Yun. 1:1-3
Vik. Aludin Yauw
Nah Bapak Ibu sekalian, hidup kita itu selalu diperhadapkan pada ide kabar baik atau kabar buruk. Saudara kalau mau ditanya, Saudara lebih milih kabar baik atau kabar buruk? Ya jelas saja, kita akan memilih itu kabar baik. Tetapi setiap kabar, baik itu good news atau bad news, itu akan selalu mempunyai dua sisi seperti sebuah koin. Kalau bagi dunia media itu: bad news is a good news. Tentu karena bisa jualan banyak, begitu ya, apalagi kalau media-media yang hoax-hoax itu sangat senang, misalnya, karena makin banyak orang yang makin tertarik. Nah Bapak Ibu sekalian, di dalam satu good news, bisa saja dipandang itu sebagai good news. Ketika Yesus Kristus lahir ke tengah-tengah dunia ini, itu tentu adalah kabar yang luar biasa baiknya. Malaikat ketika mengunjungi para gembala, malaikat mengumandangkan itu kepada para gembala sukacita yang begitu besar. Malaikat berkata: “Aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa.” Itu adalah good news. Tetapi bagi Herodes, bagi para ahli-ahli Taurat, bagi orang-orang Farisi, bagi sebagian orang-orang Yahudi pada zaman itu, itu bukan kabar yang baik. Herodes ketika mendengar Mesias itu dilahirkan, maka Herodes berusaha untuk mematikannya. Tetapi bagi mereka yang diselamatkan, itu adalah kabar yang sangat baik, sebab di sana ada pengampunan Allah, di sana ada belas kasihan Allah, di sana ada cinta kasih Allah yang begitu besar, satu good news bagi dunia yang dihimpit dunia, yang berada di dalam ikatan daripada dosa.
Tetapi kalau itu kabar baik, harusnya itu kita teruskan, bukan? Kita akan mengatakan, “Tentu saja, kalau kabar baik ya kita teruskan.” Tetapi seringkali, kalau kita memikirkan, Bapak Ibu sekalian, seringkali orang-orang yang justru sudah menerima kabar baik, orang-orang yang justru sudah mengenal pengampunan Allah, kasih Allah, belas kasihan Allah, mereka justru menjadi penghambat dari kabar itu diteruskan. Dan itulah yang terjadi di dalam kisah Yunus. Ketika suatu kabar baik sudah dipersiapkan Allah, untuk siapa kabar baik itu? Allah mempersiapkannya untuk orang-orang di Niniwe. Oleh karena apa? Satu kabar baik, oleh karena apa? Oleh karena mercy of God, belas kasihan Allah akan dinyatakan atas kota itu. Dan itu adalah satu kabar yang benar-benar baik, karena bagaimana tidak, sebuah kota yang sebentar lagi akan ditunggangbalikkan oleh Allah, oleh karena kejahatannya, sama seperti Sodom dan Gomora–kota yang akan dihancurkan oleh Allah, kota itu masih diberikan satu kali lagi kesempatan oleh Allah. Saudara bayangkan betapa sukacitanya. Kemarin siapa orang Indonesia yang dibebaskan di dalam pengadilan hukum dari pada Malaysia itu, begitu gembiranya karena apa? Dia sudah membayangkan hukuman mati di depan mata. Tetapi ketika dia mendengarkan kasus itu dihentikan, Saudara bisa bayangkan sukacita yang begitu besar. Maka orang-orang di Niniwe itu patut mereka bersukacita nantinya karena apa? Karena good news yang Allah berikan kepada mereka.
Nah itu Saudara, ini adalah satu good news yang luar biasa dan kitab Yunus pasal pertama ayat kedua itu mencatat satu perkataan Allah kepada Yunus mengatakan, “Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, berserulah kepada mereka karena kejahatannya telah sampai kepada-Ku.” Dan Saudara bayangkan, berita yang demikian baik itu dipercayakan Allah kepada seorang yang bernama Yunus bin Amitai, itu adalah suatu privilege yang luar biasa yang Allah percayakan kepada Yunus. Sebelum kita lanjut bagian ini, Bapak Ibu sekalian, saya ingin mengingatkan bahwa kitab Yunus bukan kitab yang mudah untuk ditafsirkan. Meskipun bagi sebagian besar kita, kita mungkin menganggap kisah ini kisah yang sederhana, kita yang menarik untuk diceritakan. Maka, kitab ini seringkali menjadi favorit bagi guru-guru sekolah minggu.
“Ayo ngajar Sekolah Minggu.”
“Aduh mati aku, belum persiapan.”
“Sudah, bawakan kisah Yunus saja, ini pasti menarik. Karena anak-anak akan mendengarkan sambal berkata, ‘Wow… ada seperti itu ya? Wahhh…’”
Dulu ada seorang anak kecil begitu gembira ketika guru sekolah minggunya menceritakan tentang Yunus, dia begitu terpukau mendengarkan bagaimana Yunus ditelan ikan, lalu Yunus dibawa dan dimuntahkan ke pinggir pantai. Dia begitu terpesona dengan kisah itu. Maka besoknya ketika pergi ke sekolah, dia cerita sama teman-temannya, “Kemarin ya, guru sekolah minggu saya cerita Yunus, wih luar biasa. Yunus ditelan ikan, tapi tidak mati.” Wah teman-temannya juga dengar. Langsung gurunya yang ateis bilang, “Eh, jangan percaya, itu cuma dongeng!”
Dia bilang, “Tidak, itu betul!”
“Dongeng!”
“Guru sekolah minggu saya cerita pasti betul!”
“Itu dongeng! Mana ada orang dimakan ikan masih hidup!”
“Tunggu ibu, suatu hari kalau saya ke sorga ketemu Yunus, saya mau tanya Yunus, betulkah dulu kamu ditelan ikan?”
Gurunya ketawa, “Iya, kalau Yunus masuk sorga. Kalau Yunus masuk neraka bagaimana?”
Anak itu diam, dia lihat gurunya lalu dia bilang, “Ibu yang tanya!”
Maka Saudara sekalian, mungkin kita suka dengan kesederhanaan kisah Yunus tetapi tidak mudah untuk menjelaskan banyak hal di dalam kitab ini. Dan kita harus perhatikan baik-baik, bahwa Kitab Yunus sebagaimana kitab-kitab lain di dalam PL, ini juga adalah kitab yang sarat dengan berita Injil. Maka waktu kita baca Yunus, kita harus membacanya dengan cara baca Kristen, bukan cara baca Hollywood. Nah seringkali kita mungkin menceritakan itu kisah-kisah Alkitab dengan cara pandang Hollywood. Tetapi bukan! Kisah Yunus itu bicara apa? Inti daripada Yunus itu bukan pada ikan besar. Seringkali orang kalau ditanya langsung: Apa yang kamu ingat tentang Yunus? Adalah ikan besar. Bukan tentang ikan besarnya, bukan pula tentang kota yang besar itu, The Great City Niniweh itu, bukan pula tentang pelarian Yunus. Bukan pula tentang khotbah Yunus yang spektakuler. Saudara-saudara tidak akan menemukan khotbah hanya dalam 5 kata di dalam Bahasa Ibrani tapi seisi kota bertobat, Saudara. Ini tidak pakai janji iman, tidak pakai pelatihan penatalayan, tidak pakai pelatihan khotbah, tapi main pergi, khotbah cuma 5 kata dalam Bahasa Ibrani, satu kota bertobat. Tapi kisah Yunus bukan bicara tentang itu. Kitab Yunus itu utamanya bicara tentang Allah, tentang belas kasihan Allah, tentang kemurahan Allah dan tentang kasih Allah. Apa yang terjadi bayang-bayang di dalam Kitab Yunus, nantinya akan menjadi kenyataan di dalam Kristus. Bapak, Ibu sekalian karena Kristus adalah peristiwa utama di dalam seluruh sejarah keselamatan, maka kita harus membaca Kitab Yunus melalui kacamata Kristosentris di mana Kristus menjadi pusat. Dan kita harus ingat, bahwa seluruh sistem Perjanjian Lama, itu menuju Kristus dan karya-Nya.
Sekarang kita kembali kepada Yunus. Saudara, siapakah Yunus? Mungkin banyak yang mengatakan, Yunus hanyalah sebuah tokoh fiksi, Yunus hanyalah sebuah dongeng, Yunus hanyalah sebuah perumpamaan, sebuah alegori. Tetapi waktu kita membaca tentang Yunus, kita harus membaca bahwa 2 Raja-Raja 14:25 mencatat Yunus sebagai tokoh orang yang sungguh-sungguh pernah ada. Nah Saudara buka dari pada 2 Raja-Raja 14:25 mencatat Yunus sebagai seorang nabi yang pernah sunguh-sungguh ada dan melayani di Kerajaan Israel Utara pada zaman pemerintahan seorang raja yaitu Yerobeam kedua. Yunus pasti adalah tokoh yang populer di Israel, dia pasti adalah nabi yang cukup dikenal luas, karena apa? Dia menubuatkan suatu nubuat yang baik, dan nubuat itu tergenapi, ayat ini mengatakan apa? Bahwa Allah mengembalikan daerah Israel yang pernah direbut oleh musuh mereka sekarang dikembalikan sebagaimana yang telah diucapkan oleh nabi Yunus, maka Yunus adalah nabi yang popular. Kalau Saudara lihat, misalnya Saudara mau peresmian dari suatu pabrik, lalu Saudara panggil, ayo pak pendeta datang berdoa, lalu pak pendeta sebelum berdoa, pak pendeta melihat pabrik itu, lalu dia mengatakan, “Aku melihat pabrik ini, dan sesungguhnya dalam 10 tahun, dari 1 pabrik menjadi 100 pabrik.” Saya kira yang hadir semua langsung dengan spontan berkata, “Amin, haleluya, puji Tuhan.” Dan lalu dalam 10 tahun kemudian itu betul jadi seratus pabrik, maka pasti orang kira hamba Tuhan itu sakti. Tapi kalau hamba Tuhan itu sebelum datang berdoa dia mengatakan, “Saya melihat dari satu pabrik ini dalam 10 tahun akan menjadi kandang ayam,” Saudara bilang, “Celaka, salah undang.” Yunus pasti seorang yang sangat populer, karena yang ia nubuatkan itu baik dan nubuat itu terpenuhi. Dan perhatikan, Yesus sendiri menyebut Yunus sebagai seorang yang pernah ada, Yesus menunjuk apa yang dialami Yunus sebagai model dari kematian penguburan dan kebangkitan Yesus sebagaimana dikatakan dalam Matius 12:40-41.
Nah bapak Ibu sekalian ingat Yunus adalah tokoh yang pernah itu ada, dia melayani pada zaman Yerobeam ke-2, satu masa yang relatif damai, satu masa yang relatif makmur. Pada zaman itu Israel merebut kembali daerah yang pernah dirampas oleh musuh mereka, Israel memperluas wilayah mereka secara ekonomi mereka stabil, secara militer mereka berkembang, pada masa itu, masa yang cukup baik. Tetapi Saudara perhatikan, seringkali di Alkitab mencatat pada masa yang kelihatan prosper, pada masa yang kelihatan damai, kelihatan makmur justru itu adalah masa yang berbahaya, karena itu masa dimana terjadi kemerosotan spiritual dan kemerosotan moral, karena bangsa itu dengan cepat mereka akan beralih dari pada menyembah Allah kepada menyembah berhala. Maka Saudara kita perlu hati-hati, dengan segala keyamanan yang kita mungkin kita terima, dengan segala kesuksesan, dengan segala kemakmuran yang ada, karena pada saat yang sama, kita mungkin akan sama seperti orang Israel, kita akan berkata kepada Allah, “Tolong minggir dari pada jalan saya, jangan terlalu banyak menghalangi jalan saya.” Kita akan melihat keadilan Allah sebagai suatu hambatan bagi kita. Tidak salah kalau Tuhan memberkati kita, tidak salah kalau Tuhan memberikan kemakmuran yang lebih, tidak salah, tetapi kita harus hati-hati karena sejarah bangsa Israel mengingatkan kita, ketika mereka makmur, mereka melupakan Tuhan.
Lalu Bapak-Ibu sekalian, kita kembali ke dalam kisah Yunus. Di dalam kitab ini Allah memanggil Yunus, di dalam tugasnya sebagai nabi, untuk pergi di dalam misi yang tidak biasa, kenapa tidak biasa? karena biasanya nabi itu memberitakan apa? nabi itu memberitakan penghakiman, penghakiman baik kepada bangsa Israel maupun kepada bangsa-bangsa lain. Tetapi kali ini Yunus diminta Allah untuk pergi memberitakan pengampunan dan berkat Allah, Yunus diminta untuk pergi memberitakan pengampunan dan berkat Allah bagi bangsa Lain. Bagaimana respon Yunus? Seharusnya kan ini kabar yang mudah untuk disampaikan. Kalau Saudara disuruh pilih menyampaikan kabar buruk atau menyampaikan kabar baik? Kalau kabar baik tidak ada masalah bukan? itu lebih mudah untuk disampaikan. Saudara pergi sampaikan kepada orang yang akan di eksekusi karena dia pengedar narkoba, lalu dia bertobat, tapi tidak ada pengampunan, lalu ketika dia hampir ditembak Saudara yang disuruh pergi mengkabarkan, “Stop, jangan tembak,” wah itu enak sekali, kita membawa suatu berita baik. Kira-kira repson Yunus bagaimana ketika Allah menyuruh dia untuk membawa berita pengampunan dan berkat Allah bagi bangsa lain? Pasal 1 ayat 3 mengatakan Yunus menolak tugas itu, dia melarikan diri. Dan maka dua kali di dalam ayat yang ketiga dikatakan “Yunus melarikan diri jauh dari hadapan Allah.” Dan di sini saya tidak tahu, apakah ketika Yunus melarikan diri, di sini saya mau Saudara mengerti kenapa Yunus harus pergi. Nanti kita akan bahas kenapa Yunus nggak mau pergi.
Pertama, kenapa Yunus harus pergi? Nah saya tidak tahu apakah Yunus ketika melarikan diri, dia ingat apa yang menjadi panggilan Allah bagi bangsa Israel? Yang jelas orang Israel, sebagaimana kita pada hari ini orang-orang Kristen dan juga gereja Tuhan, itu dipanggil bukan untuk diri sendiri tetapi menjadi berkat bagi orang-orang lain, menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lain. Kita ingat ketika Tuhan memanggil Abram di dalam kejadian 12, Tuhan memberikan janji bahwa keturunannya akan begitu banyaknya seperti bintang di langit, lalu Tuhan menjanjikan suatu janji tanah dimana keturuanan Abraham akan mendiami tanah itu, lalu Tuhan mengatakan. “Melalui engkau seluruh bangsa, semua bangsa akan mendapat berkat.” Jadi Abraham akan menjadi saluran berkat bagi bangsa lain, keturunan Abraham juga akan menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lain; dan Allah berkata segala bangsa di muka bumi itu akan diberkati melalui benih dari pada Abraham. Maka Saudara, diutusnya Yunus di pasal pertama ini dipahami dari belakang perjanjian ini bahwa Abraham dan keturunannya mereka harus menjadi berkat bagi bangsa lain. Maka kita harus memikirkannya, kalau kita sebagai orang Kristen nggak pernah menjadi berkat bagi orang lain, something wrong. Kita tidak dipanggil untuk hidup bagi diri sendiri, kita dipanggil untuk hidup, menerima, dan kemudian meneruskan pekerjaan Tuhan itu. Di dalam kovenan Allah dengan Abraham, di dalam perjanjian Allah dengan Abraham itu terkandung berita Injil yang bersifat universal. Bapak-Ibu perhatikan di dalam Kejadian 17:7 itu terkandung berita injil meskipun mungkin orang-orang pada zaman itu Abraham sendiri belum menyadari bahwa injil sudah dinyatakan di dalam perjanjian Allah dengan dia. Di dalam Kejadian pasal 17:7 itu Saudara perhatikan ketika Allah menyebut, “Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan Engkau serta keturunanmu,” nah ‘keturunan’ di sini apakah bersifat jamak atau tunggal? Yang dimaksud di sini bukan keturanan itu berarti banyak benih, tetapi kata yang dipakai itu adalah satu kata yang bersifat tunggal. Dan itu diperjelas oleh Paulus di dalam surat Galatia pasal 3:16, Paulus mengingatkan bahwa ini bukan bicara banyak benih tetapi ini bicara satu benih. Siapa dia? Yaitu Dia yang akan datang, yang hari-hari ini telah dilihat oleh Abraham, dan yang Abraham bersukacita karenanya. Di dalam Galatia pasal 3:16, Paulus menuliskan, “Adapun kepada Abraham diucapkan segala janji itu dan kepada keturunannya.” Tidak dikatakan kepada keturunan-keturunannya, seolah-olah dimaksud banyak orang, tetapi hanya satu orang. Dan kepada keturunanmu yaitu Kristus.
Maka Saudara, kovenan atau perjanjian Allah dengan umat-Nya itu adalah background yang sangat penting di dalam kita membaca kitab Yunus ini. Kita harus membaca Kitab Yunus ini dengan latar belakang bahwa Israel adalah umat pilihan Allah dan Allah akan memberikan berkat bagi bangsa-bangsa melalui mereka. Kalau kita memerhatikan Perjanjian Lama, apakah satu kalimat yang menjadi yang menjadi inti? Apakah satu kalimat yang menjadi inti dari pada relasi Allah dengan Israel? Yang menjadi inti daripada relasi Allah dengan Israel adalah ketika Allah berkata kepada bangsa Israel, “I will be your God and you will be My people. I will be your God and you will be My people.” “Aku akan menjadi Allahmu dan engkau akan menjadi umat-Ku.” Jadi Israel itu adalah hamba Tuhan. Ini adalah satu privelege yang luar biasa Bapak Ibu sekalian. Ketika kita menjadi orang Kristen, itu adalah privelege yang luar biasa. Saudara bukan menjadi orang Kristen hanya karena beberapa agama di Indonesia dan Saudara harus memilih satu agama, bukan. Tetapi jikalau Saudara bisa menjadi orang Kristen itu adalah satu hak istimewa yang Tuhan berikan. Tetapi privelege tersebut juga diikuti oleh tanggung jawab yang besar, Saudara. Umat pilihan Tuhan itu, kerajaan Israel, mereka akan menguduskan nama Allah di antara bangsa-bangsa lain, itulah tanggung jawab mereka. Mereka akan menguduskan nama Allah di antara bangsa-bangsa lain.
Kita ingat ketika Salomo mendirikan bait Allah, itu adalah bait Allah yang begitu megah, itu adalah bait Allah yang begitu luar biasa. Tetapi ketika Salomo membangun bait Allah, bait itu akan menyatakan apa? Bukan kehebatan Salomo, bait itu bukan menyatakan kemegahan Israel. Betul bait itu akan menunjukkan Israel luar biasa, bait itu akan menyatakan keagungan dan kemegahan Israel, dan Allahnya orang Israel. Di dalam doa Salomo nanti kita akan perhatikan, melalui bait Allah itu bangsa-bangsa sekitar akan diam-diam memperhatikan apa yang membedakan kerajaan kecil ini daripada kerajaan-kerajaan yang lain di sekitar. Maka Saudara perhatikan, kita sebagai orang Kristen, diam-diam orang lain memperhatikan, apa yang membedakan antara orang ini dengan orang-orang lain di sekitarnya. Maka jikalau hidup kita tidak menunjukkan perbedaan apapun juga, orang tidak mungkin memuji dan memuliakan Tuhan. Maka melalui bait Allah yang didirikan itu, bangsa-bangsa lain akan memperhatikan, memperhatikan, dan mencari tahu apa yang membedakan Israel. Dan coba perhatikan doa Salomo. Doa Salomo yang terkenal yang Salomo naikkan itu. Di dalam 1 Raja-raja 8:41-43, doa dedikasi bait Allah yang terkenal itu. Maka Bapak, Ibu, Saudara, ini hal yang perlu kita tahu dan perhatikan, sebelum Yunus melayani ada dua nabi besar yang melalui dua nabi besar itu sesungguhnya Allah sudah menyatakan berkat bagi bangsa-bangsa lain. Siapa dua nabi besar itu? Jadi bukan nabi Yunus yang pertama kali diutus pergi kepada bangsa lain, sebelum Yunus ada dua nabi besar yang pergi kepada bangsa lain. Siapa dua nabi besar itu? Yaitu Elia dan Elisa.
Perhatikan ketika kekeringan melanda seluruh Israel, pada zaman pemerintahan Ahab, di dalam 1 Raja-raja pasal 17, kekeringan dan kelaparan melanda seluruh wilayah itu, siapa yang ditolong Allah melalui Elia? Saudara masih ingat ya, adalah janda di Sarfat dengan anaknya. Sarfat itu di wilayah mana? Sarfat itu bukan wilayah Israel, Sarfat itu ada di wilayah Sidon. Sidon itu adalah kampung halaman siapa? Istri dari pada Ahab, Izebel. Izebel itu mendatangkan kesusahan, Izebel itu mendatangkan malapetaka, mendatangkan hal yang membahayakan pemerintahan Ahab dan kerajaan Israel, tetapi justru dari kampung halaman dia di Sidon itulah Tuhan memelihara hidup dari pada janda itu dan anaknya. Di mana melalui Elia mereka mendapatkan pemeliharaan tepung dalam tempayan tidak habis-habis dan minyak di dalam buli-buli tidak berkurang. Allah memelihara sampai kekeringan itu berakhir. Tetapi di wilayah lain Allah tidak melakukan itu melalui Elia. Dan perhatikan pada zaman Elisa, ada banyak orang kusta, tetapi siapakah yang ditahirkan oleh Elisa? Adalah panglima Aram yaitu Naaman. Naaman disembuhkan melalui pelayanan Elisa dan Naaman bukan orang Israel dan Naaman adalah panglima Aram, dan Aram adalah musuh Israel yang sering kali berperang mendatangkan kesusahan, mendatangkan penderitaan, tetapi Allah menyuruh Elisa menyembuhkan seorang yang disebut kafir oleh orang Israel. Dan itulah yang dikatakan oleh Yesus menjadi misinya ketika Yesus datang ke dalam dunia ini.
Di dalam Lukas 4 itu menarik sekali, Yesus sudah memberitakan itu kepada orang Israel, tetapi mereka marah sekali kepada Yesus. Di dalam Lukas 4:25-29, Saudara lihat, saya bacakan dan Saudara bisa juga mengikuti. “Dan Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar: Pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri. Tetapi Elia diutus,” Saudara perhatikan, “bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon. Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada seorangpun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria itu.” Waktu dengar itu orang Israel senang nggak? Ayat 28, “Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu. Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu.” Orang-orang Israel tidak terima bahwa Allah memberikan prioritas kepada bangsa-bangsa lain. Saudara bayangkan, betapa susahnya orang Israel mau melihat kepada bangsa lain; sehingga mereka mau membuang Yesus dari atas tebing setelah khotbah. Kalau kita hamba Tuhan khotbah yang sebagaimana jelek pun juga ya, nggak pernah habis salaman kan Saudara ajak ke atas, “Mari Pak, kita ke atas, kita bereskan di atas.” Lalu Saudara rame-rame buang Hamba Tuhan dari atas tebing. Tapi pada zaman Yesus, mereka bawa Yesus ke tebing lalu mau membuang Yesus. Nah, Saudara lihat ya sekarang ya, sekarang kita tahu alasan kenapa Yunus harus pergi. Allah tidak kirim Yunus itu tanpa alasan, tanpa background. Sekarang kita tahu alasan kenapa, background-nya kenapa Yunus harus diutus pergi.
Sekarang, apa alasannya Yunus tidak mau pergi? Bukankah sudah ada background-nya, sudah ada alasan, Allah mau Yunus pergi. Tetapi kenapa sekarang Yunus tidak mau pergi? Karena kalau kita baca bagian ini kita cuma bilang, kenapa Yunus tidak mau pergi? “Ah Yunus ngeyel, keras kepala.” Kalau anak kecil tanya, “Pak Guru, Pak Guru, kenapa Yunus nggak mau pergi?” “Yunus keras kepala sama seperti kamu.” Ya sudah. Nggak ada lagi pertanyaan lebih lanjut. Paling tidak ada 2 alasan, Bapak Ibu sekalian, 2 alasan kenapa Yunus tidak mau pergi, dan mungkin kita di dalam posisi Yunus, sangat mungkin kita juga tidak mau pergi. Alasan pertama adalah karena kejahatan dari pada Niniwe. Niniwe sekarang adalah kota yang terletak di dekat Mosul. Saudara lihat yang peperangan beberapa waktu belakangan ini antara ISIS dan pasukan pembebasan Kurdi dan Suriah; itu kota kuno yang dibangun bahkan sejak dari Kejadian 10 sudah dikatakan kota ini dibangun oleh sang pemburu agung yaitu Nimrod, dan kota itu menjadi pusat dari pada kekuasaan Asyur. Nah ini masalahnya. Niniwe bukan sekadar Surabaya, bukan sekadar Jakarta, Jogja. Bukan. Niniwe adalah kota dengan reputasi yang jahat, yang membuat Allah hendak bertindak secara langsung atas mereka. Maka Yunus diminta untuk menyampaikan kepada mereka bahwa kejahatan mereka sudah begitu hebatnya, bahkan kejahatan itu sudah naik kepada Allah. Maka Allah memerintahkan hamba-Nya itu untuk menyatakan, memproklamirkan penghakiman Allah terhadap kota itu. Saudara, kita tahu, semua dosa itu adalah mengerikan di mata Allah. Tetapi kejahatan-kejahatan tertentu begitu rupa, begitu spesifik sampai Allah perlu menjatuhkan penghukuman secara langsung kepada mereka. Kalimat “karena kejahatannya telah sampai kepada-Ku” bisa diterjemahkan pula seakan-akan baunya itu telah sampai kepada Allah seperti bau dari pada korban yang dipersembahkan di mezbah itu. Kalau kejahatan itu ada level-levelnya, Bapak Ibu sekalian. Kalau orang Jogja mungkin tahu ya kalau film Ada Apa dengan Cinta begitu kan, yang diputar di Jogja, kan ada yang bilang, wah si siapa itu, Cinta ngomong ke Rangga, “kamu jahat,” gitu kan? Wah itu jahatnya cuma level jahat-jahatan begitu kan. Anak muda tahu lah kalau filmnya. Tapi kalau Niniwe itu jahatnya betul-betul luar biasa, Bapak Ibu sekalian. Di dalam sepanjang sejarah dari pada umat manusia, dikatakan, mungkin tidak ada kerajaan, tidak ada pemerintahan yang jauh lebih kejam dan lebih jahat dari pada orang-orang Asyur. Sebagai contoh Ashurbanipal, cucu dari Sennacherib, dia sangat punya kegemaran untuk merobek atau mencabut bibir dari pada musuh-musuhnya, tahanan-tahanannya, juga tangan kaki dicabutin oleh dia. Lalu Tiglath-Pileser itu punya hobi menguliti hidup-hidup dari pada musuh-musuhnya lalu buat wallpaper itu pakai kulit dari pada manusia, dan mereka sangat menikmati segala kekejaman-kekejaman yang kalau Saudara mungkin cari baca dari pada arkeologi-arkeologi itu sangat menakutkan, Bapak Ibu sekalian. Mereka adalah bangsa yang demikian jahatnya, Bapak Ibu.
Maka keengganan Yunus pergi ke Niniwe itu salah satunya disebabkan oleh kekerasan mereka yang menakutkan, dan orang Niniwe itu tidak sadar bahwa Allah begitu murka terhadap mereka. Saudara sekalian, banyak orang berbuat kejahatan itu nggak sadar Allah hadir di dalam kejahatan mereka. Banyak orang pikir, “Oh Allah cuma ada di dalam gereja. Kalau di luar gereja suka-suka aku dong.” Saudara, pernah ada yang tanya, “Apakah Allah hadir di tempat pelacuran? Apakah Allah hadir di tempat orang mabuk-mabukan, sebagaimana Allah hadir di gereja?” Allah hadir, tetapi di dalam nuansa yang berbeda. Di dalam gereja Allah hadir di dalam anugerah-Nya kepada orang-orang percaya. Di tempat pelacuran, Allah hadir di dalam murka-Nya, di dalam kemarahan-Nya. Dan orang Niniwe ini tidak sadar, betapa murkanya Allah dengan kejahatan mereka. Dan di tengah-tengah kejahatan seperti itu, apakah Allah diam? Sering kali kalau kita melihat kejahatan kita berkata, “Tuhan, kenapa Engkau diam?” Tuhan tidak diam. Tuhan dengan aktif melihat dan Tuhan dengan aktif memandang dosa secara serius. C.S. Lewis berkata di dalam dunia ini hanya 2 macam orang: Orang yang berkata kepada Allah, “Jadilah kehendak-Mu” dan orang yang kepada mereka Allah berkata, “Jadilah kehendakmu.” Saudara sekalian, orang-orang Niniwe ini, mereka tidak sadar, tetapi bayangkan, ada kemurahan yang masih Allah berikan. Allah masih mengutus seorang nabi-Nya untuk memberitakan pengampunan kepada mereka.
Sekarang alasan kedua. Alasan pertama Yunus tidak mau pergi karena Niniwe terlalu jahat. Alasan kedua kenapa Yunus tidak mau pergi, Saudara lihat, Asyur itu adalah ancaman bagi Israel. Yunus tidak mau kisah Hazael terulang. Kisah apa? Yunus tidak mau kisah Hazael itu terulang. Saudara perhatikan di dalam 1 Raja-raja 19, sebelum Elia mengakhiri seluruh pelayanannya, Tuhan minta Elia kerjakan tiga hal. Yang pertama, mengurapi Hazael menjadi raja atas Aram; yang kedua, mengurapi Yehu menjadi raja atas Israel; yang ketiga, mengurapi Elisa untuk menjadi pengganti dari pada dirinya. Dari antara tiga ini, Elia hanya sempat mengerjakan yang terakhir, yaitu mengurapi Elisa menjadi penerus dia. Dan Elisalah yang kemudian mengerjakan 2 hal berikutnya, mengurapi Hazael menjadi raja atas Aram, mengurapi Yehu menjadi raja atas Israel. Dan Saudara perhatikan, ketika Elisa mengurapi Hazael, Elisalah yang harus membawa berita itu kepada Hazael, bahwa Hazael akan menjadi raja atas Aram, dan juga Elisa harus menyampaikan kepada Hazael bahwa sebagai raja baru Hazael akan menimbulkan malapetaka di Israel. Ini menarik Saudara. Mari kita buka 2 Raja-raja 8:7-13. Dan Saudara, apa yang dikatakan kepada Hazael ini benar, di dalam 2 Raja-raja 13:22 kita membaca, “Hazael, raja Aram, menindas orang Israel sepanjang umur Yoahas.” Maka Saudara, tidak heran pesan itu sungguh membuat Elisa berduka ketika dia harus menyampaikannya, itu adalah tugas yang pahit harus dikerjakan karena bangsanya itu akan menderita oleh karena penghakiman yang dihantar oleh tangan dari bangsa asing dan Elisa lah yang harus menjadi pembuka dari pada kabar buruk atas bangsanya itu. Maka ketika dia mengurapi Hazael dia tahu bahwa inilah orangnya yang akan membunuh para teruna dengan pedang, yang akan merobek-robek dari pada bayi-bayi yang dilahirkan, membelah perut dari ibu-ibu yang mengandung, yang mendatangkan petaka atas seluruh Israel. Tidak mudah bagi Elisa mengerjakan itu. Dan di sini Saudara perhatikan timeline-nya, Elisa meneruskan pelayanannya dan Elisa melayani selama 60 tahun di dalam masa dari 4 raja, yaitu Yoram, Yehu, Yoahas, dan Yoas. Dan Saudara perhatikan, Yunus sendiri melayani pada zaman Yerobeam kedua, itu generasi keempat setelah Yehu, berarti jarak waktunya tidak terlalu lama. Maka apa yang terjadi kepada Hazael itu, apa yang harus disampaikan oleh Elisa kepada Hazael masih fresh di dalam ingatan dari Yunus. Dan Yunus tahu asyur itu akan menjadi alat di dalam tangan Tuhan, menjadi alat negatif Allah untuk mendatangkan penghakiman kepada Israel. Berkat kepada bangsa-bangsa kafir akan datang melalui pelayanan Yunus, namun Allah juga akan mendatangkan penghakiman atas orang Israel melalui bangsa-bangsa lain.
Dan kenapa Yunus tidak mau pergi lebih lagi karena Yunus tahu karakter Allah yang dia layani. Di dalam Yunus 4:2, Yunus mengatakan ketika Allah mengampuni Niniwe, “Ya Tuhan, bukankah telah kukatakan itu ketika aku masih di negeriku? Itulah sebabnya aku dahulu melarikan diri ke Tarsis, sebab aku tahu bahwa Engkaulah Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia serta yang menyesal karena malapetaka yang hendak didatangkanNya.” Yunus tahu Allahnya itu Allah yang maha pemurah. Saudara, kalau kita hari ini tahu Allah kita adalah Allah yang demikian, betapa celakanya, kita cuma tahu jadi orang Kristen pergi ke gereja tetapi kita tidak mengenal Allah kita seperti ini, betapa sayangnya, betapa sia-sianya Saudara. Seorang pemenang Nobel Elie Wiesel yang menulis bahwa Yunus mungkin tidak berharap orang-orang Niniwe itu mati tetapi Yunus juga tidak mau mereka hidup atas tanggungan orang Israel, maka Yunus tidak mau pergi ke Niniwe. Dan jangan lupa pada masa itu Asyur juga telah menjadi ancaman bagi Israel. Kalau Saudara baca Alkitab, pada masa itu Asyur sudah memetik upeti dari raja Israel sebelumnya yaitu Yehu. Maka Saudara bayangkan, Asyur ini kayak preman, setiap hari datang palakin. Saudara kalau lihat preman setiap hari datang ke toko Saudara mau doakan dia?
Saya ingat Pendeta Romy pernah cerita, waktu Kebaktian Kebangunan Rohani di Manila pada suatu waktu ada seorang polisi yang bertobat pada malam itu dan dia begitu menyesal selama jadi polisi dia seringkali bersikap tidak adil. Dia bertugas di salah satu perempatan di Manila, di sana ada warung bakmi, setiap kali sebelum bertugas dia selalu makan bakmi dan tidak pernah bayar selama belasan tahun, maka hal itu menggoncang hati nurani dia juga. Maka dia janji, “Besok kalau saya tugas di situ saya harus minta maaf kepada si encek yang jual bakmi itu.” Maka esoknya ketika dia bertugas, dia langsung datang ke warung bakmi itu, dia makan dan setelah makan dia bayar. Encek itu kaget lihat dia bayar. Lalu dia bilang, “Ncek,” sambil matanya berkaca-kaca, “Saya mau minta maaf.” Si encek kaget, “Ada apa kok tiba-tiba berubah?” “Kemarin saya ikut KKR dan saya sungguh bertobat dan menerima Tuhan. Saya minta maaf selama ini setiap saya makan saya tidak pernah bayar.” Wah dia begitu terharu, dia jabat tangan polisi itu, matanya juga berkaca-kaca, dia bilang, “Saya juga mau jujur, saya juga minta maaf.” “Lho, janganlah ncek, jangan minta maaf, saya yang minta maaf.” “Tapi saya harus minta maaf.” “Kenapa? Ncek tidak salah.” “Saya mau minta maaf karena selama belasan tahun, sebelum bakminya saya hidangkan saya ludahi dulu.” Saudara, tidak mudah untuk kita melihat orang yang tiap hari merugikan kita. Di dalam level seperti itu saja sudah sulit apalagi Yunus harus pergi ke Niniwe. Tapi Saudara tahu nggak, terkadang ada hal yang membuat kita tidak mau pergi, ada dua hal yang membuat kita tidak mau menjadi berkat orang lain. Kenapa Saudara tidak mau menjadi berkat bagi orang lain? Kenapa saya terlalu berat untuk melangkahkan kaki untuk masuk ke dalam suatu pelayanan? Kenapa? Yang Pertama, karena kita tidak suka dengan orang-orang yang kita layani, kita tidak suka dengan kelompok itu, kita tidak suka dengan bangsa itu, kaum itu, kita tidak suka dengan orang yang kita layani itu, maka kita tidak mau.
Yang kedua adalah karena kita memikirkan kepentingan diri kita, kita memikirkan kepentingan kelompok kita, kita memikirkan untung-rugi kita dalam pelayanan. Maka ketika Yunus pergi ke Yafo, Saudara perhatikan Allah itu, Alkitab itu begitu amazing, ketika saya menggali Alkitab itu begitu amazing. Yunus pergi ke Yafo, di Yafo itu dia bergumul, dan di dalam pergumulan itu dia memutuskan dia melarikan diri jauh dari hadapan Tuhan. Dan Saudara ingat kota yang sama dipakai Tuhan di dalam Perjanjian Baru memiliki pergumulan yang sama, memiliki signifikansi yang sama, memiliki kaitan dengan bangsa-bangsa lain di dalam kisah apa? Di dalam Kisah Para Rasul 10, ketika Petrus sedang berada di kota Yope, kota yang sama Perjanjian Lama Yafo, di dalam Perjanjian Baru Yope. Dan di situ Petrus sedang berdoa kepada Tuhan, tiba-tiba turunlah kain lebar dari atas langit, menggantung, lalu di hadapannya Petrus melihat begitu banyak binatang yang tidak halal, binatang yang haram. Lalu ada suara, “Sembelihlah dan makanlah.” Petrus mengatakan, “Tidak Tuhan, seumur hidup aku tidak pernah makan sesuatu yang tidak halal, sesuatu yang haram tidak aku sentuh.” Sampai 3 kali Tuhan berkata, “Sembelihlah, makanlah,” lalu kain itu naik ke atas. Lalu setelah itu utusan Kornelius dari Kaisarea datang menjemput Petrus. Di situlah pergumulan Petrus. Kornelius itu adalah orang non-Yahudi pertama setelah Pentakosta yang mendengarkan berita pengampunan di dalam Kristus. Dia adalah seorang Romawi, dia adalah bangsa lain, dia bukan orang Yahudi, tetapi Tuhan suruh Petrus, “Engkau harus pergi.” Tapi bagaimana Tuhan, ada benteng yang begitu kuat menghalangi antara orang Yahudi dan orang non-Yahudi? Tetapi Tuhan memberikan pelajaran kepada Petrus melalui kain lebar yang turun di hadapannya, Tuhan berkata, “Ambillah, makanlah.” Di sini Petrus menyadari bahwa dinding pemisah itu harus diruntuhkan. Ketika di Yafo Yunus melarikan diri tetapi di Yope Petrus memberikan dirinya masuk di dalam misi yang Tuhan kehendaki untuk dia kerjakan.
Maka Saudara sekalian, kita ingat kabar baik itu bukan milik kita ya. Kadangkala orang Kristen itu mementingkan kabar baik itu di dalam tangan dia, di dalam masa hidup dia. Biarlah kabar baik itu tidak menjadi kabar buruk di tangan kita pada masa hidup kita. Jika kita sudah menerima yang terbaik dari pada Tuhan masihkah kita menahan itu dari pada menjadi berkat buat orang lain? Seperti saya selalu menyadari suatu hal, waktu kemudian kita boleh memberikan persembahan seperti tadi janji iman untuk KKR Paskah, Saudara harus ingat pernah ada suatu masa Saudara dan saya, kita menjadi mahasiswa yang tidak punya apa-apa, lalu kita tidak tahu apa-apa, kita tidak kenal apa-apa. Lalu orang mengajak kita menuju kepada suatu ibadah, suatu kebaktian kebangunan rohani. Lalu kita duduk di sana, kita mendengarkan firman Tuhan, mendengarkan injil, dan pada hari itu kita menerima Tuhan. Itu adalah hari yang penuh dengan sukacita. Atau di tempat lain, mungkin Saudara-saudara sedang berjalan-jalan, lalu ada orang yang memberikan traktat kepada Saudara. Dan ketika Saudara membaca traktat, itu merubah hidup Saudara. Saya pernah mendengar kesaksian seorang pengurus di Balikpapan, dia dulu adalah seorang dari seberang sana, lalu dia begitu membenci Kekristenan. Dan dia pergi ke suatu dokter, dan di dokter itu begitu banyak traktat yang ditaruh. Dan karena dia menunggu terlalu lama, dia membaca satu persatu, baca satu persatu, dan disitulah kemudian dia mengenal Tuhan. Sekarang Saudara pikir, kita pernah menerima berkat melalui pekerjaan orang lain, kita tidak tahu siapa. Pernah ada orang yang bayar harga sehingga kebaktian diselenggarakan. Pernah ada orang yang bayar harga beli traktat sehingga kita boleh menerima injil. Pernah ada orang yang melakukan sesuatu sehingga kabar baik itu diteruskan sampai kepada kita pada hari ini. Sekarang ketika kita mempunyai kesempatan untuk meneruskan kabar baik itu bagaimana respon kita?
Saya terus mengingat suatu cerita ketika Pdt. Stephen Tong memulai kebaktian di Granada. Waktu itu pak Tong cerita pak Tong sudah siap untuk menjual mobil Mercedes tua yang kapan saja kalau sampai hari itu sewa tidak cukup. Saudara, kalau sampai hari itu sewa tidak cukup maka pak Tong siap untuk menjual mobilnya buat nutup. Tapi puji Tuhan setiap minggu persembahan itu cukup. Dan ada satu orang yang selalu memasukan cek yang jumlahnya itu mencukupi dari pada kebutuhan sewa minggu itu. Dan orang itu setia memberikan cek itu sampai akhirnya diketahui siapakah orang yang memberikan itu. Dia bukan orang kaya, dia orang yang sederhana, tapi dia lihat pekerjaan Tuhan begitu perlu, begitu perlu di kota seperti Jakarta ada firman Tuhan yang ketat, firman Tuhan yang bertanggung jawab diberikan, maka dia dengan rela hati. Dia bukan orang yang berlimpah berlebih tapi dia menuliskan sejumlah uang cek dalam cek itu, memasukannya. Saya sendiri mengenal pasangan suami istri itu setelah mereka tua. Mereka hidup sangat sederhana. Ketika tua mobilnya mobil yang tua sekali tapi mereka pernah melayani pekerjaan Tuhan. Sekarang sang suami sudah dipanggil oleh Tuhan. Saya selalu mengingat suatu hal Kita pernah mendengar kabar baik itu. Tetapi apakah kabar baik itu menjadi kabar buruk di dalam tangan kita? Ketika orang Kristen hanya mau menerima berkat tetapi berkat itu berhenti di dalam masa hidup kita maka gereja akan mati. Kekristenan akan menjadi seperti laut mati. Pernah menerima berkat tapi tidak lagi memberikan kehidupan. Mari kita berdoa.
Kami berdoa Tuhan, dan mengucap syukur dalam masa hidup kami Tuhan pernah memberikan anugerah yang begitu besar ketika kami menerima Tuhan Yesus Kristus. Kami menerima itu menanggung pekerjaan yang Tuhan sediakan melalui orang orang yang lain. Ada orang yang memberikan harta milik mereka, ada orang yang memberikan hati mereka, memberikan waktu mereka, tenaga mereka, pelayanan mereka supaya kami boleh menerima berita injil itu. Dan setelah kami terima ya Tuhan kami merespon seperti apakah ya Tuhan terhadap berita injil yang sudah kami terima itu. Biarlah Engkau yang menggerakkan hati kami Tuhan. Biarlah Engkau memberikan kerinduan juga kepada kami supaya kami pun boleh meneruskan berita itu dan hidup kami menjadi hidup yang sungguh-sungguh berbuah di dalam ladang Tuhan. Terimakasih Tuhan kami serahkan juga untuk gereja di tempat ini, Tuhan terus membangun menjadi berkat sehingga banyak mahasiswa juga yang belajar di kota ini mereka sungguh mengenal Tuhan dalam masa muda mereka. Terima kasih ya Tuhan, kami berdoa dan kami bersyukur dalam nama Tuhan Yesus. Amin