Ef. 6:17
Pdt. Dawis Waiman, M.Div.
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pada waktu kita melihat satu persatu dari perlengkapan senjata Allah yang diberikan bagi setiap orang percaya, maka itu menunjukkan kalau setiap orang percaya hidup di dalam satu peperangan, setiap orang percaya bukan hidup di dalam masa damai. Masa damai kita yang sesungguhnya itu ada di sorga, ketika kita dipersatukan dengan Allah, yaitu di dalam Yesus Kristus. Tetapi selama kita hidup di dalam dunia, Alkitab selalu membawa kita melihat kita adalah pusatnya. Kita adalah orang yang memang tinggal di dalam dunia ini tetapi warga Negara kita yang sesungguhnya bukan dari dunia ini. Dan itu berarti ada suatu pembedaan akan identitas kita, akan siapa diri kita yang sesungguhnya di mata orang-orang dunia ini? Bagi orang dunia, mereka tidak melihat kita sebagai bagian dari mereka. Dan bagi iblis sendiri, yang dikatakan sebagai bapa dari orang-orang yang berada di luar dari Yesus Kristus, kita adalah musuh dari diri dia, atau musuh dari anggota kerajaannya. Itu sebabnya, ketika kita jalan di dalam dunia ini, ada iblis yang menjadi musuh kita, ada orang-orang dunia yang menjadi musuh kita. Ada kedagingan kita yang menjadi musuh kita untuk berjalan di dalam kekudusan hidup kita. Nah itu sebabnya, kalau kita adalah seorang yang ada di dalam Kristus, kita adalah seorang yang ada di dalam kewarganegaraan dari Tuhan Yesus Kristus, maka yang terjadi adalah, saya yakin, peperangan. Peperangan melawan kedagingan, peperangan melawan kuasa jahat di dalam kehidupan kita. Itu tidak mungkin bisa dihindari. Kalau kita hidup di dalam damai, di tengah-tengah dunia ini, ya walaupun Alkitab ada berbicara seperti itu, dan saya percaya, setiap orang percaya pasti membawa damai di dalam kehidupan dia. Tetapi damai itu, saya percaya, nggak mungkin ada antara anak Tuhan dengan bukan anak Tuhan. Tetapi damai itu ada di tengah-tengah anak Tuhan. Dan orang-orang di luar daripada gereja Tuhan, anak-anak Tuhan, akan melihat ada damai di dalam kehidupan dari gereja Tuhan.
Jadi, ketika kita hidup di tengah-tengah dunia ini, saya percaya ini menjadi suatu tantangan yang berat. Dan saya sendiri sangat percaya sekali, kenapa Paulus selalu menekankan hidup orang Kristen harus sepadan dengan kehidupan dari imannya. Tujuannya adalah untuk menyatakan, kita bersaksi, atau kebenaran Tuhan di dalam kehidupan kita sungguh-sungguh kita adalah umat milik Tuhan. Dan untuk bisa hidup sepadan, di dalam hal itu, Tuhan kadang, seringkali, mengizinkan adanya orang-orang yang menjadi batu sandungan dalam kehidupan kita. Tujuannya untuk apa? Tujuannya adalah untuk kita belajar tidak nyaman dengan keadaan kita, tetapi makin terus menguji hidup kita, apakah kita menjadi seperti Kristus? Dan untuk itu, kadang kala iblis bisa menggunakan kesempatan itu untuk menjatuhkan kita, untuk menghancurkan kita. Nah saya harap, di dalam kondisi seperti ini, ketika kita melihat segala keadaan yang sedang menimpa kita, jangan gunakan kacamata manusia tetapi gunakanlah kacamata Tuhan di dalam melihat segala sesuatu. Tuhan mau apa? Apa yang Tuhan ingin bentuk dari diri kita, ketika kita ada di dalam kondisi seperti ini? Dan saya percaya, kalau kita tidak bisa melihat kepada kebenaran itu, maka kita sudah gagal dan kita pasti sudah kalah di dalam peperangan itu sebelum kita memulai peperangan itu di dalam hidup kita.
Nah, Paulus mengerti, kalau ini bukan sesuatu yang gampang. Paulus mengerti, kalau apa yang dialami hidup dari orang-orang Kristen itu adalah sesuatu yang sulit. Itu sebabnya Paulus berkata, Tuhan juga menyediakan perlengkapan senjata Allah bagi diri kita. Dan kita perlu menggunakan itu untuk bisa menang di dalam peperangan. Dan kita sudah melihat satu per satu daripada perlengkapan senjata Allah itu. Dari berikatpinggankan kebenaran, yang berarti komitmen terhadap kebenaran. Yang berbajuzirahkan keadilan, yang berbicara mengenai suatu kekudusan hidup kita. Kemudian kaki yang berkasutkan kerelaan, untuk memberitakan Injil damai sejahtera. Itu yang berbicara mengenai satu iman yang berpegang teguh kepada Tuhan, kekuatan Tuhan, pemeliharaan Tuhan dalam kehidupan kita. Lalu perisai iman, pergunakanlah perisai iman, yaitu percaya kepada Tuhan sepenuhnya. Dan terimalah ketopong keselamatan, yaitu berbicara mengenai: arahkanlah pandanganmu ke hari depan pengharapan yang ada di dalam Yesus Kristus.
Untuk senjata terakhir adalah, berbicara mengenai pedang Roh, yaitu firman Allah. Apa yang dimaksud dengan: “pedang Roh, yaitu firman Allah” ini? Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ketika berbicara mengenai ini, dan kita komparasi dengan misalnya, Ibrani, maka kita dapatkan pedang Roh atau firman Allah ini – itu berbicara mengenai firman Tuhan, atau Alkitab. Ini adalah satu senjata yang sangat penting sekali bagi kehidupan orang-orang Kristen, yang kita tidak pernah boleh kesampingkan, atau abaikan di dalam kehidupan kita. Dan saya harap, ketika kita, atau saya berdoa ketika kita hidup sebagai orang yang takut akan Tuhan, firman Tuhan atau Alkitab ini menjadi satu panduan yang sempurna, yang berotoritas atas kehidupan dari orang-orang Kristen. Saya ulangi ya, pada waktu kita menjalani hidup sebagai orang percaya, saya selalu berdoa Bapak, Ibu, Saudara melihat Kitab Suci ini sebagai satu kebenaran yang berotoritas atas kehidupan Bapak, Ibu, Saudara, dan yang sempurna. Kenapa ini menjadi unsur yang penting? Karena pada waktu kita melihat Alkitab tidak sempurna, Alkitab ada kekurangannya, Alkitab ada kesalahan di dalamnya, maka saya percaya yang menjadi otoritas atas hidup kita bukan Alkitab kembali, tetapi ada hal-hal lain di dalam kehidupan kita yang menjadi otoritas itu. Dan apa itu? Banyak sekali. Tetapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pada waktu kita menggunakan hal lain yang menjadi otoritas kita, satu hal yang pasti, itu hanya menunjukkan siapa yang menjadi pemilik kita. Kenapa? Karena Alkitab ketika berbicara secara otoritatif, Tuhan menjadi Allah yang memiliki diri kita dan Raja atas kehidupan kita, yang berbicara kepada kita melalui firman Tuhan. Yang menandai kita itu milik siapa adalah dari penundukan diri kepada otoritas firman dalam hidup kita. Nggak ada satu buku pun di dalam dunia ini yang berani mengklaim ini. Hanya Kitab Suci yang memiliki kekuatan untuk mengklaim kebenaran ini dan untuk memisahkan antara seorang yang takut akan Tuhan, milik Tuhan, dari yang bukan milik Tuhan. Dari apa? Penundukan diri di bawah otoritas Kitab Suci atau tidak. Itu tandanya. Kita sering kali berbicara tentang jangan ada berhala dalam hidup kita. Saya yakin semua orang Kristen setuju, di dalam kehidupan kita tidak boleh ada berhala. Tapi apa tandanya punya berhala atau tidak? Cirinya apa? Bukan ada patung lho, bukan sujud menyembah kepada patung itu. Tetapi pada waktu Bapak, Ibu, Saudara diminta untuk memilih antara firman Tuhan, perintah Tuhan, dengan yang bukan perintah Tuhan, Bapak Ibu pilih yang mana? Jadi pada waktu kita berkata saya mau yang ini, yang jelas-jelas bertolak belakang dengan firman Tuhan, berarti yang ini, ini ya, prioritas saya untuk melakukan itu, itu kemungkinan berhala kita, yang kita lebih taati dia, kita tunduk dan melakukan apa yang menjadi keinginan dan kebenaran yang diajarkan kepada diri kita. Tapi kalau kita kemudian mengabaikan yang itu, kita kembali kepada firman, kita tahu yang berotoritas atas hidup kita itu adalah kebenaran firman.
Saya percaya ini adalah hal yang penting sekali bagi kita yang berjalan bersama-sama dengan Tuhan. Karena tanpa kita melihat firman Tuhan sebagai suatu kebenaran, saya yakin hidup kita mulai kacau, dan hidup kita ada di dalam kegelapan. Karena satu-satunya kebenaran dan terang itu adalah firman Tuhan. Saya berdoa kiranya semua dari diri kita punya prinsip yang sama berkenaan dengan hal ini. Karena pada waktu kita melihat firman ini bukan sebagai suatu hal yang penting atas otoritas hidup kita, sekali lagi saya katakan, itulah menyatakan identitas kita milik siapa. Jadi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, firman itu penting. Dan Tuhan berkata, firman itu berkuasa. Setiap kali orang tanya kepada saya, misalnya, “Saya hidup dalam dosa, bagaimana saya bisa menang terhadap pergumulan saya?” Jawabannya cuma satu sih, relasi kita dengan Tuhan bagaimana? Ada nggak kita membangun saat teduh, dan saat teduh yang kita bangun bersama dengan Tuhan itu saat teduh yang seperti apa? Apakah kita hanya membaca Alkitab lalu setelah kita membaca Kitab Suci kita merasa, “Oh saya sudah melakukan suatu kewajiban dalam kehidupan saya,” termasuk plus doa sedikit, atau pada waktu kita membaca Kitab Suci kita sungguh-sungguh menyelidiki dan kita mengerti prinsip yang ada di dalam Kitab Suci itu? Ini adalah penting ya.
Ada satu pengkhotbah, seorang misionaris yang melayani. Saya agak lupa, Parker, Baker, siapa namanya itu ya, dia memberikan ilustrasi seperti ini. “Pada waktu saya berdiri di depan jendela saya, rumah saya, saya melihat ada 3 hal yang terjadi. Pertama adalah saya melihat ada kupu-kupu yang terbang lalu hinggap di bunga yang satu kemudian terbang hinggap di bunga yang lain, terbang hinggap di bunga yang lain lagi. Lalu ada hal kedua yang saya lihat setelah kupu-kupu itu berlalu, ada seorang ahli botani, ahli tumbuhan yang kemudian berjalan di dalam taman bunga itu. Lalu dia membawa sebuah buku catatan yang tebal di bawah ketiaknya, lalu ketika dia melihat sebuah bunga lalu dia kemudian membuka buku itu, dia melihat bawa kaca pembesar juga, lalu dia melihat bunga itu satu per satu, lalu dia catat apa yang ada di bunga ini. Tetapi yang ketiga adalah saya melihat ada seekor lebah yang ketika terbang dia kemudian hinggap di satu bunga.” Biasanya lakukan apa lebah? Hisap madu, dia akan masuk ke dalam bunga itu, betul-betul masuk lalu hisap madu itu dari bunga itu sampai dia kenyang atau sampai kandungannya itu penuh, lalu dia terbang pergi. Lakukan itu terus menerus. Lalu si misionaris ini kemudian berkata seperti ini, “Kehidupan orang Kristen itu mirip seperti ini. Ada yang satu adalah lompat-lompat. Dia dengar firman di sini, “Oh bagus,” lalu dia dengar firman di situ, “Oh bagus,” dengar firman di situ, “Oh bagus,” atau dia ikut kelas PA satu per satu di dalam gereja, dia kejar itu sepertinya, tapi sebenarnya nggak ada satupun kebenaran firman yang sungguh-sungguh menempel di dalam hati dia. Dia cuma tahu, “O ini bagus, o senang ya dengar firman kayak gini,” tapi berlalu begitu saja dari daun yang satu ke bunga yang satu, ke bunga yang lain, bunga yang lain dalam hidup dia. Lalu ada tipe orang Kristen yang kedua seperti ahli botani ini yang ketika dengar firman dia mencatat, begitu banyak sekali catatan firman yang dia catat tetapi semua itu hanya sebagai pengetahuan yang tidak mengubah hidup, yang tidak bisa menarik sari keindahan daripada atau kemanisan daripada firman Tuhan itu. Tetapi yang ketiga adalah seperti lebah madu itu yang ketika hinggap di sebuah bunga, ia masuk ke dalam bunga itu, dia menyedot semua sari madu dari bunga itu dan dia menikmati itu.
Saudara, pada waktu kita menjadi orang Kristen, kita melihat Kitab Suci, saya yakin semua orang Kristen punya Kitab Suci, tapi pada waktu saudara melihat Kitab Suci dan membaca Kitab Suci, saya yakin yang satu akan berbeda dari yang lain, ndak mungkin sama. Bahkan Tuhan Yesus sendiri berbicara bahwa ketika benih ditaburkan ada 4 jenis tanah: 1 tanah yang di pinggir jalan, 1 tanah yang berbatu, 1 lagi tanah yang merupakan semak duri, 1 lagi tanah yang subur. Ada orang-orang Kristen yang ketika mendengarkan firman, “O bagus,” mungkin tapi sebenarnya dia adalah tanah yang berbatu. Bisa menikmati tapi sebenarnya firman itu tidak pernah berakar di dalam hati dia. Ada orang-orang Kristen yang ketika mendengar firman nggak peduli. Saya kadang mangkel sekali kalau dengar orang bisa dengar firman kebaktian bisa tidur kayak gitu. Cuma saya masih jaga-jaga untuk bisa tegur dari atas mimbar. Mungkin suatu hari saya akan bicara seperti itu dengan cukup tegas ya. Atau ngobrol satu dengan yang lain. Lalu tujuan datang kebaktian itu apa? Firman itu berlalu begitu saja ketika pulang apa yang dibawa? Mungkin yang dibawa adalah catatan-catatan mengenai kekurangan pengkhotbahnya. Itu yang diingat. Tapi apa yang disampaikan itu tidak ada yang diingat sama sekali. Ada yang katanya saya menerima firman tetapi hidupnya selalu dipenuhi kekuatiran-kekuatiran yang ada di dalam dunia ini. Lalu apakah itu berarti firman itu berkuasa dan berotoritas atas kehidupan dia? Tetapi yang ke-4 adalah orang yang sungguh-sungguh mendengar firman dan mengizinkan firman itu tumbuh di dalam hatinya karena dia mengerti segala prinsip kebenaran itu, dia mengerti sari keindahan daripada firman itu dalam hidup dia dan pentingnya firman itu dalam kehidupan dia maka dia bisa berbuah dalam hidup dia. Kita yang mana? Semua ini adalah orang-orang yang bukan dikatakan ada di luar gereja tetapi semua kebenaran Kitab Suci ini adalah kebenaran yang disampaikan kepada orang-orang Kristen, orang-orang yang mengikut Yesus, orang-orang yang mengatakan diri mereka adalah murid dari Yesus Kristus dan Yesus berkata, “Diantaramu tidak semuanya adalah tanah yang subur.” Di antaramu tidak semuanya adalah seperti lebah itu yang menyerap madu dan sari madu itu dan bisa menikmati keindahan dari pada firman Tuhan. Dan kalau kita tidak pernah bisa mengerti prinsip ini, bagaimana mungkin kita bisa menang melawan pencobaan, bagaimana mungkin kita bisa mengenakan seluruh perlengkapan senjata Allah dalam hidup kita?
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, Alkitab berkata firman itu adalah pedang roh. Dan ada 1 hal yang menarik dari kalimat di sini adalah ketika bicara firman Allah, pedang roh yaitu firman Allah itu, maka kata firman yang digunakan di bagian ini bukan logos tetapi rhema. Tahu bedanya di mana antara logos dan rhema? Walaupun kita tidak berpegang seperti yang diajarkan oleh Karismatik, rhema berarti Tuhan berbicara secara audible kepada diri kita seperti itu, kita tetap percaya bahwa rhema itu adalah bagian dari logos, firman Tuhan, sama-sama adalah firman Tuhan, dan ketika Alkitab menggunakan rhema, tetap rujukannya kepada Alkitab, itu yang menjadi rujukannya. Tetapi ada hal yang membedakan. Logos itu adalah firman Tuhan secara umum. Keseluruhan ini. Dan bahkan Anak Allah pun digunakan istilah logos yang adalah Firman Tuhan. Tetapi kadang kala Alkitab menggunakan istilah rhema untuk berbicara mengenai firman. Itu apa? Perkataan Allah yang spesifik yang ditujukan kepada diri kita dari Alkitab ini. Paulus di sini berkata ketika kita ada di dalam ujian, ketika kita ada di dalam pencobaan, ketika kita ada di dalam peperangan iman, ini peperangan bukan peperangan fisik tetapi peperangan rohani, maka jawabannya adalah, atau pertanyaannya adalah Bapak, Ibu tahu tidak firman apa yang digunakan secara spesifik untuk menangkal serangan itu? Kalau kita tidak pernah bisa mengertinya atau mengetahuinya secara spesifik, saya yakin Bapak, Ibu tidak akan punya kekuatan. Coba perhatikan di dalam pencobaan Tuhan Yesus Kristus, di dalam Matius Pasal 4, pada waktu Yesus ada di padang gurun, ketika Dia sudah berpuasa selama 40 hari 40 malam tidak makan di situ, ada yang berkata tidak minum, lalu datanglah iblis dan berkata “ayo, kalau Engkau anak Allah, ubah batu ini jadi roti”. Kalau Bapak Ibu yang mendapatkan pencobaan itu jawaban nya apa? Jawaban nya apa? Halo? Mungkin wujud nya beda, bukan ubah batu ini menjadi roti, “eh di depan mu itu ada uang lho, kamu kalau pinter sedikit ya, penghasilan mu bisa lebih banyak, tapi jalan nya apa, jalan pintas”, jawab nya apa?
Kemarin waktu saya kunjungan di Solo, saya datang kepada satu, sepasang suami istri yang sudah senior, lalu dia cerita satu hal kaya gini, “Pak, saya itu mimpi, semalam, pernah mimpi, kira-kira sebulan yang lalu, saya waktu itu pernah bicara ke Vikaris Leo, dan sekarang saya bicara ke Bapak, saya mimpi nya adalah ketika saya jalan, saya dapat, saya temukan ada satu bungkus uang, saya nggak liat, dan saya nggak mau itung, tapi saya yakin, di dalam nya adalah ratusan juta, lalu ketika saya mendapatkan uang itu, apa yang saya lakukan, saya ndak mau buka, saya tunggu-tunggu nggak ada orang, lalu waktu itu istri saya bilang ayo kasi kan ke polisi saja”. Lalu dia ngomong “nggak ah, kalau kasi ke polisi mungkin ini uang itu akan hilang”. Lalu apa yang dia lakukan, dia kemudian bawa ke Gereja, temuin saya dan Vikaris Leo, lalu dia persembahkan di Gereja, kaya gitu. Ya saya nggak tau arti nya apa ya, tapi saya anggap itu sebagai suatu mimpi, tetapi di situ dia ada kasi satu prinsip, saya rasa dari muda sampai saya tua, saya dididik Tuhan untuk mungkin “tidak memiliki apa-apa”, dan saya mencukupkan diri dengan apa yang saya miliki yang diberikan oleh Tuhan. Pernah suatu kali, Ketika saya berjalan di pasar, saya temukan ada uang ratusan ribu yang jatuh dalam satu bungkus, lalu saya lihat ndak ada satu orang pun yang liat itu lalu ambil uang itu, lalu ketika dia lihat uang itu, dia ambil uang itu, lalu setelah dia ambil dia ngomong sama istri nya, “mama tunggu di sana ya, papa tunggu di sini”. Saya pikir ngapain nunggu kayak gitu kan. “kita lihat, ada nggak orang yang datang yang celingak-celinguk lihat ke sana kemari, uang itu di mana, yang hilang”. Lalu ketika dia melihat itu, ndak ada yang datang, nggak ada yang seperti kehilangan, kalau ada dia akan samperin orang itu tanya, cari apa, kalau dia bilang cari uang dia akan kembalikan uang itu, tapi karena nggak, dia kemudian pergi ke Gereja, dia persembahkan, eh sorry, bukan ke Gereja, pada waktu dia bawa pulang, pas di situ ada 2 manten di kelurahan dia, lalu yang satu miskin, yang satu cukup berada, dia kemudian bagi uang itu lebih banyak kepada yang miskin itu diberikan, yang berada dia kasih juga, tapi yang tidak terlalu banyak. Dia nggak gunakan itu untuk diri sendiri.
Pada waktu kita mengalami pencobaan seperti itu, misalnya anggaplah Yesus Kristus, kita ada di dalam situasi kita lapar, apa yang kita lakukan? Jalan apa yang kita ambil? Ada tidak Firman yang menerangi langkah kita? Lalu Ketika Firman itu menerangi langkah kita, Firman apa yang menerangi langkah kita? Apakah cuma berkata, “oh Allah itu baik, Dia pasti pelihara hidup saya, nggak mungkin saya akan kelaparan”. Yesus kelaparan lho. Firman apa? Pada waktu Yesus Kristus kemudian berkata, dicobai dengan yang kedua diangkat ke atas Bait Allah, lalu disuruh melompatkan diri ke bawah, lalu Yesus berkata, iblis itu berkata “ada Firman yang berkata, Malaikat akan menatang kaki Mu.” Dan pada waktu Saudara juga mungkin mengalami hal yang sama, untuk mencobai Tuhan Allah, kira-kira ada nggak Firman yang mengingatkan bahwa itu adalah pencobaan dan kita tidak boleh lakukan itu. Pada waktu iblis berkata “ayo sembah sujud aku satu kali, Engkau akan memiliki segala sesuatu.” Dan ada kemungkinan itu, dalam hidup kita yang kita rindu-rindukan untuk memiliki satu kekayaan mungkin, satu keberhasilan dalam hidup kita, tapi satu sisi, coba satu kali sangkal iman mu. Apa yang kita katakan? Saudara, Yesus Kristus, ketika menjawab satu persatu dari ujian itu, Dia bukan menggunakan perkataan Firman yang umum, tetapi Dia menggunakan perkataan Firman yang begitu spesifik sekali yang Bapak Ibu bisa lihat dalam Ulangan 8 dan Ulangan yang ke 6, “Tuhan berkata manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap Firman yang keluar dari mulut Allah.” “jangan mencobai Tuhan Allah mu. Hanya kepada Tuhan yang engkau harus sujud dan menyembah kepada Nya.”
Maksud dari Paulus ketika berbicara mengenai kebenaran ini adalah pada waktu kita mengalami peperangan dalam hidup kita, ada iblis yang menyerang diri kita, Bapak-Ibu tahu tidak bagaimana mengunakan firman Tuhan untuk menghadapi serangan itu? Kalau kita tidak bisa mengerti itu adalah serangan iblis, pasti sudah kalah, tetapi ketika iblis datang menyerang kita, kita tahu iblis datang menyerang diri kita, tetapi kita tidak tahu bagaimana menghadapi dia, senjata apa yang harus kita gunakan untuk melawan iblis itu, saya yakin kita juga pasti kalah. Itu sebabnya hal yang terakhir di dalam perlengkapan senjata Allah, yang penting adalah kita ketika membaca firman apa yang kita dapatkan dari firman itu? Kebenaran apa, prinsip apa yang kita dapatkan? Ambil contoh ada orang Kristen yang berkata, “Doktrin itu enggak penting,” OK doktrin enggak penting ya, saya mau tanya keselamatan bisa hilang enggak? Ada jaminan enggak keselamatan itu? Betul enggak keselamatan itu hanya di dalam Yesus Kristus? Begitu orang Kristen bilang betul keselamatan itu hanya di dalam Yesus Kristus, itu sudah doktrin keselamatan lho. Tetapi persoalannya adalah seberapa dalam dia mengerti doktrin keselamatan itu dalam kehidupan dia? Kalau dia hanya di permukaan, saya yakin dia enggak akan punya kekuatan. Pada waktu dia mengalami suatu penderitaan dalam hidup ini, kalau dia enggak mengerti doktrin keselamatan itu bawanya sampai ke dalam kekekalan yang pasti Tuhan berikan bagi diri kita, bagaimana dia punya kekuatan menghadapi cobaan dalam kehidupannya sehari-hari? Jadi firman itu menjadi unsur yang penting. Firman itu harusnya menjadi kebenaran yang sempurna yang menuntun hidup kita. Firman itu harusnya kita percayai sebagai satu-satunya prinsip yang bisa menyatakan siapa sesungguhnya diri kita, hal-hal apa dari diri kita yang harus diubah, kebenaran-kebenaran mengenai Tuhan seperti apa yang seharusnya kita percayai dalam hidup kita kepada diri Dia, dan yang lainnya.
Bapak, Ibu, dan Saudara yang dikasihi Tuhan, di dalam 2 Timotius 3:16, itu adalah satu ayat yang saya percaya kita hafal tetapi maknanya itu mendalam sekali. Kita baca sama-sama ya, “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.” Artinya apa? Alkitab kita cukup, segala sesuatu yang kita butuhkan untuk hidup di dalam kebenaran ada di sini, Bapak Ibu enggak usah cari di tempat lain. Belajar mengenai ilmu pengetahuan penting, belajar biologi penting, belajar teori ekonomi penting, dan segala sesuatu itu penting supaya kita mengerti kebenaran di bidang itu, tetapi kebenaran yang paling utama itu adalah firman Tuhan atau Tuhan yang mewahyukan firman ini dan Tuhan yang menciptakan dunia ini dan memberikan hukum-hukum bagi dunia ini untuk berjalan dan ditemukan oleh manusia. Kalau Saudara ingin menemukan kebenaran jangan tanya ke yang lain, tanyalah kepada Kitab Suci, dan ketika Saudara menemukan apa yang dikatakan oleh Kitab Suci mengenai diri Saudara, kebenaran yang Saudara alami di dalam hidup Saudara, jangan singkirkan ini tapi peganglah ini sebagai suatu kebenaran, percayalah inilah yang adalah kebenaran, kita yang berdosa, kita yang salah, dan kita yang harus diubah. Itu namanya kita milik Kristus, itu namanya baru kita menang di dalam kita punya pencobaan atau peperangan di dalam rohani kita, karena Dia punya kuasa untuk mendidik kita, Dia punya kuasa untuk mengajar kita, Dia punya kuasa untuk menyatakan kesalahan kita, dan Dia punya kuasa untuk mendidik kita di dalam kebenaran. Siapa yang baca Kitab Suci sungguh-sungguh yang enggak terluka hatinya? Saya yakin kita kayak ditampar waktu kita baca Kitab Suci sungguh-sungguh. Siapa yang ketika membaca Kitab Suci sungguh-sungguh tidak ditantang untuk berubah hidupnya? Siapa yang membaca Kitab Suci sungguh-sungguh tidak bertumbuh di dalam iman kepada Kristus? Siapa yang membaca Kitab Suci sungguh-sungguh yang tidak mengalami pengudusan hidup di dalam hidupnya? Saya percaya itu pasti dialami, dan adakah buku lain yang memberikan hal itu dalam hidup kita? Jawabannya enggak ada, cuma ini, hanya Alkitab yang punya kuasa untuk lakukan itu dalam kehidupan kita. Dan siapa yang baca Kitab Suci sungguh-sungguh berkata, “Aku terus kalah di dalam peperangan”? Saya yakin kita semua yang sungguh-sungguh membaca kita tahu setiap kita sungguh-sungguh membaca firman, kita merenungkan firman, kita berdoa dengan sungguh-sungguh di hadapan Tuhan meminta Tuhan memimpin hidup kita maka kita lebih kuat di dalam menghadapi pencobaan dan ujian dalam hidup kita. Tapi pada waktu kita mulai mengesampingkan Kitab Suci ada saja hal-hal yang membuat kita jatuh di dalam dosa.
Saya berdoa kiranya kebenaran firman ini boleh menjadi suatu penguatan bagi diri kita dan Bapak Ibu mengerti amunisi yang Tuhan sudah berikan yang begitu berharga sekali bagi kehidupan kita, untuk kita bisa miliki dan tetap berjalan dan berkemenangan di dalam hidup kita. Orang Kristen sering sekali mengutip ayat yang berkata lebih dari seorang pemenang, amin? Saya kira amin semua lebih dari seorang pemenang. Tetapi realitanya hidup kita lebih dari seorang pemenang. Pemenang atau ada seorang yang gagal? Jawabannya di mana, jawabannya adalah kita pegang ga pada firman. Kalau kita ndak pernah pegangan kita sendiri meragukan, selalu bergumul hal utama adalah “kayaknya enggak enak deh taati firman, lebih enak memuaskan kedagingan dan keinginan kita.” Mana mungkin menang. Itu saja step awal saja kita ndak bisa kok. Jadi, saya berdoa kiranya kita boleh makin bertumbuh, makin menundukkan diri di bawah kebenaran firman. Ketika belajar firman, jangan cuma asal baca, pelajari prinsip di baliknya, pelajari karakter Tuhan di baliknya, pelajari apa yang Tuhan bagi kehidupan kita. Di PA Magelang kemarin saya ada bahas tentang kekuatiran dan bagaiamana bisa menghadapi kekuatiran. Maka, ada dua hal yang kita bisa lakukan, pertama adalah merenungkan karakter Tuhan dan kedua adalah merenungkan karya yang sudah Tuhan lakukan dalam kehidupan kita. Saudara, Bapak, Ibu, Saudara, yang belajar firman selama ini ada nggak pengenalan akan Tuhan makin bertambah atau justru kecurigaan yang makin bertambah? Saya percaya ketika kita baca firman, kita harus kenal pribadi yang namanya Allah melalui Kristus itu seperti apa. Kalau kita ndak pernah bisa mengenal pribadi itu, apa yang Dia rancang, kalau kita hanya tahu Dia adalah Allah yang mengatur segala seuatu tetapi kita tidak bisa mengerti secara spesifik Dia tidak pernah melupakan kita misalnya, Dia selalu menujukan mata-Nya kepada anak-anak-Nya, Dia merancangkan hal-hal yang baik bagi kehidupan anak-anak-Nya dia memberikan orang-orang di sekitar kita keadaan alam dan penyakit dan segala sesuatu yang ada di hidup kita untuk kebaikan diri kita, dan kalau kita tidak percaya bahwa Dia punya kekuasaan dan kebaikan itu, di mana kita mau berjalan seperti yang Dia katakan? Kalau kita tidak percaya kalau Dia Allah yang berkarya untuk melepaskan kita dari dosa untuk memasukkan kita ke dalam kerajaan-Nya, Dia punya kuasa untuk mencipta dari tidak ada menajdi ada, dan kita adalah bagian dari ciptaan itu, bagaimana kita percaya bahwa Dia punya kausa untuk menolong dari kondisi sulit?
Jadi pada waktu kita baca firman, perhatikan baik-baik siapa Allah ini, karakternya seperti apa, apa yang Dia lakukan, apa yang menjadi prinsip-prinsip yang Dia ajarkan, bagaimana kita melihat kehidupan dari tokoh-tokoh iman yang ada di dalam Ibrani 11 misalnya. Kenapa mereka disebut sebagai pahlawan Iman. Bagaimana pergumulan hidup mereka? Bagaimana mereka bisa mengatasi pergumulan hidup mereka itu. Pelajari itu bukan jadi seperti tokohnya dalam pengertian oh orang yang diberkati, “saya mau menjadi seperti Abraham, saya mau menjadi seperti Raja Daud,” menjadi seperti orangnya, bukan! Tetapi belajarlah dari iman mereka. Belajarlah dari pengenalan mereka akan Kristus, belajarlah bagaimana mereka berjalan bersama dengan Tuhan sehingga mereka disebut sebagai pahlawan Iman. Saya percaya itu lebih penting. Dan guru-guru Sekolah Minggu ketika mengajarkan ke anak-anak, jangan berhenti di tokohnya, tapi bawalah mereka mengenal kepada Kristus. Kiranya firman Tuhan boleh selalu menjadi pedang Roh dalam hidup kita dan menuntun hidup kita, dan memberikan kemenangan bagi kita dalam menghadapi cobaan atau peperangan di dalam kehidupan rohani kita. Mari kita berdoa.
Kami kembali bersyukur Bapa, firman kebenaranMu yang boleh Engkau nyatakan bagi kami, kiranya Engkau boleh tolong kami ketika kami membaca firman, kami merenungkan firman, kami tidak menjadi seperti seorang yang, ketika benih ditaburkan kami adalah tanah yang seperti di pinggir jalan yang keras itu di mana firman tidak mungkin tumbuh, ataupun tanah yang berbatu dan tanah yang bersemak duri. Tapi biarlah engkau memberikan kepada kami, hati yang subur, tanah yang gembur, tanah yang cocok untuk ditanami firman Tuhan dan bertumbuh dan berbuah di dalam kehidupan kami. Kiranya kami memperlajari firman biarlah firman itu boleh sungguh-singguh menjadi suatu kebenaran yang kami bisa lihat nikmati dan jalankan dalam hidup kami, sehingga kami boleh menjadi seorang anak Tuhan yang diperlengkapi dnegan senjata rohani untuk bisa melawan kekuatan Iblis dalam hidup kami, tolong setiap anak-anakMu ini ya Tuhan, khususnya di dalam kondisi yang tidak mudah saat ini, baik secara kesehatan, ataupun secara ekonomi di dalam kehidupan keluarga kami, ataupun di dalam pendidikan anak-anak kami. Dan hal-hal lain lagi ya Tuhan yang mungkin bisa ada di dalam kehidupan anak-anakMu kiranya Engkau boleh menolong dan memelihara satu per satu dari anak-anakMu untuk terus dapat berjalan menunjukkan mata kepada Kristus sehingga mereka boleh berjalan tetap di dalam terang firman di dalam iman dan iman terpelihara di dalam Kristus. Hanya di dalam nama Tuhan Yesus Kristus kami bersyukur dan berdoa. Amin.
[Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah]