Dalam Masa Penantian, 22 November 2020

Kisah Para Rasul 1:12-26

Pdt. Dawis Waiman, M.Div.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pada waktu kita berbicara mengenai pasal yang pertama, ini adalah suatu pasal yang bisa dikatakan sebagai pasal transisi, pasal transisi dari kebangkitan Kristus dan kesiapan gereja untuk melayani Tuhan di dalam pasal yang kedua. Atau pasal di mana Yesus menyatakan diri kepada murid-murid-Nya, membuktikan kalau Dia adalah seorang yang telah hidup dari kematian seperti yang telah Dia wahyukan, lalu dengan hal-hal lain yang Dia janjikan kepada murid-murid-Nya untuk mempersiapkan murid-murid-Nya masuk ke dalam ladang pelayanan. Dan saya melihat di dalam Kitab Suci banyak sekali hal-hal yang berkaitan dengan satu transisi atau suatu peralihan masa persiapan yang harus dipersiapakan oleh umat Allah untuk masuk ke dalam ladang daripada pelayanan. Ada yang berkata seperti ini, “Sebenarnya Kisah Rasul pasal 1 itu mirip dengan kitab Yosua. Kitab Yosua itu adalah kitab yang menjembatani masa perantauan dari orang-orang Israel selama 40 tahun di padang gurun, lalu masa setelahnya itu Israel tinggal di tanah perjanjian yang Tuhan janjikan kepada diri mereka.” Lalu pada waktu mereka mati adalah masa peralihan ini, apa yang mereka kerjakan? Adakah sesuatu yang harus mereka perbuat dalam masa peralihan itu? Jawabannya: ada. Kita bisa lihat di dalam masa peralihan itu misalnya Israel kemudian Tuhan pimpin masuk ke dalam tanah perjanjian, hal pertama yang dilakukan oleh Tuhan itu apa? Saya lihat adalah hal yang sangat aneh sekali yang Tuhan izinkan Israel untuk harus lakukan atau perintahkan Israel untuk lakukan sebelum mereka menaklukkan kota pertama di tanah perjanjian yang Tuhan berikan atau kota Yerikho, apa yang mereka harus lakukan? Setelah mereka menyeberangi sungai Yordan, mereka tiba di Gilgal, lalu Tuhan minta mereka apa? Menyunatkan diri.

Saudara, saya percaya ini adalah hal yang mungkin kita pikir nggak masuk akal. Okelah pada waktu Israel menyeberangi sungai Yordan itu adalah suatu tindakan supranatural Allah yang sungguh luar biasa sekali di mana dikatakan bangsa-bangsa gemetar ketakutan karena kuasa Tuhan begitu luar biasa menyertai orang Israel sampai sungai pun harus berhenti mengalir supaya orang Israel bisa menyeberangi di tanah yang kering. Tapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, begitu tiba di Gilgal, Tuhan ngomong sekarang yang masuk ke kota Israel, tanah perjanjian, bukankah orang yang belum disunat? Semua generasi yang sudah disunat yaitu generasi pertama itu, semua sudah mati di padang gurun kecuali Kaleb dan Yosua. Tetapi generasi ke-2 belum disunat. Lalu apa yang harus dilakukan? Pertama kamu harus menyunatkan mereka. Lalu Yosua langsung membuat pisau dari batu kemudian menyunatkan semua laki-laki yang ada di Israel.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kira-kira apa yang terjadi kalau bangsa-bangsa lain mendengar peristiwa itu? Okelah Tuhan mereka sungguh luar biasa, kuat, hebat, perkasa, bisa hentikan sungai Yordan, tapi Israel kan sakit? Laki-laki nggak ada satu pun yang mempunyai kekuatan untuk berperang. Dan waktu itulah mungkin setelah beberapa hari itulah saat yang paling tepat untuk membunuh mereka semua. Dan itu kita bisa lihat sebenarnya di dalam kehidupan dari anak-anak Yakub. Ketika saudari mereka Dina itu diperkosa, laki-laki yang memperkosa ingin menikahi dia, saudaranya membuat suatu peraturan, “Oke kamu boleh memiliki adik saya tetapi dengan satu syarat, semua laki-laki di kotamu harus disunat.” Karena laki-laki ini adalah seorang pemimpin yang terhormat di bangsa mereka, akhirnya dia ngomong, “Oke saya setuju, saya sunatkan diri saya, ayah saya, semua laki-laki yang ada di bangsa saya.” Dan ketika mereka lagi sakit-sakitnya, anak-anak Yakub membantai mereka semua sampai habis.

Saudara, saya percaya adalah suatu tindakan yang konyol kalau kita sedang masuk ke dalam suatu negeri tertentu untuk pergi berperang tapi justru kita membuat diri kita disunat atau menyakiti diri kita, membuat kita lumpuh, dan tidak bisa melayani, dan tidak bisa berperang. Tapi itu yang menjadi perintah Tuhan dan Israel taat. Dan pada waktu Israel taat, apa yang terjadi? Alkitab berkata Tuhan pelihara mereka dan bahkan mereka masih sempat-sempatnya merayakan hari Paskah di kota Gilgal sebelum mereka pergi berperang. Jadi saya melihat ini adalah suatu pemeliharaan Tuhan di masa persiapan untuk mulai menuju kepada peperangan.

Kenapa saya bicara seperti ini? Karena ini sangat berkaitan juga dengan apa yang menjadi perikop kita. Pada waktu gereja melihat kebangkitan Kristus, di dalam diri mereka – saya percaya – ada satu kobaran api dan semangat yang begitu besar seperti halnya orang Israel yang menyeberangi sungai Yordan. Pada waktu mereka menyeberang, mereka tahu pasti tanah ini sudah diserahkan Tuhan kepada diri mereka. Pada waktu orang-orang Kristen melihat Yesus Kristus bangkit dari kematian, saya percaya dalam hati mereka ada suatu dorongan kuat untuk pergi melayani Tuhan karena Tuhan sudah memberikan satu perintah dalam hidup mereka, “Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak  dan Roh Kudus.” Tetapi pada waktu mereka mendapatkan perintah itu dan pada waktu mereka melihat dengan mata mereka bukti-bukti yang jelas sekali dari kebangkitan Kristus, Tuhan justru memberikan satu perintah yang mungkin bagi kita itu biasa tetapi saya percaya bagi bangsa Israel saat itu, itu mungkin adalah satu perintah yang sulit untuk mereka jalankan. Yaitu apa? Tuhan minta mereka jangan pergi dulu tetapi tinggallah di Yerusalem.

Coba Bapak, Ibu, Saudara lihat di dalam ayat yang ke-4, “Pada suatu hari ketika Ia makan bersama-sama dengan mereka, Ia melarang mereka meninggalkan Yerusalem, dan menyuruh mereka tinggal di situ menantikan janji Bapa, yang — demikian kata-Nya — “telah kamu dengar dari pada-Ku.  Sebab Yohanes membaptis dengan air, tetapi tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus.” Jadi pada waktu Israel melihat kebangkitan Kristus, hal pertama yang Tuhan katakan kepada mereka adalah kamu harus pergi ke Yerusalem dan tunggu di situ sampai Tuhan membaptis mereka dengan Roh Kudus, baru mereka boleh pergi.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kenapa saya bilang itu adalah hal yang sulit? Bagi kita itu adalah hal yang biasa, mungkin. “Saya sudah baca, saya tahu kok nanti 10 hari kemudian paska dari Yesus naik ke surga, Tuhan akan memberikan Roh Kudus dan gereja Tuhan akan berkembang dengan begitu pesat sekali selama masa 30 tahun dari pelayanan gereja mula-mula atau Kisah Rasul dituliskan, dan wajar.” Tetapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, tahu tidak situasi saat itu seperti apa? Saat itu Israel sedang dalam kondisi yang menolak Kristus. Para pemimpin agama saat itu adalah orang-orang yang melawan kekristenan, melawan ajaran dari Yesus Kristus dan murid-murid. Dan Bapak, Ibu, bisa lihat pada waktu itu mereka bisa menggerakkan pemerintahan untuk menawan guru mereka dan membunuh mereka. Dan pada waktu itu murid-murid sempat dalam situasi yang goncang dan ketakutan dan melarikan diri, ada yang kembali ke dalam pekerjaan mereka semula, ada yang pergi ke dalam kota mereka semula, ada yang kemudian mungkin bersembunyi dan tidak berani keluar dari tempat persembunyian mereka karena ancaman yang begitu mengerikan yaitu nyawa mereka harus melayang seperti halnya guru mereka. Tetapi pada waktu Tuhan berkata kamu harus tinggal di Yerusalem, apa yang mereka lakukan? Mereka taat.

Itu seperti Yosua dan Israel ketika mau masuk ke dalam tanah perjanjian, taruhannya nyawa. Jangan berpikir bangsa lain itu akan terus takut kepada diri mereka. Bapak, Ibu, bisa baca begitu mereka bersekutu – bangsa tanah Kanaan itu – Alkitab ada katakan 5 raja selatan bersekutu melawan Israel dengan menyerang Gibeon terlebih dahulu. Mereka berjumlah begitu besar, lebih besar dari orang Israel. Ketika bangsa utara melihat bangsa selatan kalah oleh Israel maka mereka kemudian bersekutu juga, dan Alkitab berkata jumlah mereka seperti pasir di laut banyaknya melawan Israel. Kalau mereka mau bersekutu saat itu menghancurkan Israel, saya yakin itu adalah sesuatu yang gampang sekali. Dan harusnya di dalam benak Israel, kemungkinan besar ada timbul satu ketakutan juga di dalam hati mereka, tetapi yang mereka lakukan apa? Mereka taat.

Saya percaya pada waktu kita ada di dalam masa penantian, kita pikir masa penantian itu adalah satu masa idle, satu masa yang kita tidak melakukan sesuatu apapun dalam hidup kita, mungkin ada orang yang berpikir seperti itu, tapi ada orang yang tidak sabar menantikan hari di mana dia harus action atau bergerak, tetapi Tuhan berkata pada hari itu, satu hal yang Aku ingin engkau nyatakan yaitu ketaatanmu kepada perintah-Ku. Jadi pada waktu kita bicara tentang masa penantian, masa peralihan, dan poin-poin lain nanti kita lihat, bagi iman Kristen itu bukan satu masa idle, bukan suatu masa kosong kita tidak melakukan apapun sama sekali untuk mempersiapkan diri kita, tetapi ada bagian yang harus dikerjakan oleh orang Kristen, dan hal pertama adalah belajar taat kepada Tuhan, itu yang Tuhan kehendaki.

Dan ini bukan hal yang gampang saya pikir. Kita hidup di dalam zaman yang terbiasa ingin punya kejelasan terlebih dahulu akan segala sesuatu yang harus kita lakukan. Kita ingin ada bukti terlebih dahulu, kita ingin ada suatu pertanggungjawaban dan penjelasan supaya kita paham terlebih dahulu baru kita bisa bergerak dalam hidup kita atau melakukan sesuatu. Atau istilahnya taat dalam hidup kita. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ada bagian itu di dalam Kitab Suci tentunya, Tuhan memberi penjelasan. Tetapi banyak hal di dalam Kitab Suci justru Tuhan mengikut sebelum ada penjelasan, dan penjelasan itu baru menyusul setelah ada ketaatan yang dilakukan oleh umat Allah. Dan saya percaya ini adalah hal yang sangat berkontradiksi atau bertentangan sekali dengan kehidupan dari pada orang-orang dunia dan juga kehidupan dari diri kita yang mengatakan diri kita mengenal Tuhan dan takut akan Tuhan. Karena realita yang seringkali kita hadapi dalam dunia di mana kita hidup adalah saya baru mau lakukan kalau saya tahu ujungnya seperti apa. Saya baru mau lakukan kalau saya tahu bahwa saya akan tidak hancur atau saya dalam kondisi yang baik, saya baru mau lakukan kalau saya tahu pemimpin itu layak untuk didengarkan dan dia adalah orang yang bijaksana dan terbukti bijaksana dan kepemimpinannya itu baik. Tapi pernahkah kita berpikir kalau kita butuh pembuktian terlebih dahulu dan penjelasan terlebih dahulu baru gerak, itu namanya bukan ketaatan. Yang namanya taat itu ndak perlu ada pembuktian. Yang namanya taat, kerjakan apa yang diperintahkan. Itu namanya taat.

Saya pikir itu mirip sekali dengan tentara ya. Sebagai seorang prajurit mereka tidak, ya itu juga salah ya tapi itu adalah kelebihan dari tentara sih, maksud saya orang Kristen nggak boleh seperti mereka seperti seorang prajurit yang nggak berpikir sama sekali pokoknya apa yang menjadi perintah atasan itu yang benar, pokoknya semua yang dikatakan atasan itu harus dijalankan dan ditaati sepenuhnya. Saya percaya dalam iman Kristen kita tidak meninggalkan rasio kita, kita justru memiliki pengenalan yang harus makin bertumbuh di dalam iman kita kepada Tuhan dan pengenalan kita akan Tuhan dan Tuhan memang bertindak seperti itu dalam hidup kita, tetapi cara kerja Tuhan itu berbeda dari cara kerja kita. Tuhan ingin kita taat. Tuhan ingin kita lakukan apa yang Dia perintahkan. Ada bukti nggak? Nggak ada.

Saya di dalam kelas PA (Pendalaman Alkitab) kemarin saya bilang pada waktu Israel menyeberangi sungai Yordan, yang Tuhan lakukan adalah suruh Yosua pukul sungai dulu? Suruh Yosua mengangkat tongkatnya di atas sungai Yordan terlebih dahulu, apakah seperti itu? Seperti Musa lakukan? Kita tahu, tidak kan? Tapi yang Tuhan perintahkan adalah suruh imam-imam yang mengangkut Tabut Perjanjian injakkan kakinya terlebih dulu dalam sungai Yordan, baru bangsa Israel melihat bagaimana Tuhan memimpin. Pada waktu Israel berperang melawan bangsa Yerikho, mereka bawa senjata ndak? Mungkin bawa senjata, tapi Tuhan ndak pernah menjelaskan kepada mereka dengan satu taktik perang yang begitu hebat luar biasa sekali, tetapi dengan satu perintah yang sangat konyol sekali, kalau saya bilang, yaitu mengitari Yerikho selama 7 hari. Nggak lakukan apa pun. Mengitari kota itu terus menerus, dan hari ke-7 baru 7 kali. Kalau kita jadi orang Israel, kira-kira mau lakukan itu nggak? Sedangkan orang zaman itu punya panah lho. Kalau mereka mau menyerang mereka tinggal tarik panahnya dari atas benteng mereka, semua orang Israel bisa mati. Tapi mereka taat untuk kerjakan itu semua tanpa ada, saya percaya, tanpa mereka mengerti kenapa mereka harus lakukan itu. Tetapi pada waktu mereka melewatinya mereka baru mengerti, ternyata cara kerja Tuhan seperti ini.

Jadi pada waktu Israel diminta untuk pergi ke Yerusalem, mungkin dalam pikiran beberapa orang dari mereka – mungkin rasul nggak lagi, tetapi beberapa orang dari mereka – ini adalah sesuatu yang membawa kematian. Kita berani berkumpul di sana menantikan Roh Kudus tiba sedangkan Tuhan kita sekarang naik ke surga. Di depan mata kita Dia tidak ada bersama-sama dengan diri kita. Bagaimana reaksi para pemimpin kalau tahu kita berkumpul di Yerusalem? Bagaimana mereka ketika tahu kalau kita kemudian tetap mengikut Kristus, dan beribadah kepada Dia di Yerusalem? Dan pada waktu itu adalah waktunya orang Israel menjalankan Paskah. Saudara, ada kemungkinan mereka bisa ditangkap, tapi Alkitab mengajarkan poin pertama pada masa penantian kita perlu belajar taat.

Saya percaya itu tidak gampang ya. Sering kali di dalam Tuhan memimpin kita di dalam ketaatan, Dia tidak memberikan satu petunjuk yang jelas, “Ini masa penantian, ini masa persiapan.” Tetapi walaupun itu Tuhan tidak berikan secara jelas – kalau Tuhan berikan secara jelas saya yakin gampang untuk kita mengikuti – tapi kalau Tuhan ndak pernah memberi kita keadaan satu pengertian, “Sekarang saya masuk ke masa transisi ini,” saya yakin yang kita akan lakukan adalah, “saya nggak sabar.” Dan ini saya lihat banyak sekali dari orang Kristen yang baru percaya kepada Tuhan yang datang ke dalam gereja atau berganti dari gereja tertentu masuk ke dalam sebuah gereja yang lain, mereka pikir mereka sudah paham pelayanan, mereka sudah mengenal Tuhan, mereka sudah percaya kepada Tuhan, “Kenapa saya belum dipercayakan satu pelayanan tertentu? Saya ingin melayani,” dan banyak daripada mereka – yang saya juga temukan di dalam masa pelayanan saya 10 tahun di sini juga – yang mundur ketika masa penantian itu ada pada mereka. Saudara, ndak gampang. Lebih gampang kalau kita tahu kita masuk ke masa transisi itu. Tetapi kalau kita nggak mengerti, justru di situlah kita harus melihat saatnya kita belajar taat kepada Tuhan walaupun kita tidak mengerti apa yang sedang Tuhan kehendaki, apa yang sedang terjadi di dalam hidup saya, dan kenapa orang-orang Kristen yang lain mungkin memperlakukan saya seperti ini dan itu, yang tidak sesuai dengan harapan saya dan keinginan saya, dan saya percaya di balik itu juga ada unsur kesabaran yang Tuhan ingin bentuk di dalam hidup kita. Belajar taat, itu adalah hal yang pertama.

Hal yang kedua adalah kalau Saudara baca di dalam ayat yang ke 13 dan 14 di situ dikatakan, “Setelah mereka tiba di kota, naiklah mereka ke ruang atas, tempat mereka menumpang. Mereka itu ialah Petrus dan Yohanes, Yakobus dan Andreas, Filipus dan Tomas, Bartolomeus dan Matius, Yakobus bin Alfeus, dan Simon orang Zelot dan Yudas bin Yakobus. Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama, dengan beberapa perempuan serta Maria, ibu Yesus, dan dengan saudara-saudara Yesus Kristus.” Yang saya ingin sorot poin yang ke-2 adalah pada waktu masa penantian, hal ke-2 yang kita perlu perhatikan yaitu tidak menjadi orang Kristen yang individualis, tetapi justru menjadi orang Kristen yang belajar bersekutu satu dengan yang lain. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pada waktu murid-murid berkumpul di sana, di Yerusalem, apa yang mereka lakukan? Mereka memang berkumpul, siapa mereka? Alkitab berkata awal mula mereka adalah terdiri dari 11 rasul dan 2 perempuan, dan juga dengan saudara Yesus. Jadi 11 rasul plus Maria, plus beberapa perempuan, ndak tahu berapa itu, mungkin 3 orang yang lain yang menyaksikan kebangkitan Kristus dari kematian, lalu saudara-saudara Yesus. Ini adalah satu hal yang Alkitab katakan dengan jelas sekali, Yesus memiliki saudara yang beda ayah tapi sama ibunya ya. Dan juga bersyukur sekali karena pada waktu Yesus telah bangkit dari kematian, saudara-saudaranya yang semula – kalau kita baca dalam Injil Yohanes – menolak Dia akhirnya terbuka untuk mengerti bahwa Dia adalah memang Mesias yang dijanjikan oleh Tuhan, dan akhirnya percaya dan ikut bergabung di dalam penantian tersebut.

Tapi Saudara, Alkitab berkata, tidak berhenti di diri mereka sendiri. Bukan hanya 11 orang dan beberapa perempuan dan beberapa saudara dari Yesus Kristus yang hadir, atau saudara-saudara Yesus semua yang hadir di situ bersama ibu mereka, tapi kalau Saudara baca di dalam ayat berikutnya, ayat 15, jumlah itu bertambah, jumlah itu menjadi 120 orang. Kenapa mereka bertambah? Saya percaya satu sisi mereka menghubungi orang-orang yang pernah melayani Kristus, mengikut Kristus, menjadi murid Kristus. Seperti siapa? Saya percaya di antara mereka mungkin ada Yusuf Aritmatea, di antara mereka mungkin ada Nikodemus yang hadir, di antara mereka ada orang-orang lain yang mungkin murid-murid yang pergi ke Emaus, pulang ke Emaus dengan satu hati yang patah semangat, dan berpikir bahwa mereka ndak punya hari depan lagi karena guru mereka sudah mati saat itu. Mereka itu berkumpul satu per satu di Yerusalem, dan mereka bersekutu di sana bersama dengan orang-orang pilihan, atau dari murid-murid Yesus Kristus.

Jadi pada waktu mereka melihat bahaya, mereka tidak mundur. Kenapa mereka tidak mundur? Saya percaya juga karena di situ mereka melihat kebangkitan Kristus. Saudara, apa yang membuat Saudara berani terus maju bertahan dalam iman, menghadapi kesulitan, menghadapi bahaya, bahkan maut dalam hidupmu? Saya percaya unsur yang penting itu adalah melihat Kristus yang bangkit dalam hidup kita. Itu unsur penting karena di situlah letak pengharapan kita. Tapi melihat Kristus yang bangkit itu tidak akan membuat kita memisahkan diri dari orang Kristen yang lain, tetapi justru akan menyatukan kita dengan orang Kristen yang lain. Saya percaya orang Kristen kalau berpikir, “Saya bisa menjadi orang Kristen yang baik tanpa gereja,” dia nggak mengerti Kitab Suci. “Orang Kristen masih bisa tetap melayani di luar dari gereja,” dia nggak ngerti Kitab Suci. Kalau mereka berpikir bahwa mereka bisa bertumbuh di dalam iman menuju kepada kedewasaan di luar dari pada relasi daripada orang-orang Kristen yang lain, dia nggak mengerti prinsip yang Tuhan pakai untuk mempertumbuhkan iman kita. Tuhan mencipta manusia memang dalam prinsip sosial. Kita butuh manusia lain untuk menjadi teman kita untuk mengasah kita, tetapi Tuhan juga menjadikan orang Kristen itu membutuhkan orang Kristen yang lain untuk mengasah kita dan mendewasakan kita.

Di PA kembali saya ada bilang, saya ada mengutip satu hamba Tuhan yang berkata seperti ini, “Bapak, Ibu, tahu tidak, keinginan setiap orang Kristen itu pasti ingin hidup di dalam ketaatan. Keinginan setiap orang Kristen pasti ingin hidup di dalam kekudusan, bukan? Keinginan setiap orang Kristen pasti ingin belajar hidup mengasihi dan mengampuni, bukan? Setiap orang Kristen pasti ingin memiliki karakter Kristus dalam hidup mereka, bukan? Kenapa? Karena di surga nanti kita punya itu semua. Tetapi apakah semua yang kita rindukan dalam hidup kita itu, itu akan menjadi milik kita dalam sekejap mata, ndak sampai satu detik kita langsung memiliki semua karakter itu dan sikap-sikap seperti itu, sifat yang kudus?” Dia berkata, “Ndak mungkin.”

Tuhan kenapa tinggalkan kita dalam dunia ini? Satu sisi memang untuk bersaksi bagi Tuhan seperti yang Tuhan katakan di dalam Kisah Rasul, “Kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” Tapi Saudara, di sisi lain Tuhan juga ingin membentuk kita menjadi seperti Kristus, di dalam Roma 8:29. Sekarang pertanyaannya, ladangnya di mana? Sekolahnya di mana? Di surga? Bukan, tapi di bumi ini. Tuhan tinggalkan kita di sini untuk sekolah bagaimana mengasihi. Tuhan tinggalkan kita dalam dunia ini untuk belajar sekolah, bagaimana memiliki kekudusan hidup. Tuhan tinggalkan kita dalam dunia ini bersama dengan orang Kristen yang lain untuk kita belajar bagaimana mengampuni, bagaimana belajar mengasihi, bagaimana belajar ketaatan dalam hidup kita, bagaimana memiliki karakter-karakter Kristus dan buah-buah Roh yang kita tidak miliki sebelumnya, dan kita tuntut dan asah itu dalam kehidupan kita supaya kita makin menjadi serupa dengan Kristus. Bukan hanya dalam dunia ini, tapi di dalam gereja.

Saudara harus pahami ini baik-baik karena pada waktu Tuhan memberikan orang-orang Kristen di tengah-tengah kita yang punya interest yang berbeda, pada waktu Tuhan memberikan di tengah-tengah kita orang-orang Kristen dengan latar belakang yang berbeda, pada waktu Tuhan memberikan di tengah-tengah kita orang Kristen yang tidak memiliki kelebihan dibandingkan kita tapi mungkin kekurangan-kekurangan dibandingkan diri kita, pada waktu kita melihat orang-orang Kristen yang kurang pengertian dan tidak memiliki pengertian, pada waktu kita melihat orang-orang Kristen yang kurang cerdas dibandingkan diri kita, yang kurang baik, yang kurang mengampuni, yang suka memanfaatkan keadaan, mencari keuntungan diri sendiri, karena kita masih hidup dalam dosa, tujuannya untuk apa? Untuk menjadi ladang sekolah kita, bagaimana menyatakan karakter Kristus. Saudara, kalau kita mengerti ini, saya percaya itu adalah hal yang indah ya dalam gereja. Di KTB (Kelompok Tumbuh Bersama) kemarin ada yang tanya, “Apakah itu artinya surga?” Saya percaya kalau kita hidup di dalam ketaatan untuk menyatakan Kristus dalam hidup kita dengan kita taat pada perintah Tuhan dan kita memaksa diri kita untuk membentuk diri kita semakin serupa dengan Kristus, di situlah letak surga ada di dalam kehidupan kita dan orang-orang yang ada di sekitar kita. Persoalannya adalah ketika engkau berelasi dengan mereka, mereka lihat engkau adalah iblis atau anak Allah? Kita membawa surga atau neraka dalam hidup kita?

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, untuk bisa Tuhan menyatukan kita sebagai orang percaya itu untuk menyatakan beginilah seharusnya surga, membuat dunia mencicipi – bukan hanya orang Kristen tapi membuat dunia juga mencicipi – bagaimana rasanya hidup dalam surga bersama dengan Kristus. Adakah itu diperlihatkan dalam gereja ini? Dalam kehidupan kita masing-masing? Mari kita sama-sama menggumulkan ini ya, bagian kedua. Jangan lihat saya bisa jadi orang Kristen yang baik tanpa orang Kristen lain. Itu bukan prinsip Alkitab. Saya percaya yang akan terjadi adalah seperti yang Paulus katakan di dalam 1 Korintus 15, “Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.” Dan saya banyak lihat anak-anak muda, yang datang ke Jogja, yang nggak pernah mau bergaul dengan orang Kristen dan gereja, hidupnya akan menyimpang dan makin lama makin menjauh dari Tuhan. Saudara, ini adalah satu prinsip ya. Yang namanya prinsip itu adalah hal yang nggak mungkin kita bisa hindarkan, dan jangan pernah berpikir bahwa kalau kita tidak menjalankan prinsip maka kita akan baik-baik saja.

Ambil contoh kayak gini, Saudara bisa nggak jadi seorang profesional di dalam bidang Saudara dan diakui, dan memiliki kehidupan yang baik kalau nggak belajar? Saudara bisa tidak, memiliki kekayaan kalau Saudara tidak rajin bekerja dan menabung? Itu prinsip kan, selain dari berkat Tuhan? Bisa nggak kita berharap Tuhan menjatuhkan uang dari langit lalu mendadak kita kaya? Saya pikir nggak. Itu namanya prinsip. Kalau Saudara ingin bertumbuh, Saudara ingin dewasa dalam iman, ada hal-hal yang menjadi prasyarat yang harus kita jalankan. Pertama tentunya taat. Kedua, di dalam lingkungan gereja, bersekutu bersama orang Kristen yang lain, baru kita bisa bertumbuh. Itu yang kedua.

Yang ketiga tadi di dalam ayat ke-14 mereka juga bukan hanya bersekutu dan melihat bahwa persekutuan itu penting, tetapi mereka juga bertekun dan sehati di dalam doa. Ini adalah hal yang paling sulit dalam pelayanan saya dan saya pikir cabang-cabang lain juga seperti itu, khususnya di dalam GRII ya. Karena saya nggak tahu kenapa ya, apakah kita berpikir bahwa kita bisa menjadi orang yang rohani tanpa kita berdoa? Apakah kita berpikir bahwa kita bisa diberkati oleh Tuhan tanpa berdoa? Apakah kita berpikir bahwa kita bisa menerima segala sesuatunya dalam hidup kita dan kita dalam kondisi yang baik, tanpa berdoa? Memang Alkitab berkata Tuhan Maha Tahu, memang Alkitab berkata Tuhan berdaulat, memang Alkitab berkata kita berdoa itu bukan bertujuan untuk mengubah Tuhan untuk mengikuti apa yang kita inginkan, itu semua adalah pengajaran Kitab Suci.

Mungkin kalau dibalik, “Apa yang kau doakan bisa mengubah Tuhan untuk sesuai dengan apa yang engkau inginkan,” saya yakin persekutuan doa penuh lho. Apalagi ada doa dari orang-orang yang bersaksi aku doa ini minta A Tuhan kasih A, aku minta B Tuhan kasih B, aku minta C Tuhan kasih C, aku minta rumah yang besar Tuhan kasih rumah, aku minta mobil Tuhan kasih mobil, aku minta kesembuhan Tuhan kasih kesembuhan, aku minta pasangan hidup yang sepadan seumur hidup yang baik Tuhan berikan ini nggak ada ribut sama sekali dalam keluarga, mungkin, saya yakin persekutuan doa penuh. Saya ingin lulus sekolah tanpa belajar, Tuhan berikan. Saya yakin persekutuan doa penuh.

Tapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, Alkitab tidak pernah mengajar seperti ini kan? Alkitab berkata sebelum kamu minta, Tuhan sudah tahu apa yang kamu minta. Alkitab berkata doamu nggak mungkin bisa mengubah Tuhan tapi justru Tuhan akan memberikan jawaban doa kalau doamu sinkron dengan apa yang Tuhan inginkan. Dalam kondisi seperti ini, itu mendorong kita makin giat berdoa atau makin mundur dalam semangat berdoa? Nah ini yang saya katakan mungkin Bapak, Ibu, Saudara banyak yang nggak ngerti prinsip doa. Maafkan kalau saya ngomong seperti ini karena realitanya adalah mungkin doa pribadi jalan, tapi doa dalam gereja bersama orang Kristen yang lain itu nggak jalan. Prinsip Tuhan di sini: doa bersama orang Kristen. Dan kenapa nggak bersemangat berdoa? Mungkin dalam pikiran kita nggak ada gunanya saya berdoa, nggak terlalu berguna, lebih baik saya belajar menerima apa yang ada di dalam hidup saya, sekitar hidup saya begitu saja. Tapi Saudara ingat nggak Tuhan Yesus berkata kenapa engkau nggak menerima? Mungkin karena engkau salah berdoa, pertama, kedua mungkin karena engkau tidak meminta kepada Tuhan.

Jadi pada waktu kita dinyatakan oleh Tuhan akan karakter Dia, sifat-sifat Dia dan kebapaan Dia dalam hidup kita, saya percaya Alkitab mengajarkan itu bukan menjadi alasan seharusnya untuk kita justru makin menjauh dari Tuhan di dalam persekutuan doa yang kita naikkan kepada Tuhan. Tetapi harusnya menjadi dorongan yang kuat bagi kita untuk makin mendekatkan diri kepada Tuhan karena kita tahu Tuhan kita adalah Tuhan yang tidak gampang berubah atau tidak pernah berubah di dalam kehendak-Nya dan prinsip-Nya dan dalam tujuan-Nya, dan Dia adalah Bapa kita yang pasti memberikan kita yang baik dalam kehidupan kita. Itu harusnya menjadi semangat yang lebih besar dari orang-orang yang tidak mengerti kebenaran Kitab Suci, yang berpikir bahwa dia bisa mengubah Tuhan melalui doa yang dia naikkan kepada Tuhan.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, lebih enak doa kepada Tuhan yang tidak berubah atau doa kepada Tuhan yang gampang mengikuti keinginan kita? Yang mana lebih enak? Ambil contoh sepak bola atau olahraga, lagi bertanding, Kristen lawan Kristen, lalu yang satu doa Tuhan kasih kami kemenangan, yang satunya doa Tuhan kasih saya kemenangan. Yang menang yang mana? Lalu ditentukan apa yang menang itu? Yang doa? Wah stress berat lho. Kalau dia doa, puasa tiap hari sebulan sebelum dia bertanding, lalu itu menentukan jawaban doa bagi diri dia, yang jadi lawan gimana? Saudara, saya pikir lebih baik kita berdoa kepada Allah yang kita tahu secara pasti prinsip-prinsipnya, yang cara pasti kita tahu bahwa dia adalah Bapa kita yang tidak pernah berubah dan tidak pernah bisa dipengaruhi oleh doa kita, tapi justru melalui doa itu kita makin dibentuk untuk makin serupa dan makin mengerti apa yang menjadi kehendak Tuhan dalam hidup kita.

Alkitab selalu mengajarkan dalam aspek apapun juga di dalam kehidupan kita, kekristenan harus meninggikan theosentris, bukan antroposentris. Kekristenan atau anak Tuhan harus selalu menjadikan Tuhan itu fokus utama. Pusat kasih dia, pusat ketaatan dia, dan dia harus belajar sinkron dengan diri Tuhan dalam hidup dia atau Roh Kudus dalam hidup dia, bukan Tuhan yang sesuai dengan keinginan kita. Kalau Tuhan sesuai dengan keinginan kita, saya yakin dunia ini kacau. Saya yakin di antara orang Kristen terjadi peperangan kalau sesuai dengan keinginan dia, kita manusia. Jadi doa itu penting, masa penantian itu adalah masa kita berdoa kepada Tuhan. Masa penantian itu masa kita bersekutu, masa kita belajar taat kepada Tuhan dalam situasi yang mungkin tidak kita mengerti.

Lalu apa yang mereka doakan? Ada yang berkata yang pasti adalah mereka tidak mendoakan meminta Roh Kudus. Saya terus terang gumulkan ini dan akhirnya saya berpikir kayaknya nggak begitu deh. Apa yang mereka doakan? Kalau kita lihat prinsip Alkitab, mungkin kita bisa berkata oh ada beberapa hal. Dan kalau kita lihat kehidupan dari mereka juga ada beberapa poin yang kemungkinan besar mereka naikkan. Apa? Pertama adalah pada waktu mereka dalam kondisi putus asa karena Yesus mati, lalu sekarang mereka lihat Yesus bangkit dari kematian, kira-kira apa yang akan mereka katakan dalam doa? Atau mereka akan ngomong nggak, atau mereka akan angkat nggak, atau mereka akan diam saja? Saya pastikan mereka pasti bersyukur kepada Tuhan. Jadi ada peninggian Tuhan di dalam doa yang mereka naikkan, kemungkinan seperti itu. Dan peninggian itu berkaitan dengan apa? Kedatangan Kristus, inkarnasi, kematian Kristus, kebangkitan Kristus, kenaikan Kristus ke surga untuk menyelamatkan manusia yang berdosa. Dan di antara mereka adalah para rasul dan orang-orang yang berkumpul, 120 orang itu.

Selain itu ada apa? Kemungkinan juga ada pengakuan dosa. Karena pada waktu murid-murid pergi meninggalkan Kristus, mungkin di antaranya ada orang yang seperti Petrus yang menyangkali Yesus, menyangkali iman, tapi mungkin belum ada kesempatan untuk meminta pengampunan dari Kristus. Mungkin di antara mereka ada yang nggak melakukan penyangkalan tetapi mereka tidak percaya apa yang dikatakan oleh Tuhan Yesus sehingga mereka pergi dalam keputusasaan, dan itu pun adalah satu dosa. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, Alkitab ketika berbicara mengenai dosa, dosa itu bukan hanya berkata pelanggaran terhadap hukum Tuhan itu adalah dosa, tetapi tidak melakukan perintah Tuhan itu juga adalah dosa. Jadi kalau Bapak, Ibu, tinggal diam, Bapak, Ibu, tahu yang benar, dan Bapak, Ibu, nggak mau melakukan yang benar, jangan pikir kita adalah anak Tuhan yang baik, jangan pikir kita tidak berdosa, tapi kita sudah melanggar Tuhan. Jadi di antara mereka mungkin ada orang-orang seperti itu sehingga pada waktu mereka berkumpul bersama – apalagi Tuhan Yesus mengajarkan mintalah kepada Tuhan pengampunan setiap hari dalam doa Bapa Kami– mereka akan menaikkan itu juga dalam doa mereka.

Selain itu apa? Tadi saya bilang ada memuliakan Tuhan, meninggikan Tuhan, mengucap syukur, pengampunan dosa, satu lagi adalah permohonan. Apa yang mereka mohonkan? Kemungkinan adalah karena Tuhan berjanji untuk mereka menantikan Roh Kudus, mereka berdoa meminta Roh Kudus kepada Tuhan. Tapi jangan salah paham dengan maksud saya ya, jangan berpikir bahwa mereka meminta Roh Kudus dalam konsep berpikir mereka sudah tahu akan apa yang terjadi seperti Pentakosta pada waktu itu orang-orang berbicara, sehingga mereka meminta bahasa roh di dalam doa mereka meminta Roh Kudus, bukan seperti itu. Tapi yang pasti adalah mereka berdoa sesuai dengan janji Tuhan, engkau menjanjikan Roh Kudus maka aku berdoa meminta Roh Kudus itu diberikan dalam gereja, kuasa itu diberikan dalam gereja-Nya untuk bersaksi bagi Tuhan. Itu ada bagian itu. Dan mereka tidak pernah membayangkan bagaimana ketika Roh Kudus itu tiba di tengah-tengah mereka. Tapi yang pasti adalah ada unsur ini juga dalam hidup mereka, dalam persekutuan doa yang mereka naikkan kepada Tuhan. Jadi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau kau ingin bertumbuh dewasa, mengerti kehendak Tuhan, belajarlah berdoa kepada Tuhan dalam persekutuan doa. Datang. Ini bukan keinginan saya, sekali lagi, ini bukan untuk menyukseskan MRII Jogja, tapi kalau engkau memang sungguh-sungguh memiliki hati yang ingin tunduk kepada Tuhan, datang doa. Karena ini perintah Tuhan.

Tadi pertama taat, lalu kedua bersekutu, yang ketiga doa, yang ke-4 belajar firman. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, coba perhatikan ayat 18-20, “Yudas ini telah membeli sebidang tanah  dengan upah kejahatannya, lalu ia jatuh tertelungkup, dan perutnya terbelah sehingga semua isi perutnya tertumpah ke luar. Hal itu diketahui oleh semua penduduk Yerusalem, sehingga tanah itu mereka sebut dalam bahasa mereka sendiri “Hakal-Dama”, artinya Tanah Darah–. “Sebab ada tertulis dalam kitab Mazmur: Biarlah perkemahannya menjadi sunyi, dan biarlah tidak ada penghuni di dalamnya: dan: Biarlah jabatannya diambil orang lain.” Lalu kesimpulannya “Jadi harus ditambahkan kepada kami orang dari mereka yang senantiasa datang berkumpul dengan kami selama Tuhan Yesus bersama-sama dengan kami.”

Saudara boleh buka juga untuk pasal berikutnya ya ini untuk pendahuluan saja ya pasal 2:14 “Maka bangkitlah Petrus berdiri dengan kesebelas rasul itu, dan dengan suara nyaring ia berkata kepada mereka: “Hai kamu orang Yahudi dan kamu semua yang tinggal di Yerusalem, ketahuilah dan camkanlah perkataanku ini. Orang-orang ini tidak mabuk seperti yang kamu sangka, karena hari baru pukul Sembilan, tetapi itulah yang difirmankan Allah dengan perantaraan nabi Yoel: Akan terjadi pada hari-hari terakhir – demikianlah firman Allah – bahwa Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia; maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat, dan teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan, dan orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi,” dan seterusnya.

Pertanyaannya adalah begini, Petrus tahu dari mana ya? Kalau saudara baca di dalam Kisah Rasul 1:20 lihat footnote-nya itu mengutip Mazmur 69:26 dan Mazmur 109:8 boleh buka ya. Mazmur 69:26, ini adalah Mazmur Daud yang hidup kira-kira 1000an tahun lebih dari zaman Yesus Kristus, “Biarlah perkemahan mereka menjadi sunyi, dan biarlah kemah-kemah mereka tidak ada penghuninya.” Itu bicara tentang siapa? Mungkin Daud berbicara tentang musuhnya tetapi kita tahu bahwa ini juga berbicara mengenai pengkhianatan yang diberikan kepada Yesus Kristus karena coba buka Mazmur 109:8 “Biarlah umurnya berkurang, biarlah jabatannya diambil orang lain.” Lalu ada ayat juga yang berkata yang mengkhianati Kristus itu adalah orang dekat Dia sendiri, sahabat Dia sendiri.

Jadi pada waktu Petrus tahu bagian ini, apakah itu mendadak muncul dalam pemikiran dia? Lalu pada waktu dia berkhotbah di hadapan 3000 orang itu, apakah Yoel itu mendadak muncul di dalam pengertian Petrus tanpa dia baca sama sekali Kitab Suci? Saya percaya tidak. Masa penantian 10 hari itu saya kira itu menjadi satu masa dimana mereka kemudian berusaha menelusuri kembali semua Perjanjian Lama. Seperti halnya ketika Kristus bangkit dari kematian, Dia menjelaskan seluruh yang berbicara mengenai Kristus dari Kejadian sampai kepada Maleakhi. Jadi pada waktu Petrus dan murid-murid Rasul Yohanes dan rasul lain berkumpul bersama selain daripada berdoa mereka kemudian membaca firman berkenaan dengan siapa? Yang pasti adalah berkenaan dengan Mesias dan janji Mesias, dan pada waktu mereka membaca itu mereka menemukan ada ayat yang berbicara mengenai pengkhianatan, ada ayat yang berbicara mengenai jabatan dari orang itu akan diganti dengan orang lain, mereka juga membaca bahwa itu adalah penggenapan dari Yoel ketika hari Pentakosta tiba. Makanya mereka bisa begitu bangkit berdiri dan begitu fasih sekali atau Petrus begitu fasih sekali dalam berkhotbah atau berbicara.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ini adalah hal yang penting juga ya. Belajar firman. Kita ingin Tuhan memberkati gereja kita, betul nggak? Kita ingin Tuhan memberkati keluarga kita, betul nggak? Kita ingin Tuhan memberkati pekerjaan kita, betul? Di antara ini ada yang lebih penting tidak? Mungkin kesehatan. Tapi, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, prinsip kembali, Tuhan tidak mungkin akan memberkati orang yang tidak mengerti firman. Saya ulangi ya. Tuhan bukan hanya tidak akan memberkati orang yang tidak berdoa, yang tidak bersekutu, yang tidak taat, tetapi yang tidak mengerti firman, karena tanpa mengerti firman, bagaimana bisa taat? Tanpa mengerti firman bagaimana bisa bersekutu? Tanpa mengerti firman bagaimana dia mau berdoa?

Di dalam 2 Tawarikh 34 ada suatu peristiwa pembaharuan yang dilakukan oleh orang Israel melalui Raja Yosia atau reformasi. Dan di dalam pembaharuan itu, pada waktu itu Yosua naik takhta itu baru usia 8 tahun, lalu setelah itu dia ketika masuk ke dalam usia 16 tahun dia membersihkan Bait Allah dari berhala-berhala. Dan pada waktu dia masuk ke dalam usia 20 tahun, pada waktu dia membersihkan Bait Allah itu dia menemukan ada Kitab Taurat Musa atau Kitab Perjanjian Lama yang selama ini sudah ndak tahu kemana. Itu artinya apa? Arti orang Israel sudah tinggalkan Tuhan, sama sekali nggak baca firman Tuhan, memperdengarkan firman ke tengah-tengah mereka. Lalu ketika ditemukan, dibacakan di depan Yosua, dia kaget, “Waduh celaka! Kita sudah berdosa di hadapan Tuhan, kita melanggar semua perintah Tuhan di sini. Tolong pergi ke Nabiah Hulda untuk meminta nasihat dia, petunjuk dari Tuhan akan apa yang akan dikerjakan oleh Tuhan.” Perkataannya bagaimana? Lalu di situ dikatakan, “Yosia engkau nggak usah kuatir, masamu akan baik-baik. Ketika engkau mati, baru semua hukuman Tuhan itu akan tiba bagi bangsa Israel. Tuhan akan tetap menjatuhkan karena Israel telah memberontak dan tidak taat kepada Tuhan dan tidak mendengar firman Tuhan dan ketaatan pada firman itu tidak ada. Tapi engkau taat, engkau ingin kembalikan Israel untuk menyembah kepada Tuhan.”

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, mungkinkah kita punya ketaatan tapi tidak memiliki pengenalan akan Tuhan? Mungkinkah kita melakukan kehendak Tuhan tanpa kita mengerti firman Tuhan dan apa yang Dia sukai dan apa yang Dia tidak sukai? Roma 12:1-2 berkata kita harus mengalami pembaharuan budi baru kita mengerti apa yang menjadi kehendak Allah dalam kehidupan kita. Jadi kalau kita ingin diberkati tanpa peduli apa yang menjadi kepentingan Tuhan, itu namanya omong kosong. Saudara ingin bertumbuh, belajar firman. Saudara ingin bertumbuh, gunakan waktu untuk baca Alkitab. Saudara ingin bertumbuh, gunakan waktu untuk baca-baca khotbah orang atau komentari atau doktrin teologis. Saudara akan mengerti kehendak Tuhan dan di situ saudara akan belajar bertumbuh kepada Tuhan. Tanpa itu kita pasti nggak mungkin tahu apa yang menyenangkan Tuhan apa yang tidak menyenangkan Tuhan.

Perempuan ingin menikah, pengen nggak menikah dengan suami yang nggak pernah peduli dengan dia dan nggak pernah berbicara kepada dia dan nggak pernah mau dengar perkataan dia? Mau nggak? Saya yakin nggak kan? Saudara, karena apa kita nggak mau? Karena itu hanya menunjukkan laki-laki itu nggak mengasihi dia dan laki-laki itu nggak mengerti dia, dan nggak mau peduli pada dia dan tidak mengahargai diri dia. Kalau Saudara mengasihi Tuhan, Saudara menghargai Tuhan, Saudara menghormati Dia, Saudara berkata, “Saya adalah milik-Mu, umat-Mu, anak-Mu,” hargai itu. Dengan cara apa? Mengerti kehendak Dia, belajar firman, bertumbuh dalam firman, dan firman itu memerdekakan. Kalau kita tidak pernah mengerti firman, yang ada adalah belenggu. Pasti belenggu.

Saya ambil contoh ya. Ini bukan untuk offense siapa-siapa atau melawan siapa-siapa ya. Bapak, Ibu kalau ingin dites suhu tubuh, kasih dahinya atau kasih tangannya? –Tangan. Ada yang keberatan nggak dahinya dites? Mungkin ada. Saya mau tanya, kenapa keberatan? Takut infrared-nya masuk ke otak gitu ya? Coba deh belajar ya itu masuk tembus ke tengkorak kita nggak ya? Belajar ya. Waktu kita belajar ada kebenaran kan? Kebenaran itu membuat kita takut atau nggak? Pasti nggak. Sekarang contoh lagi. Saudara pergi ke satu tempat liat pohon besar sekali lalu orang-orang sekitar ngomong, “Ini ada penunggunya.” Laki-laki berani nggak kencing di pohon itu? Laki-laki yang paling gampang kan kalau sudah kebelet kaya gitu nggak perlu ada toilet kemanapun dia bisa jadi toilet. Maaf ya agak vulgar ya. Berani nggak pipis disitu? Mungkin nggak. Kalaupun mau pipis disitu mungkin minta izin dulu. Kenapa? Karena mungkin kita nggak percaya dan nggak mengerti Tuhan Mahakuasa. Itu cuma pohon kok dan kuasa Tuhan lebih besar. Kalau saudara nggak ngerti kebenaran, saudara akan dibelenggu, saudara nggak mungkin bebas nggak mungkin merdeka. Tapi yang pasti adalah saudara pasti melakukan dosa dalam hidupmu. Itu akibat kalau kita nggak belajar firman.

Jadi mungkin tidak, Tuhan masih memberkati kita kalau kita nggak pernah mau menundukkan diri atau mengkomitkan diri untuk belajar firman? Itu nggak mungkin, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan. Jangan keraskan hati. Banyak orang ngomong sama saya, “Saya nggak keraskan hati.” “Iya, nggak keraskan hati, cuma nggak mau taat dulu untuk saat ini.” Itu sama dengan mengeraskan hati. Murid-murid datang, mereka belajar firman. Itu supaya mereka tahu kehendak Tuhan. Ketika tiba waktunya Tuhan pakai mereka, mereka sudah siap untuk melayani Tuhan. Dan ada satu poin lagi tentunya, saya mungkin nggak bahas sekarang. Tapi salah satu lagi adalah memilih orang untuk melayani di masa penantian itu. Di situ ada Matias yang dipilih menggantikan Yudas Iskariot, tapi saya akhiri disini untuk khotbah kita hari ini ya. Saya berdoa dan saya minta Bapak, Ibu, gumulkan baik-baik. Lihat kehidupan kita sesuai dengan prinsip firman atau tidak? Kalau belum, tuntut diri untuk hidup sesuai dengan firman Tuhan karena di situlah berkat Tuhan akan diberikan, dan tentunya berkat itu tidak selalu akan sama dengan yang kita inginkan, tetapi yang pasti ketika Tuhan memberkati itu pasti baik. Baik untuk kemuliaan nama Dia dan juga baik untuk kehidupan kita sebagai umat Tuhan. Mari kita berdoa.

Kembali kami besyukur, Bapa untuk apa yang telah Engkau nyatakan bagi kami, untuk setiap kata-kata firman yang boleh diperdengarkan, untuk kebenaran-kebenaran yang boleh Engkau bukakan bagi kami. Tolong kami ya Bapa seringkali lambat, seringkali keras hati, seringkali lebih tunduk di bawah kedagingan kami daripada Tuhan, yang seringkali ingin memuaskan keinginan kami dan apa yang kami sukai daripada keinginan Tuhan. Ampuni kami, ya Tuhan. Bawa kami untuk makin dekat dengan Engkau, bawa kami untuk melihat bahwa prinsip-prinsip-Mu itu adalah prinsip kebenaran yang tidak mungkin dan tidak dapat kami tolak atau kami lawan seharusnya kalau kami ingin diberkati oleh Tuhan dan hidup memuliakan nama-Mu. Pimpin anak-anak-Mu ini ya, Bapa satu persatu, sertai mereka, pekerjaan mereka, keluarga mereka, anak-anak mereka, kesaksian mereka di tengah-tengah dunia di mana Engkau tempatkan mereka, dan terutama pertumbuhan iman mereka. Jangan biarkan mereka limpah dengan pengetahuan tapi tanpa hidup ketaatan karena bagi Engkau itu sama dengan seorang yang tidak beriman. Tolong pimpin mereka ya, Bapa. Dalam nama Tuhan Yesus, kami berdoa. Amin.

 

Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah (KS)