Sola Gratia, 4 Oktober 2020

Pdt. Dawis Waiman, M.Div.

Saudara, hari ini kita akan membahas satu tema atau satu bulan ini kita akan membahas dengan satu tema yang berkaitan dengan Sola, lima Sola. Dan mungkin Bapak, Ibu, pernah mendengar mengenai lima Sola ini yaitu dimulai dari Sola Gratia, ada yang berkata yang pertama itu adalah Sola Scriptura, itu adalah satu hal yang kita nggak usah perdebatkan. Tetapi di dalamnya kita akan membahas semua ya. Sola Gratia, Solus Christus, Sola Fide, Soli Deo Gloria, dan Sola Scriptura. Ini adalah 5 Sola yang akan kita bahas satu per satu pada bulan Oktober ini atau minggu-minggu di bulan Oktober ini.

Pada waktu kita berbicara mengenai Sola, apa yang menjadi hal yang penting di dalam Sola ini sehingga kita perlu membahasnya? Apa pengertian Sola itu sendiri? Kalau kita bicara Sola, maka ‘Sola’ itu berkaitan dengan istilah latin yang berarti ‘hanya’. Hanya melalui. Atau hanya itu saja. Alone. Jadi pada waktu kita berkata Sola Gratia artinya adalah hanya oleh karena anugerah. Kalau kita bicara Solus Christus itu berarti hanya melalui Yesus Kristus. Sola Fide, hanya melalui iman. Soli Deo Gloria, itu berarti hanya untuk kemuliaan nama Tuhan. Sola Scriptura artinya adalah hanya Alkitab. Jadi ini bicara tentang lima Sola yang akan kita bahas pada minggu-minggu di dalam bulan Oktober ini.

Kenapa lima Sola ini menjadi sesuatu yang penting didalam pembahasan kita? Ini berkaitan dengan apa yang menjadi dasar pengajaran atau prinsip dari gereja reformasi protestan. Jadi pada waktu kita membahas Sola ini kita bisa melihat apa yang menjadi esensi kekristenan sesungguhnya. Kenapa kekristenan bisa berpegang pada dasar misalnya iman adalah anugerah? Mungkin tidak kita bisa mendapatkan suatu keselamatan melalui perbuatan baik yang kita lakukan? Adakah kebenaran-kebenaran utama yang berkaitan dengan suatu kehidupan kekal dan mungkin kita bisa katakan yang merupakan kebenaran yang menjadi dasar dari semua kebenaran lain di luar daripada Kitab Suci? Itu hal-hal yang kita akan bahas di dalam Sola ini dan menjadi suatu hal yang saya percaya orang Kristen harus memahaminya, harus mengertinya, terutama adalah berkaitan dengan bagaimana kita bisa memperoleh kehidupan kekal dalam hidup kita.

Ini menjadi satu perjuangan yang sebenarnya sudah dimulai sejak dari abad ke-15. Kalau saudara perhatikan dari kehidupan Martin Luther, maka kita lihat tanggal 31 Oktober 1517 Martin Luther mengadakan suatu tindakan – kalau kita bilang, Reformasi – dengan memakukan 95 tesis di pintu gereja Wittenberg. Akibat dari tindakan ini maka itu mulai bergulir dalam suatu perubahan sejarah gereja di dalam dunia ini dan masuk ke dalam suatu kehidupan era Protestan di tengah-tengah dunia ini.

Waktu kita bicara mengenai Reformasi Protestan sendiri, apa yang menjadi persoalan yang kita akan tekankan disini? Yaitu adanya suatu bisa dikatakan gerakan Reformasi yang dimulai di Eropa pada abad ke-16 dan 17 tadi yang saya bilang, untuk menghadapi gereja Katolik yang dipandang telah menyimpang secara doktrinal dan juga secara moral. Tetapi pada waktu orang-orang ini, Martin Luther mengadakan reformasi, tujuannya bukan untuk mengadakan pemisahan atau pemecahan gereja tetapi mereka melakukan itu dengan tujuan untuk mereformasi gereja. Jadi mereka melakukan suatu tindakan upaya untuk memperbaiki pengajaran gereja yang dipandang sudah menyimpang dari pada Alkitab dan mereka juga ingin memperbaiki suatu kehidupan moral yang sudah korup di dalam gereja Tuhan. Tetapi akibat dari tindakan mereka ini apakah diterima? Sejarah mengatakan mereka tidak diterima tetapi justru mereka mengalami pengucilan, mereka dikeluarkan dari gereja, dan itu sebabnya maka terjadilah gereja Protestan. Dan dua gereja ini yaitu dari gereja Katolik ataupun gereja Protestan itu adalah dua aliran kekristenan yang paling besar di dalam dunia saat ini. Itu yang kemudian terjadi. Di dalam pembicaraan kita mengenai reformasi ini, apa yang menjadi tolak ukur atau pokok utama di dalam pembahasan ini? Yang akan kita bahas yaitu berkenaan dengan keselamatan. Bagaimana seseorang bisa mendapatkan keselamatan, lalu diselamatkan dari apa. Itu yang menjadi hal utama yang perlu kita lihat di dalam pembahasan Sola ini dan bagaimana kita bisa mendapatkan keselamatan itu.

Hari ini kita akan lihat di dalam Sola yang pertama yaitu Sola Gratia atau oleh karena anugerah semata kita boleh diselamatkan. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, apa yang menjadi dasar Alkitab mengajarkan atau gereja Reformasi atau Protestan mengajarkan kalau kita adalah orang-orang yang bisa diselamatkan hanya oleh karena anugerah? Kalau Bapak, Ibu, perhatikan di dalam kehidupan orang-orang agama dalam dunia ini dan Alkitab, maka kita bisa mengelompokkan manusia atau kepercayaan di dalam dunia ini menjadi dua kelompok yang besar: pertama adalah kelompok yang mengajarkan kalau keselamatan itu adalah sesuatu yang bisa diusahakan oleh manusia; dan kelompok kedua yang hanya dipegang oleh orang-orang Kristen itu adalah keselamatan hanya oleh karena kasih karunia. Ini adalah dua hal yang ada di dalam dunia ini. Bapak, Ibu, boleh pelajari semua agama yang ada dalam dunia ini, Bapak, Ibu, akan mendapatkan suatu kesimpulan yang mengerucut kepada dua hal ini yaitu keselamatan itu adalah sesuatu yang bisa diusahakan oleh manusia atau iman plus perbuatan atau keselamatan atau hidup kekal itu hanyalah suatu karunia yang Tuhan berikan kepada manusia di dalam dunia ini. Di dalam seluruh agama hanya ada satu agama yang mengajarkan kalau keselamatan itu hanyalah sebuah kasih karunia yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia. Yang lainnya berbicara sama, dasarnya, prinsipnya sama, yaitu iman saja tidak cukup tetapi perlu ditambah dengan perbuatan-perbuatan baik demi untuk bisa mendapatkan keselamatan tersebut dalam hidup kita.

Sebelum saya teruskan, mari kita membuka ayat Alkitab terlebih dahulu, kita akan baca apa yang dikatakan Kitab Suci berkenaan dengan ini. Pertama kita akan buka di dalam Roma 3:21-22 kita akan sorot ayat 21-22 tapi kita akan baca sampai ayat 31 sambil beberapa ayat lain nanti akan kita buka.

“Tetapi sekarang, tanpa hukum Taurat kebenaran Allah telah dinyatakan, seperti yang disaksikan dalam Kitab Taurat dan Kitab-kitab para nabi, yaitu kebenaran Allah karena iman dalam Yesus Kristus bagi semua orang percaya. Sebab tidak ada perbedaan. Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya. Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-Nya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya. Maksud-Nya ialah untuk menunjukkan keadilan-Nya pada masa ini, supaya nyata, bahwa Ia benar dan juga membenarkan orang yang percaya kepada Yesus. Jika demikian, apakah dasarnya untuk bermegah? Tidak ada! Berdasarkan apa? Berdasarkan perbuatan? Tidak, melainkan berdasarkan iman! Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat. Atau adakah Allah hanya Allah orang Yahudi saja? Bukankah Ia juga adalah Allah bangsa-bangsa lain? Ya, benar. Ia juga adalah Allah bangsa-bangsa lain! Artinya, kalau ada satu Allah, yang akan membenarkan baik orang-orang bersunat karena iman, maupun orang-orang tak bersunat juga karena iman. Jika demikian, adakah kami membatalkan hukum Taurat karena iman? Sama sekali tidak! Sebaliknya, kami meneguhkannya.”

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, sebelum kita membaca bagian ini tadi saya ada berkata kalau seluruh agama di dalam dunia ini bisa ditarik kepada dua kesimpulan yaitu pertama, agama yang mengajarkan keselamatan melalui perbuatan yang bisa diusahakan oleh manusia; dan kedua adalah agama yang mengajarkan hanya karena kasih karunia seseorang bisa diselamatkan melalui iman kepada Yesus Kristus. Pada waktu kita melihat kepada dua kelompok besar ini apakah kita bisa menyimpulkan kalau keselamatan memang ada dua cara untuk kita bisa dapatkan itu? Satu melalui perbuatan, satu melalui iman? Satu melalui usaha dan kekuatan dan segala kemampuan yang manusia bisa usahakan, satunya melalui anugerah Tuhan atau jalan pintas yang sudah Tuhan berikan, tetapi ujungnya tetap sama yaitu manusia akan menghadap Tuhan dan manusia akan bisa diselamatkan melalui cara ini? Saya percaya jawabannya tidak. Saya percaya ini juga adalah pengajaran yang Alkitab ajarkan kepada diri kita. Sebelum kita masuk ke lebih dalam kepada karunia keselamatan ini, saya mau ajak kita lihat apa yang Kitab Suci perlihatkan kepada kita berkenaan dengan Tuhan terlebih dahulu. Pertama adalah tadi dalam ayat yang ke-28, ini juga hal yang berkaitan dengan 1 Korintus 8 nanti. Kita boleh baca kembali di dalam Roma 3:28 dikatakan,

“Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat. Atau adakah Allah hanya Allah orang Yahudi saja? Bukankah Ia juga adalah Allah bangsa-bangsa lain? Ya, benar. Ia juga adalah Allah bangsa-bangsa lain!”

Lalu kalau saudara perhatikan dalam 1 Korintus 8:4 dikatakan,

“Tentang hal makan daging persembahan berhala kita tahu: “tidak ada berhala di dunia dan tidak ada Allah lain dari pada Allah yang esa. Sebab sungguhpun ada apa yang disebut “allah”, baik di sorga, maupun di bumi – dan memang benar ada banyak “allah” dan banyak “tuhan” yang demikian – namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup.”

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pada waktu kita melihat pada bagian ini Alkitab mengajarkan kepada kita melalui atau Tuhan mengajarkan kepada kita melalui rasul Paulus untuk membawa kita melihat bahwa Allah di dalam dunia ini hanya ada satu yaitu Allah – atau kita bisa katakan – Allah Tritunggal, yang disini dikatakan kita kenali Dia itu Allah Bapa dan Allah Anak Yesus Kristus, dan tentunya di bagian lain kita bisa lihat ada Allah Roh Kudus, yaitu pribadi yang ketiga. Dan di dalam seluruh dunia ini yang telah mencipta seluruh dunia ini itu bukan banyak allah yang telah mencipta, tetapi hanya ada satu Allah yang telah mencipta seluruh keberadaan dari dunia ini dan seluruh manusia yang ada di dalam dunia ini. Ini menjadi suatu hal yang signifikan. Apakah itu berarti bahwa ketika manusia beribadah kepada Allah, Allah itu adalah satu di mana semua manusia akan sujud dan menyembah kepada diri Dia? Alkitab berkata tidak seperti itu. Walaupun Allah yang ada, yang sejati hanya ada satu, tetapi Alkitab berkata bahwa tidak semua akan memanggil Allah itu dengan sebutan ‘Allah’. Atau Allah yang sejati itu sebagai Allah yang sejati, Allah yang ada di dalam kehidupan dari manusia. Itu sebabnya Paulus berkata didalam 1 Korintus 8 di dunia ini ada begitu banyak sekali orang yang memanggil kepada nama tuhan tetapi tuhan itu bukan Tuhan yang dikatakan sebagai Allah Tritunggal atau Bapa dan Yesus Kristus, dan siapa yang memanggil kepada Allah Bapa dan Yesus Kristus? Paulus berkata hanya orang Kristen yang memanggil kepada Allah dan mengenal Allah itu dengan pribadi Bapa dan pribadi Yesus Kristus dan pribadi Roh Kudus.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kenapa ini menjadi satu hal yang penting yang harus ditekankan disini? Sebabnya karena pada waktu kita berbicara hanya ada satu Allah – dan kita berbicara banyak allah dalam dunia menurut pandangan manusia tetapi hanya ada satu Allah bagi orang Kristen – saya mau ajak kita melihat bahwa apa yang dilihat oleh orang Kristen, apa yang dinyatakan oleh Kitab Suci itu adalah persepsi atau perspektif yang Allah sendiri lihat dari kehidupan manusia. Bagi manusia untuk bisa mencapai kepada tuhan itu ada banyak jalan dan bahkan banyak jalan itu menunjukkan banyak allah tetapi semuanya melalui perbuatan. Tetapi bagi Tuhan Allah sendiri ketika melihat segala usaha yang dilakukan oleh manusia, Allah berkata kalau Allah itu ada satu saja bukan banyak allah, maka jalan itu bukan banyak tetapi hanya melalui satu jalan, yaitu melalui Yesus Kristus. Itu kepentingannya untuk berbicara bahwa Allah yang ada di dalam dunia ini adalah satu, bukan banyak Allah. Tetapi kalau kita mengadopsi ada banyak jalan, ada banyak cara untuk bisa mencapai ke dalam kehidupan kekal, itu hanya mengakui bahwa ada banyak allah yang mengajarkan cara-cara yang berbeda antara satu dengan yang lain untuk kita bisa mencapai ke dalam keselamatan itu. Itu hal yang pertama yang saya ingin angkat pada pagi hari ini. Yaitu Saudara harus mengerti kalau Allah itu satu seperti yang rasul Paulus katakan kepada orang-orang Kristen atau kepada Timotius, maka hanya satu juga mediator untuk orang bisa datang kepada Allah yaitu melalui Yesus Kristus. Itu adalah kaitan dengan hanya ada satu Allah itu.

Hal yang kedua yang saya ingin ajak kita lihat adalah berkaitan dengan siapa Allah itu. Kalau kita perhatikan di dalam ajaran-ajaran agama dalam dunia ini maka seringkali kita melihat Allah itu adalah pribadi yang penuh dengan kebaikan, pribadi yang penuh dengan kemurahan. Saya percaya kekristenan juga mengajarkan aspek ini, bahwa Allah itu penuh dengan kasih karunia, Allah itu penuh dengan pengampunan seperti itu, Allah itu penuh dengan suatu sikap keterbukaan atau kebesaran hati untuk menerima orang-orang datang kepada diri Dia. Betulkah hal ini? Memang apa yang dikatakan itu – berkenaan dengan Allah – ada bagian kebenarannya. Tetapi kita sering kali mengabaikan satu aspek lagi dari pada pribadi Allah yang membuat kita justru jatuh ke dalam suatu kesalahan yang fatal sekali yang membuat kita ada di bawah murka Allah – saya percaya – yaitu kita tidak melihat kepada kedaulatan Allah atau keadilan Allah sebagai sesuatu yang lebih sangat penting yang tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan kasih karunia atau kasih Tuhan dalam kehidupan kita. Kita lebih condong untuk melihat Allah itu baik. Kita lebih condong untuk melihat bahwa Allah itu penuh dengan kemurahan. Kita lebih condong untuk melihat Allah itu adalah Allah yang penuh dengan pengampunan. Kenapa? Karena dengan begitu kita aman. Kalau kita berbuat dosa, kita berbuat kesalahan, kita tinggal datang kepada diri Dia, kita meminta pengampunan dari Dia, maka orang-orang berdosa akan berkata kita pasti diampuni oleh Tuhan Allah. Karena apa? Dia berkemurahan, Dia berpengampunan, kita tinggal datang kepada Dia maka Dia urusan kita akan selesai, dosa-dosa kita akan selesai, kesalahan-kesalahan kita akan selesai, dan Dia akan menerima kita kembali di hadapan Dia. Tapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, Alkitab berkata Allah yang satu itu ternyata bukan hanya Allah yang kasih tetapi Dia juga adalah Allah yang sangat menakutkan sekali.

Mari kita buka di dalam Ayub, Ayub pasalnya yang ke-9. Ini ayat yang cukup panjang tapi kita baca saja supaya kita punya gambaran, saya pikir ini adalah hal yang cukup baik untuk kita pelajari. Ayub 9:2, atau dari ayat yang pertama. Temanya adalah: Tidak seorang pun dapat bertahan di hadapan Allah.

“Tetapi Ayub menjawab: “Sungguh, aku tahu, bahwa demikianlah halnya, masakan manusia benar di hadapan Allah? Jikalau ia ingin beperkara dengan Allah satu dari seribu kali ia tidak dapat membantah-Nya. Allah itu bijak dan kuat, siapakah dapat berkeras melawan Dia, dan tetap selamat? Dialah yang memindahkan gunung-gunung dengan tidak diketahui orang, yang membongkar-bangkirkannya dalam murka-Nya; yang menggeserkan bumi dari tempatnya, sehingga tiangnya bergoyang-goyang;  yang memberi perintah kepada matahari, sehingga tidak terbit, dan mengurung bintang-bintang dengan meterai; yang seorang diri membentangkan langit, dan melangkah di atas gelombang-gelombang laut; yang menjadikan bintang Biduk, bintang Belantik, bintang Kartika, dan gugusan-gugusan bintang Ruang Selatan; yang melakukan perbuatan-perbuatan besar yang tidak terduga, dan keajaiban-keajaiban yang tidak terbilang banyaknya. Apabila Ia melewati aku, aku tidak melihat-Nya, dan bila Ia lalu, aku tidak mengetahui. Apabila Ia merampas, siapa akan menghalangi-Nya? Siapa akan menegur-Nya: Apa yang Kau lakukan? Allah tidak menahani murka-Nya, di bawahkuasa-Nya para pembantu Rahab membungkuk; lebih-lebihaku, bagaimana aku dapat membantah Dia, memilih kata-kataku di hadapanDia? Walaupun aku benar, aku tidak mungkin membantahDia, malah aku harus memohon belas kasihan kepada yang mendakwa aku. Bila aku berseru, Ia menjawab; aku tidak dapat percaya, bahwa Ia sudi mendengarkan suaraku; Dialah yang meremukkan aku dalam angin ribut, yang memperbanyak lukaku dengan tidak semena-mena, yang tidak membiarkan aku bernafas, tetapi mengenyangkan aku dengan kepahitan. Jika mengenai kekuatan tenaga, Dialah yang mempunyai! Jika mengenai keadilan, siapa dapat menggugat Dia? Sekalipun aku benar, mulutku sendiri akan menyatakan aku tidak benar; sekalipun aku tidak bersalah, Ia akan menyatakan aku bersalah. Aku tidak bersalah! Aku tidak pedulikan diriku, aku tidak hiraukan hidupku! Semuanya itu sama saja, itulah sebabnya aku berkata: yang tidak bersalah dan yang bersalah kedua-duanya dibinasakan-Nya. Bila cemeti-Nya membunuh dengan tiba-tiba, Ia mengolok-olok keputusasaan orang yang tidak bersalah. Bumi telah diserahkan kedalam tangan orang fasik, dan mata para hakimnya telah ditutup-Nya; kalau bukan oleh Dia, oleh siapa lagi? Hari-hariku berlalu lebih cepat daripada seorang pelari, lenyap tanpa melihat bahagia, meluncur lewat laksana perahu dari pandan, seperti rajawali yang menyambar mangsanya. Bila aku berpikir: Aku hendak melupakan keluh-kesahku, mengubah air mukaku, dan bergembira, maka takutlah aku kepada segala kesusahanku; aku tahu, bahwa Engkau tidak akan menganggap aku tidak bersalah. Aku dinyatakan bersalah, apa gunanya aku menyusahkan diri dengan sia-sia? Walaupun aku membasuh diriku dengan salju dan mencuci tangan ku dengan sabun, namun Engkau akan membenamkan aku dalam lumpur, sehingga pakaianku merasa jijik terhadapaku. Karena Dia bukan manusia seperti aku, sehingga aku dapat menjawab-Nya: Mari bersama-sama menghadap pengadilan. Tidak ada wasit di antara kami, yang dapat memegang kami berdua! Biarlah Ia menyingkirkan pentung-Nya dari padaku, jangan aku ditimpa kegentaran terhadap Dia, Maka aku akan berbicara tanpa rasa takut terhadap Dia, karena aku tidak menyadari kesalahanku.”

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pada waktu kita membaca Ayub 9 ini, satu sisi ada penghiburan yang bisa kita dapatkan dari perkataan-perkataan Ayub berkenaan dengan Tuhan Allah, tetapi ada satu hal lagi yang Ayub juga angkat: siapa Allah itu? Dia adalah Allah yang bertindak tanpa ada satu orang pun yang tahu apa yang Dia lakukan. Dia melalui begitu saja, Dia diam dan orang tidak tahu kalau Dia sudah lalu. Dan siapa Dia? Dia adalah Allah yang bisa mengakibatkan adanya sesuatu atau mencuri keadaan yang baik, atau merampas atau menghalangi apa yang ada di dalam kehidupan kita, atau menghalangi kita untuk mencapai sesuatu dalam hidup kita. Dan ketika kita berbantah kepada diri Dia, Ayub berkata tidak ada orang bisa berbantah kepada diri Dia. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, siapa Dia? Dia adalah Allah yang tidak bisa dipertanyakan. Dia adalah Allah yang setiap tindakannya Dia lakukan berdasarkan keinginan Dia. Dia adalah Allah yang bisa melakukan segala sesuatu sesuai dengan apa yang Dia mau. Itu adalah Allah. Dan ketika Dia lakukan itu, Alkitab berkata tidak ada satu manusia pun yang bisa bertanya kenapa Engkau melakukan hal itu. Tapi di sini Ayub juga mengatakan, Kamu tahu tidak, seperti dirimu, aku adalah orang yang bersalah. Bahkan ketika aku berkata aku benar pun, Allah menyatakan aku adalah orang yang bersalah.” Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya percaya kalau kita melihat kepada apa yang Kitab Suci katakan ini bagi diri kita, maka kita akan melihat kita adalah orang yang sebenarnya tidak ada satu nilai pun atau satu harga pun di hadapan Tuhan, apalagi kalau kita adalah orang yang bersalah kepada diri Dia. Yang membuat kita berarti – mungkin kalau saya katakan ini supaya kita jangan berpikir kalau kita tidak berarti di hadapan Tuhan – yang membuat kita berarti di hadapan Tuhan, kalau menurut versi Alkitab itu bukan kepada apa yang kita bisa lakukan dalam kehidupan diri kita untuk membuat diri kita benar dan baik di hadapan Tuhan sehingga dia mengakui diri kita; tetapi Alkitab berkata, kalau kita datang kepada Kristus dan hidup menurut jalan yang Kristus ajarkan atau Alkitab ajarkan, itu adalah cara satu-satunya untuk kita bisa menjadi seorang yang berarti di hadapan Tuhan.

Saudara, pada waktu kita melihat kepada kebenaran ini, saya harap apa yang kita lihat dari diri Tuhan itu jangan hanya diri atau pribadi dan karakter yang tidak seimbang. Tetapi baiklah kita melihat Allah itu seperti apa yang Alkitab ajarkan kepada diri kita, yaitu Dia bukan hanya baik tetapi Dia adalah Allah yang tidak akan bisa mentolelir terhadap kejahatan yang ada di dalam dunia ini. Kita melihat bukan hanya Dia adalah Allah yang bisa mendengar doa kita, tetapi Dia juga Allah yang bertindak sesuai dengan apa yang Dia inginkan, dan tidak ada seorang pun yang bisa bertanya terhadap apa yang dia kerjakan; dan pada waktu Dia lakukan itu, kita harus mengerti bahwa setiap orang yang berani berdiri menghalangi Dia atau berhadapan dengan diri Dia, itu pasti akan dihabiskan oleh Tuhan Allah. Nggak ada satu orang pun yang bisa berdiri dan bertahan di hadapan diri Dia. Dan banyak sekali contohnya dalam Kitab Suci yang menyatakan bahwa ada orang-orang yang berani bermain-main dengan Tuhan yang kemudian Tuhan binasakan mereka. Dan kita bisa lihat di dalam lima Kitab Musa. Misalnya dalam kehidupan orang-orang Israel yang menyembah patung berhala atau patung lembu emas padahal Tuhan berkata, “Engkau tidak boleh menyembah patung lembu emas.” Tetapi orang-orang Israel yang meragukan pemeliharaan Tuhan dalam kehidupan mereka, mempertanyakan kebaikan Tuhan, dan ingin kembali kepada Mesir dan tidak percaya bahwa jalan Tuhan yang Tuhan bawa kelaur mereka dari Mesir menuju tanah perjanjian adalah jalan yang baik, jalan yang penuh dengan kasih karunia dari Tuhan. Dan apa yang terjadi? Tuhan habiskan satu generasi. Pada waktu mereka di Mara dan Meriba, Tuhan hukum mereka. Pada waktu mereka terus memalingkan Tuhan satu-satunya, Tuhan yang benar, lalu kemudian mulai menyembah kepada Baal Peor, saat itu puluhan ribu orang mengalami kematian karena dosa yang mereka lakukan tersebut. Ini adalah Allah yang satu itu, Allah yang Kitab Suci wahyukan kepada diri kita, dan itu sebabnya kita perlu lihat bahwa Allah itu adalah yang benar, adalah Allah yang kudus seperti yang Kitab Suci nyatakan.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, jangan terus tipu diri. Jangan terus menghibur diri oh saya pasti baik-baik, saya nggak perlu terlalu serius untuk menuntut apa yang Tuhan kehendaki dalam hidup saya, saya bisa mencapai apa yang saya inginkan sesuka saya, saya bisa lakukan apapun yang saya inginkan ndak perlu terlalu pedulikan Tuhan dalam hidup saya. Alkitab bilang nggak, nggak bisa seperti itu. Apalagi Alkitab berkata semua hal itu – kenapa kita pikirkan berkaitan dengan diri kita dan diri kita kepentingan kita – adalah disebabkan karena manusia sudah memberontak melawan Tuhan.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, tadi kita baca di dalam Roma pasal yang ke-3, setelah kita melihat pada Allah itu hanya satu yang menunjukkan ada satu jalan, setelah kita melihat pada Allah yang adalah Allah yang begitu menakutkan yang bertindak segala sesuatu berdasarkan kehendak Dia, yang membuat kita nggak mungkin bisa melawan diri Dia itu, Alkitab juga menyatakan – di dalam Roma 3 – bahwa kita harus lebih takut lagi kepada diri Dia karena keberadaan kita itu adalah keberadaan yang sebenarnya ada di dalam permusuhan dengan Allah yang menakutkan itu. Roma 3 kalau Bapak, Ibu, tadi baca dari ayat 21, tapi kalau Bapak, Ibu, mundur lagi ke dalam ayat yang ke-11 dan seterusnya, maka kita akan menemukan Alkitab berkata bahwa kondisi manusia sebenarnya ada di suatu kondisi yang menentang Tuhan, yang bersalah, yang jahat, yang tidak benar, yang tidak berakal budi dan yang tidak mencari Tuhan.

Sekali lagi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ketika kita membaca ini, tolong baca juga dari perspektif  Tuhan. Jangan hanya melihat ayat-ayat ini berkata dan kemudian ditarik ke dalam satu kehidupan manusia yang ada dalam dunia ini, “Kayaknya salah deh… Maksudnya apa? Bukankah banyak orang yang beribadah, mencari Tuhan, mereka betul-betul sepertinya melakukan suatu perbuatan-perbuatan yang saleh dalam hidup dia supaya dia bisa mendekatkan diri kepada Tuhan Allah?” Tolong lihat dari kacamata Tuhan. Pada waktu kita manusia datang kepada Tuhan, sungguhkah kita datang kepada Tuhan dengan sepenuh hati untuk beribadah kepada Tuhan? Dan pada waktu kita menguji dari perspektif ini, saya percaya kita semua akan berkata sebenarnya tidak. Kita datang kepada Tuhan seolah-olah kita beribadah kepada Tuhan, seolah-olah kita mengenal Tuhan, seolah-olah kita punya hati yang mau menaati Tuhan, tetapi sebenarnya di balik itu semua kita hanya mencari apa yang menguntungkan diri kita, termasuk keselamatan, termasuk kehidupan kekal, itu sering kali menjadi tujuan utama manusia untuk datang kepada Tuhan. Alkitab berkata itu semua adalah bukan yang diperkenan oleh Tuhan. Dan pada waktu kita berpikir bahwa apa yang kita bisa lakukan melalui perbuatan-perbuatan, kebaikan-kebaikan yang kita lakukan untuk menaati Tuhan, kita bisa berkata, “Saya bisa benar di hadapan Tuhan,” Alkitab juga berkata, “bukan hanya hatimu saja yang penting, tetapi juga perbuatanmu itu menjadi hal yang dinilai Tuhan.”

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, adakah orang dalam dunia ini yang bisa dibenarkan melalui perbuatan dia? Tidak. Dari mana kita bisa tahu bahwa tidak ada seorang pun yang bisa dibenarkan di hadapan Tuhan melalui perbuatannya? Roma 3 bilang dari hukum Tuhan. Dari peraturan Tuhan kita bisa tahu kalau kita tidak mungkin bisa benar di hadapan Tuhan. Ini Saudara bisa baca di dalam ayat yang ke-20 pasal yang ke-3, atau ayat 19 dan 20,

“Tetapi kita tahu, bahwa segala sesuatu yang tercantum dalam Kitab Taurat ditujukan kepada mereka yang hidup di bawah hukum Taurat, supaya tersumbat setiap mulut dan seluruh dunia jatuh ke bawah hukuman Allah. Sebab tidak seorang pun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa.”

Jadi pada waktu Tuhan memberikan Taurat Dia, tujuannya untuk apa? Alkitab berkata, Paulus berkata tujuannya adalah untuk menyumbat mulut orang agar mereka tidak bisa berdalih lagi. Lalu kalau Saudara buka di dalam 1 Timotius 1:5 dan seterusnya,

“Tujuan nasihat itu ialah kasih yang timbul dari hati yang suci, dari hati nurani yang murni dan dari iman yang tulus ikhlas. Tetapi ada orang yang tidak sampai pada tujuan itu dan yang sesat dalam omongan yang sia-sia. Mereka itu hendak menjadi pengajar hukum Taurat tanpa mengerti perkataan mereka sendiri dan pokok-pokok yang secara mutlak mereka kemukakan. Kita tahu bahwa hukum Taurat itu baik kalau tepat digunakan, yakni dengan keinsafan bahwa hukum Taurat itu bukanlah bagi orang yang benar, melainkan bagi orang durhaka dan orang lalim, bagi orang fasik dan orang berdosa, bagi orang duniawi dan yang tak beragama, bagi pembunuh bapa dan pembunuh ibu, bagi pembunuh pada umumnya, bagi orang cabul dan pemburit, bagi penculik, bagi pendusta, bagi orang makan sumpah dan seterusnya segala sesuatu yang bertentangan dengan ajaran sehat yang berdasarkan Injil dari Allah yang mulia dan maha bahagia, seperti yang telah dipercayakan kepadaku.”

Di dalam 1 Timotius ini dikatakan untuk siapa hukum Taurat itu atau hukum Tuhan? Paulus berkata semuanya adalah untuk orang-orang yang berdosa, orang-orang jahat, orang-orang yang tidak takut Tuhan, orang-orang yang hidup di dalam kedagingan, orang-orang pembunuh, orang-orang pemburit, orang-orang pencuri, orang pendusta, orang yang bersumpah palsu dan seterusnya. Maksudnya apa ya? Apakah maksudnya adalah oh hukum Taurat itu memang untuk mereka supaya mereka pelajari, supaya mereka bisa taati, supaya mereka memiliki kehidupan yang kemudian lurus di hadapan Tuhan? Paulus bilang tidak. Justru orang yang berpikir seperti itu adalah orang yang tidak mengerti firman Tuhan dan fungsi hukum.

Kalau Saudara lihat di dalam latar belakang surat kepada Timotius, itu dalam konteks Timotius sedang menjalankan pelayanan di Efesus atau gereja Efesus, dan di situ kita bisa melihat ada orang, kasus-kasus yang berkaitan dengan satu kebenaran melalui perbuatan yang dilakukan oleh manusia. Dan Paulus berkata tidak, orang yang mengerti Taurat sebenarnya adalah orang yang mengerti Taurat tidak bisa membenarkan orang. Tetapi justru Taurat adalah sesuatu yang Tuhan berikan – atau hukum Tuhan itu Tuhan berikan – bagi orang yang berdosa. Dan tujuannya untuk apa? Tujuannya adalah – kalau kita kembali ke Roma – untuk membungkam mulut mereka supaya mereka ndak bisa berdalih lagi kalau mereka adalah orang yang benar di hadapan Tuhan dan kebaikan-kebaikan mereka lakukan adalah suatu kebaikan yang pasti membuat diri mereka diterima oleh Tuhan. Jadi istilah yang dikatakan oleh Paulus dalam Roma 3 ‘Taurat itu adalah sesuatu untuk membungkam mulut orang atau menyumbat mulut orang’ supaya orang tahu diri mereka adalah orang yang berdosa, orang yang tidak mungkin bisa memenuhi standar Tuhan, di dalam hidup mereka dan usaha yang mereka lakukan. Jadi baik melalui moralitas yang dilakukan oleh manusia melalui hukum-hukum agama yang mereka jalankan, dan melalui korban-korban persembahan yang mereka lakukan, kalau mereka uji berdasarkan hukum Tuhan khususnya 10 Perintah Allah, maka mereka akan menyadari mereka sebenarnya tidak mungkin bisa memenuhi semua tuntutan yang Tuhan berikan.

Makanya tadi saya katakan, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, stop, jangan terus hidup di dalam suatu sikap yang berpikir, “Saya baik.” Jangan terus berpikir hari masih panjang, Tuhan itu pasti akan mengampuni kalau saya datang kepada diri-Nya walaupun di dalam satu detik-detik terakhir untuk meminta pengampunan dari Dia, Dia pasti mengampuni diri saya, saya pasti baik-baik di hadapan Tuhan. Ingat, kita itu berdosa. Dan kita yang berdosa berhadapan dengan Tuhan yang adil, Tuhan yang sangat menakutkan sekali, Tuhan yang tidak akan berkompromi terhadap dosa yang kita lakukan. Dan ingat juga Saudara, jangan pikir kebaikan, kebenaran dirimu itu bisa membuat dirimu diterima oleh Tuhan. Justru Alkitab berkata engkau akan menyatakan dirimu makin munafik, makin munafik, makin jauh dari Tuhan kalau engkau terus menutup diri supaya benar di hadapan Tuhan melalui kebaikan yang kita lakukan. Itu sebabnya Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, di dalam ayat 20 Paulus berkata tujuan Taurat diberikan adalah bukan untuk orang dibenarkan, tetapi justru untuk orang mengenal dosa. Jadi pada waktu Tuhan memberi hukum, tujuan utama hukum itu untuk apa? Saya tahu saya berdosa, manusia tahu manusia berdosa, itu tujuannya. Apakah hukum bisa membuat seseorang diselamatkan? Alkitab bilang ndak bisa, ndak mungkin orang diselamatkan melalui hukum, karena fungsi hukum diberikan – yang paling utama – adalah untuk menyatakan dosa. Manusia adalah orang yang berdosa dan tidak pernah bisa memenuhi standar tuntutan Tuhan. Itu tujuannya. Dan saya percaya kalau kita membacanya secara benar, maka kita akan melihat memang apa yang Kitab Suci katakan berkenaan dengan diri kita itu adalah benar.

Nah dalam kondisi seperti ini, apa yang bisa kita lakukan? Adakah sesuatu yang kita bisa perbuat untuk menghindarkan kita dari murka Allah? Dalam kondisi seperti ini, adakah sesuatu yang kita bisa perbuat untuk kita bisa masuk ke dalam surga dan hidup dalam suatu kekekalan bersama dengan Tuhan? Dalam kondisi seperti ini, adakah sesuatu kebaikan dalam diri kita yang paling tidak secuil saja, yang membuat Tuhan bisa melihat engkau adalah orang yang berbeda dari orang yang lain yang membuat akhirnya Tuhan berbelas kasihan kepada diri kita untuk kita bisa datang dan menghampiri diri Dia? Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan jawabannya: tidak ada. Jawabannya adalah mustahil bagi kita bisa menghampiri Dia. Jawabannya adalah tidak mungkin bagi kita bisa diterima sebagai orang yang berkenan di hadapan Dia melalui segala yang kita miliki dalam hidup kita dan perbuatan-perbuatan yang kita lakukan dalam hidup kita. Dan ingat sekali lagi dengan kondisi seperti ini kita berhadapan dengan siapa. Allah yang kasih? Allah yang pemurah? Betul Dia adalah pemurah, tapi jangan lupa Dia adalah Allah yang adil. Dia akan menghukum seorang di dalam keberdosaan. Martin Luther dalam kondisi ini berkata, “Dalam keadaan seperti ini, saatnya kita berhenti untuk berusaha dengan kemampuan diri kita untuk bisa diterima oleh Tuhan. Tetapi justru dalam kondisi seperti ini, kita harusnya datang kepada Tuhan dan membiarkan Dia yang menolong diri kita. Itu yang seharusnya.”

Bapak, Ibu, kalau nonton film-film dulu sering kali di dalam film-film itu ada tokoh yang hebat, kayak gitu, penyelamat. Kalau film dongeng dulu ada putri yang tertawan ndak bisa berbuat apa-apa, lalu muncul lah seorang pahlawan yang datang untuk menolong diri dia keluar daripada penjara atau kejahatan orang yang ingin membuat dirinya di dalam kesulitan. Itu yang seharusnya kita bayangkan berkenaan dengan Tuhan. Kita ada di dalam kondisi yang sengsara. Kita ada di dalam kondisi yang bukan hanya menderita tapi kita ada dalam kondisi yang ada di bawah murka Allah dan hukuman kekal Tuhan akibat dosa kita. Lalu dalam kondisi ini kita masih berusaha untuk membuat diri kita diterima oleh Tuhan? Jawabannya nggak mungkin. Lalu apa yang bisa kita lakukan? Martin Luther berkata, “Saat itulah engkau harus berhenti berjuang dan biarkan Tuhan yang menolong dirimu keluar dari kondisi itu.” Nah, itu namanya kasih karunia. Selama kita berpikir saya ada kebaikan untuk membuat diri kita berkenan di hadapan Tuhan, kita akan menolak kasih karunia dari Tuhan Allah. Dan kita terus berpikir kita mampu dan kita mampu, tapi sebenarnya kita sedang menipu diri kita dengan kebaikan-kebaikan yang kita pikir baik tapi sebenarnya bukanlah kebaikan yang sesuai dengan standar tuntutan Tuhan dalam hidup kita, dan bukan kebaikan yang total, yang sempurna, yang kita bisa lakukan.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, Roma adalah sebuah kitab yang sangat menekankan kepada kebenaran. Kebenaran itu berbicara mengenai satu kehidupan yang terlepas dari dosa, terlepas dari satu kehidupan yang jahat, satu kehidupan yang baik, satu kehidupan yang suci, yang kudus, satu kehidupan yang benar, tidak melanggar hukum. Itu adalah kitab Roma. Dan satu lagi adalah pada waktu Roma berbicara mengenai kebenaran dan tuntutan kebenaran yang diminta oleh Kitab Roma, itu adalah satu kebenaran yang sebenarnya sumbernya tidak pernah berasal dari manusia, tetapi sumbernya adalah berasal dari Tuhan. Dan standarnya adalah kesempurnaan. Dan hasilnya adalah kekekalan. Itu kebenaran yang diajarkan oleh Kitab Roma. Jadi pada waktu kita berkata sumbernya berasal dari Tuhan – kebenaran – saya adalah orang berdosa, adakah sumber kebenaran dalam diri saya? Jawabnya yang ada adalah sumber dosa, itu yang ada. Makanya ndak mungkin orang bisa datang kepada Tuhan untuk mendapatkan kebenaran, karena sumbernya ndak ada pada diri kita. Kalau Saudara baca dalam Injil Yohanes, Alkitab berkata Allah itu, atau Kristus adalah sumber terang, sedangkan manusia ini ada di dalam kegelapan. Bagaimana yang gelap ini bisa menjadi terang? Ndak mungkin bisa dari diri sendiri kecuali yang terang itu datang ke dalam dunia yang gelap untuk memberikan terang. Jadi begitu pun juga dengan kebenaran kita, kebaikan kita, Allah itulah sumber kebenaran itu. Kalau Allah itu yang adalah sumber kebenaran yang tidak memberikan kebenaran itu ke dalam diri kita, ndak mungkin kita bisa dibenarkan. Dan kalau sumber kebenaran yang sempurna itu menuntut kebenaran dari manusia, maka tuntutan-Nya itu adalah tuntutan yang sempurna. Mungkinkah kita itu memiliki kebenaran yang sempurna? Jawabannya juga nggak mungkin.

Tapi sekali lagi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, manusia sering kali hidup di dalam suatu hidup yang menipu diri dengan melakukan kebaikan-kebaikan, fokus kepada kebaikan yang dia lakukan, melupakan kejahatan-kejahatan dan dosa yang dia lakukan. Tuhan berkata kalau engkau menghakimi orang, hakimi dengan adil. Maksudnya adalah jangan cuma lihat orang punya kesalahan, jangan cuma lihat diri mereka itu adalah penjahat yang besar sekali di dalam kejahatan yang mereka lakukan, sedangkan saya yang baik. Jangan-jangan ketika kita menuntut orang dan menghakimi orang jahat, sebenarnya kita juga melakukan hal yang sama terhadap orang lain. Atau istilahnya adalah kita bisa melihat selumbar di mata orang tetapi kita sendiri tidak melihat ada balok di mata kita. Saya belajar satu hal di dalam relasi saya dengan orang yaitu setiap kali orang peka terhadap satu hal terhadap diri orang lain, biasanya adalah dia melakukan hal itu dalam hidupnya. Tapi dia nggak ngerasain. Dia cuma melihat kesalahan itu ada pada diri orang lain. Padahal dia bisa pikir kayak gitu karena apa? Karena dia mungkin melakukan itu. Pencuri biasanya akan teriak orang lain pencuri padahal dia adalah sendiri pencuri. Orang yang bisa berpikir misalnya ada lika-liku di dalam hukum supaya bisa terhindar, supaya diri dia tidak terjebak oleh orang lain, kemungkinan besar adalah dia lakukan itu untuk jebak orang lain.

Jadi Saudara, kalau kita menghakimi orang, hakimi secara adil. Tapi kita sering kali adalah lihat orang salah, kita benar. Lihat orang punya kesalahan nggak mungkin diampuni tapi kita punya kesalahan harus diampuni. Kita menuntut orang lain untuk melakukan sesuatu yang kita sendiri ndak lakukan itu adalah suatu dosa yang orang-orang Taurat, ahli-ahli Taurat dan Farisi lakukan dalam hidup mereka. Makanya Tuhan berkata, “Kamu munafik!” Tetapi itulah manusia. Kita seringkali jatuh dalam suatu sikap yang ingin menghibur diri, ingin membuat diri kita kelihatan benar, kelihatan baik, dengan cara adalah menyalahkan orang lain dan membenarkan diri. Tapi Tuhan berkata nggak bisa begitu di hadapan Tuhan. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, dalam kondisi seperti ini saya percaya apa yang Martin Luther katakan itu adalah hal yang bijaksana sekali. Saat itu ketika engkau nggak bisa lakukan apapun, jangan terus berkeras, tetapi sudah waktunya engkau datang kepada Tuhan dan meminta Dia bekerja dalam hidupmu. Tetapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya mau tambahkan untuk bisa menyadari hal itupun itu adalah kasih karunia. Alkitab berkata kalau kita bisa datang kepada Tuhan itu bukan karena tindakan kita, bukan karena sesuatu yang kesadaran yang muncul dari diri kita sendiri, tetapi karena kasih Tuhan. Karena di dalam 1 Korintus 2:14 dikatakan ndak ada orang duniawi yang bisa mengerti hal-hal rohani. Manusia yang berdosa akan terus hidup di dalam dosanya. Itu yang akan terjadi kecuali dia mendapatkan kasih karunia dari Tuhan untuk dibukakan, untuk melihat bahwa tindakannya itu adalah sesuatu yang berdosa. Dan untuk orang bisa mendapatkan kasih karunia ini, itupun adalah kasih karunia dari Tuhan yang telah memilih kita di dalam kekekalan.

Jadi pada waktu berbicara mengenai Sola Gratia, itu berkaitan dengan aspek mulai dari kekekalan sebelum Tuhan menebus diri kita sampai kepada satu kehidupan pengudusan yang dikerjakan oleh Tuhan dalam kehidupan kita. Kita buka satu per satu saja ya, Roma 11:5-6. Kita baca sama-sama ya,

“Demikian juga pada waktu ini ada tinggal suatu sisa, menurut pilihan kasih karunia. Tetapi jika hal itu terjadi karena kasih karunia, maka bukan lagi karena perbuatan, sebab jika tidak demikian, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia.”

Roma 9:11-12,

“Sebab waktu anak-anak itu belum dilahirkan dan belum melakukan yang baik atau yang jahat, supaya rencana Allah tentang pemilihan-Nya diteguhkan, bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan panggilan-Nya – dikatakan kepada Ribka: “Anak yang tua akan menjadi hamba anak yang muda,””

Ini bicara apa? Ayat 5 dan 6 pasal 11 bicara pilihan kita adalah berdasarkan kasih karunia. Efesus 1:4 berkata kamu dipilih sejak dunia belum dijadikan untuk hidup yang kudus dan tidak bercacat. Dan di sini dikatakan itu semua adalah kasih karunia. Kalau saudara mau lihat lagi di Yohanes dikatakan siapa yang bisa datang kepada Kristus? Mereka yang diberikan Bapa kepada Kristus baru bisa datang kepada Yesus Kristus.

Lalu yang kedua adalah tindakan pembenaran kita itu adalah sesuatu yang dikerjakan oleh Tuhan bagi diri kita melalui penebusan yang dikerjakan oleh Anak Allah, bukan karena kita bisa mengusahakan itu. Itu dari Roma 3:24,

“Dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus.”

Jadi pembenaran kita juga adalah kasih karunia dari Tuhan. Lalu apa dasar kita bisa mendapatkan suatu kehidupan yang baru? Natur yang baru? Karena itu menyatakan siapa yang menjadi pemilik diri kita dan di mana kita berada. Dalam Yohanes 3 dikatakan orang yang dilahirbarukan itu adalah orang yang baru ada di dalam Kerajaan Allah. Tanpa kelahiran baru ndak mungkin ada orang dalam Kerajaan Allah. Dan pertanyaannya adalah siapa yang melahirbarukan kita? Atas dasar apa kita dilahirbarukan itu? Di dalam Efesus 2:5-10 dikatakan semua itu adalah karena kasih karunia. Efesus 2:5-10,

“Telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita — oleh kasih karunia kamu diselamatkan — dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga, supaya pada masa yang akan datang Ia menunjukkan kepada kita kekayaan kasih karunia-Nya yang melimpah-limpah sesuai dengan kebaikan-Nya terhadap kita dalam Kristus Yesus. Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.”

Saudara tolong perhatikan ayat yang ke-5 dan ke-6, di situ dikatakan, “telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus,” atau dari ayat yang ke-4 ya, “Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita, telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita,” dan ada tanda strip dan strip lagi, yang strip di antaranya itu adalah, “oleh kasih karunia kamu diselamatkan — dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga.” Saudara, kalau saudara perhatikan dalam strip dan strip itu, itu adalah pengulangan dari apa yang ada di dalam ayat yang ke-4 bagian di awal, “oleh karena kasih-Nya yang besar.” Tapi, Saudara, kenapa Paulus masukkan strip ini kembali di sini dan bahkan itu menjadi satu kalimat yang terputus? Seharusnya kalimat yang ada itu adalah yang lebih nyambung, “Sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita,” langsung masuk ke ayat yang ke-6, “dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga,” tapi tengah-tengahnya diselipkan, “oleh kasih karunia kamu diselamatkan.” Saya lihat itu sebagai suatu penekanan untuk menyatakan kembali kalau bukan karena kasih karunia Tuhan, nggak mungkin kita dibangkitkan, nggak mungkin kita memperoleh kelahiran baru atau natur yang baru.

Jadi dari pemilihan itu kasih karunia. Dari penebusan, itu kasih karunia untuk pembenaran kita. Dari kelahiran baru, memberikan natur baru, itu kasih karunia bukan iman. Filipi 1:29 berkata bahkan iman pun pemberian Tuhan bagi diri kita. Efesus 2:8 berkata iman itu adalah pemberian Tuhan bagi kita. Bukan karena kita yang mau yang membuat kita bisa dibenarkan di hadapan Tuhan. Dan bahkan pengudusan pun itu adalah karena kasih karunia Tuhan. Kita buka dalam 1 Korintus 15:10 kita baca sama-sama,

“Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku.”

Jadi yang membuat Paulus seperti itu siapa? Paulus? Bukan. Tuhan, kasih karunia Tuhan. Yang membuat Paulus bisa terlibat di dalam pelayanan dia dan bekerja lebih giat dari semua rasul yang lain karena apa? Karena kasih karunia Tuhan. Jadi, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, adakah dalam hidup kita yang tidak perlu kasih karunia? Mulai dari diselamatkan bahkan mulai dari sebelum kita lahir, kita butuh kasih karunia Tuhan untuk kita bisa ada dalam iman kepada Kristus. Dan bahkan setelah kita ada di dalam iman kepada Kristus, untuk bisa hidup di dalam pengudusan itu pun adalah karena kasih karunia Tuhan.

Sekarang Bapak, Ibu, bisa mengerti, lihat, seberapa pentingnya peran Tuhan dalam hidup kita. Itu sebabnya kalau Bapak, Ibu, masih ingat kembali Efesus 1 semua di situ dikatakan apa yang ada di dalam kehidupan orang Kristen itu adalah karya pribadi dari Allah Tritunggal, Bapa, Anak, dan Roh Kudus dalam hidup kita. Dan kalau kita mengerti ini, mungkin tidak kita bisa menjauhkan diri dari Tuhan? Mungkin tidak kita bisa berkata saya bisa hidup menurut apa yang saya mau, rancangan saya, tanpa melibatkan Tuhan, tanpa berdoa kepada Dia, tanpa merendahkan diri pada Dia untuk meminta Dia untuk menguduskan, memimpin kehidupan kita, dan menolong dalam segala sesuatu? Ini prinsip Reformed. Hanya karena kasih karunia. Adakah sesuatu yang dalam diri kita yang membuat kita bisa bersombong di hadapan Tuhan dan mengatakan saya tidak perlu Engkau, saya bisa baik-baik hidup sendiri dalam dunia? Alkitab bilang bahkan orang berdosa pun dan setan pun masih bisa tetap ada itu karena ‘kasih karunia Tuhan’ menopang mereka untuk tetap berada dalam dunia ini.

Jadi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya mau ajak kita, dan saya berdoa, berharap, kita bisa melihat betapa pentingnya kasih karunia itu. Betapa tidak berartinya diri kita di hadapan Tuhan tanpa kasih karunia Tuhan dalam hidup kita. Kalau kita masih terus berpikir kita bisa bermain-main dengan Tuhan dan tidak membutuhkan kasih karunia itu, saya sudah ajak kita lihat Alkitab itu berkata Allah itu bukan hanya berkemurahan tetapi Dia juga Allah yang menakutkan sekali. Dan pasti suatu hari akan menuntut semua itu dari hidup kita. Itu sebabnya mari kita dengan kerendahan hati makin kita mengerti firman, jangan makin membuat kita keras hati. Bapak, Ibu, dari semua ciptaan Tuhan, yang paling sulit dibentuk oleh Tuhan itu siapa? Manusia. Alkitab berkata Tuhan butuh ambil tangan-Nya untuk membentuk manusia dari debu tanah. Yang lain cuma dikatakan, “Jadilah, jadilah,” semuanya jadi. Tetapi dari antara semua manusia, yang paling sulit Tuhan bentuk itu siapa? Anak Tuhan. Saudara tahu Saudara dan saya itu paling sulit dibentuk Tuhan. Orang Israel itu paling sulit dibentuk Tuhan. Bahkan sampai hari ini pun Tuhan masih bentuk mereka. Padang gurun itu ndak cukup untuk membentuk mereka. Dan Tuhan ingin kita mengerti. Saya harap kita, saya berdoa kita ndak melihat lagi kehidupan Kristen sebagai sesuatu yang sepele, sesuatu yang murahan, sesuatu yang kita bisa anggap enteng, tetapi lihatlah itu sebagai hal yang sangat utama sekali. Apa yang Tuhan kerjakan bagi diri kita itu sangat penting sekali. Tanpanya kita nggak ada artinya sama sekali. Semua itu adalah karena kasih karunia. Mari kita masuk dalam doa.

Kembali kamu bersyukur, Bapa, untuk anugerah-Mu dan kasih karunia. Puji syukur di dalam pemeliharaanmu dan kasih karunia-Mu kami boleh dibawa untuk melihat kepada kasih karuniamu. Dan kami melihat bahwa kami tanpa kasih karunia bukanlah apa-apa, terutama ketika kami adalah orang yang bukan orang yang benar, tapi orang yang berdosa di hadapan Tuhan. Tolong kami ya Tuhan untuk makin memiliki kehidupan yang mengasihi Engkau, makin memiliki kehidupan yang menghargai kasih karunia yang Engkau berikan dalam hidup kami. Terutama iman di dalam Kristus dan keselamatan yang telah Engkau karuniakan dalam Kristus. Dan itu menjadi hal yang kami sangat utamakan dan tinggikan dalam hidup kami. Dalam nama Tuhan Yesus Kristus kami bersyukur dan berdoa. Amin.

 

Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah (KS)