Pdt. Dawis Waiman, M.Div.
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, hari ini kita akan bahas berkenaan dengan satu tema yang nomor dua dari yang terakhir atau tema yang bisa dikatakan yang ke-4 yaitu Sola Scriptura. Nah Sola Scriptura sendiri itu adalah satu istilah yang muncul dari mana? Tadi di dalam video klip yang Pak Tong katakan atau kita putarkan tadi, ada satu statement yang muncul dari Marthin Luther di hadapan para pemimpin dari orang Katolik. Dan di dalam dia di sidang tersebut dia diminta oleh para pemimpin ini untuk menyangkali, untuk menarik kembali apa yang menjadi pengajaran yang telah ia berikan berkaitan dengan sola-sola atau reformasi atau istilah kalau kita sederhanakan itu berkaitan dengan misalnya Sola Gratia, Sola Fide, Solus Christus. Pada waktu Martin Luther diminta untuk menarik kembali perkataannya dia berkata, “Kecuali kalau aku bisa diyakinkan berdasarkan Kitab Suci, kecuali kalau aku bisa diyakinkan dengan jelas dengan bukti-bukti yang jelas, maka aku tidak mungkin menarik kembali apa yang aku katakan; dan itu adalah hal yang menyangkali hati nuraniku yang ditawan oleh Kitab Suci, karena itu Tuhan, tolong aku!” Dari statement ini muncullah istilah Sola Scriptura. Hanya melalui bukti dari Kitab Suci atau hanya di dalam Kitab Suci semata kita boleh diyakinkan akan kebenaran yang merupakan kebenaran dari Tuhan.
Nah pada waktu kita bicara mengenai 5 Sola ini dan tempat dari Sola Scriptura maka kita bisa bayangkan itu seperti sebuah bangunan atau sebuah Bait Allah atau sebuah kuil yang besar, lalu pada waktu kita membayangkan itu adalah sebuah bangunan, di mana tempat dari masing-masing Sola ini? Maka ada yang menggambarkan Sola Scriptura itu menempati fondasi dari bangunan itu atau bait itu. Lalu di atas dari Sola Scriptura yang merupakan fondasi dari bangunan itu ada tiga pilar. Dan pilar yang pertama adalah Sola Gratia, pilar kedua adalah Sola Fide, pilar ketiga adalah Solus Christus. Lalu yang menjadi payung yang menutupi ketiga pilar ini yang menghadap ke atas itu adalah Soli Deo Gloria. Jadi pada waktu kita melihat pada bangunan ini kita sangat mengerti sekali yang menjadi hal yang mendasar sekali untuk berdirinya bangunan secara kokoh adalah Sola Scriptura tersebut. Tetapi yang mempersatukan semuanya itu adalah Solus Christus.
Kalau Bapak, Ibu, perhatikan kenapa Tuhan memberikan anugerah kepada kita? Alkitab bekata anugerah Tuhan diberikan di dalam Kristus. Lalu ketika kita menerima anugerah itu, kita menyambut anugerah itu di dalam Kristus melalui apa? Melalu iman kepada Kristus. Alkitab itu adalah apa? Alkitab adalah firman dari Kristus. Dan semua itu adalah untuk kemuliaan Allah di dalam Kristus. Jadi itu adalah satu kaitan, atau kelima sola ini adalah satu kaitan yang sangat erat sekali satu dengan yang lain yang kita tidak bisa pisahkan satu dengan yang lain, dan bahkan ada yang berkata ketika kita bicara mengenai dasar iman Kristen, maka dasar iman Kristen itu dirangkum di dalam 5 Sola ini. Ketika Bapak, Ibu, Saudara menolak dari 5 Sola ini, salah satu saja, itu bukan membuat kita menjadi orang Kristen lagi. Jadi memang pengajaran Alkitab itu luas sekali, limpah sekali, tetapi semua kelimpahan itu bisa direduksi atau disimpulkan di dalam 5 Sola ini yang menjadi inti dasar dari pengajaran Kristen.
Nah pada waktu kita lihat zaman Martin Luther, maka Martin Luther dan Roma Katolik pada waktu itu melihat ada satu perbedaan dari Sola Scriptura ini. Perbedaannya adalah bukan karena orang Katolik merasa bahwa Sola Scriptura atau Alkitab itu bukan wahyu Tuhan, mereka juga percaya Alkitab itu adalah wahyu Tuhan, mereka percaya bahwa Alkitab itu adalah firman Tuhan yang tertulis. Kalau kita perhatikan dalam sejarah gereja, maka gereja menyimpulkan wahyu itu adalah dua kelompok: pertama adalah wahyu umum, yang kedua adalah wahyu khusus. Wahyu umum itu adalah wahyu yang bisa dilihat di dalam alam misalnya di dalam Mazmur 19:2, “Langit menceritakan pekerjaan tangan-Nya, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya;” Jadi pada waktu kita melihat kepada alam, walaupun tidak tertulis di dalam lembaran hitam di atas putih, tetapi kita tahu bahwa ada Allah yang mencipta alam semesta, dan ketika kita melihat alam kita bisa membaca sebenarnya ada Tuhan di balik itu semua. Tetapi ketika kita juga berbicara mengenai Alkitab, gereja mengatakan Alkitab itu adalah firman Tuhan. Firman yang merupakan wahyu Tuhan nyatakan lalu perintahkan kepada anak-anak-Nya untuk menuliskan satu per satu perkataan yang Tuhan berikan kepada manusia.
Pada waktu kita kembali kepada Alkitab adalah wahyu Tuhan atau firman Tuhan, di sinilah terjadi suatu perbedaan antara gereja Roma Katolik dengan Luther dan para reformator. Bagi gereja Katolik, mereka ketika melihat firman Tuhan mereka tidak berkata firman atau Alkitab itu adalah satu-satunya firman Tuhan yang dituliskan atau diwahyukan secara tertulis kepada manusia, tetapi bagi mereka yang namanya wahyu Tuhan yang tertulis itu terbagi menjadi dua: pertama adalah Alkitab, dan yang kedua adalah tradisi. Jadi sejarah tradisi gereja itu menjadi suatu kepercayaan Katolik sebagai wahyu Tuhan yang tertulis juga sehingga mereka pun perlu menjalankan tradisi-tradisi atau ritual-ritual yang diajarkan atau ada di dalam gereja. Dan bahkan, kalau kita berkata, kebanyakan dari mereka mengajarkan hal-hal yang bersifat tradisi dan bahkan tradisi pun mengalir daripada kebenaran Alkitab yang adalah firman Tuhan.
Jadi bagi Katolik, Alkitab itu perlu ditambah. Ditambah dengan apa? Ditambah dengan gereja. Ditambah dengan apa? Mungkin penganiayaan terhadap diri untuk mendapatkan pengampunan dosa secara sementara. Ditambah dengan kekayaan dari orang-orang atau kebaikan-kebaikan dari orang-orang kudus. Ditambah dari statement dari Paus yang menyatakan suatu perkataan atau wahyu tertentu suatu kebenaran tertentu itu harus ditaati otoritasnya di dalam gereja Tuhan. Tetapi bagi Protestan atau bagi para Reformator Luther dan Calvin dan seterusnya, yang namanya Alkitab tidak perlu ditambah dengan hal-hal yang lain. Alkitab cukup pada dirinya sendiri atau berhenti ketika kita berkata, “Apa yang menjadi fondasi dari gereja Tuhan?” Jawabannya adalah Sola Scriptura atau Alkitab semata, lalu titik dan selesai pembicaraannya. Jadi ini yang menjadi dasar para reformator di dalam menghadapi orang-orang Katolik dan kemudian mengajarkan kebenaran yang diteruskan sampai pada zaman kita saat ini ya.
Pada waktu kita berkata mengenai Sola Scriptura, apa saja yang menjadi komponen yang ada di dalam kebenaran berkenaan dengan yang ada di dalam Sola Scriptura? Saya lihat ada cukup banyak hal yang kita bisa teliti dan pelajari dan kita bisa kemudian dikuatkan imannya, dan kita akan lihat itu satu per satu di pagi hari ini. Yang pertama adalah Sola Scriptura mengajarkan kalau Alkitab adalah inspirasi dari Tuhan Allah sendiri. Saudara bisa lihat itu di dalam 2 Timotius 3:16. Ini adalah hal-hal yang saya akan bahas berdasarkan apa yang Alkitab katakan berkenaan dengan Alkitab itu sendiri ya. Ada yang berkata kalau kita membuktikan Alkitab benar dengan Alkitab itu sendiri, itu sama seperti sebuah argumentasi yang sirkular. Dan kita tidak bisa mempertahankan kebenaran dri argumentasi tersebut karena itu adalah suatu kesalahan di dalam berlogika. Tetapi permasalahannya adalah kalau kita berargumentasi sirkular untuk sesuatu yang bukan merupakan kebenaran mutlak, itu adalah hal yang salah memang. Tetapi kalau argumentasi sirkular kita itu adalah didasarkan pada suatu kebenaran yang tertinggi yang mutlak, maka argumentasi sirkular itu adalah sesuatu kebenaran. Kita bisa gunakan itu ya.
Misalnya ketika Bapak, Ibu, bicara Dawis itu siapa? Penjelasannya bagaimana kalau ditanya Dawis itu siapa? Dawis itu mungkin bisa dikatakan suami dari Ibu Dessy, orang Palembang, punya tiga anak: anak pertama Deofi, anak kedua Vincent, anak ketiga Deizella, lalu apa lagi? Mungkin itu bukan Dawis. Itu adalah hal-hal yang melekat pada Dawis, yang menyertai Dawis untuk lebih menjelaskan siapa itu Dawis, keluarga Dawis, dan asal mula dari Dawis. Tetapi Dawis itu siapa? Dawis ya Dawis. Ini Dawis. Dan itu adalah hal yang saya katakan juga merupakan suatu argumentasi yang bersifat sirkular, tapi pada waktu saya bilang ya saya ini adalah saya, Dawis mau buktikan gimana lagi ya saya adalah Dawis. Apakah itu adalah suatu statement yang salah? Saya percaya itu bukan suatu statement yang salah kan. Dan begitu juga dengan Alkitab, ketika kita tanya apa dasar Alkitab itu adalah firman Allah? Karena Alkitab berkata Alkitab adalah firman Allah. Itu adalah Alkitab ketika kita tanya Alkitab adalah firman Allah. Itu menjadi salah satu dasar kita berbicara mengenai Kitab Suci kita ya.
Mari kita baca dari 2 Timotius 3:16, “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.” Di dalam bahasa Indonesia ada istilah kata ‘yang’ yang dimasukkan di antara ‘segala tulisan’ dengan ‘diilhamkan Allah.’ Tapi kalau Bapak, Ibu, baca di dalam istilah Yunaninya atau dalam bahasa Yunaninya, sebenarnya nggak ada kata ‘yang’ yang disisipkan di antara ‘segala tulisan’ dengan ‘diilhamkan Allah.’ Atau kata lain, “Segala tulisan diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan, dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.” Ada kata itu seolah-olah agak sedikit membawa kita menyimpang dalam suatu pengertian, “Alkitab: segala tulisan yang diilhamkan Allah. Berarti ada bagian-bagian tulisan yang tidak diilhamkan oleh Tuhan Allah.” Tetapi kalau kita hilangkan kata ‘yang’ itu, maka itu akan memberikan arti yang sangat jelas dan tajam bahwa tidak ada satu pun dari perkataan yang dituliskan di dalam Kitab Suci, graphe ini, yang bukan diwahyukan oleh firman Tuhan. Atau kalau kita gunakan istilah dari Tuhan Yesus yang berkata di dalam Injil Matius, sebelum langit dan bumi berlalu tidak ada satu iota pun dari perkataan firman ini atau kitab ini yang akan dihapuskan atau hilang atau boleh digantikan dan ditambahkan ataupun dikurangkan, maka kita bisa berkata ketika Paulus berkata, “Segala tulisan diilhamkan Allah..” itu berarti semua titik koma, semua kata-kata yang ada di dalam Kitab Suci, semua kalimat, semua penggunaan kata kerja yang ada di situ, itu semua adalah perkataan dari Tuhan yang diwahyukan kepada manusia melalui nabi dan rasulnya. Jadi dengan begitu kita bisa berpegang Alkitab ini adalah sungguh-sungguh adalah perkataan Tuhan.
Memang ada perdebatan yang mengatakan, “Lho 2 Timotius 3:16 itu kan adalah sesuatu yang ditulis sebelum seluruh Kitab Suci selesai dituliskan? Kalau begitu ketika Paulus berkata ‘segala tulisan diilhamkan oleh Allah’ bukankah itu berarti Paulus sedang mengutip apa yang ada di Perjanjian Lama? Perkataan-perkataan yang ditulis atau dikatakan oleh nabi-nabi dalam Perjanjian Lama itu adalah perkataan yang dirujuk oleh Paulus, dan bukan perkataan di dalam Perjanjian Baru.” Mungkin ada benarnya. Tetapi saya juga percaya – dan gereja, para reformator juga percaya – bahwa apa yang ditulis di dalam Perjanjian Baru itu juga adalah firman Tuhan, dan 2 Timotius 3:16 itu meliputi perkataan yang bukan hanya di dalam Perjanjian Lama, tetapi juga yang ada di dalam Perjanjian Baru. Jadi kita percaya ada 66 kitab di dalam Kitab Suci kita: 39 adalah kitab Perjanjian Lama dan 27 adalah kitab Perjanjian Baru, yang semuanya adalah firman Tuhan yang dinafaskan oleh Tuhan atau yang diwahyukan oleh Tuhan kepada diri kita. Dan firman itu adalah firman yang akan membawa kita kepada kehidupan. Itu yang dikatakan oleh Alkitab.
Jadi pada waktu kita membaca, memang Alkitab itu ditulis oleh manusia, ada 40 lebih dari para penulis Kitab Suci, tetapi pada waktu kita tanya lebih jauh, kalau Alkitab ditulis oleh manusia apakah itu berarti sumbernya dari manusia? Maka di sini kita berkata walaupun Alkitab ditulis oleh manusia, tetapi sumbernya bukan dari manusia, sumbernya dari Tuhan. Makanya Martin Luther ketika ditanya berdasarkan sumber, dia berkata Alkitab bersumber dari Tuhan, dan dia mengutip dari Galatia yang menulis itu bukan menuliskan apa yang didapat dari perkataan manusia, Galatia pasal 1, seperti yang Paulus katakan di dalam pembukaan dari surat Galatia itu.
Jadi kembali, kalau itu adalah tulisan manusia tetapi sumbernya berasal dari Tuhan Allah, bagaimana kita bisa percaya apa yang dikatakan oleh Kitab Suci itu adalah sebuah kebenaran? Apakah kita bisa percaya kalau apa yang Allah katakan itu adalah sesuatu yang bisa kita pegang seutuhnya dalam hidup kita? Memang kita bisa berkata, “Oh Alkitab itu adalah wahyu Tuhan.” Wahyu dalam pengertian apa? Banyak orang Kristen yang berusaha untuk mengkompromikan dengan pengertian tidak semuanya firman Tuhan tetapi Alkitab mengandung firman Tuhan. Kalau itu mengandung firman Tuhan artinya ada sebagian merupakan perkataan manusia yang bisa salah, tetapi ada yang bagian lain merupakan firman Tuhan yang tidak bisa salah. Sedangkan kita bicaranya bagaimana pada waktu kita berkata Alkitab adalah firman Tuhan yang di inspirasikan oleh Tuhan Allah? Kita percaya – aspek yang kedua yaitu – Alkitab adalah kitab yang inerrant.
Inerrant berarti Alkitab itu adalah Kitab Suci yang tidak bersalah. Dalam aspek apa? Para teolog berkata, “Oh dalam aspek Kitab Suci yang pertama, yang ditulis langsung oleh para rasul dan para nabi, sampai titik, koma, nggak ada salahnya sama sekali, seluruhnya adalah perkataan Tuhan yang benar.” Lalu, bukankah itu ditulis oleh manusia? Benar itu ditulis oleh manusia, tetapi tahu tidak, Allah memiliki kuasa untuk menutupi kelemahan manusia di dalam menulis Kitab Suci sehingga ketika dia menuliskan Kitab Suci melalui perkataan manusia dengan segala latar belakang yang berbeda yang dimiliki oleh manusia yang dituangkan dalam Kitab Suci, Tuhan bisa menjamin apa yang ditulis oleh manusia – melalui pengalaman-pengalaman yang mereka alami, melalui pendidikan yang mereka alami, melalui kebenaran yang mereka pelajari yang diwahyukan oleh Tuhan Allah juga – itu menjadi suatu kebenaran Kitab Suci, firman Tuhan, yang berisi segala kebenaran yang Tuhan ingin sampaikan kepada manusia.
Saya percaya ini adalah hal yang agak sulit, kita tergoda sering kali untuk berusaha menerima segala sesuatu kalau ada buktinya terlebih dahulu. Tetapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, persoalan berkenaan dengan Tuhan, dengan firman Tuhan, itu penjelasannya bukan melalui pembuktian terlebih dahulu, tetapi melalui kasih karunia yang Roh Kudus berikan bagi kita untuk mengerti bahwa Alkitab itu adalah firman Tuhan. Dan kalau kita adalah anak Tuhan, kita akan mengerti bahwa perkataan Alkitab itu adalah perkataan dari Tuhan kita sendiri Yesus Kristus. Dan yang mendasari apa yang menjadi perkataan ini adalah semua kebenaran. Kalau kita sudah lihat yang pertama adalah Tuhan sanggup untuk menutupi kelemahan manusia di dalam menuliskan Kitab Suci, hal lainnya adalah Alkitab berkata Tuhan itu adalah Tuhan yang tidak mungkin berbohong, Tuhan itu adalah Tuhan yang perkataan-Nya seluruhnya adalah kebenaran, dan murni, dan kita bisa percaya itu dalam hidup kita.
Tapi sebelum kita lihat ayat berkenaan dengan itu, sering kali kita itu terlalu arogan sekali dengan berkata bahwa, “Kalau itu bicara tentang Allah, kami bisa terima, Allah itu berkata benar, kami percaya Dia pasti benar, tidak ada kesalahan. Tetapi kalau bicara mengenai manusia, pasti ada salah.” Saudara, saya pikir itu juga adalah satu kesimpulan logika yang salah ya. Apakah seluruh perkataan dari seorang manusia itu adalah perkataan yang salah? Adakah kalimat-kalimat yang kita katakan, adakah tulisan-tulisan yang kita tuliskan yang 100% adalah kebenaran? Saya pikir ada, misalnya saya ngomong, “Saya adalah Dawis, istri saya Dessy, anak saya ada 3 orang, Deofi, Vincent, dan Deizella.” Itu benar atau salah? Itu adalah satu kebenaran. Jadi pada waktu kita berkata apa yang mendasari kita bisa percaya bahwa Alkitab itu ditulis oleh manusia, tetapi walaupun itu ditulis oleh manusia tidak ada kesalahan sama sekali? Satu sisi memang Allah yang pelihara, Allah yang suci, Allah yang benar, Allah yang tidak mungkin bersalah, Allah yang perkataan-Nya itu selalu benar, Allah yang tidak mungkin berbohong dan tidak mungkin berdosa yang memimpin manusia menulis itu, tetapi di sisi lain kita juga punya pengertian sebenarnya manusia juga bisa menulis sesuatu yang benar kok, yang nggak harus salah. Atau bukan berarti kalau itu manusia pasti ada kesalahan, dan harus ada kesalahan di dalam tulisan-tulisan yang manusia tuliskan. Itu ndak harus seperti itu.
Ayat-ayat yang berbicara berkenaan dengan Allah yang benar, Allah yang tidak mungkin berbohong, itu ada di dalam Ibrani 6:18, “..supaya oleh dua kenyataan yang tidak berubah-ubah, tentang mana Allah tidak mungkin berdusta, kita yang mencari perlindungan, beroleh dorongan yang kuat untuk menjangkau pengharapan yang terletak di depan kita.” Apa yang mendorong kita bisa menjangkau pengharapan yang terletak di depan kita? Dasarnya adalah Allah kita adalah Allah yang tidak pernah, atau tidak mungkin berdusta. Lalu Yohanes 17:17, “Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran.” Satu lagi kita buka dari 1 Yohanes 1:5, “Dan inilah berita, yang telah kami dengar dari Dia, dan yang kami sampaikan kepada kamu: Allah adalah terang dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan. Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran. Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa.” Jadi, pada waktu kita berbicara berkenaan dengan Tuhan, siapa Dia? Alkitab menjamin, Dia adalah Allah yang tidak pernah berdusta, Dia adalah Allah yang semuanya adalah terang, Dia adalah Allah yang perkataan-Nya adalah pasti kebenaran, dan sebenarnya kalau kita mau masukkan satu atribut lagi, Dia adalah Allah yang Maha Kuasa yang sanggup memimpin dan memelihara seluruh ciptaan-Nya dan bekerja di dalam hati manusia, bahkan apa yang diinginkan manusia, Tuhan bisa turut bekerja di dalamnya, Filipi 2:12-13. Itu yang mendorong kita bisa berkata, apa yang Tuhan wahyukan kepada kita itu adalah inerrant, itu adalah tidak bersalah, kita bisa percaya sepenuhnya.
Tapi kalau kita bilang yang tidak bersalah bukankah itu adalah Kitab Suci yang ditulis oleh nabi dan rasul, sekarang kita tidak punya Kitab Suci itu lagi dalam hidup kita? Dan Kitab Suci yang kita pegang ini adalah yang ditransimisikan oleh para imam, para ahli-ahli teolog, atau orang-orang Kristen yang menyalin itu, lalu kemudian membagikan itu kepada diri kita? Bagaimana kita bisa percaya kalau itu adalah suatu kebenaran? Saya pikir kita tidak punya waktu yang cukup untuk bicara mengenai hal ini, tetapi Bapak, Ibu boleh percaya satu hal: kita bersyukur sekali satu-satunya kitab yang memiliki copy yang begitu banyak sekali di dalam dunia ini hanya Alkitab, yang memiliki copy sampai puluhan ribu copy. Kitab-kitab lain, sejarah-sejarah dari raja-raja yang lain, tidak memilik copy sampai sebanyak dari Kitab Suci. Dan pada waktu kitab itu makin banyak, pertama itu mengatakan atau membuktikan keabsahan dari perkataan itu firman Tuhan; tetapi yang kedua, itu membuka peluang bagi kita meng-crosscheck salinan-salinan yang ada sebagai satu kebenaran yang betul-betul seperti yang ada di dalam Kitab Suci yang ditulis oleh rasul dan nabi atau tidak. Dengan adanya salinan A, B, C, D, kita bisa membuktikan, apakah yang disalin itu salah atau benar, karena kesalahan yang ada di dalam salinan A, belum tentu ada di dalam salinan B, belum tentu ada di dalam salinan C, dan salinan D, dan seterusnya, dan dari situ kita bisa buktikan mana yang benar mana yang salah. Makanya pada waktu kita pegang kepada Kitab Suci, walaupun Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru merupakan suatu Kitab yang ditulis atau disalin berdasarkan kitab yang ditulis oleh rasul dan nabi, kita bisa yakin, sebenarnya kita pegang itu adalah firman Tuhan yang sama seperti yang ditulis oleh rasul dan nabi. Itu menjadi dasar kita.
Lalu hal yang berikutnya kalau Alkitab itu adalah firman Tuhan, Alkitab itu tidak bersalah, maka logika yang meneruskan selanjutnya adalah Alkitab pasti infallible. Infallible artinya apa? Infallible itu berarti apa yang dicatat dalam Alkitab, apa yang dikatakan oleh Tuhan di dalam Akitab, itu pasti terjadi seperti yang Tuhan katakan. Itu maksudnya infallible. Dan ketika kita bicara mengenai keselamatan yang ada di dalam Kristus, setiap orang yang percaya dan beriman di dalam Kristus pasti akan memiliki hidup yang kekal, dan ketika Tuhan datang yang ke dua kali, dia tidak akan dihakimi oleh Tuhan tetapi dia akan dianugerahkan oleh Tuhan suatu kehidupan selama-lamanya bersama dengan Kristus, maka itu semua adalah suatu perkataan yang pasti terjadi walaupun kita belum mengalami itu. Dan Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kita bisa lihat ketika kita membaca Kitab Suci, saya percaya Bapak, Ibu semua akan melihat apa yang dikatakan oleh Alkitab itu adalah suatu perkataan yang walau membutuhkan waktu ribuan tahun, tetapi tergenapi persis seperti apa yang diwahyukan oleh Tuhan, atau dinubuatkan oleh Tuhan melalui nabi-Nya ribuan tahun sebelumnya. Saudara bisa lihat itu di dalam Yesaya, Saudara bisa lihat itu di dalam Yeremia, Tuhan berkata siapa yang seperti Tuhan? Tuhan tidak seperti para berhala, yang memiliki mata tetapi tidak melihat, yang memiliki telinga, tetapi tidak mendengar, yang memiliki mulut tetapi tidak bisa berbicara, memiliki tangan, tetapi tidak bisa melakukan apapun, tapi ketika Tuhan berbicara tentang hal-hal sejak dahulu kala, sejak purba kala, maka hal itu terjadi persis seperti yang Tuhan katakan. Dan salah satu mujizat yang terbesar dari apa yang Tuhan kerjakan itu adalah kelahiran Kristus di dalam dunia ini, dan kematian Dia, seperti yang Alkitab nyatakan.
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ada seorang ahli matematika yang berusaha berhitung berdasarkan probabilitas. Dia ketika membaca nubuat-nubuat dalam Kitab Suci, yang dia bisa katakan cuma satu, ndak mungkin nubuat-nubuat dalam Kitab Suci itu bisa tergenapi dengan begitu tepat, peluangnya itu adalah mustahil. Itu seperti kalau kita menyusun uang logam, ada mungkin ribuan uang logam, di atas satu tempat tertentu setinggi mungkin 30 cm, cukup banyak, lalu kita kemudian menandai satu logam itu dengan satu tanda tertentu. Kita panggil orang, kita tutup mata orang itu, kita acak-acak koin yang ribuan tu, atau seribu lebih itu, lalu suruh orang itu ambil yang ada tandanya itu. Kemungkinan besar adalah dia pasti ndak akan ketemu koin yang ditandai itu.
Begitu pun juga dengan wahyu yang ada di dalam Perjanjian Lama. Ketika berbicara mengenai Kristus, siapa Kristus, bagimana caranya Dia mati, di mana Dia lahir, lalu apa yang terjadi ketika Dia mati itu, apa saja yang akan muncul ketika Dia menjalani dalam dunia sampai pada kematian-Nya, apa yang dikatakan-Nya di atas kayu salib, semua itu kalau kita tumpuk, dan kita kumpulkan itu ndak mungkin bisa terjadi dalam diri satu orang. Peluangnya itu mustahil. Tetapi Alkitab menyatakan Tuhan memelihara semua perkataan-Nya dan itu tepat terjadi seperti yang Tuhan nubuatkan di dalam Perjanjian Lama, baik di dalam kelahiran Kristus, kehidupan Dia, sampai kematian Dia, perkataan yang Dia ucapkan di atas kayu salib, apa yang terjadi di bawah kayu salib terhadap prajurit-prajurit yang membuang undi terhadap pakaian Dia, itu semua sudah tertulis di dalam kitab Perjanjian Lama, dan itu tepat seperti itu terjadinya. Jadi atas dasar ini kita bisa bisa berkata apa yang Tuhan katakan berkenaan dengan keselamatan, berkenaan dengan penebusan Kristus, itu adalah hal yang pasti benar dan tidak mungkin gagal, dan kita bisa percayai sepenuhnya bahwa itu adalah perkataan yang akan terjadi seperti yang Tuhan katakan.
Dan salah satu aspek yang kita bisa pegang berkenaan dengan ini, itu adalah sebenaranya immutability of God. Maksud immutability of God itu adalah karakter Allah yang tidak berubah, Allah yang tidak pernah berubah. Sehingga dasar ini membuat kita bisa berkata apa yang Tuhan katakan, Tuhan pasti jamin itu mau sampai selama-lamanya, ribuan tahun pun, atau jutaan tahun pun, kalau andai kata dunia belum berakhir, maka itu akan tetap berlaku sampai Kristus datang kedua kalinya. Makanya di dalam Injil Matius, Tuhan Yesus berkata sebelum langit dan bumi berlalu, ndak ada satu iota pun dari perkataan yang sudah dikatakan dalam Kitab Suci yang akan hilang, atau boleh dikurangkan atau pun ditambahkan. Tuhan akan memelihara itu, dan memastikan semua yang Tuhan katakan itu terjadi seperti yang Tuhan sudah nyatakan. Ini adalah Tuhan kita. Saya percaya di dalam semua agama nggak punya kebenaran doktrin yang sejelas yang kita miliki atau orang Kristen percayai dan Kitab Suci ajarkan kepada diri kita. Karena yang kita sembah, yang kita ikuti, yang kita percayai, itu adalah Tuhan yang memang sungguh-sungguh Allah yang sejati di dalam dunia ini yang telah mencipta dunia dan hidup kita ini.
Nah, dasar ini, kemudian membuat kita masuk ke dalam tahap berikutnya. Kalau Alkitab itu adalah sungguh-sungguh firman Tuhan yang inerrant, yang tidak mungkin bersalah, yang pasti digenapi oleh Tuhan, dan pasti terjadi dalam dunia ini, maka hal ketiga adalah Alkitab itu memiliki otoritas. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi oleh Tuhan, kita sering kali berpikir bahwa orang yang memiliki wahyu Tuhan secara langsung itu adalah orang yang memiliki posisi yang lebih tinggi daripada seorang hamba Tuhan yang hanya membaca Alkitab dan menjabarkan Alkitab. Misalnya di tengah-tengah kita ada seorang nabi muncul, lalu perkataan dia yang dia katakan itu terbukti benar dan terbukti terjadi. Lalu saya di sini berdiri, saya cuma ngomong, “Alkitab nggak ngomong seperti itu. Yang kamu lakukan itu adalah sesuatu yang tidak kita bisa percayai sebagai suatu kebenaran.” Bapak, Ibu, lebih percaya yang mana? Mungkin yang Reformed mengatakan yang Pak Dawis ngomong. Tapi kebanyakan mayoritas orang Kristen mungkin berkata yang nabi itu ngomong yang benar karena apa yang dia katakan terjadi.
Tapi Saudara, kita bersyukur sekali Alkitab di dalam Perjanjian Lama Ulangan 13 ada kalimat kalau di antaramu ada seorang nabi berkata sesuatu lalu apa yang dia katakan itu terjadi, langsung ikut dia dan mengakui dia nabi dari Tuhan? Musa ngomong jangan. Kamu harus teliti dulu apa yang diajarkan, dia membawa kamu menyimpang dari imanmu atau tidak? Memang benar diri seseorang itu dikatakan nabi atau tidak itu terbukti dari apa yang dia katakan itu terjadi atau tidak, memang ada ayat itu di dalam Perjanjian Lama. Tetapi pada waktu kita melihat apa yang dikatakan itu terjadi, ada bagian lain dari Kitab Suci yang juga mengatakan uji dulu, jangan langsung terima. Lihat perkataannya, betul nggak dia mengajak kita menyembah Tuhan Allah yang sejati atau dia justru membawa kita melalui mujizat itu untuk menyimpang dari Allah yang sejati. Dan Bapak, Ibu, Saudara mungkin masih ingat di dalam Injil Matius 7:21-23, Tuhan Yesus pun memberikan peringatan ini ketika orang melakukan mujizat demi nama Yesus, ketika orang mengusir setan demi nama Yesus, ketika orang menyembuhkan orang sakit demi nama Yesus, dan semua itu terjadi, Tuhan Yesus berkata kenapa mereka diusir oleh Tuhan dari hadapan Tuhan dan tidak diizinkan Tuhan masuk dalam Kerajaan-Nya yang kekal? Karena mereka memang bukan diutus oleh Tuhan.
Jadi perkataan seorang nabi itu sepertinya adalah sesuatu yang bersumber dari Tuhan kalau apa yang dikatakan itu terjadi, tetapi itu juga membawa kita bukan hanya melihat dia adalah seseorang yang diutus oleh Tuhan, kita juga melihat – mungkin dengan suatu kekaguman – dia adalah benar-benar orang yang kita bisa percayai perkataan-perkataannya karena apa yang dikatakan adalah suatu kebenaran, sedangkan orang lain membaca Kitab Suci itu adalah suatu hal yang bukan mendapatkan anugerah supranatural dari Tuhan, dia hanya meneruskan pengajaran yang sudah diterima. Jadi mana yang lebih berotoritas? Kita akan berkata, “Mungkin nabi..” Tetapi Saudara, Alkitab berkata justru yang mengajarkan Kitab Suci dengan setia, dengan tekun, menjabarkan setiap perkataan yang diwahyukan oleh Tuhan ini, itu menjadi dasar untuk kita menguji perkataan nabi atau orang yang mengaku rasul sebagai orang yang berkata berdasarkan perkataan Tuhan atau bukan. Atau istilah lainnya adalah Alkitab punya walaupun ini adalah tulisan dan seorang hamba Tuhan yang menjabarkan tulisan saja dan tidak mengklaim saya mendapatkan wahyu Tuhan tetapi saya mempelajari wahyu Tuhan, saya menelitinya, saya membandingkan tulisan-tulisan yang dituliskan oleh para hamba Tuhan yang lain atau orang-orang Kristen yang lain, lalu kemudian saya ambil sarinya lalu itu saya bagikan, ketika itu saya bagikan berdasarkan firman Tuhan, Saudara tahu itu adalah perkataan yang bisa dikatakan perkataan yang berotoritas, yang benar, karena ada dasar firman Tuhan yang menguji dan menjamin perkataan itu.
Makanya di dalam gereja Protestan yang didasarkan pada reformasi, kita percaya ada satu istilah yang namanya semper reformanda. Arti semper reformanda adalah selalu mereformasi dan memperbaiki diri. Berdasarkan apa? Kalau Katolik bilang berdasarkan Alkitab dan tradisi, kalau kita berkata hanya berdasarkan Alkitab. Orang Kristen boleh tidak punya pengakuan iman? Sangat boleh. Kita punya Pengakuan Iman Rasuli, kita punya Katekismus Westmister, dan kita punya katekismus-ketekismus yang lain misalnya Heidelberg dan yang lainnya. Apakah kita bisa katakan itu adalah suatu kebenaran? Kalau katekismus di dalam pengakuan iman itu berdasarkan Kitab Suci, setia kepada Kitab Suci, setiap kalimat-kalimat yang ada, ayat-ayat pendukung bisa kita uji dan kita buktikan itu sesuai Kitab Suci, maka apa yang diajarkan adalah firman Tuhan, perkataan Tuhan yang benar. Tetapi ketika kita melihat ada konsili atau pengakuan iman yang bertolak belakang dengan Kitab Suci, atau suatu hari misalnya berkembang ternyata ditemukan ada pengakuan iman dari orang Kristen yang tidak sesuai dengan Kitab Suci, maka pengakuan iman itu harus direformasi atau diperbaiki atau dilengkapi untuk bisa makin sempurna dan sesuai dengan Kitab Suci. Semper reformanda.
Jadi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, Alkitab punya otoritas. Otoritas akan kebenaran. Dan perkataan dia adalah perkataan kebenaran walaupun itu adalah suatu perkataan yang ditulis, yang hanya dijabarkan dan diajarkan oleh hamba-hamba Tuhan saat ini, tetapi ketika Bapak, Ibu menyangkalinya, menentangnya, melawannya, tahu tidak, nanti firman itu yang mempunyai otoritas menghakimi kita. Jangan cuma pikir ini adalah tulisan dari pengalaman manusia. Jangan cuma pikir bahwa ada kesalahan di sini di mana orang-orang yang menulis mungkin kurang bijaksana dibandingkan diri kita sehingga kita bisa memiliki suatu kemungkinan untuk memilih mana ayat-ayat atau perkataan yang kita akan taati dan ikuti, mana yang kita boleh buang dan singkirkan berdasarkan selera kita dan kemauan, bijaksana kita pribadi, tahu tidak ketika kita memutuskan itu, nanti firman itu akan digunakan oleh Tuhan untuk menghakimi kita di dalam akhir zaman nanti. Itu adalah perkataan yang berotoritas.
Bapak, Ibu bisa lihat contoh-contoh di dalam Perjanjian Lama. Ada seorang raja yang merobek firman Tuhan yang ditulis oleh seorang nabi melalui juru tulisnya, Tuhan ngomong, “Kamu sudah merobek firman Tuhan karena itu mulai hari ini engkau adalah raja yang terakhir yang duduk di atas takhta Daud dan mulai sejak itu ndak ada lagi raja duduk di atas takhta meneruskan takhtamu itu.” Bapak, Ibu, tahu apa yang nabi itu katakan atau Tuhan katakan melalui nabi kepada raja yang merobek tulisan dari perkataan Tuhan itu adalah raja yang terakhir yang duduk di atas takhta. Habis itu ndak ada lagi keturunan dia yang duduk dan menggantikan dia sampai Kristus datang yang pertama kali lahir dalam dunia. Jadi kenapa kita bisa percaya Alkitab itu berotoritas? Alkitab itu adalah perkataan Tuhan yang kita bisa pegang. Apa yang dikatakan itu memiliki suatu tuntutan yang kekal dalam kehidupan kita. Orang yang taat akan diberi upah, orang yang tidak taat akan menerima hukuman, sebabnya karena Alkitab adalah firman Tuhan, dan kalau Allah berotoritas maka kata-katanya juga pasti berotoritas.
Hal selanjutnya adalah pada waktu kita bicara tentang Alkitab, seringkali kita mendengar atau seringkali mungkin kita berkata, “Alkitab itu susah ya kalau kita pelajari. Alkitab itu kalimatnya saya nggak mengerti atau saya nggak bisa pahami.” Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, begitu tidak? Memang benar. Petrus sendiri mengakui ada ayat-ayat di dalam Kitab Suci yang sulit untuk dipahami. Misalnya di dalam Surat Petrus yang ditujukan berkenaan dengan surat yang Paulus tulis atau perkataan yang Paulus tulis, sehingga Calvin berkata itu sebabnya kenapa di dalam gereja Tuhan perlu ada hamba Tuhan, perlu ada orang yang dipanggil khusus untuk belajar firman Tuhan, meneliti dan mendalami firman Tuhan, dan diberikan karunia untuk mengajarkan kepada jemaat dan jemaat perlu berkumpul dan mendengar dari diri dia, karena ndak semua firman Tuhan itu gampang untuk dimengerti. Ada perkataan-perkataan yang sulit untuk dipahami. Tapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, Reformed juga mengakui bahwa Alkitab itu walaupun ada kata-kata yang sulit tetapi sebenarnya jelas, clear, apa yang dikatakan itu kita bisa pahami, apa yang disampaikan itu kita bisa mengerti dengan baik, terutama berkenaan dengan keselamatan di dalam Kristus melalui kasih karunia di dalam iman atau melalui kasih karunia – by grace to faith – melalui iman di dalam Kristus. Itu pasti kita bisa terima dengan baik dan mengerti dengan baik.
Nah ini perbedaan para reformator dengan Katolik. Ketika kita melihat Katolik mereka berkata Alkitab itu tidak mungkin bisa dimengerti oleh manusia. Alkitab itu hal yang sulit. Kalau kita serahkan kepada jemaat untuk membaca dan mengertinya pasti terjadi kekacauan. Karena itu yang memiliki otoritas untuk menafsirkan Kitab Suci itu adalah Paus, itu adalah Imam, itu adalah pemimpin agama. Hanya mereka yang bisa menafsirkan, membaca, mengertinya, dan membagikannya kepada jemaat. Tetapi para reformator bilang nggak. Makanya ada orang-orang yang menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Jerman (Luther), ada yang ke dalam bahasa Inggris (Wycliff), ada yang ke dalam bahasa Indonesia, dan bahasa-bahasa lain yang ada di dalam dunia ini. Tapi pada waktu mereka terjemahkan, mereka juga punya suatu kekhawatiran, ketakutan dalam hati ketika mendapatkan satu teguran dari orang Katolik yang berkata kalau begitu engkau biarkan mereka nanti hidup di dalam penyesatan atau menafsirkan Alkitab dengan sembarangan. Bagaimana? Para reformator mengatakan mereka harus memiliki firman. Orang yang paling rendah pun bahkan petani pun yang di ladang mungkin bisa mengerti firman jauh lebih baik daripada Paus yang menjadi pemimpin Katolik. Karena itu mereka harus bisa memiliki firman dan bisa membacanya dan memahami apa yang menjadi perkataan Tuhan. Tapi bagaimana kalau ada orang lain menafsirkan sembarangan? Luther berkata kalau sampai ada yang menafsirkan dengan sembarangan, biarlah mereka menafsirkan dengan sembarangan.
Saya pikir itu adalah suatu perkataan yang keras dan tegas sekali. Dan saya juga pikir itu adalah suatu perkataan yang sangat serupa dengan apa yang Tuhan katakan di dalam Kitab Suci. Saya agak lupa antara Yeremia atau Yehezkiel itu pernah mengeluh di hadapan Tuhan, “Tuhan, saya berkhotbah, saya menyampaikan firman, tapi Engkau biarkan nabi-nabi palsu itu menyampaikan firman atas nama Tuhan juga. Dan pada waktu mereka menyampaikan firman atas nama Tuhan, dikomparasi dengan saya, saya sampaikan dengan mulut sampai berbusa-busa nggak ada pertobatan, tetapi yang mengikuti nabi palsu itu banyak sekali orang. Gimana, kalau Tuhan mau pakai saya, singkirkan orang itu dong. Biarkan saya menyampaikan firman Tuhan, hanya saya yang menyampaikan kebenaran firman, orang itu jangan ada bicara atas nama Tuhan. Kalau Engkau memang tidak panggil mereka, jangan mereka bicara atas nama Tuhan!” Tuhan cuma ngomong apa? Tuhan ngomong, “Kamu mau melayani Aku nggak? Kalau engkau mau melayani Aku, tetap kerjakan apa yang Aku minta, kamu nggak usah komparasi dirimu dengan orang itu. Biar dia sampaikan firman Tuhan, yang dia katakan sebagai firman Tuhan, walaupun Aku tidak pernah memanggil dia untuk menyampaikan firman Tuhan, kamu tetap menyampaikan apa yang Aku sampaikan.”
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya pikir itu adalah hal yang sangat mengerikan sekali. Kita pikir seringkali yang kita terima itu kebenaran. Dasarnya apa? Mungkin karena kita ada di dalam gereja tertentu mulai dari kecil sampai besar di situ, kita suka pribadi seseorang yang jadi hamba Tuhan, kita mengakui dia, lalu kita menerima dia dengan segala perkataan dia tanpa menguji terlebih dahulu. Tapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, Alkitab berkata ada kemungkinan kita salah, kita mengikuti orang yang salah. Dan ketika kita mengikuti yang salah, kalau kita terus rasa nanti Tuhan juga nggak peduli, Tuhan akan biarkan kita ada di dalam kesalahan seterusnya.
Perkataan Tuhan itu adalah suatu perkataan yang cukup. Perkataan Tuhan itu adalah perkataan yang jelas. Sebenarnya apa yang disampaikan itu kita bisa mengerti dengan baik. Memang ada orang-orang yang berusaha memanipulasi itu untuk kepentingan diri mereka sendiri, tetapi Reformed mengerti dan percaya bahwa apa yang disampaikan Tuhan itu adalah suatu perkataan yang kita bisa pahami dengan baik. Contohnya apa? Coba Saudara buka Matius 22:31. Ini bicara tentang pertanyaan yang orang Saduki ajukan kepada Kristus berkenaaan dengan kebangkitan. Orang Saduki itu adalah kelompok orang yang tidak percaya akan kebangkitan, kalau Farisi itu percaya akan kebangkitan. Lalu demi untuk bisa membuktikan kalau tidak ada kebangkitan, mereka mengajukan satu contoh kepada Yesus: kalau ada 7 saudara laki-laki, kakak paling tua menikah dengan seorang perempuan lalu kakak tertua itu meninggal tanpa meninggalkan anak, siapa yang akan mengawini? Kakak yang kedua? Itu perkawinan Levirate. Lalu ketika mereka semua meninggal dan tanpa melahirkan anak lalu akhirnya perempuan itu sendiri meninggal, mereka tanya nanti di hari kebangkitan siapa yang akan menjadi suami dari perempuan itu?
Nah Yesus berkata menjawab mereka, itu pertanyaan yang sangat tajam sekali dan cerdik sekali, saya baca dari ayat 29, “Yesus menjawab mereka: “Kamu sesat, sebab kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah! Karena pada waktu kebangkitan orang tidak kawin dan tidak dikawinkan melainkan hidup seperti malaikat di sorga. Tetapi tentang kebangkitan orang-orang mati tidakkah kamu baca apa yang difirmankan Allah, ketika Ia bersabda: Akulah Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub? Ia bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup. Orang banyak yang mendengar itu takjub akan pengajaran-Nya.” Yesus mau ngomong apa? Yesus mau ngomong satu sisi kamu sepertinya sesat, kamu adalah orang yang tidak mengerti Kitab Suci. Tetapi di sisi lain Yesus mengajar mereka melihat kepada bagian Kitab Suci yang ngomong kamu baca nggak Allah itu Allah siapa? Allah Abraham, Allah Ishak, Allah Yakub. Artinya apa? Artinya setiap kali Allah memperkenalkan diri-Nya kepada umat-Nya, Dia selalu berkata, “Aku adalah Allah Abraham, Allah Ishak, dan Allah Yakub. Artinya adalah Aku adalah Allah dari orang-orang yang hidup dan tidak pernah mati.” Jadi sebenarnya ketika mereka mati mereka itu ke mana? Apakah mereka musnah? Nggak. Jiwa mereka ada di hadapan Tuhan, dan Allah menggunakan kata yang bersifat selalu present untuk menyatakan siapa diri Dia kepada umat-Nya.
Maksudnya apa ya? Maksudnya adalah seperti ini, ketika kita baca Alkitab, kalau kita tidak mengerti persoalannya adalah bukan karena Alkitabnya yang tidak jelas tetapi kita yang diselubungi oleh dosa, itu persoalannya. Jangan pernah menyalahkan Alkitab yang kurang jelas untuk kita pahami. Lalu yang kedua adalah ketika kita baca Alkitab persoalannya adalah bukan karena kita tidak mengerti tetapi kita sulit untuk menerimanya sebagai kebenaran yang harus kita taati. Saya ulangi ya, ketika kita baca Alkitab memang ada bagian yang sulit, tetapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, itu tidak membuat kita beralasan tidak perlu baca Alkitab karena Alkitab yang Tuhan berikan itu jelas kita bisa pahami, kita bisa mengerti, terutama berkenaan dengan iman yang menyelamatkan di dalam Kristus. Dan kita harus bisa menerima kalau kita terus baca dan kita tidak bisa paham mengenai keselamatan itu sumber dari Tuhan dan kekudusan hidup dari manusia yang Tuhan tuntut dari hidup kita dari Alkitab, maka persoalannya bukan pada Alkitabnya yang tidak jelas atau terselubungi tetapi persoalannya pada diri kita yang berdosa yang memiliki cacat selubung yang menutupi mata hati kita untuk bisa melihat pada kebenaran itu. Yang kedua adalah karena kita lebih memilih untuk tidak mau taat dan kita beralasan kalau Alkitab itu sulit dimengerti. Jadi Reformed mengajarkan Alkitab itu jelas kita tidak ada alasan untuk melarikan diri atau menolak untuk tidak datang dan percaya atau tidak membaca Alkitab dan menyerahkan itu kepada orang-orang tertentu untuk menafsirkannya bagi diri kita; dan dengan berkata seperti itu kita mencukupkan diri dengan apa yang dikatakan orang berkenaan dengan Alkitab dan kita tidak sendiri mau baca dan meneliti mendalam Kitab Suci. Saya cuma bisa katakan kita rugi sekali kalau kita lakukan itu ya.
Yang berikutnya adalah Alkitab itu cukup pada dirinya sendiri. Alkitab itu tidak perlu ditambahkan sesuatu kepadanya. Ketika Tuhan menyatakan kebenaran-Nya kadang-kadang di dalam kehidupan orang Kristen, bukan kadang ya memang sudah terbukti, ada orang-orang Kristen yang menyatakan kita tidak mungkin bisa menerima seluruh kebenaran Tuhan hanya di dalam buku yang 66 kitab ini saja. Tuhan itu terlalu luas, Tuhan itu terlalu besar, bahkan mereka mengutip dari Injil Yohanes bagian yang terakhir, mungkin boleh buka ya, Yohanes 20:30-31 “Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, tetapi semua yang tercantum disini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya.” Mereka kutip ayat 30 lalu berkata Tuhan bisa lakukan hal-hal lain yang tidak di-record semua di dalam Alkitab, karena itu kita jangan membatasi segala kebenaran itu hanya ada di dalam Alkitab.
Memang kita tidak pernah mengajarkan di luar dari Kitab Suci tidak ada kebenaran sama sekali tetapi kita percaya bahwa Alkitab itu adalah kebenaran yang absolut, yang menjadi penguji terhadap semua kebenaran yang ada. Itu yang kita imani. Dan pada waktu kita berkata, “Di luar bukankah ada kebenaran? Karena itu jangan klaim bahwa Alkitab adalah satu-satunya kebenaran itu yang absolut itu untuk menguji segala sesuatunya karena Tuhan bisa bekerja diluar daripada apa yang Alkitab nyatakan atau ditulis dalam Kitab Suci.” Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya percaya itu bisa menggoyahkan kita ya. Itu membuat kita menjadi seorang yang agnostik yang akhirnya meragukan kebenaran Kitab Suci dan mulai bertanya-tanya dan menyelidiki ada kemungkinan-kemungkinan lain di luar dari Kitab Suci yang adalah benar tetapi tidak ditulis oleh Kitab Suci atau berkaitan dengan iman yang menyelamatkan didalam Kristus.
Saya percaya ketika kita berbicara tentang keselamatan dan berbicara tentang hidup yang kudus, segala yang dibutuhkan oleh manusia – dan berkenaan dengan Tuhan Allah sendiri – segala yang dibutuhkan oleh manusia untuk mengenal Tuhan, mengenal keselamatan, mengenal kehidupan yang kudus, itu sudah dituangkan didalam Kitab Suci dan Tuhan sanggup menggunakan bahasa manusia yang terbatas untuk mengungkapkan segala yang Tuhan kehendaki untuk manusia mengerti berkenaan dengan diri Dia, keselamatan, dan kehidupan yang kudus.
Waktu itu pernah ngomong sama siapa ya, saya lupa, antara satu pemuda kita, kayaknya nggak disini ya. Dia pernah ngomong sama saya kayak gini, ada hamba Tuhan yang ngomong sama dia, “Yesus itu sebenarnya tidak lebih hebat daripada Socrates, Plato, dan Aristoteles.” “Maksudnya apa?” saya bilang. “Coba aja lihat kompleksitas daripada pengajaran Socrates, Plato, dan Aristoteles. Sangat dalam sekali.” “Oh maksudmu adalah karena pengajaran Yesus sederhana maka Dia nggak lebih pintar daripada Socrates, Plato, dan Aristoteles?” “Iya.” Saya bilang, “Kamu salah. Justru Yesus itu adalah ahli yang sangat hebat sekali dalam mereduksi sebuah kebenaran yang kompleks sekali kepada suatu kebenaran yang simple dan sederhana yang kita bisa terima tetapi juga sekaligus kita pelajari seumur hidup kita, kita nggak bisa pahami dengan tuntas.”
Apa yang Tuhan katakan itu jelas, apa yang Tuhan katakan itu cukup, apa yang Dia ajarkan kepada kita itu semua yang berkenaan yang kita perlukan untuk kita bisa hidup di dalam dunia ini untuk mengenal Tuhan, untuk hidup dalam suatu kekudusan, dan hidup beriman kepada Tuhan. Salah satu ayatnya apa? Yang tadi kita baca diawal 2 Timotius 3:16 “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.”
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ada hal lain nggak yang kita perlukan? Kita mau tahu benar dari mana? Alkitab. Kita mau tahu apa yang salah dari mana? Alkitab. Kita mau tahu apa yang harus kita perbaiki dari mana? Alkitab. Kita mau tahu apa yang harus kita tekuni dan kita terus bentuk sebagai karakter dalam kehidupan kita apa? Dari Alkitab. Dalam dunia ada hal lain nggak yang dibutuhkan untuk manusia hidup dalam dunia ini? “Mungkin ilmu pengetahuan,” Saudara bisa ngomong, “untuk bisa hidup.” Tapi Saudara, dalam relasi manusia dengan manusia, dalam relasi manusia dengan Tuhan Allah, Saudara nggak mungkin menemukan di luar daripada Kitab Suci ada kitab lain yang begitu sempurna, begitu baik yang begitu jelas, begitu benar, begitu lengkap untuk kita bisa pelajari untuk membentuk kita memiliki sifat seperti Kristus, kecuali Alkitab. Jadi Alkitab itu adalah perkataan Tuhan yang cukup. Saudara ingin berubah, datang ke Alkitab. Saudara ingin tahu kebenaran Tuhan, datang ke Alkitab. Saudara ingin tahu dosa Saudara di mana, datang ke Alkitab. Saudara tidak percaya? Coba Saudara taati itu dan jalankan, Saudara akan temukan itu sebagai suatu kebenaran.
Lalu yang berikutnya adalah Alkitab adalah perkataan Tuhan yang pasti akan membawa kita ke dalam kemenangan. Saudara bisa lihat perkataan Yesus sendiri yang berkata bahwa apa yang Dia katakan itu akan tetap terus bertahan sampai selama-lamanya, itu menyatakan Ia pasti menang. Lalu Saudara juga bisa baca dari Ibrani 4:12 perkataannya firman Tuhan itu seperti pedang bermata dua yang sangat tajam yang bisa masuk ke dalam membelah, memisahkan antara tulang dan sumsum, pertimbangan dan pengertian. Itu menunjukkan bahwa ketika Tuhan bekerja melalui firman-Nya, maka firman itu tidak mungkin gagal, firman itu pasti akan menghasilkan buahnya, firman itu akan muncul dan menyatakan kebenaran. Makanya di dalam kita menyampaikan firman kita percaya dengan satu kalimat ketika firman sudah diberitakan, tanggung jawab kita adalah memberitakan firman sesuai dengan Alkitab, memberitakan Injil sesuai dengan Kitab Suci, setelah itu biar Tuhan yang bekerja dan Tuhan pasti akan memunculkan orang-orang yang percaya, orang-orang yang bertobat, dan itu bukan menjadi tanggung jawab kita. Dan ini yang memberi satu kekuatan bagi kita melayani untuk terus memberitakan firman walau mungkin kita tidak melihat ada suatu perubahan di dalam pelayanan yang kita lakukan. Tuhan tidak pernah gagal. Firman-Nya pasti selalu menang.
Berikutnya adalah finalitas Alkitab. Ini poin yang penting. Finalitas Alkitab berbicara mengenai setelah Alkitab selesai diwahyukan, Wahyu 22:18-19 dan bagian terakhir itu menyatakan tidak mungkin akan ada wahyu tambahan. Kenapa kita tolak nabi zaman sekarang? Kenapa kita tolak rasul zaman sekarang? Karena kita percaya setelah komplit Kitab Suci maka Allah tidak berbicara melalui nabi dan rasul lain tetapi Allah berbicara kepada kita melalui Kitab Suci ini. Dan ketika Roh Kudus berbicara ini membuat kita bisa menarik aplikasi, ketika Tuhan berbicara atau Roh Kudus berbicara kepada kita, Bapak, Ibu, boleh yakin 100% bukan melalui mimpi lagi, bukan melalui bahasa lidah, tetapi melalui Alkitab. Ini adalah satu statement yang muncul didalam Pengakuan Iman Westminster yang penting sekali ya ketika kita baca berkenaan dengan Sola Scriptura ini. Jadi kalau Bapak, Ibu, ingin mencari kebenaran berkenaan dengan Kitab Suci, carilah itu berdasarkan apa yang dikatakan oleh Kitab Suci, atau berkenaan dengan Tuhan carilah itu di dalam Kitab Suci, kita akan dapatkan. Nggak usah meributkan hal-hal supranatural untuk dinyatakan kepada diri kita yang membuat kita menjadi seorang yang sepertinya rohani. Mungkin itu hanya tembus kedagingan kita, membuat kita menjadi seorang yang arogan, seperti rohani sebenarnya hanya merupakan orang yang sombong dan berdosa.
Terakhir adalah kalau kita mengerti semua prinsip ini maka satu hal yang menjadi selalu penekanan bagi orang Reformed, Alkitab ketika kita baca mengerti dan kita temukan ada ayat-ayat yang sulit, bagaimana kita menafsirkannya? Caranya adalah gunakan Alkitab untuk menafsirkan Alkitab. Dan prinsip dari Reformed adalah ayat yang jelas itu menolong kita menafsirkan mengerti ayat yang sulit. Dan jangan membangun sebuah doktrin berdasarkan ayat yang tidak jelas. Misalnya ada tidak kesempatan kedua bagi orang mati? Di dalam Surat Petrus sepertinya ada kemungkinan itu. Baptisan kepada orang yang mati. Tetapi kalau kita lihat di dalam Kejadian sampai Wahyu dari bagian lain Kitab Suci kita akan menemukan nggak ada kesempatan bagi orang yang mati untuk bertobat. Ketika kita hidup, Ibrani 9:12 bilang manusia hidup satu kali mati langsung dihakimi. Itu yang terjadi. Jadi pertobatan hanya ketika kita hidup dalam dunia, itu ayat yang jelas. Ayat ini yang kita gunakan untuk mengerti ayat yang kurang jelas. Ini yang jadi satu dasar ya.
Jadi pada waktu kita berbicara mengenai Sola Scriptura saya percaya ini adalah dasar untuk membuat sebuah gereja ada di dalam status yang kokoh kondisi yang kuat. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, apa yang mendorong gereja kemudian terjerumus ke dalam liberalisme kemudian terjerumus ke dalam suatu kehidupan yang mungkin oikumenis menerima semuanya sebagai suatu kebenaran, kita tidak boleh menghakimi satu dengan yang lain, lalu mulai meragukan Tuhan, meragukan iman Kristen, dan akhirnya jatuh ke dalam kehidupan yang ateis, yang membuat itu semua terjadi karena apa? Dimulai dari kehidupan yang mempertanyakan Sola Scriptura. Kalau Bapak ibu tidak berpegang Alkitab itu sepenuhnya firman Tuhan yang benar dan tidak percaya itu punya kuasa untuk membawa kita mengenal Tuhan Allah yang sejati dan itu adalah perkataan Tuhan yang berotoritas atas kehidupan kita dan kita mulai tawar-menawar terhadap perkataan-perkataan ini, tinggal tunggu waktu gereja hancur. Tinggal tunggu waktu. Tetapi ketika gereja berdiri di atas fondasi Sola Scriptura, Tuhan Yesus berkata walau angin badai menerpa sekalipun gereja tidak akan hancur karena kita punya perkataan firman yang kekal dan kita pegang dan kita hidupi selama-lamanya. Kiranya Tuhan boleh berkati kita ya. Mari kita masuk di dalam doa.
Kami berdoa dan bersyukur Tuhan untuk firman-Mu untuk kebenaran-Mu. Kami berdoa untuk, bersyukur untuk Alkitab yang adalah firman-Mu yang telah Kau karuniakan bagi kami untuk kami boleh mengerti tentang Tuhan, kebenaran-Mu, dan juga kehidupan di dalam Tuhan. Kami bersyukur ya Tuhan kiranya Engkau boleh tolong kami untuk berpegang teguh di dalam iman kepada perkataan-Mu yang adalah Alkitab ini dan berjalan berdasarkan setiap kebenaran yang Tuhan nyatakan bagi kami. Kami tidak mengkompromikannya, kami boleh menundukkan diri di bawah kebenaran walaupun itu adalah hal yang sulit untuk kami lakukan karena kedagingan kami. Tolong kami sehingga kami boleh makin dimurnikan di dalam iman dan cinta kasih kami kepada Tuhan. Dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa. Amin.
Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah (KS)