Mencuri vs Memberkati, 2 September 2018

Ef. 4:28

Pdt. Dawis Waiman, M.Div.

Saudara, pada waktu kita masuk ke dalam ayat 28, ini adalah bagian ketiga dari praktika hidup orang Kristen yang Paulus perintahkan untuk kita hidupi. Bagian yang pertama adalah, kita harus berbicara secara benar, kita harus membuang dusta dalam kehidupan kita sebagai orang Kristen. Yang kedua adalah, kita tidak boleh memendam rasa amarah pada waktu kita marah sampai matahari terbenam; tapi kita harus menyelesaikan amarah itu supaya kita tidak dibujuk oleh iblis untuk melakukan dosa dalam kehidupan kita. Jadi orang Kristen boleh marah, tetapi yang pasti adalah marah itu harus dkontrol dalam kehidupan kita, dan marah itu ada batas waktunya. Kita harus sesegera mungkin menyelesaikan amarah yang kita miliki terhadap seseorang sesegera mungkin. Dari situ kita bisa menghindarkan kehidupan yang jatuh di dalam dosa. Lalu yang bagian ketiga di sini adalah, Paulus berkata, kita sebagai orang Kristen tidak boleh mencuri lagi, tetapi kita harus bekerja dengan keras untuk pekerjaan yang balik untuk menolong orang lain yang dalam kekurangan. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau kita melihat kepada 3 praktika hidup yang diajarkan oleh Paulus di sini,  pertanyaannya adalah, kepada siapa praktika hidup itu ditujukan, atau kepada siapa Paulus mau memerintahkan perintah itu untuk dilakukan? Nah ini yang menjadi jawabannya adalah tentunya orang Kristen. Orang Kristen diperintahkan untuk melakukan hal-hal ini dalam kehidupan kita. Dan kalau kita lebih spesifik lagi, siapa orang Kristen yang diperintahkan untuk melakukan hal-hal itu? Tentunya bukan hanya semua orang Kristen saja, tetapi secara lebih spesifik adalah orang-orang yang sudah dipilih oleh Tuhan dan sudah ditebus oleh Kristus, dan sudah dilahirbarukan oleh Yesus Kristus, kitalah, yang mendapatkan perintah untuk melakukan cara berbicara yang benar, atau tidak boleh memiliki amarah yang tanpa kontrol, dan juga harus bekerja dengan keras dalam kehidupan kita dan menghentikan pencurian.

Nah Saudara, adakah sesuatu yang aneh pada waktu kita berbicara mengenai hal ini ya? Kalau waktu kita berbicara perintah ini ditujukan pada orang Kristen yang lahir baru, pertanyaannya adalah, kenapa itu harus ditujukan pada orang Kristen yang lahir baru? Bukankah di dalam pembahasan kita mengenai apa yang sudah Kristus lakukan bagi kehidupan kita, dan Roh Kudus lakukan itu adalah kita sudah dilahirbarukan oleh Roh Kudus, kita sudah diciptabarukan oleh Allah, sehingga kita menjadi manusia yang baru? Di dalam surat dari pada 2 Korintus 5:17, Paulus ada berkata seperti ini, “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.” Bukankah itu berarti ketika saya percaya pada Kristus, sungguh-sungguh percaya di dalam iman dan mengalami kelahiran baru, saya sekarang sudah menjadi manusia yang baru. Yang lama sudah berlalu, yang baru sudah datang. Kalau yang baru sudah datang, pertanyaannya adalah, mengapa Paulus masih menginstruksikan bagi kita untuk tidak boleh mencuri? Mengapa Paulus masih menginstruksikan bagi kita untuk tidak boleh berdusta dan harus berkata benar? Dan mengapa Paulus instruksikan bagi kita untuk tidak boleh berbicara atau melakukan suatu dosa dan meluapkan amarah kita tanpa terkendali? Saya percaya, kalau kita punya konsep sekarang kita adalah orang yang sudah lahir baru, dicipta barukan, maka itu berarti kita tidak lagi membutuhkan perintah ini untuk kita hidupi; atau membutuhkan suatu petunjuk dari Tuhan karena kita sudah menjadi manusia baru, dan sebagai manusia baru kita tidak lagi perlu petunjuk-petunjuk itu karena kita tidak bisa jatuh lagi dalam dosa, saya percaya ini adalah sesuatu yang tidak diajarkan oleh Kitab Suci. Jadi pada waktu Kitab Suci menyatakan kita adalah orang yang sudah menjadi manusia yang baru, kita tetap membutuhkan perintah Tuhan untuk menuntun hidup kita.

Tapi selain dari pada perintah Tuhan untuk menuntun hidup kita, alasannya kenapa kita membutuhkan perintah itu? Alkitab berkata, pada waktu seseorang sudah lahir baru dalam kehidupan dia, ada dua kemungkinan yang terjadi. Pertama adalah, kelahiran baru itu bisa merupakan, mengakibatkan suatu perubahan radikal di dalam diri seseorang, yang dari berdosa mendadak bisa menghentikan satu dosa tertentu dalam kehidupan dia dan tidak lagi melakukan dosa itu tanpa effort sama sekali. Di dalam pengalaman hidup sebagai orang Kristen, kita bisa menemukan ada orang-orang Kristen yang ketika percaya kepada Kristus, dia bisa langsung seketika menghentikan suatu dosa tertentu dalam hidup dia. Mendadak berhenti, seperti itu. Mungkin ambil contoh kalau dulu suka berbicara kotor, mendadak tidak berbicara lagi. Dulu suka melakukan suatu dosa tertentu, mendadak bisa stop dan tidak lakukan itu lagi. Tetapi ini tidak bisa menjadi suatu hukum yang bersifat universal. Pada waktu kita berbicara, oh ada orang-orang Kristen tertentu yang mengalami itu, lalu kita ambil prinsip itu lalu pukul rata kepada semua orang Kristen dan berkata, “Oh kalau gitu semua orang Kristen yang lahir baru harus bisa menghentikan dosa secara total seketika itu juga”; saya bilang Alkitab juga tidak pernah mengajarkan hal ini. Alkitab mengajarkan, ada orang-orang Kristen yang sungguh-sungguh sudah dilahirbarukan dalam hidup dia, tetapi di dalam perjalanan dia, dia tetap harus berjuang dengan keras, dengan kuat, dan sekuat tenaga untuk melawan dosa yang sebelumnya dia lakukan dalam kehidupan dia sebagai manusia yang lama. Sampai kapan? Mungkin seumur hidup dia, dia akan berjuang untuk melakukan hidup yang benar dengan mematikan dosa dari kehidupan lama dia. Jadi ada dua kemungkinan ini dalam kehidupan orang Kristen di mana kita tidak boleh memukul rata semua orang pasti langsung seketika meninggalkan dosa dia. Apa lagi pada waktu kita mengerti, ketika seseorang baru percaya kepada Kristus, kita bisa katakan orang itu adalah masih bayi rohani. Dan ketika dia masih bayi rohani, tentunya dia tidak mengerti, mana yang merupakan kehendak Allah dan mana yang bukan kehendak Allah. Mana yang merupakan kehidupan yang kudus dan mana yang bukan merupakan kehidupan yang kudus.

Dan karena kehidupan manusia itu begitu banyak aspeknya, mungkin dalam hal-hal tertentu, dia diberikan satu kesadaran untuk bisa meninggalkan perbuatan dia yang lama yang berdosa, tetapi dalam aspek-aspek yang lain dia masih tidak bisa melihat kalau itu adalah sesuatu perbuatan dosa yang harus ditinggalkan. Misalnya ambil contoh, kalau Bapak Ibu orang yang suka minum alkohol sebelum percaya kepada Kristus, ketika Saudara percaya kepada Kristus mungkin Bapak Ibu juga menemukan orang-orang yang masih tetap minum alkohol dengan begitu banyak sekali. Dan di dalam hatinya mungkin dia tidak ada keinginan sama sekali untuk berhenti dari pada minum itu. Atau misalnya, yang lain lagi, kalau Bapak, Ibu, Saudara, dulu suka berjudi, ketika menjadi orang percaya, apakah seketika bisa berhenti judi? Apalagi kalau kita dibesarkan dalam lingkungan di mana orang-orang di sekitar kita itu orang yang suka berjudi. Kita pasti akan melihat bahwa judi itu sesuatu yang baik kok; sesuatu yang menyenangkan. Minum itu sesuatu yang tidak menjadi persoalan. Kalau Bapak Ibu hidup di dalam suatu kehidupan perzinahan di luar dari pada kehidupan Kristen, setelah masuk ke dalam iman Kristen belum tentu hal itu bisa dihentikan begitu saja. Dan bahkan mungkin menganggap baik-baik saja kalau saya masih hidup dalam kehidupan berdosa seperti itu. Tapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya mau kasih tahu, berdasarkan perintah Tuhan adalah, pada waktu kita menjadi orang Kristen, walaupun ada bagian-bagian kita yang masih berdosa yang akan lanjut ke dalam kehidupan kita sebagai manusia yang baru, tetapi kita tidak pernah mungkin akan tenang terhadap tindakan berdosa itu. Karena apa? Karena ada hukum Tuhan yang akan menuntun kita dan menyatakan kalau itu adalah berdosa dan itu adalah sesuatu yang harus kita tinggalkan dan tidak boleh kita terjun lagi masuk ke dalam kehidupan yang lama itu. Atau istilah lainnya adalah, pada waktu kita menjadi orang Kristen, maka akan ada satu pertumbuhan. Pada waktu kita hidup bergaul dengan Tuhan, maka dari hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan, tahun demi tahun, kita akan bertumbuh di dalam kepekaan terhadap dosa. Dulu kita mungkin tidak terlalu sensitif terhadap suatu dosa tertentu. Kita tidak sadar bahwa itu adalah perbuatan yang harus kita tinggalkan. Tapi dengan kita makin mengenal Kristus, makin hidup dalam satu kekudusan, makin mengenal Allah yang kudus itu, maka kita akan makin menyadari itu adalah perbuatan dosa yang harus saya matikan dengan segera dan tidak boleh saya pelihara terus menerus dalam hidup saya karena ada roh yang kudus yang tinggal di dalam hati saya, tidak mengizinkan itu terjadi, dan ada firman Tuhan yang kudus yang terus mengingatkan kalau itu adalah sebuah perbuatan yang berdosa. Jadi pada waktu kita berbicara mengenai kehidupan yang Kristen, maka kehidupan Kristen Alkitab bilang tidak pernah bisa terlepas dari pada kehidupan yang dikerjakan atau diciptakan oleh Allah dalam  diri kita. Ini menjadi dasar yang penting.

Pada waktu kita masuk ke dalam bagian ini, saya terus menerus harus ingatkan, Paulus tidak hanya berhenti, atau Paulus tidak hanya masuk ke dalam pengajaran yang langsung ditujukan pada praktika kehidupan, tetapi Paulus mengajak orang-orang jemaat Efesus terlebih dahulu melihat apa yang sudah dikerjakan oleh Allah dalam kehidupan mereka, baru masuk ke dalam praktika kehidupan. Atau istilah lainnya, sebelum kita melakukan sesuatu yang benar, sebelum kita melakukan suatu ketaatan kepada hukum Tuhan, Paulus mengajak kita melihat apa yang sudah Allah lakukan dalam kehidupan kita yang berdosa, baru Paulus ajak kita lihat dalam kehidupan yang benar itu seperti apa. Kenapa begitu ya? Karena ini bisa berkaitan dengan suatu kehidupan atau perubahan kehidupan yang kelihatannya sepertinya taat kepada Tuhan, tetapi sebenarnya tidak pernah muncul dari hati yang sungguh-sungguh taat kepada Tuhan, atau hati orang Kristen. Misalnya ambil contoh seperti ini ya, di dalam ayat 28 Paulus bilang, jangan mencuri, misalnya, atau saya bicara kepada Bapak Ibu, saya ngomong, Bapak, Ibu, Saudara, jangan mencuri lagi. Lalu Bapak, Ibu, Saudara mungkin tanya kepada saya, kenapa saya tidak boleh mencuri? Saya lalu jawab, berdasarkan hukum Tuhan di dalam 10 perintah Allah, ada kalimat jangan mencuri di Keluaran 20. Karena itu perintah Tuhan berkata, kita tidak boleh mencuri. Waktu saya bicara seperti ini, Bapak, Ibu, Saudara bisa taat nggak? Mungkin ada yang taat. Ada yang tidak lagi melakukan pencurian; berhenti total dari pada mencuri. Tetapi, pertanyaan saya adalah seperti ini. Pada waktu Bapak, Ibu, Saudara berhenti dari tindakan mencuri, pertanyaannya adalah, apakah itu dikarenakan ketaatan kepada hukum Tuhan? Haruskah karena kita ingin taat kepada hukum Tuhan maka kita tidak melakukan pencurian lagi? Jawabannya belum tentu. Ada orang yang tidak mencuri karena bukan taat kepada Tuhan, tetapi takut dihukum; karena dia tahu ketika dia melanggar perintah Tuhan, konsekuensinya adalah dia mungkin harus masuk ke dalam penjara atau dihukum di dalam kekekalan di neraka. Dan sehingga ketaatan dia bukan karena ketaatan didasarkan pada suatu pengertian bahwa hukum Tuhan itu adalah sesuatu yang indah, hukum Tuhan itu adalah sesuatu yang bijaksana, hukum Tuhan itu adalah sesuatu yang menarik untuk dilakukan dan benar seperti itu, dan hukum Tuhan itu adalah sesuatu yang harus kita lakukan karena Tuhan sudah mati bagi dosa kita, dan menebus sehingga ketaatan itu adalah buah daripada iman kita kepada Kristus. Tetapi, karena kita mungkin takut untuk dihukum oleh Tuhan atau supaya kita dihormati oleh masyarakat. Jadi, ketaatan kepada suatu perintah tertentu nggak harus bersumber dari satu hati yang sungguh-sungguh mau taat dan tunduk kepada Tuhan, tetapi mungkin karena berkaitan dengan kepentingan diri sendiri.

 

Jadi, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ketika kita mentaati hukum Tuhan, banyak orang Kristen mungkin beda-beda motivasi ya; ada yang ingin dihargai oleh orang, ada yang ingin terhindar daripada hukuman kekal, ada yang ingin dianggap sebagai orang Kristen yang baik, ada yang ingin supaya bisa diterima oleh lembaga Kristen supaya masyarakat atau ada orang-orang yang ada di dalam lingkungan gereja yang bisa menerima keberadaan dia, yang mungkin memperlancar daripada usaha dia dan yang lain-lain, termasuk cari pasangan. Tetapi, itu semua, Alkitab bilang, adalah sesuatu yang mungkin bisa diterima manusia sebagai sesuatu yang baik dan menghindarkan diri kita daripada penjara. Tetapi, itu tidak menjamin kita terhindar daripada hukuman Tuhan.

 

Makanya pada waktu Paulus berbicara mengenai ketaatan hidup yang bersifat praktika, Paulus tidak memulai itu dengan hanya memberikan perintah: “Kamu tidak boleh berbohong lagi, kamu harus tidak boleh mencuri lagi.” Tapi Paulus mengajak kita melihat, “Tahu tidak, bahwa kamu sekarang adalah manusia yang baru, orang yang sudah dilahirbarukan oleh Roh Kudus, diciptabarukan. Karena itu, kamu tidak mungkin lagi hidup dalam kehidupan yang berdosa, yang berdusta, yang penuh dengan sikap ingin mencuri apa yang menjadi milik orang lain, karena kamu adalah manusia yang baru sekarang, yang merupakan milik dari Tuhan Allah.

 

Jadi, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ini yang menjadi dasar kita kemudian masuk ke dalam perintah mengenai ayat 28, “Jangan mencuri” ini. Saya harap ketika kita berbicara mengenai perbuatan Kristen, etika Kristen, norma Kristen, Bapak Ibu jangan terpancing untuk mengira bahwa orang-orang bisa berdiri benar di hadapan Allah dengan hanya mengajarkan etika dan peraturan hukum Kristen, tanpa memperkenalkan Kristus dalam kehidupan mereka. Itu tidak mungkin terjadi. Kita hanya akan menjadikan orang-orang yang baik di hadapan manusia, orang-orang yang terikat dari hukuman penjara, orang-orang yang mungkin terlihat begitu memperhatikan orang lain dan memperhatikan masyarakat, tetapi, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, semua itu akan menjadi sesuatu yang sia-sia di hadapan Tuhan kalau orang itu tidak pernah mengenal kebenaran Kristus dan tidak pernah mengalami kelahiran baru dalam kehidupan dia.

Ini adalah kebenaran yang Kitab Suci nyatakan sendiri bagi diri kita.

 

Sekarang kita masuk ke dalam perintah. Paulus berkata, “Orang yang mencuri, jangan lagi ia mencuri.” Apa yang dimaksud dengan mencuri itu? Dan kenapa kita tidak boleh mencuri? Kalau kita berbicara mengenai: tidak boleh mencuri, saya pikir tadi saya sudah bicarakan, karena kita sekarang bukan lagi manusia yang lama, tetapi kita sekarang menjadi manusia yang baru. Sehingga tentunya sebagai manusia yang baru, kita tidak bisa melihat kehidupan lama sebagai suatu kehidupan yang diperkenan oleh Tuhan Allah, yang boleh menjadi bagian milik kita. Di dalam surat daripada Paulus itu ada satu kalimat, sorry, di dalam perkataan dari Tuhan Yesus, dalam Injil Matius 15:19, ada satu kalimat seperti ini, “Orang yang melakukan kejahatan, itu adalah sesuatu yang timbul dari dalam hati manusia, yaitu segala bentuk perzinahan, keserakahan, percabulan, pembunuhan, dan bahkan salah sesuatunya adalah pencurian.” Itu sebabnya ketika kita hidup sebagai manusia baru, Paulus berkata, kita tidak boleh lagi seperti manusia yang lama. Nah, ini yang membuat kita harus meninggalkan mencuri itu.

 

Tetapi pertanyaan adalah, pertanyaan berikutnya adalah apa itu mencuri? Kalau secara definisi umum, kita bisa katakan mencuri itu adalah suatu tindakan yang mengambil dengan tangan apa yang menjadi milik orang lain. Itu namanya mencuri. Jadi, secara definisi, sepertinya, itu adalah sebuah tindakan tangan untuk mengambil segala sesuatu yang bukan milik kita untuk digunakan menjadi kepentingan diri kita. Itu namanya mencuri. Tetapi secara definisi yang lebih umum adalah, mencuri itu tidak hanya bisa atau mencuri itu bukan sesuatu yang harus berkaitan dengan materi, atau definisi yang lebih spefisik ya: mencuri itu bukan sesuatu yang harus berkaitan dengan materi, tetapi bisa berupa apapun juga, yang bukan non materi (maksudnya: yang non materi/bukan materi).

Ini Alkitab katakan. Maksudnya adalah, kalau kita lihat misalnya HP orang, lalu kita inginkan itu, kita ambil, itu namanya mencuri benda. Tetapi bagaimana kalau kita tidak menggunakan waktu kita dengan baik? Bagaimana kalau kita melihat ide orang itu cemerlang sekali dan pikiran orang itu baik sekali, lalu kemudian kita adopsi pikiran itu tetapi ketika kita adopsi pikiran itu, kita tidak pernah berkata sumbernya dari siapa; tapi kita mengatakan: Itu adalah ide saya, pemikiran saya, yang baik itu. Saya pikir di dalam dunia kesarjanaan, kita mengerti istilah plagiat, orang yang meniru makalah orang lain lalu mengganti namanya menjadi milik kita, dan kita ajukan itu seperti hasil karya daripada diri kita, dan ini sangat ditolak oleh dunia pendidikan.

 

Saudara, itu semua berbicara mengenai pencurian. Jadi waktu kita tidak menggunakan waktu kita dengan sebaik mungkin, Saudara sudah mencuri waktu. Pada waktu Saudara melihat pemikiran orang dan Saudara ambil dan adopsi jadi milik Saudara, Saudara sudah mencuri pemikiran orang. Apa lagi? Bukan hanya ini lho Saudara, tapi mencuri juga bisa berbicara mengenai apabila Saudara tidak memberikan apa yang menjadi hak orang kepada orang tersebut, Saudara juga sudah mencuri hak dia.

Kadang-kadang di dalam dunia usaha, saya seringkali mendengar, orang yang bekerja kepada seseorang, masukkin supplier barang itu, sudah bekerja menyediakan tenaga untuk mengerjakan apa yang menjadi keinginan dari kontraktor. Setelah semua selesai, orang tetap tidak mau bayar biaya daripada upah tersebut. Saudara, ini bukan sesuatu yang baik, ini bagian daripada pencurian. Saya percaya kita sebagai orang Kristen, tidak boleh lakukan ini lagi, menahan upah seseorang yang seharusnya menjadi milik orang itu, itu adalah pencurian. Tidak memberikan sesuatu yang bisa kita berikan untuk menolong orang lain, saya juga percaya itu adalah suatu pencurian. Jadi definisi mencuri yang Alkitab katakan, itu adalah sesuatu yang sangat luas sekali ya. Yang bisa berkaitan dengan segala sesuatu yang bukan milik kita tetapi kita ambil itu untuk menjadi milik kita dan kita bisa nikmatin itu seolah-olah itu adalah milik kita, itu adalah suatu pencurian. Dan semangat di balik ini adalah apa? Semangat untuk tidak mau susah tetapi ingin menikmati sesuatu yang banyak, yang berkelimpahan. Semangat yang tidak mau bekerja dengan membanting tulang dan keringat tetapi ingin mendapatkan hasil yang berlipat-lipat kali daripada usaha yang kita keluarkan. Ini bahaya sekali. Dan ini akan membuka pada suatu celah dosa yang lain dalam kehidupan kita.

 

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya ambil contoh seperti ini ya. Kalau kita hidup pengen santai, nyaman, tidak mau melakukan sesuatu yang menyulitkan kita, tapi pengen dapat uang yang banyak. Kita akan mikir bagaimana? Yang baik mungkin, ya investasi. Agak baik seperti itu. Tapi, kemungkinan besar adalah kita akan diseret untuk melakukan perbuatan seperti korupsi. Kalau  tidak korupsi apa? Mungkin judi. Karena kita ingin mendapatkan hasil yang banyak tanpa perlu cape. Nah ini yang saya sebut sebagai bahaya ya. Karena di balik semangat itu adalah kita ingin mendapatkan keuntungan bagi diri kita, kesenangan bagi diri kita tanpa kita mau berlelah-lelah. Padahal Tuhan tidak memerintahkan kita untuk seperti ini.

 

Tapi satu bahaya lagi yang besar adalah, dari sikap mencuri, kita akan mengakibatkan terjadinya suatu perpecahan di dalam tubuh Kristus. Saudara, ketidakmungkinan adanya persatuan di dalam tubuh Kristus, yang pertama, Alkitab katakan, karena orang suka berdusta satu dengan yang lain. Sehingga relasi persekutuan itu menjadi retak. Tetapi dusta bukan satu-satunya dasar seseorang itu mengakibatkan relasi itu menjadi retak dalam gereja. Tetapi orang yang mencuri, mengambil milik saudaranya yang lain. Begitu dia lihat, dia ingin, dia ambil begitu saja untuk kepentingan diri dia. Saya yakin, tidak mungkin ada kepercayaan di dalam gereja antara orang Kristen yang satu dengan orang Kristen yang lain. Yang ada adalah kecurigaan. Nah akibat dari kecurigaan, kita tidak mungkin bisa membangun satu persekutuan yang ada di dalam kasih antara seorang dengan yang lain. Ini akibat yang berbahaya sekali.

 

Karena itu Paulus berkata kita tidak boleh hidup dalam sikap yang suka mencuri milik orang lain ketika kita sudah menjadi orang Kristen. Tetapi, cara mengatasi sikap mencuri bagaimana? Saya tahu mencuri itu jahat, jelek, saya tahu mencuri itu adalah sesuatu berdosa. Tapi bagaimana saya bisa mengatasi mencuri itu? Nah Paulus ada memberikan beberapa prinsip, atau Alkitab ada memberikan beberapa prinsip untuk bisa mengatasi hal ini ya. Pertama adalah, kalau kita tidak boleh mencuri, maka yang perlu kita lakukan bukan hanya stop di dalam mencuri. Tetapi kita harus mengganti sikap yang suka mengambil milik orang lain itu dengan sikap yang lain. Dan sikap yang lain itu apa? Bekerja dengan keras.

 

Saudara, ketika seseorang mencuri, orang itu bukan tidak bekerja, sebenarnya. Dia bekerja, bekerja dalam hal apa? Menggunakan apa? Saya pikir bukan hanya menggunakan tangan, tetapi dia akan menggunakan semua imajinasi, kekreatifan diri dia untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Dan tentunya wujudnya itu adalah dari tangan kita yang kemudian mengambil. Tetapi caranya seperti apa, langkahnya bagaimana supaya tidak ketangkap, supaya tidak ketahuan tapi barang itu bisa menjadi milik kita. Itu semua kreatifitas dan imajinasi dalam pikiran seseroang, berarti dia mencurahkan segenap daripada pemikiran dan kekuatan dia untuk bisa mencuri dan mengambil sesuatu yang bukan milik dia. Cara mengatasinya bagaimana? Ya alihkan itu kepada yang lain, yang lebih positif. Jadi kalau kita sebelumnya tidak mau susah-susah untuk mendapatkan sesuatu, untuk megatasinya adalah mulai hari ini jangan merasa bahwa bekerja berat itu adalah sesuatu yang jelek, sesuatu yang buruk, sesuatu yang hina, tetapi bekerja keras membanting tulang untuk mendapatkan upah itu adalah sesuatu yang benar, dan baik, dan sesuatu yang mulia. Saya pikir di dalam dunia kita saat ini agak terbalik ya. Orang yang pekerjaannya baik itu adalah orang yang tidak perlu banting tulang keluar keringat tapi duduk di meja, mikir, semua uang bisa masuk rekening dia. Mungkin ada bagian itu sih, tapi akibat dari pemikiran itu kita seringkali berpikir kalau “saya kemudian hari ini jadi orang seperti itu, saya menganggap level bekerja yang paling rendah itu adalah kalau saya keluar keringat untuk mendapatkan sesuap nasi.” Tetapi Alkitab tidak bilang seperti itu lho Bapak-Ibu yang dikasihi Tuhan. Alkitab bilang, kalau engkau bekerja membanting tulang, bekerja keras, demi untuk sesuap nasi yang kau dapatkan, justru itu adalah sesuatu yang mulia. Dan saya percaya ini adalah salah satu solusi di dalam kita mengatasi sikap ingin memiliki sesuatu tanpa ada usaha, ingin nyaman, dan kemalasan. Lawan dari malas adalah kerja keras, dan itu adalah sesuatu yang baik. Itu yang pertama.

Yang kedua adalah, kenapa seseorang mencuri? Mungkin pertama adalah karena dia malas, kedua karena dia tidak percaya bahwa Allah sanggup memelihara kehidupan dia. Kita coba buka Ibrani 13:5-6, di sini penulis Ibrani bilang apa? Kita sebagai orang percaya, kita harus belajar untuk mencukupkan diri kita dengan penghasilan yang kita miliki, dan jangan sekali-kali menjadi hamba uang dan kemudian kita menjadikan uang itu berhala, dan segala sesuatu dalam kehidupan kita dan kebahagiaan itu kita anggap bersumber dari uang, dan karena itu kita harus mendapatkan uang sebanyak mungkin, dan itu adalah kebahagiaan. Tapi kita harus belajar mencukupkan diri terhadap berkat Tuhan, karena apa? Karena “Tuhan sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau. Tuhan adalah Penolongku, aku tidak akan takut, apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?” Saudara, kenapa seseorang mencuri? Karena dasarnya mungkin sederhana saja, karena dia tidak percaya Allah itu adalah Pemilik segala sesuatu. Karena kita tidak percaya Allah itu memiliki kontrol terhadap segala sesuatu. Karena kita tidak yakin kalau Allah itu bisa sanggup untuk memelihara dunia ini, memang mungkin sanggup memelihara dunia tetapi Allah tidak sanggup untuk memelihara kehidupan kita. Alkitab berkata satu hal, dunia ini adalah milik Allah, siapa yang bisa memberikan sesuatu kepada Tuhan Allah? Nggak ada seseorangpun bisa memberikan apapun kepada Tuhan Allah, korban persembahan, korban bakaran tidak dibutuhkan, itu adalah sesuatu yang berguna bagi manusia, karena apa? Allah memiliki segala sesuatu. Di dalam Mazmur ada satu kalimat, “Kalau Aku ingin memberi makan kepada hewan piaraanKu, apakah Aku berbicara kepada kamu memberitahu Aku akan memberi makan, seolah-olah Aku butuhkan sesuatu dari engkau untuk dimakan hewan piaraan yang Aku ciptakan?” Tuhan berkata, “Tidak, semua itu Aku bisa pelihara dengan baik.”

Nah saya selalu perhatikan kalimat Tuhan Yesus yang berkata, “Burung Pipit nggak pernah jatuh ke bumi.” Saya selalu perhatikan dari kecil sampai hari ini, benar-benar nggak pernah lihat burung Pipit itu mati kelaparan, kecuali ada orang yang mungkin tembak mati, nggak tahu, ada burung Pipit yang mati tua juga belum pernah lihat ya. Tapi kalau kita masuk ke dalam sangkar, hampir setiap kali, piara sebentar lalu mati. Tapi kalau kita bebaskan, dia dipelihara dengan baik, hidup dengan begitu panjang usianya, dan Tuhan yang pelihara itu semua lho. Saudara, kalau Tuhan sanggup untuk memelihara itu semua, mungkinkah Dia tidak sanggup memelihara kehidupan kita? Alkitab bilang tidak mungkin, Dia pasti sanggup memelihara kehidupan kita. Sehingga pada waktu kita mengalami suatu kehidupan, kesulitan dalam diri kita, yang kita perlu lakukan bukan hanya datang berdoa kepada Tuhan untuk menghindarkan kita dari kesulitan itu, atau pekerjaan yang mungkin belum baik, tetapi Tuhan mungkin ingin kita belajar untuk percaya, belajar mengenal Tuhan, belajar beriman pada karakter Tuhan dalam kehidupan kita, yang adalah setia, yang sanggup memelihara kita, dan belajar meyakinkan diri kita kalau memang Dia sanggup memelihara hidup kita. Tetapi dibalik itu kita tidak boleh malas. Antara beriman pada apa yang Tuhan katakan dan janjikan dengan bekerja keras itu adalah dua hal yang harus berjalan bersama-sama. Tapi dua hal ini ketika berjalan bersama, diberkati Tuhan bukan karena kita yang bekerja keras dan mampu, tetapi karena Tuhan menjanjikan dibalik usaha ini Tuhan akan memberkati. Saudara, ini adalah prinsip, benar-benar menjadi prinsip dasar bagi kehidupan kita sebagai orang Kristen di dalam dunia usaha saya percaya, walaupun ada satu bagian lagi yang berkata, “Engkau ingin diberkati? Cari dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya maka semua itu akan ditambahkan kepada engkau.” Kalau kita jalankan prinsip ini dengan baik, mungkin tidak Tuhan tidak pelihara kita? Kalau kita jalankan prinsip ini dengan baik, mungkin tidak Tuhan tidak akan memberkati kita dengan berkecukupan atau bahkan berkelimpahan? Karena pada waktu kita menjalani hidup kita, kita betul-betul menjalani sesuai dengan apa yang Tuhan inginkan, Tuhan perintahkan, berdasarkan prinsip Tuhan, dan bukan dengan rasa malas tetapi dengan kegigihan dan kegiatan kita sungguh-sungguh bekerja karena Tuhan perintahkan kita untuk lakukan itu, mungkin tidak Tuhan akan tinggalkan kita? Saya percaya Tuhan tidak akan tinggalkan kita. Tuhan akan berkati kita dan Tuhan akan pelihara kehidupan kita, dan Tuhan akan cukupkan apa yang menjadi kebutuhan kita sehari-hari.

Saudara, ada satu bagian ayat yang berbicara, saya sudah bahas ini di dalam Persekutuan Doa beberapa kali dalam khotbah di bukit, pada waktu kita memanggil Allah kita, pertama Alkitab berkata hanya orang-orang yang sudah dilahirbarukan menjadi anak Allah yang bisa memangggil kepada Allah dan Allah mendengar apa yang menjadi permintaan mereka. Kedua, pada waktu kita memanggil kepada Allah, Pribadi yang kita panggil itu bukan Allah saja, tetapi Dia adalah Bapa kita. Dia adalah seperti orangtua dengan anakNya, ada relasi yang begitu intim antara Papa dengan anak, Papa yang baik, Papa yang memiliki segala sesuatu, Papa yang sanggup menggenapi apa yang menjadi kehendak Dia, Bapa yang sanggup memenuhi apa yang menjadi permintaan anak-anakNya, itu adalah Allah kita. Dan kalau kita sebagai anak, kita datang kepada Bapa yang seperti ini, mungkin tidak Bapa mengecewakan kita? Alkitab berkata Bapa tidak mungkin memberikan batu kepada anak yang meminta roti, atau memberikan ular kepada anak yang meminta ikan. Dia pasti akan memberikan ikan dan roti kepada anak yang meminta itu karena kita membutuhkan itu. Tapi ingat sekali lagi, dahulukan dulu Allah dan kebenaranNya, dan KerajaanNya, dari situ Tuhan akan pelihara seluruh kehidupan kita. Jadi kalau kita menempatkan diri kita di dalam porsi yang benar, tempat yang benar seperti yang Tuhan kehendaki, saya yakin berkat Tuhan akan mengalir dalam kehidupan kita, bukan Tuhan menghambat itu dan mencegah itu, karena Tuhan ingin kita menjadi kesaksian yang terbaik di tengah-tengah dunia ini kalau kita hidup di dalam ketaatan dan kesaksian yang baik, pasti Tuhan akan pelihara. Itu kuncinya.

Yang terakhir adalah ketika kita bekerja, pertanyaannya adalah bekerja untuk siapa? Dan saya percaya di bagian terakhir dari Efesus 4:28 ini adalah suatu pengajaran yang sangat radikal sekali, tapi sangat benar sekali. Saya percaya kalau kita baca ini terkadang di dalam hati kita seakan-akan ada suatu gejolak dan pemberontakan dan ketidakrelaan. Tetapi Saudara, inilah tujuan Tuhan memanggil kita, yaitu untuk bekerja buat, diri kita? Bukan, bekerja buat? Keluarga? Keluarga itu kayak diri kita lho. Bekerja buat apa? Menjadi berkat buat orang lain. Saudara, di bagian ini mungkin kita bisa bagi menjadi dua atau tiga kelompok perintah ya. Ada yang ngomong menjadi berkat buat orang lain itu adalah suatu perintah tersendiri, tapi ada yang bicara menjadi berkat bagi orang lain itu adalah suatu keterangan untuk mempertegas kenapa kita harus bekerja dengan keras. Tapi anggaplah ini adalah 3 perintah ya. Pertama adalah, pada waktu kita ingin memiliki sesuatu, caranya bagaimana? Paulus bilang caranya adalah ada orang ingin memiliki sesuatu dengan cara yang ilegal yaitu dengan mencuri. Salah tidak? Salah, pasti salah. Yang kedua adalah ada orang yang ingin memiliki sesuatu lalu dia bukan dengan cara ilegal tapi dengan cara legal, melalui bekerja dengan keras. Pertanyaannya adalah pada waktu kita ingin memiliki sesuatu dengan bekerja keras dan mendapatkan itu, saya tanya benar nggak, berdosa tidak? Saya nggak ngomong mulai hari ini kerja seluruhnya, 100% penghasilan kita dipersembahkan untuk Tuhan atau untuk orang lain, nggak seperti itu ya. Tapi saya mau ngomong, kalau kita bekerja, ingin memiliki sesuatu dengan legal memang, bukan sesuatu yang jahat, bukan sesuatu yang melanggar hukum, kita betul-betul curahkan keringat untuk mendapatkan sesuatu dengan benar, tetapi kalau kita fokus itu untuk kepentingan diri kita sendiri saja, Alkitab tetap lihat itu sebagai suatu perbuatan dosa.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ini bedanya iman Kristen daripada semua ajaran agama yang lain. Di dalam pengajaran agama kita seringkali melihat dosa itu adalah sebagai suatu tindakan yang melanggar hukum, itu adalah dosa. Jadi kalau ada hukum tertentu yang Tuhan berikan lalu kita tidak taat pada hukum itu, kita sengaja melawan hukum itu, itu adalah dosa. Saya setuju itu, karena Alkitab juga mendefinisikan itu. Tapi Alkitab juga ada berbicara ketika ada suatu perintah tertentu kita tidak mau lakukan itu walaupun kita tidak melanggar itu tapi kita tidak melakukan itu karena itu adalah sesuatu yang baik tapi kita tidak ingin lakukan itu, tetap dosa. Misalnya ambil contoh kayak gini, Alkitab berkata “jangan membunuh,” Bapak, Ibu, Saudara tidak membunuh, dosa tidak? Jangan masukin yang marah ya, yang membunuh saja. Bapak-Ibu tidak membunuh, dosa nggak? Tidak ya? Alkitab bilang belum tentu, kalau Bapak-Ibu tidak memelihara nyawa orang lain, tidak menentang aborsi dan lain-lain yang mencabut nyawa orang, kita tetap berdosa lho kalau kita izinkan itu terjadi di depan mata kita. Tapi Alkitab nggak hanya berhenti di sini juga. Alkitab berkata, ketika kita melakukan segala sesuatunya tetapi segala sesuatu yang kita lakukan itu arahnya tidak pernah ditujukan untuk kemuliaan Tuhan tapi untuk kemuliaan diri kita, itu juga adalah dosa. Nah ini nggak dimiliki oleh agama, tapi diajarkan oleh iman Kristen. Agama bahkan mengajarkan ketika kita mengerjakan sesuatu motivasinya selalu untuk kepentingan diri, termasuk keselamatan di situ. Tapi iman Kristen bukan seperti itu, iman Kristen berkata kalau engkau mengerjakan keselamatan tapi engkau taat untuk selamat itu adalah untuk kepentingan dirimu bukan untuk kemuliaan nama Tuhan, maka engkau belum menjadi bagian dari Kerajaan Tuhan, engkau masih hidup di dalam dosa. Makanya Bapak, Ibu,

Saudara yang dikasihi Tuhan, jangan mengira kalau saya punya keluarga baik-baik karena saya bisa bekerja memenuhi kebutuhan keluarga, saya punya pekerjaan yang terhormat, saya tidak korupsi dan tidak merugikan orang lain, tapi itu adalah sesuatu untuk kepentingan diri saya sendiri; saya memelihara anak saya dan isteri saya dengan baik, tapi saya tidak memiliki waktu dengan orang lain dan gereja, maka saya tetap orang Kristen yang baik; Alkitab bilang tidak. Ketika kita lakukan sesuatu yang baik menurut pemandangan masyarakat dan bisa diterima masyarakat atau gereja, tetapi kita tidak pernah bisa memberkati orang lain sedangkan kita sendiri berkecukupan dan berkelimpahan, Tuhan bilang kita tetap hidup di dalam dosa. Apalagi kalau itu adalah suatu tindakan yang tidak dilakukan demi untuk kemuliaan Tuhan. Jadi pada waktu kita bilang,“saya mencintai Tuhan, mengasihi Tuhan,” apa bukti dari “saya mengasihi Tuhan”? Alkitab berkata, mengasihi sesama. Itu dari 2 hukum perintah kasih. Paulus di bagian ini berkata kalau saya sungguh mengasihi Tuhan dengan cara bekerja keras dan tidak mencuri lagi, bukti sebagai saya taat kepada apa yang menjadi hukum Tuhan; Paulus bilang nggak cukup sampai di situ, kamu harus memberkati orang yang berkekurangan. Ini adalah suatu terobosan, sesuatu yang saya lihat memiliki etika moral yang jauh lebih tinggi daripada semua yang lain. Pertama adalah dapat sesuatu dengan cara ilegal pasti salah; kedua adalah mendapat sesuatu dengan cara legal tapi untuk kepentingan diri, lebih baik dari yang ilegal tapi tetap salah; yang ketiga adalah kalau kita ingin sungguh-sungguh taat kepada Tuhan: dapat sesuatu dengan cara yang legal tetapi setelah kita dapat kita memberkati orang lain dengan apa yang kita dapat, tujuannya untuk menyatakan kalau kita adalah orang yang benar-benar memiliki kehidupan yang diberkati oleh Tuhan.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, orang yang tidak pernah merasa dirinya diberkati, dia akan sulit sekali memberkati orang lain. Dan kalau dia tidak pernah merasa dirinya mendapatkan suatu anugerah pemeliharaan Tuhan dalam hidup dia, dia juga tidak akan membagi atau pelit untuk membagi anugerah pemeliharaan itu bagi orang lain. Tapi kalau kita sungguh-sungguh menyadari yang saya dapat, yang saya miliki itu adalah pemberian Tuhan bukan karena saya punya susah payah yang membuat saya berhasil dan perjuangan saya membuat saya mendapatkan apa yang saya nikmati sekarang ini tetapi karena Tuhan membuka jalan itu, Tuhan memberi hikmat itu, dan Tuhan memberi suatu berkat bagi kehidupan kita dengan penghasilan yang makin bertumbuh dalam kehidupan kita, saya yakin kita juga tidak akan segan-segan untuk membagikan berkat itu kepada orang lain; karena kita tahu kita terlahir dalam dunia sebagai orang yang tidak punya apa-apa, dan dipanggil oleh Tuhan dengan keadaan yang tidak [memiliki] apa-apa juga, dan segala yang kita miliki sekarang ini adalah sesuatu yang diberikan oleh Tuhan bagi kehidupan kita. Sehingga pada waktu orang melihat pada kehidupan kita yang bisa memberkati orang lain, kehidupan kita yang bisa memberikan anugerah kepada orang lain, maka mereka bisa melihat kita memiliki Allah yang penuh dengan berkat dalam kehidupan kita dan penuh dengan anugerah yang berkelimpahan dalam kehidupan kita. Itu tujuannya, yaitu kita bisa menjadi suatu saksi bagi orang lain. Makanya di dalam Surat 2 Petrus ada kalimat: ketika kita berjalan di dalam iman, kita harus menambahkan kepada iman kita ada beberapa hal, misalnya ketekunan [2 Ptr. 1:5-7]. Jadi kita nggak hanya bisa fokus kepada diri kita sendiri tapi justru iman kita itu harus dinyatakan dalam kasih kepada sesama saudara seiman dan baru setelah itu kita menyatakan kasih kepada semua manusia yang ada dalam dunia ini.

Saya pikir ini adalah hal yang sangat konsisten sekali dengan apa yang menjadi prinsip dari Paulus di bagian ini ya. Dan bahkan ini adalah sesuatu yang konsisten dengan prinsip dari Tuhan kita sendiri, yaitu Yesus Kristus. Saudara, Tuhan kita itu adalah Tuhan yang demi untuk memberkati diri kita adalah Pribadi yang rela untuk mengosongkan diri dan memiskinkan diri demi diri kita. Di dalam 2 Korintus 8:9 itu ada satu ayat yang terkenal sekali, yang seringkali dikutip orang secara salah, yaitu dikatakan, “Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya.” Sehingga seolah-olah ketika Tuhan miskin dan mati menderita tanpa apa-apa di kayu salib maka Dia akan memberkati kita dengan segala berkat duniawi yang kita bisa nikmati dalam dunia ini; saya nggak terlalu setuju dengan konsep itu karena bagian itu tidak berbicara mengenai berkat duniawi. Tapi dibalik kata ini ada satu prinsip, yaitu Allah sendiri demi untuk memberkati kita, Dia rela mengosongkan diri-Nya dan mengorbankan kepentingan diri-Nya demi untuk memberkati diri kita semua. Nah kalau kita mau mengatakan kita adalah orang yang sudah diciptabarukan untuk menjadi serupa dengan Kristus, pertanyaannya adalah sifat ini ada tidak dalam diri kita, karakter ini ada tidak dalam kehidupan kita, ada nggak kerelaan kita untuk demi kebaikan orang lain kita menahan diri sedikit, atau menguasai diri kita sedikit, mengorbankan diri kita sedikit demi untuk bisa menolong orang lain? Kalau kita lakukan ini saya percaya sekali kehidupan orang Kristen akan menyatakan suatu persekutuan yang begitu indah sekali, begitu erat sekali, dan begitu saling memberkati satu dengan yang lain; dan ini adalah suatu daya tarik yang begitu besar sekali bagi dunia untuk datang kepada Kristus. Tapi masalahnya seringkali adalah kita masih hidup di dalam ke-egois-an diri dan kepentingan diri yang begitu besar yang membuat orang tidak melihat ada daya tarik yang indah, yang benar, di dalam iman kepada Yesus Kristus.

Saya harap kita mulai belajar untuk melihat apa yang Tuhan nyatakan ini bagi diri kita ya. Saya percaya orang yang betul-betul mendapatkan berkat dari Tuhan dan anugerah dari Tuhan dia akan mengalami suatu ketagihan untuk bisa memiliki pengalaman itu berulang-ulang kali dalam kehidupan dia. Saya pakai istilah ketagihan seperti orang yang kecanduan obat narkotik. Ketika orang mencicipi narkotika satu kali, dia nggak pernah bisa berhenti karena yang rasa pertama itu adalah rasa yang begitu nikmat dan begitu enak sekali, tetapi yang kedua dan ketiga, dia berusaha untuk capai seperti yang pertama tidak mungkin bisa tercapai kembali. Iman Kristen beda, pada waktu kita hidup di dalam berkat Tuhan yang Tuhan berikan bagi kita, dan anugerah yang Tuhan nyatakan bagi kita, kita ingin miliki itu, lalu bagaimana kita ingin menyatakan setelah memiliki itu? Kita ingin menyatakan itu kepada orang, ketika kita nyatakan itu, kita makin diteguhkan kalau kita sudah menerima berkat dan anugerah itu; dan karena itu kita nggak bisa berhenti untuk itu dan kita selalu ingin memberkati orang lain karena kita dilimpahi dengan anugerah dan berkat dalam kehidupan kita dan kita terus ingin dipenuhi oleh anugerah dan berkat itu makanya kita akan terus memberkati orang lain. Itu ketagihan yang harus ada di dalam kehidupan kita sebagai orang Kristen, orang yang sudah dilahirbarukan oleh Roh Kudus, dan orang yang sudah diciptakan untuk menjadi serupa dengan Kristus Tuhan kita. Karena itu Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya harap mulai hari ini bagi yang biasa mencuri jangan mencuri lagi. Mulai hari ini, yang biasa bekerja hanya untuk kepentingan diri jangan hanya untuk kepentingan diri lagi, tapi belajarlah untuk memberkati orang lain yang ada di dalam kekurangan. Dan dari situ kita bboleh sungguh-sungguh menyatakan kehidupan yang sudah ditebus dan dilahirbarukan oleh Kristus. Amin. Mari kita masuk dalam doa.

Kami sungguh bersyukur Bapa, untuk firman kebenaran yang boleh Engkau nyatakan kembali bagi kami pagi hari ini. Suatu prinsip yang mungkin bagi kami adalah sesuatu yang sulit, sesuatu yang sepertinya harus melawan ego kami dan kepentingan diri kami, tetapi biarlah kami boleh belajar, ya Bapa, untuk hidup sebagai anak-anakMu berdasarkan kebenaran dari pada firmanMu. Hidup yang bukan mementingkan diri karena Engkau sendiri tidak pernah mementingkan diri karena Engkau mengasihi kami. Tapi biarlah hidup kami yang telah mendapatkan berkat dan anugerahMu boleh juga menjadi alatMu dan saranaMu untuk memberkati dan memberikan anugerah kepada orang lain yang ada di sekitar kami, terutama mereka yang menjadi saudara seiman kami. Sekali lagi kami bersyukur dan berdoa hanya di dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Amin.

[Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah]