Hari Pentakosta, 27 Desember 2020

Kisah Para Rasul 2:1-13

Pdt. Dawis Waiman, M. Div.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau kita perhatikan Kisah pasal 2, maka Kisah pasal 2 ini sangat memiliki kaitan yang erat dengan Kisah pasal 1, atau istilah lainnya adalah Kisah 2 itu merupakan mulainya penggenapan dari apa yang Tuhan sampaikan di Kisah 1. John Stott itu mengatakan Kisah 1 itu mengandung janji Tuhan, mengandung janji akan karunia yang akan diberikan, baptisan, kuasa, kepenuhan Roh Kudus dalam pengalaman hidup dari orang-orang percaya. Lalu Kisah 2 itu menyatakan bahwa Tuhan mulai menggenapi memberikan karunia dan baptisan Roh Kudus kepada para rasul atau orang-orang Kristen yang ada berkumpul pada waktu itu menunggu janji dari Tuhan Yesus yang akan memberikan baptisan Roh Kudus kepada diri mereka. Jadi ini merupakan satu sambungan daripada Kisah 1, pasti begitu, dan kita tidak boleh membaca Kisah 2 dan seterusnya nanti terlepas dari Kisah 1.

Ada juga yang berkata seperti ini, “Mengapa mereka perlu menunggu Kisah 2 itu terjadi? Kenapa mereka harus menunggu baptisan Roh Kudus itu terjadi baru mereka terjun di dalam pelayanan?” Kenapa mereka harus menantikan itu? James Montgomery Boice berkata seperti ini, “Sebabnya adalah mereka butuh kuasa, kuasa penyertaan dari Tuhan di dalam pelayanan mereka.” Kalau mereka tidak mendapatkan kuasa itu, penyertaan itu, maka yang terjadi adalah kata-kata mereka sama sekali tidak akan didengarkan oleh orang-orang yang mereka layani atau yang mereka beritakan Injil Tuhan. Bapak, Ibu mungkin bisa ingat kalau kita baca di dalam Kisah 2:13 dikatakan, “Tetapi orang lain menyindir: “Mereka sedang mabuk oleh anggur manis. “”

Jadi pada waktu orang-orang melihat pelayanan dari Rasul Petrus dan rasul-rasul lain termasuk Rasul Paulus juga, kemungkinan terbesar adalah pada waktu mereka mendengarkan berita Injil, mereka akan melihat itu sebagai suatu kebodohan, mereka akan melihat apa yang disampaikan adalah sesuatu yang mustahil, sesuatu yang mengakibatkan kekacauan di tengah-tengah situasi atau masyarakat atau budaya yang sudah established di tengah-tengah mereka. Itu sebabnya kalau kita baca Kisah Rasul dan seterusnya, kita menemukan banyak sekali penolakan-penolakan yang diakibatkan baik dari pemerintahan sampai kepada orang-orang yang menganut pengajaran lain atau pengusaha dan orang-orang biasa yang ada di sekitar mereka ketika mereka mendengarkan berita Injil itu. Sehingga James Boice mengatakan, “Kalau andaikata kuasa Tuhan tidak menyertai mereka, kalau andaikata mereka tidak menerima baptisan Roh Kudus pada waktu itu dan menantikan Tuhan memberikan baptisan itu, maka yang terjadi adalah mereka akan membuat masalah lebih besar atau mereka akan dianggap sebagai pengacau-pengacau yang meresikokan nyawa mereka secara lebih hebat lagi. Karena yang terjadi pasti penolakan. Tetapi karena ada penyertaan dari kuasa Tuhan itu maka ada orang-orang walau ia menolak, tapi juga ada orang-orang yang dibungkamkan, ada orang-orang yang dibawa dalam iman kepada Kristus untuk menerima Kristus sebagai Tuhan dan juruselamat mereka.”

Jadi intinya adalah ketika kita melayani, pelayanan kita atau keberhasilan kita di dalam memberitakan Injil Tuhan atau menjadi saksi Kristus itu tidak pernah terlepas dari kuasa Tuhan, penyertaan Tuhan, bukan sesuatu yang karena kita mampu usahakan, talenta kita, kecerdasan kita, keterampilan kita di dalam memberitakan Injil, tetapi karena Tuhan menyertai, karena ada orang-orang pilihan Tuhan yang sudah Tuhan persiapkan untuk mendengar Injil dan dimunculkan ketika Injil itu didengar oleh telinga mereka. Itu yang membuat orang bisa percaya dan itu yang membuat orang-orang mungkin yang bisa ditahankan oleh kuasa Tuhan untuk tidak mengakibatkan kerusakan atau kekacauan yang lebih besar.

Nah saya percaya ini ada benarnya, atau bukan ada benarnya tetapi ini adalah sesuatu yang benar. Gereja Tuhan ketika Tuhan tempatkan di dalam dunia ini memiliki fungsi untuk menjadi terang dan garam di tengah-tengah dunia ini. Kalau kita perhatikan terang dan garam itu bicara tentang apa? Yaitu memberikan suatu pengaruh kepada dunia ini, atau menjadi satu saksi, ada yang membagi itu menjadi 2 pengertian: terang berarti orang Kristen harus menjadi pemberita kebenaran, orang Kristen seharusnya menjadi pemberita Injil untuk menahan kejahatan yang ada di dalam dunia ini. Yang kedua adalah orang Kristen ketika dimengerti sebagai garam itu orang Kristen harus memiliki suatu perilaku, perbuatan yang sesuai dengan kebenaran yang ia beritakan.

Jadi pada waktu gereja Tuhan tempatkan dalam dunia ini, atau orang Kristen ada di dalam dunia ini, mereka memiliki 2 fungsi ini yaitu melalui perkataan mereka membawa orang masuk ke dalam kebenaran, khususnya kebenaran Injil, lalu melalui perbuatan mereka yang berbeda dari dunia mereka menahan kejahatan yang ada di dunia ini. Itu berarti kalau kita mengerti berdasarkan Injil Yohanes, dunia ini yang dipahami sebagai bukan ciptaan tetapi dunia yang merupakan keberadaan dari orang-orang yang jahat, kuasa iblis yang jahat, dan orang Kristen ada di tengah-tengah dunia, maka satu-satunya harapan bagi dunia ini untuk tetapi bisa berjalan dalam keadaan yang baik itu adalah keberadaan dari orang Kristen. Atau orang Kristen bisa dikatakan sebagai hati nurani dari orang dunia saat ini. Tapi kalau hati nuraninya mati, orang Kristen tidak bersuara, tidak melakukan suatu peran tertentu di dalam dunia ini, apa yang akan terjadi? Saya percaya dunia akan makin jahat. Dan saya percaya juga Tuhan akan berkata nggak perlu lagi orang Kristen dan atau kalau Tuhan itu tetap baik dan tetap ingin punya suatu rencana dan karena kasih setia-Nya semata maka Tuhan akan mendatangkan penganiayaan ke dalam gereja supaya gereja tersadar, supaya gereja tercelikkan matanya kembali akan fungsinya di tengah-tengah dunia ini, akan kebergantungannya dan imannya kepada Tuhan Allah yang sejati di dalam Yesus Kristus.

Saudara bisa perhatikan itu di dalam Kitab Hakim-Hakim. Hakim-Hakim adalah satu kitab di mana orang-orang Israel atau umat Allah itu tidak memiliki raja di situ. Lalu mereka ketika berjalan, mereka berjalan akhirnya makin lama makin menyimpang, mereka menjadi sama seperti orang-orang yang ada di sekitar mereka. Lalu ketika mereka menjadi sama seperti orang-orang di sekitar mereka karena janji Tuhan semata atau kasih setia Tuhan semata kepada Abraham maka Tuhan mengutus orang-orang Filistin atau bangsa-bangsa lain untuk datang dan menindas orang-orang Israel, menganiaya mereka. Supaya apa? Mereka kemudian tersadar kalau mereka ada Allah dan mereka harus beribadah hanya kepada Allah Abraham, Ishak, dan Yakub, dan itu membuat mereka berteriak kepada Allah kembali, lalu Tuhan mengutus hakim untuk membebaskan mereka dari penganiayaan itu. Lalu dari situ mereka baru bisa menjalani kehidupan dengan normal, dengan baik tanpa ada penindasan lagi dari bangsa-bangsa lain. Tetapi tujuannya semua adalah saya percaya untuk menyatakan kalau ada raja di tengah-tengah mereka. Tuhan sendiri yang memerintah mereka dan memimpin kehidupan mereka. Jadi peran dari orang Kristen harusnya menyatakan hal ini, menjadi penahan dari kejahatan itu atau dosa yang ada di dalam dunia ini.

Tetapi semua peran itu kita tidak boleh pikir bahwa itu adalah semata karena kekuatan kita sendiri untuk bisa menjalankan itu. Semua itu adalah bersumber dari kuasa Tuhan, penyertaan Tuhan di dalam kesaksian yang diberikan oleh gereja. Nah untuk itu kita perlu penyertaan dari Roh Kudus yang menolong kita, memimpin kita, memberikan kuasa untuk menjalankan saksi di tengah-tengah dunia ini. Dan tanpa itu saya yakin yang terjadi adalah orang dunia akan makin menekan, makin menindas, makin membuat orang Kristen tidak memiliki suatu kekuatan atau suatu pengaruh dan bahkan mungkin tidak ada lagi di dalam dunia ini. Saya percaya ini adalah satu hal yang kita perlu gumulkan baik-baik sebagai orang yang percaya kepada Tuhan ya. Nah untuk itu penantian akan baptisan Roh Kudus itu menjadi hal yang penting.

Pada waktu kita berbicara mengenai baptisan Roh Kudus, ada satu hal yang saya ingin juga tekankan terlebih dahulu. James Boice berkata pada waktu kita baca Kisah pasal 2 ini, sebenarnya penekanannya itu pada apa? Poin apa? Banyak orang Kristen ketika baca Kisah 2, penekanan atau fokusnya langsung kepada satu kalimat yaitu ‘berbicara bahasa lidah.’ Itu yang menjadi fokus. Tetapi James Boice berkata nggak, yang jadi fokus itu bukan kepada bahasa lidahnya tetapi pada 2 peristiwa sebelum berbicara bahasa lidah itu yaitu adanya angin, “Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing.” Itu yang menjadi fokus penekanan, bukan pada bicara bahasa lidahnya. Atau istilah lainnya adalah pada apa yang Tuhan perbuat atau memberikan Roh Kudus-Nya, baptisan Roh Kudus itu kepada jemaat yang hadir pada waktu itu, itu yang menjadi fokus utamanya, bukan kepada akibat atau bukan pada karunia yang menyertai kemudian setelah Tuhan membaptis orang-orang itu dengan Roh Kudus. Walaupun itu menjadi unsur yang penting juga di dalam pelayanan nantinya kita akan bahas seperti itu. Tetapi poin penting pertama adalah yang harus diperhatikan, apa yang terjadi pada hari Pentakosta itu merupakan satu penggenapan yang Allah berikan kepada murid-murid-Nya bahwa Dia akan pergi ke surga, lalu setelah Dia tiba di surga Dia akan membaptis murid-murid-Nya dengan Roh Kudus. Karena itu penekanan kita, menurut Boice, harus kepada baptisan Roh Kudusnya bukan kepada karunia yang menyertai baptisan itu.

Tetapi gereja, kebanyakan orang Kristen sekarang lebih fokus kepada karunianya dan mengidentikkan karunia itu dengan baptisan Roh Kudus. Jadi ketika seseorang menerima baptisan Roh Kudus, maka dia langsung katakan orang itu akan menyatakan atau memanifestasikan sesuatu yang merupakan perkataan bahasa lidah yang dia munculkan. Jadi kalau dia tidak berbicara bahasa lidah, maka itu berarti orang itu belum mengalami tanda baptisan Roh Kudus dalam hidup dia, dan itu berarti dia belum tentu diselamatkan.

Tapi hari ini kita akan lihat apa itu baptisan Roh Kudus adakah satu ciri atau tanda yang manifestasi yang berupa mungkin suatu pengalaman spiritual yang berupa bahasa roh itu atau bahasa lidah itu muncul dari orang-orang yang mengalami baptisan Roh Kudus itu. Nah saya lihat kalau kita perhatikan baik-baik maka kita bisa mengerti kalau sebenarnya baptisan Roh Kudus itu tidak menunjukkan adanya satu manifestasi tertentu atau suatu pengalaman spiritual tertentu di dalam kehidupan atau pengalaman rohani yang diwujudkan dalam berbicara bahasa roh dalam hidup kita. Bahkan bisa dikatakan kalau orang menerima baptisan Roh Kudus sebenarnya dia tidak mengalami adanya satu tanda-tanda supranatural tertentu di dalam hidup dia, atau bahkan dia nggak sadar kalau dia sudah dibaptis dengan Roh Kudus, dan kenapa bisa bicara seperti itu. Lalu yang kedua, apakah baptisan Roh Kudus itu adalah sesuatu yang merupakan jawaban Tuhan terhadap doa permohonan dari orang percaya? Atau Pentakosta merupakan doa permohonan dari para murid sehingga membuat ketika kita hidup dalam dunia ini kita bisa mengulangi peristiwa Pentakosta melalui doa yang kita naikkan kepada Tuhan dan memohon Tuhan mencurahkan Roh Kudus-Nya bagi diri kita? Saya akan bahas yang ke-2 ini terlebih dahulu.

Pada waktu kita berbicara mengenai Pentakosta, maka Pentakosta sebenarnya sendiri merujuk kepada hari raya yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi. Kalau Bapak, Ibu peratikan misalnya di dalam Imamat 23, di situ ada dicantumkan beberapa hari raya yang harus dijalankan oleh orang-orang Yahudi. Pertama adalah hari raya yang dikatakan sebagai hari raya Roti Tidak Beragi atau hari raya Yom Kippur. Itu adalah 2 hal yang bisa silih berganti digunakan karena pada waktu orang Yahudi masuk ke dalam awal bulan 14 Nisan mereka harus mengorbankan seekor domba di Bait Allah, Yom Kippur di situ atau hari raya Paskah, dan hari berikutnya mereka harus menyantap roti yang tak beragi selama 7 hari. Ini membuat orang-orang Yahudi umumnya akan menggunakan 2 hari raya yang berbeda ini dengan secara silih berganti untuk menyatakan hari raya yang sama karena 2 hari raya itu adalah 2 hari raya yang dijalankan secara berdampingan. Makanya kalau Saudara baca di dalam Injil, kadang-kadang disebut hari raya Roti Tidak Beragi, kadang-kadang disebut hari raya Paskah pada waktu itu. Dan itu adalah merujuk pada peristiwa yang sama.

Dan ini dikatakan dalam Imamat 23 setelah peristiwa hari raya Roti Tidak Beragi itu, maka mereka kemudian esok harinya setelah hari raya itu, mereka atau hari yang ke-3 mereka harus membawa suatu persembahan sulung kepada Tuhan dan persembahan itu juga mengandung roti yang tidak beragi yang dipersembahkan bagi Tuhan. Lalu setelah peristiwa itu mereka harus menghitung 50 hari kemudian, dan setelah 50 hari kemudian mereka harus membawa persembahan kepada Tuhan berupa persembahan dari roti yang beragi kepada Tuhan. Kita buka saja Imamat 23:4, “Inilah hari-hari raya yang ditetapkan TUHAN, hari-hari pertemuan kudus, yang harus kamu maklumkan masing-masing pada waktunya yang tetap. Dalam bulan yang pertama, pada tanggal empat belas bulan itu, pada waktu senja, ada Paskah bagi TUHAN. Dan pada hari yang kelima belas bulan itu,” yaitu 1 hari setelah dari hari Paskah tanggal 14 itu, “ada hari raya Roti Tidak Beragi bagi TUHAN; tujuh hari lamanya kamu harus makan roti yang tidak beragi.” Ini yang tadi saya katakan kadang kalau kita baca Kitab Injil, kadang di situ disebut hari raya Paskah, kadang disebut hari raya Roti Tidak Beragi, salah satu dari istilah itu sedang merujuk kepada 2 pengertian ini ya. Kalau mau spesifik kita bisa bilang hari raya Paskah itu 14 Nisan, hari raya Roti Tidak Beragi itu adalah dari 15 Nisan sampai 7 hari kemudian, kalau itu secara spesifik. Kalau secara umum, salah satu nama dari hari raya itu bisa digunakan di situ.

Lalu kita teruskan sedikit ya ayat ke-7, “Pada hari yang pertama kamu harus mengadakan pertemuan kudus, janganlah kamu melakukan sesuatu pekerjaan berat. Kamu harus mempersembahkan korban api-apian kepada TUHAN tujuh hari lamanya; pada hari yang ketujuh haruslah ada pertemuan kudus, janganlah kamu melakukan sesuatu pekerjaan berat.” TUHAN berfirman kepada Musa: “Berbicaralah kepada orang Israel dan katakan kepada mereka: Apabila kamu sampai ke negeri yang akan Kuberikan kepadamu, dan kamu menuai hasilnya, maka kamu harus membawa seberkas hasil pertama dari penuaianmu kepada imam, dan imam itu haruslah mengunjukkan berkas itu di hadapan TUHAN, supaya TUHAN berkenan akan kamu. Imam harus mengunjukkannya pada hari sesudah sabat itu. Pada hari kamu mengunjukkan berkas itu kamu harus mempersembahkan seekor domba berumur setahun yang tidak bercela, sebagai korban bakaran bagi TUHAN, serta dengan korban sajiannya dari dua persepuluh efa tepung yang terbaik, diolah dengan minyak, sebagai korban api-apian bagi TUHAN yakni bau yang menyenangkan, serta dengan korban curahannya dari seperempat hin anggur. Sampai pada hari itu juga janganlah kamu makan roti, atau bertih gandum atau gandum baru, sampai kamu telah membawa persembahan Allahmu; itulah suatu ketetapan untuk selama-lamanya bagi kamu turun-temurun di segala tempat kediamanmu.”

Nah Saudara perhatikan ya, pertama adalah hari raya Paskah, lalu ke-2 hari raya Roti Tidak Beragi, lalu yang ke-3 adalah hari di mana mereka harus membawa seberkas hasil pertama dari penuaianmu kepada Tuhan. Dan kapan ini dilakukan? Yaitu setelah hari Sabat. Jadi kalau kita mau urutkan berdasarkan hari, hari raya Paskah terjadi hari apa? Jumat. Esoknya Sabat, Sabtu, mereka harus makan roti tidak beragi dimulai dari malam hari Paskah itu. Lalu setelah itu hari setelah Sabat mereka harus membawa persembahan hasil pertama penuaianmu untuk dipersembahkan kepada Tuhan. Itu hari ke berapa? Hari ke-3. Jadi tolong diingat ini baik-baik pada waktu hari Jumat Paskah sampai pada waktu hari ke-3 ini bicara berkenaan dengan ini ya, lalu kita lanjutkan dulu nanti saya jelaskan ya.

Kemudian kita lompat ke ayat 15, “Kemudian kamu harus menghitung, mulai dari hari sesudah sabat itu, yaitu waktu kamu membawa berkas persembahan unjukan, harus ada genap tujuh minggu, sampai pada hari sesudah sabat yang ketujuh kamu harus hitung lima puluh hari; lalu kamu harus mempersembahkan korban sajian yang baru kepada TUHAN. Dari tempat kediamanmu kamu harus membawa dua buah roti unjukan yang harus dibuat dari dua persepuluh efa tepung yang terbaik dan yang dibakar sesudah dicampur dengan ragi sebagai hulu hasil bagi TUHAN.” Nah setelah hari Sabat itu mereka harus hitung 50 hari kemudian, lalu setelah 50 hari kemudian mereka harus membawa korban sajian kepada Tuhan, dan di dalam korban sajian kepada Tuhan itu atau di tempat kediaman mereka pada waktu mereka menjalankan 50 hari kemudian atau perayaan 50 hari kemudian itu mereka harus membawa dua roti yang ada raginya bersama-sama dengan mereka.

Nah, Saudara ini berbicara berkenaan dengan mengenai apa? Kalau Saudara bandingkan dengan kitab yang lain atau misalnya Kitab Keluaran ataupun Kitab Bilangan, Saudara akan melihat kalau apa yang dikatakan oleh Tuhan melalui Musa di dalam Imamat 23 ini itu berbicara mengenai pertama Hari Paskah, kedua Perayaan Roti Tidak Beragi, ketiga hari Persembahan Sulung itu, lalu yang keempat adalah bicara berkenaan dengan hari raya Pentakosta, yaitu 50 hari kemudian. Nah semua ini bicara tentang apa sih? Kalau kita bandingkan dengan Perjanjian Baru, maka hari raya yang dijalankan oleh orang-orang Yahudi itu bukan sekedar hanya hari raya, hari besar. Tetapi dibalik hari raya itu bukan hanya hari liburan ya, merujuk kepada peristiwa penggenapan janji keselamatan yang Tuhan akan kerjakan bagi umat-Nya atau manusia yang berdosa.

Pada waktu Israel setiap tahun menjalankan persembahan korban domba di hari raya Paskah, maka di dalam Ibrani itu merujuk kepada kematian Kristus yang akan dikorbankan bagi Tuhan. Tapi, Saudara juga bisa misalnya buka 1 Korintus 5. Di dalam 1 Korintus 5:7 kita akan menemukan prinsip yang sama, “Buanglah ragi yang lama itu, supaya kamu menjadi adonan yang baru, sebab kamu memang tidak beragi. Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus.” Jadi pada waktu orang Yahudi menjalankan hari raya Paskah 14 Nisan, Tuhan mau memberitahu suatu hari nanti akan ada domba Paskah yang sesungguhnya yang akan dikorbankan untuk menebus dosa manusia. Nah siapa itu? Kalau dari 1 Korintus 5:7 kita tahu Dia adalah Kristus, domba Paskah itu. Kalau kita lihat dari Injil Yohanes pasal 1, kita melihat Yohanes merujuk pada Yesus, Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia. Jadi, tiap kali Perayaan Paskah, ingat itu adalah gambaran mengenai Kristus yang akan mati bagi dosa manusia.

Lalu pada waktu Paskah itu dijalankan, boleh ada ragi nggak di tengah-tengah orang Israel? Jawabannya: tidak. Lalu ragi itu konotasinya merujuk kepada apa? Alkitab berkata ragi itu identik dengan dosa. Jadi pada waktu orang Israel menjalankan Paskah, mereka sama sekali harus membuang ragi yang berarti mereka diingatkan bahwa persembahan itu tidak boleh ada celanya sama sekali, tidak boleh ada dosanya sama sekali. Nah ini merujuk kepada anak Domba Paskah yaitu Kristus yang dipersembahkan kepada Tuhan. Di dalam Injil kita temukan memang Dia adalah Anak Domba yang sempurna, yang tidak ada dosa, tidak ada cacat celanya sama sekali di hadapan Tuhan. Makanya Tuhan berkata ketika Dia misalnya memulai pelayanan-Nya dikatakan, “Dia adalah Anak-Ku yang Ku kasihi.” Pada waktu Dia transfigurasi di atas gunung dikatakan, “Inilah Anak-Ku yang Ku kasihi. Dengarkanlah Dia.” Pada waktu para rasul berbicara berkenaan dengan Yesus Kristus, baik Petrus berkata, “Dia tidak ada celanya,” baik Paulus berbicara bahwa Dia tidak ada dosanya sama sekali, penulis Ibrani juga berbicara seperti itu. Jadi pada waktu Yesus dikorbankan, Dia betul-betul seperti Anak Domba Paskah yang tidak bercela, yang tidak berdosa, yang dipersembahkan kepada Tuhan Allah.

Lalu waktu bicara berkenaan dengan membawa hasil pertama, berkas pertama dari penuaian kepada imam setelah hari Sabat bicara berkenaan dengan apa? Berbicara mengenai Yesus adalah yang sulung bangkit dari kematian. Yesus yang sulung bangkit dari kematian. Saudara bisa buka dari 1 Korintus 15:20, “Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah bangkit dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal.” Dan kita lihat dari Injil yaitu terjadi pada hari yang ketiga dari Dia dikorbankan.

Lalu setelah itu kemudian Musa berbicara berkenaan mengenai hari yang ke-50. Hari ke-50 ini adalah Hari Penta, “penta” itu bicara berkenaan lima ya, hari yang ke-50 Pentakosta. Nah itu yang terjadi pada waktu orang-orang yang merupakan murid Kristus sebelas rasul itu dan juga ditambah dengan yang lainnya, murid-murid yang lain, sehingga ada 120 orang yang berkumpul di ruang atas itu, maka mereka sedang menantikan apa? Ada yang berkata seperti ini, mereka sebenarnya nggak ada kepikiran sama sekali kalau hari itu akan terjadi pembaptisan Roh Kudus. Yang ada di dalam pikiran mereka adalah mereka datang seperti biasanya orang-orang Yahudi yang lain untuk berkumpul bersama merayakan hari Pentakosta. Dan pada waktu mereka merayakan hari Pentakosta itu, di situlah terjadi dicurahkannya Roh Kudus atas mereka.

Karena itu pertanyaannya adalah, pencurahan Roh Kudus itu apakah karena mereka berdoa meminta Tuhan memberikan Roh Kudus hari itu dan mereka tahu pasti bahwa itu akan terjadi atau mereka sebenarnya sedang menjalankan hari raya biasa yang diperintahkan Tuhan melalui Musa tetapi Tuhan sedang menggenapkan janji-Nya kepada umat-Nya atau kepada murid-murid-Nya pada hari itu? Nah dari sini kita bisa lihat sebenarnya orang ini mau mengatakan atau penafsir ini mau mengatakan seperti ini, pada waktu kita berbicara berkenaan dengan Kisah Rasul, ingat baik-baik penulis yang Lukas itu sedang mempresentasikan sesuatu peristiwa yang terjadi di dalam sejarah keselamatan manusia. Dan waktu berbicara berkenaan dengan sejarah keselamatan manusia, maka semua itu adalah hal yang Tuhan kerjakan bagi manusia. Dimulai dari misalnya Adam jatuh dalam dosa, lalu Tuhan memberikan janji Mesias kepada Hawa disitu yang lahir dari seorang perempuan tanpa ada suami, terus sampai akhirnya Mesias lahir dalam dunia ini, lalu Dia mati di atas kayu salib hari ketiga bangkit dari kematian, lalu 40 hari kemudian naik ke sorga, dan 50 hari kemudian atau 10 hari kemudian setelah kenaikan Dia ke sorga Tuhan mencurahkan Roh Kudus. Semua itu berbicara mengenai sejarah keselamatan yang Tuhan kerjakan bagi umat-Nya yang sudah Tuhan janjikan di dalam Perjanjian Lama.

Atau istilah lainnya adalah seperti halnya orang-orang Yahudi memang menantikan Mesias lahir tetapi mereka tidak pernah tahu kapan Dia akan lahir dan pada waktu Mesias itu lahir dalam dunia ini, tidak ada seorangpun dari orang Yahudi atau para imam yang mengetahui Dia lahir dalam dunia ini dan menyambut diri Dia, tetapi Mesias itu tetap lahir di dalam dunia ini. Maksudnya adalah ketika Tuhan menggenapi rencana-Nya, Tuhan tidak perlu persetujuan manusia. Tetapi kalau Tuhan sudah berjanji untuk menjalankan itu, maka rencana Tuhan itu pasti akan tergenapi seperti yang Tuhan kehendaki. Dan pada waktu kita berbicara berkenaan hari raya Paskah dan pada waktu hari raya Paskah itu dikaitkan dengan kematian Kristus di atas kayu salib, itu berarti saat itu Tuhan sudah mulai menggenapi apa yang Tuhan janjikan melalui tipologi yang dinyatakan di dalam hari raya Paskah yang diperingati oleh orang-orang Yahudi di dalam Perjanjian Lama sampai pada jaman Yesus Kristus. Dan kalau itu sudah dimulai berarti sejarah keselamatan melalui penebusan Kristus itu tidak akan mundur lagi dan terus berjalan dari kematian, hari ketiga bangkit dari kematian, hari ke-50 itu adalah Hari Pentakosta, itu Roh Kudus dicurahkan.

Jadi dari sini ia kemudian berkata, sebenarnya hari Pentakosta itu adalah suatu hari penggenapan dari janji Tuhan yang tidak mungkin diulang untuk dua kalinya ataupun tiga kalinya karena itu adalah suatu rujukan berkenaan dengan sejarah keselamatan yang Tuhan lakukan di dalam hidup manusia yang berdosa ini. Jadi pada waktu murid-murid menerima Pentakosta, kita tidak boleh lagi setelah hari kebangkitan Kristus kita hitung 50 hari kemudian kita berdoa kuasa bahkan mungkin minta Tuhan mencurahkan Roh Kudus-Nya lagi bagi diri kita atau membaptis kita dengan Roh Kudus seperti halnya yang terjadi di hari Pentakosta. Kalau Bapak, Ibu masih ingat saya pernah bicara Kisah Rasul itu, pasal 1 dan pasal 2 itu merupakan satu transisi yang terjadi dari Perjanjian Lama menuju kepada masa Perjanjian Baru dan itu adalah suatu masa yang berarti merupakan suatu peristiwa yang tidak mungkin terulang seperti halnya Kristus tidak mungkin mati dua atau tiga kali dan seterusnya. Begitu ya. Jadi itu yang bicara berkenaan dengan Hari Pentakosta.

Lalu pada Hari Pentakosta ini apa yang terjadi? Alkitab mencatat pada waktu itu ketika murid sedang berkumpul di situ maka, “Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing.” Nah angin dan api ini berbicara berkenaan dengan apa? Nah kalau kita lihat dari James Boice punya tafsiran, dia agak alegori, waktu bicara mengenai angin, dia menarik angin itu seperti halnya ruach, nafas yang ada di dalam Perjanjian Lama, pneuma yang ada di dalam Perjanjian Baru. Walaupun bahasa asli Yunani yang digunakan di sini angin itu bukan pneuma bener-bener ya, tapi dia melihat karena ini bicara berkenaan dengan angin maka, angin itu merujuk kepada ruach atau nafas, dan nafas ini berbicara berkenaan dengan apa? Berbicara dengan peristiwa seperti ketika Tuhan mencipta manusia pertama.

Jadi pada waktu Allah membentuk Adam dan Hawa, Allah membuat mereka dari tanah, debu tanah membentuk mereka lalu setelah itu menghembuskan nafas hidup kepada mereka dan mereka menjadi makhluk yang hidup. Nah maksudnya bagaimana dengan peristiwa Pentakosta dengan simbol dari angin ini? James Boice berkata seperti halnya manusia pertama yang dicipta oleh Tuhan itu, dihembuskan nafas hidup kepada mereka baru mereka mengalami kehidupan, maka pada peristiwa Pentakosta ini bukan sekedar angin biasa karena di sini dikatakan pada waktu itu turun dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras. Kalau bicara ‘seperti’ tiupan angin keras, berarti bukan angin. Mungkin dalam ruangan ini kita bisa dengar hembusan angin yang kuat, tetapi di luar daun tetap tenang, nggak ada yang goyang sama sekali, karena seperti hembusan tiupan angin yang keras. Dan kalau ini bicara ‘seperti’ dan ada kalimat ‘turun dari langit’ maka James Boice berkata peristiwa itu adalah peristiwa supranatural. Ini adalah satu peristiwa yang tangan Tuhan bekerja untuk memberikan hembusan itu. Nah hembusan itu bukan seperti angin, tapi hembusan Roh Kudus bagi murid-murid-Nya yang memberikan kalau manusia yang pertama memberikan hidup kepada mereka, maka di dalam peristiwa Pentakosta manusia diberikan suatu hidup yang baru atau kelahiran baru melalui peristiwa hembusan angin itu pada diri mereka. Tapi, Saudara ya mungkin agak alegori sedikit ya, tapi paling tidak peristiwa pada Hari Pentakosta dengan hembusan angin yang kuat itu mau menunjukkan ini bukan pekerjaan manusia tetapi ini merupakan pekerjaan dari tangan Tuhan sendiri untuk menggenapi janji yang Dia berikan kepada murid-murid-Nya untuk tinggal di Yerusalem sampai hari di mana Tuhan memberikan baptisan Roh Kudus kepada mereka.

Lalu pada waktu angin itu berhembus, angin itu berhembus di mana? Nah ini juga menjadi suatu sorotan, dikatakan angin itu ‘memenuhi seluruh ruangan itu.’ Kalau angin memenuhi seluruh ruangan artinya seluruh orang percaya yang ada di dalam ruangan itu, itu diliputi atau ada yang pakai istilah dicelupkan ya, dicelupkan di dalam peristiwa baptisan dari Roh Kudus itu. Mereka ada di tengah-tengah atau hembusan angin itu mengitari keseluruhan dari orang-orang 120 yang ada di dalam ruangan itu atau membungkus mereka, seperti itu ya, atau meliputi mereka yang 120 orang itu.

Pertanyaannya adalah kapan murid-murid itu dibaptis dengan Roh Kudus? Dimulai dari hembusan angin yang menyelubungi mereka semua atau dimulai pada waktu peristiwa Roh Kudus itu hinggap pada diri orang itu masing-masing? Kapan? Nah disini ada penafsir yang berkata, dimulai dari hembusan angin itu. Jadi pada waktu orang percaya ada di tengah-tengah atau hembusan angin itu meliputi mereka semua, itu hembusan dari Tuhan yang meliputi mereka semua, maka di situlah mereka menerima baptisan Roh Kudus. Dan pada waktu mereka menerima baptisan Roh Kudus, mereka ngapain? Mereka mengalami apa? Jawabannya mereka nggak mengalami apa-apa. Tapi mereka yang ada di dalam ruangan itu semuanya dipersatukan oleh Roh Kudus itu.

Nah ini membuat kemudian ada yang berkata pada peristiwa baptisan Roh Kudus sebenarnya tidak perlu ada satu ciri atau tanda supranatural yang menyertai baptisan itu. Ini adalah suatu peristiwa yang merupakan status, statusnya adalah pada waktu mereka menerima baptisan Roh Kudus, ya sudah mereka sudah menerima baptisan Roh Kudus. Mereka merasakan sesuatu yang berbeda tidak? Tidak. Mereka tetap sama tapi Roh Kudus sudah membaptis diri mereka untuk menjadi satu. Satu dengan apa? Satu dengan Tubuh Kristus, satu dengan Tuhan, seperti yang dicatat di dalam 1 Korintus 12:13, “Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh.”

Jadi pada waktu Roh Kudus diberikan, baik orang Yahudi maupun orang bukan Yahudi, baik budak maupun orang yang merdeka sudah dibaptis menjadi satu tubuh dalam satu Roh, dari satu Roh ya, minum dari satu Roh, dan itu ditandai dengan mereka ada di dalam satu rumah yang dipenuhi dengan hembusan angin atau dipenuhi dengan Roh Kudus itu. 1 Korintus 12:13 itu adalah satu ayat yang menyatakan kalau orang ketika percaya kepada Kristus, maka peristiwa yang terjadi pada diri dia itu adalah peristiwa baptisan Roh Kudus juga pada waktu yang bersamaan ya. Jadi percaya dia menerima Roh Kudus dalam hidup dia dan mempersatukan dia di dalam satu tubuh yaitu tubuh Kristus bersama dengan orang percaya yang lain. Nah, Saudara ini bicara mengenai angin itu.

Tapi kalau bicara berkenaan dengan angin saja, mungkin ada orang yang komplain seperti ini, “Ya. Tapi kan kalau angin itu okelah memenuhi seluruh ruangannya, tapi jaminannya apa kita sudah menerima Roh Kudus? Nggak ada kan? Angin itu cuma memenuhi semuanya, kita ada di dalam tengah-tengahnya. Tapi apa itu berarti kita menerima Roh Kudus secara pribadi? Nggak ada jaminan itu.” Nah itu sebabnya butuh peristiwa yang k-2. Peristiwa yang ke-2 itu apa? Yaitu nyala api atau lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran yang kemudian hinggap pada masing-masing dari mereka. Nah ini menunjukkan bahwa baptisan itu bukan hanya sesuatu yang terjadi secara keseluruhan itu tetapi juga kepada pribadi-pribadi dari orang-orang yang merupakan murid-murid Tuhan yang hadir pada waktu itu. Nah kenapa harus pakai nyala api? Nah ini juga menarik. Boice berkata, “Nyala api itu merupakan simbolisme dari Tuhan.” Kalau Saudara perhatikan misalnya di dalam peristiwa Kejadian 15:17 pada waktu Abraham menerima janji Tuhan, Tuhan memerintahkan Abraham untuk memotong binatang, membelahnya jadi 2, lalu setelah itu dia tertidur, malam hari, dan ketika dia tertidur, dia melihat ada obor api yang melintasi tengah-tengah binatang itu. Siapa itu? Yaitu Tuhan Allah sendiri yang mengikat perjanjian. Jadi ada api yang berjalan di tengah-tengah itu. Lalu kalau Saudara perhatikan juga di Gunung Sinai, Tuhan menyatakan diri dengan api kan, di tengah-tengah Gunung Sinai.

Jadi bagi Boice, ketika nyala api itu hinggap pada masing-masing orang, itu menyatakan ada Tuhan yang hinggap pada diri orang itu. Nah kalau kita lihat dari Surat Paulus, maka kita menemukan pada waktu hari Pentakosta, dan mulai sejak hari Pentakosta dan seterusnya, setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus, dia memiliki Roh Kudus di dalam diri dia, Allah yang tinggal di dalam diri dia, yang menjadikan tubuhnya itu adalah bait dari Roh Kudus. Itu terjadi dimulai dari hari apa? Pentakosta. Tuhan mulai bekerja bukan dari luar, tetapi dari dalam diri setiap orang yang percaya kepada Tuhan.

Tapi ada tafsiran yang lain berkata api nggak harus dimengerti itu simbolisme dari Tuhan, tetapi api itu adalah satu tanda kalau memang Roh Kudus hinggap pada diri orang masing-masing yang hadir di dalam ruangan itu, atau menjadi satu bukti memang mereka menerima Roh Kudus secara pribadi. Itu seperti halnya pada waktu Yesus Kristus dibaptis, dan menerima Roh Kudus. Maksudnya adalah kalau Saudara masih ingat peristiwa baptisan, Yesus setelah dibaptis Dia kemudian keluar dari air kan? Waktu Dia keluar dari air, Dia sedang berdoa, lalu Dia melihat langit terbuka lalu ada Roh seperti burung merpati yang turun atas Yesus dan hinggap di atas Yesus Kristus. Nah kalau kita baca dari Injil Yohanes pasal yang pertama kita melihat Yohanes berkata, “Inilah anak domba Allah. Aku tahu dari mana Dia adalah Anak Domba Allah yang dijanjikan oleh Tuhan? Karena aku melihat ada Roh seperti burung merpati yang turun atas Dia dan hinggap di atas Dia. Itu yang membuat saya tahu kalau Dia adalah Mesias itu.” Saudara boleh buka Injil Yohanes 1:32 dan seterusnya, “Dan Yohanes memberi kesaksian, katanya: “Aku telah melihat Roh turun dari langit seperti merpati, dan Ia tinggal di atas-Nya. Dan akupun tidak mengenal-Nya, tetapi Dia, yang mengutus aku untuk membaptis dengan air, telah berfirman kepadaku: Jikalau engkau melihat Roh itu turun ke atas seseorang dan tinggal di atas-Nya, Dialah itu yang akan membaptis dengan Roh Kudus. Dan aku telah melihat-Nya dan memberi kesaksian: Ia inilah Anak Allah.” Ini Saudara, api itu apa? Penafsir yang ke-2 berkata ya itu semacam tanda, bukti, yang membuktikan kalau para murid pada hari Pentakosta, juga menerima Roh Kudus secara pribadi masing-masing, melalui baptisan itu. Kalau ditanya, “Apa bukti kami sudah dibaptis secara Roh Kudus?” Ya ada lidah api seperti api itu yang hinggap pada diri kami. Itu jadi bukti.

Nah Saudara, mau lihat yang mana, saya pikir dua-duanya ada hal yang ini juga, ada hal yang baiknya yang kita bisa terima. Memang yang hinggap itu bukan sekedar api, bukan sekedar ciptaan, atau bukan sekedar angin, tetapi Dia adalah Allah Roh Kudus, yang membaptis kita, Yesus berkata Aku akan membaptis dengan Roh Kudus, di situ Roh Kudus yang turun atas kita, siapa Roh Kudus itu? Alkitab berkata Dia adalah pribadi ketiga dari Allah Tritunggal. Dia setara dengan Allah Bapa, setara dengan Allah Anak, yang tinggal pada diri kita masing-masing yang percaya kepada Kristus atau tinggal pada murid-murid yang hadir di hari Pentakosta itu ya. Itu adalah Roh Kudus itu.

Jadi, peristiwa Pentakosta itu mau berbicara berkenaan dengan Tuhan menggenapi janji-Nya bagi murid-murid kalau Dia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka untuk menyertai mereka di dalam pelayanan mereka. Tapi kalau kita perhatikan di dalam Perjanjian Baru setelah itu dari tulisan Paulus, Roma, dan seterusnya, kita tahu, setiap orang yang mengaku Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat mereka pasti sudah punya Roh Kristus atau Roh Kudus. Ndak ada orang yang bisa memanggil Yesus Tuhan tanpa memiliki Roh Kudus sebelumnya. Jadi, kalau mau bertanya, apakah orang Kristen masih butuh satu waktu menanti pembaptisan Roh Kudus secara pribadi setelah dia percaya kepada Kristus? Jawabannya tidak. Karena apa? Karena dia ketika mengaku Yesus Kristus adalah Tuhan, dia sudah langsung menerima Roh Kudus itu di dalam hidup dia yang membuat dia disatukan dengan orang-orang percaya yang lain baik itu Yahudi maupun orang-orang bukan Yahudi, seperti dalam 1 Korintus 12:13. Dan in membuat, kita tidak perlu lagi mengulangi peristiwa Pentakosta. Nah kenapa tidak? Tadi saya bilang, karena peristiwa Pentakosta itu adalah masa transisi. Dan setelah masa transisi lewat, kita tidak perlu lagi menggunakan prinsip itu untuk diterapkan di dalam gereja Tuhan saat ini karena setiap kita yang percaya sudah memiliki Roh Kudus dalam hidup kita.

Nah ada yang juga berkata seperti ini, kalau Bapak, Ibu baca, di dalam Kisah Rasul, di dalam tulisan Paulus, Petrus, dan yang lain-lain, ada nggak tulisan mereka yang memerintahkan kita untuk dibaptis oleh Roh Kudus? Ada tidak? Jawabannya tidak ada. Tetapi perintah yang ada adalah dipenuhi oleh Roh Kudus. Kita diminta untuk dipenuhi Roh Kudus, bukan diminta untuk dibaptis oleh Roh Kudus secara terus menerus. Nah itu yang membuat kemudian kita bisa melihat, kalau peristiwa baptisan Roh Kudus, itu berbeda dari peristiwa dipenuhi oleh Roh Kudus. Orang bisa dipenuhi oleh Roh Kudus kalau dia sudah memiliki Roh Kudus terlebih dahulu. Tanpa dia memiliki Roh Kudus, dia tidak mungkin dipenuhi oleh Roh Kudus. Dan yang penting dari kehidupan orang Kristen itu bukan mencari sensasi baptisan Roh Kudus dalam hidup dia, tetapi bagaimana hidup sebagai seorang yang dipenuhi oleh Roh Kudus. Itu yang penting.

Nah Saudara, kalau kita sudah bahas ya, misal di dalam Efeseus 5:18, ada kalimat Paulus yang berkata, “Janganlah kamu mabuk oleh anggur, tetapi hendaklah kamu dipenuhi oleh Roh Kudus.” Maksudnya apa ya? Kita sudah bahas, saya nggak akan bicara terlalu banyak lagi soal itu ya, tapi kalau Saudara bandingkan dengan Kolose 3:16 di situ kita tahu dipenuhi Roh Kudus itu bicara tentang seorang yang dipimpin, dikuasai oleh Roh Kudus yang ditandai dengan satu ketaatan kepada perintah Tuhan. Itu cirinya. Jadi kalau Saudara mau bicara, apa tanda seseorang dipenuhi oleh Roh Kudus? Saudara jangan merujuk kepada manifestasi karunia Roh, tetapi Saudara harus merujuk kepada apakah kehidupan dia ada di dalam ketaatan kepada firman atau tidak? Apakah kehidupan dia ada di dalam satu ordo atau tidak? Keteraturan atau tidak? Apakah di dalam hidup dia ada satu relasi yang baik antara sesama atau tidak? Apakah di dalam hidup dia ada suatu pujian atau tidak? Ucapan syukur atau tidak? Apakah di dalam hidup dia ada buah-buah Roh atau tidak? Itu namanya dipenuhi oleh Roh Kudus. Jadi kalau orang mau klaim saya bisa bicara bahasa lain berarti saya memiliki Roh Kudus, tetapi hidupnya tidak setia kepada pasangan, hidupnya tidak mencerminkan cinta kasih, hidupnya tidak peduli kepada ordo yang ada, itu hanya membuktikan kalau dia sebenarnya belum memiliki Roh Kudus.

Ada satu cerita menarik di zaman awal-awal terjadi heboh-hebohnya mengenai baptisan Roh Kudus itu yang ditandai dengan orang bicara bahasa lain katanya, lalu salah seorang mengklaim bahwa dia betul-betul semulanya tidak bisa bicara bahasa Mandarin, lalu setelah peristiwa itu dia bisa bicara bahasa Mandarin. Setelah peristiwa itu akhirnya mereka berpikir bahwa masih ada pengulangan peristiwa Pentakosta, dan cirinya orang menerima baptisan Roh Kudus adalah bisa berbicara bahasa lain. Kemudian mereka mengambil satu keputusan, kita kirim misionaris ke daerah-daerah suku-suku lain tanpa perlu belajar bahasa terlebih dahulu. Karena apa? Kita tinggal doa saja, minta kepada Tuhan, berikan Roh Kudus-Nya, lalu kemudian mereka pasti bisa bicara bahasa lain. Saudara tahu apa yang terjadi? Mereka pulang dengan malu karena ndak ada satu pun dari para misionaris yang diutus ke bangsa lain yang bisa berbicara bahasa itu melalui doa dan meminta Roh Kudus memimpin mereka. Itu membuat mereka kemudian kembali untuk mengerti ulang peristiwa ini.

Tapi sayangnya adalah pada waktu mereka kembali untuk mengerti peristiwa ini, mereka bukan kemudian menarik kesimpulan bahwa yang penting itu bukan karunia berbicara bahasa lidahnya, tapi mereka kemudian menarik kesimpulan, mungkin ada bahasa lain yang nggak harus bahasa manusia, tapi bahasa yang tidak dimengerti, bahasa yang seperti bahasa malaikat di dalam pembicaraan. Sampai hari ini peristiwa itu di mengerti. Tapi Saudara, saya yakin kalau kita mau setia kepada Alkitab maka kita akan berkata orang yang dipenuhi Roh Kudus itu adalah orang yang seperti Paulus tulis di dalam Efesus 5 dan seterusnya, yaitu orang-orang yang memiliki kesetiaan di dalam keluarga, ada ordo, baik itu di dalam keluarga, dengan masyarakat, dengan orang tua, dengan anak-anak, lalu ada relasi yang baik di antara mereka, ada buah-buah Roh di dalam kehidupan mereka, ada 9 buah itu ya. Saya pikir kita perlu hafal itu untuk menjadi satu penguji, apakah kita bertumbuh di dalam Roh atau tidak di dalam aspek itu.

Tapi kalau kita lihat di dalam Kisah Rasul, Saudara boleh bandingkan semua tulisan penuh Roh Kudus di dalam Kisah Rasul, maka Kisah Rasul merujuk orang yang dipenuji Roh Kudus itu adalah orang yang begitu berani bersaksi bagi nama Yesus. Kita buka beberapa ya, Kisah 4:8, ini pada waktu Petrus dan Yohanes menyembuhkan seorang lumpuh di bait Allah lalu kemudian mereka dipanggil, lalu kemudian ketika mereka dipanggil oleh Mahkamah Agama, mereka memberikan pertanggung-jawaban, ayat 8 ya, “Maka jawab Petrus, penuh dengan Roh Kudus: ”Hai pemimpin-pemimpin umat dan tua-tua, jika kami sekarang harus diperiksa karena suatu kebajikan kepada seorang sakit dan harus menerangkan dengan kuasa manakah orang itu disembuhkan, maka ketahuilah oleh kamu sekalian dan oleh seluruh umat Israel, bahwa dalam nama Yesus Kristus, orang Nazaret, yang telah kamu salibkan, tetapi yang telah dibangkitkan Allah dari antara orang mati – bahwa oleh karena Yesus itulah orang ini berdiri dengan sehat sekarang di depan kamu. Yesus adalah batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan – yaitu kamu sendiri –, namun ia telah menjadi batu penjuru.”

Lalu kalau Saudara lompat ke dalam ayat yang ke 19, “Tetapi Petrus dan Yohanes menjawab mereka: “Silakan kamu putuskan sendiri manakah yang benar di hadapan Allah: taat kepada kamu atau taat kepada Allah.”” Saudara boleh buka Kisah 6:5, “Usul itu diterima baik oleh seluruh jemaat, lalu mereka memilih Stefanus, seorang yang penuh iman dan Roh Kudus, dan Filipus, Prokhorus, Nikanor, Timon, Parmenas dan Nikolaus, seorang penganut agama Yahudi dari Antiokhia.” Ini bicara mengenai pilih 7 orang Diaken di dalam jemaat. Lalu Saudara boleh lompat Kisah 7:55 saya baca dari 54, Stefanus di hadapan Mahkamah Agama ya, “Ketika anggota-anggota Mahkamah Agama itu mendengar semuanya itu, sangat tertusuk hati mereka. Maka mereka menyambutnya dengan gertakan gigi. Tetapi Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah.” Lalu Bapak, Ibu, tahu berikutnya adalah dia dirajam mati ya. Kemudian Saudara boleh buka Kisah 9:17, ini peristiwa waktu Saulus buta karena Tuhan Yesus menampakkan diri bagi dia, lalu Tuhan mengutus Ananias untuk mendoakan Saulus, lalu Ananias pergi untuk menemui Saulus, lalu ayat 17, “Lalu pergilah Ananias ke situ dan masuk ke rumah itu. Ia menumpangkan tangannya ke atas Saulus, katanya: “Saulus, Saudaraku, Tuhan Yesus, yang telah menampakkan diri kepadamu di jalan yang engkau lalui, telah menyuruh aku kepadamu, supaya engkau dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh Kudus.””

Saudara masih bisa terusin sampai ayat-ayat yang lain bisa terus cari ya. Tapi dari apa yang saya mau tunjukkan ini, ciri dari orang yang dipenuhi oleh Roh Kudus di dalam Kisah Rasul itu selalu dikaitkan dengan keberanian untuk menyaksikan Injil. Ciri dari orang dipenuhi Roh Kudus itu ditunjukkan dengan keberanian untuk martir bagi Tuhan Yesus. Itu cirinya. Bukan hal-hal yang lain, karunia-karunia. Memang ada karunia itu, tetapi itu bukan sesuatu yang paling utama dan paling penting. Dan Saudara, atau mau, kalau mau dibalik sedikit, pernahkah berpikir, bagaimana kira-kira seorang yang dipenuhi Roh Kudus, dalam pengertian dia akan dikuasai dan dipimpin oleh Roh Kudus, kalau andai kata seorang memberi dirinya, rela, sepenuhnya, 100% dipimpin oleh Roh Kudus, dia akan jadi orang seperti apa? Saya yakin semua ciri yang tadi saya katakan, itu akan nampak di dalam hidup dia. Kita sering kali tidak menampakkan itu karena kita mengeraskan hati untuk lebih mengikuti kedagingan kita dan kemauan kita, bukan apa yang Roh Kudus kehendaki.

Sekali lagi ya, yang penting bukan baptisan Roh Kudusnya. Kenapa? Karena baptisan itu sudah terjadi bagi setiap orang percaya ketika dia percaya kepada Kristus. Tetapi yang penting adalah bagaimana kita hidup dipimpin dan dipenuhi oleh Roh Kudus, itu yang jauh lebih penting. Dan saya percaya semua orang percaya dipanggil untuk itu. Bukan hanya dipanggil tetapi diperintahkan untuk hidup dipenuhi oleh Roh Kudus. Kalau begitu, saya yakin gereja akan menjadi gereja yang efektif di dalam pelayanan dan di dalam memberi satu kesaksian bagi Tuhan. Kiranya Tuhan boleh berkati kita ya. Mari kita masuk dalam doa.

Bapa di Surga, kami bersyukur untuk kebenaran yang boleh kami dengarkan, kami berdoa bersyukur karena setiap anak-anak Tuhan adalah anak-anak yang telah Engkau karuniakan Roh Kudus. Dan kami juga berdoa, bersyukur Bapa, karena Engkau juga boleh menolong kami untuk melihat yang penting itu adalah bagaimana kami hidup menjadi seorang yang dipimpin oleh Roh Kudus dalam hidup kami. Ampuni kami yang sering kali menyangkali pimpinan Tuhan atau melawan dan mengeraskan hati untuk tunduk kepada apa yang Tuhan kehendaki untuk kami lakukan, tetapi tolong kami ya Bapa, ketika kami berjalan dalam iman, kami tidak dikesampingkan, atau kami tidak dialihkan perhatian fokus kami dari hal-hal yang utama kepada hal-hal yang sekunder, tapi kami boleh kembali kepada hal-hal yang utama, yang firman-Mu telah nyatakan bagi diri kami, sehingga kami boleh menjadi orang Kristen yang lebih utuh, orang Kristen yang lebih berani untuk terus berdiri dan menyaksikan Kristus dan hidup bagi Kristus. Tolong kami masing-masing, pimpin setiap hati kami dan kehidupan kami, baik di dalam keluarga, di dalam pekerjaan, di dalam studi kami, di dalam relasi kami, baik sesama anak Tuhan maupun dengan orang-orang yang belum mengenal Tuhan, sehingga ketika mereka melihat hidup kami, mereka boleh sungguh melihat ada firman yang hidup dalam diri kami, yaitu firman Kristus yang menyatakan kalau Kristus sendiri hidup dalam kehidupan kami, dan itu menyatakan kalau kami adalah seorang yang telah dipimpin oleh Roh Kudus dan dipenuhi oleh Roh Kudus dan memiliki Roh Kudus dalam hidup kami. Tolong berkati, ya Tuhan, gereja-Mu dan anak-anak-Mu ini. Dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa. Amin.

 

Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah (KS)