Ef. 4:20-21
Pdt. Dawis Waiman, M.Div.
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pada waktu kita melihat pembahasan dari pada Surat Efesus, khususnya ketika kita masuk ke dalam bagian aplikatif dari pada Surat Efesus ini, maka kita bisa melihat kehidupan orang Kristen itu bukan suatu kehidupan yang seperti manusia yang lama, dahulu kita hidup dalam dunia ini, tetapi kehidupan orang Kristen itu adalah kehidupan yang baru karena kita adalah manusia yang baru, kita sudah diciptabarukan oleh Roh Kudus di dalam kehidupan kita. Dan kalau kita menggunakan istilah dari rasul Yohanes, rasul Yohanes berkata seperti ini, “Semua orang yang telah lahir dari Allah itu adalah orang-orang yang mengalahkan dunia.” Kenapa kita bisa mengalahkan dunia, apa yang membuat kita memiliki kehidupan yang berkemenangan itu? Rasul Yohanes berkata itu adalah iman kita. Iman kepada siapa? Iman kepada Yesus yang adalah Allah, itu yang membuat kita memiliki kekuatan untuk hidup dan tidak dikuasai oleh dunia ini. Jadi ketika seseorang itu percaya kepada Kristus maka dia mengalami kelahiran baru dalam kehidupan dia yang membuat dia menjadi manusia yang baru, bukan lagi manusia yang lama; dan sebagai manusia yang baru dia memiliki suatu kehidupan yang tidak lagi dikuasai oleh apa yang ada di dalam dunia ini, atau tidak lagi memiliki gaya hidup seperti orang-orang yang ada di dalam dunia ini. Pada waktu kita melihat keadaan ini mungkin kita bertanya iman kepada Kristus dan pengertian kelahiran baru yang membuat kita bisa menang terhadap dunia ini apa? Atau istilah lainnya, kenapa percaya kepada Kristus bisa membuat kita menang terhadap dunia ini? OK lah kita manusia sudah dilahirbarukan, tetapi pertanyaannya seperti ini, mungkin tidak setiap orang yang mengaku Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat dalam hidup dia itu akan memiliki kehidupan yang berkemenangan atas dunia ini?
Kalau ini yang menjadi dasar untuk seseorang begitu percaya Kristus lalu memiliki kemenangan dalam dunia ini, saya percaya ada bagian itu, saya pikir semua orang Kristen dalam dunia ini yang percaya Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat tidak akan lagi dikuasai oleh dunia secara otomatis dalam kehidupan mereka. Tetapi yang saya mau katakan seperti ini, pada waktu kita membahas ke dalam Efesus 4:20-21 Paulus memberikan kepada kita alasan yang lebih jelas lagi atau dasar yang lebih jelas lagi kenapa iman kita kepada Kristus itu bisa memberikan suatu kemenangan terhadap kehidupan dunia, atau kita tidak lagi dikuasai oleh gaya hidup dunia yang ada di sekitar kita ini. Dan Paulus di dalam ayat ke-20 itu memberikan jawaban ini, dia bilang, “karena kamu telah belajar mengenal Kristus,” ini yang menjadi kunci untuk orang Kristen bisa hidup berkemenangan terhadap dunia ini. Dan belajar megenal Kristus ini berbicara mengenai apa? Di dalam ayat 21 itu diberikan penjabarannya, yaitu “karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus.” Jadi pada waktu kita adalah orang yang percaya kepada Kristus, kita adalah orang yang dibawa untuk mengenal kepada Kristus, dan ketika kita mengenal kepada Kristus pada waktu itu berarti kita menerima pengajaran Kristus dalam kehidupan kita dan dari situ kita kemudian berpegang pada pengajaran itu sebagai suatu kebenaran dari Tuhan bagi kehidupan kita. ini yang akan kita lihat dan kita bahas pada pagi hari ini.
Pada waktu Paulus berkata “kita telah belajar mengenal Kristus,” maksud “kita telah belajar mengenal Kristus” itu bagaimana dalam kehidupan kita? Saya percaya ini sangat erat sekali berkaitan dengan pendidikan. Jadi orang Kristen itu adalah orang yang perlu belajar mengenal Siapa yang kita percayai di dalam kehidupan kita. Menjadi orang Kristen itu bukan menjadi orang yang hanya mengandalkan perasaan yang ada di dalam hati kita. Banyak orang berkata, “saya mengasihi Allah, saya mengasihi Kristus dalam kehidupan kita, itu menjadikan saya sebagai orang Kristen,” tapi pada waktu kita kembali kepada Alkitab, iman kita kita kepada Kristus itu bukan hanya didasarkan pada perasaan saya yang mengasihi Allah, perasaan saya yang mengasihi Kristus, atau karena saya datang dan berbakti kepada Tuhan satu minggu satu kali itu menjadikan saya orang Kristen. Apa yang Paulus katakan di sini ketika kita telah belajar mengenal Kristus, itu berarti kita tidak cukup hanya mengandalkan perasaan kita yang percaya atau kita merasakan kehadiran Tuhan dalam kehidupan kita, atau kita merasa diberkati oleh Tuhan, atau karena kita datang kepada Tuhan di dalam kehidupan kita setiap Minggu di dalam kebaktian; tetapi yang menjadi esensi, kunci seseorang itu dikatakan sebagai orang Kristen adalah apakah dia memiliki pengenalan akan Kristus atau tidak di dalam kehidupan dia, apakah dia mengenal Siapa yang dia katakan sebagai Tuhan dan Juruselamat itu, apakah dia tahu apa yang dikerjakan Kristus bagi diri dia di dalam kehidupan dia, itu perlu kita mengerti dalam perjalanan iman kita bersama dengan Kristus. Dan tentuya di balik itu ada suatu berkat yang Tuhan akan berikan bagi kita, seperti yang dikatakan di dalam Yohanes 17:3, setiap orang yang mengenal Bapa, setiap orang yang mengenal Kristus, dia akan memiliki kehidupan yang kekal, atau hidup kekal itu adalah kalau seseorang itu mengenal Bapa dan mengenal Yesus Kristus yang Dia utus. Jadi pengenalan itu memiliki dasar yang penting, dasar yang utama sekali dalam kehidupan orang Kristen.
Tapi, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, dasar yang utama ini bukan hanya berbicara mengenai suatu kehidupan nanti kalau saya mengenal Kristus dengan baik maka saya akan dikaruniakan kehidupan di sorga bersama dengan Allah, Alkitab tidak hanya bicara seperti ini. Tapi Alkitab memberikan kepada kita suatu pengertian yang lebih jauh lagi, lebih mendalam dalam kehidupan kita, yaitu pada waktu kita mengenal Kristus dala kehidupan kita, kita dapat mengenal apa yang menjadi kehendak Allah dalam hidup kita. Di dalam Persekutuan Doa beberapa minggu yang lalu ketika kita membahas mengenai doa Bapa Kami dan poin dimana dikatakan “janganlah membawa kami ke dalam pencobaan tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat,” di situ kita membahas di dalam kehidupan manusia kita akan mengalami pencobaan-pencobaan dalam hidup ini. Lalu pencobaan-pencobaan itu bukan hanya dialami oleh orang-orang bukan Kristen, tetapi justru anak-anak Tuhan juga akan mengalami pencobaan dalam kehidupan dia. Ada 3 sumber pencobaan, pertama itu adalah dari kedagingan kita; kedua itu adalah dari iblis; dan ketiga itu adalah dari Allah; atau mungkin kalau kita mau tambahkan dari dunia juga. Kalau kita menghadapi pencobaan dari kedagingan kita solusinya bagaimana atau cara untuk menghadapi itu bagaimana? Alkitab berkata kalau itu berbicara mengenai nafsu yang ada di dalam diri dimana kita lemah di dalam sesuatu hal, caranya bukan dihadapi tetapi kita larikan diri dari pada kondisi itu. Kalau kita tahu kita lemah dalam seks, jangan bermain-main dengan sesuatu yang berkaitan dengan seks dalam kehidupan kita. Kalau kita tahu kita lemah di dalam shopping misalnya, jangan main-main di mall, pasti shopping. Kalau kita lemah di dalam sesuatu hal, jauhkan diri, cegah, hindari diri, jangan masuk ke dalam wilayah itu, jangan sampai api itu menyala kalau bisa, begitu api itu menyala dan kita bermain-main dengan api itu, api itu pasti akan membakar hangus kita. Itu kalau berbicara mengenai kedagingan kita.
Kalau kita berbicara mengenai pencobaan yang bersumber dari iblis, apa yang harus kita lakukan? Di dalam Yakobus pasal 4 itu dikatakan caranya adalah kita harus menundukkan diri di bawah Allah, di bawah kehendak Allah, dan bergantung kepada Allah dalam kehidupan kita. Tetapi kalau pencobaan dari Allah, apa yang harus kita lakukan? Larikah atau terima? Alkitab bilang kalau itu pencobaan dari Allah, saya bilang pencobaan karena di dalam istilah perasmos itu adalah homonim, memiliki 2 pengertian; itu bisa berarti ujian, itu bisa berarti sesuatu yang mencobai kita dan ingin menjatuhkan kita. Dan kalau kita berbicara ini sesuatu yang bersumber dari Tuhan Allah, maka di balik pencobaan itu ada unsur yang baik yang Tuhan ingin capai melalui pencobaan itu. Dan yang baik itu berbicara mengenai suatu pertumbuhan di dalam iman, pengenalan kita akan Tuhan yang makin besar dalam kehidupan kita. Dan ketika kita tahu ini bersumber dari Allah, lari atau tidak? Alkitab bilang kita lewati pencobaan yang bersumber dari Tuhan karena itu adalah hal yang baik bagi diri kita. Jadi ini bicara mengenai 3 sumber pencobaan. Tapi ada satu hal lagi yang saya ingin tambahkan, bagaimana kalau itu bersumber dari dunia?
Tadi saya ada singgung sedikit sebelum kita masuk di dalam khotbah. Bagaimana kalau itu berbicara mengenai semangat zaman ini, atau pemikiran zaman ini, gaya hidup zaman ini, konsep nilai zaman ini, bagaimana kita bisa menghadapi itu? Di dalam Roma 12:2 jawabannya cuma 1, kita harus mengalami transformasi akal budi, kita harus mengalami pembaharuan di dalam pengertian kita, akal kita, terhadap firman Tuhan dan kebenaran, itu yang membuat kita bisa menghadapi keadaan dunia ini. Tanpa kita mengerti apa yang menjadi kehendak Tuhan dalam kehidupan kita, kita nggak mungkin bisa hidup sesuai dengan apa yang menjadi kehendak Tuhan; tanpa kita mengerti apa yang menjadi kehendak Tuhan dalam kehidupan kita, kita nggak mungkin bisa membedakan apa yang benar, apa yang baik, apa yang berkenan kepada Tuhan dalam kehidupan kita, itu mustahil. Dan ketika kita mengerti apa yang kita imani, satu hal lagi yang penting, yaitu kita akan memiliki suatu kekuatan untuk bisa menghidupi kehidupan kita ketika kita mengalami pencobaan-pencobaan. Paulus dan Petrus sama-sama berbicara mengenai poin yang sama mengenai hal ini. Pada waktu mereka berbicara mengenai konteks penderitaan, Paulus berkata seperti ini kepada Timotius, “Apa yang membuat aku memiliki kekuatan untuk melewati penderitaan dalam kehidupanku? Karena injil. Kenapa aku tetap berjuang mengabarkan injil walaupun aku diserang, dianiaya, bahkan dipermalukan di hadapan umum? Apa yang membuat aku tidak malu untuk terus bertahan di dalam injil itu?” Paulus berkata, “Karena aku tahu kepada Siapa aku percaya, dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memelihara apa yang telah dipercayakan kepadaku hingga pada hari Tuhan.” Jadi yang membuat Paulus itu kuat adalah dia tahu siapa Orang yang dia beritakan itu, dia tahu siapa Yesus Kristus, dan dia tahu kuasa Yesus untuk memelihara setiap berita yang dia telah beritakan kepada orang-orang yang mendengar itu.
Dan Petrus pun tidak jauh dalam pemahamannya dengan Paulus di dalam mengerti hal ini. Di dalam Surat 1 Petrus 3:15 Petrus itu berkata seperti ini, “Tetapi kuduskanlah Yesus di dalam hatimu, dan siap sedialah pada segala waktu untuk mempertanggung jawabkan kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggung jawaban dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat.” Kapan ini dikatakan? Pada waktu jemaat yang kepadanya Petrus tuliskan surat berada di dalam penganiayaan dan penderitaan. Dan di dalam kondisi itu Petrus berkata, “Kamu harus bisa pertanggung jawabkan apa yang kamu imani,” berarti sebelum mereka bisa pertanggung jawabkan itu ada unsur mereka mengerti siapa Yesus yang mereka percaya, mereka sungguh-sungguh paham apa yang Kristus telah lakukan di dalam kehidupan mereka. Jadi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau kita tanya pada waktu seseorang itu dibebaskan dari kuasa dunia ini, pada waktu seseorang itu memiliki kekuatan untuk melawan dosa dan tidak dikuasai oleh dosa, dia ada di dalam kehidupan di Kerajaan Allah. Pertanyaannya adalah apa yang membuat kita itu bisa menikmati kehidupan yang ada di dalam Kerajaan Allah? Atau apa yang membuat kita bisa mengerti kalau sekarang kehidupan kita itu bukan lagi kehidupan yang ada di dalam dunia tetapi kita adalah orang-orang yang sekarang ada di dalam Kerajaan Allah? Jawabannya yang pertama pasti itu karunia Tuhan, yang kedua adalah kalau kita memiliki pemahaman akan Kristus dalam kehidupan kita. Banyak orang Kristen itu yang berkata seperti ini mungkin ya, “Saya itu menjadi orang Kristen karena apa? Tuhan itu baik bagi saya,” “Baik dalam hal apa?” “Dia menjawab doa saya. Dia kemudian mendengarkan doa saya sehingga saya disembuhkan, atau ketika saya mengalami penderitaan, ketika saya berdoa Dia keluarkan saya dari pada kesulitan hidup saya, Dia baik lho. Karena itu percayalah kepada Yesus Kristus. Saya pikir ini adalah hal yang mungkin saja dialami oleh orang yang mengikut Kristus, tetapi ketika dia mengalami itu dalam kehidupan dia, lalu dia menjadikan itu berita yang dia bawa, pengertian yang dia miliki dalam kehidupan dia, saya percaya itu sebenarnya sesuatu yang tidak pernah bisa dijadikan jaminan utama kalau dia ada di dalam Kerajaan Tuhan. Kenapa begitu?
Pertama, Alkitab sudah memberi beberapa contoh bahwa orang-orang yang memiliki kehidupan dan mengalami kebaikan Tuhan dalam kehidupan dia sebenarnya bukan orang yang percaya. Misalnya ambil contoh seperti ini, pada waktu Yesus melayani di dalam dunia ada 10 orang kusta yang datang kepada Yesus untuk disembuhkan. Lalu Yesus bilang, “Pergi dan tunjukkan lah dirimu kepada imam.”Lalu mereka pergi, di tengah jalan mereka sembuh. Berapa orang yang balik? Satu, yang 9 kemana? Pergi nggak tahu kemana. Tapi yang 9 itu gambarin siapa? Kemungkinan banyak orang Kristen seperti itu. Yang mengalami kebaikan Tuhan dalam kehidupan dia tapi dia nggak pernah kembali kepada Tuhan, nggak pernah bersyukur kepada Tuhan, dan nggak punya keinginan untuk menngenal Tuhan lebih dalam lagi dalam kehidupan dia. Dia pikir cukup dengan mengalami kebaikan, dan itu berarti “aku sudah memiliki Tuhan dalam hidupku, aku sudah mengenal Tuhan dalam kehidupanku. Tetapi yang dikatakan orang yang sungguh-sungguh diampuni dosanya adalah orang yang kembali kepada Kristus. Yudas Iskariot juga hidup di dalam dunia ini bersama 11 rasul yang lain, menerima berkat Tuhan, menyaksikan berkat Tuhan yang begitu limpah, mengalami berkat Tuhan dalam kehidupan dia, memiliki kuasa Tuhan dalam kehidupan dia, tetapi Alkitab menyatakan dia adalah orang yang lebih baik tidak pernah lahir dalam dunia ini. Jadi kalau kita hanya mengandalkan pengalaman kita bersama Tuhan, jawaban doa yang kita minta kepada Tuhan itu menjadikan kita sebagai orang Kristen dan mengetahui bahwa Allah itu baik, saya pikir orang dunia juga memahami hal ini. Lalu apa beda kita dengan mereka? Nah itu sebabnya Paulus berkata, kalau kita ingin menjadi orang Kristen yang benar, yang baik, maka hal yang pertama kita perlu alami adalah kita mengalami pertumbuhan di dalam pengenalan kita akan Kristus. Kita belajar mengenal Kristus, karena apa? Tuhan telah memberikan pengenalan itu bagi diri kita.
Di dalam kebaktian minggu lalu kita juga telah melihat kenapa belajar mengenal Kristus itu penting? Karena pada waktu seseorang itu jatuh di dalam dosa, maka hal pertama yang dia alami atau kerusakan yang terjadi dalam kehidupan dia bermula dari pada pikiran dia. Di dalam ayat 17 dan 18 kita lihat bahwa orang-orang yang berada di luar Kristus itu adalah orang-orang yang memiliki pengertian yang gelap. Mereka adalah orang-orang yang tidak mengerti kebenaran dalam kehidupan mereka. Itu yang membedakan kita dari mereka. Jadi pada waktu kita mau percaya kepada Kristus, maka Kristus itu akan membawa kita keluar dari pada kegelapan itu, melihat kepada terang dalam hidup kita. Dan kita juga sudah melihat di dalam ilustrasi yang minggu lalu bahwa ada 2 orang Yahudi yang ketika mengadakan penelitian kepada orang-orang jahat di dalam penjara, maka mereka menulis suatu buku yang namanya adalah Criminal Personality. Di dalam Criminal Personality itu, itu dikatakan, orang-orang menjadi orang yang jahat itu bukan karena faktor lingkungan yang memengaruhi diri mereka, tetapi dikarenakan ada dasar yang pertimbangan yang matang, yang hati-hati, untuk membuat mereka mengambil suatu keputusan untuk melakukan kejahatan dalam hidup mereka. Jadi pada waktu seseorang melakukan kejahatan, kejahatan itu bermula dari mana? Bukan dari lingkungan, tetapi dari pertimbangan, dari pemikiran yang mereka miliki. Itu yang kemudian mendorong mereka untuk melakukan suatu kejahatan dalam kehidupan mereka. Kalau ini yang menjadi dasar seseorang hidup di dalam dosa, hidup di dalam kegelapan, lalu anak Tuhan bagaimana? Anak Tuhan boleh tidak mengerti kebenaran? Anak Tuhan boleh tidak mengerti Kristus? Jawabannya ndak mungkin. Anak Tuhan harus memiliki perbedaan dan dia harus mengalami transformasi dari pemikiran yang lama menjadi sesuatu yang baru dalam kehidupan dia, baru dari situ dia bisa mengerti kebenaran dan apa yang menjadi kehendak Allah. Dan itu juga yang menjamin dia atau menjadikan bukti kalau dia adalah orang yang ada di dalam Kerajaan Allah.
Jadi, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pada waktu kita bicara mengenai kehidupan yang ada di dalam Kerajaan Allah, maka kehidupan yang ada di dalam Kerajaan Allah itu tidak mungkin terlepas dari yang namanya pengetahuan akan Kristus atau pengetahuan akan Allah melalui Kristus yang kita imani dan kita percayai. Nah pada waktu kita berbicara mengenai pengetahuan akan Kristus, maka itu tidak mungkin terlepas dari kebenaran-kebenaran yang Kristus bukakan bagi kita ketika kita berada di dalam iman kepada Kristus. Lalu pertanyaannya seperti ini. Kalau kita mengenal Kristus, dan Kristus membawa kita hidup di dalam terang, hidup di dalam kebenaran, maka kebenaran atau terang seperti apa yang akan Tuhan bukakan bagi diri kita untuk kita ketahui dalam hidup kita? Ada beberapa hal. Pertama itu adalah, pada waktu kita datang kepada Kristus, maka Kristus akan memberikan kepada kita pengertian kalau hidup kita sekarang itu adalah suatu kehidupan yang sudah berbeda dari kehidupan dunia. Kehidupan masa lalu saya itu adalah suatu kehidupan yang ada di dalam kesia-siaan. Tetapi di dalam Kristus, itu adalah suatu kehidupan yang penuh dengan pengharapan dan jaminan yang bersumber dari Tuhan Allah sendiri. Jadi pada waktu kita menjadi seorang Kristen dalam kehidupan kita, maka kita akan dibawa untuk melihat apakah kehidupan yang penuh dengan damai dan sukacita itu terdapat di dalam apa yang dimengerti oleh orang-orang dunia atau tidak. Misalnya ambil contoh, kalau orang dunia melihat kekayaan itu bisa menjadi sumber damai dan sukacita; hiburan, rekreasi, makanan, pekerjaan, keluarga, dan yang lain-lain, itu membuat mereka mengejar itu dalam kehidupan mereka, dan mereka pikir dengan memiliki semua itu bisa memberikan damai dan sukacita dalam kehidupan mereka dan kebahagiaan dalam kehidupan mereka, bagaimana dnegan kita sebagai orang yang sudah ditebus oleh Kristus? Saya percaya ada perubahan konsep nilai dari anak-anak Tuhan, dan konsep nilai itu membawa kita melihat, oh hidup di masa lalu itu dengan prinsip dunia yang mengira bahwa kebahagiaan itu bersumber dari materi, dari kekayaan, dari hal-hal yang kita miliki, dari isi rumah yang kita miliki, itu membuat kita kemudian berkata, itu semua adalah sesuatu yang bisa dikatakan sebagai kesia-siaan dalam kehidupan kita yang sekarang ini. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya bukan berkata jadi orang Kristen nggak perlu kerja, nggak perlu mencari uang, tidak perlu menjadi kaya, seperti itu, atau tidak perlu rekreasi. Saya pikir kalau kita lakukan itu semua, kita akan jadi orang yang aneh sekali dan pisah dari dunia ini dan bahkan mungkin nggak bisa hidup di dalam dunia ini. Alkitab berkata, kita bisa nikmati itu semua. Kita bisa bekerja, dan memang harus bekerja, itu perintah Tuhan. Kita bisa menikmati rekreasi kok, dan perlu menikmati rekreasi untuk menikmati keindahan Tuhan. Tetapi, pertanyaannya adalah, pada waktu kita melakukan itu semua, apakah kita melihat itu sebagai dasar kita mendapatkan kebahagiaan atau sumber kebahagiaan hidup kita atau kita menikmati itu semua karena itu adalah ciptaan Tuhan?
Sebenarnya di balik itu semua Tuhan ingin membawa kita mengenal Tuhan dan menikmati Tuhan melalui kita menikmati itu semua. Ada hal yang sangat berbeda sekali. Kalau kita berpikir bahwa dunia bisa memberi kebahagiaan, saya yakin jawabannya bukan kebahagiaan tetapi justru belenggu yang akan diberikan dunia bagi diri kita. Contohnya dari mana? Kalau Saudara mengira rekreasi, atau mungkin ini masa liburan ya, liburan bisa memberi kebahagiaan, saya tanya, bisa nggak memberi kebahagiaan? Bisa sih. Siapa yang nggak bahagia kalau pergi jalan-jalan sama keluarga? Siapa yang nggak bahagia kalau pergi ke tempat yang baru? Pasti bahagia. Tapi saya tanya, begitu Saudara pulang, kebahagiaannya hilang nggak? Kemungkinan besar hilang. Lalu mulai stres dengan pekerjaan, dengan keluarga, dengan yang lain-lain, akhirnya apa? Pikir saya harus liburan lagi, dan pergi lagi. Kalau nggak liburan bagaimana? Mungkin akan stresnya berkelipatan. Makin lama makin susah hati, nuntut, berontak seperti itu. Saya tanya, kalau begitu kita apakah liburan itu bisa memberi kebahagiaan? Saya pikir kebahagiaan bisa, tapi sementara. Yang terjadi adalah bukan kebahagiaan yang kekal tetapi justru belenggu melalui liburan itu. Tapi ini berbeda kalau kita datang kepada Tuhan. Tuhan bisa sungguh-sungguh memberikan kebebasan, kemerdekaan, dan kebahagiaan yang sejati dalam kehidupan kita karena Dia yang mencipta kita dan Dia paling tahu apa yang menjadi kebutuhan dalam hati kita. Makanya ada orang yang berkata seperti ini, ketika seseorang melakukan dosa, apa pun itu, dia mengejar itu mati-matian, sebenarnya dibalik tindakan dia itu dia nggak mengerti satu hal, jawaban terhadap pencarian dia itu bukan pada dosa yang dia kerjakan, bukan pada kesenangan duniawi yang dia kejar, tapi justru pada Tuhan karena hanya Tuhan yang bisa memberi kepenuhan, kepuasan dalam kehidupan dia yang membuat dia terlepas dari hal-hal yang dia anggap bisa memberikan kebahagiaan dari dunia ini bagi hidup dia.
Jadi kita akan dibawa untuk melihat bahwa hidup dunia ini adalah suatu kehidupan yang kalau kita kejar, kita utamakan, kita bahkan jadikan tuhan, maka itu akan membawa suatu kehidupan yang sia-sia. Dan kita akan dibawa bukan hanya melihat kehidupan diri kita yang baru dengan kehidupan kita yang lama, tapi pada waktu kita mendapatkan terang kebenaran dari Kristus, terang kebenaran itu juga akan membawa kita untuk melihat dan membandingkan kehidupan kita yang sekarang dengan pandangan masyarakat mengenai nilai hidup itu seperti apa. Dan dari situ kita bisa melihat ada suatu perbedaan di mana pada waktu kita hidup melihat kepada masyarakat dalam ini mungkin kita akan mulai berpikir seperti ini, mereka hidup seperti bahagia dalam kehidupan ini, mereka memiliki kebutuhan yang berkelimpahan dalam kehidupan mereka, tapi kita mulai berpikir, dapatkah itu memberikan hidup kekal bagi mereka? Dapatkah uang mereka yang banyak itu menyelamatkan nyawa mereka ketika mereka mengalami kematian? Kalau mereka mengalami kematian, kira-kira nyawa mereka bagaimana? Apakah mereka akan diterima oleh Tuhan atau tidak diterima oleh Tuhan? Apakah sungguh-sungguh apa yang mereka pikir kebahagiaan itu adalah suatu kebahagiaan, ataukah sebenarnya adalah asumsi-asumsi yang ada di dalam pemikiran manusia bahwa ketika mereka memiliki itu semua, itu bisa memberikan kebahagiaan padahal sebenarnya tidak pernah bisa memuaskan kebahagiaan atau memberikan kebahagiaan yang sepenuhnya dalam kehidupan mereka. Banyak orang yang berpikir mereka hidup baik-baik tetapi sebenarnya mereka tidak baik. Banyak orang berpikir dengan segala yang mereka miliki itu adalah kebahagiaan arti hidup, tapi sebenarnya itu bukan arti hidup yang sesungguhnya. Termasuk di dalamnya positive thinking punya pengajaran. Saya kadang-kadang kalau lihat TV atau lihat orang yang ada di dalam penderitaan, kalimat yang suka diberikan untuk orang itu biasanya ‘segala sesuatu itu akan baik-baik saja’. Bener nggak? Baik nggak ngomong itu? Saya pikir ada sih faktor penghiburan di balik itu ya. Kalau kita lihat temen kita menderita, kita ngomong, yang kuat ya, pasti segala sesuatu bisa lewat dan kamu pasti baik-baik saja. Saya pikir itu bisa memberi penghiburan, tetapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, betulkah dengan berpikiran positif seperti itu segala sesuatu akan baik-baik, membuat diri dia baik-baik? Saya pikir jawabannya nggak juga. Kita akan tetap dan orang itu mungkin akan tetap hidup di dalam suatu permasalahan dalam diri dia yang tidak pernah keluar dari permasalahan itu. Jadi positive thinking, berpikiran sesuatu yang baik, sesuatu yang positif belum tentu akan mengubah kehidupan kita walaupun Alkitab juga ada mengajarkan kita perlu berpikir hal-hal yang baik dalam kehidupan kita, bukan yang negatif terus, dan itu memberikan kekuatan bagi kita untuk menjalani hidup ini.
Jadi apa yang Tuhan kerjakan dalam hidup kita ketika kita datang kepada Kristus? Hal pertama adalah, kita dibawa keluar dari pengertian yang gelap, kita dibawa untuk melihat kepada kondisi hidup kita yang lama, yang berdosa, dan ketika kita mengerti kehidupan kita yang berdosa itu kita ndak ingin balik lagi ke dalam kehidupan yang berdosa itu. Kenapa? Kita sudah ada di dalam terang. Saya ambil contoh seperti ini ya. Mungkin salah satu sebab kenapa banyak orang Kristen itu masih balik lagi ke dalam kehidupannya yang lama, balik lagi ke dalam kehidupan yang lama, karena mereka nggak bisa lihat ada pemisahan ini, mereka nggak bisa melihat kehidupan yang lama itu adalah kehidupan yang membelenggu, itu adalah asumsi yang membawa kepada kesia-siaan tetapi kehidupan dalam Kristus itu yang memberikan pengharapan dan damai yang sebenarnya. Contoh yang mungkin membantu itu seperti ini. Bapak-Ibu pernah tidak mengalami suatu pengalaman yang tidak ingin diulang lagi dalam hidup Bapak Ibu, karena Bapak-Ibu sadar itu adalah suatu kebodohan, pernah? Coba pikirin ini ya. Pengalaman apa pun yang Bapak-Ibu pernah alami dalam hidup Bapak, Ibu, Saudara, dan sekarang ketika melewati itu dan sudah lewat, “saya nggak pernah akan jatuh lagi dalam kondisi itu dan nggak akan mau ada dalam kondisi itu lagi.” Seperti itu yang kita akan alami ketika kita menjadi orang yang dibawa ke dalam terang. Kita akan lihat kehidupan yang diikat oleh dosa, kehidupan yang sepertinya menyenangkan tapi ada di dalam dosa dan pemberontakan kepada Tuhan, itu akan membawa kebinasaan dan saya nggak akan lagi mau hidup dan dikuasai oleh hidup itu. Karena apa? Saya sudah lepas dari pada kondisi itu. Itu yang Tuhan kerjakan.Makanya di dalam kita mengerti mengenai teologi, orang yang percaya kepada Kristus itu adalah orang yang tidak mungkin menolak keselamatan yang Tuhan sudah sediakan bagi diri dia. Di dalam TULIP itu ya, ada total depravity, punya unconditional election, lalu L-nya limited atonement, I-nya irresistable grace, dan yang P-nya itu adalah preserverance of the saints. I, irrsistable grace, anugerah yang tidak dapat ditolak, bukan berarti Tuhan memaksa kita untuk percaya kepada Kristus. Ndak. Tuhan ndak bekerja seperti itu tapi Tuhan akan memberikan hati yang baru, pengertian yang baru dalam kehidupan kita, sampai ketika kita mendapat pengertian itu kita akan sadar kita nggak mungkin lagi akan hidup di dalam kehidupan berdosa tapi kita akan hidup di dalam kebenaran Tuhan, karena apa? Inilah yang benar. Itu yang salah. Dan pada waktu kita dibawa datang kepada Kristus, kita melihat kepada Kristus, kita tahu di dalam Kristus sungguh-sungguh ada solusi itu; di luar Kristus nggak ada solusi terhadap masalah dosa yang dialami oleh manusia, dan kita ingin untuk datang kepada Dia dan hanya berharap kepada Dia.
Nah ini berkaitan dengan poin yang kedua. Kalau poin pertama itu berbicara mengenai kita disadarkan akan kehidupan yang sia-sia akan dunia ini, maka poin kedua itu adalah kita dibawa untuk melihat bagaimana relasi saya dengan Allah. Kalau di dalam ayat 17 dan 18, 19, kita dibawa melihat, pertama orang-orang dunia itu hidup di dalam suatu pengertian yang gelap dan suatu keadaan yang terputus dalam relasi dengan Tuhan Allah, maka ketika kita hidupdi dalam terang dan kebenaran dari Kristus, hal yang kedua yang kita kerjakan adalah mulai mempertimbangkan bagaimana relasi saya dengan Tuhan Allah. Maksudnya adalah pada waktu kita sudah hidup di dalam terang, hal yang kedua Tuhan akan kerjakan adalah membawa kita melihat kepada karakter Allah. Waktu kita melihat kepada Allah kita akan dibawa untuk melihat “Oh, Dia adalah Allah yang Suci, Dia adalah Allah yang Kudus, Dia adalah Allah yang Benar, Dia adalah Allah yang Maha Tahu, Maha Bijaksana, Dia adalah Allah yang ndak mungkin kita kibuli atau kita bohongi melalui kebaikan-kebaikan Tuhan yang kita lakukan di dalam kehidupan kita.” Dan ketika Dia menuntut suatu perbuatan yang baik, maka tuntutan Allah terhadap perbuatan baik itu adalah perbuatan yang sempurna, yang tanpa cacat cela sama sekali. Sedangkan kita bagaimana? Pada waktu kita melihat Allah seperti itu kita mendapatkan cerminan kita bertolak belakang sekali dengan karakter dari Tuhan. Kita adalah orang berdosa; kita adalah orang yang penuh dengan kelemahan. Bukan hanya kelemahan tetapi kita adalah orang yang ada di dalam satu relasi terputus dengan Allah yang memberontak melawan Allah, yang melakukan hal-hal yang tidak diperkenan oleh Tuhan Allah. Lalu dalam kondisi ini apa yang akan terjadi? Saya percaya kalau kita adalah orang-orang pilihan Tuhan, atau orang itu adalah orang-orang pilihan Tuhan yang akan terjadi adalah dia bukan mencurigai Allah terus-menerus, di dalam pemikiran penipuan diri yang dia lakukan pada diri dia,tetapi yang dia akan lakukan adalah dia akan datang mendekati Allah itu atau mencari jalan untuk bisa datang kepada Allah melalui – bukan diri dia – tetapi Yesus Kristus. Jadi hal kedua yang akan dilakukan oleh Tuhan adalah kita dibawa untuk melihat kalau penebusan Kristus itu menjadi penebusan yang penting, yang bernilai, yang tidak ada harganya, ndak bisa dibeli dan digantikan oleh apa pun dalam dunia ini. Dan kita harus datang kepada situ, Dia (Kristus -red) atau kepada Allah melalui Dia, kenapa? Di dalam Kristus ada pengharapan Allah yang Allah sudah sediakan bagi diri kita.
Bapak-Ibu Saudara yang dikasihi Tuhan, dosa seharusnya tidak menjadi penghalang untuk seseorang itu datang kepada Tuhan. Pada waktu kita jatuh dalam dosa, saya sering kali mendapatkan pertanyaan dari anak-anak muda khususnya, bagaimana bukankah kita hidup sebagai orang Kristen harus hidup di dalam kekudusan? Tetapi perbuatanku itu ndak mungkin bisa benar-benar sepenuhnya kudus. “Aku masih suka jatuh dalam dosa, dan bisa jatuh berulang kali di dalam dosa. Lalu, bagaimana? Apakah aku anak Tuhan? Mungkin tidak aku memiliki jaminan keselamatan dalam kehidupanku?” Bapak-Ibu Saudara yang dikasihi Tuhan, saya percaya hidup orang Kristen ketika sudah ditebus oleh Kristus dia akan memiliki suatu pengertian hidup yang kudus itu penting. Hidup yang kudus itu berharga. Hidup yang terlepas dari dosa itu adalah tanda dia sudah diselamatkan. Tetapi pada waktu kita betul-betul meninggikan perbuatan itu – perbuatan yang kudus itu – ada suatu bahaya. Kita bahkan mungkin bisa meninggikan perbuatan itu lebih tinggi daripada salib penebusan Kristus. Sehingga pada waktu kita begitu meninggikan perbuatan dalam hati kita itu ada suatu kegelisahan, “Kalau begini aku bukan anak Tuhan, aku selalu jatuh di dalam dosa. Lalu bagaimana?” Putus asa, frustasi, dan mulai menjauh dari Tuhan. Saya bilang, itu adalah salah. Pada waktu kita hidup sebagai anak Tuhan, satu sisi memang Tuhan menuntut suatu kekudusan, kehidupan yang sesuai dengan iman kita dan kebenaran yang kita miliki. Tetapi ingat, selama kita hidup di dalam dunia, kita ndak mungkin bisa memiliki perbuatan yang sempurna di hadapan Tuhan. Kita pasti akan selalu hidup di mata Tuhan sebagai orang yang berdosa tapi hanya karena Kristus yang membuat kita bisa hidup benar di hadapan Tuhan Allah. Akan selalu ada gap antara kebenaran yang kita tahu, yang Alkitab ajarkan, dengan perbuatan yang bisa kita lakukan dalam kehidupan kita ini. Dalam kondisi seperti ini, saya percaya ini ada bijaksana Tuhan juga dibalik itu. Dan bijaksana Tuhan itu apa? Untuk membawa kita makin melihat kepada Salib secara jelas. Karena pada waktu kita jatuh dalam dosa, Tuhan terus ingatkan, “Hati-hati ya. Yang membuat kamu benar, itu bukan dirimu. Yang membuat kamu diterima oleh Tuhan bukan kebaikan-kebaikan yang kamu lakukan dalam kehidupanmu tetapi karena Salib Kristus yang sudah mati bagi kamu untuk menebus dosamu.”
Jadi pada waktu kita menjadi orang Kristen, yang akan terjadi adalah kita akan terus berusaha memperbarui relasi kita dengan Allah melalui Kristus. Karena kita tahu di luar Kristus nggak ada kemungkinan kita bisa perbaiki relasi itu, dan di luar Kristus nggak ada suatu kemungkinan di mana kebaikan kita bisa membuat diri kita benar dan diterima oleh Tuhan. Itu yang dikatakan oleh Kitab Suci. Kalau kita bermula dari iman, maka kita akan berakhir di dalam iman. Kalau kita bermula dalam anugerah Allah, maka kita akan berakhir di dalam anugerah Allah. Nggakmungkin seseorang itu ketika menerima Kristus itu anugerah Tuhan, lalu berakhir di dalam perbuatan yang dia lakukan. Itu kontradiksi dengan pengajaran Kitab Suci karena kita nggak mungkin bisa berakhir di dalam perbuatan. Yang mungkin membuat kita bisa berakhir di hadapan Tuhan dalam suatu kehidupan yang diperkenan oleh Tuhan di dalam Surga, itu karena senantiasa anugerah Tuhan yang memelihara kehidupan kita sampai pada akhir. Nah, anugerah itu, membuat kita selalu mengingat kepada Kristus – penebusan Kristus dalam kehidupan kita.
Salah satu ayat yang lain yang kita bisa gunakan untuk mengingat ini adalah “Doa Bapa Kami”. Pada waktu Bapak-Ibu berdoa Bapa Kami, doa Bapa Kami saya percaya bukan Doa yang dinaikkan satu minggu satu kali ya; atau satu minggu dua kali: satu di persekutuan doa satu di kebaktian Minggu. Tapi doa Bapa Kami itu adalah doa yang kita perlu ucapkan terus-menerus dalam kehidupan kita setiap hari. Karena dibalik itu ada kalimat, “Berikanlah kami pada hari ini, makanan kami yang secukupnya,” atau “Berikanlah kami hari ini makanan kami untuk hari ini” seperti itu. Memang budaya kita yang terima gaji bulanan ini membuat kita sulit untuk berdoa seperti ini ya. Dan mungkin membuat kita berpikir kita perlu ganti ayatnya menjadi, “Berikanlah kami makanan kami…” Bukan salah ya, “Berikanlah kami bulan ini makanan kami yang secukupnya,” begitu. Saya pikir nggak seperti itu. Tetap di dalam itu mengandung prinsip saya harus bergantung pada Tuhan dari hari demi hari kehidupan saya, karena itu memang saya bisa menjalani itu karena memang pemeliharaan Tuhan dalam kehidupan saya. Baik itu makanan atau kebutuhan-kebutuhan yang lain. Tapi ada satu ayat juga yang dikatakan, “Ampunilah kami akan kesalahan kami seperti kami mengampuni orang yang bersalah kepada kami,” kapan itu didoakan? Waktu saya sudah belajar mengampuni? Jadi selama saya belum bisa mengampuni saya skip bagian itu? Saya pikir nggak bisa kan? Itu adalah sesuatu yang perlu kita doakan setiap hari, kalimat ini, seperti halnya kita meminta Tuhan memberkati makanan dan juga seperti kita meminta kehendak Tuhan jadi di dalam kehidupan kita, yang setiap hari perlu kita lakukan. Jadi kalau kita perlu berdoa minta kepada Tuhan tiap hari mendapatkan pengampunan dari Kristus, walau pun saya percaya itu bukan suatu yang berkaitan saat kita pertama menerima Kristus, tapi itu berbicara mengenai relasi kita dengan sesama yang membuat kita berdosa di hadapan Tuhan, yang membuat relasi kita dan komunikasi kita dengan Tuhan itu rusak akibat dosa kita dengan orang lain dan kita butuh mendapatkan pengampunan dari Tuhan setiap hari dalam kehidupan kita. Nah, ini menyatakan kalau hidup kita senantiasa membutuhkan pertolongan Tuhan, anugerah Tuhan dan Salib Kristus untuk memberi kepada kita kasih yang bisa mengampuni orang lain dan memberikam kasih kepada orang lain. Jadi Bapak-Ibu Saudara yang dikasihi Tuhan, selama kita hidup dalam dunia, kita akan selalu senantiasa membutuhkan Salib. Dan ini membuat, pada waktu kita menjalani hidup ini, kita akan selalu berpikir bagaimana relasiku sekarang dengan Allah. Bagaimana pengertianku akan Kristus dalam kehidupanku yang membuat relasiku makin baik dengan Allah. Dan itu akan terus bertumbuh dalam kehidupan kita. Dan pada waktu kita melihat ini ada suatu bagian ayat lain yang dikatakan oleh Kitab Suci juga yang kita nggak boleh abaikan, untuk bisa mengerti ini pun, itu adalah sesuatu yang Allah kerjakan dalam kehidupan kita.
Bapak-Ibu Saudara yang dikasihi Tuhan, menjadi orang Kristen itu bukan karena faktor saya sekolah tinggi. Kalau poin pertama dikatakan menjadi orang Kristen hal yang utama itu adalah pengetahuan, pendidikan yang kita terima mengenai Allah, maka mungkin ada pemikiran menjadi orang Kristen itu bisa menjadi orang Kristen yang baik. Makin baik menjadi orang Kristen harusnya disertai dengan pendidikan makin tinggi. Itu salah. Pendidikan yang tinggi itu nggak tentu menjadikan orang pi yang menjadikan seseorang itu Kristen adalah karunia Tuhan yang Tuhan kerjakan di dalam diri seseorang. Kalau andaikata pendidikan menjadi faktor utama orang menjadi Kristen karena ada faktor pengenalan itu – pentingnya pengenalan akan Tuhan Allah – dan ini membuat kita berpikir kita harus sekolah tinggi dulu atau kita harus baca buku yang banyak dulu dan memiliki pengetahuan yang luas menjadi orang Kristen, saya pikir kasihan sekali orang yang nggakpernah belajar sekolah ya karena mereka tidak punya pendidikan setinggi orang yang sekolah S3. Tetapi dunia menyatakan, dan Alkitab menyatakan, orang yang menjadi Kristen mula-mula banyak dari para budak dan ndak banyak dari orang yang kaya dan berpendidikan tinggi. Dan orang yang berpendidikan tinggi justru adalah orang yang juga satu sisi justru mereka tidak dapat sepenuhnya mengenal Firman Tuhan dengan baik. Tapi yang bisa mengenal Tuhan adalah orang-orang yang kecil. Itu adalah hikmat Tuhan. Nah, ini dikatakan dalam 1 Korintus 2:10. Jadi, apa yang kita alami itu adalah sesuatu yang Roh nyatakan bagi diri kita. Lalu pertanyaannya hal-hal tersembunyi apa yang dinyatakan oleh Roh? Jawabannya ada di dalam ayatnya yang ke-9. “Tetapi seperti ada tertulis: “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.” Itulah yang dinyatakan oleh Roh bagi kita. Jadi maksud kalimat ini apa? Maksudnya adalah kalau seseorang bisa mendengar tentang Kristus dan percaya, itu pasti bukan bersumber dari manusia tetapi bersumber dari Allah Tritunggal, khususnya adalah pekerjaan Allah Roh Kudus di dalam menyadarkan kita mengenai kebutuhan kita akan Kristus. Karena apa? Karena dunia sampai hari ini tidak pernah terlintas satu kali pun dalam pemikiran mereka untuk datang kepada Kristus dan percaya kalau yang diberitakan oleh Alkitab itu adalah suatu kebenaran. Bagi mereka, “Sayanggak butuh Injil kok.” Bagi mereka, “Saya nggak butuh Kristus.” Bagi mereka, “Kebaikanku dan perbuatanku cukup untuk bisa diterima oleh Tuhan plus kebaikan Tuhan yang diberikan bagiku.” Tapi mereka nggak pernah berpikir kebaikan Tuhan baru bisa diterima oleh mereka kalau asa Kristus yang menjadi Perantara antara Allah yang Suci dengan manusia yang berdosa. Kita bisa mengerti itu karena ada Roh Kudus yang bekerja dalam menyatakan itu dalam diri kita.
Kenapa saya angkat ini kembali? Dan saya percaya kita di dalam khotbah selalu akan mengangkat tentang cinta kasih Tuhan yang Tuhan kerjakan dan itu adalah sesuatu yang merupakan sepenuhnya anugerah Tuhan bagi diri kita selalu. Kenapa kita perlu angkat ini? Saya pikir itu ada baiknya. Karena pada waktu kita mengerti bahwa keadaan kita sekarang itu bukan karena kebaikan kita dan kemauan kita atau pun karena sesuatu yang istimewa dalam diri kita tetapi sepenuhnya dari Tuhan Allah. Maka itu akan memberikan kerendahan hati bagi diri kita untuk senantiasa datang mendekatkan diri kepada Allah melalui Kristus, bukan menjauhkan diri. Saya akan sadar bahwa saya adalah orang yang membutuhkan Kristus, saya butuhkan keselamatan itu dan Tuhan sudah berikan itu bagi saya; mungkin tidak saya menyia-nyiakan itu atau tidak menghargai itu dan menganggap suatu yang lain lebih penting dari apa yang sudah Tuhan kerjakan bagi saya? Jawabannya pasti nggak. Saya akan selalu diingatkan bahwa saya butuh Kristus dan itulah yang paling berharga dalam kehidupan saya, nggak ada yang lain. Lalu selan itu, pada waktu kita diingatkan akan keadaan ini, bahwa itu semua adalah Anugerah, saya percaya, hal yang kedua adalah itu memberikan suatu kesabaran bagi kita untuk berelasi dengan orang lain. Khususnya orang-orang Kristen mungkin. Kalau orang dunia mungkin kita bisa lebih bersabar karena mereka tidak mengerti kebenaran. Tapi kalau orang Kristen yang sudah mendengar Firman, tapi hidup terus-menerus di dalam keadaan yang tidak mengerti Firman, waktu dinasehati bukannya bertobat atau percaya tetapi justru memusuhi orang yang menasehati dia untuk hidup dalam kebenaran, bagaimana kita bisa berelasi dengan orang seperti ini? Kalau kita semua ngerti bahwa itu semua kebenaran yang didasarkan pada anugerah Tuhan, saya pikir, ada kesabaran, ada kemurahan dalam diri kita, terhadap orang itu karena kita tahu pengertian Allah dalam hidup orang itu bukan karena kemampuan dia untuk mengerti, tetapi karena Tuhan yang memberikan itu bagi dia, seperti Tuhan memberikan bagi kita. Karena itu yang akan kita lakukan adalah kita akan datang kepada Tuhan dan berdoa bagi orang itu, bukan memusuhi orang itu, bukan membenci orang itu, bukan membalaskan kejahatan orang itu terhadap kita, tapi kita mengampuni mereka.
Bapak-Ibu Saudara yang dikasihi Tuhan, orang yang belum mengenal kebenaran wajar untuk melakukan dosa dan kejahatan, termasuk kejahatan terhadap diri kita. Tetapi kita yang sudah mengenal kebenaran Tuhan, sangat tidak wajar untuk membalas kejahatan orang itu, karena kita sudah mengenal kebenaran. Makanya Tuhan berkata kalau engkau hidup di dalam dunia, mengasihi orang yang mengasihi engkau, memusuhi orang yang memusuhi engkau, apa beda engkau dengan orang dunia? Kita harus menjadi seperti Bapa kita yang di Surga yang mengasihi orang yang mengasihi kita dan mengasihi orang yang membenci kita, atau jahat kepada diri kita, baru itu menyatakan kita adalah anak-anak Tuhan. Tapi ada poin yang berikutnya. Pada waktu kita mengerti bahwa apa yang menjadi keberadaan kita sekarang ini adalah sepenuhnya pekerjaan Tuhan bagi kita, itu adalah suatu penyataan yang Allah Roh Kudus bukakan dalam diri kita. Maka itu akan membawa kita melihat pada kehidupan kita ini memiliki tujuan, kehidupan kita ini berarti, kehidupan kita ini harusnya memiliki suatu kehidupan yang menggenapi apa yang menjadi kehendak Allah dalam diri kita.Saudara, kalau kita nggak mengerti ini, kita pikir kitalah yang berharga, Tuhanlah yang seharusnya mengasihi kita. Kita yang harusnya diutamakan. Tapi pada waktu kita mengerti bahwa ini adalah anugrah Tuhan dan Tuhan ketika memberikan anugrah itu, Tuhan membawa kita melihat kembali keadaan kondisi kita semula dan kondisi kita sekarang. Maka kita dibawa untuk melihat, hidup saya yang sekarang haruslah menggenapi apa yang menjadi kehendak Tuhan, bukan kehendak diri kita sendiri. Nah untuk bisa menggenapi apa yang menjadi kehendak Tuhan, salah satu faktornya adalah kita pasti memiliki suatu perubahan hidup dari yang berdosa menjadi kehidupan yang kudus, kehidupan yang benar di hadapan Tuhan. Karena, Yohanes berkata, orang yang mengenal terang tidak mungkin lagi bisa hidup di dalam kegelapan, karena dia sudah mengenal terang dan dia akan memiliki hidup yang ada di dalam terang. Atau istilah lainnya adalah, pada waktu Tuhan membawa kita untuk percaya kepada Kristus, maka Dia akan memberikan kepada kita suatu kehidupan yang sesuai dengan, atau suatu kerinduan untuk hidup yang sesuai dengan apa yang Tuhan kehendaki bagi kita, atau melalui kita.
Bapak Ibu pernah dengar, ada satu kalimat di dalam Yakobus, yang berkata, kita baca dari ayat 18-19, “Tetapi mungkin ada orang berkata: “Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan”, aku akan menjawab dia: “Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku.”Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar.” Maksudnya apa? Di dalam ayat ini, Yakobus sedang berbicara dengan orang-orang Kristen yang berpikir, “Saya bisa menjadi orang Kristen yang baik walaupun perbuatan saya tidak baik.” Atau, mungkin karena mereka berpikir ada selalu gap antara pengetahuan dengan perbuatan, maka itu boleh membenarkan diri mereka untuk hidup di dalam dosa. Yang penting adalah, “Saya punya pengetahuan yang benar akan Kristus, dosa nggak masalah untuk dilakukan setiap hari dalam kehidupanku, karena apa? Saya punya iman yang percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, dan ini yang membenarkan saya.” Jadi kalau engkau mau berkata, engkau Kristen atau bukan, dasarnya apa? “Ya pengakuan mulut saya yang mengatakan: Saya adalah orang Kristen, yang percaya kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat.” Lalu perbuatanmu bagaimana, Yakobus bilang? “Nggak penting!” Yakobus bilang, “Kalau engkau berkata seperti itu, aku akan buktikan imanku melalui perbuatan-perbuatanku.”
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, lalu Yakobus sambung di dalam ayat yang ke-19, mengenai setan. Maksudnya apa ya? Maksudnya adalah: kalau Bapak, Ibu mengajar berkata tentang kasih Allah dan kasih kepada sesama, itu adalah dasar pengajaran utama di dalam Kristus, atau kehidupan yang Tuhan tuntut dari orang Kristen. Tapi, Saudara berkata, Saudara hanya mengasihi Allah, tapi Saudara terus berlaku dosa dan mengakibatkan orang lain rugi dan hancur, Namanya apa? Anak Tuhan? Bukan, itu Namanya setan. Kalau Saudara bilang: Aku percaya kepada Tuhan; tapi kehidupan Saudara terus hidup di dalam dosa dan perzinahan, itu bukan anak Tuhan, itu setan. Kenapa setan? Karena setan tahu yang benar, tetapi perbuatannya menentang yang benar, tidak sesuai dengan kebenaran yang dia ketahui. Karena itu, orang Kristen tidak mungkin ada kehidupan yang ter-disintegrasi antara yang dia ketahui dengan yang dia lakukan dalam kehidupan dia. Dan setiap kita, ada di manapun, orang harus bisa melihat kalau kita adalah orang Kristen.
Film-film sekarang, saya lihat, aduh prihatin sekali. Salah satu film yang saya suka nonton itu adalah 911, kalau di TV ya, pernah nonton film 911? Atau nggak usah 911, banyak film sekarang itu selalu pasti ada konsep tentang homoseks, lesbi, feminisme, yang dimasukkan ke dalam situ. Lalu, pada orang, di dalam film ini, berbicara mengenai orang-orang yang melayani masyarakat, lalu di situ digambarkan, mereka adalah orang-orang yang professional sekali, mereka adalah orang-orang yang hebat di dalam pekerjaan mereka, yang bisa dipercaya di dalam pekerjaan mereka. Mereka adalah penyelamat masyarakat, orang-orang yang menjadi panutan, mungkin, di dalam masyarakat, karena mereka adalah orang yang sangat diharapkan kehadirannya ketika ada suatu masalah terjadi di dalam kehidupan mereka. Tetapi, pada waktu kita kembali ke dalam kehidupan mereka secara pribadi, itu lain sekali. Ada yang hidup di dalam homoseks, ada yang hidup di dalam perceraian, ada yang kehidupan di dalam masa-masa lalu yang kelam, dan masih diteruskan sampai saat sekarang di mana mereka hidup. Saudara, mereka orang baik tidak? Orang dunia akan berkata, mereka orang baik, karena apa? Kebaikan mereka itu dikisahkan dari pribadi mereka. Dan pribadi mereka dianggap sebagai itu urusan personal mereka, nggak usah dibawa-bawa di dalam masyarakat. Yang dibawa dalam masyarakat apa? Yang mereka lakukan bagi masyarakat, itu yang penting. Ada disintergrasi antara apa yang kita tampilkan di hadapan manusia dengan apa yang kita lakukan pribadi dalam kehidupan kita. Saudara, kalau kita ngerti kebenaran, kita akan berkata: nggak bisa seperti itu. Jadi orang Kristen itu tidak boleh ada disintergrasi antara kehidupan yang kita tampilkan kepada orang dengan kehidupan pribadi kita. Kalau kita, itu harus menjadi suatu hal yang utuh, holy, seperti itu. Kalau kita baik di hadapan orang, kita juga baik di dalam diri kita, pada keluarga kita, baik secara apa? Baik di dalam pengertian, itu adalah sesuai dengan kebenaran dan norma yang Tuhan berikan bagi seorang yang hidup di dalam Tuhan.
Saudara mau sebaik apapun kepada orang, tapi kalau kehidupan Saudara pribadi ada di dalam dosa dan pelanggaran terhadap Tuhan, itu namanya tidak baik. Saya pernah berbicara sama satu orang non-Kristen. Waktu saya tanya dia, “Bapak orang baik atau orang jahat?”
Dia berkata, “Saya orang baik.”
“Lalu, Bapak dasar ngomong orang baik itu apa?”
“Karena saya suka menolong orang.”
“Bapak pernah nggak melihat kebaikan dari perspektif bukan horizontal tetapi vertical dengan Tuhan Allah?”
Dia baru sadar, kalau kita lihat dari horizontal, kebaikan kita akan selalu baik, lebih baik dari orang lain. Tapi kalau kita lihat dari vertikal, kita akan tahu, kita bukan baik, tapi kita adalah orang berdosa yang seharusnya dihukum oleh Tuhan Allah. Dan itu membuat kita butuh Kristus dan datang kepada Kristus untuk menolong kita dan mengeluarkan dari perbuatan dosa ini.
Tapi Saudara, setelah Kristus keluarkan, jangan pikir walaupun ada gap, maka ini membuat kita boleh membenarkan diri kita atau melegalkan kita untuk melakukan dosa. Saya pernah ditanya juga seperti ini: Saya pernah kenal orang Kristen yang rajin sekali ke gereja. Dari kecil dia suka sekolah minggu, sampai besar dia tetap melayani dalam gereja. Nggak pernah absen kebaktian di dalam gereja. Tapi suatu hari dia bunuh diri, mati, karena apa? Istrinya selingkuh. Dia tanya: orang ini masuk Sorga nggak?
Bapak Ibu jawab apa kalau dapat pertanyaan seperti ini? Nggak masuk? Atau masuk?
Siapa tahu waktu dia mau mati, detik-detik dia mau renggang nyawa itu, dia bertobat. Selamat, nggak? Selamat! Mungkin nggak, dia walaupun belum sempat bertobat, tapi dia mati, dia selamat? Mungkin saja karena keselamatan itu bukan berdasarkan perbuatan tapi anugrah kan? Kalau begitu, boleh dong orang bunuh diri? Dia tanya seperti ini, “Kalau gitu nggak masalah dong, yang penting saya percaya kepada Kristus, ada masalah saya bunuh diri saja, saya selamat, kan?” Gimana? Jawabnya: Nggak boleh. Kalau begitu, kita berkata, kalua saya ada gap dengan yang benar, dan gap itu membuat saya melegalkan yang dosa ini, yang salah ini, itu adalah suatu kesalahan. Sama dengan kalau kita berkata: salah satu aspek dosa adalah dia bisa putus asa dan akhirnya membuat dia bunuh diri, mencabut nyawa dia sendiri. Kalau dia mencabut nyawa dia sendiri, itu boleh diselamatkan, maka berarti nggak masalah dong bunuh diri, itu berarti kita melegalkan tindakan berdosa untuk membuat kita benar di hadapan Tuhan. Itu nggak bisa.Jadi, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, hidup kita harus sesuai yang luar dengan yang dalam. Apa yang ada di dalam hati kita, yang Tuhan sudah perbaharui, itu harus kita tampilkan di luar, dan harus dilihat oleh orang luar seperti persis Allah melihat hati kita itu seperti apa. Tentunya bukan yang jahat ya, tetapi yang baik, yang benar di hadapan Tuhan. Mungkin bisa disalah-mengerti orang, tapi nggak masalah, yang penting kita tidak disalahmengerti oleh Tuhan. Ini yang ketiga.
Yang keempat, pada waktu kita berbicara, atau Paulus berbicara, kita yang ada di dalam kehidupan yang baru, itu adalah orang-orang yang mengenal Kristus. Maka, saya harus pesankan ini kembali, dan ini adalah dasar yang nggak boleh kita abaikan sama sekali. Karena di dalam gereja sekarang, ketika orang mengabarkan tentang Kristus, seringkali Kristus yang dikabarkan itu adalah Kristus yang baik, Kristus yang suka menolong orang, Kristus yang penuh kasih dengan perbuatan-perbuatan baik yang Dia lakukan di dalam masyaratkat. Karena itu, orang Kristen yang mengasihi Tuhan, harus melakukan kebaikan-kebaikan di dalam masyarakat. Itu adalah berita yang kita harus tampilkan kepada masyarakat. Benar tidak? Saya pikir nggak salah. Kita orang Kristen harus menampilkan suatu kebaikan dalam masyarakat. Tetapi, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, hati-hati! Yang menjadikan kita Kristen bukan ajaran etika moral di dalam gereja. Yang membuat kita disebut sebagai orang Kristen bukan karena kebaikan-kebaikan yang kita lakukan bagi dunia ini. Banyak orang yang lebih baik dari kita, bahkan lebih berkorban dari diri kita untuk melakukan kebaikan bagi masyarakat dalam dunia ini, tapi mereka tidak disebut sebagai orang Kristen. Lalu apa yang menjadikan kita orang Kristen? Yang memiliki kuasa untuk mengalahkan dunia, kuasa untuk melakukan suatu kebaikan dalam kehidupan kita, yang berkemenangan atas dosa, satu jawaban cuma berita Kristus yang mati bagi dosa kita dengan dipakukan di atas kayu salib dan Dia telah bangkit pada hari yang ketiga dari kematian. Itu berita utama.
Saudara mau ngajarin etika kebaikan yang diajarkan di dalam Alkitab, silahkan ajarkan. Tapi saya katakan satu hal, itu nggak pernah membuat jemaatmu, atau jemaat gereja itu memiliki kuasa terhadap dosa dan dunia. Dan itu hanya akan menjadikan gereja itu seperti agama lain yang ada di dalam dunia ini, kalau yang diajarkan hanya kebaikan-kebaikan etika moral, terlepas daripada Kristus. Justru berita utama yang harus selalu disampaikan oleh gereja Tuhan adalah apa yang Kristus sudah lakukan bagi diri kita. Justru setiap orang Kristen ketika ingin melakukan sesuatu dalam kehidupan dia harus mempertimbangkan apa yang dikehendakkan Tuhan dalam kehidupan dia untuk dilakukan. Bagaimana orang Kristen menampilkan diri dalam dunia? Yang pertama harus dipertimbangkan adalah saya adalah orang yang sudah ditebus oleh Kristus dari dosa, itu yang harus dilihat oleh orang di manapun kita berada, baik di dalam gereja maupun di dalam dunia, yang belum mengenal kepada Kristus. Karena Injil itu adalah sesuatu yang baik kita Imani, kita mengerti atau kita hidupi dalam kehidupan kita. Jadi orang ketika melihat kebaikan kita, dia harus bisa melihat Kristus yang baik, yang telah menebus dosa kita. Bukan berhenti hanya di dalam kebaikan itu sendiri. Walaupun ini seringkali jadi perdebatan, yang namanya baik itu apa? Orang sering kali bilang, yang namanya baik itu adalah kebaikan yang tidak ada embel-embel di baliknya. Jadi kalau engkau mau lakukan kebaikan kepada orang lain, ya lakukan saja kebaikan, nggak usah bawa-bawa nama Kristen, atau nggak usah bawa-bawa nama Yesus Kristus. Setuju nggak? Saya tetap percaya nggak setuju setelah saya pertimbangkan baik-baik. Saya tetap berkata, pada waktu kita memberitakan Injil dan melakukan kebaikan, di baliknya itu ada embel-embel Yesus Tuhan dan Juruselamat, itu adalah kebaikan yang mutlak, paling baik yang kita bisa berikan kepada dunia. Dan itu bukan dosa. Saya pikir hidup kita harus bisa mencerminkan cinta kasih Kristus. Kehidupan kita yang berubah daripada kehidupan lama menjadi suatu kehidupan baru, harus bisa mencerminkan cinta kasih dan kebenaran Kristus. Itu orang Kristen. Dan pada waktu orang menuntut kita untuk mempertanggungjawabkan iman kita, kita bisa beritahu kepada mereka apa yang membuat kita percaya kepada Kristus, bukan kepada Mormon, bukan kepada Saksi Yehova, bukan kepada agama lain, tapi hanya kepada Yesus Kristus dari iman Kristen. Kiranya Tuhan boleh memberkati kita.
[Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah]