Yak. 1:14-15
Pdt. Dr. Stephen Tong (VCD)
Sudah berminggu-minggu kita berbicara tentang doktrin dosa. Saudara-saudara, doktrin dosa dan doktrin manusia tidak pernah kita mengerti dari sumber di luar Alkitab lebih dalam, lebih tepat, dari apa yang diajarkan oleh Tuhan melalui para nabi di dalam Perjanjian Lama dan para rasul di dalam Perjanjian Baru. Doktrin dosa tidak dimengerti oleh orang yang berdosa. Itulah sebabnya manusia tidak mungkin menyelesaikan masalah manusia yang lain dari kekuatan di dalam sifat manusia itu sendiri. Dan Saudara-saudara sekalian, mengenai dosa, dari mana? Merupakan satu problema yang dianggap terlalu sulit, dipikir secara filsafat, logika di dalam epistemologi. Itu sebab orang mengatakan the problem of evil adalah problem yang betul-betul problem sehingga banyak berhenti pada waktu pemikiran mereka sudah tidak bisa menerobos lagi setiap keterbatasan dan berkemungkinan manusia memikir. Tetapi Alkitab dengan jelas berkata kepada kita, yaitu dosa bukan dari Allah, dan dosa bukan dari setan. Dosa dari diri. Dan ini adalah satu penegasan yang tidak bisa kita dapatkan di dalam segala agama atau filsafat di luar wahyu Tuhan Allah. Saudara-saudara sekalian, kita orang Kristen pun banyak yang sudah tertipu oleh ajaran-ajaran yang tidak berkenan di hadapan Tuhan atau tidak sesuai dengan firman Tuhan yang mengajar dosa dari setan, dosa dari penggodaan, dosa dari pencobaan di luar. Ini ajaran ditolak di dalam Yakobus; karena Yakobus mengatakan, jikalau seseorang dicobai, maka dia dicobai oleh keinginan diri.
Nah Saudara-saudara, saya sudah berkata kepada Saudara-saudara, diri itu merupakan sesuatu pribadi yang dicipta oleh pribadi Allah sendiri. Jadi dirinya Allah itulah satu-satunya wilayah yang tidak mungkin terjadi dosa. Dirinya Allah itu adalah satu-satunya pribadi dari Allah tritunggal yang tidak mungkin dicemari oleh dosa, karena diri Allah adalah diri yang menyesuaikan diri dengan keinginan diri, yang membatas diri ke dalam segala sifat ilahi diri. Nah kalimat-kalimat ini memang sulit dimengerti dan dicerna dengan begitu gampang. Saudara-saudara, sebagaimana John Stott mengatakan, kebebasan Allah pun tidak mutlak. Kalimat itu bikin saya sempat kaget bertahun-tahun. Kalau kebebasan Allah pun tidak mutlak, maka siapa yang mempunyai kebebasan mutlak? Kalau Allah pun tidak mutlak bebas, maka bagaimana Dia bisa menjadikan dan bisa memberikan kebebasan kepada manusia? Maka saya memikirkan apakah saya harus menyetujui statement dari seorang teolog yang begitu besar di dalam abad 20. Akibatnya, akhirnya, saya mengambil keputusan menolak kalimat itu. Saya tidak bisa terima Allah pun kebebasannya tidak mutlak. Maksud dia itu baik, motivasinya adalah Allah pun tidak bisa bebas untuk sembarang berbuat dosa. Allah tidak mutlak di dalam mempergunakan bebasnya. Kebebasan Allah dibatas. Lalu kalau kebebasan Allah dibatas oleh sifat ilahi yang bersifat moral, maka Allah dibatas dan di sini Allah menjadi Allah pasif. Nah itu yang tidak bisa saya terima. Allah itu adalah Allah inisiatif, Allah pasif, adalah Allah yang disebut Tuhan, adalah Allah yang tidak pernah ada pengaruh luar untuk membikin dia takluk, karena Allah itu adalah 100%, Allah itu adalah mutlak, adalah sempurna inisiatif, inisiator, aktif. Maka Dia tidak mungkin berada di dalam keadaan yang pasif. Kalau demikian, kebebasan Allah itu mari kita mengatakan, kebebasan Allah, kebebasan yang mutlak, lalu bagaimanakah? Allah tidak bisa berdosa kan? Allah tidak boleh berdosa kan? Allah tidak melakukan dosa. Kalau demikian, mengapakah Allah bisa tidak berdosa? Mengapa Allah tidak boleh berdosa? Mengapa Allah hidup di dalam kesucian mutlak yang tanpa noda, tanpa cacat, tanpa dosa? Jawaban menggabungkan hal realita ini, dengan inisiatifnya Allah, maka kita menemukan secara istilah harus memakai kalimat “Allah menaklukkan kebebasan diri atas kerelaan diri di dalam sifat ilahi diri secara kekal”. Nah di sini mengakibatkan Allah tidak lagi disebut Allah pasif, karena Dia bukan ditaklukkan, bukan dipaksa, dibatas, tetapi Dia rela menyerahkan kebebasan diri yang mutlak untuk sesuai dengan sifat moral Allah yang seluruhnya adalah baik. Nah di sini satu-satunya diri yang beres adalah Allah.
Saudara-saudara, satu-satunya diri yang tidak mungkin ada noda dan cacat adalah Allah. Itu sebab Dia sebut Allah. Saudara-saudara, mengapakah Socrates akhirnya meninggalkan mitos orang Grika? Mengapa Socrates mengaku dewa-dewa itu semua bukan Allah? Mengapa Socrates percaya hanya satu Allah yang tertinggi di alam moral dan Allah melampaui semua dewa-dewa orang Yunani? Karena Dia menangkap sebagian dari apa yang kita pikirkan hari ini, the only good, the only holy, the only righteous, the only perfect one is Gof Himself. Allah adalah satu-satunya diri yang tidak ada noda, tidak ada cacat, tidak ada sedikit pun kelemahan atau sedikitpun bayang-bayang yang gelap di dalam diri dia sendiri. Kalau Allah itu adalah diri satu-satunya yang beres dan Dia adalah satu-satunya yang berani mengatakan I Am The Only God. Aku adalah Allah yang Esa. Engkau tidak boleh menyembah kepada yang lain. Engkau hanya bersembah sujud kepada saya. Dia mempunyai hak yang penuh. Dia mempunyai kualifikasi. Dia mempunyai syarat yang mutlak untuk menuntut kita tidak boleh menyeleweng, tidak boleh bercabang hati, dan tidak boleh menyembah di luar Dia. Saudara-saudara, ini semua terkait menjadi satu kesatuan yang tidak terpecahkan, menjadi sesuatu yang unik yang harus kita taat dari kita lahir sampai kita mati, bahkan sampai selama-lamanya. Saudara-saudara sekalian, sekali lagi saya mengatakan, Allah adalah satu-satunya yang dirinya tidak ada kesulitan apa-apa, tidak ada noda, tidak ada cacat, tidak ada kelemahan, tidak ada dosa, satu-satunya yang mutlak kasih, mutlak adil, mutlak suci, mutlak baik, dan mutlak bertahan dari kekal sampai kekal. Kebebasan Allah tetap adalah kebebasan yang mutlak bukan karena pasif, karena aktif. Itu sebab Allah rela menyerahkan kebebasan diri secara mutlak untuk sesuai dengan sifat moral diri yang seluruhnya baik adanya. Dengan demikian, Allah menyatakan diri sebagai Allah. Saudara-saudara, yang menjadi pemimpin itu bahaya. Karena yang memimpin orang, selalu mau mengontrol orang lain, tapi tidak bisa dikontrol. Itu sebab kalau korupsi selalu mulai dari paling atas. Karena dia mau kuasai, dia mau memerintah, mau mengadili, introspeksi, menghakimi semua, tetapi dia sendiri tidak ada yang menguasai. Setiap gerakan bahayanya kalau pemimpin sendiri menyeleweng. Saudara-saudara, pengertian seperti ini kalau tidak kita sadar maka kita makin tinggi jabatan, makin menjadi mungkin buruk sangka. Itu sebab engkau harus berdoa supaya yang menjadi pemimpin itu betul-betul bisa menahan diri dan bisa menguasai diri sama seperti Allah yang rela menaklukkan seluruh kebebasan diri yang mutlak atas inisiatif, bukan pasif, untuk sesuai dengan sifat ilahi yang lain secara keseluruhan. Nah Saudara-saudara sekalian, saya bilang apa yang dikatakan oleh Prof. Sahetapi, kalau ikan itu busuk, busuknya mulai dari kepala. Nah demikian kalau rusak, rusak dari permulaan. Allah dan setan, bedanya apa? Allah adalah pemimpin yang mutlak suci dan setan adalah sumber yang mutlak tidak taat kepada kesucian Allah, maka dia menjadi diri yang tidak beres. Diri yang tidak beres dan diri yang beres ini kontra.
Nah Saudara-saudara, Yakobus mengerti sedalam ini dan dia mengatakan, jikalau orang berdosa, jangan dia mengatakan saya digoda. Karena ada yang lain, maka saya dicemarkan. Karena ada yang lain, maka saya dipengaruhi. Jikalau anak engkau rusak, engkau bilang, anak saya dulu itu lucu lho, waktu lahir lucu sekali. Saya mau tanya, siapa yang lahir nggak lucu sih? Anak siapa yang waktu lahir nggak lucu? Semua orang lahir lucu. Semua lucu. Tetapi dipengaruhi sama kawan. Kalimat ini kalimat dari setan. Anakmu bersalah dan mempengaruhi kawan. Unsurnya lebih penting daripada engkau mengerti anakmu dipengaruhi oleh kamu. Nah Saudara-saudara, ini adalah Alkitab. Engkau bilang Yakobus, kemarin seorang bilang, Pak Tong sekarang lagi mengupas buku apa? Buku Yakobus. Yakobus ada apa sih yang bisa dikupas? Ada berita apa yang dibahas? Saya bilang, terlalu limpah. Terlalu dalam. Dan sayangnya saya lihat banyak buku penafsiran terlalu dangkal. Pengertian dan penulisan itu lebih banyak diterjunkan pada akademik yaitu aslinya bahasa, tenses-nya, latar belakangnya, tetapi lost the message, lost the dynamic, and lost the relevancy. Buku-buku tafsiran saya kagum, saya suka, saya menghormati, tapi saya harus mengatakan dengan kritik kekurangan 3 hal. Pertama, yaitu dinamikanya hilang. Kedua, beritanya tidak tertangkap, dan ketiga, relevansinya di hidup kita seperti tidak ditemukan. Itu sebab saya berdoa kepada Tuhan di dalam penafsiran semua kitab dari mimbar ini, khususnya yang saya lakukan, saya berdoa supaya apa yang Tuhan mau kita mengerti, kita betul-betul mendapatkan berita. Yang disebut berita lain dengan pengetahuan. Pengetahuan itu statis, berita itu hidup. Yang disebut pengetahuan itu bisa diputarkan, tapi berita harus ditaati setiap saat secara present, secara sekarang, secara urgen. Karena perintah yang mengandung berita itu menuntut kita menjalankan. Ini pertama. Kedua, saya mengharapkan tafsiran kitab dari mimbar ini mengandung unsur kedua, dinamikanya; yaitu sesuatu kekuatan yang vital, sesuatu tuntutan dari pada Allah yang hidup yang sekarang hadir. Saudara-saudara, kalau saya mengatakan “jangan berdosa” lalu dengan senyum, dengan ketawa, engkau sambil berdosa dan juga senyum mendengar kalimat ini. Ini tidak tau artinya. Tapi kalau saya mengatakan “jangan berdosa” dengan tuntutan dinamika itu sudah melampaui akademik.
Begitu kecewa pada sekolah teologi semua dunia. Sekarang, saya sekarang orang tua tidak lagi segar, tidak lagi basa-basi. Termasuk sekolah teologi yang saya dirikan, saya kecewa, karena banyak murid-murid yang dirasa dan mengaku dipanggil Tuhan, yang mereka tuntut itu hanya pengetahuan dan gelar, bukan menuntut kuasa Tuhan dan bagaimana hidup berkenan kepada Tuhan dengan ketaatan yang sejati. Mulai tahun ini saya tidak lagi masuk kelas, tidak lagi mengajar. Saya akan mencari siapakah mahasiswa, siapakah Hamba Tuhan yang selain secara akademis bisa lulus, bisa lulus ujian Tuhan, pukulan Tuhan, latihan Tuhan, api dan baptisan api. Tuhan berkata, Dia datang membaptiskan kita. Yohanes berkata, aku datang membaptiskan engkau dengan air, yang datang belakangan dari saya membaptiskan engkau dengan roh dan api. Roh itu sudah disalah tafsir oleh orang-orang karismatik, menjadi karunia lidah buktinya baptisan roh. Itu ngaco. Itu ngawur. Itu penyelewengan. Dan satu hal yang hampir tidak dikhotbahkan di seluruh dunia, Yesus Kristus datang membaptiskan orang Kristen dengan api. Apa itu? Ujian, pukulan, latihan, penganiayaan dan sengsara penderitaan. Hamba Tuhan yang tidak mau menderita, biarpun boleh masuk gereja terbesar, gereja besar akan mati di tanganmu. Hamba Tuhan yang berani menderita mengabarkan injil, mau susah, meskipun gereja paling kecil dia pegang, akan menjadi yang besar. Saudara-saudara, semua ini ada dinamika, vitalitas yang tersimpan di dalam firman yang selalu ini tidak dipeduli oleh orang akademis. Saya sangat menghina orang yang hanya mempunyai akademik karena mereka di dalam kerajaan Allah hanya mempermainkan logika, hanya mempermainkan pengetahuan, ilmu, titel, dan yang disebut akreditasi. Saudara-saudara, apa gunanya kalau akhirnya kita tidak diakui oleh Tuhan, hanya diakui oleh orang dunia yang merasa diri pintar. Dan sekolah-sekolah hanya pentingkan akademik, mematikan jiwa penginjilan, mematikan api pelayanan dan cinta kasih sejati dari orang yang dipakai oleh Tuhan. Itu sebab kita perlu bertobat. Saudara datang ke sini dengar khotbah bukan mencari pengetahuan, bukan mengambil bahan untuk berkhotbah lagi. Engkau bukan datang ke sini untuk mengkulak pengertian sesudah engkau mengkulak, menjual lagi ke lain tempat kelihatan engkau pintar. Dinamika itu betul-betul vital, ini menjadi sesuatu teguran, menjadi kuasa transformasi dan merubah hidup kita makin lama makin mirip, makin lama makin sesuai dengan kehendak Tuhan. Dan ketiga, relevansi. Yang disebut relevansi betul-betul berita ini adalah untuk saya. Betul-betul berita ini adalah saya harus taat, saya harus bertanggung jawab di hadapan Tuhan. Saudara-saudara, itulah yang saya doa untuk mimbar ini, supaya mimbar dan pemberitaan itu betul-betul menjadi tempat saluran suara Tuhan, karena manusia bukan hidup hanya bersandarkan roti saja, tapi hidup bersandarkan setiap kalimat yang keluar dari mulut Tuhan. Saudara-saudara, Yohanes dan Petrus dan Paulus dan Yakobus, mereka waktu menulis surat, mereka mengharapkan firman yang kekal boleh menjadi suatu perintah, orien untuk setiap zaman. Mari kita pegang dengan baik-baik.
Nah Saudara perhatikan, Yakobus mengerti tentang dosa begitu dalam sehingga the problem of evil, the source and the cause of wickedness itu tidak dikatakan oleh Yohanes, tidak dikatakan oleh Paulus, tidak dikatakan oleh orang-orang yang lain, tapi dikatakan oleh satu orang saja, Yakobus. Jikalau engkau berbuat dosa, jangan engkau katakan, saya dicobai. Engkau kalau berbuat dosa, khususnya tidak boleh mengatakan saya dicobai oleh Tuhan Allah. Saudara-saudara, Allah tidak mencobai dan Allah tidak dicobai. Semua, satu dua tiga, Allah tidak mencobai dan Allah tidak dicobai. Allah tidak mencobai berarti Allah tidak mungkin sumber kejahatan. Allah tidak mungkin perencana kejahatan. Allah tidak mungkin bermotivasi kejahatan. Allah tidak mungkin dengan cara mencobai menginginkan engkau melanggar hukum, menginginkan engkau meleset jauh menyeleweng di dalam dosa. Itu tidak mungkin pernah muncul dari motivasi Allah. Allah berkata melalui nabi Yeremia, “Hai Israel, segala sesuatu yang Kulakukan kepadamu berdasarkan niatKu yang baik.” Itu sebab, kalau engkau berdosa, bukan dari Allah. God is neither the Source, nor the cause of evil. Ini pertama yang kita tolak.
Kedua, engkau bilang: saya dicobai oleh setan, maka yang membikin saya berdosa itu setan. Dan di sini ditolak sekaligus oleh Yakobus. Dan Saudara-saudara, sekali lagi, apakah benar setan menginginkan kita berdosa? Betul! Apakah benar, setan pencoba? Betul! Alkitab dengan jelas berkali-kali mengatakan, “Iblis yaitu yang mencobai manusia, pencoba manusia itu setan.” Jadi motivasi dia, maksud dia, rencana dia, pengaturan dia adalah supaya manusia berdosa. Itu inginnya, itu maksudnya, itu tujuannya. Betul! Tetapi kalau demikian engkau tidak salah, kan? “Saya dicobai oleh setan, karena ada setan, maka saya dicobai.” Yakobus mengatakan, “Tidak. Engkau tidak boleh mengatakan, tidak boleh mempersalahkan yang lain. Karena manusia dicobai oleh keinginan diri.” Jadi di sini ada menyangkut istilah diri, pribadi, yang disebut self, S-E-L-F. Di dalam Psikologi, di dalam Filsafat, di dalam Antropologi, kadang-kadang istilah “self” itu dipakai untuk mengganti S-O-U-L, soul – dirimu, jiwamu, otakmu, pribadimu, itu dirimu. Yang disebut “diri”, di luar “diri”, itu ada “diri” yang dicipta oleh “Diri” Pencipta. Sudah saya khotbahkan 2 minggu yang lalu, dan kita memakai satu pemikiran logika daripada seorang rasionalis di Jerman, dia bernama Leibniz, dia mengatakan, “Allah tidak menciptakan yang sesempurna mutlak seperti Allah, karena Dia adalah Allah yang Esa.” Nah Saudara-saudara, saya pikir salah satu orang yang paling pintar di dalam sejarah Jerman adalah Leibniz, dan Leibniz seumur hidup paling-paling menyesal cuma satu hal: Kenapa dia tidak dilahirkan sebagai orang Tionghoa. Saudara-saudara, Leibniz mempunyai 2 keinginan yang tidak tercapai seumur hidup. Pertama, dia tidak bisa menjadi orang Tionghoa, karena dilahirnya sudah bule, yang dilahirkan sudah Jerman. Sehingga waktu dia menemukan teori Calculus, setelah dia selesai Calculus, lalu dia melihat baru tahu: 3000 tahun sebelum dia menemukan Calculus, orang Tionghoa sudah mengerti Calculus, dia langsung merobek penemuan dia dibuang di dalam sampah, “Kenapa saya tidak dilahirkan di Negara Tiongkok?” ini penyesalan pertama. Kedua, dia menginginkan menjadi missionary, mengabar Injil, dia mau melayani Tuhan. Tapi waktu diuji, doktrinnya nggak beres, nggak bisa dikirim. Nah Saudara-saudara, sekarang doktrin yang nggak beres bisa jadi pendeta. Kenapa? Nggak usah diuji. Itulah begitu banyak pendeta-pendeta khotbah ngawur, karena apa? Nggak usah diuji. Asal sewa Gedung, langsung gembar gembor orang datang persembahan cukup, lalu pendeta-pendeta tangan siapapun tempel di sini, yaitu dia sudah menjadi pendeta. Jadi banyak yang ditipu tidak mengerti.
Leibniz begitu pintar, tetap tidak boleh diutus. Misi di Jerman, baik misi Bremen, baik misi Basel, baik misi Lutheran, semua tidak mau mengutus dia menjadi pendeta missionary, karena diuji doktrinnya tidak beres. Tahun 1969, saya berada di Switzerland, saya ikut program studi teologi penginjilan di satu tempat namanya Pittsboro di Interlaken. Pada saat minggu, weekend, kita mengunjungi beberapa kota yang penting, satu-satu kota yang saya kunjungi adalah Basel. Sampai di Basel, kita mengunjungi satu lantai yang 5 susun bangunan yang disebut Basel Mission. Wah saya sangat tertarik karena Basel Mission sebelum tahun 1969, 127 tahun sudah kirim missionary ke Tiongkok. Maka saya mau tahu sejarahnya, saya mau tahu filsafat pengirimannya. Lalu kita naik ke tempat pengutusan misioner. Waktu saya masuk, di situ saya lihat bagaimana missionary harus duduk di sana lalu diumumkan akan dikirim ke mana, lalu tumpang tangan oleh pemimpin-pemimpin misi. Lalu mereka dikirim. Lalu saya tanya satu pertanyaan, di antara Romo kan, pengunjung diberikan kesempatan tanya jawab. Saya tanya, “Masihkah mengirim orang liberal menjadi missionary? Kalau mengabar Injil dan yang dikirim tidak percaya Injil, berhakkah mereka dikirim? Apakah Basel mission sudah berubah? Basel mission sudah tidak lagi seperti dulu masih mengirim.” Dijawab oleh ketua misi, “Sampai hari ini, misi Basel tetap memegang yang Liberal tidak boleh dikirim.” Saya mengatakan, “Amin” di hadapan Tuhan.
Nah Saudara-saudara, jadi mereka mempunyai standar yang sangat ketat, tidak bisa semua orang menganggap diri dipanggil Tuhan, semua jadi hamba Tuhan. Tidak bisa semua orang, yang lulus Sekolah Teologi, jadi pendeta. Tidak semua orang yang mau pergi mengabar Injil, boleh ikut misi. Ada standar yang sangat ketat untuk membatas, untuk mengikat, dan untuk menjadikan manusia harus takluk ke bawah kriteria yang ditetapkan. Saudara-saudara, demikian kita melihat, sekarang kita perlu kembali kepada standar seperti ini. Demikian salah seorang bernama Albert Schweitzer, yang seumur hidup mendapat 4 gelar Doktor, Doktor Filsafat, Doktor Teologi, Doktor Musik, karena gelar Doktor Musik yang diraih oleh Albert Schweitzer adalah dia menulis satu disertasi yang mengkagetkan seluruh dunia, yaitu mengenai: bagaimana memainkan organ pipa menurut Johann Sebastian Bach. Dan tesis itu saya akan copy. Saudara-saudara, Albert Schweitzer menganggap dulu orang sebelum Bach memain musik dengan 4 jari begini rata, di atas keyboard. Tetapi setelah Bach, Bach menteguhkan ini ke atas, lalu menambahkan ini sehingga menjadi penabuhan yang lima. Sehingga yang disebut (?) itu mungkin menjadi sesuatu perubahan kunci-kunci nada, sehingga lincahnya maka Bach disebut sebagai The Father of Modern Classical Music. Nah Saudara-saudara, ini ditemukan oleh Schweitzer. Schweitzer setelah 3 gelar doctor, Doktor Filsafat, Doktor Teologi, Doktor Musik, di lain dia mengatakan: saya mau menjadi missionary. Maka Albert Schweitzer juga melamar, dan dia juga mau dikirim. Akhirnya diuji, karena doktrin teologinya tidak benar, dia tidak dikirim. Itu membikin dia kecewa luar biasa. Dan Albert Schweitzer akhirnya menemukan satu jalan, ambil lagi 1 bidang yang baru: gelar doctor medis. Oh coba bayangkan, seorang 4 doktor dan filsafat bagaimana sulitnya, teologi bagaimana sulitnya, musik bagaimana sulitnya, dia top top top semua. Masih tidak bisa dikirim menjadi missionary. Eropa pernah ketat, sekarang Eropa sudah merosot, post-Christian era sudah datang. Karena apa? Hanya pentingkan akademis, tidak lagi pentingkan iman kepercayaan konservatif yang diturunkan dari rasul Tuhan Yesus. Saudara-saudara, melalui gelar keempat, gelar medis, Albert Schweitzer akhirnya diterima dan dikirim menjadi missionary, pergi ke Afrika, bagian penjajahan Perancis. Dan dia disebut sebagai salah satu Humanis yang terbesar di dalam abad 20. Dan dia dianggap sebagai salah satu missionary yang terbesar di dalam dunia barat abad 20. Tapi sayangnya saya menganggap dia bukan orang yang sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan.
Saudara-saudara, kalau Allah bukan sumber dosa, kalau setan tidak boleh dianggap sumber dosa, lalu Yakobus maunya apa? Allah bukan sumber dosa, tidak boleh katakan saya dicobai oleh Allah. Karena Allah tidak mencobai, dan Allah tidak dicobai. Lalu aku mengatakan: aku dicobai oleh setan. Yakobus mengatakan: engkau bukan dicobai dari luar, engkau dicobai dari dalam, engkau dicobai oleh keinginan diri. Nah dengar baik-baik! Allah adalah Diri yang mutlak sempurna, yang inisiatif menyerahkan kebebasan mutlak untuk takluk kepada sifat moral Dia sendiri yang dari kekal sampai kekal beres. Lalu di luar Diri Allah, kalau ada diri-diri yang lain, itu semua diri mungkin menjadi beres, mungkin menjadi tidak beres. Nah di sini, istilah “menjadi” berarti, only God is the Eternal being, yang lain adalah being of becoming. Sehingga Allah tidak berubah dari kekal sampai kekal. Karena dari kekal, Dia adalah Suci, sampai kekal Dia tidak berubah, Dia adalah kekal sampai kekal, satu-satunya yang mutlak, yang bebas, yang perfect, yang sempurna, yang baik, benar, dan penuh dengan kasih. Tapi diri di luar Diri Allah, itu apa? Yang disebut self, beside The Self of God, diri di luar Diri Allah, berarti yang dicipta yang berpribadi. Nah Saudara-saudara, yang dicipta oleh Allah, itu seluruhnya selain Allah sendiri, beside God that is no, nothing, there is not even one thing that is not created by God. Jadi, semua yang di luar Allah, itu adalah yang dicipta oleh Allah. Yang dicipta oleh Allah harus dibagi 2 unsur, yang satu pasif, yang satu aktif.
Dan kalau menurut Stoiksisme, Stoa, filsafat daripada orang Greeka, dunia ini tercipta dari unsur aktif dan unsur pasif. Yang disebut unsur aktif, yaitu yang bisa menilai, yang bisa menguasai, yang bisa mengatur unsur pasif. Maka unsur pasif itu apa? Materi. Unsur aktif itu apa? Manusia. Jadi manusia berelatif dengan dunia materi. Sehingga manusia berjalan-jalan di atas bumi, manusia mengatur tanah, manusia membikin jembatan, manusia memperalat sumber daya dari alam, manusia mengatur, mengelola, membudidaya, membatas, meledakkan, membikin, merusak, menghancurkan, membikin ulang. Manusia yang aktif, dan materi itu yang pasif. Dan menurut Stoa, itu lapisan antara aktif dan pasif, materi lalu pelan-pelan tumbuh-tumbuhan, atasnya adalah binatang, dan atasnya adalah manusia. Unsur yang menentukan manusia sebagai unsur aktif hanya satu, karena manusia mempunyai pengertian logis, manusia mempunyai kemungkinan mengerti firman, mengerti kebenaran, maka manusia disebut logikos. Tetapi pada waktu menempatkan manusia sebagai aktif, dan dunia sebagai yang pasif, yang aktif ini lebih dominan dibanding yang pasif. Manusia hanya mengerti logos, mengerti kebenaran. Kalau demikian, kebenaran yang dimengerti oleh manusia sama manusia yang mengerti kebenaran, tinggi mana? Tinggi mana? Saya belajar, saya mengerti kebenaran, kebenaran dimengerti oleh saya. Saya mengerti, saya aktif. Kebenaran dingerti, kebenaran pasif. Tinggi mana? Engkau bilang: tinggi manusia, karena saya aktif. Tidak. Menurut Stoa, manusia itu hanya ingin kembali kepada sesuatu induk, induk itu namanya logos. Maka manusia mau kembali ke logos, manusia karena adalah sesuatu cipratan yang sekarang tersendiri, yang sudah terseparasi daripada induknya itu, maka dia kangen sama ibunya.
Nah Saudara-saudara, saya bawa gelas ini, saya jalankan, sampai ke tempat tinggal saya, gelas ini masih utuh. Tapi saya jalan bawa gelas ini, lari-lari, akhirnya banyak tetesan air keluar dari gelas ini sudah berada di mana-mana. Ngerti? Jadi di jalan ini ada tetes air, di … ada tetes air, di taman ada. Karena saya lari-lari, sehingga ini tumpah di sini di sana, setelah jatuh di sana sana, saya sampai di tempat tujuan, gelasnya sisa separuh. Karena gelas sisa separuh, lalu ditanya, “Lu minum ya?”
“Nggak, gua nggak minum. Coba lihat masih kering.”
“Kenapa sisa separuh?”
“Kocar kacir.”
“Kocar kacir di mana?”
“Di mana-mana.”
“Mana-mana di mana?”
“Mana-mana, dicari dong! Engkau lihat, di mana ada air, di situ tetesan.” Maka tetesan air ini sekarang sudah meninggalkan rumah aslinya. Ngerti? Tetesan air sekarang sudah terseparasi dari induknya. Maka air ini kangen dengan air ibu. Tetesan ini kangen mau kembali.
Itu manusia, menurut stoiksisme, orang Grika sebenarnya pintar. Kalau orang Tionghoa juga pintar, Grika pintarnya otaknya tambah 2 syaraf. Kalau orang Tionghoa, lidah tambah 2 syaraf, maka kalau makan pintar orang Tionghoa, kalau pikir pintar orang Grika. Mereka mikir apa saja. Saudara-saudara, saya secara badan mirip orang Tionghoa, secara pikiran mirip Greeka. Maka saya nggak pinter makan, makan apa saja saya kira sama. Kalau undang saya makan, jangan pergi tempat mahal-mahal, aku nggak ngerti lho. Percuma kan buang duit banyak, saya cuma bilang kamsia. Engkau kasih makan sederhana, saya kamsia juga, pokoknya sudah kenyang, saya puji Tuhan. Tapi kalau pikir, saya nggak bisa, saya tuntas sampai sedikit kekacauan, saya temukan, saya mengatakan: Kau bidat, kau salah, kau menyeleweng. Maka saya mementingkan pikiran.
Nah ini pikiran terus pikir, pikir apa? Saya mau kembali ke induk. Induk itu apa? Induk itu logos, saya ini apa? Saya logikos. Logikos itu adalah logos yang kecil. Logos adalah logikos yang besar. Jadi setiap manusia itu logikos yang ingin kembali kepada logos. Maka kita hidup di dunia ini seperti allah yang keliaran, akhirnya tidak menemukan induk. Terus sampai suatu hari, setelah mati, nah baru kita kembali kepada induk itu. Ini bukan Alkitab ya, ini adalah Grika, ini adalah Stoikisme. Namun demikian, Stoikisme telah menjadi ancaman terbesar di dalam penginjilan di abad pertama, kedua, ketiga dan sampai pertengahan abad keempat. Apa sebab? Karena orang di dalam Stoik menganggap mereka mengerti kebenaran, tidak kalah sama orang Kristen. Mereka melaksanakan segala kebudayaan di dalam moral, tidak rendah sedikit pun dari orang Kristen. Orang Kristen mengatakan: saling mengasihi, mereka hidup bersaudara. Orang Kristen mengatakan: berdamai, mereka menuntut perdamaian. Orang Kristen: engkau tuan harus mengasihi akan budakmu. Mereka mengatakan: bunuh sistem perbudakan. Jadi mereka lebih apatis, mereka pikir nggak usah Kristus, nggak usah Alkitab, nggak usah Paulus. Orang Kristen mengatakan: Firman. Mereka mengatakan: memang logos itu firman. Jadi mereka menganggap mereka sudah cukup, tidak perlu diinjili lagi oleh orang Kristen.
Nah Saudara-saudara, pikiran dari pada induk itu adalah ada pada diri, tetapi kita adalah yang kembali kepada induk. Maka seorang yang bernama Raja Marcus Aurelius abad kedua, Saudara kalau ke Roma pergi ke satu museum namanya Capitolini Museum, dan di tengah-tengah piazza-nya seorang raja naik kuda itu adalah Marcus Aurelius; di dalam bukunya yang saya baca, dia menulis, “Tidak usah kuatir kalau saya mati, kalau saya mati saya bukan hilang, kalau saya mati saya adalah kembali ke mama saya, ke induk saya, yaitu logos.” Nah ini ajaran mereka. Tetapi Tuhan Yesus tidak katakan engkau kembali ke logos, Tuhan Yesus mengatakan, “Melalui Aku, engkau kembali kepada Bapa.” Nah pengajaran-pengajaran dari semua yang pernah menjadi buah pikiran manusia yang terpenting, kalau buku akademik abad ke-20 saya lihat nggak ada beberapa yang mempunyai nilai terlalu tinggi karena sudah kacau balau post-modernisme. Nah ini adalah betul-betul dibandingkan dengan Kitab Suci. Dan di sini, sumber logos itu apa? Mereka tidak bilang. Alkitab mengatakan logos adalah pengantara dimana Tuhan menciptakan segala sesuatu. Kembali, Allah menciptakan segala sesuatu dan sebagian besar tidak ada diri. Allah menciptakan sebagian kecil yang ada diri, yang ada diri itu yang berpribadi kekal. Sekali lagi, those with selves are those with the eternal person. Jadi yang disebut pribadi yaitu yang mempunyai kekekalan setelah sifat dasar yang dicipta, beda kekekalan Allah dengan kekekalan manusia. Kekekalan Allah adalah kekekalan Sang Pencipta, kekekalan manusia adalah kekekalan yang dicipta; kekekalan Allah adalah kekekalan yang kekal, dari kekal sampai kekal, kekekalan manusia adalah kekekalan yang kekal, baru dicipta mulai ada sampai kekal, sebelum diciptakan tidak ada. Jadi ini perbedaan secara kualitatif antara kekekalan manusia dan kekekalan Allah, tetapi selama Allah memberikan diri di dalam sesuatu yang dicipta dia mempunyai kekekalan dan dia sadar eksistensi, dia menjadi dominan, dia menjadi inisiator, dia menjadi penguasa unsur yang pasif yaitu materi, dan dia mempunyai sifat relatifitas dengan Allah yang saya khotbahkan minggu lalu.
Saudara-saudara, saya percaya kalau kita melihat Allah itu sempurna, menciptakan dunia yang kurang sempurna, apakah karena Dia tidak boleh, dan tidak mungkin, dan tidak bisa menciptakan yang sesempurna Dia karena Dia Esa sehingga kalau Dia menciptakan yang sesempurna Dia berarti Allah bisa menciptakan sesempurna Dia maka Allah bisa menciptakan Allah, dan Allah yang Esa menjadi Pencipta dan juga dicipta, dan Allah tidak esa adanya. Ini semua sudah lewat, kita kembali kepada apa yang dikatakan hari ini. Dan bagian ini sangat berat, tapi saya kira kalau engkau betul-betul diantara Saudara ada sebagian orang yang memang dicipta Tuhan dengan otak yang tajam dan engkau mengetahui, engkau langsung sadar perbedaan Kitab Suci dari semua kitab suci agama lain di seluruhnya. Saudara-saudara, self, pribadi kekal yang berelatifitas dengan Allah itu harus menjaga hubungan dan mengakui sifat relatifitas itu.
Sekarang masuk ke dalam poin selanjutnya. Jadi si self ini mungkin beres, mungkin tidak beres. Masih ingat kalimat tadi? Satu-satunya diri yang beres adalah dirinya siapa? Allah. Satu-satunya diri yang beres mutlak hanyalah diriNya Allah. Diri, diri, diri mungkin beres, mungkin tidak beres adalah semua yang diciptakan Allah dengan memiliki pribadi yang kekal. You, saya, kita nikah, melahirkan anak, anak dilahirkan kita, anak diciptakan Tuhan melalui the law of genetics in our family. Anak-anak yang kita lahirkan itu semua memiliki diri yang kekal, mungkin beres, mungkin tidak beres. Kamu mungkin beres, mungkin tidak beres. Satu-satunya yang beres Allah. Maka saya mau tanya, yang menjadi ukuran dan menjadi rahasia diri di luar diri Allah beres, rahasianya apa? Diri di luar diri Allah menjadi tidak beres, sebabnya apa? Cuma satu, dan yang disebut cuma satu ini adalah kembali kepada diri Allah atau tidak kembali hidup di dalam diriNya Dia. Orang yang hidup kembali ke dalam diri Allah, itu beres. Orang hidup diri menginginkan segala sesuatu untuk diri, itu tidak beres. Cuma begitu saja. Dan ini adalah hal yang begitu sederhana tetapi begitu dalam, yang tidak dimengerti oleh banyak agama dan filsafat. Sehingga tidak heran filsuf yang paling pintar membunuh diri, termasuk salah seorang tokoh post-modern yang namanya Foucault. Musikus yang paling hebat membunuh diri termasuk Christian Ferras yang menjadi seorang violinist terkemuka di Jerman. Bintang film yang paling cantik membunuh diri seperti Marlyn Monroe, seperti Chan Kuo Rung(?) di Hongkong tahun lalu. Karena apa? Karena diri yang sangat sempurna, sangat cantik, sangat handsome, tetapi akhirnya dirinya rusak karena diri tidak kembali kepada diri Allah. Itu sebabnya Alkitab tidak salah, Tuhan menyeru dari permulaan dosa manusia sampai pada Kitab Wahyu, “Return to Me, kembalilah kepada-Ku. Hei anak-Ku, hatimu kembali kepada-Ku, dan matamu senanglah terhadap firman dan jalan-Ku.”
Saudara-saudara, “Return, return, return to Me,” this is a calling, this is a glorious invitation. Dan ini menjadi semangat Reformed. Reformed bukan membikin jalan baru, doktrin baru, Reformed mengajak seluruh gereja kembali kepada Alkitab, kembali kepada Tuhan supaya beres. Doktrin tidak beres karena banyak inovasi yang tidak mau dikoreksi oleh Alkitab, akhirnya menyeleweng dari firman. Hidup tidak beres karena kebebasan yang tidak takut kepada kemauan Tuhan, akhirnya engkau bebas dan engkau berdosa, berzinah, berjudi, berbuat apa saja, tidak kembali kepada Dia. Return to God, return to God, kembali kepada Alkitab, kembali kepada Tuhan. Mengapa sih Tuhan menuntut melulu hal ini, kembali kepada Tuhan? Diri yang tidak takluk kepada diri Allah pasti menjadi tidak beres. Diri yang tidak setia kepada diri Allah pasti menyeleweng. Hanya diri Allah yang mutlak baik, yang mutlak suci, yang mutlak kasih. Demikian Saudara-saudara, kalau diri itu sudah bersatu dengan diri Allah, itu namanya righteousness, itu namanya union with God. Nah ini adalah akibat, tujuan yang ditetapkan oleh Allah melalui Kristus. Kristus menebus kita supaya kita bersatu dengan Dia di dalam Kristus, union with Christ. Union with Christ ini menjadi tema teologi, khususnya yang paling mengerti itu teologi dari Paulus. Tetapi Saudara-saudara, ini juga diadopsi oleh orang-orang Protestan, kita union with God in Jesus Christ. Maka kita union with Christ, bersatu dengan Tuhan, sinkron. Pada waktu suatu organisasi, satu gerakan, atau satu instansi, setiap diri semaunya sendiri itu kocar-kacir, itu kacau balau; tetapi setiap diri sinkron kepada diri dimana diri yang tertinggi, sinkron kepada diri Allah, itu semua beres. Di sini, Yesus Kepala Gereja. Yesus mengapa menjadi Kepala Gereja? Dia menjadi contoh tertinggi. Di Getsemani Dia mengatakan, “Bukan kehendak-Ku tetapi kehendak-Mu yang terjadi.”
Waktu saya masih muda sekali, saya pernah tanya kepada guru Sekolah Minggu saya, “apa sih artinya menyangkal diri?” Mengapa Tuhan Yesus mengatakan, “sangkali dirimu, dan pikul salibmu, lalu ikut Aku”? Ini rahasia, kemarin malam sampai setengah satu saya memikirkan ayat ini, saya mendapatkan penerobosan. Sekarang banyak pendeta yang dia tidak mau pikul salib sendiri dan dia mau memperalat atasannya. Yesus atasan kita, Yesus bilang, “Salibmu, you yang pikul, tapi sesudah pikul salibmu, ikut Aku.” MRII-MRII, maukah pikul salib sendiri tapi ikut pusat? Nggak mau, kalau bisa MRII suruh berkembang sendiri lalu memperalat pusat, ini semua melawan dari apa yang ditetapkan oleh Alkitab. Nah orang-orang yang mengerti pikul salibku tapi ikut Mu itu rugi, “saya pikul semua susah tapi ikut Kamu. Sudah saya tanggung semua susah tapi ikut Kamu. Lebih baik semua beban Lu yang kasih tapi saya tanggung sendiri kemuliaan, itu yang bagus.” Yesus terbalik, “you bear your cross yourself and then follow Me,” itu tidak gampang. Dan Yesus adalah Pemimpin Gereja, Kepala Gereja, saya mau tanya, waktu Yesus di dunia pernahkah sedia uang banyak untuk rasul-rasul pergi mengabar injil? Pernah Dia memberikan tiket-tiket, “pergilah jadikan segala bangsa muridKu, ini Saya kasih honor, persiapkan semua,” ada nggak? Nggak ada. Engkau harus pikul salibmu tapi ikut Aku. Mau takluk kepada Tuhan, kembali kepada Tuhan tapi pikul salib dan segala kesulitan diri. Ini cara yang bagaimana saya nggak tahu, tapi ini cara Tuhan. Yesus Kristus berani menjadi Kepala Gereja dan Dia mungkin menjalankan ini hanya satu syarat, karena Dia sendiri menjalankan semua. Yesus tidak minta pertolongan, Yesus ada kesulitan Dia tanggung sendiri dan Dia takluk kepada Allah. Maka pada waktu diberikan satu cawan yang pahit Dia mengatakan, “kalau mungkin singkirkan,” berarti Dia berhak minta, tetapi Dia mengakhiri dengan, “bukan kehendak-Ku tetapi kehendak-Mu yang terjadi.” Saudara-saudara, di dalam dunia Kristen ada 2 macam anggota, semacam yang diberi kesusahan apapun tetap memuji Tuhan, tetap mengikuti Tuhan, tetap setia; dan semacam lagi, minta apa saja, kekayaan, kelancaran, segala sesuatu, satu hari kurang dikasihi tetap mencela Tuhan. Mengerti maksud saya? Diharap karena mengerti menyangkal diri dan ikut Tuhan, atau tidak menyangkal diri, memperalat Tuhan, 2 orang Kristen. Yesus Kristus berkata, “Bear your cross, deny yourself, and then follow Me.”
Waktu saya tanya guru saya apakah artinya menyangkal diri? Menyangkal diri terjemahan tionghoa adalah membuang diri, engkau menyerahkan diri. Lalu terus saya buang ‘saya’ ke mana? Saya menyerahkan diri, menyangkal diri, diri saya menjadi tidak berharga, dibuang, buang ke sampah. Guru saya mengatakan, “saya nggak mengerti.” Lalu saya mengatakan, “guru nggak mengerti, saya mana ngerti?” Maka saya cari pengertian itu dari Alkitab, dan akhirnya menemukan yang disebut serahkan diri, menyangkal diri adalah menaruh diri kita ke dalam diri Allah, itu menyangkal diri. Mengapa Yakobus mengeluarkan laimat seperti ini, “orang kalau dicobai adalah dicobai oleh napsu diri”? Orang kalau berdosa jangan salahkan Tuhan, jangan salahkan setan. Saya sudah katakan minggu lalu, kalau saya berdosa karena ada setan, kalau demikian setan berdosa pasti ada setannya setan kan, iya toh? Kalau begini, setannya setan bisa berdosa pasti ada setannya setannya setan. Setannya setannya setan bisa berdosa pasti ada setannya setannya setannya setan. Sampai mulutmu mencong nggak selesai. Maka Yakobus bilang tidak, engkau berdosa karena diri, dirimu. Lho diriku dicipta oleh Allah, Allah menciptakan aku sebagai unsur aktif. Aku mempunyai diri, aku pribadi kekal, kenapa Allah menciptakan saya sampai menjadi orang yang mungkin berbuat dosa? Karena ada kebebasan. Kenapa Allah memberikan kebebasan? Kalau Allah tidak memberikan kebebasan, kalau Allah tidak memungkinkan saya berdosa, saya tidak mungkin pilih, saya tidak mungkin salah, maka saya tidak akan berdosa dan nggak usah Kau hukum saya. Why You created me with the possibility of commiting sin? Why You created me and implanted within me the freedom to choose good and evil? Mengapa Allah memberikan kebebasan kepada saya? Nah ini menjadi pertanyaan tajam sekali seperti pertanyaan-pertanyaan 3 minggu yang lalu dari pada Toynbee, if all good is the nature of God than He is not almighty, if God is almighty, then my conclusion is He is not all good. That is the reason sorrow and evil stil existing in this world. Kita sudah menjawab semua ini, ini apologetika yang dalam sekali.
Sekarang saya mau tanya, mengapa Allah memberikan kebebasan? Engkau bilang saya disuruh tolak memberikan konklusi setan yang menggoda saya, saya digoda oleh keinginan diri saya, tetapi keinginan diri saya itu dari mana? Dari Tuhan Allah. Mengapa Allah menciptakan saya dengan kebebasan, dengan keadaan keinginan? Kemarin seorang Kristen yang sudah 45 tahun jadi Kristen bilang sama saya, “saya sudah umur 60 masih susah ketemu, kelihatan cewek yang cantik, ada keinginan mau setubuh sama dia.” Sudah 60 masih doyan, saya masih tergoda, saya susah mengalahkan, saya susah menang, karena ada keinginan. Nah ini kalimatnya, kalau kau digoda bukan oleh setan, kalau kau digoda bukan karena Allah, kau digoda oleh keinginan dirimu sendiri. Berarti musuhmu yang terbesar adalah dirimu sendiri. Engkau bilang, “tapi keinginan ini tadinya baik, saya ingin hubungan seks,” ini indah, ini kehendak Tuhan, tapi keinginan ini bisa menyeleweng, bisa menjadi selingkuh, bisa menjadi dosa karena keinginan yang diberikan oleh Tuhan. Kenapa Tuhan memberikan keinginan seperti ini kepada kita? Kadang-kadang kita ingin hidup suci sampai kita mau menyiksa diri, ask as is this God’s. Karena ingin hidup suci sampai kita mengutuk kenapa saya ada keinginan-keinginan yang bikin saya bisa berdosa. Orang makin ingin hidup suci, makin tergoda oleh keinginan-keinginan kita yang tidak bersih, makin dikerubungi oleh pikiran-pikiran yang tidak bersih, bukan orang biasa, orang Kristen pun. Bukankah orang Kristen biasa, pemimpin-pemimpin gereja undur? Itu sebabnya Alkitab berkata engkau harus berperang dengan napsu yang ada dalam dirimu. Berperang dengan napsu yang ada dalam dirimu hanya ada satu cara, yaitu datang kepada Roh Kudus, yang membikin engkau kuat untuk mengalahkan napsu dirimu hanya Roh Kudus. Dan Roh Kudus sudah diberikan kepada engkau pada saat engkau beriman dan menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat. Di situ mulai hidup peperangan yang tidak habis-habis sampai engkau mati. Saudara-saudara, hidup orang Kristen tidak gampang, menjadi orang Kristen tidak lancar. Menjadi orang Kristen berarti menjadi orang yang terus menerus memerangi napsu diri. If you are tempted, you are not tempted from outside, you are not tempted from God, you are not only tempted from satan, you are mostly tempted from your own lust, your own desire.
Dan orang Buddha mengerti ini dengan interpretasi keinginan itu sumber penderitaan, jikalau engkau berkeinginan dan akhirnya tidak tercapai apa yang engkau inginkan, engkau terus menderita karena tidak mencapai keinginanmu maka keinginan itu adalah sumber penderitaan. Alkitab mengatakan bukan begitu, Alkitab mengatakan keinginan itu menjadi bibit yang membuahi dosa. Sehingga di sini kalimat kedua dikatakan jikalau engkau dicobai oleh keinginannya sendiri karena ia diseret dan dipikat olehnya, dan apabila keinginan itu telah dibuahi akhirnya menjadi dosa, atau keinginan itu berbuah lalu menjadi dosa, dan bila dosa itu sudah matang menjadi maut. Saudara-saudara, saya minggu lalu berkata dengan satu istilah Grika, logoi spermatikoi. Nah Saudara-saudara, sekarang pengertiannya begini, ini istilah bukan cara Alkitab tapi pengertian orang Grika yang kita bisa mengerti melalui genetika. Semua tubuh perempuan itu diberi oleh Tuhan kira-kira 450 sel telur yang tidak ada pasangan. Dan mulai anak perempuan itu puber, telur itu mulai keluar dengan rutin satu bulan sekali, satu tahun kira-kira 12, kadang-kadang 13; sehingga 28 hari menurut putaran bulan itu periodenya, 28 hari 1 sel telur. 10 tahun kira-kira 125 telur, 40 tahun lebih dari 450 telur, sehingga tidak mungkin sampai 40 tahun engkau sesudah puber masih bisa melahirkan. Kalau engkau mulai dari umur 12 maka kira-kira sebelum umur 50 berhenti engkau datang bulan, maka engkau mandul, tidak lagi bisa meng-hamil karena matilah kandunganmu. Itu namanya periode engkau subur, periode engkau bisa dibuahi. Lalu yang membuahi itu apa? Sperma. Jadi sperma menyerang, masuk ke dalam satu sel telur maka menjadi janin. Nah setelah janin itu terjadi, dia mulai menjadi besar. Sebelum telur diberikan sel sperma dia tak mungkin menjadi janin; sebelum telur itu dimasuki satu sperma dia tak mungkin menjadi hidup yang baru, dia hanya satu sel telur yang mempunyai potensi dibuahi. Sperma sudah masuk, maka dia menjadi janin; janin sudah besar, dia tunggu dilahirkan. Nah ini kita semua mengerti. Saudara perhatikan, Alkitab mengatakan, Paulus berkata kepada orang Korintus, “aku senang menderita kesusahan melahirkan.” Jadi jangan kira Paulus nggak ngerti kalau lahir itu bagaimana. Perempuan itu melahirkan susah, Paulus juga susah melahirkan, dia melahirkan anak rohani, bukan anak bayi di dalam kandungannya. Jadi dia pakai apa? Pakai logos untuk membuahi hidup baru. Logos, yaitu firman yang dikabarkan, itu menjadi suatu bibit hidup baru yang mengakibatkan orang yang mendengarkan firman diperanakkan Tuhan. You must be born again, you must be born from above, you must be born from God, you must be born from Holy Spirit and water, you must be born by the Word, you must be born by the Gospel. Jadi istilah dilahirkan oleh Allah, dilahirkan Roh Kudus dengan air, dilahirkan dengan firman, dilahirkan dengan kebenaran atau injil, dilahirkan dari atas, dilahirkan baru; 6 istilah ini sama, yaitu kita mendapat hidup baru karena ada bibit firman yang masuk, bibit firman ini di dalamnya mengandung unsur hidup yang kekal dari Tuhan Allah, bukan hidup yang diciptakan tetapi hidup dengan Allah sendiri melalui firman yang kekal itu masuk. Saudara-saudara, Alkitab bukan pakai logoi spermatikoi, Alkitab memakai istilah bukan sperma tapi istilah archē. Itu sebabnya di dalam Yohanes 1:1, pada permulaan adalah sesuatu logos, yaitu firman itu mula dari pada kekal beserta dengan Allah. Saudara membaca dari 1 Yohanes 1 dan Injil Yohanes 1, ini mempunyai konsep yang sama: “pada permulaan,” bukan permulaan dunia dicipta, permulaan Tuhan Allah, permulaan melampaui segala sesuatu, jadi permulaan kekekalan itu adalah firman, archē yaitu permulaan.
Logos, firman yang paling mula, itu artinya akan menjadi hidup kekal yang dibuahi di dalam kita. Dengan konsep yang sama Yakobus memakai untuk bagaimana dosa itu bertumbuh. Saudara-saudara, keinginan dibuahi berarti engkau membiarkan keinginan itu boleh diterima, engkau mau dipikat, dan dia menjadi satu unsur untuk membuahi diri. Nah di sini beda dengan unsur dari luar. Saudara perhatikan kalimat di bawah ini, waktu kita menjadi orang yang mempunyai hidup baru karena unsur firman dari luar masuk ke dalam diri kita, tapi waktu kita menjadi orang berdosa bukan unsur luar masuk ke dalam diri kita tetapi keinginan diri kita yang berada di dalam diri kita yang membuahi diri kita sendiri. Dan ini perbedaan akan langsung kait kepada teologi Reformed. Saudara-saudara, karena kita diinjili, saat itu kita pasif; kita menerima keinginan diri, saat itu kita aktif. Sekali lagi, kita diinjili, kita mendengar firman, kita pasif. Firman masuk ke dalam saya sebagai anugerah dari Tuhan; tapi saya menerima konsep dosa, saya membuahi itu, akhirnya saya terus pikirkan napsu dan aktif melakukan dosa, itu bukan karena sesuatu dari luar tapi itu adalah bibit dari keinginan, dan keinginan itu tidak terlepas dari pada kebebasan. Mengapa Tuhan menciptakan saya dengan kebebasan? Mengapa Tuhan memberikan kebebasan sehingga saya mungkin berdosa? Karena tanpa kebebasan engkau tidak ada potensi untuk menjadi moral being. Nah ini mengapa absolute necessity saya tidak ada waktu, semua tema bikin satu seminar berjam-jam baru selesai. Saudara, kembali kepada ajaran hari ini. Itu sebabnya, sangat hati-hati dengan apa yang timbul di dalam keinginanmu sendiri. Sekali lagi, harus sangat hati-hati dengan apa yang timbul di keinginanmu sendiri.
Pada waktu Daud naik di istana, berjalan-jalan terima angin, melihat pandangan yang bagus. Diantara pandangan terlihat pandangan yang paling bagus, seorang wanita telanjang sedang mandi, dengan tubuh yang mempesona. Pada waktu dilihat itu, dia tidak lagi pandang lainnya, dia terkonsentrasi pada satu pribadi yang tubuhnya berbentuk menggiurkan, dan dia mulai menerima pembuahan keinginan untuk menjadi janin dosa dan mati. Nggak usah salahkan orang lain, dirimu sendiri telah menjadi penggoda dirimu sendiri. Engkau bilang, “kalau nggak ada perempuan itu kan nggak ada soal, kenapa dia mangkal di situ? Maka perempuan kalau mandi tutup pintu rapat kalau perlu pakai gembok 2, dan perempuan kalau mandi jangan nyanyi, jangan bersiul, itu mennjadikan orang berpikir yang tidak-tidak. Perempuan kalau mandi diam-diam, dikunci.” Tapi perempuan yang mandi buka baju dibawah matahari boleh dilihat burung dan boleh dilihat raja. Raja yang sudah menjadi raja berkenan di hati Tuhan tapi matanya terpikat oleh seks dan oleh birahi. Saudara-saudara, kita tidak bisa melarang burung terbang di angkasa, tapi paling sedikit boleh mencegah dia jangan bikin sarang di kepala dong, betul nggak? Burung terbang engkau ketakutan, dia berak di kepalamu, engkau tidak bisa lari, tapi pada waktu pyakpyakpyak burung turun di kapalamu, engkau bilang, “puji Tuhan datang sendiri, ini anugerah”? Tidak, tolak dia, usir dia. Kenapa kita berdosa? Karena keinginan dibuahi oleh ketidaktaatan kita, lalu keinginan kalau sudah dibuahi, seperti telur mendapat sperma, demikian keinginanmu sekarang tidak diatur oleh Tuhan lalu engkau menerima unsur ketidaktaatan dan unsur kemauan diri maka dirimu menjadi tidak beres. That is the origin of sin, that is the origin of evil. O Saudara-saudara yang sudah menikah, yang sudah berkeluarga, hati-hati dengan matamu, hati-hati dengan pikiranmu, hati-hati dengan pergaulanmu, hati-hati dengan kalimat percakapanmu, hati-hati dengan reaksi engkau berjumpa orang yang lebih cantik daripada isterimu, lebih tampan dari suamimu. Saya anjurkan Saudara-saudara pakailah pembantu yang tua, jangan yang muda-muda, pakailah pembantu yang jelek jangan yang cantik-cantik, pakailah pembantu yang tidak mengakibatkan pikiranmu diberikan pembuahan keinginan yang akhirnya menjadi janin dosa. Keinginan sesudah dibuahi menjadi dosa, dosa sudah matang mengakibatkan kematian.
Mari kita membaca ayat ini sekali lagi, ayat ke-13 dan 14 dan 15. Keinginan, dosa, maut. Lust, sin, and death. Lust is the cause of sin, and sin is the foundation of death. Sin as the fruit of lust, and death as the wages of sin. Dosa adalah buah dari keinginan, dan kematian adalah upah dari dosa. Dan keinginan adalah pemberian dari Tuhan Allah. Engkau bilang justru Allah memberikan keinginan maka semua menjadi tidak beres. Tuhan Allah tidak bisa dicela karena keinginan itu merupakan satu sifat vitalitas yang bikin engkau eksistensi dan berpotensi untuk menjadi mirip Allah, menjadi seperti Allah, menjadi saksi Allah, menjadi dekat dengan Allah dengan segala good will of God. Itu sebabnya setelah ayat-ayat ini selesai disambung dengan satu kalimat yang sama sekali kelihatan tidak relevan, tetapi kebaktian akan datang saya akan menjelaskan kenapa setelah kalimat ini muncul ayat 16? Saya tidak pernah mengerti lho dulu kenapa sebelumnya bilang “keinginan melahirkan dosa, dosa melahirkan maut,” sesudah itu “jangan salah, jangan sesat, semua anugerah itu baik Allah,” apa hubungannya? Nggak ada hubungan kan? Justru ini ada hubungan dan hubungan yang begitu erat karena engkau bisa berdosapun berdasarkan keinginan dan keinginan sebenarnya adalah pemberian Allah yang baik dan sempurna. Saudara-saudara, puji Tuhan tidak ada sesuatu yang dicipta Tuhan itu tidak baik. Maka setelah Allah mencipta manusia Dia melihat yang dicipta adalah amat baik adanya. Kiranya kita lebih mengerti firman Tuhan dengan sabar, dengan sungguh-sungguh haus, dan jangan sombong. Orang yang rendah hati akan mengerti kelimpahan kebenaran Tuhan yang tidak terduga dalamnya. Mari kita berdoa.
Kami sangat berterima kasih kepadaMu dengan pengajaran-pengajaran setiap minggu, setiap khotbah, setiap firman yang diberitakan kami dicelikkan mata, dan kami diberi peringatan, kami juga diberikan nikmat pengertian firman sehingga kami boleh sungguh-sungguh mengalami penyertaan Tuhan sendiri. Ampunilah dosa kami, berilah pemeliharaan kepada kami dan kami ingin mempunyai perasaan takut kepada Tuhan, dan ingin menahan diri dari segala napsu yang tidak beres. Sekarang kami ingin kembali kepada Allah. Hanya melalui kembali kepada Allah diri kami menjadi beres, diri kami kembali bersatu, bergabung dengan diri Allah yang menjadi teladan karena Engkau adalah Allah yang mutlak, Allah yang bebas, dan Allah yang dengan inisiatif sendiri menaklukkan kebebasan diri kepada kesucian, kebajikan, dan kasih yang kekal dari diriMu sendiri. Ini semua merupakan sumber rahasia, semua merupakan kunci bahagia bagi kami. Berkati kami dan pelihara kami, menjadi seorang Kristen yang seumur hidup berjalan sesuai rencanaMu sampai kami berjumpa dengan Engkau di dalam kekekalan. Dengar doa kami ya Tuhan yang kami panjatkan dalam nama Yesus Kristus, Penebus dan Juruselamat kami yang hidup.
[Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah]