Yak. 1:18
Pdt. Stephen Tong (VCD)
Saudara-saudara, minggu yang lalu kita telah membicarakan, segala pemberian yang baik, segala karunia yang sempurna, itu berasal daripada Tuhan, Bapa yang dari terang dan di dalamNya tidak ada kegelapan, tidak ada perubahan, dan tidak ada yang berputar, tidak ada bayang pertukarannya. Saudara-saudara, minggu lalu, setelah saya berkhotbah, seorang datang kepada saya, setelah kebaktian pertama, “Apa artinya bayang-bayang pertukaran?” Di dalam Tuhan, tidak ada bayang-bayang pertukarannya. Saudara-saudara sekalian, saya tidak sempat memberikan penjelasan lebih lengkap pada minggu yang lalu, dan hari ini kita akan menyambung, dan akan disambung dengan ayat ke 18, karena di bawah dikatakan: “dengan rencana kehendakNya, Dia telah melahirkan kita dengan Firman kebenaran itu, supaya kita boleh menjadi anak sulung di atas segala sesuatu yang dicipta oleh Dia.” Nah Saudara-saudara, apakah hubungan organik antara ayat-ayat yang sebelumnya dan ayat-ayat yang di sini? Karena di sini mempunyai kalimat-kalimat yang seperti tidak ber-relevan satu dengan lain, seperti yang depan sama yang belakang topiknya berbeda. Tapi karena ada satu hubungan organis, sehingga kita harus menemukan maksud yang tertinggi dan arti selengkapnya dari semua bagian yang kita baca. Saudara-saudara sekalian, di dalam ayat-ayat yang sebelumnya dikatakan pemberian itu baik, dan pemberian itu dari Tuhan, dan Tuhan itu terang adanya, dan Tuhan itu tidak berubah, dan tidak ada bayang-bayang kegelapan, pertukaran di dalam Tuhan itu sendiri. Dan sebelum itu dikatakan bahwa dosa datang dari pada napsu yang dibuahi, dan nafsu setelah dibuahi menghasilkan dosa, dosa sudah matang menghasilkan kematian. Nah ini semua ayat-ayat, setiap ayat itu independent, boleh kita jelaskan dengan pengertian yang kita terima dari pada ayat-ayat yang lain di dalam kitab-kitab lain di dalam seluruh Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Tetapi ayat-ayat yang mengandung kata-kata seolah-olah tidak relevan ini, maknanya apa?
Saudara-saudara, nafsu dibuahi menghasilkan dosa, dosa sudah matang mengakibatkan kematian. Nafsu yang dibuahi, itu nafsu itu apa? Itu pemberian. Nafsu itu apa? Itu berkat dari Tuhan. Jadi kita mempunyai keinginan, kita mempunyai nafsu, ini semua termasuk karunia pemberian dari pada Tuhan. Puji Tuhan, kita mempunyai nafsu. Tetapi nafsu yang baik dan nafsu yang buruk, nafsu yang suci dan nafsu yang najis, harus dibedakan. Kalau tidak demikian, kita akan memakai nafsu untuk menjadi lawan Tuhan. Kita mempergunakan nafsu untuk merintangi kehendak Tuhan Allah. Kita memakai nafsu untuk bersekongkol dengan setan, sehingga akhirnya kita menjadi alat kejahatan dan kita tidak sadar. Itu sebab, nafsu jangan dibuahi untuk menuju kepada dosa. Pembuahan itu adalah sesuatu kebebasan yang salah arah. Pembuahan itu adalah ajakan dari setan untuk meninggalkan Tuhan, sehingga waktu kita ingin sesuatu, yang diinginkan, kalau tidak ada hubungan dengan kehendak Allah, maka keinginan itu mulai menyeleweng. Kalau penyelewengan itu terjadi maka berarti kita sudah terima tawaran dari pada arah salah dari setan, dan kita mulai dibuahi dengan arah yang salah itu, demikian meninggalkan Tuhan, kita menjadi berdosa. Berdosa bukan mulai dari pada tindakan, berdosa mulai dari pada salah arah. Berdosa bukan mulai dari perbuatan, kalau sudah berbuat baru salah, sebelum berbuat tidak ada salah, mengapa Allah katakan yang membenci orang sama dengan membunuh orang? Orang yang membunuh orang pakai kelakuan, orang yang membenci orang pakai motivasi, pakai sesuatu etika yang tidak kelihatan di dalam. Hatinya membenci maka tangannya membunuh. Tangan hanya alat dari kebencian, benci itu adalah tuan dari pada tangan. Sehingga di dalamnya emosi berarah salah akan mengakibatkan pikiran merencanakan salah, pikiran yang merencanakan salah mengakibatkan tindakan-tindakan yang diperalat oleh kesalahan itu. Pembuahan itu dari iblis supaya kita mengarahkan napsu dan kebebasan kita bukan kepada Allah tetapi melawan Allah, bukan mendekati Allah tetapi menjauhi Allah. Itu sebabnya pemberian itu baik tetapi arah yang salah mengakibatkan pemberian itu menjadi jahat.
Nah itu sebabnya arah kita harus kita hati-hati, pelihara, mengamati, dan sungguh-sungguh dengan perasaan takut kepada Tuhan kita persembahkan di dalam tangan Tuhan. “Oh anak-Ku, berilah hatimu kepada-Ku,” inilah seruan dari Perjanjian Lama, “Oh anak-anak-Ku, berilah hatimu kepada-Ku dan matamu harus melihat perjalanan yang benar.” Saudara-saudara, peliharalah hatimu lebih daripada memelihara apapun karena segala akibat seumur hidup berasal dari pada mental dan dari pada hatimu itu sendiri. “Preserve your heart, keep your mind, and follow Me, return to Me My son,” ini seruan Tuhan. Hati kita yang berarah kepada Tuhan, itu yang mengakibatkan kelakuan kita tidak menyeleweng. Hati kita yang mempunyai perasaan takut kepada Tuhan, itu yang mengakibatkan kita tidak mencemarkan diri dengan dosa. Saudara-saudara, keep your mind, keep your heart in the hand of God. Calvin berkata, “Aku menyerahkan hatiku di dalam tanganMu, ya Tuhan.” Nah ini menjadi sesuatu panggilan, sesuatu patokan bagi setiap orang yang mau melayani Tuhan. Setiap orang yang mencintai Tuhan, biar hati kita selalu dipelihara untuk berarah kepada Tuhan. Pemberian itu dari Tuhan. Tuhan itu apa? Tuhan itu terang, Tuhan itu hidup, dan Tuhan itu kasih. Karena Dia terang, tidak ada kegelapan. Saudara-saudara, gudang yang menyimpan barang-barang yang sudah dipakai atau barang-barang yang tidak berguna, itu selalu tempat paling gelap. Dan di situ segala macam insects, segala macam binatang, tikus, kecoa dan sebagainya berada di dalam karena tidak ada terang di dalamnya. Demikian di dalam hati kita, jikalau ada tempat yang gelap, di tempat yang tersembunyi, yang tidak dicahayai oleh terang dari Tuhan, di situ dosa akan merambat tidak habis-habis. Kita harus belajar menjadi orang yang hidup di hadapan terang, hidup di bawah terang, hidup disinari oleh terang, karena Tuhan kita itu Tuhan yang terang adanya. Saudara-saudara, bagaimana bisa saling mengasihi? Bagaimana bisa bersekutu antara orang suci dengan orang suci yang lain? Bagaimana bisa harmonis dan damai antara pendeta dengan pendeta, pendeta dengan majelis, majelis dan tua-tua, tua-tua dan anggota, pengurus dan orang Kristen umum, awam dan pelayan. Semua itu hanya mungkin kalau semua hidup di dalam terang.
Saudara-saudara, lebih baik berani katakan sesuatu kalau engkau mencurigai seorang Saudara, daripada simpan-simpan di dalam hati lalu menganggap diri sudah mengampuni dia. Saudara-saudara, tetapi waktu bicara itu mesti bagaimana? Dua hal: harus mengerti dengan sungguh-sungguh situasi sebenarnya, jangan sembarangan menasihati orang dengan salah ngerti, sudah salah ngerti lalu menasihati itu paling membencikan orang, itu paling menjengkelkan orang. Kedua, sudah mengerti dengan jelas, segala sesuatu itu sudah betul-betul engkau tahu, engkau tahu tidak salah, katakanlah dengan prinsip kasih. Kalau dengan marah-marah, dengan benci, dengan penuh kritik maka orang akan marah pada kita kembali. Lalu engkau cuma ingat apa yang dimarahi, engkau tidak ingat apa yang kau marahkan pada orang lain. Ini tidak adil. Saudara-saudara, bagaiaman rukun bagaimana saling mengasihi, bagaimana hidup harmonis, itu perlu keterbukaan. Keterbukaan berarti hidup di dalam terang. Maka di sini dikatakan segala pemberian yang baik itu dan segala karunia yang lengkap itu datangnya daripada Bapa dari segala terang, yaitu Tuhan Allah. Dan kita hidup di dalam terang. Kita bisa bersekutu dan dengan cara demikian untuk membicarakan sesuatu perlu dua hal lagi, pertama bijaksana kedua tunggu waktunya. Nah minggu depan kita akan masuk kedalam prinsip itu, ini semua kait satu dengan yang lain, luar biasa. Sehingga pada waktu kita mau hidup di dalam terang, God is light. We are children of light, we shine one another, we illuminate one another under the great light of God. Kita adalah anak-anak terang karena kita sudah diberikan buah terang di dalam hidup kita sehingga kita boleh saling menerangi satu dengan yang lain, sehingga kita boleh menyinari setelah mengiluminasikan saudara kita. Saya memberikan cahaya kepadamu, engkau memberikan cahaya kepadaku. Di tengah-tengah terang kanan dan terang kiri yang menyinari ke mimbar ini, tidak ada batasnya. Karena apa? Terang sama terang bersekutu, terang sama terang bersatu. Ndak pernah terang ini sampai di sini berhenti, lalu ada gap sedikit, lalu terang dari sini sampai sini berhenti, tengahnya tidak ada terang, ada garis hitam. Ada ndak? Nggak ada. Di mana ada dua terang pasti cahaya mereka bertemu melalui keharmonisan yang tidak ada border. Nah ini cahaya. Ini ajaran Alkitab.
God is Light. He is the source of all light, and He lives in light, and you are enlightened and you are born in the word of God and become the children of light. Kita adalah anak-anak terang yang dilahirkan di dalam firman. dimana dari Tuhan yang terang adanya menyinari cahaya firman yang terang adanya kedalam hati kita dan menjadikan kita anak-anak terang. Terang sama terang, terang-terangan. Terang sama terang hidup dalam transparant, sehingga mari kita memberikan pengertian yang paling transparant dengan sungguh-sungguh dengan penuh cinta kasih sebagaimana anak di hadapan mamanya tidak bisa menyembunyikan apapun. Mama paling tahu segala sesuatu, dari bayi, dari pucuk rambut sampai kaki, dari hari lahir sampai dia dewasa, dulu penyakitnya apa, kesulitannya apa, dia tidak bisa makan apa, dia alergi kepada apa. Mama paling tahu. Demikian di dalam terang kita hidup di dalam terang kita bersekutu. Demikian di dalam Yohanes pasal 1. 1 Yohanes 1:7 dikatakan, jikalau kita bersekutu di dalam terang sebagaimana Bapa di dalam terang maka kita akan hidup di dalam persekutuan itu, jikalau kita hidup di dalam terang sebagaiaman Allah berada di dalam terang maka kita akan bersekutu di dalam Tuhan dan bersekutu dengan sesama. Nah di sini saya melihat suatu tanda yang indah, kita hidup di dalam terang seperti Bapa hidup di dalam terang. Maka kita bersekutu dengan Bapa dengan saudara, persekutuan antara kita dnegan saudara-saudara itu namanya horisontal, persekutuan antara kita dengan Bapa itu namanya vertikal. Dan horizontal ketemu dengan vertikal itu tanda apa? Tanda salib. We are living in light, we are talking in light, we are thinking in light, we are serving in light, we are communicating our self with other in light, we have fellowship in light. Kalau kita semua berada di dalam terang makan kita semua bersekutu satu dengan yang lain karena cinta kasih. Kita bersekutu dengan Tuhan Allah karena Dia lebih dulu mengasihi kita. Sehingga kasih dari atas ke bawah mengakibatkan dari bawah ke bawah, dan dari bawah ke atas, itu menjadi tanda salib. Inilah hidup gerejawi.
Karena segala anugrah itu dari Tuhan adanya, maka Tuhan itu adalah sumber segala terang. Di dalam diri Dia tidak ada gelap, tidak ada perubahan, dan tidak ada bayang-bayang daripada pertukaran. Apakah artinya bayang-bayang pertukaran? Saudara-saudara, di situ terang, di sini satu pen. Pen ini mempunyai bayang-bayang di belakang. Nah sehingga terang bersinar kepada pen, dan tempat pen yang menghalangi sinar, meninggalkan bayang-bayang gelap di belakang – lihat tangan saya, betul tidak? Nah kalau pen ini goyang, maka bayang-bayang itu tukar. Bayang-bayang itu mulai berubah, betul nggak? Di dalam Dia, di dalam Tuhan, tidak ada pertukaran bayang-bayang itu. Nah bayang-bayang tertukar, itu artinya apa? Artinya Tuhan sendiri adalah dirinya terang. Maka dirinya terang, tidak ada bayang-bayang di dalamNya. Di luar Tuhan baru ada sesuatu yang diterangi. Di luar Tuhan baru ada sesuatu bayang-bayang yang menutup terang. Nah itu adalah pribadi-pribadi yang bukan Tuhan dan yang berubah di hadapan Tuhan. Jikalau kita berubah-rubah, bayang pertukaran itu ada. Jikalau kita tetap mengarah kepada Tuhan, bayang itu ada tapi tidak bertukar. Nah Saudara-saudara, kita adalah seseorang yang mungkin menghasilkan bayang-bayang pertukaran. Dan kita bertukar bayang-bayang karena kita berubah arah, berubah posisi. Waktu kita rubah, maka pertukaran bayang itu ada. Tetapi Tuhan, tidak ada perubahan! Karena Dia sendiri kekal sampai kekal. Tuhan, tidak ada bayang-bayang pertukaran karena Dia sendiri adalah terang an sich, terang itu sendiri.
Nah Saudara-saudara, dengan pengertian seperti ini, baru kita masuk ke dalam ayat yang ke-18, “Atas kehendak-Nya sendiri Ia telah menjadikan kita oleh firman kebenaran.” Nah Saudara-saudara, di sini terang dan tidak perubahan dan tidak ada bayang-bayang pertukaran, sudah masuk ke dalam dua hal: kehendak dan kebenaran. Nah Saudara-saudara, apakah kaitan akan kalimat-kalimat, kata-kata seperti ini? Di sini kita melihat, rubah dan tidak berubah, itu kontra. Rubah dan tidak berubah, itu berada di tengah-tengah yang dicipta dan Yang Mencipta. The only unchangeable, the only unmovable, the only immutable, the only eternal unchanged substance, is God! Saudara-saudara, saya kira salah satu orang yang otak paling pinter dalam sejarah adalah Aristotle, dan dia sudah mulai memikirkan daripada dunia gerak sampai dunia yang tidak gerak, itu dengan sistem epistemologi yang luar biasa. Guru dari Aristotle, namanya Plato. Dan Plato pernah mengatakan, “Di dalam dunia yang perubahannya begitu banyak, mungkinkah kita menemukan yang tidak berubah? Di dalam dunia yang penuh dengan keadaan yang relatif, mungkinkah kita pegang sesuatu yang mutlak? Di dalam dunia yang penuh dengan keadaan yang tidak menentu, bisakah kita mempunyai fondasi yang menentu dan kekal? Di dalam dunia yang sementara, mungkinkah kita mempunyai pegangan iman dan pengharapan yang abadi? Jawabannya adalah tidak!” Nah ini 2400 tahun yang lalu. Plato mengkonfirmasikan, di dunia ini nggak ada yang kekal, di dunia ini tidak ada yang tidak berubah. Di dunia ini tidak ada yang mutlak. Maka, kalau demikian, kenapa konsep kita ada mutlak? Kenapa hati kita tuntut mutlak? Waktu engkau cinta seorang wanita, engkau ingin nikah sama dia, engkau tidak mau dia juga cinta orang lain bukan? Engkau mutlak mau dia sehati kepadamu. Tuntutan itu bahkan mengharap dia sampai mati tidak berubah. Jadi tuntutan kekekalan, tuntutan kesempurnaan, tuntutan tidak berubah, tuntutan abadi itu adalah tuntutan yang sangat hakiki daripada permintaan sedalam-dalamnya hati manusia di dalam agama, di dalam kasih, dan di dalam ide yang sempurna.
Nah ini semua merupakan tidak ada jawaban dari manusia, kecuali kembali ke Alkitab. Karena hanya di dalam Kitab Suci mengatakan kita dicipta menurut peta dan teladan Allah. Dengan demikian, kalau dunia tidak ada, maka yang kekal di mana, yang tidak berubah di mana, yang mutlak di mana, yang abadi di mana? Plato mengatakan, dunia tidak ada. Maka Plato harus memberikan presaposisi: ada dunia aidos. “Aidos” – Bahasa Greeka, akhirnya ke Inggris menjadi ide, “idealism” – ide. Jadi idemu terlalu tinggi. Ide bukan terlalu tinggi, ide itu harus tertinggi baru ide. Yang terlalu tinggi berarti kelebihan, itu kelebihan berarti ada yang lebih rendah. Lebih rendah berarti tidak mutlak. Yang disebut aidos di dalam Plato: the absolute, the eternal, immutable, unchangeable, unmovable, itu yang kekal, baru namanya itu ide, aidos. Nah Saudara-saudara, maka dunia Plato menjadi dualisme. Yang di bawah ini nggak mutlak, yang mutlak di situ. Yang di dunia kelihatan ini nggak sempurna, yang sempurna di situ. Coba engkau bikin satu bunder, bundeerrrrr. Sudah bunder selesai, dibesarkan dengan keca pembesar 100.000x, baru tahu bundernya nggak bunder, karena peyok-peyok. Ngerti maksud saya? Engkau di dunia nggak dapat yang mutlak, engkau sebelum nikah menganggap yang kau pilih terbaik, lebih baik dari Ratu Elizabeth, lebih baik daripada Lady Di, lebih baik dari siapa. Sudah nikah baru tahu sedikit mirip setan, Saudara-saudara. Kenapa? Waktu kau nikah, idemu yang diklopkan dengan orang itu. Waktu engkau sudah hidup, baru tahu, orang itu adalah orang yang jatuh di dalam dosa, seperti dirimu, nggak mungkin mutlak. Sehingga kita di dunia ini tidak menemukan yang mutlak, tidak menemukan yang kekal, tidak menemukan yang tidak berubah. Tidak menemukan yang abadi untuk selama-lamanya. Tidak. Tetapi karena itu kita sendiri berada di dunia ini, tidak boleh kita menuntut orang lain dengan konsep itu. Lalu menganggap diri lebih baik dari orang lain. Itu dosa. Mari kita saling mengasihi dengan mengerti banyak kelemahan di dalam diri saya dan banyak kelemahan pada orang lain. Mari kita saling mengerti dan saling mengasihi.
Tetapi ayat ini sekarang putar kemana? Putar kepada Allah itu terang, tidak ada bayang-bayangnya, dan melalui kehendakNya dan kebenaranNya dia menghidupkan kita dengan Firman, supaya kita dilahirkan kembali. Dan di sini ayat-ayat dikait satu dengan yang lain karena apa? In this a changing world, in this a mutable world, there is immutable, unchanging will of God eternal. Dan dengan kehendak itu, kehendak tidak berubah, kehendak yang sempurna, kehendak yang abadi, kehendak yang tidak berubah untuk selama lamanya, yang mutlak, Dia melahirkan kita. Nah Saudara-saudara, dulu kira Kitab Suci ini gampang, saya kira penulis Kitab Suci orang biasa, asal tulis saja, dan nggak ada perlu tanya, cari di dalam kamus, karena tidak terlalu sulit, tapi makin menjadi hamba Tuhan, makin melihat, makin melihat perbedaaan organis, perbedaan yang kait satu dengan yang lain, yang tidak ada pada buku lain. Saudara ikut kebaktian di sini, Saudara sadar, yang ditafsirkan seperti ayat biasa, tetapi yang ditemukan itu pikiran-pikiran luar biasa dalamnya, nggak ada buku seperti ini. Saudara-saudara, lalu di sini dikaitkan yang disebut contingent and incontingent, selain dari pada mutable and immutable, selain dari pada sementara dan kekal.
Sekarang saya masuk ke dalam satu istilah, contingent dan incontingent, apa artinya? Contingent berarti boleh ada boleh tidak, incontingent tidak pernah tidak ada, harus ada, nggak ada satu saat dia menghilang. Nah sekarang ambil contoh ya, tahun 40 saya dilahirkan, kalau tahun 2010 saya mati, selama 70 tahun ini saya ada, sebelum tahun 40 saya nggak ada di dunia ini, setelah 70 tahun saya hidup saya tidak ada lagi. Jadi 70 tahun di dunia ini ada Stephen Tong tetapi anak saya lahir 75 sesudah itu sampai 2040 umpama, dan ini waktu saya tidak ada dia menyambung ada, tapi waktu saya ada dia belum pernah ada, waktu saya sudah nikah berapa tahun dia ada, nah maka saya menempati sejarah dari tahun ini sampai ini lalu tidak ada, sebelum saya mati dia ada, lalu pada saat setelah saya mati berapa puluh tahun dia menjadi tidak ada lagi. Nah setiap keberadaan, setiap eksistensi manusia yang disebut contingent berarti kita dulu nggak ada, akhirnya dilahirkan kita ada, setelah kita ada kita mendadak tidak ada lagi. Nah seorang yang saya beli arloji dari pada dia itu mendadak dua minggu yang lalu saya ke situ lihat anaknya yang jaga toko, “mana papa?” “Sudah mati.” “Hah, bukankah minggu lalu saya lihat bayangnya di sini?” “Tidak, sudah mati hampir satu bulan.” Nah ini orang sudah kenal lama, mendadak tidak ada. Lalu saya turut berpikir “loh kok tidak ada ya,” apa artinya tidak ada? Ya tidak ada, kalau dibuka kuburannya ada, hah, tetapi di tokonya tidak ada, ah besok-besok giliran kamu sama saya juga begitu. Kadang-kadang kita lewat satu jalan, seorang encek yang jaga toko di situ, saban hari di situ, berpuluh-puluh tahun di situ, berpuluh-puluh tahun di situ, pagi di situ sampai sore, mendadak tidak ada, ditanya di mana? Di kuburan? Lalu dulu itu apa? Dulu satu orang yang ada di situ, sekarang menjadi tidak ada dan ganti yang lain, nyonya yang ganti di situ, cara ngomng lain, cara jualan lain, menjadi tidak ada. Demikian di Singapore , tempat yang saya tinggal, yang sebelahnya ada orang tuanya yang jual antik, saya ngomong-ngomong sama dia, ngomong baik-baik, mendadak tidak ada, hilang, tanya, sudah mati, sudah mati, istrinya nggak suka antik, nggak bisa jual antik, tokonya ditutup sampai sekarang sudah dua tahun setengah nggak pernah buka, tidak ada, di cari orangnya tidak ada. Tapi dulu ada kok, dulu saya duduk sini ngomong sama dia, menyelidiki buku, bicara diskusi, aku ngomong baik-baik, sekarang tidak ada. Itu namanya contingent. Saudara tahu tidak, engkau tidak kekal lho, kursi di rumahmu lebih umur panjang dari kamu lho, jangan lupa lho, mangkok yang engkau pakai mungkin 200 tahun lagi masih ada , kau yang nggak ada. Jangan kira “ow mangkok tok,” lebih umur panjang dari kamu lho. Saudara-saudara, itu kursi-kursi di rumahmu yang sudah rusak-rusak, kayunya mungkin umurnya 200 tahun masih ada, jadi kita ini yang contingent, kayu kursi juga contingent cuma lebih panjang aja. Kemarin ada seorang yang mengatakan, “Saya ada barang kecil-kecil sudah tua, kalau pak Tong mau ambil aja, itu barang tidak mahal,” tetapi dia tidak tahu, yang satu 400 tahun, yang satu 600 tahun, dia kaget. Nah kita ini siapa? Kita contingent, datang tidak ada, dulu masih kecil, sekarang sudah tua. Saya dulu lebih muda dari anda lho, betul,dulu saya mudah sekali lho, dulu saya itu bayi lho, dulu saya belum dilahirkan, dulu saya nggak ada, contingent.
Incontingent, yang incontingent cuma satu, Allah itu dari kekal sampai kekal. Waktu Elia berkata kepada nabi-nabi Baal, “Teriak , teriak lebih keras, o Baal, Baal.” Nanti di dalam oratorio Elia, “Baal we cry to thee, baal we cry to thee.” Itu melukiskan bagaimana nabi Baal berteriak, lalu sesudah berteriak, api tidak turun. Lalu Elia mengatakan, “Kurang keras! Lebih keras lagi! Tolong, panggil dia!” Mereka bilang, “Baal, we cry to thee.” Masih kurang keras. Elia itu nakal lho. Ini nabi berkuasa di hadapan Tuhan tapi nakal sekali sama orang yang tidak beres doktrinnya. Dia mengatakan, panggil karena dia tidak ada, contingent. Sementara dia nggak ada maka lu teriakkan kurang keras. Coba lebih keras. Ke mana dia? Itu kalimat aslinya artinya “dia ke WC,” karena dia tidak ada. Contingent. Sekarang sedang nggak ada. Dalam terjemahan Indonesia tidak muncul istilah itu. Dia sedang pergi sementara, berhenti sementara. Itu kalimat itu untuk Bahasa Ibrani pergi ke WC, maka berhenti sementara. I will be right back, jaga sebentar ya, aku akan pergi. Saudara yang ada kios di Mangga Dua, wah kalau cuma satu orang yang jaga, waktu mau kencing bagaimana ya? Wah nggak bisa tutup toko, nggak bisa tidak kencing. Wah kebelet setengah mati. Yang paling celaka waktu kebelet, yang beli tidak mau pergi-pergi. Gimana ini ya Tuhan? Nah Saudara-saudara, akhirnya engkau ada orang datang, silakan ya, cepat-cepat, saya pergi sebentar. Waktu itu sebentar nggak ada, itu namanya contingent. Nah Saudara-saudara, kita di dalam sejarah semua contingent. Contingent, contingent, contingent, semua. Kadang-kadang ada, nggak ada. Engkau ada, sebentar nggak ada. Di dalam dunia ini, yang boleh ada boleh tidak ada, itu contingent. Allah incontingent. Allah nggak pernah satu saat tidak ada. Nah konsep incontingent muncul di dalam kalimat Kong Hu Cu: “Di dalam hidup manusia, ada satu hal yang tidak boleh satu saat engkau tinggalkan, firman.” Itu Kong Hu Cu. Firman itu tidak boleh satu momen engkau tinggalkan dia, karena dia yang menunjang hidupmu. Tetapi pengertian Kong Hu Cu bagaimana hebat pun, bukan wahyu. Hanya reaksi manusia kepada wahyu umum saja, menjadi kebudayaan tinggi. Bagaimana wahyu asli dari Tuhan Allah? Ini firman. Sehingga di sini dikatakan bahwa meskipun kita ini mungkin dari pada nafsu menuju dosa dan menuju kematian, tetapi di sana ada satu yang adalah terang, yang tidak berubah, dan tidak ada pertukaran bayangan. Tidak ada bayang pertukaran di dalam diri-Nya, dan menurut kehendak-Nya Dia melahirkan kita. Kita bersyukur kepada Tuhan.
Di dalam dunia yang fana, dalam dunia yang berubah, di dalam dunia yang bisa tidak mutlak dan bisa binasa, kita mendapatkan rencana kehendak yang kekal, yang membikin kita dapat hidup yang baru. Oh Saudara-saudara, kita sibuk-sibuk, kita cari makan, kita untung uang, akhirnya semua contingent. Uang kita contingent. Rumah kita contingent. Kemarin 5 gereja termasuk gereja katolik yang sudah tua di Irak dibom dan roboh. Sebagian orang Kristen meninggalkan kota itu, meninggalkan negara itu karena ketakutan. Saudara-saudara, contingent. Segala sesuatu di dunia ini contingent. Tetapi yang paling penting adalah diri kita sudah dijanjikan oleh Allah incontingent, sesuatu rencana kekekalan, sehingga kita dilahirkan melalui firman. Nah Saudara-saudara, di sini 2 istilah yang sangat menarik saya, kehendak Allah dan firman Allah. Semua, kehendak Allah dan firman Allah. The will and the eternal planning of God. Kedua, the unchangeable word a the truth from God. Nah pengharapan kita di dunia ini adalah bergantung kepada Dia yang berjanji. Minggu lalu saya sudah bicara kepada Saudara, Allah berjanji kepada kita, selalu janji berdasarkan 3 sifat. Pertama, ketidak berubahan. Kedua, kejujuran. Dan ketiga adalah, Allah yang jujur, tidak berubah, adalah Allah yang kekal. Nah ini, kekekalan, ketidak berubahan, dan kejujuran. Semua, kekekalan, ketidak berubahan, dan kejujuran, menjamin janji-Nya itu bukan palsu. Janjinya itu konkret. We can hold on the promises of God. We can trust in every word spoken from His mouth, because He is unchangeable, eternal, and honest. Allah kita adalah Allah yang kekal, Allah yang jujur, Allah yang tidak berubah. Maka kalimat-Nya, firman-Nya, itu kuat. Saudara-saudara, mengapakah dolar Amerika pasang surut tapi akhirnya lebih kuat daripada banyak uang yang lain? Salah satu sebab dari permulaan pembikin dolar Amerika mencantumkan satu kalimat, itu menjadi semangat, in God we trust. Saudara-saudara, kita bisa percaya sama pemerintah yang mana sih? Kita bisa percaya sama manusia yang mana sih? Semua orang sudah pilih jadi presiden berjanji mau membikin negara lebih kuat dan sebagainya, tetapi akhirnya satu per satu mengecewakan. Hanya satu yang tidak berubah, Tuhan Allah. Di dalam dunia ini kita hidup penuh dengan perubahan, penuh dengan kerelatifan, penuh dengan segala sesuatu tidak bisa diandalkan. But in God we trust. Saya harap orang Amerika mengingat kalimat itu dan jangan mereka hanya mulutnya saja, sehingga kalau mereka tidak lagi taat kepada Tuhan, akan dibuang di dalam sejarah.
Saudara-saudara, setiap manusia yang betul-betul takut kepada Tuhan, yang betul-betul, sungguh-sungguh bersandar kepada Tuhan, biar dia tahu, Tuhan kekal, Tuhan tidak berubah, dan Tuhan itu jujur. Dengan demikian, kalau Dia menyatakan kehendak-Nya, maka kita ada pengharapan. Kehendak-Nya bukan hanya memberikan bagian berkat dunia sementara, lalu dia terima kembali, lalu kamu mati. Tidak. Kehendak-Nya adalah melahirkan engkau melalui firman-Nya. His word is eternal. His word is the word of life. Maka orang Kristen yang sejati, dia betul-betul mengoreksi motivasinya, mengapa mengikut Tuhan. Mengapa mengikut Tuhan? Saudara boleh baca Yohanes 6, Yesus berkata, “Kamu cari Aku bukan karena mukjizat, tapi karena perutmu kenyang.” Nah banyak orang itu mengikut Tuhan supaya perut kenyang. Banyak orang ikut Tuhan karena roti. Ada orang ikut Tuhan karena posisi di masyarakat. Orang ikut Tuhan karena mau memperalat, memanipulasi hak menjadi orang Kristen di masyarakat yang Pancasila yang sangat menjunjung tinggi agama. Dan terlebih Saudara-saudara, Yesus berkata, “Engkau ikut Aku karena apa? Karena mau menjadi murid? Mau belajar? Atau karena roti? Atau mau nonton mujizat? Atau engkau mau mendapatkan ajaranKu? Tetapi ajaranKu itu sangat sulit. Karena saya mengajar sesuatu yang berbeda dengan konsepmu,” akhirnya engkau ketakutan dan lari. Pada waktu Yesus memberikan roti, puluhan ribu orang datang kepada Dia. Pada waktu Yesus mengatakan, “Minumlah darahKu, makanlah dagingKu, supaya engkau dapat keselamatan,” mereka ketakutan. “Ini orang gila ini. Musa suruh kita tidak boleh minum darah, Dia suruh kita kalau tidak minum darah maka tidak beroleh hidup kekal. Maka terlalu sulit seminar ini, saya tidak bisa ikut. Terlalu sulit, saya tidak habis pikir,” mereka pergi. Lalu Yesus bilang sama 12 murid, “Engkau pergi jugakah? Engkau ikut mereka meninggalkan Aku jugakah?” Di dalam bahasa aslinya boleh diterjemahkan: “Kalau mau engkau boleh pergi jugalah.” Yesus mau tahu siapa mengikut Dia karena apa. Mengapa engkau mengikut Yesus? Mengapa engkau menjadi orang Kristen? Mengapa engkau dibaptiskan? Petrus menjawab dengan kalimat yang paling benar: “Kami tidak akan mengikuti orang lain. Kepada siapakah kami akan mengikut kecuali Engkau, karena Engkau yang mempunyai firman yang hidup.” Firman yang hidup. Karena Engkau mempunyai hidup yang kekal, kepada siapakah kami boleh mengikuti? Saya sampai hari ini belum menemukan satu lukisan yang mengutarakan Petrus menjawab kalimat ini dengan ada muka yang penuh dengan kepercayaan kepada Yesus mempunyai hidup yang kekal.
Semua pelukis menggambarkan muka Yesus berbeda-beda, tetapi mempunyai ciri khas yang sama, mengandung keadilan dan cinta kasih yang bergabung, mengandung peta Allah dan sifat manusia yang paling penuh dengan wibawa, yang penuh dengan pengertian bergabung. Nah itu muka-muka yang muncul di dalam kanvas sejarah seni. Itu tidak mewakili Yesus yang sejati karena tidak ada orang pernah melihat Dia. Namun demikian saya menghargai cara mereka melukiskan sesuatu mengutarakan konsep mereka tentang Yesus Kristus. Dan Saudara-saudara, kadang-kadang ada muka orang yang bisa mengutarakan sesuatu luar biasa yang dilukiskan. Di dalam tahun tahun akan datang kalau museum kita sudah jadi dan saya akan memberikan sedikit penjelasan kuliah tentang lukisan lukisan yang indah. Itu bagaimana kita menikmati itu pengertian seni yang sangat sangat agung. Saudara-saudara, kita tidak mungkin membeli lukisan asli. Lukisan asli juga cuma satu. Di dalam tempat lain juga tidak ada. Kita akan pasang repro-nya. Kita pasang yang diulang lagi, cat atau di-copy oleh orang yang kita tunjuk. Nah itu museum akan menjadi pendidikan untuk kesenian sepanjang sejarah baik barat, baik timur, baik seni rupa dan yang lain lain. Nah ini soal yang lain.
Nah Saudara-saudara, salah satu lukisan dari seorang Perancis abad 19, Petrus pagi-pagi melawan angin yang dingin mau pergi bertemu dengan Yesus. Matanya besar sekali dan tangannya ada di sini seolah-olah dia menyesal 3 kali dia menyangkal Yesus. Paras mukanya sangat-sangat mengejutkan saya dan sangat sangat mengerikan. Sangat-sangat mengharukan hati. Dan Yohanes di depan, dia di belakang karena Yohanes lebih muda selangkah lebih depan dari dia. Dan kedua orang itu dengan penuh keanehan “benarkah Yesus bangkit? Kalau Yesus bangkit saya mau lihat Dia,” itu perasaan diutarakan luar biasa. Kalau ada pelukis yang bisa melukis mengutarakan permintaan kalimat dari pada Petrus dan jawaban dia kepada Yesus Kristus, “Kepada siapakah kami harus mengikut, hanya kepadaMu karena Engkau yang mempunyai firman yang hidup.” Saudara-saudara menjadi Kristen kenapa? Karena Yesus adalah firman yang hidup. Firman yang Hidup. Firman yang hidup. Bukan menjadi Kristen supaya kaya, bukan menjadi Kristen supaya jaya, bukan menjadi Kristen supaya tidak pernah sakit, jadi Kristen karena Kristus adalah firman yang hidup.
Dunia yang contingent diberikan kehendak yang incontingent. Dunia yang berubah didatangi dengan dunia yang tidak berubah. Inkarnasi tidak pernah muncul di dalam Plato, tidak pernah muncul di dalam Aristoteles. Saya tadi mengatakan Aristoteles adalah salah satu orang paling bijaksana, kalau dia mengatakan gerak, gerak, gerak, gerak pasti dimulai dari satu yang menggerakkan semua, baru semua gerak. Tapi satu itu sendiri dia bilang tidak gerak. Nah ini bedanya Plato dengan Aristoteles. Plato mengatakan ideal world is there and the real world is here. Real world is not the ideal world, ideal world is not real world. Ini hanya satu real world yang kurang real karena hanya ideal itu yang real. Akhirnya ini fenomena itu adalah noumenon. Ini nanti dikembangkan oleh Immanuel Kant jadi that world and this world is separate. Tetapi Saudara-saudara, Aristoteles mengatakan this world and that world must be integrated, this world and that world is the same. Jadi the ideal is within the real phenomena. Dengan demikian akhirnya dalam lukisan yang dilukis oleh Raphael Sanzio, sekarang ditaruh di Vatikan kira-kira besarnya antara dua tiang ini, itu namanya The School of Athens, di situ lebih 100 figur yang digambar. Ditengah-tengahnya cuma dua orang, satu orang tua dia pakai mukanya Davinci menjadi pattern, orang muda rambutnya hitam mewakili Aristoteles. Plato, Aristoteles, dan seluruh seratus orang semua kepalanya berada di dalam ruang yang bisa liat latar belakang bangunannya. Cuma Plato sama Aristoteles ini dua orang yang mukanya latar belakangnya langit biru. Apa itu artinya? Sekarang saya memberikan penjelasan. Di dalam satu ruangan yang besar, semua orang, itu di dalam ruangan, tapi ada satu pintu yang tembus langit biru di belakang. Plato sama Aristotle yang berada, di belakang nya itu langit biru. Raphael Sanzio berusaha membedakan dua orang dengan semua orang lain, seluruh filsuf yang begitu banyak, hanya dua yang berwawasan alam semesta. Hanya dua orang memiliki pikiran yang luas nya mencakup universal. Only two universal minds, others’ minds are within the bondage, within the limit, within the building. Semua terkurung, tapi pemikiran yang meluas, pemikiran yang melewati semua, menembusi semua batasan, itu hanya dua, menurut Raphael Sanzio. Jadi saya kira, setiap pelukis yang bermutu, sendiri nya filsuf. Pelukis yang hebat, sama pelukis yang sederhana, beda nya adalah apa? Adalah mereka memiliki original thinking yang menembusi semua esensi yang paling kristalisasi daripada kebudayaan. Tapi, pelukis yang sembarangan, hanya cocok dijual di pinggir jalan. Itu beda nya. Nah saudara-saudara, saya perlu memper-pandai engkau. I make you more smart. More intelligent. More wise. Saya harap semua yang dengar kotbah saya, makin bijak, makin pinter, makin mengerti segala sesuatu yang paling tinggi di dalam sejarah, sehingga teologi benar, filsafat yang benar, musik yang benar, kebudayaan yang benar, lukisan yang benar, semua yang terbaik, kita paparkan di dalam sejarah jaman di mana saya masih hidup, dan anak keturunan kita juga mempunyai tradisi yang baik untuk dibesarkan di dalam bijaksana dan hal-hal yang penting.
Saudara-saudara sekalian, nah ini kehendak yang kekal dari incontingent world, sekarang menjadi sesuatu yang akan dilaksanakan, di mana? Di dunia ini. Kepada siapa? Kepada engkau dan saya. Jadi jangan menghina ya, kita sendiri adalah orang yang paling penting di dalam sejarah. Orang yang paling penting di dalam dunia, karena apa? Kita adalah orang yang menjadi sasaran untuk melaksanakan kehendak Allah. The will of God will be accomplished within you and me. Allah dan kehendak Nya akan digenapi melalui sekelompok orang, yaitu, engkau dan saya, yang diperanakan pula. You must be born again, engkau harus diperanakan pula. Born from above, not from here, from incontingent world, not from contingent world. Bukan dari dunia yang berubah, dunia yang sementara, dunia yang penuh dengan keadaan relatif, dunia yang berdosa, tapi engkau akan menerima kehendak yang sama, kehendak yang kekal, dan dengan Firman dari sana turun bibit, lahir, memberikan hidup yang baru untuk engkau. Itu artinya to be a Christian is not merely just a member of one organization religiously, to be a Christian, is to be the children of God, born from above, by the Spirit, with the Word which is eternal, from incontinget God. Sehingga pada waktu dunia ini dengan segala nafsu dunia akan lewat dan musnah, mereka yang, menjalankan kehendak Allah, kekal selama-lama nya. Ini janji Tuhan. Dunia dan segala nafsu akan lewat, tapi mereka yang menjalankan kehendak Allah, hidup selama-lama nya. Karena apa? Karena mereka sudah diberi hidup melalui Firman. Dan sikap kita terhadap Firman bagaiman? Itu minggu depan akan diteruskan. Ini kait mengkait dengan sangat rumit, dan sangat complicated, bahkan lebih complicated dari banyak penulis-penulis commentary yang mengerti.
Saudara-saudara, puji Tuhan, Dia akan memberikan, menjadikan, melahirkan kita dengan Firman kebenaran, supaya kita pada tingkat yang tertentu menjadi anak sulung di antara semua ciptaan-Nya. Sekarang butir yang terakhir, apa artinya anak sulung? Anak sulung adalah buah yang pertama, buah sulung itu adalah hasil yang paling mulia. Saudara-saudara, buah sulung berarti ini tidak lagi mandul, dan ini tidak lagi mati, ini membuktikan berhidup dan berjenis, bermutu yang bagaimana. Saudara-saudara, pada waktu sebatang pohon terus berpuluh-puluh tahun sampai dia mati tidak memberikan buah, maka pohon itu hanya hidup pada sendiri, dan hidup yang tidak bisa meneruskan hidup. Mandul. Tetapi, kalau pohon itu, pada tahun tertentu, mulai berbuah, maka membuktikan hidup itu adalah hidup yang bisa dilestarikan terus-menerus. Demikian, orang Kristen, harus mempunyai buah. Tetapi orang Kristen sendiri adalah buah. Buah sulung, engkau bilang buah sulung itu satu atau banyak? Sini semua orang Kristen. Seluruh gereja yang kudus dan Am, seluruh orang Kristen dari segala bangsa, segala bahasa, segala sudut, segala negara yang ditebus, dibeli dengan darah Yesus, untuk disembahkan kepada Allah, ini buah sulung. Buah sulung, arti nya apa? Bukti, hidup itu sudah berbuah. Yesus Kristus, yang mati bagi kita, melalui kematian Nya, kebangkitan Nya, Dia telah menghasilkan buah orang-orang Kristen yang ditebus.
Saudara-saudara, dan buah sulung arti ke dua, yang paling kuat, yang paling utama, berarti Allah tidak akan mengindahkan, apa pun yang diciptakan, lebih dari pada orang Kristen yang ditebus oleh Yesus Kristus. Allah melalui anak tunggal Nya, mati di atas kayu salib, dikirim ke dalam dunia, kehendak surgawi turun ke dunia, dan dari sini Roh Kudus dan Firman membuahi, memberikan hidup yang baru kepada kita, sehingga kita dapat hidup yang kekal. Saudara ingat ya, ini istilah di terjemahan lain ada lahir, lahir, lahir. Terjemahan lain ayat depan juga sama, bahwa, kalau nafsu dibuahi, melahirkan hidup dosa. Dosa itu sudah mateng melahirkan kematian. Dan di sini, kita dibuahi oleh Firman, dilahirkan dalam kerajaan, lalu kita menjadi anak sulung yang boleh menjalankan kehendak. Ini semua adalah perbandingan. Buah itu dari dosa, itu karena nafsu dibuahi. Tetapi kita menjadi orang benar karena hidup kita dibuahi kebenaran. Dengan demikian, setan membuahi kita dengan memuter arah kita, nafsu nya melawan Tuhan, menjadi berdosa. Roh Kudus, dengan Firman membuahi kita, sehingga Firman melahirkan kita menjadi buah sulung. Dengan demikian, yang ini dosa menuju ke kematian, yang di sini, orang benar menuju kepada hidup yang kekal. Ini semua berkait. Secara organis. Dengan demikian rumit dan sempurna Firman Tuhan.
Dan di sini dikatakan, terakhir, buah sulung nggak pernah milik pribadi. Alkitab mengatakan “berilah domba kandungan pertama, anak sulung domba itu, beri kepadaKu, milik-Ku.” Sehingga konsep ini jelas, Christians are not belonging to ourselves; we do not belong to ourselves; we belong to God. Orang Kristen bukan milik orang sendiri. Orang Kristen semua milik Tuhan. Allah mempunyai hak penuh untuk memakai hidupku, waktu, uang, bakat, segala kekayaan, anak-anakmu, karena kita adalah buah sulung yang haknya ada pada Tuhan. Kiranya Tuhan memakai kita memahami Firman, makin dalam makin mengerti, makin memuliakan Tuhan.
[Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah]