai persembahan yang berkenan di hadapan Tuhan melalui ibadah kita. Jadi walaupun tidak ada orang Kristen yang menyambut kita, kalau di situ kita tahu gereja itu adalah tempat gereja di mana firman yang baik diberitakan, dan kita bisa sungguh-sungguh beribadah kepada Tuhan Allah dalam gereja itu, seharusnya kita datang ke situ dan beribadah kepada Tuhan Allah. Lalu di mana berkatnya? Saya percaya tetap akan ada berkat. Berkatnya dari mana? Ketika firman diberitakan, di situ Saudara akan mendapatkan penghiburan dan kekuatan dari pada firman Tuhan. Ketika Saudara memuji Tuhan dalam kehidupan Saudara, di situ Saudara akan mendapatkan penghiburan dan kekuatan, akan apa yang Tuhan sudah kerjakan dalam kehidupan Bapak, Ibu, Saudara sebelumnya. Ketika Saudara akan pulang ke dalam dunia di mana Saudara berada, di situ ada berkat Tuhan yang menyertai Bapak, Ibu, Saudara di dalam perjalanan pulang tersebut dan menjalani satu minggu dalam kehidupan kita di dalam dunia ini. Makanya Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya selalu tekankan, sering kali tekankan dalam mimbar ini, kalau kita datang kebaktian, datang tepat waktu. Kalau kita pulang kebaktian, pulang setelah pemberkatan. Bukan pemberkatan nikah ya, pemberian berkat di akhir dari kebaktian tersebut. Kenapa? Karena ibadah yang baik itu selalu bersifat dialog, Allah melakukan sesuatu, manusia respon, Allah lakukan sesuatu, manusia respon. Lalu pada waktu kita datang ibadah, kenapa kita berdiri pada waktu kita melakukan votum dan bersaat teduh? Itu menyambut Tuhan datang ke dalam ibadah kita.
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, jangan kira kita datang ke sini, karena kita nggak bisa melihat Tuhan, maka kita hanya berdiri di hadapan pendeta atau liturgis dan orang-orang Kristen yang lain. Setiap kali kita berkumpul sebagai orang percaya, Tuhan punya satu perkataan khusus, “di mana dua tiga orang hadir berkumpul, di situ Aku hadir di tengah-tengah mereka,” dan ini bicara di dalam konteks ibadah Minggu. Pada waktu kita berkumpul di hadapan Tuhan dan berbakti kepada Tuhan di dalam kebaktian Minggu, Tuhan hadir di tengah-tengah kita. Dan ketika Tuhan hadir di tengah-tengah kita, itu bicara mengenai keberadaan kita yang ada di dalam ruangan yang mahasuci di hadapan Tuhan Allah, bukan di pelataran dari pada Bait Allah, tapi di dalam Bait Allah, dan bahkan di dalam ruangan yang maha kudus di mana hanya satu kali dalam satu tahun imam besar boleh masuk ke dalam situ, di luar itu nggak ada satu orang pun yang boleh masuk ke dalam situ. Dan ketika mereka masuk, mereka harus masuk dengan suatu kegentaran, suatu ketakutan, suatu ketidakberanian untuk melakukan kesalahan di dalam ibadah mereka. Ini adalah konsep ibadah yang Kitab Suci nyatakan dalam diri kita. Jadi kalau kita mengerti hal ini, dan pada waktu kita memulai ibadah di situ Tuhan datang, waktu kita pulang itu berarti Tuhan menyertai kita terlebih dahulu, baru kita boleh pergi, maka ibadah itu pasti bukan sesuatu yang main-main, bukan sesuatu yang diperuntukkan oleh semua, untuk semua manusia, tapi untuk orang yang benar yang sudah dibenarkan oleh Kristus, hanya untuk anak-anak Tuhan.
Saya ambil contoh kayak gini ya, Bapak-Ibu kalau punya pekerjaan, lalu punya pegawai, Bapak-Ibu pimpin rapat. Di tengah rapat, pegawai mendadak berdiri nyelonong keluar dan pergi. Kira-kira Bapak-Ibu mau lakukan apa? Sebelum pergi aja ya, Bapak-Ibu datang situ dulu, Bapak-Ibu bilang, kita rapat jam 8. Sebelum jam 8 Bapak, Ibu, Saudara sudah ada di ruangan itu duduk di situ, tapi pegawai Bapak-Ibu datangnya jam setengah 9, lalu pulangnya yang paling cepat sebelum kita selesai bicara. Kita kira-kira akan lakukan apa? Pecat. Saya yakin pecat karena kurang ajar sekali. Tapi kita di dalam ibadah kepada Tuhan bagaimana? Saya pikir kita harus bangun suatu konsep ibadah yang benar di hadapan Tuhan. Nah sekarang, kalau ibadah seperti ini, pengertian ini ada di dalam konsep ibadah orang Kristen, mungkin tidak ibadah orang Kristen itu harus user-friendly? Saya yakin nggak bisa. Bukan berarti kita nggak perlu sapa saudara kita yang datang ya. Saya selalu berdiri depan kalau bisa sapa satu per satu dan saya selalu berdiri di depan untuk bisa menyapa orang yang pulang satu per satu. Dan saya harap ini juga sesuatu persekutuan yang Bapak-Ibu boleh bangun di dalam suatu kebaktian, pasca kebaktian di mana kita sama-sama menyambut satu orang Kristen dengan orang Kristen yang lain di dalam cinta kasih dari pada Tuhan. Tapi ingat, ibadah bukan dengan tujuan untuk bisa menjangkau orang dunia datang ke dalam ibadah supaya mereka bisa menerima ibadah orang Kristen. Mereka harus bisa percaya Kristus dulu. Mereka harus menjadi anak Allah dulu baru mereka bisa menikmati ibadah Kristen yang benar itu seperti apa. Tanpa itu mereka nggak mungkin bisa lakukan itu. Dan yang pasti lagi, bukan juga dengan mempersingkat khotbah. Saya bukan membenarkan diri ya. Saya suka dapat komplain orang, Reformed itu kalau khotbahnya panjang-panjang, seperti itu. Saya pikir bukan seperti itu.
Lalu bagaimana caranya kita jangkau mereka? Metodenya bagaimana? Saya percaya, metode yang paling baik adalah dengan merendahkan diri kita di hadapan Tuhan. Metode yang paling baik adalah dengan kita berdoa di hadapan Tuhan untuk meminta karunia Tuhan bagi orang berdosa itu, orang yang di luar Kristus itu terbuka hatinya, selubungnya disingkirkan dari pada hati dan pikirannya, dan mereka kemudian bisa datang kepada Kristus dan percaya kepada Kristus, mengerti kebenaran di dalam Kristus dan bisa berbakti secara benar di hadapan Tuhan. Itu yang harus kita lakukan. Makanya saya akan terus ingatkan Bapak, Ibu, Saudara tanpa bosan, jangan jauhkan diri dari pertemuan ibadah. Pertama. Dan juga jangan jauhkan diri dari persekutuan doa. Pertemuan ibadah perintah Tuhan, tapi persekutuan doa adalah tanda kita berlutut di hadapan Tuhan dan mengakui kuasa Tuhan bekerja di dalam kehidupan kita dan orang berdosa. Kita mengakui kedaulatan Tuhan dalam kehidupan kita, kita mengakui pemeliharaan Tuhan yang senantiasa Tuhan nyatakan bagi kita, kita mengakui kalau sumber kebaikan satu-satunya itu adalah dari Tuhan Allah, dan kita mengakui kalau kebenaran itu hanya bisa diperoleh karena anugerah dari pada Tuhan Allah. Makanya jangan jauhkan diri dari pertemuan ibadah dan juga jangan jauhkan diri dari persekutuan doa. Ini adalah keadaan orang yang di dalam Tuhan. Tapi ini bukan suatu keadaan orang yang ada di luar Tuhan. Mereka ada di dalam pikiran yang gelap. Mereka ada di dalam pikiran yang sia-sia. Lalu Paulus kembali menambahkan, ini bukan keadaan semuanya dari orang yang ada di luar Tuhan.
Ada satu bagian lagi yang saya akan bahas hari ini, orang yang ada di luar Tuhan itu adalah orang yang memiliki persekutuan yang jauh dari Tuhan Allah, atau istilah lain yang Paulus katakan di sini adalah jauh dari hidup persekutuan dengan Allah. Itu adalah orang yang berada di luar Tuhan. Apa maksud memiliki hidup persekutuan yang jauh dari Tuhan Allah? Ada orang yang mengatakan, “Oh hidup jauh dari persekutuan dengan Tuhan Allah itu berbicara mengenai suatu kehidupan dari orang-orang atau manusia yang ada dalam dunia ini. Kalau dia adalah orang yang jauh dari persekutuan dengan Tuhan Allah itu berarti hidup dia adalah hidup yang dipandang Tuhan tidak benar. Perilaku dia itu adalah suatu perilaku yang tidak seperti yang Tuhan perintahkan. Perbuatan mereka adalah suatu perbuatan yang tidak sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Kitab Suci. Itu bicara mengenai orang yang memiliki kehidupan yang jauh dari Tuhan Allah.” Tapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ketika bicara mengenai jauh dari Tuhan, persekutuan Tuhan Allah, kata Yunani yang digunakan itu adalah zoe. Zoe itu bicara bukan hanya perilaku saja dari orang-orang yang tidak mentaati perintah Tuhan dan hidup di dalam kebenaran Tuhan, tetapi zoe berbicara mengenai orang yang di luar Tuhan adalah orang yang menolak pribadi Allah sendiri, yang tidak punya relasi dengan Tuhan Allah sendiri. Itu adalah orang yang jauh dari Tuhan Allah atau hidup persekutuan dari Tuhan Allah. Mereka adalah orang yang terpisah dari Tuhan, yang tidak ada bersama Tuhan. Seperti ketika Adam ketika berada di Taman Eden, Alkitab mencatat, Tuhan bisa datang ke Taman Eden, bisa berbicara dengan Adam, Adam bisa menikmati Tuhan di dalam pembicaraan tersebut, dia tidak lari menyembunyikan diri dari Tuhan Allah, tapi dia betul-betul bisa menikmati persekutuan yang ada dengan Tuhan dan dia menyambut Tuhan dan dia tidak menjauhkan diri atau menolak Tuhan Allah. Tapi ketika dia jatuh dalam dosa, Alkitab mencatat, Tuhan datang ke Taman Eden, dia lari dan bersembunyi. Dia nggak mau bertemu dengan Tuhan Allah. Dan bahkan, Alkitab juga mencatat, ketika Tuhan sudah mengkonfrontasi Adam dan Hawa, Adam dan Hawa diusir dari Taman Eden dengan pedang yang bernyala-nyala dari malaikat yang menjaga pintu taman itu sehingga Adam tidak mungkin bisa balik lagi ke dalam taman itu.
Saya percaya di dalam peristiwa ini, ada suatu kebenaran yang sangat mendasar dan penting sekali yang menyatakan orang yang sudah jatuh dalam dosa tidak menghendaki Allah. Orang yang sudah jatuh dalam dosa nggak mau bersekutu dengan Allah itu, dia menolak Tuhan Allah. Dan orang yang sudah jatuh dalam dosa tidak mungkin bisa balik lagi ke dalam taman dan memiliki persekutuan dengan Allah yang sejati melalui keinginan hati dia sendiri, kemauan dia, dan perbuatan dan usaha dia. Tuhan nggak akan izinkan itu karena Tuhan memberikan malaikat menjaga pintu itu untuk Adam dan Hawa tidak mungkin bisa balik lagi ke dalam. Kecuali melalui apa? Anugerah Tuhan dan kemurahan Tuhan bagi Adam dan Hawa. Kecuali melalui pemberian cinta kasih Allah di dalam Kristus Yesus bagi orang-orang yang berdosa yang ada di luar dari Kristus. Saudara, ini adalah kebenaran yang Alkitab sendiri katakan. Maka di dalam Yohanes 17:3, satu ayat yang suka saya kutip juga, hidup kekal itu bukan melakukan apa yang baik dan benar di hadapan Tuhan, tetapi hidup kekal itu adalah mengenal Allah Bapa dan mengenal Yesus Kristus yang Allah Bapa utus ke dalam dunia ini. Itu adalah hidup kekal. Jadi kalau kita ingin memiliki suatu kehidupan yang berelasi dengan Allah, di dalam kebenaran yang bersifat kekal dalam hidup kita, dalam kondisi di mana kita bisa diselamatkan secara kekal, caranya adalah cuma satu, kenali siapa Allah yang sejati itu. Kenali Allah yang sejati itu di dalam Kristus. Itu berarti kita nggak mungkin hidup terpisah dari Allah. Allah menebus kita di dalam Kristus supaya kita punya relasi yang erat dengan Dia di dalam Kristus, bukan hidup yang jauh. Dan relasi yang erat itu ditandai dengan apa? Kita mengenali siapa Allah yang kita sembah dalam kehidupan kita. Pertanyaannya adalah, Bapak-Ibu kenal tidak siapa Allah yang Bapak-Ibu sembah dalam kehidupan Bapak, Ibu, Saudara? Bapak-Ibu mengenal tidak siapa Yesus Kristus itu dalam kehidupan Bapak, Ibu, dan Saudara, setelah sekian tahun, puluhan tahun datang dan berbakti di hadapan Tuhan? Karena inilah yang menjadi dasar yang Tuhan kehendaki. Ada persekutuan, ada kedekatan, bukan suatu relasi yang jauh dan terpisah dari pada Tuhan Allah.
Nah Saudara, selain dari pada keadaan ini, Paulus juga menambahkan lagi siapa orang-orang yang jauh dari persekutuan dengan Tuhan Allah ini? Paulus berkata, mereka adalah orang yang bodoh, mereka adalah orang yang degil hati mereka. Ini adalah keadaan dari orang berdosa. Bodoh itu bicara mengenai suatu yang tadi, ketidakmampuan untuk mengenali yang benar itu seperti apa. Itu adalah kondisi ini. Jadi kalau kita mau katakan, orang yang ada di dalam kebenaran adalah orang yang memiliki persekutuan dengan Kristus, lalu bagaimana dengan orang yang jauh dari hadapan Tuhan? Bagaimana kehidupan mereka? Saya percaya ada beberapa definisi yang Alkitab berikan untuk kita bisa mengerti keadaan itu. Pertama adalah, mereka adalah orang yang tidak peduli dengan Allah. Saudara, kalau jauh dari persekutuan, bicara mengenai relasi yang terputus, menolak Allah. Maka, ketika orang itu dikatakan jauh, orang itu dikatakan orang yang bodoh, orang yang degil. Maka kebodohan dan kedegilan itu berbicara mengenai dia adalah orang yang tidak peduli atau tidak tahu Allah yang sejati itu seperti apa, dia nggak tahu karakter Tuhan itu apa, dia nggak tahu apa yang menjadi sifat-sifat Tuhan, dan dia bahkan nggak menyadari kalau Allah itu ada dan senantiasa memelihara kehidupan di dalam dunia ini. Yang dia lakukan adalah suatu kehidupan yang mengejar apa yang menjadi cita-cita dan keinginan dia, apa yang ingin dia gapai dalam kehidupan dia, Itu yang akan terjadi. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya percaya orang yang mengenal Allah yang benar, pasti punya daya tahan dalam kehidupan, punya kesabaran yang lebih daripada orang yang di luar Tuhan, walaupun orang yang di luar Tuhan ada juga hal itu ya, karena dia tahu, ada Tuhan yang menjaga dan memelihara kehidupan dia.
Saya ambil contoh kayak gini aja ya. Kita punya anak ya, dan pergumulan orang tua terhadap anak itu biasanya kalau masa ujian. Waktu masa ujian tantangan terberat orang tua adalah menyuruh anak memilih antara belajar sama main game. Begitu nggak? Kalau orang tua suruh bagaimana? Belajar? Kalau anak bilang yang baik itu adalah main game, dan mereka tahunya yang baik itu adalah main game. Belajar itu, tahu sih baik, tetapi itu bukan sesuatu yang terlalu jelas untuk bisa dilihat, sehingga pilihan mereka adalah main game. Dan orang tua berusaha dengan tegas memimpin, membujuk, menasehati, dan bahkan sampai pada tingkat memarahi anak kalau mereka tetap nggak bisa lepaskan game untuk belajar pelajaran sekolah. Saya pikir ketika kita hidup dalam kehidupan ini, kalau kita adalah orang yang jauh dari Tuhan, maka manusia itu akan memilih untuk kehidupan memuliakan diri daripada memuliakan Tuhan Allah; menikmati apa yang menjadi kepentingan diri daripada menikmati apa yang menjadi kebenaran dari pada Allah. Karena apa? Nggak bisa lihat itu, nggak sampai pikirannya. Atau saya contohin pertanyaan seperti ini aja, enak nggak memuliakan Tuhan? Menyenangkan nggak hidup memuliakan Tuhan? Atau lebih menyenangkan hidup untuk mencapai apa yang menjadi kehendak diri dan bukan Tuhan? Nangkap ya maksudnya? Saya harap ini menjadi suatu pergumulan kita ya. Tiap kali kita baca Firman, membahas Firman, dan terutama untuk melihat kembali keadaan daripada manusia berdosa, saya harap kita punya suatu posisi, “Oh iya ya, orang berdosa seperti itu. Saya sebagai anak Tuhan bagaimana? Seharusnya saya berbeda dengan kehidupan mereka yang seperti itu. Karena saya sudah dapat karunia kebenaran dari Tuhan Allah. Kalau mereka hidup dalam suatu penolakan kepada Tuhan, mereka tidak memuliakan Tuhan, mereka nggak bisa menikmati Tuhan dalam kehidupan mereka.” Kita tahu, walau pun menikmati Tuhan itu suatu hal yang sulit, seperti anak yang dipaksa belajar seperti itu, tetapi dibalik itu ada suatu kebaikan. Ada suatu kebenaran. Ada suatu kebahagiaan yang sejati, yang membuat kita akhirnya merelakan diri untuk suatu waktu mengalami kesulitan itu demi suatu hal yang jauh lebih mulia, jauh lebih baik, dan demi kemuliaan Tuhan Allah. Karena kita tahu yang sulit itu adalah hal yang baik. Saya percaya orang Kristen bukan orang yang harus cari-cari kesulitan dalam hidup. Bukan orang yang harus cari-cari penderitaan dalam hidup. Tetapi dia tahu kalau dia harus lewati itu demi untuk pembentukan iman dia dan pengenalan dia akan Kristus yang makin mendalam. Dia rela untuk menjalani itu. Itu yang pertama.
Lalu, yang kedua adalah orang yang di luar Tuhan, itu adalah orang yang tidak bisa melihat, atau tidak peduli akan cinta kasih Allah dan kemurahan Allah. Saudara, mereka ndak tahu kalau Allah itu sungguh panjang sabar. Allah itu sungguh panjang dalam kasih, lebar dalam kasih, dalam dalam kasih. Mereka nggak bisa melihat kebaikan Tuhan itu begitu besar sekali dalam kehidupan mereka. Dan kebaikan yang begitu besar juga berbicara mengenai kemurahan Allah yang begitu menghendaki mereka diselamatkan dengan cara satu-satunya jalan yaitu korbankan Anak-Nya yaitu Yesus Kristus. Itu semua menjadi sesuatu yang gelap bagi mereka. Bukan sesuatu yang benar; bukan sesuatu yang indah. Karena mereka ndak sanggup melihat cinta kasih kemurahan Tuhan dalam Kristus.
Lalu yang berikutnya adalah orang yang di luar atau jauh dari Tuhan, itu adalah orang yang tidak mau peduli dengan karakter Tuhan dan sifat Tuhan. Peduli dalam batasan yang berkepentingan dengan diri mereka. Mungkin seperti itu ya. “Oh, kalau saya orang berdosa, Allah itu suci, bahaya kan? Tapi kalau saya orang berdosa, Allah itu kasih, baik nggak? Pengampun, baik. Karena itu berkaitan dengan kepentingan saya. Kalau nggak ada kaitan, saya nggak mau pedulikan.” Dan mereka juga nggak mau ingin tahu lebih jauh mengenai Tuhan Allah itu seperti apa. Jadi selama Allah itu menguntungkan, bermanfaat untuk kebaikan diri mereka, mereka akan coba dekati “allah” itu, karena ada kepentingan itu. Tapi Saudara, “dia” pasti bukan Allah, kalau seperti itu. Alkitab bicara, anak-anak Tuhan itu menyadari dalam kehidupan ini, Tuhan punya – berdasarkan karakter Dia itu – Tuhan pasti punya Pribadi. Kalau dia punya pribadi itu berbicara mengenai Dia pasti punya kehendak. Kalau Dia punya kehendak, itu berarti Dia punya tujuan yang Dia ingin capai di dalam dunia ciptaan-Nya ini, dan Dia ingin capai dalam setiap kehidupan dari manusia yang ada dalam dunia ini yang Dia sudah cipta, terutama dalam kehidupan dari anak-anak Tuhan yang Dia sudah tebus dari dosa. Ada keinginan Tuhan, ada rancangan Tuhan. Ada arah daripada dunia ini dan perjalanan hidup daripada manusia untuk menuju kepada titik yang Tuhan kehendaki. Nah, pertanyaannya adalah Saudara ingin tahu tidak rencana itu? Saudara ingin tahu nggak rancangan itu? Dan Saudara menghendaki tidak untuk hidup dalam rancangan Tuhan yang baik itu dalam kehidupan kita? Saudara orang dunia nggak akan punya keinginan untuk hal itu.
Dan satu hal lagi. Mereka tidak tahu kalau akhir dunia itu ada di dalam tangan Tuhan. Mereka tidak tahu, kalau semua musuh dari Tuhan Allah itu pasti akan dihancurkan oleh Tuhan Allah dan dikalahkan oleh Tuhan Allah pada akhir dunia nanti, zaman akhir. Mereka pikir mereka bisa hidup sesuka mereka dan Allah ndak bisa berbuat apa-apa untuk melakukan sesuatu bagi mereka atau melawan kejahatan dari pada si jahat. Tapi Alkitab bilang nggak bisa seperti itu. Kalau Tuhan mencipta dunia dan itu adalah sesuatu yang real, maka akhir dunia juga adalah sesuatu yang se-real Tuhan mencipta dunia. Kalau Tuhan menjalankan dunia ini sesuai dengan apa yang menjadi kehendak Dia, maka akhir dunia ini pasti seperti yang Allah kehendaki, nggak mungkin tidak. Saudara, bagaimana hidup kita sebagai orang Kristen yang memahami hal ini? Saya yakin kita ndak mungkin bisa hidup di dalam kehidupan yang lepas tangan. Kita nggak mungkin bisa hidup seperti orang dunia yang tidak peduli akan rancangan Tuhan, yang dia pedulikan adalah apa yang menjadi kehendak dari kerajaan dia sendiri. Saya juga pernah katakan, bahkan di dalam doa yang benar sekali pun, orang harus bisa mengerti kalau yang didahulukan itu selalu kepentingan dari kerajaan Tuhan, bukan kepentingan dari pada kerajaan kita.
Saudara, kita punya suatu kesadaran tidak, akan cinta kasih Tuhan dan kebaikan Tuhan dalam kehidupan kita? Atau kita berpikir, science yang maju, teknologi yang maju, itu adalah juruselamat kita? Saya harap kita memahami kebenaran ini, sehingga pada waktu kita hidup sebagai manusia yang ditebus oleh Kristus, sekali lagi saya harus katakan, kita pasti punya perbedaan dari orang dunia, di dalam melihat segala sesuatu. Kita pasti punya cara hidup yang berbeda dari orang dunia. Kita pasti punya perilaku yang berbeda dari perilaku orang dunia. Tetapi yang terlebih lagi, saya ingatkan lagi, pada waktu kita tahu, mereka begitu jauh, begitu terpisah, begitu tidak bisa melihat kebenaran yang ada dalam Tuhan, bukan karena mereka tidak – mereka tidak mau itu juga ya – bukan cuma karena mereka tidak mau tetapi karena mereka memang tidak bisa melihat kebenaran itu semua. Saya pikir sebagai orang percaya kita punya tanggung jawab. Dan tanggung jawab itu adalah kita membawa mereka untuk mengenal apa yang menjadi kebenaran Tuhan di dalam kehidupan manusia ini seperti apa sesungguhnya. Dan kebenaran itu adalah hanya di dalam Injil dan di dalam Kristus. Sekali lagi Bapak-Ibu Saudara yang dikasihi Tuhan, panggilan kita itu begitu mulia, panggilan kita itu penting. Bukan karena kita penting dan mulia, tetapi karena Tuhan memberikan nilai teologia dan memperlakukan kita sebagai bagian yang penting dalam kehidupan ini dengan satu tujuan, yaitu membawa kemuliaan bagi nama Tuhan, kita menjadi saksi bagi manusia berdosa. Kiranya kita boleh memiliki kehidupan sebagai manusia yang baru, yang sungguh-sungguh hidup bagi manusia yang baru dengan menyadari manusia yang lama itu seperti apa. Dan kiranya kasih karunia Tuhan makin nyata dalam kehidupan kita semua. Mari kita berdoa.
Kembali kami bersyukur Bapa, untuk anugerah-Mu, untuk kebaikan-Mu, untuk cinta-kasih-Mu yang Engkau nyatakan bagi kami di dalam Kristus. Sekali lagi kami bersyukur ya Bapa, karena kami yang begitu gelap sebelumnya, begitu jauh dari Tuhan. Kau boleh karuniakan suatu kebenaran, suatu pengertian akan kebenaran itu dan terang dalam hati kami, sehingga kami bisa melihat bahwa hanya melalui karya Kristus dan karya Roh Kudus, kami dapat memiliki suatu kehidupan yang diperkenan oleh Tuhan. Kiranya apa yang telah Engkau kerjakan ini ya Bapa, sungguh-sungguh boleh memberikan suatu pembedaan dalam kehidupan kami dari kehidupan yang lama. Dan kiranya apa yang Engkau kerjakan ini ya Bapa, tidak lagi membuat kami hidup sesuka-suka diri kami sendiri, dan bukan sesuka-suka daripada Engkau. Tetapi justru kami mau menundukkan diri kami di bawah apa yang menjadi kehendak-Mu dan kesukaan-Mu dalam kehidupan kami. Kami sungguh memohon ya Bapa, kiranya setiap cinta kasih dan kebenaran-Mu yang sudah dibukakan bagi kami, makin hari boleh makin jelas dalam kehidupan kami. Kami boleh sungguh-sungguh melihat bahwa itu adalah sungguh-sungguh cinta kasih dari Allah sejati, Allah yang penuh dengan cinta kasih,Allah yang penuh dengan kemurahan, Allah yang penuh dengan kebaikan, dan Allah yang betul-betul menghendaki sesuatu yang baik bagi kehidupan kami. Dan kiranya ya Bapa, dengan kami melihat itu semua, kamintidak lupa bahwa kami dipanggil, dipilih, dan dibawa pada kebenaran Kristus demi satu tujuan, untuk memuliakan Tuhan dan memyaksikan Injil dalam kehidupan kami. Kami mohon belas kasih-Mu ini, dan kami mohon kiranya Engkau boleh pimpin setiap kehidupan dari pada anak-anak-Mu. Dalam nama Tuhan Yesus Kristus, kami bersyukur dan berdoa, amin.
[Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah]