Ef. 4:22-24
Pdt. Dawis Waiman, M.Div.
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pada waktu kita melihat kepada ayat yang sebelumnya, yaitu ayat 19 dan 20, yang kita telah lihat minggu lalu, maka kita melihat pada waktu kita hidup sebagai orang Kristen, maka Paulus berkata ada suatu perbedaan antara manusia yang ada di dalam dunia dengan manusia yang hidup di dalam Kristus. Lalu sebabnya apa yang membedakan itu? Sebabnya Paulus katakan, karena kita telah belajar mengenal Kristus dalam kehidupan kita, itu yang membuat kita berbeda daripada manusia yang ada di dalam dunia ini. Lalu, pada waktu Paulus berkata, apa yang dimaksud dengan belajar mengenal Kristus itu, yang dikatakan di dalam ayat 21, bahwa kita telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia, mengenai kebenaran yang nyata di dalam Yesus. Jadi pada waktu kita belajar mengenal Kristus, maka di dalam kita belajar mengenal Kristus, itu mengandung 2 komponen, kita mendengar tentang Kristus dan kemudian kita menerima pengajaran di dalam Dia tersebut. Tetapi pada waktu kita membandingkan ayat 19 dan ayat 20, ada sesuatu yang mungkin kita seringkali terlewat di dalam pembacaan kita, ada sesuatu perubahan yang Paulus berikan di dalam 2 ayat ini. Yaitu pertama, kalau kita baca di dalam ayat 19, maka di situ dikatakan, kita belajar mengenal siapa? Kristus. Lalu di ayat 20, kita mendengar dan menerima pengajaran di dalam Dia. Dia itu siapa? Kristus? Paulus bilang, bukan Kristus tetapi Yesus. Kenapa Paulus mengganti istilah Kristus menjadi Yesus tersebut? Saya lihat ini bukan sekedar suatu pemakaian pemanggilan nama atau pribadi seseorang melalui 2 nama, untuk menunjukkan satu orang yang sama saja. Misalnya kaya gini, saya punya nama adalah Dawis Waiman. Lalu, ada orang yang mungkin memanggil saya dengan panggilan Dawis, ada orang yang memanggil nama saya dengan panggilan Waiman. Siapa saya? Ya, Dawis Waiman, seperti itu.
Tapi pada waktu kita melihat pada perkataan Paulus di bagian ayat 19 dan 20 ini, ketika Paulus berkata: kamu telah mengenal Kristus dan kamu telah belajar mendengar dan menerima apa yang diajarkan Dia, Dia yang adalah Yesus Kristus, saya percaya ini bukan hanya sekedar pemakaian nama atau penggantian pemanggilan demi untuk menghindarkan kebosanan seperti itu, atau sebagai suatu variasi dari kelimpahan, tetapi ini memiliki maksud lain yang Paulus ingin kita kenal, yaitu apa? Pada waktu Paulus memanggil Kristus Yesus dengan sebutan Kristus, maka di situ Paulus mau mengatakan, kita telah mengenal Yesus yang dalam segala kemuliaanNya, kebesaranNya, yang merupakan Seorang yang diurapi oleh Tuhan Allah. Tetapi pada waktu Paulus kemudian berkata, “Kita telah belajar mendengar dan menerima apa yang diajarkan oleh Yesus Kristus.” – ini membuat Paulus mengajak kita melihat kepada pribadi Yesus sendiri. Pada waktu kita melihat Pribadi Yesus, Paulus ingin kita lihat pada sisi apa? Pada sisi bahwa Yesus Kristus, itu bukan hanya suatu pribadi yang diurapi, yang mulia, yang adalah Allah itu, tetapi Dia juga adalah Pribadi yang kita kenal sebagai manusia yang sama seperti diri kita. Allah yang inkarnasi ke dalam dunia, lahir dari seorang perawan wanita yang bernama Maria, hidup di tengah-tengah kita, yang ikut makan dan minum bersama-sama dengan manusia pada waktu itu, yang turut berkerja seperti manusia yang lain bekerja, yang kemudian belajar firman Tuhan seperti manusia yang lain belajar firman Tuhan. Lalu hidup di hadapan Tuhan Allah, seperti manusia yang lain hidup untuk berbakti kepada Tuhan Allah. Tapi manusia ini adalah sesuatu manusia, yang dikatakan juga, memiliki suatu kehidupan yang memiliki kuasa melakukan mukjizat. Bukan hanya mukjizat, Dia memiliki suatu kehidupan yang kudus di hadapan Tuhan Allah. Atau istilah lainnya adalah, pada waktu Paulus mengatakan, “Kamu telah mengenal Kristus dan kamu telah belajar mendengar dan menerima pengajaran daripada Yesus Kristus.” – Paulus mau mengatakan: kamu tahu tidak, pada waktu engkau hidup sebagai orang Kristen dan menerima pengajaran Kristus, maka pengajaran itu adalah suatu pengajaran yang sungguh-sungguh pernah ada dan pengajaran yang bersumber dari satu pribadi yang sungguh-sungguh pernah ada dan hidup di dalam dunia ini.
Ini adalah suatu pengajaran yang ada di dalam realita sejarah daripada manusia. Yesus sungguh-sungguh ada dalam dunia ini, Yesus sungguh-sungguh adalah Allah yang inkarnasi ke dalam dunia ini, dan Yesus adalah sungguh-sungguh adalah Pribadi yang bisa dikatakan sebagai satu-satunya nama yang bisa memberikan kehidupan kekal bagi manusia yang ada di dalam dunia ini. Itu yang Paulus ingin kita mengerti. Sehingga pada waktu Paulus berkata: “Kamu telah mendengar dan menerima pengajaran dari Yesus Kristus”, maka Paulus berkata: “Engkau tidak lagi seperti orang dunia, yang ketika melihat kepada Kristus,” mereka melihat kepada Yesus yang seperti manusia tidak beda dari diri mereka. Dia adalah seorang manusia yang juga adalah…, bukan Allah yang inkarnasi, tapi Dia adalah manusia yang sama, yang tidak bisa menyelamatkan diriNya, yang tidak bisa juga menyelamatkan mereka. Dan mereka tidak bisa menerima kebenaran itu. Tapi pada waktu kita mendengar tentang Yesus, kita menerima pengajaran tentang Yesus Kristus, maka di situ kita – yang adalah manusia, yang sebelumnya seperti orang dunia itu, kemudian melihat kebenaran tentang Kristus. Lalu ketika kita melihat kebenaran tentang Yesus, yang telah inkarnasi ke dalam dunia, dalam pribadi Yesus Kristus itu, kita percaya dan kita menerima pengajaran itu sebagai suatu kebenaran yang bersumber dari Tuhan Allah.Dan ini membuat, ketika kita hidup di dalam Kristus, atau kita hidup menerima pengajaran dan menerima suatu kebenaran yang dari Yesus Kristus itu, maka kita menjadi orang yang dikatakan Paulus: bukan lagi orang dunia yang hidup di dalam kegelapan, di dalam pengertian yang gelap itu, di dalam kekerasan hati nurani dan di dalam suatu kehidupan yang melakukan dosa. Tetapi kita hidup di dalam suatu kebenaran yang bersumber dari Tuhan Allah untuk bisa melihat kebenaran yang ada di dalam Yesus Kristus itu. Kita tidak lagi mengeraskan hati, tapi kita telah menjadi orang yang membuka hati untuk menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat dalam kehidupan kita.
Jadi, ada suatu perbedaan yang besar antara orang-orang dunia, di mana mereka hidup di dalam kegelapan, hidup di dalam suatu relasi yang terputus dengan Tuhan Allah dengan kita yang hidup di dalam Yesus Kristus, yang kemudian kita menjadi orang yang melihat kebenaran di dalam terang itu dan diperbaiki persekutuan dengan Allah melalui Yesus Kristus. Dan pada waktu kita melihat apa yang sudah Paulus ajarkan di dalam ayat 19 dan ayat yang ke-20 ini, Paulus kemudian mengajak kita masuk ke dalam ayat 22 dan ayat yang ke-24. Dan pada waktu Paulus mengajak kita melihat kepada ayat 22-24, ada sesuatu yang menarik sekali yang Paulus ajarkan kepada kita. Paulus tidak hanya berkata: “Tetapi sekarang, kamu bukan demikian, kamu telah belajar mengenal Kristus. Karena kamu telah mendengar Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia, menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus Kristus.” Paulus tidak langsung lanjutkan dengan kalimat, misalnya, “Karena itu buanglah dusta, berkatalah benar seorang kepada yang lain. Karena kita adalah sesama anggota. Apabila kamu menjadi marah…” dan yang lain-lain seperti itu.
Paulus tidak langsung masuk ke dalam perintah-perintah yang harus dilakukan oleh seorang yang sudah menerima dan mengenal Kristus dalam kehidupan Dia untuk melakukan dan meninggalkan perbuatan-perbuatan jahat. Tetapi yang justru Paulus lakukan adalah menjelaskan ayat 22-24. Dan ayat 22-24 ini berkata apa? Di situ dikatakan, “Yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.” Maksudnya apa ya? Kenapa Paulus begitu sepertinya berputar-putar, mungkin ya, tidak langsung to the point aja langsung ngomong: Kamu sudah hidup di dalam kebenaran kan? Kamu sudah hidup di dalam terang kan? Kalau orang dunia hidup di dalam dusta, kamu sekarang hidup di dalam kejujuran. Kalau orang dunia hidup di dalam perzinahan, kamu sekarang hidup di dalam kekudusan. Kalau orang dunia hidup di dalam penipuan dan yang lain-lain, kamu jangan lakukan itu dalam kehidupanmu. Kenapa Paulus tidak langsung masuk ke dalam poin ini? Tapi Paulus justru mengatakan: “Tanggalkanlah manusia lamamu dan kenakanlah manusia baru. Dan diperbaharui terus menerus di dalam roh dan pikiranmu.” Saya percaya ada satu unsur yang penting yang Paulus ingin ajarkan bagi kita di dalam poin hal ini ya. Kalau Paulus berbicara: Sekarang kamu di dalam Kristus, maka kamu sudah mengerti terang, maka hidupnya di dalam terang, seperti itu, berdasarkan perbuatan-perbuatan yang kamu lakukan. Maka itu hanya akan membawa kita kepada pengertian: “Oh kalau saya percaya kepada Kristus, maka iman saya kepada Kristus itu harus membawa saya kepada suatu kehidupan yang baik, yang benar dengan usaha dan kelakukan yang saya lakukan dalam kehidupan saya.” Tapi pada waktu Paulus berkata di dalam ayat 22: “Karena itu kau harus menanggalkan manusia lamamu dan mengenakan manusia yang baru.” Maka ini kondisinya menjadi berubah. Paulus mau mengajarkan kita: pada waktu kita hidup di dalam Kristus, kalau waktu kita sudah belajar mengenal Yesus dan menerima pengajaran Yesus, maka kehidupan kita sebagai manusia baru, di dalam terang, di dalam kejujuran, tanpa dusta, dengan kesabaran, kerendahan hati dan segala sesuatu itu, itu bukan sesuatu yang muncul dari dorongan kekuatan kita sendiri di dalam melakukan itu, tetapi itu bersumber dari anugrah Tuhan Allah dalam kehidupan kita.Ada perbedaan yang besar sekali di situ.
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, Paulus ingin kita melihat menjadi orang Kristen dan hidup di dalam suatu kehidupan manusia baru, itu bukan sesuatu yang mampu kita lakukan dengan kekuatan kita sendiri. Tetapi kehidupan kita sebagai manusia baru itu adalah sesuatu yang diberikan oleh Tuhan Allah di dalam kehidupan kita. Itu yang harus kita mengerti baik-baik dalam kehidupan kita. Kenapa? Karena kalau kita tidak mengerti hal ini dan kita tetap berjuang di dalam suatu kehidupan yang didasarkan pada kekuatan kita untuk mentaati apa yang menjadi pengajaran firman Tuhan, yang terjadi adalah kecelakaan dalam kehidupan kita. Saya pikir sejarah gereja sudah banyak memperlihatkan hal ini. Orang-orang yang menggantikan anugrah Allah di dalam kebenaran hidup, belas kasih Tuhan, dan cinta kasih Tuhan, untuk kekudusan kehidupan, itu menjadi sesuatu yang bersifat legalis dalam hidup mereka. Lalu ketika mereka menjadikan itu sebagai sesuatu yang legalis apa yang terjadi? Yang terjadi adalah, pertama, mereka mulai menghakimi, mereka mulai menjadi orang yang sombong dalam kehidupan mereka. Mereka berpikir mereka mampu melakukan ketaatan kepada firman Tuhan dengan kekuatan mereka sendiri, mereka berpikir mereka menjadi orang yang benar dengan kekuatan mereka sendiri, lalu mereka mulai menghina orang lain yang tidak taat, mulai menghakimi, mulai mengajarkan sesuatu yang menentang orang-orang yang mengajarkan tentang anugerah keselamatan di dalam Kristus. Itu yang terjadi.
Tapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, di sisi lain sebenarnya Tuhan Yesus sudah memberikan satu pengertian bagi kita juga, melalui satu ccerita yang diajarkan oleh Tuhan Yesus dalam Injil Lukas. Pada waktu seseorang mengira melalui moralitasnya, kebaikannya, melalui perbuatannya dia bisa membenarkan dirinya di hadapan Tuhan Allah, sebenarnya yang terjadi adalah bukan kebenaran yang dia terima tetapi justru keadaan yang makin buruk dan makin rusak. Ambil contoh seperti ini, di dalam Injil Lukas itu dikatakan pada suatu hari ketika Yesus Kristus berhadapa dengan orang-orang Yahudi, maka orang-orang Yahudi itu kemudian dikatakan setelah mendengar pengajaran Kristus mereka menjadi percaya kepada Yesus Kristus. Lalu pada waktu mereka menjadi percaya, Yesus mulai berbicara kepada mereka, “Engkau anak Abrahamkah?” Lalu mereka bilang, “Kami anak Abraham, Kamu siapa? Kamu kan mengusir Setan dengan kuasa Belzebul.” Lalu ketika keadaan ini terjadi, Yesus kemudian berkata, “Setan tidak mungkin Setan dengan kuasa Setan, tetapi Aku mengusir Setan itu dengan kuasa Allah.” Tetapi setelah berbicara mengenai ini, Yesus masuk ke dalam perikop berikutnya yang mengatakan, “Tapi bagaimana ketika Setan itu sudah keluar, kuasa itu sudah dikalahkan lalu Setan pergi dari orang ini?” Pada waktu orang ini hidup tanpa dikuasai oleh Setan lagi, dia pikir dia dalam kondisi yang baik, dia pikir dalam kondisi yang tidak butuh Roh Kudus untuk tinggal di dalam diri dia, dia pikir dia tidak membutuhkan Kristus dalam kehidupan dia lalu dia biarkan hati dia dalam keadaan yang kosong, kelihatannya bersih tetapi sebenarnya kosong karena tidak ada yang menungggu di dalam diri dia, lalu apa yang terjadi? Setelah suatu waktu roh jahat ini pergi melanglang buana, akhirnya dia kembali lagi kepada orang itu, dan ketika itu maka dia membawa teman-temannya yang banyak itu masuk dan membuat keadaan orang itu menjadi lebih buruk lagi. Saya percaya ini adalah suatu ilustrasi yang Tuhan Yesus ingin ajarkan mengenai kalau seseorang berpikir dia bisa menjadi manusia yang meninggalkan manusia lama, dia bisa menjadi orang yangg benar dengan meninggalkan manusia lama tanpa menerima Kristus dalam kehidupan dia atau menerima Roh Kudus untuk tinggal di dalam hati dia, yang terjadi adalah kecelakaan, bukan sesuatu yang baik. Dan ini kita sudah bisa buktikan di dalam sejarah dari pada gereja sendiri, dimana orang-orang Kristen yang berpikir perbuatan itu bisa menjadikan diri dia benar, justru itu membuat kecelakaan yang besar bagi orang Kristen yang lain. Pada waktu Paulus berkata, “kamu harus menanggalkan manusia lama, hidup di dalam manusia baru atau mengenakan manusia baru” sebelum perintah-perintah untuk hidup secara benar di hadapan Tuhan Allah, maka di situ Paulus mau mengatakan itu semua bukan sesuatu yang bersifat ajaran legalis, tetapi itu semua bisa terjadi, hidupmu sebagai manusia baru bisa terjadi itu karena ada campur tangan Allah atau pekerjaan Tuhan di dalam kehidupanmu.
Lalu di dalam pengertian yang kedua adalah, pada waktu Paulus berkata kamu harus menanggalkan manusia lama dan hidup sebagai manusia baru, menngenakan manusia baru, maka ini menunjukkan bahwa ketika kita ada di dalam Kristus dan percaya kepada Kristus, maka antara kehidupan manusia lama dengan manusia baru itu bukan sesuatu yang ada jedanya. Mungkin kita sebagai orang Kristen ada yang berpikir “Saya mau percaya kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat saya, saya adalah orang Kristen di dalam kehidupan saya, tetapi sebagai orang Kristen apa yang saya bisa lakukan?” Mungkin orang Kristen yang lain berkata, “Kamu harus hidup di dalam satu ketaatan, kamu harus hidup di dalam satu kecintaan kepada Tuhan, kamu harus berubah dalam kehidupanmu.” Lalu orang ini berkata, “Nggak, saya belum mau itu. Saya masih mau hidup dalam kehidupanku yang lama, tapi saya tetap percaya kepada Kristus, saya belum mau diikat oleh komitmen dalam kehidupan saya untuk melayani Tuhan secara lebih baik lagi dalam kehidupan saya, saya masih ingin kehidupan lama saya karena saya nyaman di situ, tapi saya menerima Kristus dalam kehidupan saya.” Di dalam bagian ini Paulus berkata itu nggak mungkin bisa terjadi. Pada waktu seseorang itu menerima Kristus maka dalam saat itu juga dia harus menanggalkan manusia lama dia dan dia harus mengenakan manusia baru dalam kehidupan dia. Kenapa bisa berkata seperti ini? Di dalam terjemahan LAI saya pikir kita nggak terlalu bisa melihat adanya pengertian di dalam kata kerja yang digunakan oleh terjemahan versi Bahasa Indonesia, dalam hal ini saya pikir saya harus ambil sedikit pengertian Yunani dan kata kerja Yunani untuk bisa mengerti bagian ini. Di dalam Paulus berkata, “Kamu harus menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru,” maka kata kerja yang digunakan oleh Paulus di situ adalah aorist, “menanggalkan’ dan “mengenakan” di situ adalah kata kerja aorist; sedangkan “diperbaharui” di dalam ayat yang ke-23 itu adalah kata kerja present. Maksudnya apa? Aorist itu adalah sesuatu yang menunjukkan tindakan yang telah terjadi di masa lalu dan telah berakhir, sedangkan present itu berbicara mengenai sesuatu yang sedang dilakukan atau dalam Bahasa Inggeris aorist itu lebih mendekati kepada istilah simple past; simple past itu apa? Kalau ini adalah masa present, ini rentang waktu, simple past itu menunjukkan suatu kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu, satu kali dan telah berakhir, itu simple past atau aorist. Tapi kalau berbicara tentang present, itu berarti kalau ini adalah sesuatu yang sekarang, dan ini adalah masa lalu, dan ini masa yang akan datang, maka kalau itu bersifat present maka seperti Bahasa Inggeris itu berbicara mengenai present continous, maksudnya adalah sesuatu ini sedang terjadi di masa lalu, sekarang masih terjadi, dan di depan hari juga kemungkinan masih terjadi. Jadi pada waktu Paulus berkata “kamu harus menanggalkan manusia lamamu dan mengenakan manusia baru” di dalam pengertian aorist dan berkata “kamu harus diperbaharui di dalam roh dan pikiranmu” yang bersifat present, itu berbicara ketika kita percaya kepada Kristus, yang terjadi adalah kita dahulu sudah ditanggalkan dari pada kehidupan lama kita, manusia lama kita, dan pada waktu kita menanggalkan itu kita juga sudah dikenakan manusia yang baru dalam kehidupan kita. Dan ini adalah sesuatu yang dikatakan dua hal yang terjadi dan saling berkaitan satu dengan yang lain; maksudnya adalah pada waktu Tuhan menanggalkan manusia lama kita, baru kemudian Tuhan mengenakan manusia baru bagi diri kita. Dan ketika ini terjadi kita nggak bisa berkata dalam pengertian ini: “kita tidak mau menanggalkan manusia lama kita tapi kita ingin mengenakan manusia baru,” itu nggak bisa. Yang dimaksud oleh Paulus adalah kalau kita ingin mengenakan manusia baru kita, yang pertama harus kita lakukan adalah menanggalkan manusia lama kita, setelah manusia lama ini ditanggalkan, diletakkan, baru di situ kita bisa mengenakan manusia yang baru, itu yang Paulus ingin sampaikan kepada diri kita.
Jadi maksudnya adalah pada waktu kita menjadi seorang Kristen, Paulus ngomong, “Kamu bukan hanya dibukakan pengertianmu terhadap orang-orang dunia, pemahaman orang dunia yang gelap, sekarang kamu hidup di dalam terang,” tapi kita sebagai orang Kristenpun harus memiliki suatu kehidupan yang meninggalkan manusia lama dan hidup di dalam suatu kehidupan manusia baru, dan itu adalah suatu keharusan yang terjadi ketika engkau percaya kepada Kristus. Nggak ada waktu jeda, karena itu sudah terjadi ketika engkau percaya di dalam Kristus. Bapak-Ibu bisa lihat di dalam kontras yang Paulus berikan di dalam ayat 22 dan ayat 24, untuk hal ini ya. Ada 4 kontras yang Paulus berikan kepada kita. Pertama adalah kontras antara, ayat 22, manusia lama dengan manusia baru; lalu kemudian kontras antara kehidupan lama itu adalah suatu kehidupan yang berhubungan dengan kehidupan masa lalu dengan kehidupan yang berkaitan dengan kehendak Allah di dalam ayat 24; lalu Paulus ajak kita lihat manusia lama itu adalah manusia yang kehidupannya ada di dalam suatu kehidupan hawa napsu, sedangkan manusia baru itu adalah suatu manusia yang hidup di dalam kebenaran dan kekudusan; dan yang keempat adalah kehidupan yang ada di dalam manusia lama itu adalah kehidupan dalam penyesatan, kehidupan yang ada di dalam manusia baru itu adalah kehidupan yang didasarkan kepada kebenaran. Saudara, jadi pada waktu Paulus bilang, “Sekarang kamu menjadi manusia baru maka jangan lagi hidup seperti manusia lama,” maksudnya adalah jangan lagi kamu hidup seperti kehidupanmu yang dahulu, dan jangan lagi kamu hidup dalam suatu kehidupan yang dikuasai oleh napsu, dan jangan lagi kamu hidup di dalamm suatu kehidupan yang ada di dalam penipuan dan kebohongan, tapi hiduplah menurut kehendak Allah sebagai manusia yang baru di dalam kebenaran dan kekudusan ketika engkau memakai manusia baru itu dalam kehidupanmu. Saya pikir ini hal yang tegas sekali yang Paulus katakan. Jadi diantara ini ada jeda tidak? Paulus bilang tidak ada jeda, tanggalkan manusia lama dan kenakan manusia baru kalau engkau mengenal kebenaran Kristus dan menerima pengejaran Kristus dan percaya kepada pengajaran Kristus dalam kehidupanmu.
Saudara, hal ini juga kita bisa lihat dalam suatu perumpamaan yang Tuhan Yesus ajarkan kepada murid-murid-Nya dalam Matius 22. Pada waktu itu Yesus berkata kepada orang-orang Yahudi seperti ini, perumpamaan Kerajaan Allah itu adalah seperti seorang raja yang ingin menikahkan anaknya, lalu dia kemudian mengirim undangan kepada para tamu undangan untuk hadir di dalam pernikahan itu. Tapi ketika undangan itu disebarkan dan hari itu tiba untuk undangan itu, perkawinan itu, orang-orang yang diundang nggak ada satu pun yang hadir, mau hadir dalam acara pernikahan tersebut. Lalu ketika raja ini tahu bahwa orang-orang ini nggak mau hadir, dia utus kembali utusan untuk mengajak mereka hadir di dalam undangan itu. Tapi pada waktu utusan ini datang kembali untuk menawarkan kehadiran itu, utusan ini berkata seprti ini, semua perjamuan sudah disiapkan. Ayo datang, makanan sudah dihidangkan, binatang sudah disembelih, minuman sudah disediakan, semuanya sudah disediakan. Ayo datang ke dalam pesta ini. Tapi orang-orang itu berkata seperti ini, kami banyak urusan, kami ada kerjaan, ada ladang yang harus dikerjakan, kami nggak bisa. Lalu ada orang lain, kelompok lain, ketika mendapatkan kabar itu justu membunuh utusan-utusan itu. Lalu Tuhan Yesus berkata, apa yang akan dilakukan oleh raja itu? Dia akan mengutus prajuritnya untuk membunuh semua undangan itu yang sudah kurang ajar terhadap undangan raja. Dan setelah itu terjadi, apa yang dilakukan raja ini? Yesus berkata, raja ini kemudian menyebarkan undangan kepada seluruh orang yang ada di jalan-jalan untuk hadir di dalam pesta itu, sedangkan tamu undangan yang terhormat itu nggak ada satu pun yang datang tapi mereka sudah dihukum dan dibinasakan oleh Tuhan. Tapi pada waktu tamu-tamu undangan yang berasal dari jalan-jalan itu datang dan berkumpul di situ, dan raja ini masuk ke dalam perayaan pernikahan itu, dia menemukan ada satu orang yang tidak mengenakan pakaian pernikahan, pesta. Lalu yang terjadi apa? Raja ini tanya, kenapa kamu tidak pakai pakaian pesta? Dia diam. Lalu raja ini berkata, ikat tangan dan kakinya dan buang dia ke dalam kegelapan. Saudara, maksudnya apa?
Saya percaya ini berkaitan dengan undangan Tuhan untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah, dan ini berbicara mengenai orang-orang yang berkata dirinya Kristen, yang hadir di dalam undangan tersebut. Lalu ketika mereka hadir dalam undangan ini, ada orang-orang yang mengenakan pakaian pesta, dan ada orang yang tidak mengenakan pakaian pesta. Siapa orang yang mengenakan pakaian pesta? Mereka adalah orang-orang yang telah mengenakan manusia baru dalam kehidupan mereka. Mereka adalah orang-orang yang ketika menerima Kristus, mereka kemudian meninggalkan satu kehidupan yang berdosa dalam diri mereka, mereka hidup dalam kekudusan seperti Kristus yang kudus dalam kehidupan Dia, dan mereka hidup betul-betul berusaha untuk hidup benar di hadapan Tuhan Allah. Tapi yang satu lagi berkata, “Nggak, nanti saja. Saya percaya kepada Kristus, tapi saya nggak mau terlalu berkomitmen kepada Kristus dalam kehidupan saya sebagai orang yang sudah dilahirbarukan atau orang yang sudah diberikan kehidupan sebagai manusia baru. Saya nggak mau itu. Saya masih ingin hidup seperti gaya hidupku yang lama,” dan mungkin hanya mentaati sesuatu yang sesuai dengan keinginan dia tetapi yang tidak sesuai dengan keinginannya dia tidak mau berkomitmen untuk melakukan itu dan tetap hidup dalam kehidupan yang lama. Lalu pada waktu raja itu melihat keadaan ini, yang terjadi adalah, raja berkata, kamu harus keluar dari kerajaanku. Ini bukan bicara mengenai keselamatan bisa hilang ya, tetapi ini berbicara mengenai perumpamaan orang yang hidup di dalam Kristus tidak mungkin bisa hidup dengan kehidupan manusia lama, tetapi dia harus hidup dalam kehidupan sebagai manusia baru. Dan kalau ada orang-orang yang berusaha mencicipi Kerajaan Allah dan tetap berpikir masih bisa hidup di dalam kehidupan manusia lama, tunggu waktunya saja, pada hari penghakiman nanti Tuhan akan menyingkirkan orang itu dari pada kerajaan Dia. Saya pikir ini peringatan yang sangat keras sekali dari Tuhan kepada orang-orang Kristen. Dan yang saya pikir juga mungkin banyak sekali orang Kristen ketika menghadap Tuhan itu kecele. Dia pikir dia adalah orang yang sudah diselamatkan, dia adalah anak Allah, dia sudah percaya kepada Kristus, dia pasti memiliki Kerajaan Sorga dalam kehidupan dia. Tapi ketika bertemu dengan Yesus Kristus, Yesus Kristus berkata, “Enyahlah engkau dari hadapan-Ku, hai pembuat kejahatan.” Karena apa? Hidup dia tidak mencerminkan kehidupan dari pada manusia yang baru.
Saudara, kita ketika diberikan satu pengertian akan terang, terang itu bukan hanya membawa kita kepada Kristus, dan percaya dan diselamatkan di dalam Kristus, tapi terang itu juga membawa kita melihat kepada kehidupan Kristus yang kudus. Saya percaya ketika Injil diberitakan, 2 message ini harus selalu disertakan. Yesus bukan datang untuk menyelamatkan manusia berdosa saja, tapi Yesus menyelamatkan manusia yang berdosa melalui kekudusan hidup yang Dia nyatakan dalam kehidupan Dia. Dan pada waktu kita menerima Yesus Kristus dalam kehidupan kita, maka itu adalah satu paket, kita nggak bisa menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat tapi kita mengabaikan kehidupan kudus dari Yesus Kristus; tapi ketika kita menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita pun harus menerima kekudusan dalam kehidupan kita seperti Yesus yang kudus itu. Jadi, menjadi manusia baru, menjadi orang yang ada di dalam Kristus itu harus menjadi orang yang menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru dalam kehidupan dia.
Paulus di dalam Roma 6 itu memberikan satu pengertian yang lebih mendalam lagi. Kenapa kita harus mengenakan manusia baru dalam kehidupan kita? Apa yang menjadi dasar atau alasan itu untuk kita lakukan dalam kehidupan kita? Mari kita buka bersama-sama dalam Roma 6:6-11. Ayat 6 kita baca sama-sama, lalu ayat 7,8,9 saya baca, ayat 10 dan 11 kita baca sama-sama ya. Roma 6:6, “Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa. Sebab siapa yang telah mati, ia telah bebas dari dosa. Jadi jika kita telah mati dengan Kristus, kita percaya, bahwa kita akan hidup juga dengan Dia. Karena kita tahu, bahwa Kristus, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, tidak mati lagi: maut tidak berkuasa lagi atas Dia.” Sama-sama, “Sebab kematian-Nya adalah kematian terhadap dosa, satu kali dan untuk selama-lamanya, dan kehidupan-Nya adalah kehidupan bagi Allah. Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus.” Jadi siapa orang yang ada di dalam Kristus? Paulus berkata, orang yang ada di dalam Kristus itu adalah orang yang telah dibaptis di dalam kematian Kristus dan kebangkitan dari pada Yesus Kristus. Orang yang ada di dalam Kristus itu adalah orang yang telah dipersatukan dengan kematian Kristus dan kebangkitan dari pada Yesus Kristus. Nah ini bukan satu hal yang bisa dikerjakan oleh manusia, tapi ini hanya bisa dikerjakan oleh Roh Kudus atau Allah dalam kehidupan dari pada manusia yang berdosa, sehingga pada waktu kebenaran ini dinyatakan bagi kita, Paulus ingin kita mengerti satu hal, kita bukan orang lagi yang hidup di dalam dosa, karena apa? Karena kita sudah mati bagi dosa. Kalau kita sudah mati bagi dosa karena Kristus sudah mati bagi dosa, bagaimana kita masih bisa hidup di dalam dosa, padahal dosa itu sudah mati di dalam kehidupan kita? Yang ada adalah Kristus bangkit. Kalau Kristus bangkit maka kita juga harus bangkit dari kematian itu dan kita bangkit untuk suatu kehidupan yang berkenan di hadapan Allah atau suatu kehidupan yang ada di dalam Kristus, yang berkemenangan atas dosa. Itu yang terjadi. Jadi siapa yang mengerjakan itu semua? Tadi Paulus berkata, yang mengerjakan itu terlebih dahulu adalah Tuhan Allah dalam kehidupan kita, yang mempersatukan kita dalam kematian dan kebangkitan dari Kristus. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, maksudnya apa? Paulus mau kita mengerti, sadarkah kita sebagai orang Kristen, kalau keberadaan kita itu adalah orang yang sudah mati dalam dosa dan bangkit bersama dengan Kristus.
Sadarkah kita sebagai orang Kristen adalah, kita adalah orang yang tidak mungkin lagi dikuasai oleh kehidupan kita yang lama. Sadarkah kita sebagai orang Kristen bahwa kehidupan kita tidak mungkin lagi dikuasai oleh dosa-dosa, kuasa dosa seperti halnya dosa yang dilakukan oleh Adam pertama. Saudara, dosa itu ndak mungkin menguasai kita lagi karena dosa itu sudah mati di dalam Kristus. Tapi kenapa orang Kristen masih bisa melakukan dosa? Kenapa orang Kristen masih bisa berselisih dalam kehidupannya? Kenapa orang Kristen bisa melakukan kejahatan-kejahatan dalam kehidupannya? Mungkin pertama karena dia belum hidup sebagai manusia baru dan belum pernah menanggalkan manusia lama, atau kedua, karena dia tidak mengerti kebenaran ini. Kemungkinan perselisihan yang terjadi di dalam gereja, kemungkinan keributan yang terjadi dalam gereja di antara sesama orang Kristen adalah orang-orang Kristen itu belum bertumbuh di dalam pengertian akan kebenaran, maka terjadi perselisihan di antara orang Kristen. Itu sebabnya, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pada waktu Paulus berkata engkau harus menanggalkan manusia lama, hidup sebagai manusia baru, pertama itu berbicara mengenai jadilah siapa dirimu sendiri. Siapa diri kita? Kalau di dalam dunia berkata, “kamu harus jadi dirimu sendiri.” Jadi dirimu sendiri itu apa? Jangan dipengaruhi oleh orang lain, gitu ya? Jangan hidup hanya untuk menyenangkan orang dan supaya orang menerima dirimu, jadilah dirimu sendiri, begitu? Mungkin ada bagian itu di dalam bagian ini, “jadilah dirimu sendiri” berarti apa? Hiduplah kudus dan tidak perlu takut dengan pandangan dunia terhadap dirimu. Tapi kalau di dalam dunia mereka ketika diminta untuk hidup menjadi diri mereka sendiri, di situ kehidupannya nggak ada arah. Menjadi dirimu, menjadi seperti apa? Yang mana? Di dalam kelebihan dan kekuranganmu, di dalam keburukan-keburukan sifatmu, seperti itu, dan orang harus menerima semua keburukan itu dalam kehidupan mereka?
Alkitab berkata, kita ketika menjadi diri kita sendiri, maksudnya diri kita sendiri adalah jadilah kita sebagai orang yang sudah menjadi manusia baru karena Kristus sudah jadikan kita sebagai manusia baru. Dan sebagai manusia baru, itu ada pola, ada tujuan dan arahnya, yaitu seperti Kristus yang kudus itu. Anak Allah itu, itulah kehidupan manusia baru yang Tuhan ingin kita hidupi dalam kehidupan kita. Makanya, hidup kita bukan hanya bicara, “Oh, saya sekarang sudah di dalam Kristus. Karena itu, ya fine, fine saja saya menjadi diri saya sendiri”. Berarti apa? Saya tetap lakukan kebiasaan saya, kehidupan saya yang lama, dan nggak ada masalah sama sekali. Nggak bisa! Ketika kita menjadi orang Kristen di dalam Kristus, Tuhan ingin kita menjadi diri kita sendiri, maksudnya hidup bila kehidupanmu sebagai manusia baru, karena engkau telah menjadi manusia baru. Kita nggak mungkin bisa hidup sebagai manusia baru kalau kita belum pernah menjadi manusia baru. Dan Tuhan juga tidak pernah menuntut kita untuk hidup sebagai manusia baru kalau kita masih manusia lama. Yang terjadi adalah frustasi saya pikir, keputusasaan, karena nggak mungkin kita melakukan itu semua. Yang mungkin terjadi adalah Tuhan menuntut kita untuk hidup sebagai manusia baru sebenarnya karena apa? Karena kita memang sudah diciptabarukan oleh Tuhan untuk menjadi manusia baru. Maka Tuhan meminta itu untuk kita lakukan dalam kehidupan kita. Tapi Saudara, ketika Tuhan ingin kita hidup sebagai manusia baru, bagaimana caranya kita bisa hidup seperti apa adanya itu? Tadi dikatakan, yang menjadi masalah dalam manusia gereja itu adalah seringkali dikarenakan ketidakmengertian yang ada di dalam jemaat atau orang Kristen. Lalu bagaimana kita bisa hidup sebagai manusia baru dan mengerti kalau kita adalah manusia baru itu dan harus bagaimana kita hidup sebagai manusia baru? Paulus kasih jawaban ini dalam ayat ke-23, di situ dikatakan, kalau manusia lama dan manusia baru itu adalah sesuatu yang telah terjadi, telah menjadi milik kita ketika kita ada di dalam Kristus. Maka yang 23 itu bilang, untuk bisa itu terjadi, dan kita hidup di dalam itu, ada bagian yang harus kita kerjakan bukan hanya bagian yang Allah kerjakan. Dan bagian yang kita kerjakan itu apa? Kita harus dibaharui di dalam roh dan pikiranmu secara satu kali? Bukan. Tetapi secara terus-menerus. Di dalam roh itu bukan hanya bicara roh, tetapi ini bicara mengenai jiwa, sikap, attitude, keseluruhan diri kita. Jadi pada waktu Tuhan ingin nilai hidup sebagai manusia baru, maka kehidupan manusia baru itu bisa terjadi kalau keseluruhan diri kita dan pikiran kita itu diubahkan, baik itu pikiran kita, emosi dan keinginan kita, dan sikap perilaku kita itu pasti berubah semua. Baru kita bisa hidup sebagai manusia baru.
Tapi bagaimana kita bisa memiliki perubahan di dalam kehidupan kita? Dan jawabannya ada misalnya di dalam 2 Korintus 4:16-18. Jadi bagaimana dia bisa hidup di dalam satu kehidupan yang bertahan dan tidak tawar hati di dalam menghadapi penderitaan, kesulitan dan maut? Paulus bilang, “Karena kami memperhatikan hal-hal yang tidak kelihatan.” Lalu Kolose 3:2-3. Jadi bagaimana kita mau diperbaharui secara terus-menerus di dalam sikap kita dan pikiran kita, caranya gimana? Terus pikirin pekerjaan; saya bilang nggak salah sih mikir pekerjaan. Terus pikirin keluarga, terus pikirin kuliah, dan hanya pikirin itu. Terus pikirin bagaimana dapat kekayaan sebanyak mungkin seperti itu. Saya yakin kita nggak mungkin jadi manusia baru. Tapi Paulus berkata, “Pikirkanlah hal-hal yang ada di atas, yang tidak kelihatan. Perkara yang di atas, yang tersembunyi bersama dengan Kristus.” Pada waktu kita renungkan itu dan pikirkan terus-menerus dalam kehidupan kita, kita pasti akan diperbaharui dalam pikiran dan perilaku sikap kita kepada Tuhan dan kita pasti akan hidup sebagai manusia baru.
Di dalam Grup MRII kemarin ada kiriman yang berkata: ada seorang yang kebelet mau pipis, dia ngebut di jalan tol.” – Pak Susilo ya (yang mengirim – red)? Lalu ketika dia kebelet pipis, dia distop oleh – eh, bukan pipis ya, mau buang air besar. Lalu distop oleh polisi, polisi nanya, “Bapak tahu kesalahan Bapak?” “Iya, saya tahu. Saya ngebut,” katanya. “Tapi Pak Polisi, tolong maafkan saya sudah ndak tahan. Saya harus ke WC cepat-cepat.” Akhirnya polisi bilang, “Ya sudah, silahkan pergi tapi hati-hati ya.” Dia pergi akhirnya dia dapat tempat perhentian, rest area, lalu dia mampir di situ. Pada waktu dia mampir di situ dia lihat, ada satu tempat rumah dukacita dan ada satu mayat di situ dan hanya satu orang yang menunggu di situ. Lalu ketika orang ini melihat orang itu datang, lalu orang ini panggil dia , “Ayo, ayo, kemari. Tolong isi buku tamu ini.” Orang itu bilang, “Ndak, ndak. Aku bukan datang untuk melayat. Tapi aku datang untuk mau setoran dulu.” Lalu akhirnya dia pergi, setelah “setoran” dia balik, karena dia lihat ndak ada orang di situ lalu dia kemudian datang ke situ dan dia duduk di situ dia tanda tangan di situ namanya. Setelah itu dia pulang. Satu minggu kemudian ada paket di meja dia. Ternyata yang mati itu siapa? Orang kaya sekali, dan dia tahu dia ndak punya anak, dan dia tahu ndakakan ada orang datang untuk menghargai pemakaman dia, karena dia adalah orang yang kikir sekali, kayak gitu, sehingga dia buat peraturan “Barang siapa datang kemari satu hari melayat saya, dia akan mewarisi seluruh kekayaan saya. Dan kalau itu satu orang, seluruhnya diberikan kepada satu orang. Kalau itu dua orang, maka akan dibagi dua orang. Kalau tiga orang, maka mungkin dibagi tiga,” seperti itu. Lalu, karena hanya satu orang maka orang ini mendapatkan seluruh kekayaannya.
Lalu saya tanya, “Apa makna moral dari cerita itu?” Saya bercanda di situ: “Lebih berbahagia datang ke rumah duka dari pada ke rumah pesta?” Saya satu sisi setuju lebih berbahagia datang ke rumah duka dari pada rumah pesta, tapi bukan untuk dapatkan warisan kekayaan orang, tapi untuk mendapatkan warisan kekayaan Tuhan. Bukan berkat dunia, tetapi berkat surgawi. Karena apa? Pada waktu kita datang ke dalam rumah Tuhan, kita diingatkan hal-hal yang kekal; yang tidak kelihatan bukan yang kelihatan. Kalau orang memaknai itu sesuatu berkat duniawi, lebih baik ke rumah pesta karena pesta menguras kantong. Lebih baik saya ke rumah duka dengan harapan ada orang yang mati dan kaya jadi warisannya buat diri saya. Tetapi itu bukan sesuatu yang Alkitab ajarkan. Alkitab bilang, pikirkanlah hal-hal yang kekal, yang tidak kelihatan itu. Salah satu caranya adalah renungkan firman Tuhan, itu pasti yang paling utama. Tapi di sisi lain, Alkitab juga katakan, coba datang ke rumah duka. Di situ kamu lihat, hidupmu itu sementara, hidupmu itu tidak kekal. Dan apa yang kamu kejar, usahakan dalam dunia, sebanyak apa kamu miliki nggak mungkin bisa dibawa ke dalam peti mati yang ukuran 2 kali 1 meter itu, cuma diri kita sendiri yang hisa masuk dan beberapa pakaian. Mungkin keluarga juga nggak rela masukin emas kita dalam situ, cincin dalam situ. Lebih baik digunakan untuk mereka. Kita nggak mungkin bisa bawa apa-apa kok, yang kita bisa dikasih, mungkin paling, kalau dari orang Chinese, kertas yang (dibentuk – red) rumahan, atau mobil kertas yang dibakar. Tapi maknanya apa? Saya pikir ndak ada maknanya.
Jadi Bapak Ibu Saudara yang dikasihi Tuhan, sekali lagi saya mengingatkan, siapa diri kita ini? Sadarkah Bapak Ibu, siapakah diri Bapak Ibu Saudara, sekarang ini? Apakah Bapak Ibu Saudara adalah manusia lama, atau manusia baru? Yang telah diperbaharui dan diciptabarukan oleh Tuhan. Apakah Bapak Ibu adalah orang-orang yang telah mati bersama dengan Kristus di kayu salib dan dikuburkan dan bangkit bersama Kristus atau belum? Kalau kita adalah orang yang sudah dibangkitkan bersama dengan Kristus dan kita adalah sungguh manusia baru, pikirkanlah itu terus-menerus dalam kehidupan Bapak-Ibu Saudara. Renungkan itu, ingatkan diri Bapak-Ibu Saudara akan hal itu dan kejarlah pembaharuan pikiran dan keseluruhan diri melalui firman Tuhan dan memikirkan hal-hal yang ada di atas dan tidak melihat atau memikirkan hal-hal di dalam dunia. Karena hanya dengan cara itu kita bisa hidup seturut dengan apa yang Tuhan inginkan untuk kita hidup sebagai manusia baru, atau kita baru bisa hidup sebagai diri kita yang sebenarnya adalah manusia baru. Kiranya Tuhan memberkati kita melalui firman hari ini. Mari kita masuk ke dalam doa.
Kami bersyukur Bapa untuk kebenaran Firman-Mu yang telah Engkau nyatakan bagi kami kembali. Kami bersyukur dan memohon kiranya Engkau boleh memberkati setiap kami dengan kebenaran-Mu. Dan kami juga memohon kiranya Engkau boleh memberkati kami dengan mata yang boleh melihat siapakah diri kami yang sebenarnya dalam kehidupan kami baik itu di hadapan Engkau, dan di hadapan diri kami sendiri, dan di hadapan sesama kami manusia. Dan ketika kami hidup kami bersungguh-sungguh menyatakan identitas kami sebagai anak Allah dalam kehidupan kami. Dalam nama Tuhan Yesus Kristus yaitu Tuhan dan Juruselamat kami, kami berdoa. Amin.
[Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah]